• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit

2.1.1 Definisi Kulit

Gambar 2.1 Struktur Kulit (Mescher AL, 2010)

Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis (Wibisono, 2008).

Sebagai organ paling luar tubuh, kulit langsung terpapar dengan lingkungan prooksidan seperti radiasi ultraviolet, obat, polusi udara, dan asap rokok. Paparan lingkungan ini memicu pembentukan radikal bebas yang disebut juga reactive oxygen spesies (ROS).

Selain disebabkan faktor eksogen, radikal bebas juga dibentuk secara alamiah melalui metabolisme sel fisiologis (Rosi & Tantawi,2017).

Kulit memiliki fungsi sebagai barrier fisik, perlindungan terhadap agen infeksius, termoregulasi, sensasi, proteksi terhadap sinar ultraviolet (UV), serta regenerasi dan penyembuhan luka (Chu, 2012). Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Batasan antara dermis dan epidermis tidak teratur dimana tonjolan dermis yang disebut papilla dermis saling mengunci dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal ridges. Sedangkan batas antara dermis dan subkutis tidak ada garis tegas yang memisahkannya (Wasitaatmadja, 2007).

4

(2)

1. Epidermis (karlina, 2014)

Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit. Tersusun atas jaringan epitel skuamosa bertingkat, tidak memiliki pembuluh darah, dan sel-selnya sangat rapat. Pada lapisan epidermis juga dihasilkan keratin yang berperan besar dalam mekanisme perlindungan oleh kulit. Bagian epidermis yang paling tebal dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki, yang mengalami stratifikasimen jadi lima lapisan berikut:

a. Stratum korneum adalah lapisan epidermis teratas yang terdiri atas lapisan sisik tidak hidup yang terkeratinasasi yang senantiasa mengalami proses pergantian ulang yang konstan. Epidermis memiliki lapisan paling tebal dibandingkan lapisan-lapisan lain pada epidermis. Ketebalannya bervariasi mulai 15 lapisan pada daerah seperti wajah, 25 lapisan pada daerah lengan, bahkan dapat mencapai 100 lapisan atau lebih pada daerah seperti telapak tangan atau kaki.

b. Stratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dengan sel berbentuk gepeng yang tidak bernukleus dengan ketebalan empat sampai dengan tujuh lapisan sel.

c. Stratum granulosum terdiri atas tiga atau lima lapisan sel, yang mengandung granula-granula protein yang disebut keratohialin, yang merupakan prekursor dari keratin.

d. Stratum spinosum terdiri atas dua sampai empat lapisan sel yang dinamakan sel spina atau sel tanduk karena disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina atau tanduk.

e. Stratum basalis (germanitivum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada jaringan ikat dari lapisan kulit di bawahnya yakni dermis.

Pembelahan sel berlangsung secara cepat pada lapisan ini dan sel baru didorong masuk ke lapisan berikutnya.

(3)

2. Dermis (Karlina, 2014)

Merupakan lapisan yang menjadi penghubung antara epidermis dengan lapisan subkutaneus. Lapisan ini menyokong epidermis dengan berperan sebagai penyalur nutrisi bagi lapisan tersebut. Ketebalannya 0,5 mm-3 mm.Dermis tersusun atas dua jaringan ikat, yaitu :

a. Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast, dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi pada epidermis diatasnya.

b. Lapisan reticular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini tersusun atas jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen, dan serat elastik. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada simpul kolagen dan serat elastis mengakibatkan pengeriputan kulit.

3. Lapisan subkutan (Karlina, 2014)

Tersusun atas jaringan yang longgar yang terdiri atas lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Jumlah sel lemak sangat beragam, tergantung pada area tubuh dan nutrisi individu. Ada 4 jenis kulit wajah,yakni :

a. kulit kering Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam jumlah sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit terlihat kusam.

b. kulit berminyak Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah berjerawat.

c. kulit normal Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal: kulit tampak lembut, cerah dan jarang mengalami masalah.

d. kulit kombinasi. Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan keringat tidak merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan dagu tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak lembut.

