• Tidak ada hasil yang ditemukan

AL-KHIYAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM JUAL BELI ONLINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AL-KHIYAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM JUAL BELI ONLINE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

39

AL-KHIYAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM JUAL BELI ONLINE

Abstrak

Al-khiyar dan Implementasinya dalam Jual Beli online, Khiyar merupakan hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang dilakukannya. Jual beli dibolehkan dalam Islam untuk memenuhi hajat pembeli memiliki barang dan jasa juga memenuhi hajat penjual mendapatkan keuntungan. Jual beli online merupakan proses jual beli, pertukaran produk, jasa dan informasi melauli internet . Adanya hubungan yang secara langsung antara jaringan komputer dengan jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut dengan transaksi online. Khiyar ditetapkan dalam Islam untuk menjamin kerelaan dan kepuasan timbal balik bagi pihak-pihak yang melakukan akad dalam suatu jual beli. Prakteknya khiyar tidak dilaksanakan dengan baik pada tarnsaksi jual beli, bahwa penjual tidak mau melayani pembeli yang complaint terhadap mutu barang yang telah dibeli atau berbeda dengan yang diinginkan dan tidak mau menerima atau mengganti barang tersebut. Hak khiyar yang tidak terlaksana pada jual beli ini membuat pembeli lebih berhati-hati dalam bertransaksi agar tidak menyesal ketika telah terjadi akad jual beli.

Kata kunci : Al-Khiyar, Jual beli Online

Orin Oktasari STIESNU BENGKULU E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman dan kecanggihan tekhnologi sekarang telah mempermudah proses transaksi dalam bisnis. Begitu juga dengan perkembangan pemasaran barang yang diperjualbelikan (marketing). Media pemasaran yang awalnya hanya dilaksanakan dengan saling bertemu pihak penjual dan pembeli, sekarang hal- hal ini sudah bisa dilaksanakan tanpa harus bertemu langsung dengan adanya perkembangan alat telekomunikasi berupa jaringan internet. Jual beli secara online sekarang ini telah menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan. Transaksi ini dinilai praktis dan tak serumit jual beli secara konvensional yang telah berlangsung lama. Dalam Islam jual beli online termasuk kedalam akad jual beli salam, bai’as-

salam memiliki defenisi sederhana yaitu jual beli yang barangnya diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan diawal.

Bai’as-salam dengan akad pemesanan ini hukumya boleh dalam transaksi ekonomi Islam.

Jual beli online diperbolehkan dalam Islam dengan syarat jenis objek, sifat objek, kadar objek jual beli haruslah jelas. Jadi jika kemudian barang yang sesuai dengan spesifikasi penjual maka sahlah jual belinya. Pada praktiknya jual beli online memiliki sisi positif dan negatifnya. Transaksi online yang dinilai praktis ini menemukan sisi negatif dimana konsumen merasa dirugikan karena barang yang dibeli tidak sesuai dengan pesanan atau dalam keadaan cacat. Hal ini tentu saja tidak

(2)

40 serta merta menjadi kesalahan yang dibebankan

kepada pihak penjual. Karena pembeli sebagai pelaku ekonomi juga punya kewajiban untuk menjaga hak-haknya sendiri dengan berhati-hati ketika melakukan transaksi. Oleh karena itu ada hak khiyar untuk menerus kan atau tidak menuruskan jual beli tersebut.

Setiap kontrak yang dilakukan dipersyaratkan adanya kerelaan (ridha) para pihak, maka syariat Islam menetapkan hak Khiyar yang fungsi utamanya untuk menjamin syarat kerelaan itu terpenuhi.1 Bisnis Islam mengenal prinsip customer oriented yang berarti juga memberikan kebolehan kepada konsumen atas hak Khiyar (meneruskan atau membatalkan transaksi) jika ada indikasi penipuan atau merasa dirugikan. Konsep Khiyar ini dapat menjadi faktor untuk menguatkan posisi konsumen di mata produsen, sehingga produsen atau perusahaan manapun tidak dapat berbuat semena-mena terhadap pelanggannya.2

PEMBAHASAN 1. Konsep Al-Khiyar

Mengingat prinsip berlakunya jual beli adalah atas dasar suka sama suka, maka syara’

memberi kesempatan kepada kedua belah pihak bagi mereka yang melakukan aqad jual beli untuk memilih antara dua kemungkinan, yaitu melangsungkan jual beli atau membatalkan jual beli, ini dinamakan dengan khiyar.3 Seorang pelaku akad memiliki hak khiyar (hak pilih) antara melanjutkan akad atau tidak melanjutkan dengan men-fasakh-nya (jika khiyarnya khiyar syarat, khiyar ru’yah, dan khiyar ‘aib) atau pelaku akad memilih salah satu dari dua barang dagangan (jika khiyarnya khiyar ta’yin). Perlu diketahui bahwa hukum asal jual beli adalah mengikat (lazim), karena tujuan jual beli adalah memindahkan kepemilikan. Hanya saja, syari’at menetapkan

