• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2).Januar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2).Januar"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2).Januar Kustiandi (Lai, Shih, Ko, Tang, & Hsueh, 2020). Penyakit ini pertama kali ditemukan pada Desember 2019 dan diidentifikasi berasal dari sebuah pasar makanan laut Hunan di Kota Wuhan, China (Shereen dkk., 2020).

Dikarenakan tingkat penyebarannya yang cepat dan luas, COVID-19 kemudian oleh WHO secara resmi dinyatakan sebagai pandemi pada tanggal 13 Maret 2020 (WHO, 2020). Dikonfirmasi bahwa transmisi virus ini dapat menular dari manusia ke manusia.Januar Kustiandi (Chavez, Long, Koyfman,

& Liang, 2020).

Saat ini kasus COVID-19 di Indonesia positif 4.008.166, sembuh 3.606.164, meninggal 128.252 ( PHEOC KEMKES RI, 2021).Di Indonesia dampak Pandemi COVID-19 terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu dan telah menimbulkan korban jiwa, serta kerugian material yang semakin besar, sehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu dampak ke Perekonomian Negara sangat signifikan diantaranya: perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan. Tidak hanya itu, Pandemi COVID-19 juga berdampak pada memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai

(2)

2

aktivitas ekonomi domestik.Dengan semua implikasi/dampak dari Pandemi COVID-19 tersebut, maka negara dalam hal ini Pemerintah perlu untuk segera dan mendesak melakukan berbagai upaya untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety net), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak serta yang berpotensi menganggu ketahanan dan stabilitas sektor keuangan serta perekonomian negara.

Hal inilah yang menjadi latarbelakang terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun tahun 2020 sebagai payung hukum, yang kemudian ditetapkan dan disetujui oleh DPR menjadi Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.Upaya penanggulangan Pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi tanggungjawab Pemerintah namun perlu sinergitas dan kontribusi dari semua elemen bangsa. Keberadaan pandemi COVID-19 telah memaksa masyarakat tidak hanya Indonesia namun juga dunia untuk membatasi aktivitas karena penyebarannya yang masif dengan resiko kesakitan dan kematian yang signifikan. Banyak masyarakat terpaksa tinggal dirumah dan hampir semua aktivitas dilakukan dalam ruangan, sementara itu penyebaran Pandemi COVID-19 belum memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir, bahkan justru

(3)

3

sebaliknya menurut WHO virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 mungkin tak akan pernah hilang.Kondisi ini memaksa semua sektor untuk

‘mencari akal/jalan’ agar tetap bisa menjalankan kehidupan ‘beriringan’

dengan COVID-19 sehingga muncul istilah New Normal.

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, New Normal adalah perubahan prilaku/penyesuaian pola hidup agar tetap dapat menjalankan aktivitas dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 diantaranya seperti:

pembatasan aktifitas sosial, penggunaan masker yang masif/wajib, dan perubahan pola kerja menjadi work from home. Namun penerapan pola hidup New Normal saja dipandang tidak cukup. Menurut Firma Konsultan Manajemen Mckinsey, disamping transisi ke bentuk normal yang disebut dengan New Normal, perlu dibentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

Pada prinsipnyaherd immunitydimaknai sebagai ambang batas dari kekebalan tubuh banyak orang yang dapat menurunkan jumlah kejadian infeksi dengan sendirinya, yang dapat dicapai/diperoleh melalui tindakan vaksinasi. Ketika jumlah masyarakat yang di vaksinasi telah mencapai proporsi tertentu dari suatu populasi, maka peluang terjadinya infeksi di populasi tersebut akan menurun. Hal ini sejalan dengan pandangan/pendapat dari PBB melalui WHO, sehingga negara-negara di dunia dan lembaga-lembaga internasional kemudian berfokus untuk menemukan vaksin untuk COVID-19, membuatnya, dan memperbanyaknya hingga dapat didistribusikan keseluruh negara-negara yang terdampak Pandemi COVID-19.

