• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

41 A. HASIL PENELITIAN

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

Hasil belajar siswa diukur menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 35 butir soal. Perolehan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

Gambar 4.1 di atas diperoleh hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan Komik Sains terdapat peningkatan hasil belajar yang sangat baik dengan nilai postest yang mencapai 78,61 yang sudah mencapai nilai KKM yaitu 73. Dan pada kelas kontrol rata-rata nilai postest sebesar 67,59 yang belum mencapai nilai KKM. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 32 % dan 20%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas yang menggunakan komik Sains dan tidak menggunakan komik Sains sama-sama mengalami peningkatan, namun pada kelas yang tidak menggunakan komik Sains masih dibawah kelas yang menggunakan komik Sains karena masih belum mencapai nilai KKM yaitu 73.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Pre-test

Post-test 47.18

67.59

46.94

78.61

Kontrol Eksperimen

(2)

Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen karena penggunaan media komik dalam pembelajaran ini ternyata memudahkan siswa dari kesulitan dalam memahami konsep organisasi kehidupan yang abstrak, banyak istilah dan rumit sehingga sulit dipahami, gambar komik dan bahasa yang digunakan juga membuat siswa merasa nyaman belajar.

Untuk mengetahui nilai gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Gambar 4.2 di atas menunjukan rata-rata N-gain pada kelas eksperimen adalah 0,59 dan rata-rata N-gain dari kelas kontrol adalah 0.38. Ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Nilai gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, karena pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan media komik sains yang dapat menyebabkan siswa merasa senang dan nyaman dalam belajar. Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkan tumbuhnya respon positif dari siswa yang secara langsung berdampak pada minat belajar, aktivitas pada saat pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Eksperimen Kontrol 0.59

0.38

N-Gain

Eksperimen Kontrol

(3)

2. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

a. Uji Statistik Deskriptif 1) Uji Prasyarat

a) Uji Normalitas

Untuk mengetahui hasil uji normalitas N-Gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas Kolmogorov-

Smirnova

Shapiro-Wilk

Eksperimen 0,188 0,544

Kontrol 0,200 0,735

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, dengan tingkat kepercayaan α = 0,05 (95%) diperoleh nilai signifikansi (sig.). Pada uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk masing-masing diperoleh N-Gain eksperimen (Sig. 0,188 dan 0,544), sedangkan untuk uji N-Gain kontrol (Sig. 0,200 dan 0,735). Hal tersebut menunjukkan bahwa data kedua sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal karena memiliki normalitas > 0,05.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, siswa yang belajar menggunakan media komik menemukan cara belajar yang baru dan berbeda karena di dalam komik memiliki alur cerita yang berururtan sehingga dapat memotivasi siswa membaca terus dan akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan meningkatnya hasil belajar siswa di kelas eksperimen.

b) Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas N-Gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(4)

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

N-Gain Data Penelitian Sig.

kelas eksperimen dan kelas kontrol

Based on Mean 0,435

Based on Median 0,533

Based on Median and with adjusted df

0,533

Based on trimmed mean 0,451

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, dengan tingkat kepercayaan α = 0,05 (95%) diketahui bahwa nilai signifikansi (sig.) N-Gain kelas eksperimen dan kontrol berada di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data N-Gain kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi homogen.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata- rata hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana skor nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan media pembelajaran komik sains memperoleh nilai yang lebih baik dari kelas kontrol yang tidak di berikan pembelajaran dengan media pembelajaran komik sains.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih signifikan dibanding kelas kontrol, karena pada kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan media komik sains yang menyebabkan minat belajar dan pemahaman materi siswa lebih baik yang secara langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa di kelas kontrol.

c) Uji t (Hipotesis)

Uji hipotesis untuk nilai gain kelas eksperimen dan kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t (independent samples test) karena data gain yang diperoleh semuanya berdistribusi normal

(5)

dan homogen. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji t (Independent Samples Test) N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas F Sig. t df Sig.

(2- tailed)

Mean Difference

Std.Error Difference Eksperimen 0,616 0,435 8.859 68 0,000 0,21457 0,02422

Kontrol 8.859 67,021 0,000 0,21457 0,02422

Tabel. 4.3 di atas dapat dilihat bahwa output pada F nilai signifikansi lebih besar dai 0,05 yaitu 0,616, yang berarti bahwa data tersebut homogen. Pada kolom Sig. (2-tailed) dibagi dua adalah 0.000. Nilai ini lebih kecil dari 0.05 sehingga hipotesis H0 ditolak.