1 Oni Sahroni dan M. Hasanudin, Fikih Muamalah : Dinamika Teori Akad dan Implementasinya dalam Ekonomi Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016) h.111

2 Muslich, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas EkonomiUII 2010), h.215

3 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor : Kencana, 2013), h. 213.

hak khiyar dalam jual beli sebagai bentuk kasih sayang terhadap pelaku akad.4

Kata khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan. Pembahasan khiyar di kemukakan oleh para ulama fiqh dalam permasalahan yang menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya transaksi ekonomi, sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi beberapa persoalan dalam transaksi dimaksud.5 Secara terminolgi para ulama fiqh mendefinisikan khiyar, antara lain:

a. Menurut wahbah al-zuhaili mendefinisikan khiyar dengan: “Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi masing- masing pihak yang melakukan transaksi.”

b. Menurut sayyid sabiq: “khiyar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau membatalkan (jual beli)”.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah khiyar didefiniskan sebagai hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual beli yang dilakukannya. Atau lebih jelasnya khiyar adalah “Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan kontrak untuk meneruskan atau tidak meneruskan kontrak dengan mekanisme tertentu”.

Definisi tersebut sesaui dengan makna khiyar dalam bahasa arab yang berarti pilihan seseorang terhadap sesuai yang dipandang baik.

Sesuai dengan definisi di atas, khiyar dibagi kedalam dua bagian:

a. Hak khiyar yang timbul karena kesepakatan pihak akad (Khiyar Iradiyah). Jadi, hak khiyar ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terjadi karena keinginan pihak-pihak. Jika pihak-pihak akad tidak menginginkan dan tidak menyepakati ada khiyar, maka hak khiyar menjadi tidak ada, dan selanjutnya akad berlaku efektif dan tidak bisa dibatalkan. Khiyar yang

4 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Ter.

Abdul Hayyie Al Kattani Dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 181.

5 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 129.

(3)

41 termasuk dalam kategori ini adalah khiyar syart

dan khiyar ta’yin.

b. Hak khiyar yang melekad dalam akad (Khiyar Hukmiyah). Khiyar ini diadakan untuk memenuhi hajat (Maslahat) pihak akad, maka khiyar ini ada tanpa membutuhkan persetujuan pihak-pihak akad. Khiyar yang termasuk dalam kategori ini adalah khiyar ru’yah dan khiyar

‘aib.

Jika dilihat dari definisinya, tujuan khiyar adalah agar adanya pemikiran yang benar-benar matang baik dari segi positif maupun negatif bagi kedua belah pihak sebelum melakukan memutuskan jual beli. Hal ini untuk menghindari kerugian yang terjadi dikemudian hari oleh kedua belah pihak. Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam Islam untuk menjamin kerelaan dan kepuasan timbal balik bagi pihak-pihak yang melakukan akad dalam suatu jual beli. Suatu akad lazim adalah akad yang kosong dari salah satu khiyar yang memiliki konsekuensi bahwa pihak yang menyelenggarakan transaksi dapat melanjutkan atau membatalkan kontrak. Khiyar diperlukan dalam melakukan transaksi yaitu untuk menjaga kepentingan kemaslahatan dan kerelaan kedua pihak yang melakukan kontrak serta melindungi mereka dari bahaya yang mungkin menimbulkan kerugian bagi mereka.6

Pada dasarnya akad jual beli itu pasti mengikuti selama telah memenuhi rukun dan syaratnya, akan tetapi terkadang menyimpang dari ketentuan dasarnya. Sesungguhnya Allah memperboleh khiyar untuk memenuhi sifat saling kasih sayang antara sesama manusia dan untuk menghindarkan sifat dengki dan dendam di hati mereka.7

Menurut ulama fiqh, status khiyar adalah disyari’atkan atau dibolehkan karena suatu keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.8 Akan tetapi

6 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Cet. II, (Jakarta: Pt. Asdi Mahasatya, 2001), h. 407.

7 Abdulrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab: Bagian Ibadah , Jld.III, (Terj. Moh. Zuhri, Dipl. Tafl Dkk) (Semarang: CV. As-Syifa’, 1994), h. 350-351.