(4)

4

Mengingat pentingnya keberadaan Vaksin COVID-19,negara-negara didunia,termasuk Indonesia menjadikan pemberian Vaksin COVID-19 sebagai prioritas dalam penanggulangan Pandemi COVID-29. Selama tahun 2020 terdapat beberapa negara yang telah melakukan vaksinasi, seperti: Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Pemerintah akan terus mengikuti perkembangan vaksinasi yang telah dilakukan oleh berbagai negara sebagai bahan masukan untuk program vaksinasi nasionl. Di Indonesia, Pemerintah mengambil kebijakan yang dituangkan dalam bentuk Program Pengadaan Vaksin dan pemberian Vaksinasi COVID-19 sebagai bagian dari Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Pemberian vaksin tersebut secara umum bertujuan untuk mengurangi transmisi atau penularan COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity), selain itu juga melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.Mengingat keberadaan Vaksin COVID-19 adalah untuk membentuk kekebalan kelompok di masyarakat, maka diperkirakan setidaknya 70% dari populasi masyarakat indonesia atau setara dengan 182 Juta jiwa harus mendapatkan Vaksin COVID-19. Namun tidak mudah untuk mendapatkan Vaksin COVID-19 mengingat hampir semua negara terdampak COVID-19 juga memiliki prioritas/target untuk dapat meng-akses Vaksin COVID, ditambah dengan kondisi terbatasnya Penyedia Vaksin yang sudah memenuhi kualifikasi untuk COVID-19, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden RI bahwa semua negara di dunia berlomba-

(5)

5

lomba untuk memperoleh Vaksin COVID-19, hal ini bertujuan untuk memulihkan warga dan membangkitkan kondisi perekonomian.Dengan kebutuhan akan Vaksin yang besar dan kondisi Penyedia Vaksin yang terbatas ditengah banyaknya negara-negara di dunia yang juga membutuhkan Vaksin COVID-19, maka Pemerintah Indonesia menempuh beberapa cara sekaligus, yakni melalui 3 cara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pertama, mengembangkan vaksin COVID-19 Merah putih secara mandiri di dalam negeri, kedua melakukan pembelian vaksin dari luar negeri, dan yang ketiga melakukan kerja sama dengan lembaga internasional.Pengembangan Vaksin COVID-19 Indonesia diberi nama Vaksin Merah Putih yang dilakukan dibawah koordinasi Badan Riset Nasional yang berkerjasama dengan enam intitusi yakni Lembaga Eijkman Bandung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Airlangga (Unair). Pemerintah memperkirakan, vaksin Merah Putih dapat memperoleh izin pada akhir tahun 2021 dan dapat didistribusikan pada awal tahun 2022.Upaya untuk memenuhi kebutuhan akan Vaksin terus dilakukan oleh Pemerintah. Menteri Kesehatan RI bersama-sama dengan Menko Maritim dan Investasi, Menteri Luar Negeri dan Menteri BUMN telah melakukan berbagai upaya, sehingga Indonesia mendapatkan akses terhadap kandidat vaksin Sinovac (Tiongkok), Sinopharm (Tiongkok) dan Astra Zeneca (Inggris) serta menggandeng organisasi/aliansi internasional, yaitu Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)

(6)

6

dan Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI) untuk mendapatkan akses Vaksin dalam kerangka kerja sama denga COVAX Facility (Dewi Asmara, 2021).

Disamping tantangan untuk mendapatkan Vaksin COVID-19, yang perlu dipertimbangan oleh Pemerintah adalah anggaran untuk pelaksanaan program pengadaan Vaksin dan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.

Mengingat Pandemi COVID-19 merupakan Bencana Nasional dan perlu untuk membentuk herd immunity dengan minimal 70% dari Populasi Masyarakat/Warga Negara diberikan Vaksin, maka Pemerintah mengambil kebijakan bahwa pemberikan Vaksin COVID-19 bagi masyarakat adalah gratis sebagai wujud tanggung jawab dan kehadiran negara. Kebutuhan anggaran untuk Program Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 dibebankan melalui APBN dan APBD (terutama untuk Pelaksanaan Vaksinasi) relatif besar dan signifikan sehingga Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan diantaranya dengan realokasi dan/atau pemotongan anggaran belanja dari Kementerian/ Lembaga dengan mempertimbangkan:

 Mempertimbangkan track record instansi baik Kementerian dan Lembaga

dalam penggunaan atau realisasi anggaran tahunannya.

 Melihat daftar isian pelaksaaan anggaran (DIPA) 2021, sehingga mengetahui berapa anggaran yang bisa di alihkan untuk mendanai vaksinasi.

