• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna dan terbaik bagi bayi khususnya pada bayi yang berusia 0-6 bulan karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna dan terbaik bagi bayi khususnya pada bayi yang berusia 0-6 bulan karena"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ASI 2.1.1 Definisi ASI

Air Susu Ibu merupakan cairan air susu hasil sekresi dari kelenjar payudara ibu berupa makanan yang alami atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013). ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi khususnya pada bayi yang berusia 0-6 bulan karena didalam ASI terdapat kandungan unsur-unsur gizi yang sangat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pada bagi bayi yang sangat optimal. ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang bemanfaat sebagai makanan pada bayi (Mustofa, 2010).

2.1.2 Jenis ASI

ASI yang diproduksi oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang berbeda, terdapat 3 jenis ASI yang diproduksi oleh ibu.

a. Kolostrum

Merupakan cairan kekuning-kuningan yang diproduksi pada hari pertama hingga keempat dengan kandungan protein serta zat anti infeksi yang tinggi dan berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan gizi dan menjadi proteksi pada bayi baru lahir (Astutik, 2014).

(2)

b. Transitional milk (ASI peralihan)

ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI peralihan diproduksi 8-20 hari dengan kader lemak, laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, dan kadar protein, mineral lebih rendah (Widuri, 2013)

c. Mature milk (ASI matang)

ASI matang merupakan air susu ibu yang dihasilkan dalam waktu kurang lebih 21 hari setelah ibu melahirkan bayi, dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10% karbohidrat, protein, dan lemak untuk perkembangan bayi (Widuri, 2013). ASI matang terdapat 2 tipe, yang pertama foremilk dan yang kedua hindmilk.

Foremilk diproduksi pada awal menyusui dengan kandungan protein yang tinggi, laktosa dan nutrisi lainnya namun rendah lemak, serta memiliki komposisi yang lebih encer. Sedangkan hindmilk diproduksi saat menjelang akhir menyusui dengan kandungan tinggi lemak (Astutik, 2014).

2.1.3 Kandungan ASI

Nutrisi didalam ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien, yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak. Sedangakan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Hegar, 2010).

a. Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang memiliki fungsi sebagai salah satu sumber energi sebagai otak kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Dengan rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI lebih manis dibandingkan dengan PASI (Hegar, 2010).

Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glokosamin. Galaktosa menjadi nutrisi yang vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan

(3)

nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan myelin (selaput pembungkus syaraf). Dari hasil penelitian semakin tinggi kadar laktosa dari jenis susu mamalia semakin besar pertumbuhan otaknya. Hal ini menunjukkan bahwa sel otak berkembang secara optimal sekaligus dengan fungsi (Astutik, 2014).

Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fusfor dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil penamatan terhadap bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif menunjukan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi berusia 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat (Astutik, 2014).

b. Protein

ASI mengandung dua protein utama yaitu whey dan casein. Whey merupakan protein yang halus dan mudah dicerna, sedangkan casein adalah protein yang bentuknya kasar dan sulit untuk dicerna oleh usus bayi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari dari protein whey dan casein, dengan perbandingan 60:40 sehingga akan lebih banyak protein yang serap oleh sistim pencernaan bayi (Roesli, 2014). Kualitas protein ASI lebih baik dibandingkan susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin yang hanya ditemukan dalam jumlah sedikit dalam susu sapi (Hegar, 2010).

ASI sekaligus kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari tiga jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat dan fosfat).

Nukleotida mempunyai peran yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan

(4)

kematangan usus. Merangsang pertumbuhan bakteri baik yang didalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (Hegar, 2010).

c. Lemak

Kadar lemak yang terdapat dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI akan berubah kadarnya setiap kali dihisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 pertama hisapan akan berbeda pada 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan bayi (Astutik, 2014).

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang terdapat dalam ASI mengandung lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatte acids) yaitu DHA (Dacosabexaenoic Acid) dan AA (aracbidonik) yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah cukup tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari omega-3 (asam linolenat) dan omega 6 (asam lonoleat) (Arif, 2012).

Lemak ASI mudah untuk dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI mnengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistim pencernaan bayi.