8 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah…, h.129

dengan sistem khiyar ini adakalanya menimbulkan penyesalan kepada salah seorang dari pembeli atau penjual, yaitu kalau pedagang mengharap barang segera laku, tentu tidak senang kalau barangnya dikembalikan lagi sesudah jual beli atau kalau pembeli sangat mengharapkan mendapat barang yang dibelinya, tentu tidak senang hatinya kalau uangnya dikembalikan lagi sesudah akad jual beli. Oleh karena itu, untuk menetapkan sahnya ada khiyar harus ada ikrar dari kedua pihak atau salah satu pihak yang diterima oleh pihak lainnya atau kedua pihaknya, jika kedua belah pihak menghendakinya, maka hukumnya boleh.9

Dibolehkan khiyar dalam jual beli sebab, sebagian orang membeli suatu barang hanya karena melihat dari bungkusnya atau tampilan luarnya saja tanpa memperhatikan mutu dan kualitasnya. Jika, sekiranya bungkus tersebut sudah dibuka dan barangnya tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka hanya penyesalan yang terjadi bagi pembeli, kemudian penyesalan itu diikuti oleh rasa dengki, dendam, pertengkaran, dan lain sebagainya. Karena hal seperti itu sangat dibenci dalam agama, oleh sebab itu, khiyar sangat diperlukan dalam semua transaksi untuk mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

Macam-macam khiyar

Khiyar terjadi setelah setelah ijab dan kabul, jika terjadi sebelum ijab dan kabul itu dinamakan dengan tawar menawar (Musawamah).

Khiyar ada yang bersumber dari syara’, seperti khiyar majlis, khiyar aib, dan khiyar ru’yah.

Selain itu, ada juga khiyar yang bersumber dari kedua belah pihak yang berakad, seperti khiyar syarat dan khiyar ta’yin.10 Berikut ini akan dijelaskan macam-macam khiyar yang populer dikalangan jumhur ulama:11

a. Khiyar Ru’yah

Khiyar ru’yah adalah hak pilih bagi salah satu pihak yang berkontrak – pembeli masilanya – untuk menanyakan bahwa kontrak yang dilakukan terhadap suatu

9 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam…., h. 408.

10 Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah…., h.130.

11 Oni Sahroni dan M. Hasanudin, Fikih Muamalah..., h.

114 - 125

(4)

42 objek yang belum ia lihat ketika kontrak

berlangsung - dilanjutkan atau tidak dilanjutkan. Atau lebih jelasnya, khiyar ru’yah yaitu hak yang dimiliki pihak akad yang melakukan transaksi pembelian barang, tetapi belum melihat barang yang dibelinya untuk membeli atau membatalkannya (tidak jadi membeli) saat melihat barangnya.

Jadi, dalam transaksi jual beli tersebut, jika barang yang dilihatnya sesuai dengan pesanan dan kriteria yang disepakati saat jual beli, maka pembeli harus melanjutkan akadnya. Tetapi jika barang yang diterimanya itu tidak sesuai dengan yang dipesannya, maka pembeli memiliki hak khiyar ru’yah yaitu hak untuk melanjutkan dan menerima cacat barang atau membatalkannya dan mengambil kembali harga yang telah diberkan kepada penjual.

Mayoritas ahli hukum Islam, yan terdiri atas ulama hannafiyah, Malikiyyah, Hanabilah, dan Dhahiriyah berpendapat bahwa bai’ ‘ain ghaibah (menjual barang yang belum terlihat) itu boleh, maka khiyar ru’yah itu juga dibolehkan. Sedangkan para fuqaha yang berpendapat bahwa bai’ ‘ain ghaibah itu tidak boleh, maka khiyar ru’yah itu tidak dibolehkan juga.

Para ulama yang membolehkan bai’

‘ain ghaibah (menjual barang yang belum terlihat) berdalih dengan hadits Rasulullah Saw: “Siapa yang membelih sesuatu yang belum ia lihat, maka ia berhak khiyar apabila telah melihat barang itu”. (H.R. Ad- Daruqutni dari Abu Hurairah).

Menurut mereka, akad seperti itu dibolehkan karena objek yang akan dibeli itu tidak ada di tempatkan akad atau karena sulit dilihat, seperti makanan kaleng.

b. Khiyar ‘Aib

Khiyar ‘aib adalah hak untuk membatalkan atau melangsungkan kontrak bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat suatu cacat pada objek

kontrak, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika kontrak berlangsung.