Jadi, terdapat peningkatan yang signifikan antara penggunaan komik Sains dengan hasil belajar siswa pada konsep Organisasi Kehidupan di MTsN Palimanan.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena penggunaan media komik sains mampu membuat suasana belajar di kelas menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berdampak pada hasil belajar yang meningkat.

3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Komik Sains pada Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran komik sains terhadap hasil belajar siswa konsep organisasi kehidupan di kelas VIII MTsN Palimanan diperoleh dari hasil penyebaran angket pada kelas eksperimen dan hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.

Angket tersebut diisi oleh 33 siswa yang terdiri dari 20 item pernyataan, yaitu 13 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Dalam hal ini, penulis menggunakan 4 alternatif pilihan yang terdiri dari SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan-

(6)

pernyataan dalam angket mengarah pada peran media pembelajaran komik sains dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan respon siswa terhadap pelajaran biologi dengan media pembelajaran komik sains.

Setelah dilakukan penyebaran angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan media pembelajaran komik sains di kelas VII MTsN Palimanan diperoleh data seperti pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata Skor Respon Siswa pada Pembelajaran Menggunakan Media Komik Sains

Gambar 4.3 di atas menunjukkan persentase rata-rata skor angket sikap siswa terhadap penggunaan komik pada pembelajaran konsep organisasi kehidupan. Dari 33 responden yang mengisi angket, sejumlah 29 responden dengan persentase 88 % dengan kriteria sangat kuat menyatakan setuju menggunakan media komik sains terhadap pembelajaran Biologi konsep organisasi kehidupan, dan sisanya 4 responden dengan persentase sebanyak 12

% berkategori sangat lemah, artinya respon mereka terhadap pembelajaran menggunakan komik sains biasa saja.

Berdasarkan analisis angket yang telah dipaparkan, dapat diasumsikan bahwa sikap siswa terhadap penggunaan komik pada pembelajaran konsep organisasi kehidupan di MTsN Palimanan sangatlah positif. Hal tersebut terlihat dari perolehan persentase skor angket menunjukkan interprestasi sangat kuat, artinya bahwa penggunaan media pembelajaran komik membantu siswa dalam

88 12

Persentase

Sangat Kuat Kuat Cukup Lemah Sangat Lemah

(7)

memahami materi sehingga hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran biologi mengalami peningkatan yang baik.

B. PEMBAHASAN

1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai pretest siswa kelas eksperimen dalam penelitian ini berkategori kurang dari nilai KKM yang sudah ditentukan. Dari 35 siswa yang mengikuti pretest tersebut tidak ada nilai siswa yang mencapai KKM. Setelah diterapkan pembelajaran menggunakan media komik, nilai posttest siswa mengalami peningkatan dari nilai tes awal (pretest).

Seluruh siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar dan 28 (80%) siswa memenuhi KKM. Hanya 7 (20%) siswa yang tidak memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media komik yang bisa dilihat juga dari naiknya nilai siswa yang sudah mencapai nilai KKM.

Siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM disebabkan karena antusias siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan media komik Sains pada konsep organisasi kehidupan. Uno (2010:124) mengungkapkan media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran.

Tingginya tingkat ketuntasan siswa serta besarnya rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media komik sains disebabkan karena pembelajaran di kelas yang menggunakan komik sains membuat siswa senang belajar. Media komik juga memudahkan siswa untuk memahami materi.

Media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah kepada kegiatan pembelajaran. Semua itu terlihat dari peningkatan nilai posttest siswa kelas eksperimen. Penggunaan media harus didasarkan pada pemilihan yang tepat sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi yang menunjang efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

Slameto (2010:180) menyampaikan siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.

(8)

Media belajar komik memberikan proses pembelajaran yang menarik dengan adanya gambar-gambar yang dapat meningkatkan kemampuan mengingat siswa. Komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran menunjuk pada sebuah proses komunikasi antara siswa dan sumber belajar. Komunikasi belajar akan berjalan dengan maksimal jika pesan pembelajaran disampaikan secara jelas, runtut dan menarik.

