• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Pengertian tidur

Tidur dan istirahat merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap individu. Dengan tidur seseorang dapat menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas dan merasa tenang tanpa ada beban pikiran. Selain itu, jika kebutuhan tidur seseorang terpenuhi dapat memberikan pengaruh positif untuk tubuh diantaranya, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan metabolisme, mengembalikan stamina tubuh dan lain sebagainya (Pratiwi et.al, 2015). Namun, pada kenyataannya banyak orang mengabaikan akan pentingnya tidur yang cukup. Karena apabila seseorang mengalami kurang tidur akan cenderung lemas, mudah marah dan emosi yang tidak stabil.

National Sleep Foundation (2017) Untuk dapat beraktivitas dengan baik keesokan harinya, seseorang membutuhkan tidur yang cukup dan berkualitas. Dalam hal ini, kualitas tidur bisa dikatakan lebih penting daripada kuantitas. Imelda (2018) Jika Anda hanya tidur 5 jam sehari, tetapi kualitasnya bagus dan tubuh segar, maka lama tidak masalah, tetapi kualitasnya tidak masalah (Ritonga & Pratiko, 2018). Kualitas tidur yang baik ditandai dengan lebih banyak waktu tidur di tempat tidur dibandingkan aktivitas lainnya (sekitar 85%), tertidur dalam waktu sekitar 30 menit, terbangun tidak lebih dari satu kali di malam hari, dan tidak merasa mengantuk keesokan harinya (Wade, 2010).

(2)

9 2.1.2 Konsep tidur

Widhiyanti (2017) aktivitas tidur dikendalikan oleh 2 sistem dibatang otak, yaitu:

a) Reticular Activating System (RAS)

Terdapat dibagian atas batang otak, terdapat sel-sel yang dapat menjaga kesadaran dan memberikan kecerdasan.

b) Bulbar Synchronizing Region (BSR)

Ditemukan dibatang otak bawah dan pons, digunakan untuk melepaskan serum serotonin saat tidur.

Seseorang dalam keadaan terjaga menyebabkan RAS melepaskan ketokolamin, seperti norepineprin. Selama tidur, BSR menyebabkan pelepasan serum serotonin yang ditemukan dibatang otak tengah dan pons. Bangun atau tidur seseorang tergantung pada keseimbangan antara impuls yang diterima dari pusat otak dan penerimaan sensorik perifer (seperti adanya bunyi, atau cahaya). Jika berada di lingkungan yang gelap dan tenang, akan merangsang penurunan RAS, dan BSR akan mengeluarkan serum serotonin (K.A.Tri Widhiyanti, N.W.Ariawati, 2017).

2.1.3 Tahapan Tidur

Tahapan tidur memiliki 2 tahapan yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan non-Rapid Eye Movement (NREM).

a. Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM, gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.

Tanda-tanda tidur NREM yaitu mimpi berkurang, tekanan darah menurun,

(3)

10

metabolisme turun, gerakan bola mata lambat (K.A.Tri Widhiyanti, N.W.Ariawati, 2017).

Fase dari tidur NREM terdiri dari 4 tahap yaitu tahap I-II disebut tidur ringan (light Sleep) dan tidur III-IV disebut tidur dalam (Deep Sleep).

1. Tahap I

Merupakan tahap transisi peralihan seseorang dari sadar ke tidur. Pada tahap ini, seseorang cenderung rileks dan masih sadar akan lingkungan dan masih dapat dengan mudah dibangunkan. Tahap ini biasanya berlangsung beberapa menit dan menyumbang 5% dari total tidur.

2. Tahap II

Seseorang pada tahap ini memasuki tahap tidur, tetapi mereka masih mudah bangun. Biasanya tahap ini berlangsung selama 10-20 menit dan menyumbang 50-55% dari total tidur.

3. Tahap III

Merupakan awal dari tahap tidur nyenyak. Dimana otot-otot rileks dan sulit bangun. Tahap ini berlangsung 15-30 menit dan menyumbang 10% dari total tidur.