Misalnya, seorang pembeli yang belum melihat barangnya, kemudian melihat cacat pada barang sebelum terjadi serah terima (Taqabudh), dan pembeli belum mengetahui cacat tersebut di majlis akad dan ia tidak ridha dengan kondisi barang tersebut, maka ia memiliki hak khiyar ‘aib

Seluruh ulama sudah ijma (konsesus) bahwa khiyar ‘aib itu dibolehkan (masyru’) karena setiap akad bisa disepakati jika objek akad (Ma’qud ‘alaih) itu tidak bercacat. Jika ada cacat pada objek akad, maka itu indikasi pada pihak akad itu tidak ridha karena itu keridhaan menjadi syarat sah setiap akad, sebagaimana firman Allah Swt QS. An-Nisa’ ayat 29:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa’ ayat 29).

Maka syariat Islam memberikan hak fasakh kepada pihak yang menemukan cacat pada barang yang dibelinya sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

هنيب لاإ بيع هيفو اعيب هيخلأ عاب ملسمل لحي لا هل Artinya : Seorang muslim tidak dibolehkan menjual sesuatu yang bercacat kepada saudaranya, kecuali menjelaskan cacat tersebut kepada saudaranya.

c. Khiyar Syart

Khiyar syart adalah hak yang dimiliki salah satu atau seluruh pihak akad atau bagi orang lain untuk melanjutkan akad

(5)

43 atau memfasakhnya dalam jangka waktu

tertentu sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Contohnya, seorang pembeli berkata kepada penjual: “saya beli mobil ini dengan harga 300 juta, dengan syarat saya memiliki hak khiyar selama 3 hari”.

Seluruh ahli fiqh sepakat bahwa khiyar syart ini dibolehkan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak para pihak dari unsur penipuan yang mungkin terjadi.

Walaupun khiyar syart ini menyalahi hakikat akad yaitu luzum dan pada saat yang sama menghilangkan sifat in’adnya (akad berlaku secara otomatis).

Hal ini karena Rasulullah Saw, pernah berkata kepada hibban bin Munqidz al-Anshari, sahabat tersebut sering melakukan praktik penipuan katika berjual beli, Rasulullah Saw mengatakan kepadanya:

لاخلا لقف تعياب اذإ مايأ ةثلاث رايخلا يلو ةب

Artinya : jika engkau bertransaksi, katakanlah: tidak ada penipuan, dan saya memiliki hak khiyar selama tiga hari.

d. Khiyar Ta’yin

Khiyar ta’yin adalah hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang menjadi objek kontrak pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Khiyar ta’yin dibolehkan apabila identitas barang yang menjadi objek kontrak belum jelas. Oleh sebab itu, khiyar at-ta’yin berfungsi untuk menghindarkan agar kontrak tidak terjadi terhadap sesuatu yang tidak jelas.

Contohnya, seorang penjual berkata kepada pembelinya “saya jual satu diantara baju ini kepada kamu, dan kamu bisa memilih diantara baju-baju tersebut”. Jika pembeli telah memilih salah satunya, maka objek beli menjadi jelas diketahui.

Para ulama berbeda pedapat tentang legalitas khiyar ta’yin. Malikiyah dan Hanafiyah berpendapat bahwa khiyar ta’yin itu dibolehkan dengan dalil istihsan karena masyarakat membutuhkannya, walaupun terdapat faktor jahalah dalam khiyar ta’yin

tersebut tetapi jahalah yang terjadi itu menyebabkan perselisihan, karena harga barang-barang tersebut itu sama.

Sedangkan Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa khiyar ta’yin tidak boleh berdasarkan qiyas yaitu berdasarkan ketentuan bahwa objek akad itu harus jelas (diketahui) karena dengan adanya khiyar ini, objek akad ini menjadi majhul (tidak diketahui).

e. Khiyar al-majlis

Khiyar majlis adalah tempat yang dijadikan berlangsungnya transaksi jual beli.

Kedua belah pihak yang melakukan jual beli memiliki hak pilih selama masih berada dalam majelis. Artinya suatu transaksi dianggap sah apabila kedua belah pihak yang yang melaksanakan akad telah berpisah badan atau salah seorang diantara mereka telah menentukan pilihan untuk menjual dan atau membeli. Khiyar ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak yang melaksanakan transaksi, seperti jual beli dan sewa-menyewa. Landasan hukum khiyar majlis dapat dilihat dari sabda Rasulullah:

Artinya : Dari Ibnu Umar ra, dari rasulullah Saw bahwa rasulullah bersabda, “apabila dua orang yang melakukan transaksi jual beli maka masing- masing dari mereka (mempunyai) hak khiyar, selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul atau salah satu pihak memberikan hak khiyarnya kepada pihak yang lain. Namun jika salah satu pihak memberikan hak khiyar kepada yang lain lalu terjadi jual beli, maka jadilah jual beli itu, dan jikamereka telah berpisah sesudah terjadi jual beli itu, sedang seorang diantara mereka tidak (meninggalkan) jual belinya, maka jual beli telah terjadi juga”.