Penggunaan media komik dalam pembelajaran ini ternyata memudahkan siswa dari kesulitan dalam memahami konsep organisasi kehidupan yang abstrak, banyak istilah dan rumit sehingga sulit dipahami. Sudjana (2001:57) mengatakan bahwa konsep pengajaran visual didasarkan atas asumsi bahwa pengertian-pengertian yang abstrak dapat disajikan lebih konkret. Dikemukakan juga oleh Eny Enawaty (2010:25) dalam penelitiannya mengatakan bahwa komik dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif sebagai contoh untuk menjelaskan konsep-konsep yang sangat abstrak dan memerlukan objek yang konkret.

Gambar komik dan bahasa yang digunakan juga membuat siswa merasa nyaman belajar. Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkan tumbuhnya respon positif dari siswa yang secara langsung berdampak pada minat belajar, aktivitas pada saat pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Sudjana (2011:2) mengemukakan bahwa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Media pengajaran dapat membantu siswa memahami materi yang abstrak menjadi konkret dan yang terlalu kompleks dapat disederhanakan. Sudjana (2011:3) menyatakan melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Pembelajaran menggunakan media komik dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar. Hasil belajar siswa di kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan media komik meningkat signifikan dibandingkan hasil belajar siswa di kelas kontrol yang hanya menggunakan buku paket.

Wahyuningsih (2011:7) menyatakan dalam penelitiannya, menurutnya media pembelajaran komik bergambar dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa dilihat dari gain score termasuk kriteria sedang, meningkatkan

(9)

keaktifan siswa, meningkatkan minat siswa dan mendapat respon positif dari siswa serta guru. Mustikan (2013:3) juga mengungkapkan dalam penelitiannya yang bahwa konsep dan prinsip sains dapat dikemas dalam bentuk komik untuk menarik minat mempelajarinya sehingga hasil belajar dapat optimal sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Media komik selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, komik juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Ibrahim (1996) dalam Arsyad (2011:16) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka, membantu memantapkan pengetahuan pada benak siswa serta menghidupkan pelajaran. Media pembelajaran disamping menyenangkan, juga harus bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan belajar perorangan siswa.

Kemp & Dayton (1985) dalam Arsyad (2011:21) mengungkapkan ada beberapa manfaat penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran yaitu sebagai penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, pembelajaran bisa lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan, lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu, peran guru dapat merubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang- ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi.

Dari hasil penelitian pada kelas kontrol diketahui hasil tes dari 35 siswa kelas kontrol seluruh siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Sebagian besar nilai siswa masih di bawah standar nilai KKM. Belum tercapainya Ketuntasan Kriterian Minimal pada siswa disebabkan kurangnya antusias belajar yang menggunakan buku paket, selain itu siswa juga kurang bersemangat untuk memahami materi yang ada dalam buku paket.

Raharjo (2009:40) menyatakan bahwa sistem pembelajaran tradisional penggunaannya terhadap pembelajaran masih terbatas pada informasi yang

(10)

diberikan oleh guru dan ditambah dari buku, sedangkan sumber yang lainnya belum mendapat perhatian sehingga aktivitas belajar siswa kurang berkembang.

Siti Nurohimah (2012:45) dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu faktor terpenting dalam keberhasilan siswa dalam belajar adalah metode penyajian materi pelajaran. Adapun kriteria metode penyampaian materi pelajaran yaitu dapat membuat siswa tertarik, termotivasi, kemudian timbul perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi, dan adanya kebutuhan terhadap materi tersebut.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Kekurangan atas ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan komik sains akan menciptakan belajar yang efektif karena dapat membawa siswa ke dalam suasana yang menyenangkan, selain itu pembelajaran dengan komik sains dapat menciptakan suasana yang gembira.

Dengan media komik sains materi lebih mudah diserap dan teks membuatnya lebih mudah dimengerti, sementara pesan yang hendak disampaikan melalui komik sains dapat lebih mudah untuk diikuti dan diingat. Perasaan terhadap komik sains ini menumbuhkan sikap positif berupa perhatian yang mendalam terhadap materi yang sedang diajarkan yakni organisasi kehidupan, sehingga siswa membaca dan mempelajarinya dengan kemauannya sendiri.

2. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

Hasil belajar kelas yang menggunakan media pembelajaran komik sains terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol. Diperoleh skor nilai pretest untuk kelas eksperimen tertinggi adalah 66 dan terendah 31 serta nilai rata-rata kelas sebesar 46,9 sedangkan pada posttest diperoleh nilai tertinggi 91 dan terendah 69, serta rata-rata kelas 78,6.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara pretest dan posttest dimana skor nilai rata-rata hasil belajar

(11)

posttest lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest. Hal ini membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan media pembelajaran komik sains memperoleh peningkatan hasil belajar.

Hasil belajar kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest. Diperoleh skor nilai pretest tertinggi 63 dan terendah 29 serta nilai rata-rata kelas sebesar 47,2, sedangkan pada posttest diperoleh nilai tertinggi 77 dan terendah 54, serta rata-rata kelas 67,6. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara pretest dan posttest dimana skor nilai rata-rata hasil belajar postest lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol memperoleh peningkatan hasil belajar juga.

Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol terlihat pada nilai gain kelas eksperimen dan kontrol. Dari data yang sudah diperoleh hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan rata-rata nilai gain adalah 0,59, dan rata-rata nilai gain pada kelas kontrol adalah 0,38. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan media komik sains dan kelas kontrol yang tidak menggunakan media komik sains. Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

Pada kelas eksperimen peranan media komik sains dalam pembelajaran dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Hyerle Alper (2012) dalam Wahyuningrum (2012:82) berpendapat bahwa otak mengingat apa yang telah dilihat karena manusia secara instrinsik adalah makhluk visual. Mata mengandung hampir 70% dari penerima rangsang tubuh dan mengirimkan jutaan sinyal setiap detik lewat saraf optis ke pusat pengolahan visual di otak. Tidak mengherankan kalau komponen visual dari memori sangat kuat. Dan tidak mengherankan, ketika guru menggunakan alat bantu visual di ruang kelas untuk menampilkan konsep, siswanya bisa lebih lama mengingat konsep itu.

Boholm dalam Joffe (2008) yang mengatakan bahwa komik merupakan media visual yang mempengaruhi perasaan, sehingga seseorang cenderung lebih kuat mengingat suatu hal dengan menggunakan gambar visual daripada hanya menggunakan teks saja (Pramadi, 2013:6). Komik sains mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan melatih siswa untuk tidak hanya menerima sebuah materi tetapi mampu menemukan sendiri konsep-konsep sains melalui

(12)

membaca dan mengikuti alur yang terdapat dalam komik sains pada konsep organisasi kehidupan ini.

Song (2008) dalam Nugraha (2013:65) yang menyatakan bahwa komik dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran yang kuat untuk menginterpretasikan pengetahuan dan penerapan sains. Hasil belajar kognitif dapat meningkat karena penggunaan komik sains melatih siswa untuk tidak hanya menerima sebuah materi tetapi mampu menemukan sendiri konsep- konsep sains melalui membaca dan mengikuti alur inkuiri yang terdapat dalam komik sains.

Komik sains memudahkan siswa dalam memahami materi sehingga proses pembelajaran akan efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Waluyanto (2005) yang menunjukkan bahwa komik dapat menyampaikan materi yang dianggap sulit menjadi mudah dan menyenangkan (Nugraha, 2013:65). Belum tercapainya Ketuntasan Kriterian Minimal pada siswa yang belajar tidak menggunakan komik Sains disebabkan kurangnya antusias belajar yang menggunakan buku paket.

Buku pelajaran sekarang lebih banyak berupa textbook, meskipun sudah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup terhadap peningkatan minat baca siswa. Minat membaca yang rendah menyebabkan keaktifan dan hasil belajar menjadi rendah. Kerumitan bahan ajar yang disampaikan semakin membuat siswa kurang tertarik untuk membaca buku pelajaran termasuk buku paket biologi. Selain itu siswa juga kurang bersemangat untuk memahami materi yang ada dalam buku paket.

Raharjo (2009:40) menyatakan bahwa sistem pembelajaran tradisional penggunaannya terhadap pembelajaran masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan ditambah dari buku, sedangkan sumber yang lainnya belum mendapat perhatian sehingga aktivitas belajar siswa kurang berkembang.