(7)

7

Dari waktu pelaksanaan Vaksinasi COVID-19,Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa proses vaksinasi akan berlangsung selama 15 bulan, mulai dari bulan Januari 2021 sampai bulan Maret 2022. Vaksinasi COVID-19 akan diselenggarakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia yang terbagi dalam 2 tahap/periode. Pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2021 dengan prioritas penerima Vaksin COVID-19 adalah untuk 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayanan publik di 34 provinsi di Indonesia. Kedua digelar selama 11 bulan, mulai bulan April 2021 sampai dengan bulan Maret 2022. Sehingga dengan estimasi ini akan menjangkau jumlah masyarakat yang di Vaksinasi mencapai populasi 181,5 juta orang/jiwa. Program vaksinasi nasional secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 13 Januari 2021 dengan Presiden RI sebagai penerima Vaksin COVID-19 pertama.Selain vaksin pemerintah juga mempunyai Kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid 19 yaitu kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang baru saja diperpanjang selama dua pekan, dari tanggal 26 Januari sampai dengan 8 Februari 2020.

Keputusan tersebut diambil berdasarkan hasil monitoring angka kasus mingguan yang menunjukkan peningkatan di seluruh provinsi Jawa-Bali, kecuali Banten dan D.I. Yogyakarta yang terlihat turun meski tidak signifikan. Selain itu evaluasi 4 parameter (kasus aktif, jumlah kematian, jumlah kesembuhan dan Bed Occupancy Rate) di 73 Kabupaten/Kota selama

(8)

8

minggu pertama PPKM semakin memperkuat Pemerintah untuk mengambil keputusan.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dengan tingkat level digunakan untuk mengganti istilah PPKM darurat.Untuk menentukan status level situasi pandemi kabupaten/kota itu berdasarkan indikator tentang Penyesuaian Upaya-Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya-Upaya Sosial dalam penanggulangan pandemi yang diadaptasi dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tingkat level yang disematkan pada suatu daerah akan menggambarkan kecukupan kapasitas respon sistem kesehatan. Seperti kapasitas testing, tracing, dan treatment relatif terhadap transmisi penularan virus di wilayah tersebut. Berikut level PPKM terdiri dari :

1. Level 1 (Insiden Rendah)

Pada level ini, angka kasus konfirmasi positif COVID-19 kurang dari 20 orang per100 ribu penduduk perminggu. Kejadian rawat inap di rumah sakit juga kurang dari lima orang per100 ribu penduduk. Kemudian angka kematian kurang dari satu orang per100 ribu penduduk.

2. Level 2 (Insiden Sedang)

Angka kasus konfirmasi positif COVID-19 antara 20 dan kurang dari 50 orang per100 ribu penduduk per minggu. Kejadian rawat inap di rumah sakit antara lima dan kurang dari 10 orang per100 ribu penduduk per minggu. Angka kematian akibat COVID-19 kurang dari dua orang per100 ribu penduduk.

(9)

9 3. Level 3 (Insiden Tinggi)

Level 3 menunjukan suatu daerah memiliki angka kasus konfirmasi positif COVID-19 antara 50-100 orang per100 ribu penduduk per minggu.

Kejadian rawat inap di rumah sakit 10-30 orang per100 ribu penduduk per minggu. Angka kematian akibat COVID-19 antara dua sampai lima orang per100 ribu penduduk.

4. Level 4 (Insiden Sangat Tinggi)

Level 4 menandakan suatu daerah memiliki angka kasus konfirmasi positif COVID-19 lebih dari 150 orang per100 ribu penduduk per minggu.

Kejadian rawat inap di rumah sakit lebih dari 30 orang per100 ribu penduduk per minggu. Serta, angka kematian akibat COVID-19 lebih dari lima orang per100 ribu penduduk di daerah tersebut.

Penilaian untuk menentukan level situasi suatu wilayah dengan membandingkan dua hal. Yakni, level transmisi penularan dengan kapasitas respons sistem kesehatan di wilayah tersebut. Pengukuran tingkat transmisi virus corona juga dibagi dalam 7 tingkat. Mulai dari tidak ada transmisi, kasus impor atau sporadic, kasus terklaster, dan transmisi komunitas. Transmisi komunitas dielaborasi lagi ke dalam empat tingkat, yakni transmisi komunitas tingkat satu sampai dengan tingkat empat.Dalam penentuan tingkat transmisi komunitas tersebut, Kemenkes menggunakan tiga indikator utama. Yaitu, jumlah kasus, jumlah kasus rawat, dan jumlah kematian COVID-19.Selain itu donor plasma juga dinilai menangani COVID-19 bagi KEMENKEU,kebutuhan plasma konvalesen saat ini cukup