(4)

2.2 Gel

Gel merupakan sediaan semipadat yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, berpenetrasi oleh suatu cairan. Formulasi gel membutuhkan senyawa Gelling agent sebagai bahan pembentuk gel. Gelling agent atau bahan pembentuk gel merupakan komponen polimer yang mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan gabungan dari beberapa molekul dan lilitan dari polimer yang akan memberikan sifat kental pada gel. Molekul-molekul polimernya berikatan melalui ikatan silang sehingga membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul pelarut yang terperangkap dalam jaringan ini (Adeltrudis &

Nilna,2017).

2.2.1 Masker Gel Peel Off

Secara umum, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu kulit kering, kulit normal dan kulit berminyak. Pembagian ini didasarkan pada kandungan air dan minyak yang terdapat pada kulit. Kulit kering adalah kulit dengan kadar air kurang atau rendah. Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal. Kulit berminyak yaitu kulit yang memiliki kandungan air dan minyak yang tinggi. Kulit campuran atau resisten dalam dunia kosmetika dikenal juga dengan istilah jenis kulit kombinasi yaitu daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung dan dagu) terkadang berminyak atau normal, bagian kulit lain cenderung lebih normal bahkan kering (Muliyawan, 2013). Kulit wajah merupakan bagian penting dan mendapat perhatian lebih karena seringnya terpapar sinar ultraviolet, debu, polusi, radikal bebas bahkan sisa sisa make up yang tidak terangkat dengan sempurna, sehingga mengakibatkan pori–pori kulit tersumbat, jerawat serta komedo. Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis perawatan kulit wajah yang populer, mudah diaplikasikan dan tidak memberikan efek ketergantungan terhadap produk (Luthfiyana dkk, 2019).

Perawatan wajah dapat dilakukan dengan menggunakan masker wajah. Masker adalah perawatan yang ditujukan untuk mengencangkan tonus (daya bingkis) kulit serta merawat kulit dengan kandungan bahan yang terdapat dalam kosmetik, untuk perawatan muka / kulit wajah yang memiliki manfaat yaitu memberi kelembaban, merangsang sel sel kullit, mengeluarkan kotoran dan sel sel tanduk yang melekat dikulit, menormalkan kulit dari gangguan jerawat, bintik hitam dan mengeluarkan lemak yang berlebih pada kulit, mencegah, mengurangi keriput keriput dan hyperpigmentasidan melancarkan peredaran darah (Rostamilis,2005).

(5)

Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai keunggulan dalam penggunaan yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis (Rahmawanty et al. 2015). Masker wajah peel off mampu meningkatkan hidrasi pada kulit, memperbaiki serta merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori, membersihkan serta melembabkan kulit serta bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab dan pelembut bagi kulit wajah (Vieira et al. 2009; Velasco 2014; Grace et al. 2015).

2.3 Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang bisa memberi perlindungan endogen dan tekanan oksidatif eksogen dengan menangkap radikal bebas (Lai-Cheong & McGrath, 2017;

Allemann & Baumann, 2008). Antioksidan merupakan molekul yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Paparan kronis terhadap radiasi UV menimbulkan banyak efek samping pada kulit, seperti penuaan dini, kanker kulit dan penurunan kemampuan respon imun. Masalah kesehatan ini secara langsung berkaitan dengan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) oleh radiasi UV (Jain, S.K., Jain, 2010).

Mekanisme pertahanan antioksidan pada kulit bisa dipengaruhi oleh ROS; ketika mekanisme pertahanan tidak seimbang, stres oksidatif dapat merusak membran sel, protein, karbohidrat dan asam nukleat yang memicu oksidasi (Reis Mansur et al., 2016;Galvez, 2010). Banyak tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan yaitu tanaman yang mengandung karotenoid dan polifenol terutama flavonoid sehingga banyak diformulasikan sebagai antioksidan alami yang dapat dibuat dalam bentuk sediaan oral sebagai vitamin dan topikal sebagai produk perawatan kulit. Ekstrak tumbuhan dengan antioksidan membangkitkan minat yang besar dalam bidang fitokosmetik seperti menyajikan molekul yang dapat menonaktifkan ROS memulihkan kulit homeostasis sehingga mencegah eritema dan penuaan dini pada kulit (Calderon-Montano et al., 2011;

Mansur et al., 2012).