4. Tahap IV

Merupakan tahap dimana seseorang berada pada tahap tidur yang dalam atau deep sleep dan menjadi sulit utuk dibangunkan. Terjadi perubahan fisiologis yaitu nadi dan pernafasan menurun, tekanan darah menurun, metabolisme melambat, tonus otot menurun, temperature tubuh menurun dan menyumbang 10% dari total tidur (Widhiyanti, 2017).

(4)

11 b. Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif. Fase tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung 5-30 menit. Pada tahap REM, tidur tidak setenang tahap NREM, kebanyakan mimpi terjadi pada tahap ini. Pada tahap ini, otak cenderung lebih aktif dan metabolisme meningkat hingga 20%. Selain itu, menjadi sulit bagi orang untuk bangun.

Ciri-ciri tidur REM adalah (a) biasanya disertai dengan mimpi yang aktif, (b) lebih sulit untuk dibangunkan, (c) irama jantung dan laju pernapasan tidak teratur, (d) gerakan otot-otot perifer tidak teratur, (e) mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah meningkat, (f) tidur penting untuk mental dan emosional, dan juga berperan dalam pembelajaran, memori dan adaptasi (K.A.Tri Widhiyanti, N.W.Ariawati, 2017).

(5)

12 2.1.4 Siklus Tidur – Bangun

Selama fase tidur, seseorang akan bergantian antara fase tidur NREM dan REM.

Setiap siklus lengkap biasanya berlangsung 1,5 jam, biasanya 4-5 siklus, 7-8 jam tidur bergantian.

Sumber: Kryger et.al, 2011

2.1.5 Kebutuhan tidur

Tidur adalah bagian dari proses mempertahankan fungsi fisiologis normal. Tidur juga merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan mempersiapkan penggunaan energi setelah masa istirahat. Semua penggunaan energi harus diganti dengan istirahat malam untuk mengurangi penggunaan energi.

Kebutuhan tidur berbeda untuk setiap kelompok umur. Semakin dewasa durasi tidurnya akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan individu tersebut sibuk dengan sekolah atau pekerjaan pada siang hari. Berikut ini adalah kebutuhan tidur normal setiap kelompok umur:

Gambar 2. 1 Siklus Tidur

(6)

13 Usia Durasi Yang

Direkomendasikan Masih

Diperbolehkan Tidak Direkomendasikan 0-3 bulan 14-17 jam 11-13 jam atau 18-19

jam ≤ 11 jam atau ≥ 19 jam

4-11 bulan 12-15 jam 10-11 jam atau 16-18

jam ≤ 10 jam atau ≥ 18 jam

1-2 tahun 11-14 jam 9-10 jam atau 15-16

jam ≤ 9 jam atau ≥ 16 jam

3-5 tahun 10-13 jam 8-9 jam atau 14jam ≤ 8 jam atau ≥ 14 jam 6-13 tahun 9-11 jam 7-8 jam atau 12 am ≤ 7 jam atau ≥ 12 jam 14-17 tahun 8-10 jam 7 jam atau 11 jam ≤ 7 jam atau ≥ 11 jam 18-25 tahun 7-9 jam 6 jam atau 10-11 jam ≤ 6 jam atau ≥ 11 jam 26-64 tahun 7-9 jam 6 jam atau 10 jam ≤ 6 jam atau ≥ 10 jam

≥65 tahun 7-8 jam 5-6 jam atau 9 jam ≤ 5 jam atau ≥ 9 jam Tabel 2. 1 kebutuhan tidur berdasarkan usia

Sumber: National Sleep Foundation, 2015

(7)

14

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya (Wicaksono, Yusuf, & Widyiawati, 2012).

- Psikologis

Seseorang memiliki masalah psikologis atau sedang mengalami kecemasan atau stress, kualitas tidur dapat terpengaruh. Stres emosional dapat membuat seseorang gugup, yang dapat meningkatkan hormon norepinefrin dan mengganggu waktu dan kualitas tidur.