(10)

10

tinggi mengingat tingkat kematian akibat COVID-19. Satu pendonor bisa menyumbang 400-600 cc, dalam sekali terapi dibutuhkan 200cc plasma dengan demikian satu pendonor dapat menyelamatkan 2-3 nyawa.Plasma konvalesen adalah plasma yang diambil dari pasien yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Plasma merupakan bagian dari darah yang mengandung antibodi. Pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 dan dinyatakan negatif memiliki antibodi sebagai perlawanan sistem imun terhadap virus.Berikut penerima dan pemberi donor plasma konvalesen:

1. Syarat penerima donor plasma

Penggunaan terapi ini direkomendasikan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gejala berat hingga kritis. Selain itu, terapi ini juga bisa diberikan pada pasien yang memiliki sistem imun yang lemah.

2. Syarat pemberi donor plasma

Telah dinyatakan benar-benar sembuh dari COVID-19 setidaknya 14 hari dari pemeriksaan tes PCR dan dinyatakan negatif

 Dalam kondisi sehat dari berbagai penyakit menular

 Diutamakan berjenis kelamin laki-laki

 Jika perempuan bukan yang pernah hamil sebab perempuan yang

pernah hamil memiliki antibodi HLA (human laukocyte antigen) yang bisa menimbulkan reaksi pada penerima donor

 Berusia 18 hingga 60 tahun

 Berat badan minimal 55 kg (sebab pengambilan darah konvensional dengan kantong 450 ml)

(11)

11

 Memiliki kadar Hemoglobin lebih dari 13.0 g/dL untuk pria dan lebih dari atau sama dengan 12.5 g/dL untuk wanita

 Hasil skrining terhadap antibodi golongan darah negatif

 Hasil uji saring terhadap sifilis, hepatitis B dan C, serta HIV dengan

NAT non-reaktif

 Bebas dari virus, parasit atau patogen lain yang berpotensi bisa ditransmisikan melalui darah

 Memiliki titer antibodi yang cukup tinggi berdasarkan hasil uji netralisasi

 Memiliki golongan darah yang sama dengan penerima donor

Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan mengiranya hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Saat di tahun 2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia.Menurut World Health Organization (WHO) salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 yakni dengan menerapkan social distancing.Implementasi social distancing dilakukan dengan mengajak seluruh masyarakat, institusi, komunitas, pemerintahan, dan lembaga dunia menjaga jarak satu sama lain. Tidak hanya menerapkan sosial distancing, untuk menekan laju penularan COVID-19, upaya yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia yaitu menghimbau masyarakat untuk

(12)

12

menjaga jarak fisik (physical distancing), kerja dari rumah, belajar di rumah, hingga beribadah di rumah.Kebijakan pemerintah lain yang muncul akibat wabah virus corona terlihat dengan adanya penutupan beberapa akses jalan dalam waktu tertentu, pembatasan jumlah transportasi, pembatasan jam operasional transportasi, yang tentunya kebijakan itu dimaksudkan untuk dapat menahan laju aktifitas masyarakat keluar rumah. Hampir seluruh kegiatan dirumahkan, dan kebijakan ini disebut dengan lockdown. Lockdown dapat membantu mencegah penyebaran virus corona ke suatu wilayah, sehingga masyarakat yang berada di suatu wilayah tersebut diharapkan dapat terhindar dari wabah yang cepat menyebar tersebut.Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di Indonesia sudah dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan memberikan kebijakan membatasi aktifitas keluar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan, bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan beribadah pun dirumahkan. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan maksimal tentunya.

Terkait aktifitas yang dirumahkan sudah menjadi kebijakan dalam kondisi khusus yang harus dilakukan. Kebijakan ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan oleh beberapa pihak terutama pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan kebijakan publik merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan- tujuan atau sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan

(13)

13

pemerintah. Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan.Kebijakan dalam pelayanan kesehatan dapat dipandang sebagai aspek penting dalam kebijakan sosial. Karena kesehatan merupakan faktor penentu bagi kesejahteraan sosial.