(HR.Muttafaqun ‘alaih).12

12 ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil ‘Aziz, (Jakarta: Pustaka as- Sunnah, 2006), h. 666

(6)

44 Penjelasan dari hadis diatas adalah

bagi tiap-tiap pihak dari kedua belah pihak ini mempunyai hak antara melanjutkan atau membatalkan selama keduanya belum berpisah secara fisik. Dalam kaitan pengertian berpisah dinilai sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Dirumah yang kecil, dihitung sejak salah seorang keluar. Dirumah yang besar, dihitung sejak berpindahnya salah seorang dari tempat duduk kira-kira dua atau tiga langkah. Jika keduanya bangkit dan pergi bersama-sama maka pengertian berpisah belum ada. Pendapat yang dianggap kuat, bahwa yang dimaksud berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan setempat.13

Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, maksud dari kata berpisah ialah berpisah dari segi ucapan, bukan badan.

Dengan kata lain, bagi yang menyatakan ijab, ia boleh menarik ucapannya sebelum dijawab qabul.

2. Konsep Jual beli

Jual beli secara bahasa adalah :

14 ةضواعملا هجو ىلع ئيشب ئيش ةلباقم

“Tukar menukar sesauatu dengan sesuatu dengan adanya ganti atau imbalan”

Sementara itu, pengertian jual beli menurut istilah:

15 اكلمتو اكيلمت لامب لام ةلدابم

“Tukar menukar harta dengan harta yang berimplikasi pada pemindahan milik dan kepemilikan”

Abdul hamid Hakim menjelaskan:

16 صوصخم هجو ىلع ضرتات ليبس ىلع لامب لام ةلدابم

“Saling menukar harta dengan harta lain berdasarkan suka sama suka”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jual beli adalah transaksi tukar-menukar uang dengan barang berdasarkan suka sama suka menurut cara yang ditentukan syariat, baik

13 Abdul Rahman dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:

Kencana, 2010), h.99-100

14 Jalaluddin al-Mahally, Qulyubi Wa Amirah, Juz 3 (Mesir:

Mustafa Bab al-Halabi, 1956), h. 151-152

15 Wahban az-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, juz 4 (Libanon: Dar al-Fikri, 1984), h. 345

16 Abdul Hamid Hakim, al-muin al-mubin, (Bukit Tinggi:

Nusantara, 1956), h. 6

dengan ijab dan kabul yang jelas, atau dengan cara saling memberikan barang atau uang tanpa mengucapkan ijab dan kabul, seperti yang berlaku pada pasa swalayan.17

Jual beli sebagai bagian dari mu’amalah mempunyai dasar yang jelas, baik dari Al- Qur’an, As-Sunnah dan telah menjadi ijma’

ulama dan kaum muslimin, antara lain :

a. Firman Allah Swt dalam Surah Al-Baqarah ayat 275

Artinya: .... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....

b. Firman Allah Swt dalam Surah Al-Baqarah ayat 282

Artinya: .... dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli ...

c. Firman Allah Swt dalam Surah Al-Baqarah ayat 198

Artinya: tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.

d. Firman Allah Swt dalam Surah An-Nisa’

ayat 29

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

e. Hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan Rifa’ah bin Rafi’ al-Bazar dan Hakim:

ْوَأ ُبَيْطَأ ِبْسَكْلا ُّيَأ َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله َّىلَص ِالله ُل ْوُس َر َلِئُس 18 ٍر ْو ُرْبَم ٍعْيَب ُّلُك َو ِهِدَيَب ِلُج َّرلا ُلَمَع : َلاَق ُلَضْفَأ

17 Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syari’ah: Prinsip dan Implementasi pada sektor keuangan syari’ah, (Jakarta: PT.