- Latihan fisik

Latihan fisik 2 jam sebelum tidur dengan kelelahan sedang dapat meningkatkan kualitas tidur. Namun, jika anda merasa Lelah yang berlebihan maka akan mengganggu waktu dan kualitas tidur.

- Penyakit

Setiap penyakit menyebabkan rasa sakit, ketidaknyamanan fisik, suasana hati atau gangguan pernafasan dapat menyebabkan masalah tidur.

- Lingkungan

Ventilasi yang baik, posisi tidur nyaman, dan kenyamanan akan meningkatkan kualitas tidur. Sebaliknya jika lingkungan bising dan posisi tidak nyaman, maka akan mempengaruhi kualitas tidur.

- Gaya hidup

Memilki gaya hidup kurang sehat dengan mengonsumsi kafein, alkohol, merokok dan kurang berolahraga memiliki kualitas tidur yang buruk.

(8)

15 2.1.7 Dampak Kualitas Tidur yang Buruk

(Kemenkes RI, 2016) Jika kualitas tidur siswa buruk maka akan menjadi berakibat buruk jika tidak ditangani, antara lain:

- Hilang konsentrasi

Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi konsentrasi selama belajar, pekerjaan rumah dan bahkan ujian.

- Stress yang meningkat

kualitas tidur yang menurun, akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman, sering marah karena alas an yang tidak diketahui dan sering tertekan dalam aktivitas sehari-hari,

- Sering lupa

Selama tidur, korteks serebral memperkuat asosiasi memori yang terbentuk sebelum tidur dan membentuk memori jangka Panjang. Jika kualitas dan waktu tidur terganggu, maka akan menyebabkan berkurangnya daya ingat.

- Munculnya obesitas

Munculya obesitas jika seseorang memiliki gangguan tidur, ia aka merasa lapar dimalam hari, sehingga makan malam akan menyebabkan obesitas.

- Hilang fokus saat berkendara

kualitas tidur buruk akan menimbulkan rasa kantuk di siang hari sehingga saat berkendara menjadi kurang fokus.

- Kulit terlihat lebih tua

kualitas tidur buruk dapat menyebabkan kulit menjadi kusam karena sel-sel tidak dapat meregenerasi secara optimal.

(9)

16 2.2 Gangguan Tidur

2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur merupakan gangguan medis berupa perubahan pada pola tidur yang dialami seseorang baik dari segi kualitas tidur, kuantitas tidur dan kondisi fisiologis pada saat tidur. Faktor terjadinya gangguan tidur ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu yang dapat mengakibatkan gangguan pada ARAS (Ascending Reticular Activating System). Faktor eksternal dapat berupa faktor lingkungan seperti cahaya lampu yang terlalu terang, suara bising, maupun tempat seseorang tidur. Selain itu, ada faktor lain yang dapat menyebabkan munculnya gangguan tidur seperti kebiasaan dan perilaku seseorang sebelum tidur seseorang. Seperti menonton televisi, bermain gadget dan beraktifitas berat sebelum tidur dimana kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan seseorang akan lebih lama dalam memulai waktu tidurnya.

Gangguan tidur ini merupakan masalah yang sangat umum ditemui di semua kalangan usia. Pada penelitian Jaka Safriyanda (2015) menjelaskan bahwa dari 197 mahasiswa sebanyak 102 diantaranya mengalami gangguan tidur dalam kuantitas tidurnya dan 162 mahasiswa dari 197 mahasiswa mengalami gangguan dalam hal kualitas tidurnya.

Di Indonesia sendiri angka kejadian insomnia sebanyak 10% dari jumlah populasi di Indonesia.

2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur

Secara umum gangguan tidur dibedakan menjadi 4 yaitu Insomnia, Sleep Apnea, RLS (Restless Legs Syndrome), dan narkolepsi. Masalah gangguan tidur lainnya yaitu kurang tidur kronis, kelainan ritme sirkardian dan parasomnia seperti night terrors, sleep walking, dan sleep paralysis (U.S. Department of Health and Human Services, 2011).