2.3.1 Manfaat Antioksidan Untuk Kulit

Untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, seperti sinar UV, diperlukan antioksidan yang berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai. Antioksidan mampu bertindak sebagai penyumbang radikal hidrogen atau dapat bertindak sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menunda tahap

(6)

inisiasi pembentukan radikal bebas. Selain itu antioksidan juga mampu untuk meningkatkan produksi kolagen. Kolagen berfungsi untuk memelihara elastisitas kulit dan kekuatannya agar kulit tampak kenyal dan muda. Manfaat lainnya mampu mengurangi garis halus dan kerutan, mengurangi bintik hitam dan mengurangi jerawat (Sari, 2015).

2.3.2 Tingkat Aktivitas Antioksidan

Metode DPPH (1,1 Diphenyl-2-picrylhidrazyl) merupakan salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas. Keutungan dari metode DPPH sebagai uji antioksidan adalah sederhana, cepat, peka, hanya memerlukan sedikit sampel, dan lebih reprodusibel dibandingkan metode lain (Apak et al., 2004). Tingkat aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dapat digolongkan berdasarkan nilai IC50 seperti pada Tabel 2.1 (Jun, Yu, Fong, Wan, Yang, and Ho, 2003).

Tabel 2. 1 Tingkat Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktvitas Sangat Kuat Kuat Sedang Lemah Sangat

lemah Nilai IC50 <50 μg/mL 50-100

μg/mL 101-250

μg/mL 250-500

μg/mL >500 μg/mL (Jun et al.,2003)

2.4 Centella asiatica

2.4.1 Taksonomi Centella asiatica

Tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) dengan sinonim Hydrocotyle asiatica L. Pes, berasal dari daerah tropis di Asia. Berdasarkan klasifikasi

taksonomi, pegagan seperti yang tertera pada tabel di bawah ini (Sutardi,2016) Tabel 2. 1 Klasifikasi Tanaman Centella asiatica

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyta

Subdivisi Angiospermae

Kelas Dicotyledonae

Ordo Umbillales

Famili Umbilliferae (Apiaceae)

Genus Centella

Spesies Centella asiatica (L)

(7)

2.4.2 Morfologi Tanaman

Gambar 2.1 Tanaman Pegagan (Sutardi, 2008)

Pegagan merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, tepi jalan, di daerah persawahan, di sela-sela rumput, di tanah yang agak lembab ataupun agak ternaungi, dan dapat ditemukan di dataran rendah sampai dataran tinggi (2500 m dpl). Pegagan berasal dari daerah Asia tropik dan tumbuh besar di berbagai negara seperti Filipina, Cina, India, Sri Langka, Madagaskar, Afrika, dan Indonesia (Depkes RI, 1977). Pegagan adalah tanaman tidak berbatang, menahun, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun tunggal,bertangkai panjang, dan terdiri dari 2-10 helai daun.Helaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit dan agak berambut. Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, dan berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung,berbentuklonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung.

Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji (Depkes RI, 1977;Jayusman,2005).

2.4.3 Kandungan Centella asiatica

Kandungan zat aktif dalam tanaman pegagan dipengaruhi oleh banyak faktor. Jenis tanah atau tempat tumbuh memengaruhi kandungan zat yang terbentuk dalam tanaman (Arumugam et al, 2011). Kemudian dari penelitian Ramadhan et al.

(8)

(2015) yang meneliti daun pegagan yang diambil dari daerah lain di India tidak menemukan kandungan saponin. Triterpenoid merupakan senyawa paling penting dalam tanaman pegagan. Triterpenoid berfungsi meningkatkan fungsi mental dan memberi efek menenangkan. Senyawa ini juga dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga memperlancar peredaran darah menuju otak. Asiatikosida merupakan bagian dari triterpenoid yang berfungsi menguatkan sel-sel kulit dan meningkatkan perbaikannya.

2.4.4 Khasiat Centella asiatica

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pegagan juga memiliki manfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, serta sebagai anti stress (Elmatris Sy dkk, 2015).

Antioksidan dalam tanaman pegagan terbagi menjadi beberapa bagian antara lain golongan asam amino, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri (Rifa’I dkk, 2018).

