STUDI EKSPLORATIF DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING DI PERGURUAN TINGGI
Siti Mukhalafatun1, Hanan2
Program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Email: [email protected] ABSTRAK
Masa pandemi COVID-19 menimbulkan beberapa permasalahan khususnya dalam sistem pembelajaran kampus yang dipaksa beralih secara signifikan dari pertemuan tatap muka menjadi pembelajaran e- learning secara total. Dimana e-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan deskriptif kualitatif yang menguraikan keadaan kegiatan pembelajaran e-learning dan pendekatan penelitiannya menggunakan metode studi kasus eksplorasi. Penilaian dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa aktif di beberapa perguruan tinggi berdasarkan sampling secara daring dengan 100 responden. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalahan terkait proses pembelajaran e-learning dan akibat dari permasalahan itu. Dari penelitian yang telah dilakukan, permasalahan tersebut diantaranya kendala jaringan yang tidak menentu, kurangnya semangat dalam pembelajaran, komunikasi antara dosen dan mahasiswa menjadi berkurang, dan sebagainya. Hasil analisis akhir dari penelitian ini dapat dipersentasekan dan digolongkan sebagai acuan dampak pembelajaran pendidikan di masa pamdemi COVID-19 pada Perguruan Tinggi. Adanya COVID-19 diharapkan tidak menjadi batasan untuk menempuh pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi dosen maupun pihak pendidikan lainnya dalam hal permasalahan yang dihadapi mahasiswa. Dengan demikian semua pihak yang terlibat bisa menyesuaikan sistem e-learning dalam proses belajar mengajar, agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Kata kunci : Pembelajaran e-learning, COVID-19, studi eksploratif
PENDAHULUAN
Pandemi COVID-19 merupakan keadaan yang sedang berlangsung kurang lebih sekitar satu tahun. Tentunya pandemi ini mengundang berbagai macam prahara, karena bisa dikatakan bahwa pandemi ini merupakan krisis kesehatan yang sedang melanda dunia. Oleh karena itu, banyak negara yang memutuskan untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi untuk menaati aturan pemerintah seperti isolasi, social and physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB), serta sebagai bentuk usaha untuk memutus pandemi ini. Beberapa orang telah mengamati berbagai pandemi yang membahayakan dunia. Pengamatan melalui tahapan yang sangat sulit karena lawan yang akan dihadapi adalah sebuah virus yang tak terlihat, virus itu adalah COVID-19 coronavirus (Nadeem, 2020). Awalnya diamati di Provinsi Wuhan, Tiongkok, sekarang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. (Fakultas Kedokteran Universitas Lampung & Yuliana, 2020).
Coronavirus atau virus corona merupakam keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi
saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang lebih serius, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV): Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV); dan pneumonia. Sampai saat ini ada tujuh coronavirus (HcoVs) yang trelah diidentifikasi, yaitu HcoV-229E; HcoV-OC43; HcoV-NL63;
HcoV-HKU1; SARS-CoV; MERS-CoV; serta COVID-19. (Halodoc, 2020). Gejala COVID-19 yang paling umum antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, sesak napas, dan batuk kering. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
(Pane, 2020). Tenaga kesehatan berperan penting dalam memberikan tanggap terhadap wabah COVID-19 dan menjadi ditulang punggung pertahanan suatu negara untuk membatasi atau menanggulangi penyebaran penyakit COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). COVID-19 merupakan sebuah virus yang menyerang pernapasan manusia (Kementerian Kesehatan, 2020). COVID-19 ini masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS yang sempat muncul
pada tahun 2019. Ketiga virus ini diketahui disebarkan oleh hewan dan mampu menjangkit dari satu spesies ke spesies lainya termasuk manusia. Penyebaran coronavirus dari hewan ke manusia sangat jarang, tetapi hal ini yang terjadi pada COVID-19, SARS, dan MERS. Manusia dapat tertular coronavirus melalui kontak langsung dengan hewan yang terjangkit virus ini.
Cara penyebarannya disebut transmisi zoonosis.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pencegahan virus ini menurut (Kementerian Dalam Negeri, 2020) yaitu melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor, menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut, terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah, pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker, menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan (Nuraini, 2020). Virus ini telah tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia sejak awal bulan Maret 2020. Pemerintah Indonesia langsung menindak lanjuti kasus tersebut. Salah satu tindakan pemerintah adalah melakukan Social Distancing selama 14 hari untuk meminimalisir penyebaran virus tersebut.
