• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hakikat Matematika a. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu yang dasar dalam menentukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hakikat Matematika a. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu yang dasar dalam menentukan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat Matematika a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu yang dasar dalam menentukan nasib perkembangan teknologi di masa mendatang, karena matematika berperan penting sebagai hal yang melatar belakangi perkembangan pemikiran manusia (Hanifah dan Mawardi, 2016: 252). Fehr dan Philip (2006: 1) menyatakan bahwa “mathematics has always held a key position in the school curriculum because it has been considered knowledge indispensable to educated man.” Artinya matematika merupakan kunci utama dalam kurikulum sekolah, matematika dianggap sebagai pengetahuan yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari umat manusia dan juga matematika merupakan kunci utama dalam segala bidang ilmu pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh Roger Bacon seperti yang dikutip oleh Alfred Boediman (2016: 45),

“mathematics is the gate and key of the sciences”, artinya bahwa matematika merupakan gerbang dan juga kunci dari sebuah pengetahuan.

Menurut Ruseffendi seperti dikutip dalam Heruman (2010: 1) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan,struktur yang terorganisasi,simbol, danilmu deduktif.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan denga pola dan simbol. Sebagai contoh simbol dalam matematika yaitu kecepatan, jarak dan waktu. Untuk waktu menggunakan simbol (𝑡), ), untuk jarak menggunakan simbol (𝑠), dankecepatan menggunakan simbol (𝑣.

Selain itu matematika juga menggunakan simbol yang berisi tentang suatu pola, sepertimencari peluang dan mencari kelipatan suatu bilangan. Senada dengan ahli sebelumnya, Ibrahim dan Suparni (2012:

5) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu tentang suatu

(2)

hubungan dan pola. Sedangkan menurut Yuhasriati (2012: 81) matematika merupakan ilmu dasar yang memegang kunci utama dalam segala bidang tidak hanya dalam perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga dalam membentuk kepribadian manusia.

Seperti yang dikemukakan oleh Fehr, Philip dan Roger Bacon,matematika merupakan suatu kunci utama atau merupakan suatu ilmu yang sangat penting baik untuk teknologi,, ilmu pengetahuan yang lain maupun manusia. Olehkarena itu matematika perlu untuk diajarkan kepada seseorang sejak dini, seperti halnya mulai dari pendidikan SD.

Senada dengan ahli sebelumnya, Karso (2014: 1.4) mendefinisikan matematika merupakan ilmu deduktif, formal, aksiomatik,abstrak,hierarkis, dan bahasa simbol. Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang menjadi kunci utama dalam segala perkembangan yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang berisi tentang,simbol,hierarkis,formal, ilmu deduktif, abstrak, aksiomatik, dan juga pola.

Menurut Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, pembelajaran matematika di SD memiliki tingkat kompetensi yang harus dicapai dan juga ruang lingkup materi yang harus dikuasai disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini:

(3)

Tabel 2.1

Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi Matematika

b. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi maupun manusia sehingga mata pelajara matematika akan kita temui di semua jenjang pendidikan, mulai dari TK bahkan sampai dengan jenjang perkuliahan. Matematika merupakan kunci utama dalam kurikulum sekolah, karena matematika dianggap sebagai pengetahuan yang melekat pada seseorang (Fher and Philip, 2006: 1. Oleh karena itu mata pelajara matematika perlu diajarkan mulai dari pendidikan dasar yaitu salah satunya Sekolah Dasar. Pemberlajaran Matematika di SD diharapkan mampu mendorong siswa untuk menunjukkan sikap positif bermatematika yaitu cermat dan teliti,logis, bertanggung jawab,jujur, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud implementasi kebiasaan dalameksplorasidaninkuiri. Matematika juga memiliki rasa ingin tahu, semangat belajar yang percaya diri,ketertarikan pada matematika, dankontinu yang terbentuk melalui pengalaman belajar. Sehingga matematika di SD diharapkan dapat

Tingkat Kompetensi

Kompetensi Ruang Lingkup Materi Tingkat

PendidikanDasar (mulaiKelasI- VI)

 Menunjukkan sikap positif bermatematika:

logis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab, dan tidak mudah

menyerah dalam

menyelesaikan masalah,

sebagai wujud

implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika.

 Memiliki rasa ingin tahu, semangat belajar yang kontinu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

 Bilangan asli dan pecahan sederhana.

 Geometri dan pengukuran sederhana.

 Statistika sederhana.

 Bilangan bulat dan bilangan pecahan

 Geometri (sifat dan unsur) dan Pengukuran (satuan standar)

 Statistika ( pengumpulan dan penyajian data sederhana).

 Bilangan (termasuk pangkat dan akar sederhana).

 Geometri dan Pengukuran (termasuk satuan turunan)

 Statistika dan peluang.

(4)

membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika dengan menggabungkan pengetahuan dengan pengalaman.

Dalam pembelajaran matematika siswa akan membangun pengalaman belajarnya sendiri. Pembelajaran akan dilakukan dengan cara siswa akan menjadi pusat dalam pembelajaran, sehingga siswa akan mampu membangun pengetahuannya sendiri dengan mencari informasi dari segala sumber. Kegiatan ini akan membuat siswa menciptakan pengalaman matematika mereka sendiri sehingga akan menciptakan suasana belajar matematika yang diinginkan oleh siswa sendiri sehingga tujuan dalam pembelajaran matematika akan tercapai dengan maksimal (Wahyudi dan Kriswandani, 2013: 13).