Orang yang sejahtera bukan saja orang yang memiliki pandapatan atau rumah yang memadai, namun melainkan orang yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan kesehatan publik diorganisir oleh lembaga yang disebut The National Health Service.

Lembaga ini menyediakan pelayanan perawatan kesehatan dasar gratis hampir bagi seluruh warga negara.

Kegiatan Lockdown merupakan bagian dari peraturan perundang- undangan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan yang membahas Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk dan di wilayah dilakukan melalui kegiatan pengamatan penyakit dan Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat terhadap alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan, serta respons terhadap Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dalam bentuk tindakan Kekarantinaan Kesehatan.Karantina adalah pembatasan kegiatan atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi, atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang apapun yang

(14)

14

diduga terkontaminasi dari orang atau barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang atau Barang di sekitarnya.

Dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 menyebutkan bahwa penyelenggaraan karantina bertujuan untuk melindungi masyarakat dari penyakit dan atau faktor resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat, memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas kesehatan.Kegiatan lockdown menjadi kebijakan Gubernur DKI Jakarta berdasarkan nomor 5 tahun 2020 tentang Peniadaan Sementara Kegiatan Peribadatan dan Keagamaan Di Rumah Ibadah Dalam Rangka Mencegah Penyebaran Wabah corona virus disease (COVID-19). Dalam seruan ini pemerintah menyampaikan peniadaan kegiatan peribadatan dan kegiatan keagamaan lainnya yang mengumpulkan orang banyak yang dilaksanakan di Masjid, Gereja, Pura, Wihara, Klenteng dan tempat ibadah lainnya termasuk diantaranya ibadah shalat jumat, kebaktian, ibadah dan misa minggu, majelis taklim, perayaan hari besar dan lain-lainnya. Selanjutnya disiapkan dan disebarkan panduan bagi penyelenggara ibadah untuk melaksanakan ibadah di rumah sebagai pengganti kegiatan yang ditiadakan. Seruan ini berlaku selama 14 hari sejak ditetapkan dan bisa diperpanjang bila diperlukan. Selain itu diberikan

(15)

15

kesadaran untuk peningkatan kewaspadaan dan disiplin guna mencegah resiko COVID-19 dengan menjaga jarak aman dalam berinteraksi.

Upaya kebijakan preventif lain yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penyebaran COVID-19 yakni menerapkan protokol kesehatan, seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker jika sakit atau berada di kerumunan. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, namun angka penyeberan semakin bertambah. Di sisi lain masyarakat tidak bisa secara terus menerus kerja dari rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. Pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dinamakan “New Normal”. New Normal atau normal baru adalah suatu cara hidup baru atau cara baru dalam menjalankan aktivitas hidup di tengah pandemic COVID-19 yang belum selesai.Dirraturrahman (Habibi, 2020).Namun, meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menganggulangi penyebaran COVID-19, penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia semakin bertambah.

Permasalahan terbesar yang dialami masyarakat Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran tentang bahaya virus COVID-19.Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap remeh bahaya virus ini, sehingga tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk meminimalisir aktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan. Untuk itu perlu adanya pemberian edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akan bahaya virus COVID-19.

(16)

16

Fenomena ini membawa petaka bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat khususnya di Kota Malang. Terlebih sejak diberlakukannya social distancing yang kemudian diubah penamaannya menjadi phsyical distancing.Peraturan Walikota Malang nomor 30 tahun 2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19.Pada pemberlakuannya, masyarakat dihimbau agar menjauhi kontak fisik antara satu orang dengan lainnya, selalu berdiam di rumah, menghindari kerumunan, selalu mencuci tangan, hingga selalu memakai masker. Bahkan saat COVID-19 sedang gencarnya, muncul tagar “dirumahaja” di media digital sebagai aksi seruan agar tidak keluar rumah dan menghindari penyebaran virus. Semua kegiatan beralih fungsi dari yang asalnya serba tatap muka, menjadi daring atau dalam jaringan. Ibadah di tempat beribadah ditiadakan sementara, sekolah diliburkan sementara dan belajar online lewat media digital, pegawai kantor yang bekerja dari rumah, bahkan pengaruh terburuknya adalah banyak masyarakat yang kehilangannya sumber penghasilan karena banyak para pegawai yang di-PHK, atau pedagang yang kehilangan pembeli sebab masyarakat harus berdiam diri di rumah.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan COVID-19ini pun telah diberlakukan oleh Walikota Malang dalam SE No. Nomor 6 Tahun tentang membatasi tempat/kerja perkantoran dengan menerapkan Work From Home (WFH) sebesar 50 persen dan Work From Office (WFO) sebesar 50 persen dengan