Menurut Center for Disease (CDC) dalam (Kosasih, 2020) Social distancing yaitu menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak antar manusia. Pembatasan sosial/menjaga jarak yang dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 agar tidak menyebar luas di Negara Indonesia. Social distancing sangat berpengaruh untuk menghambat penyebaran COVID-19. Dampak dari adanya COVID-19 tersebut, menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat kesehatan. Hal ini juga berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia.
Hasil keputusan dari menteri pendidikan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun perguruan tinggi dilaksanakan di rumah masing-masing melalui aplikasi yang tersedia.
Menteri pendidikan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan Corona Virus Disease (COVID-l9) Pada Satuan Pendidikan yang menyatakan bahwa meliburkan sekolah dan perguruan tinggi. (Kemdikbud RI, 2020). Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Sebagai gantinya kegiatan pembelajaran dilakukan secara online
untuk semua jenjang pendidikan. Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin merupakan salah satu perguruan tinggi yang menerapakan kebijakan tersebut. Selain daripada itu, masih banyak lagi perguruan tinggi yang melakukan proses pembelajarannya secara online. Hal ini merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran adalah menggunakan e-learning (pembelajaran online).
Pembelajaran online dapat diartikan sebagai sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogik (alat bantu pendidikan), yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti (Dabbagh & Ritland,2005). Aplikasi e- learning ini dapat memfasilitasi aktivitas pelatihan dan pembelajaran serta proses belajar mengajar secara formal maupun informal, selain juga memfasilitasi kegiatan dan komunitas pengguna media elektronik, seperti internet, intranet, CD- ROM, Video, DVD, televisi, HP, PDA, dan lain sebagainya (Darmawan, 2012). Dalam penerapan e-learning (pembelajaran online), dosen dan mahasiswa memiliki perannya masing- masing. Dosen memiliki peran sebagai fasilitator dan pembimbing dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan mahasiswa memiliki peran sebagai konstruktor pengetahuan, pembelajar mandiri (independent learners), dan pemecah masalah (problem solvers) (Bintaro & Kusir dalam Maudiarti, 2018). Di samping itu, istilah E-learning (pembelajaran online) meliputi berbagai aplikasi dan proses seperti computer-based learning, webbased learning, virtual classroom, virtual Schoology, virtual Zoom, dan aplikasi lainnya.
(Dakwah et al., n.d.) Kegiatan pembelajaran online ini dilakukan untuk mengganti kegiatan pembelajaran secara langsung. Walaupun demikian, ternyata pembelajaran online tidak semudah yang dibayangkan (Sriningsih, 2020).
Kuliah online memang hal yang bisa dilakukan untuk menyalurkan materi perkuliahan, akan tetapi tidak semua mahasiswa bisa mempunya cukup kuota serta prioritas sinyal yang normal (Fathoni, 2020). Disamping itu, pembelajaran online juga memiliki beberapa kelemahan yakni penggunaan jaringan internet membutuhkan infrastruktur yang memadai, membutuhkan banyak biaya, komunikasi memalui internet terdapat berbagai kendala/lamban (Haryono, 2003 dalam (Waryanto, 2006)). Meskipun terdapat kendala, kuliah online melatih mahasiswa untuk mandiri sehingga mahasiswa
tidak hanya belajar melalui dosen saja tetapi juga mencari sumber ilmu yang lain seperti buku, literasi, dan sebagainya (Reza, 2020).
Pembelajaran online dapat dikatakan efektif apabila mahasiswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dan mahasiswa aktif dengan adanya interaksi antara dosen serta mahasiswa dalam pembelajaran tersebut dan tidak berpusat kepada dosen saja. Salah satu ciri utama dari pembelajaran mahasiswa yang sangat menonjol adalah adanya kemampuan dan kemauan dalam proses belajar dengan mengarahkan sendiri proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang dia inginkan atau disebut juga sebagai self- directed learning atau kerap disingkat sebagai SDL (Merriam, 2011:30) dalam (Wicaksono, 2012). Bisa dikatakan, kuliah online tidak menjadi masalah karena sudah banyak kampus yang sudah menerapkannya sebelum pandemi, mahasiswa lebih dituntut belajar mandiri (tidak 100% dituntun seperti siswa) (Andayani, 2020).