Tercapainya tujuan pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran mengacu pada indikator pembelajaran yang juga harus sesuai dengan Kompetensi Dasar dan juga Kompetensi Inti yang telah ditentukan.

c. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Matematika SD Pendidikan matematika di SD memiliki suatu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa yaitu Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.Pencapaian ruang lingkup dapat melalui Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti pada kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 024 tahun 2016 tentang KI dan KD merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti terdiri dari atas kompetensi sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti keterampilan. Selanjutnya, Kompotensi Dasar (KD) menurut Permendikbud No. 024 tahun 2016 tentang KI dan KD merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing – masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. KI dan KD Matematika Kelas IV di SD sesuai dengan Permendikbud No. 024

(5)

tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar seperti disajikan dalam tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 KI dan KD Matematika Kelas IV Semester II

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3.9. Menjelaskan dan menentukan

keliling dan luas persegi, persegipanjang, dan segitiga serta hubungan pangkat dua dengan akar pangkat dua

4.9. Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas persegi, persegipanjang, dan segitiga termasuk melibatkan pangkat dua dengan akar pangkat dua

Sumber: Lampiran Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD hal. 7 – 8

Diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu memenuhui KI dan KD maupun indikator pembelajaran matematika yang telah ditetapkan dan juga harus sesuai dengan karakteristika pembelajaran matematika. Model-model pembelajaran tersebut seperti Jigsaw , Bamboo Dancing (BD), Inquiry, dan juga Problem Based Learningdirasa berpotensi memenuhi kriteria pembelajaran matematika dan juga memenuhi KI, KD, dan juga indikator pencapaian. Model pembelajaran yang berpotensi menurut peneliti adalah Jigsaw dan Bamboo Dancing (BD). Kedua model ini memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik pembelajaran matematika yaitu siswa akan menggali pengalaman belajarnya sendiri dan mempunyai pemikiran yang logis, kritis serta inovatif.

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Guru merupakan tenaga profesional yang bekerja sesuai keahlian yang dimiliki (Sri Giarti dan Suhandi Astuti, 2016: 83). Keahlian guru yaitu membuat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dari siswa itu sendiri atau dengan suatu materi dalam mata pelajaran. Apabila guru mampu menciptakan suasana itu, siswa akan tertarik dengan pembelajaran tersebut. Agar siswa termotivasi untuk belajar, guru harus merancang suatu pembelajaran yang menarik keingintahuan siswa. Model pembelajaran merupakan salah satu rancangan suatu pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai suatu kompetensi yang dijadikan

(6)

pedoman dan juga model pembelajaran berisi sintak yang sistematis (Mawardi, 2018: 29).

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sistematis dan dapat dijadikan untuk mencapai kompetensi. Menurut Miftahul Huda (2014: 111) model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan pembelajaran dengan bekerjasama yang akan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 54) Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif lebih memusatkan guru sebagai seorang pengarah atau sebagai seorang fasilitator untuk membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan.

Senada dengan pendapat para ahli sebelumnya, Sugiyanto (2008: 35) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada kegiaatan berkelompok dimana siswa dituntut untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan bantuan guru yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa dengan cara bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan oleh guru agar peserta didik tidak malas untuk berpikir, aktif dalam pembelajaran dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru (pembelajaran yang pasif). Menurut Agus Suprijono (2012) model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, yaitu Jigsaw, Course Review Horay (CRH), Group Investigation, Snowball Throwing, Think Pair Share (TPS), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Talking Stick, Student Teams Achievement Divisions (STAD), Make a Macth, Team Assisted Individualization (TAI), Numbered Head Together (NHT), Teams Games Turnaments (TGT), dan sebagainya.

(7)

Berdasarkan beberapa model pembelajaran kooperatif di atas, telah ditentukan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran Bamboo Dancing (BD). Kedua model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memperoleh informasi dan juga tujuan dalam meningkatkan hasil belajar siwa pada mata pelajaran Matmatika di SD. Model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing memiliki usur kerja sama dan interaksi untuk saling memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. berkaitan dengan materi Matematika yang diambil yaitu Keliling dan Luas Bangun Datar (Persegi, Persegi Panjang dan Segitiga), diharapkan model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing dapat memberikan kemudahan siswa dalam membangun pengetahuan siswa melalui kegiatan berbagi informasi untuk mencapai tujuan pmbelajaran.

Penelitian mengenai model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing perlu dilakukan dengan sebelumnya memahami hakikat dari masing-masing model pembelajaran. karakteristik, langkah-langkah, komponen, serta bagaimana penerapan dari model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing dalam mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD).

2.1.3. Model Pembelajaran Koopertaif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan karakteristik pembelajaran matematika akan mendorong pembelajaran mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik pembelajaran matematika.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil (Sugiyanto, 2008:

35).

Model pembelajaran Jigsaw merupakan model pembelajaran yang menggunakan kelompok dalam pembelajaran Arends (2008: 13)

(8)

berpendapat bahwa Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa akan belajar dalam kelompok kecil secara heterogen.

