• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KETERANGAN NIKAH DALAM PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN (Studi Kasus Desa Gerisak Semanggeleng, Sakra Barat, Lombok Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KETERANGAN NIKAH DALAM PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN (Studi Kasus Desa Gerisak Semanggeleng, Sakra Barat, Lombok Timur)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KETERANGAN NIKAH DALAM PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN

(Studi Kasus Desa Gerisak Semanggeleng, Sakra Barat, Lombok Timur)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

PUTRI AYU MILLENIA D1A018230

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2022

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KETERANGAN

NIKAH DALAM PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN ( Studi Kasus Desa Gerisak Semanggeleng, Sakra Barat,

Lombok Timur )

JURNAL ILMIAH

Oleh :

PUTRI AYU MILLENIA D1A018230

Menyetujui, Pembimbing Pertama,

Sahruddin, SH., MH.

NIP. 19631231 199203 1 016

(3)

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KETERANGAN NIKAH

DALAM PERNIKAHAN DIBAWAH TANGAN ( Studi Kasus Desa Gerisak Semanggeleng, Sakra Barat, Lombok Timur )

PUTRI AYU MILLENIA D1A018230

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kedudukan dan kekuatan hukum dari surat keterangan nikah yang dibuat oleh desa terhadap pernikahan dibawah tangan, arti penting pembuatan surat keterangan nikah dan faktor penyebab pernikahan sirri di Desa Gerisak Semanggleng. Metode penelitian yang digunakan adalah metode normatif empiris. Hasil penelitian ini yaitu : Surat Keterangan Nikah yang diterbitkan oleh pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng tidak dapat menggantikan buku nikah dan tidak memiliki kekuatan hukum tetap. Arti penting pembuatannya ialah sebagai bentuk keringanan dan kepedulian untuk mengurus urusan administrasi. Sedangkan faktor penyebab pernikahan sirri di Desa Gerisak Semanggeleng yaitu faktor umur, faktor adat dan faktor ketakutan menyimpang dari agama.

Kata Kunci : Surat Keterangan Nikah, Nikah dibawah tangan (Sirri), Kedudukan, Kekuatan Hukum, Arti Penting, Faktor Penyebab

A JURIDICAL REVIEW OF MARRIAGE CERTIFICATE STATUS IN UNREGISTERED MARRIAGE

(Case Study of Gerisak Semanggeleng Village, West Sakra, East Lombok)

ABSTRACT

The study aims to determine the legal standing and strength of marriage certificates made by the village against unregistered marriages, the importance of making marriage certificates, and the causative factors of unregistered marriages in Gerisak Semanggleng Village. The research method used was an empirical normative method. The results study are: A marriage certificate issued by the government of Gerisak Semanggeleng Village cannot replace the marriage book and does not have permanent legal force. The significance of its creation is as a form of relief and care to manage the administration. In contrast, the causative factors of unregistered marriages in Gerisak Semanggeleng Village are age, customary, and fear factors that deviate from religion.

Keywords: Marriage Certificate, Unregistered marriages, Status, Legal Power, Significance, Causative Factors

(4)

I. PENDAHULUAN

Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya pasti perlu untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Salah satu caranya untuk dapat berhubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya diatur melalui ikatan perkawinan yang diatur oleh agama dan hukum. Dalam melaksanakan perkawinan, banyak faktor yang harus dipersiapkan diantaranya faktor lahiriah dan faktor batiniah yang harus terpenuhi dimana diikuti pula dengan syarat-syarat yang merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang suci yang pelaksanaannya diatur dalam ajaran agama, yang dimana tata cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam ajaran agama yang dikaitkan dengan kaedah-kaedah agama.1

Dalam pelaksanaan perkawinan diperlukan suatu norma hukum sebagai aturan tata tertib yang mengaturnya. Suatu peraturan hukum diperlukan guna untuk mengatur hak, kewajiban serta tanggungjawab masing-masing pihak yang terlibat dalam ikatan perkawinan tersebut. Namun, seiring perkembangan zaman banyak pelaksanaan perkawinan yang sudah sesuai dengan ketentuan agama, tetapi jiwanya bertentang dengan norma-norma agama, ada perkawinan yang dilaksanakan mengikuti adat kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan nilai- nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia, serta ada pula perkawinan yang dilaksanakan mengikuti norma adat, tetapi tidak sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Perkawinan tersebut diantaranya perkawinan dibawah umur,

1 Irfan Islami, Perkawinan dibawah tangan (Kawin Sirri) dan Akibat Hukumnya, Jurnal Hukum, Vol.8 No.1 Juli 2017, hlm. 70

(5)

perkawinan secara terpaksa, perkawinan poligami yang dilakukan secara bebas, perkawinan liar dan perkawinan sirrih.2 Dalam Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 dikatakan bahwa tata cara pelaksanaan perkawinan sebagaimana yang dikehendaki oleh UU No.1 Tahun 1974.3 Dimana bagi seseorang yang bermaksud untuk melaksanakan perkawinan terlebih dahulu harus memberitahukan maksudnya kepada pegawai pencatat nikah. Pemberitahuan dapat dilakukan oleh orang tua atau walinya, baru setelah itu pegawai pencatat nikah memeriksa kelengkapan syarat administrasinya, apabila dinilai sudah lengkap kemudian dibuatkan pengumuman yang dapat dibaca oleh khalayak banyak.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pencatatan perkawinan merupakan salah satu dari serangkaian syarat administratif yang harus dipenuhi oleh orang yang akan melaksanakan perkawinan. Dilakukannya pencatatan perkawinan guna untuk keperluan bukti autentik di masa yang akan datang untuk membuktikan bahwa perkawinan yang dilaksanakan sudah memenuhi ketentuan yang berlaku.