(10)

17 a. Insomnia

Insomnia dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang sulit untuk memulai tidurnya ataupun kesulitan dalam mempertahankan tidurnya. Selain itu, seseorang yang terbangun dari tidur di pagi hari namun merasa bahwa tidurnya belum cukup dapat disebut juga sebagai insomnia. Terkadang orang yang menderita insomnia memiliki waktu tidur yang lebih lama tetapi kualitasnya kurang. Pada saat ini insomnia banyak dialami oleh masyarakat dan insomnia ini muncul akibat mengalami stress di tempat kerja, tekanan di keluarga, peristiwa traumatis dan juga faktor mental berupa kegelisahan.

Hasil dari penelitian Nindhy (2018) dari total sampel 66 mahasiswa semester V dijelaskan bahwa 17 mahasiswa mengalami insomnia sementara, 40 mahasiswa mengalami insomnia jangka pendek, dan 9 mahasiswa mengalami insomnia jangka panjang. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap orang pasti mengalami gangguan tidur berupa insomnia yang membedakan hanya seberapa sering seseorang tersebut mengalaminya.

Apabila insomnia ini terus dibiarkan maka akan mengalami gangguan dalam hal gangguan memori, gangguan konsentrasi, kehilangan motivasi dan depresi (Nindhy et.al, 2018).

b. Sleep Apnea

Sleep Apnea merupakan masalah gangguan tidur yang sangat berpotensi serius.

Sleep apnea ini terjadi ketika seseorang mengalami masalah pernafasan saat tidur.

Seseorang yang mengalami Sleep Apnea yang tidak terobati mengalami gangguan

(11)

18

berupa berhenti nafas secara berulang kali selama tidur dengan durasi yang bervariasi.

Menurut Cleveland Clinic Sleep Disorders Center ada dua jenis dari Sleep apnea yaitu Obstructive Sleep Apnea (OSA) dan Central Sleep Apnea (CSA).

• OSA ditandai dengan peningkatan usaha dari otot dan dinding perut dengan tujuan untuk memaksa udara masuk melewati sumbatan tersebut. Seseorang yang mengalami OSA ditandai dengan mendengkur saat tidur dan nafas yang terengah-engah. Obstruksi atau sumbatan pada saluran nafas ini dapat terjadi akibat septal defek, hipotiroid, dan lain-lain

• CSA banyak terjadi pada usia lanjut, ditandai dengan terhentinya aliran udara dan usaha nafas selama tidur. Sehingga pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini mungkin disebabkan oleh kegagalan sistem saraf pusat seperti stroke atau pada pasien dengan gangguan neuro muskuler seperti lateral amyothropic sclerosis.

Tanda dan gejala yang umum terjadi pada OSA menurut Cleveland Clinic Sleep Disorders Center antara lain :

- Mendengkur

- Mengantuk dan keletihan disiang hari - Gelisah saat tidur

- Bangun tiba-tiba dengan sensasi terengah-engah maupun tersedak - Mulut kering atau sakit tenggorokan saat bangun

- Kerusakan intelektual seperti masalah konsentrasi, pelupa dan perubahan mood

(12)

19 - Berkeringat pada malam hari - Sakit kepala

Sedangkan tanda umum yang dirasakan dengan orang yang yang mengalami sleep apnea tipe CSA ditemukan lebih sering mengalami bangun tidur dan susah tidur secara berulang.

Apabila Sleep Apnea ini tidak diobati dapat memunculkan beberapa masalah kesehatan seperti hipertensi, kardiomiopati (pembesaran jaringan otot jantung), dan diabetes. Dampak lain yang ditimbulkan seperti penurunan konsentrasi, depresi, merasa cemas dan tidak percaya diri (Samuel cortese et.al, 2014).

c. Restless Legs Syndrome (RLS)

RLS merupakan keadaan dimana seseorang merasakan ketidaknyamanan pada bagian tubuhnya. Seseorang menggunakan berbagai kata untuk mendeskripsikan bagaimana rasa yang dialami seperti kesemutan, gatal, serasa tertusuk jarum, berduri dan nyeri. RLS ini lebih banyak dirasakan pada bagian kaki dibandingkan bagian tangannya. Ketika hal ini terjadi seseorang cenderung untuk menggeser atau menggerakkan bagian yang mengalami RLS.