Siswa akan bekerja sama saling bergantung tentang informasi. Setiap siswa harus bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Topik yang akan dibahas oleh guru merupakan materi yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Seluruh siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Jigsaw diharapkan mampu melatih siswa untuk mandiri dalam hal belajar dan berbicara, juga melatih siswa untuk bertanggung jawab menyampaikan informasi kepada teman yang lain.

Metode Jigsaw adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok belajar terdisi dari empat sampai dengan enam orang siswa sehingga setiap siswa harus menguasat subtopik dan bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan oleh guru (Komalasari, 2010: 65). Model pembelajaran Jigsaw memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah iformasi dan meningkatkan keterampulan komunikasi (Miftahul Huda, 2014: 204).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Jigsaw yaitu model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil dalam pembelajaran dimana siswa akan memiliki tanggung jawab pada setiap materi pada setiap subtopik yang diberikan dan siswa akan mengolah informasi dengan cara mereka sendiri untuk meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sesuai dengan pembelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawmerupakan pembelajaran yang menggabungkan aktivitas membaca, menuliss, menulis, mendengarkan dan berbicara.

Pembelajaran matematika juga memerlukan aktivitas-aktivitas tersebut dalam memecahkan permasalahan matematika di kehidupan sehari-

(9)

hari. Matematika perlu ituk membaca. Dipembelajaran di SD dimana guru akan menuliskan suatu angka atau suatu permasalahan di papan tulis atau juga guru akan menggunakan buku paket matematika, maka ketereampilan untuk membaca dibutuhkan pada saat itu. Selanjutnya menulis, setelah membaca suatu permasalahan siswa akan mulai menuliskan apa yang harus diselesaikan. Misalnya siswa akan menuliskan rumus, ini merupakan salah satu contoh dalam keterampilan menuliss siswa.

Dalam matematika tidak hanya membaca dan menulis yang diperlukan, tetapi juga harus bisa untuk mendengarkan dan juga berbicara. Model pembelajaran Jigsaw akan membantu siswa untuk belajar mengkomunikasikan matematika. Siswa akan belajar mendengarkan suatu informasi dari teman yang lain dan juga siswa juga akan berbicara kepada teman yang lain untuk mengutarakan informasi yang telah mereka dapatkan. Aktivitas-aktivitas ini terdapat dalam langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw.

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Eggen dan Kauchack (2012: 137) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki ciri-ciri utama, yaitu :

1. Bangunan pengetahuan sistematis.

Topik yang mengkombinasikan suatu fakta, konsep, generalisasi, dan hubungan diantara semuanya.

2. Spesialisasi tugas

Menuntut siswa untuk berbeda memainkan peran khusus untuk mencapai tujuan suatu kegiatan belajar.

d. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menururt Miftahul Huda (2014: 204) metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan yaitu dimana model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawmenggabungkan aktivitas membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Aktivitas ini akan

(10)

membuat guru memahami kemampuan siswa dan pengalaman siswa dan membantu siswa dalam mengaktifkan pola gabungan aktivitas dari moel pembelajaran Jigsaw, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Tidak hanya itu, siswa akan diberi banyak kesempatan untuk mengolah informasi yang mereka dapatkan dan juga model pembelajaran Jigsaw akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa.

e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa langkah. Menurut Miftahul Huda (2014: 204) model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki 8 langkah, yaitu :

1. Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/subtopik.

Misalnya, topik tentang bangun ruang dibagi menjadi kubus, balok, kerucut, bola, tabung, dsb.

2. Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai topik tersbeut.

Kegiatan brainstorming ini dilakukan dimaksudkan untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan subtopik yang akan diberikan oleh guru.

4. Bagian/subtopik pertama diberikan pada siswa/anggota 1, sedangkan siswa/anggota 2 menerima bagian/suntopik yang kedua.

Demikian seterusnya.

5. Kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian/subtopik mereka masing-masing.

6. Setelah selesai, siswa saling berdiskusi mengenai bagian/subtopik yang dibaca/dikerjakan masing-maisng bersama rekan-rekan satu

(11)

anggotanya. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

7. Khusus untuk kegiatan membaca, guru dapat membagi bagian- bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada masing-masing siswa. siswa membaca bagian-bagian tersebut untuk memprediksikan apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut.

8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut.

Diskusi ini bisa dilakukan antarkelompok atau bersama seluruh siswa.

Sedangkan menurut Trianto (2011: 73) model pembelajaran Jigsaw memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-6 orang.

2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa subtopik.

3. Setiap anggota kelompok mendapatkan subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya secara individu dalam kelompok.

4. Anggota kelompok lain yang mempelajari subbab yang sama bertemu dalam satu kelompok ahli untuk mendiskusikan materinya secara lebih mendalam.

5. Setiap kelompok ahli kembali kepada kelompok asal untuk menyampaikan informasi tentang subbab yang telah dipelajari dengan kelompok ahli kepada teman lain.

6. Pada pertemua dan diskusi kelompok di kelompok asal, setiap siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Berdasarkan pendapat ahli tentang langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw maka acuan langkah kegiatan model pembelajaran Jigsaw yaitu menurut Trianto (2011: 73) dimana langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Pembagian kelompok secara acak/heterogen. b). Pembagian materi telah dibagi menjadi beberapa

(12)

subtopik dan diberikan kepada masing-masing kelompok. c).

Mempelajari subtopik yang telah diberikan kepada kelompok. d).