Raja Grapindo Persada, 2016), h. 64

18 Badruddin Al-Aini al Hanafi, Umdatul Qari Syarhu Shai al Bukhari, (Digital Library, al-maktabah al-Syamilah al- Isdar al-Sani,2005) XVII/289

(7)

45 Artinya: Rasulullah Saw. Bersabda: ketika

ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik: Rasulullah Saw ketika itu menjawab: pekerjaan yang dilakukan dengan tangan seseorang sendiri dan setiap jual beli yang diberkati (jual beli yang jujur tanpa diiringi kecurangan).

f. Rasulullah Saw bersabda:

ِضا َرَت ْنَع ُعْيَبْلا اَمَّنِإ : َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُل ْوُس َر َلاَق Artinya: Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya jual beli itu harus atas dasar saling merelahkan.

g. Hadits Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi Sa’id”

ِنَع ٍدْيِعَس ىِبَأ ْنَع ِنَسَحْلا ِنَع َة َزْمَح ىِبَأ ْنَع َناَيْفُس ْنَع ُنْيِمَلأا ُق ْوُدَّصلا ُر ِجاَّتلَا : َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله َّىلَص ِ يِبَّنلا ِ يِبَّنلا َعَم ِءاَدَهث شلا َو َنْيِقِ د صلا َو َنْي Artinya: dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Hasan dari Abi Sa’id dari Nabi Saw.

Bersabda: pedagang yang jujur dan terpecaya itu sejajar (tepatnya di surga) dengan para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada’.

Sementara legitimasi dari ijma’ adalah ijma’

ulama dari berbagai kalangan mazhab telah bersepakat akan disyari’atkannya dan dihalalnya jual beli. Jual beli sebagai mu’amalah melalui sistem barter telah ada sejak zaman dahulu. Islam datang memberi legitimasi dan memberi batasan dan aturan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kezhaliman atau tindakan yang dapat merugikan salah satu pihak. Selain itu dalam konteks indonesia juga ada legitimasi dari Komplikasi hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 56-115.19

Berikut ini akan dijelaskan bentuk-bentuk jual beli:

1. Jual Beli Murabahah

Jual beli murabahah adalah jual beli dimana si penjual menggambil keuntungan dari barang yang dijualnya, sementara si pembeli mengetahui harga awal dari barang tersebut.20 Mengenai

19 Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer..., h. 25 20 Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer..., h. 68

rukun dan syarat murabahah pada dasarnya sama dengan jual beli biasa, seperti para pihak yang melakukan akad cakap bertindak hukum, barang yang diperjual belikan merupakan barang yang halal, ada secara hakiki, dan dapat diserahterimakan.

2. Jual Beli Salam

Salam adalah salah satu bentuk dari jual beli. Secara bahasa menurut penduduk Hijaz (Madinah) dinamakan salam sedangkan penduduk Irak diistilahkan dengan salaf. Dikemukakan bahwa jual beli salam merupakan “jual beli pesanan” yakni pembeli membeli barang dengan kriteria tertentu dengan cara menyerahkan uang terlebih dahulu, sementara itu barang barang diserahkan kemudian pada waktu yang ditentukan.

Pada waktu akad, barang yang dipesan hanya dijelaskan sifat, ciri dan karakteristiknya. Ini berarti pada jual beli salam, barang yang dibeli masih dalam tanggungan penjual.21

3. Jual Beli Istishna

Istishna secara bahasa berarti “meminta untuk dibuatkan sesuatu “, yakni akad yang mengandung tututan agar shani (produsen) membuatkan suatu pesanan dengan ciri khusus dan harga tertentu.

22Adapun Istishna menurut jumhur dari segi definisi sama dengan salam, hanya saja Hanafiyah lebih spesisifik dan membedakannya dari salam. Menurut Hanafiyah akad istishna merupakan suatu akad terhadap seorang pembuat atau pengrajin untuk mengerjakan atau membuat suatu barang tertentu yang ditangguhkan.

21 Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syari’ah..., h. 94

22 Rozalinda, Fiqh Ekonomi Syari’ah..., h. 100

(8)

46 Perbandingan Antara Bai’ as-Salam

dan bai’ al-Istishna23

Jual Beli Online

Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkembang sangat pesat. Sarana transaksi juga menggunakan berbagai sarana yang ada dalam dunia maya. Transaksi online umumnya menggunakan media sosial, antara pihak yang bertransaksi tidak bertemu langsung, akan tetapu dapat berkomunikasi baik secara audio, visual, ataupun audio visual.

