• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI HASIL PERANCANGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

49 BAB VI

HASIL PERANCANGAN

6.1 Rencana Tapak

Pada rencana tapak Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA, orientasi massa bangunan dirancang menghadap ke sisi selatan. Hal ini karena jalur utama pada bangunan ini juga berada pada sisi selatan lahan. Akses masuk ke dalam bangunan terdapat lebih dari satu entrance, yaitu 1 akses utama yang berada pada area selatan bangunan, dan 3 akses sekunder yang berada pada area utara, timur, dan barat bangunan. Hal ini bertujuan agar memudahkan para pengguna untuk dapat mengakses masuk gedung walaupun dari berbagai arah yang berbeda dan merespon bangunan-bangunan disekitar Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA.

(2)

50

Untuk akses sirkulasi parkir kendaraan umum dan pengelola, berada pada area barat daya lahan yang berdekatan dengan halte bus ITERA. Terdapat 1 akses masuk dan 2 akses keluar untuk sirkulasi parkir kendaraan. Untuk area drop off, pengemudi dapat memutar balik kendaraan lewar area parkir umum yang bertujuan agar mempermudah akses putar balik penjemputan ke depannya.

Gambar 6. 2 Arah Orientasi Bangunan dengan sekitarnya

(3)

51

Akses pedestrian yang berada pada lahan dibuat mengelilingi bangunan. Hal ini bertujuan agar bangunan dapat di akses dari segala arah dan bangunan disekitarnya. Karena bangunan ini menerapkan konsep Sustainable and Green Building, maka bangunan ini harus ramah terhadap seluruh aspek tak terkecuali manusia. Pedestrian dirancang dengan area hijau yang berada berdekatan guna sebagai area teduh pejalan kaki yang menggunakannya.

6.2 Rancangan Bangunan

6.2.1 Bentuk Bangunan dan Ruang

Gambar 6. 4 Area Pedestrian Pejalan Kaki

(4)

52

Gubahan massa bangunan Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA ini memiliki bentuk dominan geometris persegi dengan salah satu massa bangunan yang dirotasi agar tercipta orientasi bangunan yang megah dan mengundang. Dengan bentukan yang berbeda dari bangunan disekitarnya, bangunan ini diharapkan dapat menjadi ikon kebanggaan yang ada di kampus ITERA.

Pada lantai 1, aktivitas utama difokuskan pada kegiatan yang berfokus pada penggunaan publik. Karena sifat ruang yang publik, memungkinkan terjadinya tingkat kebisingan yang tinggi. Maka dari itu, ruang-ruang yang aktifitasnya memerlukan mobilitas tinggi dan ramai diletakkan pada lantai 1. Ruang-ruang yang diletakkan di lantai 1 yaitu Ruang Pameran, Ruang Auditorium, Musholla, Gudang Umum, Souvenir Shop, dan Cafetaria. Pada saat masuk kedalam bangunan, terdapat main lobby yang cukup besar sekaligus dapat digunakan sebagai area berkumpul dan bersantai. Pada area massa bangunan dibagian timur bawah, terdapat area Cafetaria yang memiliki 2 area makan yang terpisah yakni area indoor

(5)

53

dan area outdoor. Peletakan area Cafetaria ini bertujuan agar mudah diakses oleh siapapun dan tidak mengganggu ruang-ruang di sekitarnya.

Pada lantai 2, tingkatan kegiatannya sudah mulai meningkat. Pada sisi timur bangunan, berfokus pada area Kantor PURINO dengan srikulasi single loaded. Sirkulasi ini dipilih agar para staff PURINO dapat menikmati aktifitas yang ada dilantai bawah serta memaksimalkan pencahayaan alami agar dapat menerangi area tersebut. Di bagian tengah bangunan, terdapat void besar yang menerus sampai lantai 3 yang bertujuan agar cahay yang masuk kedalam bangunan untuk menerangi area main lobby dapat terakomodir dengan maksimal. Pada sisi barat bangunan, terdapat ruang-ruang dengan fungsi Sustainable Education. Ruang-ruang tersebut yakni Ruang Kelas, Ruang Training, Ruang Baca, dan satu ruang Koordinator Gedung. Hal itu dirancang agar fungsi dari kegiatan tersebut dapat dikelompokkan dengan baik tanpa mengganggu fungsi lainnya. Ada juga area longue yang dapat dipakai mahasiswa maupun staff untuk sekedar menunggu giliran kelas dan bersantai.

(6)

54

Pada lantai 3, terdapat ruang Kantor PURINO yang berada pada sisi timur bangunan. Pada sisi barat bangunan, terdapat ruang-ruang dengan kegiatan

Commercial diantaranya Ruang Co-Working Space, Ruang Sewa Start up, Ruang Technology Transfer Office, Ruang Monitoring, dan Ruang Rapat. Area Ruang Co-Working Space terbagi menjadi 3 kluster, yaitu area indoor, area outdoor, dan area

rapat. Hal itu dirancang untuk mewadahi seluruh pengguna yang ingin menikmati fasilitas yang disediakan oleh area Co-Working Space.