2.5 Niasinamida

2.5.1 Struktur Kimia Niasinamida

Gambar 2.2 Struktur Kimia Niasinamida

2.5.2 Sifat-sifat Niasinamida

Niasinamida memilik nama lain yaitu Nikotinamida, Niacinamide, Vitamin B3, Nicobion, dan Vitamin PP. Pemerian dari niasinamida yaitu berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa pahit, larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus. Niasinamida tahan dengan pemanasan, udara dan oksidan tetapi terhidrolisis oleh asam kuat dan larutan alkalis. Niasinamida diasumsikan menjadi vitamin larut air yang paling stabil (Leskova, et al., 2006). Stabilitas niasinamida tetap konstan selama penyimpanan pada suhu 20 C, 30 C dan 37 C selama 12 bulan (DepKes RI, 2014).

(9)

2.5.3 Sumber Niasinamida

Niasinamida ditemukan secara luas dalam sebagian besar makanan hewani (jeroan, daging, ikan) dan nabati (gandum, jagung). Niasinamida dapat diambil dalam bentuk bebas atau diproduksi selama proses pencernaan oleh reaksi enzimatik (Gehring, 2004).

2.5.4 Manfaat Niasinamida Bagi Kulit

Penggunaan niasinamida secara sistemik dan topikal dalam kasus medis dan kosmetik telah terbukti efektif. Pengaplikasian niasinamida secara topikal dapat menghambat imunosupresi dan fotokarsinogenesis (Gehring, 2004). Niasinamida (Vitamin B3) berfungsi sebagai prekursor dari co-factor enzim endogen (Surjanto, et al., 2016). Dalam penelitian Hakozaki 2008, terjadi penurunan gangguan pigmen wajah pada 18 wanita jepang yang di berikan niasinamid 5% pada satu sisi wajah dan sisi lainnya hanya diberikan pembawa, dalam prosedur evaluasi ditemukan bahwa setelah 4-8 minggu perawatan ada keringanan signifikan hiperpegmentasi sebagai hasil dari pemberian niasinamida dibandingkan dengan efek pembawa. Niasinamida mampu mencerahkan, karena menghambat ditransfernya melanosom dari melanosit ke keratinosit. Niasinamida dapat digunakan untuk penggobatan gangguan pigmen (Gehring, 2004).

Niasinamida mampu meningkatkan fungsi penghalang lapisan kulit sehingga meningkatkan resistensi kulit terhadap lingkungan dari senyawa yang dapat merusak seperti surfaktan, pelarut, dan dapat mengurangi iritasi, inflamasi, dan kekasaran dimana dapat menyebabkan penuaan pada kulit. Selain itu, vitamin ini dapat meningkatkan kandungan air pada lapisan tanduk, antigaris halus, antikerut, antioksidan, mengurangi hiperpigmentasi, dan antijerawat. Efek antikerut niasinamida diperoleh dengan meningkatkan produksi fibroblast untuk merangsang sintesis kolagen (Bissett, 2009; Draelos & Thaman, 2006; Lupo, 2001; Salvador

& Chisvert, 2007). Penggunaan dalam waktu lama dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit. Dosis topikal niasinamida ialah 1%-5% (Bissett, 2009 ; Surjanto et al., 2016). Niasinamida konsentrasi 4% efektif dalam mengurangi gejala jerawat ringan sampai sedang dengan perbaikan pustula karena memiliki efek anti inflamasi yang kuat (Yesim Kaymak, 2008).

(10)

2.5.5 Penetrasi Niasinamida ke Dalam Kulit

Niasinamida merupakan senyawa hidrofilik sehingga sulit menembus kulit karena struktur lipid bilayer dari stratum korneum, jadi dibutuhkan pembawa (Hakozaki, et al., 2006; Nicoli, et al., 2008).

2.6 Komponen Penyusun Peel Off Mask 2.6.1 Polivinil Alkohol (PVA)

Gambar 2.3 Struktur Kimia PVA (Rowe, et al., 2009)

Polivinil alkohol merupakan suatu material yang dibuat melalui proses alkoholisis dari polivinil asetat (PVAc). Polivinil alkohol memiliki sifat tidak berwarna, padatan termoplastik yang tidak larut pada sebagian besar pelarut organik dan minyak, tetapi larut dalam air bila jumlah dari gugus hidroksil dari polimer tersebut cukup tinggi (Harper & Petrie, 2003). Polivinil alkohol berupa serbuk (powder) berwarna putih dan memiliki densitas 1,2000 - 1,3020 g/cm serta dapat larut dalam air pada suhu 80ºC (Sheftel, 2000). PVA umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini bersifat noniritan pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan 10%, serta digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi hingga 7% (Rowe, et al., 2009).

PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat adhesive sehingga dapat membentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering.

Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kinerja pembentukan film dalam peel off mask (Astri Sulastri, 2016). PVA diatas 11% tidak direkomendasikan karena akan menimbulkan peningkatan kinerja pembentukan film menjadi tidak proporsional (Beringhs, et al., 2013).

(11)

2.6.2 Propilen Glikol

Gambar 2.4 Struktur Kimia Propilen Glikol (Rowe, et al., 2009).

Propilen glikol sering digunakan sebagai solven dan pengawet dalam formulasi sediaan parenteral dan non parenteral. Propilen glikol dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi pada konsentrasi 1% sampai 10%

(Swarbrick dan Boylan, 1995; Williams dan Barry, 2004). Propilen glikol sebesar 40%

juga dapat meningkatkan penetrasi pada cream aciklovir (Trottet dkk, 2005).

Penggunaan propilen glikol untuk sediaan topikal, memiliki efek iritasi yang kecil, tetapi penggunaan pada membran mukosa dilaporkan dapat menyebabkan iritasi lokal (Weller, 2006). Sifat fisik propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Propilen glikol bersifat higroskopis sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat dingin dan kering serta terlindung dari cahaya. Propilen glikol mengalami inkompatibilitas dengan agent pengoksidasi seperti kalium permanganat (Weller, 2006).

Propilen glikol biasanya digunakan sebagai pelarut, pengawet, plasticizer, zat pengemlsi dan humektan dalam berbagai formulasi farmasi. Propilen glikol adalah pelarut umum lebih baik dari gliserin dan melarutkan berbagai macam bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), yang paling alkaloid, dan banyak anestesi lokal. Propilen glikol digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi dan umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun (Rowe, et al., 2009).

Propilen glikol digunakan sebagai humektan yang menjaga kestabilan sediaan gel dengan cara mengurangi penguapan air dari sediaan, selain menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembapan kulit (Andini, et al., 2017).

(12)

2.6.3 Metil Paraben

Gambar 2.5 Struktur Kimia Metil Paraben (Rowe, et al., 2009).

Metil paraben mempunyai karakteristik berupa kristal berwarna atau sebuk kristalin putih, dan tidak berbau dengan rasa seperti pada sediaan topikal, metil paraben digunakan pada kadar 0,02-0,3%. Efikasi dari pengawet dapat ditingkatkan dengan penambahan 2-5% propilenglikol. Kelarutan dari metil paraben sukar larut dalam air dan benzene, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam minyak, propilen glikol dan dalam gliserol (Rowe, et al., 2009). Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi. Metil paraben dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lain atau dengan zat antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metil paraben merupakan pengawet yang paling sering digunakan (Rowe, 2009). Metil paraben (C8H8O) berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Zat ini tidak berbau atau hampir tidak berbau (Rowe, 2009). Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal (Roweet al., 2005).

2.6.4 Aquadest

Aquadest adalah air suling yang dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Aquadest berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Aquades larut dalam etanol dan gliserol. Aquades disimpan dalam wadah tertutup baik (DepKes RI, 1979).

(13)

2.6.5 BHT

Gambar 2.6 Struktur Kimia BHT (Rowe, 2009).

BHT merupakan salah satu antioksidan yang sering digunakan pada bahan pangan. BHT hampir sama dengan BHA tetapi kelarutannya dalam lemak dan minyak tidak sebaik BHA (25-40%). BHT sangat efektif pada lemak hewan tapi kurang pada vegetable oil serta tidak larut air. BHT digunakan untuk mengurangi flavor lost, pembentukan off flavor, dan perubahan warna yang disebabkan oksidasi pada produk pangan (Madhavi et al., 1996).

Sifat BHT tahan dan stabil pada suhu tinggi yaitu dengan titik didihnya berkisar dari 26-27ºC. sifat tersebut memberi keuntungan untuk proses produksi yang memerlukan suhu tinggi tetapintidak sebaik BHA (Coppen, 1983). Menurut Madhavi et al (1996), BHT tidak memiliki konsentrasi optimum. Stabilitas akan meningkat seiring

dengan peningkatan konsentrasi tetapi peningkatannya menurun saat level cukup tinggi.

2.6.6 Carbomer 940

Gambar 2.7 Struktur Kimia Carbomer (Rowe, et al., 2009).

Nama lain dari carbomer adalah acritumer, polimer asam akrilat, carbopol, carboxy polimethylene, asam poliakrilat, polimer carboxyvinyl, pemulen, ultrez. Ada beberapa macam carbomer yaitu carbomer 910, 934, 934P,940, 941, 971P, 974P dan 1342. Carbopol 940 adalah polimer sintetik dengan molekul besar yang terdiri asam akrilat yang bercrosslinked dengan ally sucrose atau ally eter dari pentaerythrito. Carbopol mengandung 52% dan 68% asam karboksilat, tipe carbopol dibedakan berdasarkan viskositas cairan, tipe polimer dan polimeriasi pelarut.

(14)

Carbomer atau yang biasa disebut dengan carbopol merupakan kelompok polimer asam akrilat. Pemeriannya serbuk putih, higroskopis, bersifat asam dan mempunyai bau khas (Wade dan Waller, 1994). Karakteristik carbopol yaitu larut dalam air dan alkohol, menunjukkan viskositas yang tinggi pada konsentrasi kecil, bekerja efektif pada range PH yang luas, berbentuk cairan kental transparan (Afidah, 2008). Carbopol dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal bersifat asam (Wade dan Waller, 1994).

Carbopol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5-2,0% (Wade dan Waller, 1994).

2.6.7 TEA

Gambar 2.8 Struktur Kimia TEA (Rowe, et al., 2009).

Triethanolamin ((CH₂ OHCH₂ )₃ N) atau TEA merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat larut dalam air dan etanol tetapi sukar larut dalam eter. TEA berfungsi sebagai pengatur pH dan pengemulsi pada fase air dalam sediaan skin lotion (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1993). TEA merupakan bahan kimia organik yang terdiri dari amina dan alkohol dan berfungsi sebagai penyeimbang pH pada formulasi skin lotion. TEA tergolong dalam basa lemah. (Frauenkron et al, 2002).

Konsentrasi yang digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-4% (Goskonda dan Lee, 2005).

Trietanolamin merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat dan sedikit berbau ammonia. Senyawa ini dapat berubah warna menjadi coklat apabila terpapar udara dan cahaya. Selain itu juga memiliki kecenderungan untuk memisah dibawa suhu 150C. Homogenitasnya dapat diperoleh kembali dengan pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan. Senyawa ini sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara, terlindungi cahaya, dingin, dan kering (Goskonda dan Lee, 2005).

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Kulit (Mescher AL, 2010)
Tabel 2. 1 Tingkat Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Gambar 2.1 Tanaman Pegagan (Sutardi, 2008)
Gambar 2.2 Struktur Kimia Niasinamida
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sistem sudah dapat digunakan dengan baik dan dapat membantu kinerja pengguna dalam mencari data nilai mahasiswa

Menara Bidakara 1 Lantai 19 Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. Raya Simpang No.. NO KAB/KOTA NAMA NO IZIN ALAMAT KANTOR TELP KANTOR ALAMAT PABRIK PABRIK TELP PENANGGUNG JAWAB JK

Berdasarkan pada pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian yang telah diteliti didapatkan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut (1)

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia serta memperluas wawasan yang berkaitan

Secara klinis tampak hilang secara bermakna keterampilan yang didapat sebelumnya (sebelum usia 10 tahun) pada minimal 2 dari area berikut:.. bahasa ekspresif

Sebanyak 92 persen mencoba metode belanja baru dengan uraian 57 persen masyarakat melakukan pembelanjaan secara digital dan 48 persen layanan grocery pick up &amp;

Alat perlindungan lainnya: pada kejadian tertentu diperlukan alat pelindung tambahan seperti menggunakan tutup kepala, sarung tangan atau sepatu boot yang tahan terhadap

1) Tingkat pengungkapan informasi sosial berdasarkan indeks ISR masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari nilai rata- ratanya sebesar 46,39%. 2) Berdasarkan hasil