Berkumpul dalam tim ahli atau tim yang memiliki subtopik yang sama sehingga siswa mampu membahas subtopik secara mendalam. e).

Kembali ke kelompok asal untuk memberikan informasi kepada teman yang lain tentang apa yang telah dipelajari di kelompok ahli. f). Kuis individu yang diberikan oleh guru dan dikerjakan secara individu.

Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Materi Luas dan Keliling Bangun Ruang dengan Model Pembelajaran Jigsaw

Kegiatan Guru Langkah Kegiatan Kegiatan Siswa 1. Guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok

a. Membagi kelompok secara acak/heterogen

1. Siswa membagi kelompok dengan cara berhitung secara urut.

2. Guru membagikan materi berupa subbab kepada setiap kelompok

b. Pembagian materi yang telah dibagi menjadi subtopik

2. Setiap siswa mendapat materi yang telah dibagikan oleh guru

3. Masing-masing siswa mempelajari subtopik

c. Mempelajari subtopik dalam kelompok

3. Bersama kelompok asal masing-masing siswa mempelajari subbab yang telah diberikan

4. Berkumpul dengan tim ahli untuk memperdalam materi

d. Berkumpul dalam tim ahli

4. Siswa berkumpul menjadi satu kelompok ahli membahas topik yang sama untuk

memperdalam informasi 5. Kembali bersama

kelompok asal untuk memberikan informasi

6. Guru membahas hasil diskusi

e. Kembali ke kelompok asal

5. Siswa kembali ke kelompok asal dan memberikan informasi yang telah didapatkakn masing- masing siswa di kelompok ahli 6. Siswa membahas

hasil diskusi kelompok 7. Guru memberikan

kuis individu 8. Guru membahas kuis

f. Guru memberikan kuis individu

7. Siswa secara individu mengerjakan kuis yang telah diberikan oleh guru

8. Bersama guru siswa membahas kuis yang telah selesai

(13)

dikerjakan.

f. Komponen Model Pembelajaran Jigsaw

Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur di dalamnya seoerti sitakmatis, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dampak instruksional dan dampak pengiring (Joyce dan Weil, 2011:

104). Unsur-unsur dalam model pembelajaran Jigsaw yaitu sebagai berikut:

1. Sintagmatik

Sintagmatik model pembelajaran Jigsaw yang pertama ialah pembentukan kelompok secara acak atau heterogen yaitu dengan cara berhitung. Tahap kedua yaitu pembagian materi oleh guru yang telah dibagi menjadi beberapa subbab dan diberikan kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari bersama-sama dan juga secara individu. Tahap ketiga adalah mempelajari subtopik atau subbab yang telah diberikan, setiap siswa memiliki tanggung jawab masing-masing dalam menguasai materi yang mereka dapatkan.

Tahap keempat yaitu berkumpul bersama tim ahli, siswa akan saling berkumpul dengan siswa yang memiliki subbab yang sama dan di dalam tim ahli siswa akan memperdalam informasi yang mereka dapatkan dari teman yang lainnya. Tahap selanjutnya ialah kembali ke tim asal atau kelompok asal untuk memberikan informasi kepada teman-temannya tentang apa yang telah didapatkan di kelompok ahli. tahap selanjutnya adalah kuis individu yang diberikan oleh guru dan akan dikerjakan secara individu oleh siswa. Tahap terakhir ini berguna untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswa berkembang dan juga untuk mengukur keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Sistem reaksi

(14)

Peran guru dalam model pembelajaran Jigsaw adalah seorang fasilitator dalam kegiatan belajar kelompok. memberikan arahan dan bimbingan bagaimana jalannya pembelajaran. Pada saat pembagian materi dalam kelompok, guru perlu menjelaskan secara jelas dan detail agar siswa tidak bingung. Peran guru yang oaling diperlukan yaitu saat pembentukan kelompok ahli. Guru mengarahkan siswa agar serius dalam mempelajari subbab dan juga dalam memperdalam materi, karena diskusi yang mereka lakukan saat itu akan digunakan untuk membagikan informasi kepada teman-teman di kelompok asal. Peran guru diperlukan untuk menekankan kepada siswa bahwa tanggung jawab masing- masing siswa untuk memahami materi pada subbabnya agar saat memberikan informasi kepada teman di kelompok asal dapat memahami dan juga memperoleh informasi secara luas dan mendalam.

3. Prinsip sosial

Interaksi yang terjadi antara siswa dan guru dalam proses belajar dapat dilihat dari peran guru dan juga siswa dalam menerapkan model pembelajaran Jigsaw, selain interaksi antara guru dan siswa ada juga interaksi antara siswa dengan siswa yang lain. Peran guru dalam penerepan model pembelajaran Jigsaw ialah mengatur proses berjalannya pembelajaran sesuai dengan tahaan-tahapan model pembelajaran Jigsaw.

4. Sistem pendukung

Komponen yang mendukung terlaksananya penerapan model pembelajaran Jigsaw yaitu : materi pelajaran Matematika tentang keliling dan Luas Bangun Persegi, Persegi Panjang, dan Segitiga yang sudah dibagi menjadi beberapa subbab sesuai dengan jumlah anggota kelompok, RPP yang disusun menggunakan model pembelajaran Jigsaw, media gambar tentang keliling dan luas bangun datar, yang akan digunakan siswa untuk

(15)

membantu penyampaian materi supaya lebih dipahami oleh teman yang lain, buku penunjang materi pembelajatan Matematika.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Penggiring

Dampak instruksional pada pembelajaran ini ialah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada materi keliling dan luas bangun datar.