Dan yang terakhir, pada lantai 4 dan 5 terdapat ruang-ruang yang menaungi fungsi Research dan beberapa ruang penunjang yang berkaitan dengan fungsi penelitian yaitu Laboratorium HPC, Laboratorium Life Science, Laboratorium

Genera, Ruang Medical Center, dan Restroom Peneliti. Ruang-ruang yang ada pada

setiap laboratorium dirancang berdasarkan kegiatan pada masing-masing laboratorium tersebut.

(7)

55

Gambar 6. 9 Denah Lantai 4

(8)

56 6.2.2 Rancangan Fasad

Pada Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA ini, dinding terluar menggunakan sistem dinding bata yang dilengkapi dengan kaca transparan jenis slopsol. Kaca dibuat mengelilingi gedung yang berfungi sebagai visibilitas dari dalam ke area luar bangunan. Sebagai respon terhadap penggunaan material kaca yang tinggi pada bangunan, maka dirancanglah

secondary skin untuk menyelimuti material kaca sebelumnya.

Penerapan secondary skin ini disusun secara horizontal agar cahaya matahari yang masuk tidak terlalu masif demi menjaga visibilatas keluar bangunan. Untuk mempermudah proses maintenance kaca dan secondary skin ini, dibuat area kantilever dengan material baja yang ditopang oleh struktur pada bangunan.

(9)

57

Gambar 6. 12 Detail Fasad Bangunan

(10)

58 6.2.3 Sistem Struktur dan Konstruksi

Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA ini menggunakan sistem struktur konstruksi beton bertulang pada kolom, balok, dan plat lantainya. Sistem pencetakan beton dilakukan langsung di tempat, karena sistem grid kolom yang tidak modular. Untuk sistem atap bangunan menggunakan atap plat beton dengan kemiringan 1-2% untuk membuat aliran air turun saat terjadi hujan. Atap plat beton juga diberi waterproofing guna mencegah kebocoran pada bagian atap yang dapat mengganggu aktifitas ruang di bawahnya.

6.2.4 Sistem Utilitas

Karena bangunan ini memiliki intensitas tinggi terhadap penggunanya, maka dari itu suhu dan kelembaban yang ideal harus direncanakan. Untuk menjawab hal tersebut, digunakan Air Conditioner (AC) sentral dengan sistem

Air Handling Unit (AHU). Hal ini dilakukan karena penggunaan AC split

dinilai kurang efisien mengingat besaran ruang yang lebar.

Untuk sistem utilitas pada sistem air yang digunakan, jenis pembuangan air limbah terdiri dari 2 macam yaitu buangan untuk limbah penelitian dan buangan untuk limbah toilet. Pada area penampungan kedua pembuangan air limbah tersebut, terdapat pada sisi luar bangunan yang berada pada sisi timur dan barat lahan. Pada pembuangan air limbah bekas toilet (bekas wastafel dan air wudhu), air dapat ditampung dan digunakan kembali untuk proses penyiraman tanaman di sekitar bangunan.

Untuk sumber listrik pada bangunan ini menggunakan pasokan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebanyak 70% dan Panel Surya sebanyak 30%. Seiring berjalannya waktu penggunaan listrik sewaktu-waktu akan berubah tergantung uji coba sumber daya terbarukan yang diterapkan oleh pihak kampus. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan potensi panas matahari yang ada di kawasan Kampus ITERA dan menjadi salah satu contoh bangunan ramah sumber daya kedepannya baik di Sumetera maupun Indonesia.

(11)

59 BAB VII

REFLEKSI PROSES PERANCANGAN

Dalam proses pengerjaan proyek perancangan Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA, penulis mendapatkan banyak ilmu dan pelajaran baru baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua dimulai dari proses pembuatan proposal laporan tugas akhir yang membutuhkan kajian literatur dan mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan pemberi tugas, dilanjutkan dengan berkunjung langsung ke lokasi lahan agar mengetahui apa saja yang dapat dianalisis.

Pada proses pemahaman proyek, dilakukan analisis terkait preseden proyek sejenis. Penulis sedikit mendapatkan kesulitan terkait literatur dikarenakan kurangnya informasi terkait preseden yang serupa dengan proyek perancangan. Akan tetapi, hal itu tidak menurunkan semangat penulis agar terus menggali informasi lebih dan mencari lebih detail apa saja yang sekiranya dapat diterapkan pada proses perancangan ini. Penulis juga banyak belajar bahwa literatur terkait preseden ini sangat penting untuk mendapatkan informasi dalam proses perancangan kedepan.