E-commerce merupakan salah satu implementasi dari bisnis online. Berbicara mengenai bisnis onlne tidak terlepas dari transaksi, seperti jual beli via internet. Trasaksi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah e- commerce. E-commerce merupakan aktivitas pembelian, penjualan, pemasaran dan pelayanan atas produk dan jasa yan ditawarkan melalui jejaring komputer.24

Adanya hubungan yang secara langsung antara jaringan komputer dengan jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut dengan transaksi online.25

3. Implementasi Khiyar dalam Jual Beli Online Akad jual beli dibolehkan dalam Islam untuk memenuhi hajat pembeli memiliki barang dan jasa juga memenuhi hajat penjual

23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, (Jakarta: Gema Insani, 2017), h. 116

24 Imam Mustofa, Transaksi Elektronik (E-commerce) dalam Perspektif Fikih (Pekalongan: STAIN Pekalongan, Volume 10, Desember 2012)

25 Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer..., h. 25

mendapatkan keuntungan. Pada dasarnya akad jual beli bila terpenuhi rukun dan syaratnya maka akad jual beli itu bersifat lazim. Namun, kadangkala muncul kepentingan yang lebih urgen dari akad ini oleh para pihak yang melakukan jual beli, maka syariat membolehkan khiyar sehingga kemashlatan para pihak selalu terpelihara. Pelaksanaan khiyar bertujuan untuk menghilangkan kesulitan, menolak kemudharatan dan mewujudkan kemashlahatan bagi pihak yang melakukan transaksi jual beli.

Khiyar sebagai hak memilih yang diberikan kepada pihak yang berakad merupakan hak yang diberikan Islam sebagai salah satu bukti sempurnanya Islam mengatur sebuah transaksi. Selain mengatur rukun dan syarat akad jual beli, Islam juga mengatur sebuah hak melanjutkan akad agar pihak yang berakad merasa saling ridha terhadap transaksi yang dilakukaknnya.

Pada zaman sekarang implementasi khiyar pada transaksi bisnis atau jual beli online ditemukan sangat sedikit. Sebagai contoh yaitu penjual biasanya terdapat keterangan dengan memberikan catatan bahwa barang yang sudah dipesan tidak bisa dikembalikan, atau dengan catatan “membeli berarti setuju”, atau “tidak melayani complaint”, dan redaksi lainnya yang menjelaskan bahwa hak khiyar tidak ada lagi.

Penjual tidak mau melayani pembeli yang complaint terhadap mutu barang yang telah dibeli atau berbeda dengan yang diinginkan dan tidak mau menerima atau mengganti barang tersebut, padahal untuk khiyar aib perjanjian hak khiyar tidak mesti diungkapkan pada waktu akad atau hak khiyar aib melekat pada transaksi ini secara langsung. Begitu juga dengan khiyar ru’yah yang terdapat pada transaksi jual beli, jika barang yang dilihatnya sesuai dengan pesanan dan kriteria yang disepakati saat jual beli, maka pembeli dapat melanjutkan akad, tetapi jika barang yang diterimanya tiak sesuai dengan yang dipesan maka pembeli memiliki hak khiyar ru’yah yaitu hak untuk melanjutkan dan menerima cacat barang atau membatalkannya dan mengambil kembali harga

(9)

47 yang telah diberikan kepada penjual. Pembeli

sebenarnya memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau pergantian apabila barang yang diterima tidak sesuai dengan semestinya.

Penjual lebih memilih melayani pembeli yang komplain terhadap mutu barang atau terdapat cacat pada barang yang diketahui pembeli setelah jual beli berlangsung hanya dalam bentuk penukaran atau pergantian dengan barang lain, sedangkan untuk bentuk pengembalian uang atau pembatalan jual beli karena merasa dirugikan pembeli kebanyakan tidak mau melayani pembeli dalam hal ini.

Penjual yang merasa tidak ingin direpotkan dengan pengembalian atau ganti rugi bagi barang yang cacat atau tidak sesuai dengan pemesanan membuat hak khiyar ini tidak terlaksana dan menjadikan pembeli untuk lebih berhati-hati dalam bertransaksi agar tidak menyesal ketika telah terjadi akad jual beli.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa khiyar adalah hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melaksanakan kontrak untuk meneruskan atau tidak meneruskan kontrak dengan mekanisme tertentu. Status khiyar adalah disyari’atkan atau dibolehkan karena suatu keperluan yang mendesak dalam mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi. Jadi, hak khiyar itu ditetapkan dalam Islam untuk menjamin kerelaan dan kepuasan timbal balik bagi pihak-pihak yang melakukan akad dalam suatu jual beli dan diperlukan dalam melakukan transaksi yaitu untuk menjaga kepentingan kemaslahatan dan kerelaan kedua pihak yang melakukan kontrak serta melindungi mereka dari bahaya yang mungkin menimbulkan kerugian bagi mereka. Konsep Khiyar ini dapat menjadi faktor untuk menguatkan posisi konsumen di mata produsen, sehingga produsen atau perusahaan manapun tidak dapat berbuat semena-mena terhadap pelanggannya.