(17)

17

memberlakukan protokol kesehatan secara lebih ketat. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring/online. Pengaturan pemberlakuan pembatasan, yakni kegiatan restoran (makan/minum di tempat sebesar 50 persen dengan jam operasional pukul 07.00 WIB sampai dengan Pukul 22.00 WIB.Seiring berjalannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro pemerintah secara resmi jugamemutuskan melakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat terhitung dari tanggal 3 Juli hingga 20 Juli 2021. PPKM Darurat diambil sebagai langkah tegas atas terkait peningkatan positif selama 1 minggu terakhir dan keterisian tempat tidur yang melebihi angka sejak lonjakan kasus terakhir yaitu pada libur natal dan tahun baru 2020.

PPKM Darurat ini akan diterapkan untuk seluruh Kab/Kota di wilayah Pulau Jawa dan Bali yang termasuk ke dalam indikator pengendalian COVID-19 di suatu wilayah. Selain itu sebagaimana arahan Presiden bahwa kebijakan ini diambil menyesuaikan dengan perkembangan kondisi COVID- 19 khususnya varian yang muncul pula di beberapa negara.Penerapan zonasi PPKM Darurat ini akan menggunakan zonasi pengendalian dari WHO yang membaginya ke dalam empat level, sedangkan pelaksanaan PPKM Mikro masih mengacu kepada perhitungan zonasi RT. Pada prinsipnya kedua dasar penetapan zonasi ini disesuaikan dengan kondisi terkini dan pelaksanaanya sudah disampaikan ke pemda masing-masing untuk mencegah kebingungan saat implementasinya. Selain itu, selama PPKM Darurat ini dilakukan, penerapan PPKM Mikro di tingkat Desa/Kelurahan di Pulau Jawa tetap

(18)

18

berjalan.Sedangkan pengendalian PPKM Kab/Kota dan PPKM Mikro di luar Pulau Jawa dan Bali pun akan tetap berjalan. Pemerintah berharap kebijakan ini dapat membuat penambahan kasus harian menjadi <10.000 kasus per hari secara nasional.

PPKM Darurat ini mengatur kegiatan seluruh sektor di masyarakat.

Beberapa diantaranya adalah untuk sektor esensial seperti keuangan, teknologi informasi dan komunikasi, perhotelan non karantina COVID-19 dan industri ekspor dilakukan sistem 50% WFH dan 50% WFO. Sedangkan untuk sektor non-esensial dilakukan sepenuhnya dari rumah atau 100% WFH.

Terkait kegiatan belajar mengajar di seluruh satuan pendidikan dilakukan secara daring/online. Sedangkan kegiatan perbelanjaan di supermarket, pasar tradisional dapat beroperasi maksimal hingga pukul 20:00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung maksimal 50%. Untuk pusat perbelanjaan atau mall ditutup sementara. Sedangkan untuk kegiatan sektor farmasi seperti apotek dan toko obat dapat beroperasi 24 jam.Selain itu, khusus perjalanan domestik jarak jauh seperti dengan pesawat, bus dan kereta api menerapkan kewajiban kepemilikan bukti kartu vaksin penyuntikkan pertama, hasil negatif COVID-19 melalui PCR maksimal 2 hari dan Rapid Antigen maksimal 1 hari sebelum keberangkatan.

Masyarakat sebagai pemegang kekuasaan dalam pemerintah memberikan amanah kepada pemerintah untuk memberikan pelayanan sesbaik baiknya. Amanah rakyat terhadap birokrasi adalah sebuah kontrak nyata yang harus saling mengontrol melayani, mematuhi, dan menghormati.

(19)

19

Yang paling mendasar prinsip pelayanan dan pola pelayanan di masa pendemi COVID-19 adalah setiap warga negara mempunyai hak terhadap pelayanan yang di inginkan dan pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak rakyat yang harus di jalanin dengan peraturan yang sudah di tetapkan. Di era pendemi COVID-19 semua warga masyarakat mempunyai suara dan pengambilan keputusan, baik secara langsung melalui lembaga- lembaga pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Di era COVID-19 tentunya lembaga pemerintah bekerja sama dengan lembaga- lembaga lain dalam memutuskan mata rantai penyebaran virus corona dan partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan.