Aktivitas dan minat baca siswa secara langsung akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Guru juga berperan penting dalam proses belajar siswa, guru adalah sebagai fasilitator dan mediator. Situasi tersebut memicu terjadinya pergeseran paradigma dari kegiatan pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru) menjadi bersifat student centered (berpusat pada siswa). Oleh karena itu siswa yang pembelajarannya menggunakan media komik sains (visual)

(13)

mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang hanya menerapkan pembelajaran secara konvensional (ceramah), karena kecepatan otak dalam menangkap dan memahami suatu konsep tidak cukup hanya dengan mendengarkan saja, tetapi juga di dukung dengan melihat dan memahami materinya.

Siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan komik sains akan lebih memahami konsep dibanding tidak menggunakan komik, karena komik dapat membantu siswa memahami menguasai konsep organisasi kehidupan yang banyak istilah dan rumit. Siswa juga mendapatkan cara belajar yang baru dan berbeda karena di dalam komik memiliki alur cerita yang berururtan sehingga dapat memotivasi siswa membaca terus dan akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan meningkatnya hasil belajar siswa di kelas eksperimen.

Seperti yang diungkapkan oleh Tatolavic (2009) komik merupakan satu bentuk seni populer terutama di kalangan anak-anak dan merupakan salah satu medium potensial untuk pendidikan sains dan komunikasi. Komik kaya akan ilustrasi yang bisa mencapai 90% dari total isi komik.

Komik sains menggunakan banyak unsur-unsur dan teknik fiksi dalam menjelaskan fenomena kehidupan nyata yang berkaitan dengan konsep Biologi.

Tentu saja penggunaan teknik fiksi bisa meningkatkan minat pembacaan, imajinasi, dan demikian pula secara lebih efektif mengirim konten sains kepada siswa yang membaca komik sains ini. Pendapat tersebut dipertegas pula oleh Marie & Williams (2008) dalam Pramadi (2013:3) komik terdiri dari Image (gambar), gambar komik dibuat sederhana agar maksud atau tujuan komik lebih mudah dipahami pembaca. Text (Teks), teks komik dibuat dengan kalimat yang mudah dimengerti, lugas, singkat, dan tidak kaku. Story (Cerita), cerita dibuat seatraktif mungkin agar pembaca tidak mudah bosan.

Dari analisis hasil belajar dengan SPSS ver 16.0 for windows, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, diketahui bahwa data dari kedua kelas tersebut berdasarkan nilai pretest dan posttest maupun nilai gain terdapat peningkatan yang signifikan antara penggunaan media komik sains dengan hasil belajar siswa pada konsep organisasi kehidupan kelas VII di MTsN Palimanan.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan media komik sains dengan siswa yang tidak menggunakan media komik sains. Penggunaan media komik sains dapat

(14)

meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik dari pada peningkatan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan media komik sains.

Selain penggunaan media pembelajaran, perbedaan hasil belajar siswa dipengaruhi juga oleh individu siswa itu sendiri dan lingkungannya. Artinya kemampuan berpikir, motivasi, minat dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani pada saat evaluasi belajar dilakukan, serta lingkungan ketika pembelajaran berlangsung apakah memberikan kenyamanan dan ketenangan siswa untuk belajar, selain itu kompetensi guru, kreativitas, sumber belajar dan keluarga juga berpengaruh.

Wasliman (2007) dalam Susanto (2013:12) mengungkapkan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Respon Siswa Terhadap Penggunaan Komik Sains pada Pembelajaran Konsep Organisasi Kehidupan di Kelas VII MTsN Palimanan

Dari data hasil analisis angket yang dibagikan kepada 33 siswa kelas eksperimen. 13 item yang menyatakan respon positif memiliki interpretasi yang sangat kuat, artinya hampir seluruh siswa setuju dengan 13 item respon positif pada angket. Ada 7 item yang menyatakan respon negatif memiliki interpretasi lemah, artinya siswa tidak setuju dengan 7 item negatif pada angket.

Penggunaan media pembelajaran komik sains terbukti memberikan ketertarikan dan rasa senang pada siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan media komik, sehingga adanya korelasi terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.