Implementasi khiyar pada transaksi bisnis atau jual beli online ditemukan sangat sedikit.

Prakteknya khiyar tidak dilaksanakan dengan baik pada tarnsaksi jual beli, bahwa penjual tidak mau melayani pembeli yang complaint terhadap mutu barang yang telah dibeli atau berbeda dengan yang diinginkan dan tidak mau menerima atau mengganti barang tersebut. Hak khiyar yang tidak terlaksana pada jual beli ini membuat pembeli lebih berhati- hati dalam bertransaksi agar tidak menyesal ketika telah terjadi akad jual beli.

Saran

Jual beli Online bukanlah hal yang baru pada zaman sekarang ini dan menjadi aktitifitas yang lumrah, sehingga akan jauh lebih baik antara penjual dan pembeli menunaikan hak jual beli agar transaksi dilandasi keridhaan oleh pihak yang berakad. Kebolehan kepada konsumen atas hak Khiyar (meneruskan atau membatalkan transaksi) jika ada indikasi penipuan atau merasa dirugikan merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan sesuai dengan prinsip Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman Al-Jaziri, (1994). Fiqh Empat Mazhab: Bagian Ibadah , Jld.III, (Terj.

Moh. Zuhri, Dipl. Tafl Dkk). Semarang:

CV. As-Syifa’.

Abdul Rahman, (2010).Fiqh Muamalat Jakarta:

Kencana.

Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, (2006).Al- Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil

‘Aziz. Jakarta: Pustaka as-Sunnah

Amir Syarifuddin, (2013) Garis-Garis Besar Fiqh Bogor : Kencana.

Badruddin Al-Aini al Hanafi, (2005) Umdatul Qari Syarhu Shai al Bukhari, (Digital Library, al-maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani) XVII/289

Imam Mustofa, (2016) .Fiqh Muamalah Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(10)

48 Imam Mustofa, (2012) Transaksi Elektronik (E-

commerce) dalam Perspektif Fikih (Pekalongan: STAIN Pekalongan, Volume 10.

Muhammad Syafi’i Antonio, (2017) Bank Syari’ah,. Jakarta: Gema Insani,.

Muslich, (2010). Etika Bisnis Islami, Yogyakarta:

Ekonisia Fakultas EkonomiUII.

Nasrun Haroen, (2007). Fiqh Muamalah, Jakarta:

Gaya Media Pratama.

Oni Sahroni dan M. Hasanudin, ( 2016). Fikih Muamalah : Dinamika Teori Akad dan Implementasinya dalam Ekonomi Syariah . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,.

Rozalinda, (2016) Fiqh Ekonomi Syari’ah: Prinsip dan Implementasi pada sektor keuangan syari’ah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,.

Sudarsono, (2001) Pokok-Pokok Hukum Islam, Cet. II, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Wahbah Az-Zuhaili, (2011) Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Ter. Abdul Hayyie Al Kattani Dkk,.Jakarta: Gema Insani

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:(1)Torsi pengereman yang dihasilkan bahan bahan bakar LPG mengalami penurunan 9,9% untuk rata rata tiap putaran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan program adiwiyata terhadap sikap peduli lingkungan siswa kelas IV dan V SD Inpres BTN IKIP

Setelah melakukan serangkaian pengujian dan analisa data, perbandingan unjuk kerja lampu SON-T dan HPL-N sebagai lampu penerangan jalan umum, di mana perbandingan kedua jenis

Kaitan antara keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan super ( a, d ) − A p o anti ajaib total dekomposisi graf shackle generalisasi antiprisma yakni dalam pen- emuan teorema

Sementara itu, seperti uji hipotesis awal, variabel Promosi (X2) secara statistik juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. Sebagaimana

Dengan demikian, maka sangat jelas bahwa pembentukan akhlakul karimah adalah merupakan hal yang sangat penting bahkan merupakan tanggung jawab bersama umat Islam,

korban inisial AS seorang wanita yang memiliki keterbelakangan mental, RS dalam memberikan laporan kepihak kepolisian Resor Kota Pekanbaru pada tanggal 10 Oktober 2014

Diberitahukan dengan hormat, bahwa Ujian Tengah Semester, Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 akan dilaksanakan dari tanggal 19 April sampai dengan 28 April 2016