Damak pengiring penerapan model Jigsaw pada materi keliling dan luas bangun datar yaitu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemandirian, toleransi, dan kerja sama. Dampak instruksional dan dampak penggiring penerapan model pembelajaran Jigsaw digambarkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1

Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model Jigsaw

Jigsaw Minat

Tanggung Hawab

Toleransi

Kritis

Mandiri

Motivasi

Kerja Sama

Menentukan luas dan keliling persegi Menghitung luas dan

keliling persegi Menentukan luas dan keliling persegi panjang

Menentukan luas dan keliling persegi panjang

Menentukan luas dan keliling segitiga

Keterangan :

Dampak Instruksional Dampak Pengiring

Menghitung luas dan keliling segitiga

(16)

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing a. Pengertian Model Pembelajaran Bamboo Dancing(BD)

Model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) merupakan model pembelajaran yang hampir sama dengan model pembelajaran Jigsaw.

Model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) bertujuan saling berbagi informasi dari satu siswa ke siswa yang lain. Model BD juga menggunakan metode berkelompok dimana siswa akan saling berbagi informasi dari teman yang berbeda-beda. Menurut Anita Lie seperti dikutip dalam Zuraida (2015: 121) model pembelajaran BD (Bamboo Dancing) diawali dengan menyimak penyajian informasi materi Matematika dari guru, keumdian siswa belajar dalam kelompok yang berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan. Materi yang telah didiskusikan kemudian diajarkan kepada anggota-anggota kelompok lain, dengan cara bergeser searah dengan berputarnya jarung jam dan sampai kembali lagi dengan pasangan awal/pasangan semula.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 98) Model pembelajaran BD melalui kegiatan sumbang saran, model pembelajaran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh peserta didik agar lebih siap dalam menghadapi pelajaran yang baru. Selanjutnya Miftahul Huda (2014:

250) menyatakan bahwa model pembelajaran BD merupakan model pembelajaran yang memungkinkan siswa saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Bamboo Dancing merupakan pembelajaran yang akan mengaktifkan struktur kognitif peserta didik dimana pada waktu awal peserta didik akan menyimak penyajian informasi dari guru dan kemudian siswa akan belajar dalam kelompok yang berpasang-pasangan atau berhada-hadapan dan siswa akan saling berbagi informasi pada waktu yang bersamaan.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

(17)

Kelebihan model Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014:

33) yaitu mampu meningkatkan kecerdasan sosial dalam hal kerjasama antar siswa, meningkatkan toleransi antar sesama, dan memudahkan siswa untuk saling bertukar pengalaman serta pengetahuan dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Bamboo Dancing menurut Shoimin (2014: 33) yaitu memerlukan waktu yang cukup panjang, menjadikan siswa cenderung untuk bermain daripada belajar, dan menyulitkan proses belajar mengajar karena kelompok yang terbentuk terlalu besar.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

Langkah-langkah model pembelajaran Bamboo Dancing menurut Anita Lie seperti dikutip dalam Zuraida (2015: 121) yaitu:

1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri sejajar. Jika terdapat ruang yang luas, siswa bisa berjajar di depan kelas. Bisa juga siswa berdiri berjajar di sela-sela deretan bangku.

2. Separuh kelas lainnya saling berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

3. Dua siswa yang saling berpasangan dan berjajaran berbagi informasi.

4. Kemudian, dua siswa yang berdiri di ujung sala satu jajaran pindah ke ujung yang satunya di jajarannya. Jajaran ini akan terus bergeser. Masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.

(18)

Tabel 2.4

Penerapan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD) dalam Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Guru Sintak Kegiatan Siswa 1. Melakukan

apresepsi saat sebelum pembelajaran dimulai

1. Apresepsi 1. Siswa

memperhahtikan guru

2. Menjelaskan sintak model

pembelajaran BD

2. Penjelasan pelaksanaan model pembelajaran

2. Siswa

memperhatikan penjelasan guru 3. Menyampaikan

tujaun pembelajaran

3. Penyampaian tujuan pembelajaran

3. Siswa menyimak penjelasan guru 4. Memberikan

motivasi kepada siswa

4. Pemberian motivasi

4. Menumbuhkan minat belajar siswa 5. Membagi

kelompok

5. Pembagian kelompok (separuh kelas atau

seperempat kelas atau menggunakan teman sebangku yang berdiri berjajar di bangku masing-masing)

5. Siswa

mendengarkan arahan guru

6. Membimbing pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

6. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran BD

6. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran

7. Membimbing dalam membuat sebuah kesimpulan dari informasi yang telah didiskusikan

7. Penyimpulan materi pembelajaran

7. Menyimpulkan materi pelajaran yang telah di diskusikan 8. Memberikan

evaluasi

8. Evaluasi 8. Siswa mengerjakan soal evaluasi

Rancangan komponen-komponen kegiatan model pembelajaran antara Jigsaw dan model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) akan terlaksana dengan baik apabila pembelajaran dilakukan secara runtut dan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran .

(19)

d. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Bambo Dancing (BD) Setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur di dalamnya seoerti sitakmatis, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dampak instruksional dan dampak pengiring (Joyce dan Weil, 2011:

104).