Deskripsi respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan komik, maka diketahui bahwa siswa senang dan mempunyai tanggapan yang positif terhadap pembelajaran menggunakan komik dengan tingkat persetujuan 88 %, hal ini disebabkan karena siswa melakukan proses pembelajaran yang berbeda

(15)

dari biasanya. Materi pembelajaran dibuat dalam bentuk komik dimana komik merupakan sesuatu yang mereka senangi dan minati. Hasil tersebut sebanding dengan hasil belajar yang didapat siswa setelah melakukan evaluasi, yaitu terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas yang tidak melaksanakan pembelajaran menggunakan media komik sains.

Hamalik dalam Arsyad, (2003:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Sanjaya (2006) dalam Purnama Sari (2012:68) memperkuat pendapat sebelumnya, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan media bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.

Komik dipilih karena konsep pembelajaran sains akan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami karena fenomena kontekstual dan ilustrasi disajikan dengan gambar yang sederhana berbalut cerita yang menarik, teks yang tidak kaku, dan mengandung humor. Materi organisasi kehidupan yang rumit dan banyak istilah dengan digunakannya komik bisa menjadi lebih gamblang dan menyenangkan dalam mempelajarinya. Media komik berbeda dengan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran konvensional yang mana teks yang digunakan kaku dan terbatas pada penjelasan konsep disertai contoh soal. Komik juga mampu membantu siswa memahami konsep.

Faktor yang mendukung kemampuan membaca siswa dalam memahami komik sains adalah penggunaan bahasa yang komunikatif, bahasa yang digunakan dalam komik ini sesuai dengan situasi yang digambarkan. Ketika menjelaskan materi yang bersifat ilmiah, maka dialog dalam komik menggunakan kata-kata ilmiah yang mudah dipahami oleh siswa. huruf yang digunakan dan cara penyusunan alur cerita yang runtut. Bahasa yang digunakan dalam komik ini sesuai dengan situasi yang digambarkan. Ketika menjelaskan materi yang bersifat ilmiah, maka dialog dalam komik menggunakan kata-kata ilmiah yang mudah dipahami oleh siswa.

Komik sains konsep organisasi kehidupan kelas VII memakai bahasa yang komunikatif pada percakapan yang menitikberatkan pada keterpakaian bahasa pada siswa. Faktor berikutnya adalah penggunaan jenis huruf yang

(16)

sederhana bukan huruf artistik. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan adalah Comic Sans MT dengan ukuran 12-16. Ukuran huruf yang digunakan disesuaikan dengan usia siswa. Ukuran huruf yang terlalu kecil akan melelahkan mata siswa ketika membaca. Kata-kata yang sulit dimengerti dan bersifat ilmiah dibuat penekanan dengan cara dicetak tebal agar bisa menjadi pusat perhatian dan mudah diingat oleh siswa.

Komik sains konsep organisasi kehidupan memiliki alur cerita yang runtut juga berperan dalam keterbacaan komik ini. Urutan penyajian materi dalam komik dibuat dengan mempelajari materi sebelumnya sebagai syarat untuk mempelajari materi berikutnya. Submateri sel, jaringan organ tumbuhan dan hewan harus dipelajari sebagai syarat untuk mempelajari submateri sistem organ dan organisme dalam konsep organisasi kehidupan yang ada pada komik sains tersebut. Selain berisi materi, komik sains ini juga berisi ringkasan atau rangkuman materi.

Komik sains disusun menggunakan desain gambar dan tokoh yang disesuaikan dengan perkembangan anak umur 12-14 tahun. Karena pada usia itu anak sudah mampu diajak berpikir abstrak. Gambar dan tulisan yang ada dalam komik mampu mengajak siswa untuk berpikir abstrak. Tahap pengembangan kognitif siswa pada tahap formal-operational yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir anak telah sempurna, ia telah dapat berpikir abstrak, berpikir dedukatif dan induktif, berpikir analisis dan sintesis (Sukmadinata, 2009:118).

Desain dan tokoh memakai karakter kartun doraemon yang disukai serta sudah dikenal oleh anak-anak. Perpaduan antara gambar, warna dan teks yang seimbang membuat komik sains ini secara visual lebih menarik. Bentuk huruf yang sederhana dengan ukuran cukup besar akan mudah dilihat sehingga mudah dibaca oleh siswa. Jenis huruf yang digunakan adalah Comic Sans MT dengan ukuran 12-16. Penggambaran situasi yang tepat membuat pesan yang disampaikan lebih konkrit sehingga membantu siswa dalam memahami cerita dalam komik sains.

Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep merupakan bahasa yang yang mudah dipahami oleh siswa. Hal ini dapat dilihat pada pemilihan kata dan struktur kalimat yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk memahaminya. Pemilihan kata yang mudah dimengerti dan penggunaan kalimat

(17)

yang sederhana akan mempermudah penyampaian pesan sehingga akan mudah dimengerti oleh siswa. Keterkaitan dan keruntutan antar kalimat dan subbab dalam komik menunjukkan kesatuan tema yang utuh. Penyusun materi yang diterapkan dalam komik sains memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan media ajar yang meliputi prinsip relevansi, kecukupan materi, keakuratan dan proposionalitas materi.

Prinsip relevansi komik diterapkan pada desain awal komik sains, yaitu menganalisis SK dan KD materi organisasi kehidupan kelas VII SMP/MTs.

Komik sains dikembangkan sesuai dengan indikator materi yang telah ditetapkan. Materi yang dikembangkan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, sehingga sesuai dengan prinsip kecukupan materi. Prinsip keakuratan terlihat dari penyusunan materi komik sains menggunakan pustaka yang akurat dan dapat dipercaya. Beberapa pustaka yang dijadikan referensi adalah buku paket IPA untuk kelas VII SMP/MTs, dan beberapa buku dan sumber penunjang lainnya yang memuat materi organisasi kehidupan.

Materi berhubungan erat dengan peristiwa kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan konsep yang ada, sehingga akan mampu memperluas pengetahuan siswa. Hal ini disesuaikan dengan prinsip proposionalitas. Media komik sains yang digunakan pada pelajaran Biologi di kelas VII MTsN Palimanan dapat memberikan respon yang positif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, ini dikarenakan siswa menyadari bahwa penggunaan media komik sains pada pelajaran Biologi dapat membantu mereka untuk memahami konsep dalam mata pelajaran Biologi dan dapat pula digunakan dalam materi pelajaran yang lain.

Selama pembelajaran siswa antusias melaksanakan pembelajaran dan menerima materi. Siswa merespon positif dalam pembelajaran Biologi merupakan prasyarat keberhasilan siswa belajar Biologi dan meningkatnya minat siswa terhadap materi-materi Biologi. Dengan kata lain jika penguasaan konsep dan prinsip-prinsip Biologi pada awalnya sangat rendah dan disertai dengan sikap negative terhadap pelajaran Biologi, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajarn Biologi selanjutnya.

Guru berperan dalam mengupayakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, bimbingan, perhatian serta bekal kecakapan yang dimiliki oleh guru. Kecakapan yang harus dimiliki tersebut antara lain dalam

(18)

memvariasikan media pembelajaran yang dapat mempermudah siswa menguasai konsep materi pelajaran. Penggunaan media di dalam pembelajaran bertujuan untuk melengkapi dan membantu guru dalam menyampaikan materi atau informasi kepada siswa.

Dengan menggunakan media diharapkan terjadinya komunikasi yang komunikatif, siswa mudah memahami maksud dari materi yang disampaikan guru, kemudian juga sebaliknya guru mudah dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran arah kiblat dengan berpedoman pada posisi matahari atau bayang-bayang kiblat (Rashd al-Qiblat) ini mempunyai dua cara, yaitu: Pertama, pengukuran arah kiblat

Terkait dengan pembahasan yang dipaparkan pada bahan ajar di bab 3 ini, maka untuk Untuk memperkuat pemahaman dan ketrampilan pendidik terkait materi penilaian pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan (1) rasio kemandirian keuangan daerah Provinsi Jawa Barat secara rata-rata lebih tinggi yaitu sebesar 240% dibandingkan dengan Provinsi

Zaman modern, zaman dengan semua hal dalam bidang apapun sudah maju adanya. Elektronik, keamanan, persenjataan hingga alat komunikasi sudah canggih. Ternyata kemuajuan itu

Berdasarkan data di atas, pertambahan penduduk Kota Yogyakarta yang disebabkan oleh mobilitas permanen relatif sedikit (+1.947 jiwa), sehingga dapat dipastikan bahwa

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa bahwa benar pada hari Rabu tanggal 22

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,