Hambatan, solusi dan proyeksi pembelajaran daring merupakan aspek penting yang harus dikaji secara mendalam. Adanya hambatan pada proses pembelajaran dapat menurunkan minat belajar mahasiswa (Suryani, 2010), seperti yang dialami oleh beberapa mahasiswa, dosen-dosen, maupun pihak lainnya. Harjanto dan Sumunar (2018) menyatakan bahwa pembelajaran daring ini merupakan proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital sehingga memiliki tantangan dan peluang tersendiri.
Dengan demikian, perlunya mengkaji terkait tentang hambatan yang dialami oleh mahasiswa sendiri sebagai generasi di masa pandemi ini mengalami transformasi belajar yang memiliki tuntutan dalam memahami bahan belajar.
Dengan ini, dapat memberikan respon yang diperoleh agar menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran online di masa pendemi Covid-19 saat ini dan dijadikan sebagai bahan informasi dasar bagi pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan pembelajaran online serta dapat menjadi pertimbangan strategi yang efektif untuk mahasiswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus eksplorasi dan pendekatan penelitiannya menggunakan metode studi kasus kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan berbagai informasi terkait proses belajar mengajar di perguruan tinggi yang terkena dampak pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan filsafat post positivisme yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2009).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu variabel, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2009). Di dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa kalimat dan penjabaran jawaban dari subjek yang dilakukan dengan wawancara. Adapun terkait metode pendekatan penelitiannya yaitu menggunakan metode studi kasus ekplorasi. Penelitian kualitatif dengan pedekatan studi kasus merupakan suatu riset sosial untuk menyelidiki, memahami, dan meneliti suatu masalh yang telah terjadi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran mendalam tentang permasalahan dalam suatu objek penelitian. Adapun eksplorasi menurut KBBI, adalah penjelajahan/penjajahan/penyidikan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang suatu keadaan). Terkait masalah sampel, ukuran sampel bukanlah masalah opini representatif dan pandangan saja, tetapi lebih merupakan masalah kekayaan informasi yang akan diperoleh (Guetterman, 2015). Dalam penelitian ini, kami memiliki 100 responden mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang kami ambil dengan metode random sampling. Untuk tujuan kerahasiaan, kami tidak bisa menyebutkan nama dari responden-responden tersebut. Untuk melakukan penelitian studi kasus, ada beberapa rekomendasi ukuran sampel, yang berkisar tidak lebih dari empat hingga lima kasus (Creswell, 2013). Proses perolehan data kami dapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa aktif dari berbagai perguruan tinggi.
Analisis dan interpretasi data adalah bagian yang paling kritis dari penelitian kualitatif, pedoman analisis data tematik (Creswell, 2009).
Untuk menggali dan mendapatkan informasi terkait dampak dari panemi COVID-19 terhadap proses belajar di perguruan tinggi, maka kami memberikan ruang lingkup variabel yang diteliti, dalam beberapa hal yang terkait dengan, pengalaman mahasiswa terkait proses pembelajaran secara daring; terkait media yang digunakan dalam proses belajar mengajar secara daring; kesulitan dalam memahami materi kuliah selama e-learning; efektifitas e-learning; tingkat stress akibat pembelajaran e-learning; dan terkait perkembangan IPK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada mulanya penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi terkait dampak pandemi COVID-19 terhadap proses belajar mengajar di beberapa perguruan tinggi.
Perguruan tinggi tersebut diantaranya, UIN Antasari Banjarmasin, Universitas Lambung Mangkurat, IAIN Metro, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas Al- Azhar. Dari kuesioner yang telah kami sebarkan kepada mahasiswa dari yang semester 1 hingga semester 8, ada beberapa point informasi yang kami dapatkan terkait proses pembelajaran selama pandemi COVID-19 ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di beberapa perguruan tinggi semenjak pandemi COVID-19 yaitu menggunakan sistem pembelajaran online/
e-learning, yaitu :
84% mahasiswa sudah pernah melakukan proses pembelajaran e-learning sebelum pandemi ini. Dari data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak akan terkejut ketika diadakan proses pembelajaran e- learning.
40% mahasiswa mengalami kesulitan dalam menggunakan media pembelajaran e-learning. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar maasiswa menguasai teknologi, sehingga mereka siap menghadapi keadaan yang sekarang ini, terkait proses pembelajaran e-learning akibat pandemi COVID-19. Adapun media yang biasa digunakan dalam pembelajaran e-learning, berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, diantaranya menggunkan google classroom, google meet, zoom, skype, whatsapp, telegram, website kampus, discord, edmodo, dan youtube.
88% mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam proses pembelajaran e-learning. Kebanyakan dari mereka kesulitan dalam hal mata kuliah yang terkait matematika atau hitungan, serta dalam mata kuliah filsafat. Mereka menyatakan bahwa mata kuliah yang memuat matrematika itu dipelajari secara tatap muka saja, itu sudah susah dipahami, apalagi via daring.
88% mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menyatakan bahwa pembelajaran e- learning kurang efektif, karena berbagai macam hal, diantaranya selama e-learning dosen hanya memberikan penugasan; jaringan yang tidak menentu membuat proses perkuliahan online menjadi kurang efektif; kurangnya komunikasi;
pembelajaran e-learning hanya mebahas poin pentingnya saja tanpa membahas lebih dalam mengenai itu; kurangnya penjelasan dari dosen, tidak mendapat pengawasan langsung dari dosen;
kurangnya semangat karena pembelajaran e- learning bisa dilakukan sambil uring-uringan, sambil makan, dengan kata lain pembelajaran e- learning kurang serius dalam pelaksanaannya; dan terkait waktu perkuliahan yang di luar jadwal yang ditetapkan;
56% mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas akibat pembelajaran e-learning
64% mahasiswa mengalami stress tingkat sedang akibat pembelajaran di masa pandemi ini,
20% diantaranya mengalami stress tingkat rendah, dan sisanya mengalami stress tingkat tinggi
Terkait perkembangan IPK, 48%
mahasiswa dapat mempertahankan IPK nya, bahkan sekitar 32% mahasiswa dapat mengembangkan IPK nya.
56% mahasiswa tidak keberatan jika proses pembelajaran e-learning tetap dijalankan.
Adapun rekam beberapa wawancara yang dilakukan
Wawancara 1
P : Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Universitas Anda setelah terjadinya pandemik COVID-19 ?
M1 : Pembelajaran dilakukan secara online.
P : Aplikasi apa yang digunakan dosen untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran online
?
M1 : zoom, google meet, google classroom, skype.
P : Apakah efektif pembelajaran online dengan menggunakan aplikasi ?
M1 : Tidak efektif. Karena tidak semua mahasiswa bisa menerima pembelajaran secara online.
Kebanyakan mahasiswa banyak yg lebih memahami pembelajaran secara langsung daripada pembelajaran secara daring.
P : Bagaiamana pembelajaran online menurut anda dengan melihat hasil IPK anda saat ini ?
M1 : Proses pembelajaran online sangat berpengaruh pada proses serta hasil dalam pembelajaran. Dimana saya pribadi yang cukup sulit untuk memahami materi jadi semakin kesulitan. Dimana biasanya tugas dan segala macamnya diberikan setelah adanya proses interaksi secara langsung mendapatkan penjelasan secara langsung namun pada proses online ini hanya
membacanya saja dan saya mengakui memang kurang memahami materi jika hanya membacanya saja. Jadi, hal ini tentu mempengaruhi pencapaian pembelajaran saya yang biasanya naik namun menjadi stag bahkan cenderung menurun.
Wawancara 2
P : Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Universitas Anda setelah terjadinya pandemik COVID-19 ? M2 : Pembelajaran dilakukan secara online.
P : Aplikasi apa yang digunakan dosen untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran online
?
M2 : Google meet, skype, zoom, spotify, whatapps.
P : Apakah efektif pembelajaran online dengan menggunakan aplikasi ?
M2 : Tidak efektif, karena dosen biasanya memberikan pelajaran atau penjelasan ketika bukan waktu mata kuliah tersebut.
Kemudian terkadang juga lupa akan waktu, kadang melebihi dan juga ada yang kurang dari waktu mata kuliah. Walaupun sekarang ini tidak ada solusi lain selain e-learning tetap dilakukan. Bagaimanapun apabila pandemi ini belum berakhir, maka tidak akan berhenti juga e-learning ini, kecuali pihak perguruan tinggi melakukan kembali aktifitas seperti semula dengan keadaan terpaksa.
P : Bagaiamana pembelajaran online menurut anda dengan melihat hasil IPK anda saat ini
?
M2 : Pelajarannya semakin sulit sedangkan dosen semakin kurang dalam menjelaskan.
Sebenarnya pemberian tugas di e-learning tergantung jaringan mudah atau tidaknya.
Jika di daerah tersebut sulit mendapatkan jaringan internet maka proses tugas e- learning juga akan menjadi sulit adapun untuk daerah yang memiliki jaringan internet kuat itu akan lebih mudah.