Setelah proses pemahaman proyek, proses perancangan merupakan proses tersulit bagi penulis pada pengerjaan tugas akhir ini. Banyak sekali pertimbangan yang harus diperhatikan mulai dari penempatan layout ruang, besaran ruang, fungsi ruang, dan massa dari bangunan itu sendiri. Tidak sedikit ide dan gagasan yang saya ajukan ke pembimbing berubah dikarenakan ketidaktahuan akan informasi yang penulis dapatkan. Namun kritik dan saran dari dosen pembimbing sangat membantu sekali, karena informasi terkait fungsi ruang dalam bangunan sangatlah penting untuk proses perancangan sebelum masuk kedalam bentukan massa apa yang akan digunakan. Walaupun pada akhirnya hal itu sedikit memangkas waktu pengerjaan perancangan. Selain itu, tidak lupa juga hal-hal terkait isu perancangan sudah harus dipertimbangkan kedalam aspek program ruang. Dari banyaknya yang penulis ajukan, kurang lebih ada 3 kali perubahan untuk program ruang tersebut.

Pada proses menemukan gubahan massa bangunan yang akan diterapkan pada Gedung Pusat Riset dan Inovasi ITERA, banyak sekali referensi yang didapatkan. Namun tidak semua dapat langsung diaplikasikan pada perancangan ini karena

(12)

60

adanya perbedaan aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, penulis mendapatkan ide untuk pola massa bangunan yang mudah namun tidak terlihat biasa saja. Bentukan massa bangunan didapatkan dengan penggabungan bentukan dasar geometri persegi yang didekatkan berdasarkan fungsi dan kegiatannya, namun sedikit dirotasi salah satu bagian massa agar gubahan massa tidak monoton. Hal itu juga tidak lepas dari pertimbangan terkait isu perancangan yang sudah didapatkan pada proses perancangan. Perubahan massa bangunan sudah diajukan sebanyak 4 kali hingga akhirnya menemukan bentukan yang cocok dan selaras dengan kondisi yang ada di sekitar lahan.

Hal terakhir yang dilakukan adalah saat proses merancang fasad bangunan. Karena perancangan fasad menjadi salah satu proses yang cukup sulit. Hal ini dilihat dari bagaimana fasad ini dapatkan merefleksikan isu sekaligus membuat tampilan visual bangunan menjadi menarik. Ada beberapa bagian tampak bangunan yang areanya menggunakan kaca yang terlalu banyak. Kaca yang digunakan adalah kaya yang dapat mereduksi panas matahari dan paparan sinar ultraviolet. Namun karena temperatur panas di ITERA cukup tinggi, maka penerapan kaca tersebut menurut penulis dirasa kurang maksimal. Akhirnya diterapkanlah fasad bangunan vertikal yang berenggangan agar dapat meminimalisir suhu tersebut.

Pada akhirnya, seluruh rangkaian proses perancangan membuat penulis mendapatkan pengalaman baru yang tidak didapatkan pada mata kuliah sebelumnya. Penulis akhirnya tahu bahwa untuk menghasilkan bangunan yang baik memerlukan proses perancangan yang amat detail dan waktu yang cukup banyak. Dan bangunan tidak bisa dinilai baik karena penampilan luarnya saja, namun aspek penting yang dirasakan pengguna itu menjadi hal yang harus di prioritaskan.

Gambar

Gambar 6. 1 Rencana Tapak
Gambar 6. 2 Arah Orientasi Bangunan dengan sekitarnya
Gambar 6. 4 Area Pedestrian Pejalan Kaki
Gambar 6. 6 Denah Lantai 1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari analisis pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui panjang free span yang diizinkan pada pipa bawah laut yang dianalisa secara statis serta...

mungkin mash banyak pertimbangan yang membuat 2 pusat perbelanjaan ini tidak hadir di tempat tempat kecil , alasan strategi lokasi usaha dan peminatan dari para custumernya

Skripsi dengan judul “ Peranan Guru Pembimbing dalam Meningkatkan Ketaatan Ibadah Siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Pekanbaru ”, merupakan hasil karya

Dengan algoritma GDSF memiliki lama waktu akses yang lebih rendah pada hari pertama dan kedua jika dibandingkan dengan algoritma LFUDA, meskipun pada hari

Momentum ini/ lebih banyak digunakan untuk memberikan uang dalam bentuk recehan 1000an dan 5000an// Untuk hal ini/ masyarakat banyak mengandalkan pada bank Indonesia// Oleh

makna yang jelas, pasti, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Perbedaan makna kata dan

Berdasarkan dari masalah yang diuraikan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui dengan meneliti tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Mobilisasi Dini Post

Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan analisa tentang hubungan peran petugas kesehatan dengan status imunisasi TT pada WUS di Puskesmas Danurejan I