Komponen-komponen dari model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) antara lain sebagai berikut:

1. Sintagmatik

Sintagmatik dalam model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) tahap pertama yaitu pengenalan topik. Dimana guru menuliskan topik di papan tulis yang bertujuan untuk mengaktikan struktur kognitif siswa agar lebih siap menghadapi pembelajaran.

Tahap kedua yaitu pembagian kelompok. separuh atau seperempat kelas (sesuaikan dengan jumlah siswa) berdiri secara sejajar. Jika ruangan kelas cukup luas, siswa bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain kalau ruang kelas tidak terlalu luas, siswa dapat berdiri berjajar di bangku masing-masing. Dengan cara ini dapat memudahkan dalam pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relatif singkat. Dua siswa yang saling behadapan/berjajaran bertukar informasi. Kemudian salah satu atau dua siswa yang berdiri di salah satu jajaran/deretan pindah ke ujung yang lainnya di jajaran yang sama. Jajaran ini kemudian bergeser.

Dengan cara ini, siswa akan mendapatkan pasangan yang baru untuk saling bertukar dan berbagi informasi.

Tahap ketiga ialah penutup. Kegiatan penutup merupakan tahapan/fase ketiga atau terakhir dalam pembelajaran Bamboo Dancing (BD). Kegiatan enutup terdiri dari penarikan kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan oleh siswa atas bimbingan guru. guru memberi evaluasi guna mengukur keberhasilan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Sistem Reaksi

(20)

Peran guru dalam model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) sebagai seorang fasilitator yang terlibat langsung dalam proses berkelompok (membantu siswa dalam menyusun rencana, bertundak, dan mengatur jalannya pertukaran siswa) serta beberapa kebutuhan dalam suatu pengamatan. Guru juga berfungsi untuk membantu siswa saat menghadapi kesulitan dalam memahami materi, mengerjakan tugas, atau saat kegiatan proses kerja kelompok. guru bertugas untuk membimbing siswa supaya dapat memahami materi serta mengikuti aktifitas belajar dengan baik.

3. Sistem Sosial

Sistem sial dalam kegiatan berkelompok berkaitan dengan materi keliling dan luas bangun datar berupa sikap saling menghargai pendapat yang diutarakan oleh siswa lain dan juga kerja sama dalam mengerjakan tugas ataupun saat sedang terjadi proses pertukaran informasi. Sehingga melalui kegiatan kelompok, diharapkan akan timbul sikap deokratis dan bertanggung jawab pada diri siswa.

4. Sistem Pendukung

Sistem pendukung dalam model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Misalnya dalam pembelajaran Matematika tentang keliling dan luas bangun datar dibutuhkan beberapa gambar yang mendukung terjadinya proses pembelajaran seperti contoh gambar bangun segi 6 atau gambar bangun segi 7 dimana siswa akan menjelaskan karakteristik-karakteristik dari bangun segi 6 dan segi 7 yang membutuhkan gambar yang akan mendukung proses pertukaran informasi.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional pada pembelajaran ini ialah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada materi keliling dan luas bangun datar.

(21)

Dampak pengiring penerapan model pembelajaran Bamboo Dancing pada keliling dan luas bangun datar yaitu menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemandirian, toleransi, dan kerja sama.

Dampak instruksional dan dampak penggiring penerapan model pembelajaran Bamboo Dancing digambarkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2

Dampak Pengiring dan Dampak Intruksional Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

2.1.5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pencapaian suatu tujuan pembelajaran dari suatu kegiatan pembelajaran dapat dilihan melalui hasil belajar. Menurut Sudijono (2012: 32) hasil belajar merupakan sebuah tindakan evaluasi yang dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang melekat pada diri setiap individu peserta didik. Artinya melalui hasil belajar, pencapaian siswa setelah melalui pembelajaran dapat diketahui. Hasil belajar menurut Budi (2016: 112) adalah gambaran efektivitas dalam suatu

Model Pembelajaran Bamboo Dancing

(BD) Memusatkan

Perhatian Menyimak Kerjasama Komunikatif Tanggung Jawab

Keterangan :

Dampak Instruksional Dampak Pengiring

Menentukan luas dankeliling persegi

Menghitung luas dankeliling persegi

Menentukan luas dan keliling persegi panjang

Menentukan luas dan keliling persegi panjang

Menentukan luas dan keliling segitiga

(22)

pembelajaran. Sedangkan C.Bloom seperti dikutip oleh Naniek Sulistya Wardani, dkk (2012: 23) menyatakan bahwa hasil belajar siswa mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa ahli yang telah disebutkan, dapat dirumuskan bahwa hasil belajar yaitu keefektivan dalam suatu pembelajaran yang diraih oleh siswa berupa kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor.

b. Pengukuran Hasil Belajar

Pengukuran hasil belajar dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi yang terjadi pada siswa. Melalui pengukuran yang dilakukan oleh guru, siswa mampu mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki dan siswa tau dimana kekurangan dalam mempelajari suatu pembelajaran sehingga siswa dapat memperbaiki diri.