Kolesterol adalah bagian dari lemak yang penting. Kolesterol merupakan lemak yang meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolsterol tinggi didalam ASI (Astutik, 2014).

d. Kartinin

Kartinin memiliki peran dalam membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar

(5)

kartinin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan didalam kolostrum kadar kartinin ini lebih tinggi (Hegar, 2010).

e. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang cukup lengkap. Vitamin yang cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu adanya tambahan vitamin K pada hari ke 1, 3 dan 7. Makanan yang dikonsumi ibu sangat berpengaruh terhadap kadar vitamin dalam ASI (Astutik, 2014).

f. Mineral

Mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi cukup untuk bayi sempai umur 6 bulan. Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak juga dipengaruhi oleh status gizi ASI (Hegar, 2010).

Mineral utama yang terdapat didalam ASI adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium dalam ASI lebih rendah dibandingkan susu sapi, tetapi tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak menyebabkan perbedaan pada tingkat penyerapan. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI (Hegar, 2010).

Kandungan zat besi baik didalam ASI maupun susu formula keduannya rendah dan bervariasi. Namun bayi yang mendapatkan ASI mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibandingkan dengan bayi yang mendapat

(6)

susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula (Hegar, 2010).

2.1.4 ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif

a. ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Serta menurut. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI pada bayi mulai 0 - 6 bulan dalam rangka mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Damanik, 2015).

b. Pemberian ASI non eksklusif merupakan ASI yang ditambah dengan pemberian makanan tambahan atau yang biasa disebut dengan MP ASI, pemberian ASI non eksklusif diberikan karena kurangnya pengetahuan akan pnetingnya ASI, pemahaman tentang ASI dan pengaruh promosi susu formula yang terdapat dipasaran. Makanan Pendamping ASI yaitu makanan atau minuman yang didalamnya mengandung gizi untuk diberikan kepada bayi/anak dalam memenuhi kebutuhan gizinya. (Prasetyono, 2012).

2.1.5 Manfaat Pemberian ASI

ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi yang memiliki berbagai manfaat, baik bagi bayi, ibu, keluarga. Berikut manfaat pemberian ASI:

1. Untuk Bayi a. Kesehatan

ASI merupakan cairan yang mampu diserap dan digunakan tubuh dengan cepat. Komposisi gizi pada ASI yang lengkap bermanfaat memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi terhindar dari malnutrisi. Kandungan antibodi

(7)

yang terdapat pada ASI mampu memberikan imunitas bayi sehingga dapat mencegah terjadinya kanker limfomaligna dan bayi lebih sehat dan lebih kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI (Astutik, 2014).

b. Kecerdasan

ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa yang memiliki proses mielinisasi otak. Mielinisasi otak merupakan proses pematangan otak untuk berfungsi secara optimal. Pemberian ASI secara langsung dapat merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak sehingga terjalin sempurna. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi dibandingkan dengan anak ASI noneksklusif. Perbedaan selisih rata-rata IQ antara kedua kelompok sebesar 13,9 point (Astutik, 2015).

c. Emosi

ASI merupakan bentuk kasih sayang ibu kepada bayiny. Pemberian ASI dengan cara mendekap bayi dapat merangsang kecerdasan emosional. Doa dan harapan yang didengungkan selama proses menyusui dapat mengasah kecerdasan spiritual bayi.

2. Untuk Ibu Bayi

Menurut Prasetyo dalam buku Pintar ASI Eksklusif (2012) menjelaskan tentang manfaat ASI bagi ibu bayi antara lain:

a. Mencegah perdarahan pasca persalinan

Perangsangan pada payudara ibu oleh hisapan bayi akan diteruskan ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya hormon oksitosin. Oksitosin membantu untuk meningkatkan kontraksi kandungan dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.

(8)

b. Mempercepat pengecilan kandungan

Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan kandungan berkontraksi dan dengan demikian pengecilan kandungan terjadi lebih cepat.

c. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara

Pada saat menyusui hormon esterogen mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui kadar hormon esterogen tetap tinggi dan inilah yang menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan hormon esterogen dan progesteron.

d. Mempercepat kembali ke berat badan semula

Selama hamil ibu memiliki lemak banyak dibawah kulit. Lemak ini akan digunakan untuk membentuk ASI, sehingga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut akan tetap tertimbun didalam tubuh.

e. Metode kontrasepsi sementara

Menyusui secara eksklusif dapat mejarangkan kehamilan. Rata – rata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui adalah 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan,. ASI yang digunakan sebagai metode kontrasepsi sementara dengan syarat, bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali dan ASI diberikan secara eksklusif.