Dalam hal penanganan COVID-19 di Kota Malang. Pemkot Kota Malang membentuk tim Satgas COVID-19 dimana menggunakan model pantahelix yang melibatkan setiap stakeholder di antanya Pemerintah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, Masyarakat, dan Media Massa berkolaborasi dalam proses penaganan COVID-19 dikota Malang.Namun kebijakan yang baik saja tidak cukup untuk menangani COVID-19 di negeri ini, dibutuhkan pula komitmen baik Pemerintah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, Masyarakat, dan Media Massa berkolaborasi atau kerjasama dalam proses penaganan COVID-19 dikota Malang untuk mematuhi segara aturan dan kebijakan yang telah di keluarkan pemerintah.Collaborative Govermance membangun kerjasama dan koordinasi berserta semua jajaran yang terkait dan untuk memperkuat kerjasama dalam membangun sebuah hubungan,

(20)

20

Collaborative Govermance dalam hal ini kepala pemerintah berserta jajaran terkait termasuk seluruh pemerintah daerah atau dinas dan parah ahli lintas sektor.Dengan adanya Collaborative Governance maka dalam penanganan COVID-19 melibatkan setiap Stakeholder harus membangun komunkasi yang baik dan mempunyai persamaan persepsi dengan tujuan mewujudkan kerjasama yang baik. Keinginan untuk melakukan Collaborative Govermance menandakan bahwa ada ketergantungan antara stakeholder yang satu dengan stakeholder yang lain muncul karena keterbatasa yang mereka miliki dalam proses penanganan COVID-19.

Dalam pembentukan tim satgas COVID-19 pemerintah melibatkan para ahli, pakar lintas sektor dalam satuan tugas agar dapat melakukan penangan COVID-19 di kota malang. Dalam melakukan pananganan COVID-19 di kota malang pemerintah melibatkan setiap unsur yang tergabung dalam model pantahelix diantaranya pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa bersamasama bekerjasama dalam penanganan COVID-19.Dalam penanganan COVID-19 menerapkan kebijakan Physical distensing sebagai strategi dasar penanganan COVID-19 dengnan menerapkan 1). Gerakan menggunakan masker dan mengempanyekan mewajiban memakai masker diluar ruangan pabrik dan diluar rumah. 2). Mengunakan rapit tes atau tes cepat untuk penelusuran kontak tracing dari khasus positif yang di rawat. 3). Edukasi dan penyiapan isolasi mandiri pada sebagai hasil repit tes yang menunjukan khasus negatif maupun hasil tes positif dari rapid tes. 4). Isolasi dirumah sakit dilakukan kala

(21)

21

isolasi mandiri tidak munggkin dilakukan karena adanya tindakan klinis yang butuh layanan di rumah sakit.

Mekanisme yang dilakukan pemerintah kota Malang dalam penanganan COVID-19 yaitu mekanisme penanganan pra rumah sakit dilakukan dengan mengedukasi masyarakat seperti jaga jarak saat berkomunikasi tetap tinggal dalam rumah, memakai masker, isolasi mandiri dan melakukan PSBB. Dan selanjutnya mekanisme penanganan dirumah sakit itu mamaksimalkan pelayanan, dan memastikan pasien COVID-19 mendapatkan pelayanan terbaik dan perawat yang aman dari tertularnya COVID-19.Upaya preventif pencegahan penularan COVID-19 ini juga dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Malangyaitu memberlakukan ketentuan masuk kampus bagi seluruh civitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang. Ketentuan ini dalam rangka menjalankan aktivitas New Normal. Universitas Muhammadiyah Malang memberlakukan pembatasan kepada civitas akademika yang akan memasuki kampus untuk menjalankan aktivitas di wilayah kampus, wajib melaksanakan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19 yang berlaku hingga ada keputusan resmi dari pemerintah.