Wawancara 3
P : pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Universitas Anda setelah terjadinya pandemik COVID-19 ?
M3 : Pembelajaran dilakukan secara online.
P : Aplikasi apa yang digunakan dosen untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran online
?
M3 : WhatsApp Grup, Google Meet, Zoom, Classroom, Edmodo
P : Apakah efektif pembelajaran online dengan menggunakan aplikasi ?
M3 : Menurut saya kurang efisien, dimana tidak semua mahasiswa berada dikawasan dengan koneksi baik. Saya mengakui bahwa kesulitan mengakses aplikasi perkuliahan yang saya gunakan.
P : Bagaimana pembelajaran online menurut anda dengan melihat hasil IPK anda saat ini
?
M3 : Dengan adanya sistem daring, saya sangat kesulitan dalam berkomunikasi serta bersosialisasi didalam pembelajaran. Selain itu, dosen cumn memberi arahan materi tanpa penjelasan yang mendetail, sehingga kami sebagai mahasiswa pun kurang memahami mata kuliah yang diampu.. Dan kebanyakan mahasiswa sangat menurun drastis dalam jumlah nilai ip dan ipk.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak COVID-19 terhadap kegiatan pembelajaran online di berbagai perguruan tinggi menggunakan aplikasi yang berbeda-beda sesuai keinginan dosen mata kuliah, dengan mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai bahan ajar menggunakan aplikasi yang digunakan oleh dosen tersebut.
Hasil wawancara mahasiswa dapat disimpulkan pembelajaran online merupakan alternatif jalur penghubung pembelajaran yang belum efektif untuk menjadi solusi pembelajaran di masa pandemic COVID-19 pada perguruan tinggi. Proses pembelajaran e-learning menurut penelitian yang kami lakukan, kurang efektif. Bisa dikatakan tidak ada masalah yang serius dalam pelaksanaannya. Walaupun dapat dikategorikan kegiatan pembelajaran online berjalan dengan baik dan menyenangkan meskipun terdapat berbagai macam kendala dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, mahasiswa masih bisa mengimbanginya. Hal ini bisa dilihat dari sebagian besar mahasiswa bisa mempertahankan IPK mereka.
KESIMPULAN
COVID-19 sebuah virus menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala-gejala COVID-19 antara lain gejala pernapasan akut seperti deman, sesak napas, dan batuk kering.
Pemerintah menindaklanjuti untuk memutus penyebaran COVID-19 dilakukan sistem Social
Distancing yang merupakan pembatasan sosial/menjaga jarak dengan orang lain, menjauhi perkumpulan, dan menghindari pertemuan massal, sebaiknya untuk tetap di rumah saja.
Untuk mematuhi aturran pemerintah tersebut, maka proses belajar mengajar juga terkena dampaknya. Walaupun demikian, proses belajar mengajar wajib dilaksanakan. Untuk mengimbangi hal tersebut, maka dilaksanakanlah proses pembelajaran secara online (e-learning).
Walaupun bisa dikatakan proses pembelajaran e- learning kurang efektif. Namun, mahasiswa tetap dituntut untuk bisa mengimbanginya.
DAFTAR PUSTAKA
Angkowo, R; Kosasih A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran, Jakarta: PT Grasindo Almatsier, S
Berliner, D. C. (1987). Simple views of effective teaching and a simple theory of classroom instruction. In Berliner,D. C. &. Rosenshine B. V (Eds.), Talks to teachers (pp.93-110).
New York: Random House.
Creswell, J. W. (2013). Educational research:
Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. New Jersey: Pearson Education Inc.
Dabbagh, N. and Ritland. B. B, Online Learning, Concepts, Strategies And Application.
Ohio: Pearson, 2005.
Dakwah, S. F., Uin, K., & Fatah, R. (n.d.).
SISTEM MANAJEMEN PEMBELAJARAN ONLINE, MELALUI. 60–76.
Darmawan, D. (2012). “Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, &
Yuliana *). (2020). Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
Gibbsons, M. (2002). The Self-Directed Learning Handbook. John Wiley and Sons.
Harjanto, T., & Sumunar, D. S. E. W. (2018).
Tantangan Dan Peluang Pembelajaran Dalam Jaringan: Studi Kasus Implementas Elok (E-Learning: Open For Knowledge Sharing) Pada Mahasiswa Profesi Ners.