Menurut Guilford dan Wiersman seperti dikutip dalam Majid (2014: 36) pengukuran menrupalan proses penetapan angka terhadap suatu gejala dari suatu objek yang akan diukur. Sudjana (2012: 35) menjelaskan bahwa alat-alat dalam suatu penilaian hasil belajar yaitu dapat berupa tes uraian dan tes objektif. Tes uraian yaitu tes yang terdiri dari uraian bebas, terbatas, dan berstruktur. Sedangkan tes objektif dapat berupa bentuk pilihan benar-salah, pilihan ganda menjodohkan dan isian pendek.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitihan terdahulu yang relevan yang akan dilaksanakan. Di bawah ini beberapa hasil kajian yang relevan dengan penelitian yang bersangkutan dengan model pembelajaran Jigsawdan Bamboo Dancing:

1. Nengah Budiawan, I Dw. Pt. Raka Rasana (2013) melakukan peneitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berbasis peta konsep terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV. Hasil dari penelitian ini yaitu dilihat dari rata-rata hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran Jigsaw II berbasis peta konsep yaitu 23,43

(23)

sedangkan menggunakan model konvensional yaitu 20,83 dengn thitung = 2,76 > ttabel = 2,00. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan yng menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw II berbasis peta konsep lebih berpengaruh daripada moodel pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD.

2. Maya Kartika Sari (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh metode kooperatif Jigsaw terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas III. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS terhadap prestasi belajar siswa kelas III SD. Dibuktikan dengan hasil analisis data t-test = 3,34 > t hitung = 1,685.

3. Husain Fatoni dan Dhiniaty Gularso (2017) melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dai prestasi belajar IPS Kelas V SD. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan prestasi belajar IPS siswa menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan STAD dan juga model pembelajaran Jigsaw lebih efektif dari model pembelajaran STAD. Hal ini dibuktikan dengan hasil jumlah rata-rata nilai posttest pada penerapan model pembelajaran Jigsaw yaitu sebesar 80,6667 dan pada penerapan model pembelajaran STAD yaitu 72,0833.

4. Mukti Laras Ayu Pangesti, Maman Surahman, dan Fitria Akhyar (2017) melakukan penelitian dengan judul Pengaru Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar PKn Kelas IV SD.

Hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian tersebut yaitu menunjukkan rata-rata nilai prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Jigsaw yaitu 80,18 sedangkan rata-rata prestasi belajar yang menggunakan model konvensional yaitu 65,83. Kesimpulaln dari penelitian ini yaitu bahwa terdapat pengaruh dalam penerapan model

(24)

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar PKn siswa Kelas IV SD.

5. Meli Susanti, Riyanto M. Taruna dan Cut Rohani (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 5 SD. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD. Hal ini dibuktikan dengan nilai R Square yaitu sebesar 0,519 atau 51,9%

6. Nadia Imti Khaningrum, Suharno, dan Daryanto (2014) melakukan penelitian tentang komparasi antara model pembelajaran kooperatif tipe Team assisted Individualization (TAI) dan Bamboo Dancing terhadap hasil belajar IP Materi Pesawat Sederhana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Bamboo Dancing lebih efektif disbanding model pebelajaran kooperatif tipe TAI pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana kelas V SD. Dibuktikan dengan thitung

2,079 dan ttabel = 2,000. Ini berarti bahwa thitung> ttabel.

7. Repa Pebrianita, Mastar asran, dan Hery Kresnadi (2018) melakukan penelitian tentang pengaruh model kooperatif tipe tari Bambu terhadap hasil belajar IPS di SD. Hasil dari penelitian ini yaitu model pembelajaran Tari Bambu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dibuktikan dengan hasil ttestyaitu 5,0310 dan ttableyaitu 1,998.

8. Mohamad Nur Fauzi, Budi Usodo, dan Sri Subanti (201) melakukan penelitian dengan judul The Effect of Make a Match (MAM) Type Model and Bamboo Dance Type Model Through Cooperative Learning on Students Motivation menunjukkan hasil bahwa penggabungan kedua model ini memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu di kelas eksperimen (model pembelajaran MAM dan Bamboo Dancing) menunjukkan terdapat 7 siswa di tingkat Motivasi antara 76%-100% dengan indeks sangat tinggi dan untuk rentang 70%-85% terdapat 18 orang siswa dengan indeks tinggi dan terdapat 5 siswa dengan indeks sedang pada rentang 60%-

(25)

69%. Sedangkan tingkat motivasi siswa pada kelas kontrol terdapat 1 siswa direntang 86%-100% dengan indeks sangat tinggi, 21 siswa dengan indeks tinggi pada 70%-85%, 7 siswa dengan indeks sedang antara 60%-69% dan 1 orang siswa dengan indeks sangan rendah pada 0%-49%.

9. Rizki Khamidah, Alben Ambarita, dan Sowiyah (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu terhadap Hasil Belajar Tema Ekosistem. Penelitian ini dilakukan pada tema ekosistem kelas V SDN 8 Metro Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruhu pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tari bambu terhadap hasil belajar siswa pada tema ekosistem kelas V SDN 8 Metro Timur. Dibuktikan dengan nilai posttest pada kelas eksperimen sebesar 73,44 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,07. Nilai rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen sebesar 0,92 dan nilai N-Gain pada kelas kontrol sebesar 0,61.

Berdasarkan hasil penghitungan hipoptesis diperoleh nilai sig (2 tailed) 0,001.