RLS ini dapat terjadi akibat duduk yang terlalu lama seperti duduk di kursi, menonton film, dan juga dalam perjalanan bahkan juga saat berbaring. RLS ini menjadi lebih buruk ketika malam hari. Hal ini berarti bahwa ini akan membuat seseorang sulit untuk tidur bahkan ketika sudah tidur, seseorang dapat terbangun dan juga mengakibatkan seseorang tidak mendapat tidur yang cukup. Masalah ini berakibat pada perasaan seseorang seperti merasa kesal, depresi dan tertekan.

(13)

20

Menurut Stephanie (2015) menjelaskan penyebab dari RLS masih tidak jelas.

Namun, ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab RLS, antara lain:

- Jika orang tua memiliki RLS, maka risiko Anda mengalami RLS sebanyak 30-50%.

- Kadar zat besi yang kurang

- Beberapa kondisi medis dapat dikaitkan dengan kejadian RLS seperti masalah pada ginjal, penyakit Parkinson, diabetes, dan radang sendi.

- Faktor lingkungan dan gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok, kafein dan stres.

d. Narkolepsi

Narkolepsi atau sering disebut dengan sleep attack adalah gangguan yang ditandai dengan merasa mengantuk secara tiba-tiba pada siang hari, bahkan setelah mendapat tidur malam yang cukup. Orang-orang yang mengalami narkolepsi sering tertidur pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Maka dari itu keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap pekerjaan seseorang dan juga terhadap hubungan sosial seseorang.

e. Parasomnia

Selain gangguan tidur diatas, ada gangguan tidur lainnya yaitu parasomnia.

Parasomnia adalah perilaku yang mengganggu tidur atau perilaku yang terjadi saat tidur. Klasifikasi dari parasomnia menurut U.S Department of Health and Human Services antara lain:

- Sleep Walking (berjalan saat tidur)

(14)

21

Sleep walking atau berjalan saat tidur adalah hal biasa pada anak-anak. Rata- rata usia anak dengan gangguan ini adalah sekitar 5-7 tahun. Anak tidak mengingat kejadian yang dialaminya saat tidur, biasanya disertai dengan night terror

- Night terrors

Night terrors adalah keadaan dimana seseorang tiba-tiba merasa takut. Hal ini ditandai dengan teriakan keras dan disertai dengan peningkatan kerja sistem saraf otonom, seperti berkeringat, peningkatan tekanan darah, dan takikardia. Fobia tidur biasanya terjadi pada remaja. Dalam beberapa penelitian, kecemasan dikaitkan dengan kondisi ini

- Sleep talking

Bicara saat tidur adalah jenis parasomnia yang paling umum. Anak usia 3-13 tahun paling sering mengalami gangguan ini.

2.2.3 Dampak Gangguan Tidur

Menurut Hafidh Awwal (2015) dampak SD (Sleep Disorder) yang terjadi pada mahasiswa dapat mempengaruhi kemampuan belajar, prestasi sekolah, dan perilaku.

Selain itu dampak dari SD seseorang mengalami kelelahan kronis yang berpengaruh terhadap kinerjanya (Anuja et.al, 2019).

2.3 Performa Akademik

2.3.1 Pengertian Performa Akademik

Prestasi akademik merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang diikuti oleh siswa, siswa, guru dan instansi terkait (Bhagat, 2013). Pengukuran prestasi akademik biasanya dilakukan dengan mengadakan ujian berkelanjutan atau pekerjaan rumah, namun

(15)

22

sampai saat ini belum ada metode pengukuran yang jelas untuk mengukur prestasi akademik (Bhagat, 2013). Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur prestasi akademik adalah dengan melihat nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), yang merupakan hasil kumulatif dari semua mata pelajaran atau mata kuliah yang dipelajari oleh seorang individu selama satu semester. Ada juga yang disebut Cumulative Grade Point Average (CGPA), yang merupakan hasil kumulatif dari lima mata kuliah dengan nilai tertinggi saja.