Untuk memasuki wilayah Universitas Muhammadiyah Malang memiliki ketentuan kesehatan. Wajib menunjukan SIM-K (Surat Ijin Masuk- Kampus,membiasakan mencuci tangan di pintu masuk,suhu tubuh tidak boleh lebih dari 37,5 derajat Celcius,selalu mengenakan masker,selalu menjaga jarak fisik,mengikuti arah jalur sirkulasi keluar-masuk sesuai dengan yang

(22)

22

telah ditetapkan,dianjurkan mengenakan face shield,serta yang sakit diajurkan untuk memeriksakannya. Untuk ketentuan perlengkapan pribadi yakni selalu membawa sabun cair, hand sanitizer, atau tisu basah.Selain itu, agar warga Universitas Muhammadiyah Malang tetap aman dan sehat selama beraktivitas di kampus, Satgas COVID-19 Universitas Muhammadiyah Malang juga menyiapkan SIM-K (Surat Ijin Masuk-Kampus) ini akan menjadi sarana warga Universitas Muhammadiyah Malang untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap COVID-19. SIM-K ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko penularan COVID-19 di lingkungan kampus. Melalui SIM-K ini, akan ada pemantauan secara berkala yang akan dilakukan terkait kondisi kesehatan.Terdapat 4 titik pos yang biasa disebut “check point” untuk pengecheckan SIM-K,pembuatan SIM-K ini pun disertai beberapa SOP yang harus di penuhi.Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) adalah organisasi mahasiswa sebagai wadah beraktualisasi diri dalam bidang kebencanaan, baik dalam proses pengurangan risiko bencana dan penanganan ketika bencana sudah terjadi. Maharesigana ini menjadi salah satu komunitas yang berkontribusi menjadi relawan satgas COVID-19.Maharesigana bertujuan untuk mengkampanyekan terciptanya masyarakat siaga bencana.

Maharesigana diharapkan mampu mewujudkan relawan-relawan yang kompeten dan siap sedia dalam pengurangan risiko bencana serta masuk dalam sistem koordinasi dengan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).

(23)

23

Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan diatas, maka menjadi bahan penelitian yang menarik untuk mengetahui kebijakan preventif apa saja yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Malang dalam pencegahan COVID-19. Oleh sebab itu dalam melakukan penelitian ini penulis mengangkat judul “KEBIJAKAN PREVENTIF UNTUK MENCEGAH PENULARAN COVID-19 DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk kebijakan preventif untuk mencegahan penularan COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang?

2. Apa saja faktor pendukung dan kelemahan SATGAS COVID-19 Universitas Muhammadiyah Malang dalam mencegah penularan COVID- 19 di Universitas Muhammadiyah Malang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui bentuk kebijakan preventif pencegahan penularan COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang.

b) Untuk mengetahui faktor pendukung dan kelemahan SATGAS COVID-19 Universitas Muhammadiyah Malang dalam mencegah penularan COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat Penelitian ini adalah:

(24)

24

a) Secara teoritis, diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi ilmu untuk dosen, mahasiswa dan masyarakat. Serta dapat dijadikan referensi dalam materi atau bagi mereka yang tertarik untuk memahami kebijakan preventif pencegahan penularan COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang.

b) Secara Praktis, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam rangka mengembangkan studi dan memperluas wawasan mengenai kebijakan preventif pencegahan penularan COVID-19 di Universitas Muhammadiyah Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Khanoksin Suranart, Supaporn Kiattisin dan Adisorn Leelasntitham (Suranart et al, 2014), mengenai perbandingan prediksi harga emas

1) Peserta didik terkadang dalam proses pembelajaran matematika mereka hanya berdiam diri disaat guru bertanya sehingga aktivitas belajar yang cenderung

mendengarkan isu yang berat mengenai Covid-19. Pembahasan mengenai relawan uji coba vaksin Covid-19 penting untuk diketahui khalayak karena masyarakat sedang berada di

Penatalaksanaan Neonatus COVID-19 (SARS COV-2) di Rumah Sakit beserta Rujukan Balik yang Optimal1. Perawatan Hipotermi pada Neonatal

Berdasarkan hasil kajian diatas salah satu penyebab low back pain adalah posisi duduk yang kurang ergonomis seperti posisi duduk membungkuk dan tegak seperti

penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2.. besar terhadap seluruh sektor kehidupan masyarakat yang menyebabkan perekonomian

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan ANALISIS PENGARUH ONLINE LEARNING PERCEPTIONS DAN ONLINE LEARNING READINESS

Dari hasil penelitian yang dilakukan, Solusi yang diberikan oleh pihak BMT Al-Hijrah terhadap nasabah yang melakukan keterlambatan pembayaran yaitu dengan memberikan solusi-solusi