2.3. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing diharapkan dapat menjadikan siswa lebih mudah dalam memperoleh suatu informasi dan juga siswa mampu untuk memahaminya, karena dalam proses pembelajaran dalam model ini siswa berperan aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui kerja kelompok. Model pembelajaran Jigsaw mempunyai beberapa langkah/sintak yang diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa. Sintak dari model pembelajaran Jigsaw yaitu: a) Pembagian kelompok secara acak/heterogen. b). Pembagian materi telah dibagi menjadi beberapa subtopik dan diberikan kepada masing-masing kelompok. c). Mempelajari subtopik yang telah diberikan kepada kelompok. d). Berkumpul dalam tim ahli atau tim yang memiliki subtopik yang sama sehingga siswa mampu membahas subtopik secara mendalam. e). Kembali ke kelompok asal untuk

(26)

memberikan informasi kepada teman yang lain tentang apa yang telah dipelajari di kelompok ahli. f). Kuis individu yang diberikan oleh guru dan dikerjakan secara individu. Dampak Instruksional pada penerapan model pembelajaran Jigsaw yang diterapkan pada pembelajaran Matematika pada materi keliling dan luas bangun datar, yaitu kemampuan menyebutkan keliling dan luas bangun persegi, keliling dan luas bangun persegi panjang, dan keliling dan luas segitiga.

Model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) mempunyai beberapa sintak/langkah yang diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika. Sintak/langkah-langkah dari model pembelajaran Bamboo Dancing (BD) yaitu: a) Apresepsi. b) Penjelasan Pelaksanaan model pembelajaran Bamboo Dancing. c) Penyampaian tujuan pembelajaran. d) Pemberian motivasi. e) Pembagian kelompok (separuh kelas atau seperempat kelas atau berdiri berjajar di bangku masing-masing. f) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. g) Penyimpulan materi pembelajaran. h) Evaluasi.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing (BD), siswa berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing (BD) diharapkan mampu mempengaruhi hasil belajar Matematika siswa.

berikut gambar bagan kerangka berpiki penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan Bamboo Dancing (BD)

(27)

Gambar 2.3

Bagan Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Jigsaw

Keterangan bagan : Dampak Pengiring : Dampak Instruksional :

Model JIgsaw

Sintak

Pembagian Kelompok

Pembagian materi dan subbab

Mempelajari subbab

Tim Ahli

Kerja sama

Toleransi

Kritis

Tanggung Jawab

Tim Asal

Mandiri

Menentukan keliling dan luas persegi

Menghitung keliling dan luas persegi

Menentukan keliling dan luas persegi panjang

Menghitung keliling dan luas persegi panjang

Hasil Belajar

Menentukan luas dan keliling segitiga Evaluasi

Menentukan luas dan keliling segitiga

(28)

Gambar 2.4

Bagan Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Bamboo Dancing (BD)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara pada rumusan masalah dalam suatu penelitian, dan rumusan masalah dibuat dalam bentuk sebuah pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum dibuktikan dengan fakta-fakta melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2010: 96).

Model Bamboo Dancing

Sintak/Langkah Pembelajaran

Pendahuluan

Proses Pembelajaran

Penarikan Kesimpulan

Evaluasi

Minat Siswa muncul

Kerjasama Tanggung Jawab

Menghargai Orang lain

Komunikatif

Penguatan Teliti

Keterangan bagan : Dampak Pengiring : Dampak Instruksional :

Menentukan keliling dan luas persegi

Menghitung keliling dan luas persegi

Menentukan keliling dan luas persegi panjang

Menghitung keliling dan luas persegi panjang

Hasil Belajar

Menentukan luas dan keliling segitiga

Menentukan luas dan keliling segitiga

(29)

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu hasil belajar kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik atau lebih berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing pada pembelajaran Matematika di SD.

H0: Dalam penerapan model pembelajan kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih tinggi secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD di Gugus Kec. Sidorejo Salatiga.

Ha: Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD di Gugus Diponegoro Kec. Sidorejo Salatiga.

Gambar

Tabel 2.2 KI dan KD Matematika Kelas IV Semester II
Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Materi Luas dan  Keliling Bangun Ruang dengan Model Pembelajaran Jigsaw

Referensi

Dokumen terkait

Kategori motif seseorang dalam menggunakan media internet seperti yang dikemukakan oleh Papacharissi dan Rubin adalah motif utility (motif kegunaan), motif passing

Hubungan FDR dengan CAR dalam jangka pendek yaitu hubungan yang signifikan negatif, sedangkan dalam jangka panjang terdapat hubungan (pengaruh) signifikan positif antara FDR

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua sik- lus, dapat disimpulkan bahwa melalui pene- rapan model pembelajaran Think Talk Write

Berdasarkan wawancara dengan guru serta anak TK dan SD (kelas 1) di Surabaya, permasalahan yang terjadi adalah sejak dini tidak dibiasakan untuk dekat dengan dunia olahraga

Tujuan penelitian ini dirancang untuk Mengetahui strategi komunikasi pemasaran sosial apakah yang digunakan Rumah Angklung dalam membangun brand awareness pada awal

Hal ini sesuai dengan pendapat Stein (dalam Yuniarti 2002) kehidupan lajang adalah kehidupan pria dan wanita yang belum menikah, yang tidak terlibat dalam hubungan homoseksual

He knew a bit about sentient weapons, artifacts of great power and great ego, and he understood that Entreri, after decades of enslavement, could not begin to control Charon’s

Penyusun mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan