commit to user 67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan & Biklen dalam Semi (1993: 24) menyatakan penelitian kualitatif deskriptif sebagai berikut.
Pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semua penting dan semuanya mempunyai pengaruh dan kaitan dengan yang lain. Dengan mendeskripsikan segala sistem tanda (semiotik) mungkin akan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji.
Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal (individu atau kelompok), keadaan, gejala atau fenomena yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan dalam bentuk angka-angka dan tidak terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan interpretasi data (Sutopo, 1996: 8- 10).
Pemilihan bentuk penelitian kualitatif ini disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas dan tujuan penelitian. Pembahasan permasalahan dan tujuan penelitian, dilakukan dengan memakai strategi berpikir fenomenologis yang bersifat lentur dan terbuka serta menekankan analisisnya secara induktif dengan meletakkan data penelitian bukan sebagai alat pembuktian, tetapi sebagai modal dasar untuk memahami fakta-fakta yang ada (Sutopo, 1996:
47).
Fakta yang akan dideskripsikan adalah kekhasan penggunaan bahasa yang meliputi bunyi bahasa, proses morfologis, diksi, sintaksis, semantik, gaya bahasa, pencitraan, dan kekhasan narasi/dialog dalam empat karya ki Padmasusastra (faktor objektif), dengan memperhatikan latarbelakang sosiohistoris pengarang (faktor genetik). Selanjutnya dilakukan analisis makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra yang berhubungan dengan pola pikir Ki Padmasusastra dibalik pemanfaatan kekhasan ekspresi penggunaan bahasa dalam tanggapan/resepsi pembaca (faktor afektif). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini diarahkan untuk memperoleh deskripsi yang objektif dan akurat dari bahasa yang dipergunakan Ki Padmasusastra dalam karya-karyanya.
commit to user
Penelitian ini tidak hanya mengkaji bagaimana stilistika yang dipakai Ki Padmasusastra dalam empat karyanya, melainkan juga mengkaji mengapa dan untuk apa pengarang menggunakan stilistika demikian. Oleh karena itu penelitian kualitatif ini berlandaskan teori hermeneutik yang mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh makna.
Menurut pandangan hermeneutik, setiap karya sastra memiliki makna dari interpretasi pengarangnya. Karya sastra yang merupakan interpretasi atas sesuatu tersebut selanjutnya menghadapi pembaca (peneliti), dan ditangkap dengan interpretasi pula. Setiap karya seni akan selalu diciptakan kembali oleh pembacanya, atau mendapat makna baru yang diciptakan pembacanya (Sutopo, 2006: 26).
Makna ekspresi manusia berupa karya sastra tidak mungkin dapat dipisahkan dari konteksnya. Realitas sosial budaya selalu terikat oleh interaksi dialektis subjek dan objeknya.
Artinya, interpretasi atas makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra dilakukan dengan memperhatikan latar sosiohistoris pengarang dan tanggapan pembaca. Dialektika keempat karya Ki Padmasusastra (faktor objektif), latar sosiohistoris pengarang (genetik), dan tanggapan pembaca (afektif) terjadi terus-menerus sampai ditemukan simpulan makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra.
B. Teknik Penarikan Sampel (Cuplikan/Sampling)
Dalam rangka memerikan aspek stilistika terhadap karya-karya Ki Padmasusastra, tidak mungkin semua karya Ki Padmasusastra akan dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini hanya memilih empat karya sastra yang dianggap berbobot dan bermutu tinggi yang diharapkan dapat mewakili objek penelitian stilistika terhadap pemakaian bahasa dalam empat karya sastra Ki Padmasusastra. Keempat karya sastra yaitu Serat Rangsang Tuban, Prabangkara, Kandha Bumi, dan Kabar Angin diambil dengan menggunakan teknik penarikan sampel (cuplikan/sampling). Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang digunakan dalam penelitian.
Cuplikan yang diambil dalam penelitian ini lebih bersifat selektif, dengan menggunakan teknik penarikan sampel yang bersifat sampel bertujuan (purposive sample) berdasarkan kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu (criterion based selection).
Teknik cuplikannya cenderung bersifat purposive karena dipandang lebih mampu menangkap kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal (Sutopo, 1996: 53).
commit to user
Pertimbangan yang dapat dijadikan dasar pengkriteriaan untuk menentukan Serat Rangsang Tuban, Prabangkara, Kandha Bumi, dan Kabar Angin sebagai sampel penelitian dapat dibagi dua, yaitu alasan teoretis dan alasan praktis. Alasan teoretis yang dipakai adalah fakta bahwa dalam empat karya sastra Ki Padmasusastra tersebut terdapat aspek kebahasaan yang khas yang dipakai oleh pengarang. Sesuai dengan identifikasi dan perumusan masalah dalam penelitian ini, aspek kebahasaan yang khas itu dapat dilihat dari aspek pemanfaatan bahasa yang meliputi kekhasan bunyi bahasa, pembentukan kata/kekhasan morfologis, kosakata, pengkalimatan/kekhasan sintaksis, semantik, gaya bahasa, pencitraan dan kekhasan bahasa dalam narasi maupun dialog yang dipergunakan oleh Ki Padmasusastra lewat empat karya sastranya.
Alasan praktis pengambilan empat karya sastra Ki Padmasusasra sebagai sumber data antara lain karena keempat karya sastra tersebut merupakan karya sastra Jawa yang berbobot, terbukti sudah pernah dilakukan penelitian dan pengkajian dalam bentuk makalah oleh beberapa ahli maupun dipublikasikan dalam seminar dan sudah berskala nasional, serta banyak dibaca oleh peminat sastra (terutama pecinta budaya dan sastra Jawa).
Peneliti memilih karya-karya Ki Padmasusastra sebagai objek penelitian dilandasi oleh beberapa alasan. Ki Padmasusastra tiyang mardika kang marsudi kasusastran Jawi (1843 – 1926) beliau orang merdeka yang menekuni, menguasai, memiliki kepakaran, kecendikiawanan, karya besar, dan sumbang sih yang teramat besar dalam perkembangan dunia sastra Jawa. Ki Padmasusastra adalah ‘priyayi’ yang mengabdikan diri pada dunia bahasa dan sastra Jawa di luar tembok keraton.
Pergaulan Ki Padmasusastra dengan ahli-ahli bahasa dari negeri Belanda seperti Van der Pant, H.A. De Nooy, G.A.J. Hazeu, dan F.L.Winter dan didukung dengan bahan bacaan yang luas begitu berpengaruh pada diri Ki Padmasusastra yang akhirnya beliau mampu membuat rekonstruksi kritis sastra Jawa dengan menyerap pelbagai norma-norma penulisan sastra Eropa. Di sisi lain, pergaulan Ki Padmasusastra dengan karya-karya pujangga terdahulu tetap memberi muatan warna lokal yang kental. Tahun 1890-1925, karyanya banyak diabadikan dalam bentuk cetakan oleh beberapa penerbit.
Ki Padmasusastra menulis Serat Rangsang Tuban, Serat Prabangkara, Serat Kandha Bumi, dan Serat Kabar Angin menjadi titik kritis dalam sejarah sastra Jawa. Ki Padmasusastra secara eksplisit mengkonstruksi teks sastra dengan kesadaran modern. Ada suatu spirit pembebasan terhadap sastra lama yang akhirnya menemukan bentuknya pada teknik
commit to user
gancaran (prosaik - naratif) sebagai pengganti dari tradisi klasikisme yang berupa tembang- tembang Jawa (Widodo, 2010: 42).
Prosa Jawa menjadi simbol faktual lahirnya demokratisasi dalam sastra Jawa. Sastra tembang dengan aturan normatifnya, jumlah baris, jumlah suku kata dan bunyi akhir (guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu) yang telah pasti, tergantikan oleh prosa yang mencairkan kebekuan sastra klasik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa empat karya besar Ki Padmasusastra adalah bukti nyata telah terjadinya demokratisasi dalam sastra Jawa.
Alasan lain menurut peneliti bahwa keempat karya tersebut adalah benar-benar karya Ki Padmasusastra, dan keempat karya tersebut telah dianggap mewarnai kesusasteraan di Indonesia. Keempat karya Ki Padmasusastra yang terdiri dari Serat Rangsang Tuban, Serat Prabangkara, Serat Kandha Bumi dan Serat Kabar Angin tersebut cukup berwibawa untuk dianalisis.
Keempat karya Ki Padmasusastra dilihat dari isinya mencerminkan unsur dari kosmologi kehidupan, yakni unsur air (Serat Rangsang Tuban), api (Serat Prabangkara), tanah (Serat Kandha Bumi), dan udara (Serat Kabar Angin). Dalam dunia Kejawen, keempat unsur alam tersebut sebagai gambaran keempat nafsu yang selalu dimiliki oleh manusia, yaitu unsur air (nafsu mutmainah), unsur api (nafsu amarah), unsur tanah (nafsu aluamah), dan unsur udara (nafsu sufiah). Dengan demikian dari segi isi, keempat karya prosa Ki Padmasusastra ini saling melengkapi sebagai bentuk ajaran kebatinan Jawa yang dikemas dalam karya sastra.
C. Data dan Sumber Data 1. Data
Sesuai dengan pendekatan penelitiannya, yakni kritik holistik, data penelitian ini terdiri atas tiga kelompok, data faktor objektif, faktor genetik, dan faktor afektif.
Pertama, data objektif berupa data kebahasaan yang berwujud kata-kata yang mengandung bunyi-bunyi tertentu, kata bentukan, kelompok kata, kalimat-kalimat, gaya bahasa yang memperlihatkan keunikan-keunikan maupun kekhasan pemakaian bahasa dalam empat karya sastra Ki Padmasusastra yaitu dalam Serat Rangsang Tuban, Serat Prabangkara, Serat Kandha Bumi, dan Serat Kabar Angin.
Kedua, data genetik berupa informasi mengenai kepengarangan Ki Padmasusastra terutama yang ada kaitannya dengan empat karya sastra Ki Padmasusastra. Dalam penelitian
commit to user
ini juga dibutuhkan informasi mengenai gambaran kondisi sosiokultural masyarakat Jawa pada waktu itu.
Ketiga, data afektif berupa tanggapan atau resepsi pembaca atas makna stilistika empat karya sastra Ki Padmasusastra khususnya Serat Rangsang Tuban, Serat Prabangkara, Serat Kandha Bumi, dan Serat Kabar Angin. Dengan demikian data penelitian merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap masalah yang akan diteliti.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi sebagai berikut.
Sumber data objektif berupa pustaka empat karya sastra berbentuk gancaran ‘prosa’
karya Ki Padmasusastra yaitu (1) Serat Rangsang Tuban merupakan naskah Jawa dengan huruf Jawa cetak diterbitkan oleh N.V. Budi Utama di Surakarta (1912), (2) Serat Prabangkara merupakan naskah Jawa dengan huruf Jawa cetak diterbitkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri (1921), (3) Serat Kandha Bumi merupakan naskah Jawa dengan huruf Jawa cetak diterbitkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri (1924), serta (4) Serat Kabar Angin (1902) berupa naskah Jawa cetak diterbitkan oleh Vogel van der Heyde & Co, Surakarta.
Sehubungan dengan sumber data dalam penelitian ini masih dalam bentuk tulisan Jawa, maka perlu dialihaksarakan terlebih dahulu ke dalam tulisan Latin. Keempat naskah yang menjadi sumber data ini merupakan naskah koleksi Yayasan Sastra Lestari di Surakarta.
Sumber data genetik adalah informan yaitu keluarga dekat Ki Padmasusastra dan para tokoh masyarakat yang mengetahui karya serta karakteristik Ki Padmasusastra.
Informan keluarga dekat Ki Padmasusastra yang dipilih sebagai narasumber yaitu Ibu Eka, Ibu Saras, Bapak Choky, Ibu Ness; dari ahli sastra yaitu Ibu Siti Muslifah, S.S., M.Hum.;
dari akademisi yaitu Prof. Sahid Teguh Widodo, S.S., M.Hum., Ph.D.; dari kritikus sastra yaitu R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum.; dari mahasiswa yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Daerah FIB UNS angkatan 2013, dari para peneliti/tokoh masyarakat yaitu Mulyanto, S.S., M.Hum.; Drs. Amir Mahmud, M.Pd., dan Drs. Suyatno, M.Si.
Pemilihan sampel informan menggunakan teknik purposive sampling. Informan yang dipilih adalah informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah penelitian secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Teknik ini disebut internal sampling karena sampel diambil bukan untuk kepentingan generalisasi, dan sistem ini memungkinkan pemilihan informan berkembang sesuai dengan kebutuhan (Sutopo, 2006).
commit to user
Sumber data afektif berupa informan yakni kritikus, sastrawan, akademisi, dan mahasiswa Jurusan Sastra Daerah. Informan yang dipilih dari kritikus sastra yaitu R. Adi Deswijaya, S.S., M.Hum., Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.; dari sastrawan atau ahli sastra yaitu Siti Muslifah, S.S., M.Hum.; dari akademisi yaitu Dr. Supana, M.Hum., Dr.
Wakit Abdullah, M.Hum, dan Dr. Hartini, M.Hum.; mahasiswa yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Daerah FIB UNS angkatan 2013. Pemilihan sampel informan dengan teknik internal sampling ini memungkinkan pemilihan informan berkembang sesuai dengan kebutuhan.
Informan ini merupakan sumber data faktor genetik dan faktor afektif dalam kerangka kajian kritik holistik. Narasumber tersebut diambil sebagai informan kunci yang diharapkan mampu memberikan tanggapan atas stilistika keempat karya sastra Ki Padmasusastra.
Sumber yang berupa pustaka yang membicarakan Ki Padmasusastra, tulisan mengenai latar sosiohistoris pengarang, buku-buku karangan pendek, hasil penelitian, makalah, naskah seminar maupun artikel yang secara khusus membicarakan Ki Padmasusastra atau sekurang- kurangnya ada kaitannya baik langsung maupun tidak langsung diperlukan sebagai sumber data sekunder yang dapat mempertajam analisis stilistika keempat karya sastra Ki Padmasusastra, memperluas informasi mengenai latar sosiohistoris pengarang, dan memperdalam interpretasi makna stilistika keempat karya sastra Ki Padmasusastra.
Pendekatan kritik holistik menyatakan bahwa interaksi faktor objek, genetik dan afektif bahwa makna ekspresi manusia berupa karya sastra tidak mungkin dapat dipisahkan dari konteksnya. Realitas sosial budaya selalu terikat oleh interaksi dialektis subjek dan objeknya. Artinya, interpretasi atas makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra dilakukan dengan memperhatikan latar sosiohistoris pengarang dan tanggapan pembaca. Dialektika keempat karya sastra Ki Padmasusastra (faktor objektif), latar sosiohistoris pengarang (genetik), dan tanggapan pembaca (afektif) terjadi terus-menerus sampai ditemukan simpulan makna stilistika empat karya sastra Ki Padmasusastra.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu bersifat noninteraktif dan interaktif. Metode noninteraktif dilakukan dengan teknik mencatat dokumen atau arsip (content analysis), sedangkan metode interaktif dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interviewing).
commit to user 1. Teknik Content Analysis
Teknik content analysis atau analisis isi yaitu menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra. Analisis isi merupakan metode penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen (Moleong, 2007: 163). Langkah-langkah content analysis dilakukan dengan cara pembacaan dan penghayatan sumber data utama yakni karya-karya Ki Padmasusastra khususnya Serat Rangsang Tuban, Serat Prabangkara, Serat Kabar Angin dan Serat Kandha Bumi.
Pembacaan berulang-ulang dengan penuh intensitas dalam rangka memperoleh data yang tepat dan teliti.
Peneliti dalam teknik ini tidak sekadar mencatat isi penting yang tersurat dalam sumber data, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data ini peneliti harus bersikap kritis dan teliti. Pembacaan dalam rangka menemukan kekhasan bunyi bahasa, proses morfologis, diksi, sintaksis, semantik, gaya bahasa, pencitraan, dan kekhasan narasi/dialog) dalam empat karya ki Padmasusastra (faktor objektif).
Melalui Content Analysis, data kekhasan penggunaan bahasa dalam empat karya sastra Ki Padmasusastra yang diperoleh dikaji secara cermat agar dapat digunakan dalam penelitian ini serta nilai-nilai penting yang menjadi pokok persoalan yang selanjutnya akan dianalisis.
Sehubungan dengan sumber data dalam penelitian ini masih dalam bentuk tulisan Jawa, maka perlu dialihaksarakan terlebih dahulu ke dalam tulisan Latin. Peneliti juga membaca dan mengumpulkan buku yang relevan dengan objek dan tujuan penelitian.
2. Teknik Wawancara Mendalam
Teknik wawancara mendalam (in-depth interviewing) dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada informan dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan tidak formal-terstruktur guna menggali informasi yang lebih jauh dan mendalam (Sutopo, 2006: 68). Jenis wawancara tidak terstruktur ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur. Wawancara dalam keadaan informal ini dilakukan dalam suasana santai, pertanyaan dan jawaban berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
commit to user
Pewawancara tidak hanya bertanya seperti dalam percakapan biasa, tetapi keduanya juga bisa sharing dan saling mendiskusikannya.
Wawancara dilakukan terhadap keluarga dekat Ki Padmasusastra yang masih hidup, para tokoh akademisi, peneliti, masyarakat pada jaman sekarang untuk mengetahui situasi, peristiwa, dan aktivitas masyarakat yang ikut mempengaruhi lahirnya empat karya sastra Ki Padmasusastra sebagai data faktor genetik. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan para sastrawan, kritikus, akademisi, dan mahasiswa Jurusan Sastra Daerah FIB UNS sebagai pembaca sastra ideal guna memperoleh data faktor afektif mengenai tanggapan mereka terhadap stilistika empat karya Ki Padmasusastra.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi, sebagai pelaksanaan proses multi perspektif.
Menurut Sutopo (1996: 70) berdasarkan jenisnya terdapat empat macam teknik triangulasi, yaitu 1) triangulasi data (data triangulation), 2) triangulasi peneliti (investor triangulation), 3) triangulasi metode (methodological triangulation), dan 4) triangulasi teori (thoretical triangulation). Peneliti dalam hal ini hanya menggunakan dua teknik, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi data ialah peneliti menggunakan beberapa sumber data penunjang yang beragam untuk mengumpulkan data yang sama. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Data yang diperoleh pada sumber data yang satu dapat dikontrol ulang pada sumber data yang lain. Triangulasi metode ialah peneliti menggunakan metode yang berbeda dalam pengumpulan data agar mendapatkan data yang valid.
Serat-serat karya Ki Padmasusastra khususnya Serat Rangsang Tuban, Prabangkara, Kabar Angin dan Kandha Bumi sudah banyak dialihaksarakan dalam bentuk tulisan Latin.
Akan tetapi, masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam penyalinan. Oleh karena itu, perlu adanya triangulasi data dari berbagai hasil transliterasi serat-serat tersebut.
Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda (Sutopo, 1996: 71).
commit to user
Kredibilitas data juga diuji melalui langkah informant review yakni pengkajian ulang dengan para informan, yaitu keluarga dekat Ki Padmasusastra, para tokoh masyarakat, para akademisi, sastrawan, kritikus sastra, dan mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya UNS Surakarta dalam pengumpulan dan analisis stilistika empat karya sastra Ki Padmasusastra. Dengan demikian data dapat dikontrol dan dibandingkan pendapat masing- masing informan sehingga kredibilitas data dapat diketahui.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua cara yakni (1) Model Interaktif dan (2) Metode Pembacaan Model Semiotik. Proses analisis data dilakukan dengan model interakif dengan langkah-langkah: (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan/verifikasi data.
Dalam proses analisis data dimulai dari pengumpulan data, kemudian dibuat reduksi data dan dilanjutkan dengan sajian data dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 2006). Proses menganalisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan seperti berikut ini.
Kegiatan yang dilakukan bahwa data yang telah terkumpul berdasarkan sumber faktor objektif, genetik, dan afektif melalui mencatat dokumen atau arsip (content analysis) dan interview, langkah selanjutnya adalah reduksi data, yaitu proses seleksi data, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar dalam rangka penarikan kesimpulan. Data yang setipe dan yang melimpah direduksi dalam rangka menemukan sistem/kaidah atau sesuatu yang dicari. Data yang telah diklasifikasikan diseleksi untuk memilih data yang berlimpah kemudian dipilah dalam rangka menemukan fokus penelitian. Data tersebut dikaji untuk memperoleh pemahaman tentang aspek yang khas dan menonjol serta mengaitkan dengan konteks permasalahan yang melingkupi penciptaan empat karya Ki Padmasusastra yakni latar sosiohistoris pengarang.
Sejak pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen kunci sudah mulai memahami klasifikasi data, menemukan karakteristik data, dan hal-hal yang dianggap bernilai dalam penarikan kesimpulan. Data yang berupa satuan kebahasaan itu pada satu segi harus ditunjukkan sebagai data pembuktian (data display), namun pada segi lain data semakin dapat direduksi (data reduction). Reduksi data dilakukan untuk menangkap makna dan fungsi yang menonjol dan utama dari segi tertentu yang dianalisis (Subroto, 1997: 60).
Langkah berikutnya membuat sajian data. Sutopo (2006: 115-118) mengemukakan bahwa sajian data merupakan proses merakit atau mengorganisasikan informasi yang
commit to user
ditemukan yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Mengorganisasikan informasi penelitian yang ditemukan ini merupakan proses intelektual yang penting dalam penelitian kualitatif. Analisis yang dilakukan bersifat induktif, tidak mencari data untuk menguji hipotesis, melainkan cenderung membuat kaidah atau pola-pola yang dibangun dari tumpukan fenomena yang berserakan.
Penelitian stilistika terhadap karya-karya Ki Padmasusastra ini dilakukan berdasarkan teori stilistika. Komponen dari unsur-unsur karya sastra Ki Padmasusastra dalam kerangka penelitian stilistika ini disajikan dalam deskripsi tentang pemakaian bahasa yang khas mulai aspek pemakaian bunyi bahasa, pembentukan kata, diksi, pengkalimatan, semantik, gaya bahasa, pencitraan, dan pemanfaatan kekhasan bahasa dalam narasi maupun dialog sebagai wujud stilistika empat karya sastra Ki Padmasusastra. Disajikan pula data yang berupa informasi kepengarangan Ki Padmasusastra serta informasi berupa tanggapan/resepsi pembaca mengenai makna di balik kekhasan ekspresi bahasa dalam empat karya Ki Padmasusastra. Data tersebut kemudian dikelompokkan dan disajikan menjadi tiga faktor yakni (1) data faktor objektif, (2) data faktor genetik, dan (3) data faktor afektif.
Langkah selanjutnya membuat verifikasi atau penarikan kesimpulan sebagai langkah yang esensial dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas pengorganisasian informasi yang diperoleh dalam analisis data. Selanjutnya dilakukan penafsiran intelektual terhadap kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh. Peneliti menarik kesimpulan dan verifikasi berdasarkan reduksi maupun sajian data. Kesimpulan apabila kurang mantap karena kurangnya reduksi dan sajian data, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga pendalaman untuk menjamin mantapnya hasil penelitian (Sutopo, 1996: 88).
Proses analisis interaktif tersebut menurut Miles & Huberman dalam Sutopo (2006:
120) dapat digambarkan dengan diagram berikut ini.
commit to user
(1) (2)
Reduksi Sajian
data data (3)
Penarikan simpulan/verifikasinya
Bagan 5. Proses Analisis Interaktif
Teknik analisis data dalam rangka pengungkapan makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra sebagai sarana sastra dilaksanakan melalui metode pembacaan model Semiotik.
Makna karya sastra merupakan formulasi gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Mengacu teori Semiotik, bahwa karya sastra merupakan sistem komunikasi tanda. Oleh karena itu, apapun yang tercantum dalam karya sastra merupakan tanda yang mengandung makna yang implisit di balik ekspresi bahasa yang eksplisit.
Metode pembacaan model Semiotik dalam rangka pengungkapan makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra yaitu dilaksanakan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik (Pradopo, 1997: 120-124). Pembacaan heuristik adalah pembacaan menurut konvensi atau struktur bahasa (pembacaan semiotik tingkat pertama). Sistem tanda sebagai wujud paparan teks dibaca dan dipilah ke dalam satuan-satuan tertentu tanpa dilepaskan dari hubungan asosiatifnya dengan aspek stilistika dalam empat karya Ki Padmasusastra yang meliputi (1) kekhasan bunyi-bunyi bahasa, (2) pembentukan kata, (3) diksi, (4) sintaksis, (5) semantik, (6) gaya bahasa, (7) pencitraan, dan (8) pemanfaatan kekhasan bahasa dalam narasi maupun dialog.
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang dengan memberikan interpretasi- interpretasi terhadap penggunaan bahasa atau pembacaan semiotik tingkat kedua (Riffaterre, 1978: 5-6). Tanda-tanda kebahasaan itu lalu dianalisis untuk mengungkapkan maknanya, yaitu arti yang ditimbulkan oleh susunan kebahasaan tersebut. Pada hakekatnya tanda-tanda
Pengumpulan data
commit to user
itu bermakna. Seperti dijelaskan di bagian teori, bahwa teori hermeneutik mengarahkan pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh peneliti. Pada kesempatan ini akan dilakukan penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh peneliti terhadap empat karya Ki Padmasusastra. Keempat karya Ki Padmasusastra sebagai karya sastra bermediumkan bahasa, maka dalam penafsiran maknanya tidak terlepas dari dimensi bahasa, yang terformulasi dalam stilistika empat karya Ki Padmasusastra.
Berkaitan dengan hal itu, dalam upaya pengungkapan totalitas makna stilistika empat karya Ki Padmasusastra secara utuh, maka digunakan pendekatan kritik holistik, yakni 1) menganalisis karya sastra (faktor objektif), 2) pengarang sebagai kreator beserta kondisi sosial budaya di lingkungannya (faktor genetik), dan 3) pembaca sebagai penanggap (faktor afektif).
Dengan demikian, stilistika keempat karya sastra Ki Padmasusastra dapat dipahami tidak saja dari arti kebahasaannya melainkan juga maknanya yang memperlihatkan hubungan dinamik antara karya, pengarang (beserta kondisi sosial budaya lingkungannya), dan pembaca.
Tegasnya penelitian stilistika karya-karya Ki Padmasusastra ini tidak hanya berhenti pada persoalan keindahan ekspresi bahasa, melainkan juga muatan maknanya yang merupakan esensi sastra yang tidak terlepas dari latar belakang sosiohistoris pengarang.
Praktik analisis dalam penelitian ini menggunakan metode distribusional yang dijabarkan lewat teknik-teknik analisis data secara bersama dan saling mendukung. Teknik analisis data yang dipergunakan ada dua, yaitu 1) teknik substitusi, dan 2) teknik pelesapan atau delisi (Subroto, 1992: 65-82).
Teknik analisis yang pertama adalah teknik substitusi. Teknik ini mencoba menggantikan atau mensubstitusikan satuan lingual tertentu dalam sebuah konstruksi dengan satuan lingual yang lain serta dampak struktural yang ditimbulkan. Teknik substitusi justru hendak menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk linguistik yang satu dengan yang lainnya. Adapun contoh sebagai berikut.
(39) … wêninging jangga kawuryan sumorot apindha thathit, … kocaking netra pindha lintang karainan,
…kicating pada gumêbyar pindha andaru lêlampah.
(SRT/8)
‘…lehernya tampak bercahaya seperti kilat, … gerakan matanya seperti bintang kesiangan,
… jingkat langkahnya memancarkan sinar seperti ndaru berjalan.’
commit to user
Data di atas terdapat pemanfaatan prefiks {a-, ka-} seperti apindha ‘bagaikan’, infiks {-um-} seperti sumorot ‘terlihat memancarkan sinar’, gumêbyar ‘terlihat berkilauan’, sufiks {- ing} seperti pada kata wêninging ‘kejernihannya’, kocaking ‘gerakannya, kicating pada
‘jingkat langkahnya’ dan didukung dengan pilihan kosakata dari bahasa Kawi seperti netra
‘mata’, karainan ‘kesiangan’ menjadikan suatu kata itu lebih puitis atau arkhais. Apabila kata-kata itu diganti maka tidak mampu mendatangkan efek khusus dan untuk membangun suasana adiluhung ‘indah dan bernilai tinggi’, wibawa, dan agung menjadi kurang terwujud misalnya kata netra diganti mripat ‘mata’, kocaking diganti kocake ‘gerakan’ atau kicating diganti kicate ‘jingkatnya’.
Teknik kedua yang digunakan adalah teknik pelesapan atau delisi, yaitu jika suatu unsur lingual tertentu dalam sebuah konstruksi dilesapkan atau dihilangkan serta akibat struktural yang mungkin timbul.
(40) tapake kontul anglayang / manuk mibêr muluk ngungkuli langit / kalawan gigiring punglu / kuda ngrab ing pandêngan / wêkasaning langit lan jaladri agung / tanggal pisan kapurnaman / sêntèg pisan anigasi // (SRT/65).
‘Bekas telapak burung kontul yang terbang / burung berkeliaran terbang melebihi langit / dan bagian pinggir peluru / kuda menepak di depan penglihatan / akhir langit dan samudera luas / tanggal satu bulan purnama / akhirnya menemui kematian //’
Bait di atas khusus baris pertama berbunyi Tapake kontul anglayang ‘bekas telapak burung kontul yang terbang’ apabila kata tapake ‘bekas telapak’ dilesapkan akhiran {-e}-nya, maka tuturan tersebut akan menyalahi aturan dalam pembuatan tembang. Seharusnya baris pertama pada tembang Pangkur berjumlah delapan suku kata. Apabila dikurangi menjadi tujuh maka tidak sesuai dengan konvensi tembang yang ada.