(9)

3. Untuk Keluarga a. Praktis

ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu berada dalam kondisi steril, sedangkan untuk pemberiann susu formula yang harus mencuci dan mensterilkan botol sebelum digunakan.

b. Menghemat biaya

ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya seperti membelikan susu formula. Pemberian ASI dapat menyehatkan bayi sehingga menghemat pengeluaran keluarga untuk berobat.

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI 1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang untuk mencari informasi yang dibutuhkannya. Pendidikan ibu yang tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru, sehingga promosi dan informasi mengenai ASI mudah diterima dan diterapkan oleh sang ibu (Haryono, 2014).

b. Pengalaman

Pengalaman ibu dalam menyusui memiliki peran penting dalam pemberian ASI eksklusif, ibu yang umurnya lebih tua dan sudah pernah melahirkan atau memiliki anak memiliki pengetahuan yang lebih mengenai ASI ekslkusif dibandingkan ibu yang baru memiliki anak atau baru pertama melahirkan (Sihombing, 2018).

c. Masalah Fisik

Ibu sehat merupakan kuncikeberhasilan menyusui. Nutrisi bayi bergantung status gizi ibu selama kehamilan. Ibu yang kerdil, kurang berat

(10)

badan atau kurang multivitamin dan beberapa mikronutrien tidak dapat memberikan elemen penting dalam ASI yang dibutuhkan oleh bayi.

Usia saat menikah menjadi masalah. Kementerian Kesehatan mencatat bahwa masih ada 4,8% perempuan menikah pada usia 10- 14 tahun. Mereka biasanya gadis-gadis miskin yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, lahir di sebuah keluarga petani, berpendidikan rendah dan pada status sosial ekonomi terendah. Semua gambaran yang melekat pada diri mereka tersebut tidak akan memberi mereka kemampuan yang cukup untuk siap menyusui.

d. Masalah Psikologis

Masalah emosional dan perilaku merupakan masalah yang krusial untuk mempertahankan ASI eksklusif. Unicef menekankan pentingnya untuk memperhatikan kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan kepada bayi dan apakah saatnya sudah tepat waktu diperkenalkan.

Ada banyak masalah psikologis yang mengganggu sebuah proses menyusui, seperti ibu yang memiliki persepsi salah bahwa ASI mereka tidak dapat memenuhi bayi mereka. Hal ini yang mendorong mereka memberikan makanan tambahan selain ASI. Tekanan psikologis dari anggota keluarga lain menjadi masalah untuk ibu, ibu cenderung menyenangkan anggota keluarga dewasa lainnya dan menganggap bahwa bayi mereka tidak akan lapar karena ibu memberi makanan tambahan.

e. Masalah Menyusui Dini

Inisiasi Menyusui Dini merupakan proses dimana nalurinya bayi sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit bayi dan ibu dibiarkan satu jam pada dada ibu, sampai

(11)

bayi menyusu sendiri. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Depkes, 2014).

f. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu dapat memunculkan masalah dalam menyusui, misalnya pada ibu yang bekerja di daerah pertanian. Pekerjaan fisik di daerah pertanian menguras cukup tenaga dan dapat menurunkan status gizi ibu.

Mereka akhirnya kurang sehat untuk menyusui. Ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri mendapatkan cuti hamil, hal ini dapat menjadi masalah karena kebanyakan ibu bekerja hanya diperbolehkan cuti dengan jumlah total 3 bulan sebelum dan setelah melahirkan. Sebagai bagian dari program keluarga berencana, ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri hanya dapat diizinkan untuk menikmati cuti hamil sampai bayi ketiga.

2. Faktor Eksternal a. Masalah keluarga

Peran keluarga dalam langkah baik pemberian ASI amat penting, seperti inisiasi menyusui dini sangat penting dan kehadiran keluarga di dalam maupun di luar ruang bersalin bisa sangat signifikan dalam mendorong proses inisiasi karena mereka dapat meminta hak bayi mereka untuk mendapatkan ASI segera. Keterlibatan ayah menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung praktek menyusui, karena ayah memiliki waktu dan dukungan yang lebih untuk diberikan kepada istri.

Selain memainkan peran untuk memenuhi gizi ibu selama dan setelah kehamilan, ayah juga dapat mendukung keputusan ibu untuk menyusui.

(12)

b. Ketahanan pangan

Ketersediaan pangan di Indonesia umumnya tidak merupakan masalah. Ada banyak pilihan yang tersedia bagi ibu untuk memenuhi preferensi mereka dalam memenuhi gizi serta nutrisi penting yang sesuai untuk mereka dalam masa menyusui. Namun, mereka mungkin tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Selain itu, bahkan jika mereka mampu membelinya, mereka mungkin masih menghadapi ketimpangan distribusi makanan di antara anggota rumah tangga.

Ketimpangan dimaksud adalah seperti ketika ayah sebagai kepala keluarga mendapat porsi terbaik dalam makanan yang disediakan di rumah sehingga ibu cenderung memperoleh porsi yang tidak sesuai kebutuhan bayi yang disusuinya.

c. Peran media

Media memiliki peran yang penting, media dapat memainkan dua peran yang berbeda dalam mensukseskan ASI eksklusif. Dalam satu sisi digunakan secara habis-habisan untuk mengiklankan susu formula atau makanan tidak sehat, yang hal ini terus menerus membahayakan praktek pemberian ASI eksklusif dan banyak ibu mempercayai iklan susu formula yang akibatnya tidak memberikan ASI eksklusif. Di sisi lain, media yang digunakan untuk meningkatkan inisiasi menyusui dan durasi menyusui, akan dapat secara efisien mendorong peningkatan praktek dalam menyusui.

d. Keyakinan dan praktik budaya

Masalah budaya yang masih banyak ditemukan pada kalangan ibu- ibu di Indonesia secara bervariasi. Beberapa diantaranya mungkin

(13)

mengganggu praktek menyusui. Misalnya pada keluarga tradisional memberikan batasan makanan tertentu yang sebenarnya kaya nutrisi merupakan masalah penting untuk pemberian ASI. Makanan pre-lacteal dengan menggunakan madu, air atau air dengan gula, teh, pisang juga umum banyak dijumpai. D aerah yang lebih berkembang di Indonesia, penggunaan susu formula mungkin umumnya terkait dengan budaya modern seperti apa yang ditemukan di negara-negara maju.

e. Profesional kesehatan

Dukungan dari petugas kesehatan yang professional dapat memberikan informasi atau nasehat kepada ibu tentang ASI dan manfaatnya, sehingga mempengaruhi kontinuitas ibu dalam memberikan ASI. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, peran petugas kesehatan, keterpaparan media, peran suami, serta peran orang tua dengan pemberian ASI eksklusif (Astutik, 2014).

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan 2.2.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Nursalam, 2016).

Pengetahuan domain yang penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang. Pengetahuan mempunyai kemampuan untuk mengingat hal-hal yang bersifat khusus atau universal. Selanjutnya pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran seseorang dan akhirnya akan memyebabkan

(14)

orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam, 2016).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang didapatkan dari kemampuan berfikir setelah menggunakan indera objek tertentu.

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, Fitriani (2011) berpendapat bahwa faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor internal:

1. Pendidikan

Pendidikan yaitu suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian kemampuan dalam dan luar sekolah yang berlangsung seumur hdup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

Pendidikan tinggi seseorang akan mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Banykanya informasi yang masuk, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan mengenai kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada pendidikan formal, dapat juga diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang mengenai objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative. Kedua aspek inimenentukan sikap seseorang mengenai objek. Semakin banyak aspek positif dapat menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut.

(15)

2. Pengalaman

Pengalaman diperolah dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

3. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga yang diperoleh akan semakin banyak.

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kebutuhan yang penting dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah merupakan sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara untuk mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2016).

5. Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang mendekat pada laki-laki maupun perempuuan yang dikontruksikan secara social maupun kultural b. Faktor eksternal:

1. Media Massa/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediate impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti

(16)

televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain pempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

2. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisii yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan itu baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.

2.2.3 Tingkat pengetahun

Menurut Makhfudli dan Efendi (2009), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termsuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu objek yang spesifik dari sebelum bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehention) dapat diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. orang telah paham terhadap objek maupun materi serta dapat menjelaskan, menyimpulkan objek yang dipelajari.

(17)

c. Aplikasi (application) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis) suatu kemapuan untuk menyebarkan materi maupun objek kedalam komponen, tetapip masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan lainnya.

e. Sintesis (syntesis) menunjuk kpada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau formula yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian suatu objek.

2.2.4 Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012) dikelompokkan menjadi dua, antara lain:

a. Cara Memperoleh Pengetahuan Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:

1. Cara Coba Salah (Trial And Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

2. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

(18)

3. Cara Kekuasaan Atau Otoritas

Sumber pengetahuan cara ini diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

5. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua pada zaman dahulu, agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin dengan menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.

6. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

(19)

7. Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

8. Melalui Jalan Pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan- pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik. (Notoatmodjo, 2012).

b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penilaian ilmiah atau disebut metodologi penelitian. Cara ini bermula dikembangkan oleh Francis Bacon (12561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Vn Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi lasngsung, dan membuat suatu pencatatan terhadap semua dakta sehubungan dengan objek yang diamati. Penctatan ini mencakup tigal hal pokok, sebagai berikut:

(20)

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala yang berubah pada kondisi tertentu (Notoadmojo, 2012)

2.2.5 Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skkala yang bersifat kualitatif, berikut:

a. Tinggi : Hasil presentase 76% - 100%.

b. Sedang : Hasil presentase 56% - 75%.

c. Rendah : Hasil presentase < 56%

(Arikunto, 2012).

(21)

2.3 Konsep Dasar Keterampilan 2.3.1 Definisi Ketrampilan

Ketrampilan merupakan hasil dari latihan yang berulang yang dapat juga disebut perubahan yang progesif atau meningkat dari orang yang mempelajari ketrampilan sebagai hasil dari aktifitas tertentu.

Ketrampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan/tugas dengan menggunakan peralatan kerja yang ada dan anggota badan. Ada 3 jenis kemampuan dasar yaitu: kemampuan yang bersifat manusia (human skill, membuat konsep (conceptuall skill) dan kemampuan teknik (technicall skill).

Ketrampilan konseptual adalah kemampuan untuk melakukan kerjasama dalam pekerjaan, pada pekerjaan tersebut dapat memberikan ketrampilan.

Ketrampilan teknik adalah kemampuan untuk menerapkan prosedur, menggunakan alat dan teknik yang berhubungan dengan bidang yang digelutinya, sedangkan ketrampilan manusia adalah kemampuan untuk dapat mengerti, memberikan motivasi dan bekerja (Budiyono, 2014).

Keterampilan teknik menyusui adalah suatu keterampilan yang diterapkan agar seseorang dapat menjadi konselor dan motivator kepada seorang ibu sehingga ibu tersebut mau dan dapat menyusui anaknya dengan benar (Alasiry, 2015).

2.3.2 Proses terjadinya ketrampilan

Pelatihan ketrampilan merupakan aktifitas utama selama fase penerapan atau implementasi suatu program kesehatan. Selama penerapan pelatihan bertujuan untuk memelihara dan membangun perilaku-perilaku yang sangat penting untuk kelangsungan program sehingga pelatihan tersebut akan mengarah pada diperolehnya ketrampilan. Proses pelatihan dan pendidikan

(22)

menyatakan bahwa suatu sikap belum tentu akan terwujud dalam tindakan atau praktek. Diperlukan kondisi tertentu yang memungkinkan perubahan sikap menjadi tindakan/praktek, antara lain tersedianya fasilitas untuk belajar : a. Peserta diberi kesempatan untuk melihat, mendengar dan melakukan

sendiri.

b. Peserta diberi kesempatan untuk menguasai bagian-bagian dari komponen sebelum menguasai ketrampilan secara keseluruhan.

c. Peserta melakukan sendiri ketrampilan baru tersebut.

d. Peserta mengevaluasi hasil dari ketrampilan baru dan memberi umpan balik atas praktek ketrampilan baru tersebut (Notoatmodjo, 2014)

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pemberian ASI eksklusif masyarakat. Kader dengan pengetahuan yang baik cenderung lebih terampil daripada kader dengan pengetahuan yang kurang.

Namun proses terjadinya suatu tindakan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja karena memerlukan proses yang kompleks dan waktu yang lama. Oleh karena itu pelatihan yang rutin dan berkesinambungan dapat membantu kader untuk mengaplikasikan pengetahuannya menjadi tindakan sehingga dalam waktu tertentu dapat menjadikan kader terampil dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu (Sutiani, 2014).

2.4 Metode Simulasi 2.4.1 Pengertian

Penggunaan metode simulasi sudah popular diklangan pengajar dengan seiringnya perkembangan metode dalam mengajar. Simulasi sendiri merupakan suatu metode belajar yang dapat diterapkan oleh setiap pengajar. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura. Kata simulation memiliki

(23)

arti tiruan datau perbuatan yang berpura-pura. Simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara menjelaskan sesuatu melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi dapat juga diartikan bermain peran yang seolah-olah dalam keadaan sebenarnya (Sudjana, 2013).

2.4.2 Tujuan

Tujuan dari metode simulasi ini sebagai berikut:

a. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat professional maupun kehidupan sehari-hari.

b. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.

c. Melatih memecahkan masalah.

d. Meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.

e. Memberikan motivasi belajar kepada kader.

f. Menumbuhkan daya kreatif kader.

g. Melatih kader untuk mengembangkan sikap toleransi (Sudjana, 2013).

2.4.3 Bentuk Simulasi

Bentuk simulasi yang dapat diterapkan:

a. Peer teaching

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa

kepada teman-teman calon guru.

b. Sosiodrama

Sosiodrama yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah sosial.

(24)

c. Psikodrama

Psikodrama merupakan bermain peranan yang ditujukan agar kader memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep sendiri, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan yang menimpa dirinya. Dengan demikian, psikodrama dilakukan untuk maksud terapi.

d. Simulasi game

Simulasi game yaitu bermain peranan, di sini para kader berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditetapkan.

e. Role playing

Role playing yaitu bermain peranan yang ditujukan untuk mengkreasi

kembali peristiwa masa lampau, mengkreasi kemungkinan masa depan, mengekspose kejadian masa kini dan sebagainya (Sudjana, 2013).

2.4.4 Pelaksanaan Simulasi

Menurut Sudjana, (2013). Metode simulasi memiliki langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:

a. Kader menentukan topik dan tujuan simulasi (akan lebih baik bila ditentukan bersama peserta atau ibu posyandu).

b. Kader memberikan gambaran garis besar situasi yang akan disimulasikan.

c. Kader menentukan kelompok, peranan, ruangan, materi, dan alat yang diperlukan.

d. Kader memilih pemain (pemegang) peranan.

e. Kader memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain peranan tentang hal-hal yang harus dilakukan.

(25)

f. Kader memberi kesempatan bertanya kepada siswa/mahasiswa mengenai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi.

g. Kader memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk menyiapkan diri.

h. Kader menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi.

i. Peserta posyandu melaksanakan simulasi, kader mengawasi, memberi saran untuk kelancaran simulasi.

j. Peserta posyandu secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi.

k. Peserta posyandu membuat kesimpulan hasil simulasi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian fungisida botani berupa ekstrak cengkeh dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa antara perlakuan C1 (ekstrak cengkeh 100 ml/l air) sebesar 86,25 % dan

Berdasarkan hasil data dan penelitian, simpulannya adalah pengaruh lagu yang berjudul “hey tayo” terhadap kemampuan anak menyebutkan warna – warna pada anak usia 4 tahun

Sky Parking sebagaimana disebutkan merupakan perbuatan melanggar hukum karena secara tegas hal tersebut dilarang oleh Pasal 18 ayat (1) huruf (a) UUPK yang menyatakan bahwa

NO HARI/ TGL JAM PUKUL JURUSAN SMT-KLS MATAKULIAH DOSEN PEMBINA PENGAWAS RUANG Bahasa dan. sastra Arab VI A &amp; B Nadzariyah al-Adab II Dr.H.Helmi Syaifuddin,M.Fil.I

Gejala yang terjadi pada larva yang memakan daun yang telah diaplikasikan dengan insektisida babadotan, yaitu larva mengalami penurunan nafsu makan karena ekstrak

Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengusulkan ubah suaian kaedah perluasan- TOPSIS berasaskan potongan-α daripada sebelas kepada hanya tiga nilai potongan-α bagi

Maka dalam mewujudkan usaha yang makmur tersebut dibentuklah Peraturan Bupati Bengkalis Nomor 05 Tahun 2005 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Distribusi Tata Niaga

Hasil penelitian dengan menunjukkan adanya pengujian dengan enzim GOT dan GPT tersebut adalah untuk menentukan adanya suatu indikator untuk mendeteksi kerusakan hepar dengan