Sebagian besar studi tentang evaluasi kinerja akademik mahasiswa menggunakan IPK, namun ada beberapa studi yang melihat langsung pada hasil mata kuliah atau mata kuliah.(Mushtaq dan Khan, 2012).

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Performa Akademik Mahasiswa

Penelitian Hijazi dan Naqvi (2006) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Penelitian dilakukan pada 300 mahasiswa pascasarjana di tahun ke-5 dan ke-4 belajar di sebuah universitas swasta di Pakistan.

Variabel yang dievaluasi meliputi sikap siswa terhadap kehadiran di sekolah, waktu belajar ekstrakurikuler, pendapatan keluarga, usia ibu siswa, dan pendidikan ibu. Ada beberapa hasil yaitu kehadiran siswa di sekolah berdampak pada prestasi akademik yang dicapai, karena siswa yang selalu hadir dianggap belajar lebih serius. Hasil pendapatan keluarga tidak mempengaruhi prestasi akademik yang dicapai, juga tidak mempengaruhi waktu belajar dan usia ibu kecuali untuk kegiatan perkuliahan. Sedangkan untuk Pendidikan ibu memiliki hubungan positif, ibu dengan pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi akan membantu anaknya bekerja lebih baik (Hijazi dan Naqvi, 2006).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mushtaq dan Khan (2012) bertujuan untuk mempelajari variabel lain, seperti komunikasi, fasilitas belajar, bimbingan yang tepat dan

(16)

23

keadaan mental keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja akademik dan komunikasi, fasilitas belajar, dan bimbingan belajar.

Namun, ada hasil negatif antara kinerja akademik dan keadaan mental keluarga (Mushtaq dan Khan, 2012).

Utomo (2011) meneliti variabel yang berbeda dan pengaruhnya terhadap performa akademik. Variabelnya adalah pengaruh pemberian beasiswa untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah prestasi akademik mahasiswa penerima beasiswa pada semester berikutnya mengalami peningkatan. Namun, kenaikannya tidak signifikan, hanya sekitar 0,16 poin lebih tinggi dari nilai IPK semester sebelumnya (Utomo, 2011).

Organisasi dan kegiatan selain perkuliahan dikatakan berdampak pada kinerja akademik. salah satunya dilakukan oleh Rofiq (2013), dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas dalam organisasi dengan kinerja akademik yang dicapai. Artinya, semakin aktif siswa berorganisasi maka kinerja akademiknya akan semakin baik (Rofiq, 2013).

Gambar

Gambar 2. 1 Siklus Tidur

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

perubahan alamat oleh Pemegang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan Iangsung kepada Biro Internasional atau melalui

Rizka Argi Putra, D1213063, STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PENERARAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Dinas Perhubungan Komunikasi

Pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa studi eksperimen pada mahasiswa fakultas psikologi UNDIP Semarang.. Hubugan tingkat kecemasan

Tapi sebagai kakek Saya ya mending tidak usah, takut nanti di sawer-sawer mbak, tapi kalau cucu Saya berminat tentunya nanti dalam pengawasan Saya karena Dolalak kan

Bab ini merupakan salah satu kompetensi inti yang harus Anda pahami, karena dengan semakin pesatnya perkembangan zaman menjadikan dunia bisnis sebagai permasalahan dalam negeri

Simpulan hasil penelitian penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dinyatakan berhasil meningkatkan keterampilan guru mengelola pembelajaran dan hasil belajar

sendiri, (3) belum banyak mahasiswa belajar dari contoh-contoh yang diberikan dosen atau yang ditemukan sendiri, (4) pendekatan pengajaran yang digunakan dosen belunl..