Sehingga akurasi keabsahan hukumnya menjadi dapat dipertanggungjawabkan.

Buku nikah akan diterbitkan sebagai bukti bahwa telah dilaksanakannya perkawinan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum nasional yang mengatur tentang perkawinan, dengan adanya buku nikah ini mempermudah dalam mengurus dokumen lainnya seperti akta kelahiran, akta perceraian, serta guna berurusan secara administratif lainnya. Lain halnya dengan perkawinan yang dilakukan dibawah tangan, maka kekuatan pembuktiannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, hal ini dikarenakan perkawinan tersebut menjadi tidak

2 Ibid

3 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974, LN Nomor 1, Tahun 1974, TLN Nomor 3019.

(6)

sah di mata hukum sehingga menyebabkan tidak memiliki alat keabsahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, melalui jurnal ilmiah ini akan dilakukan pengkajian dengan rumusan masalah: (1) Bagaimana kedudukan dan kekuatan hukum Surat Keterangan Nikah yang dibuat oleh Desa terhadap pernikahan berdasarkan peraturang perundang-undangan?. (2) Arti penting pembuatan Surat Keterangan Nikah dalam pernikahan dibawah tangan dan faktor yang menyebabkan pernikahan di bawah tangan di Desa Gerisak Semanggeleng

Penyusunan jurnal ilmiah ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui kedudukan dan kekuatan hukum Surat Keterangan Nikah terhadap pernikahan berdasarkan peraturang perundang-undangan. (2) Untuk mengetahui arti penting pembuatan Surat Keterangan Nikah dalam pernikahan dibawah tangan dan faktor yang menyebabkan pernikahan dibawah tangan di Desa Gerisak Semanggeleng.

Sebagai suatu penelitian ilmiah, maka dalam penyusunan jurnal ilmiah ini dilakukan dengan metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif empiris dengan metode pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan, konseptual dan sosiologi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kepustakaan serta data lapangan dan jenis data yang digunakan adalah data primer dan dara sekunder serta bahan hukum yang digunakan yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

(7)

II. PEMBAHASAN

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Surat Keterangan Nikah Yang Dibuat Oleh Desa Terhadap Pernikahan Berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Surat Keterangan Nikah Menurut UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 Tahun 1975

Kementerian Agama menegaskan pernikahan selain harus dilakukan sesuai ajaran agama juga harus dicatat oleh petugas Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil. Oleh karena itu nikah sirri (tidak tercatat) tidak sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Hal ini sebagaimana Pasal 1 angka (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 tentang Pencatatan Pernikahan. Nikah sirri merupakan nikah yang bermasalah, tidak sesuai hukum negara sebab berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 sebagai peraturan tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 disebutkan bahwa perkawinan bagi penganut Islam dilakukan oleh pegawai pencatat, dengan tata cara pencatatan.4

Nikah sirri yang tidak tercatat pada Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) dan apabila tidak memenuhi syarat dan rukun pernikahan menurut agama, maka pernikahan tersebut tidak mempunyai kekuatan legal formal, dan tidak ada akibat hukum, Nikah Sirri dapat merugikan istri dan anak. Ditinjau pula dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Maka jelasnya Surat Keterangan Pernikahan yang diterbitkan oleh Kepala Desa tidak memiliki

4Qowwam Izzul Ichsany, Akibat Hukum Perkawinan Dibawah Tangan Oleh Masyarakat Muslim Desa Daleman Kidul Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, (Skripsi Universitas Islam Indonesia), Yogyakarta, Hlm. 252

(8)

kepastian hukum dan tidak dapat pula menggantikan kedudukan Akta Nikah sebagai bukti yang legal di mata hukum, karena akta dibawah tangan (onderhands) adalah akta yang dibuat tidak di hadapan pejabat yang berwenang. Akta ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya.

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Surat Keterangan Nikah Menurut Perspektif Hukum Perdata

Pembuktian dengan tulisan diatur dalam pasal 1867 sampai dengan pasal 1894 KUH Perdata. Pembuktian dengan tulisan di lakukan dengan akta.5 Akta adalah suatu tulisan yang dibuat dengan sengajauntuk dijadikan bukti tentang sesuatu peristiwa dan ditandatangani oleh pembuatnya. Unsur-unsur yang penting untuk digolongkan dalam pengertian akta adalah kesengajaan untuk membuatnya sebagai suatu bukti tulisan untuk digunakan oleh orang untuk keperluan surat itu dibuat, dan harus ditandatangani. Namun tidak setiap surat dapat dikatakan sebagai akta. Akta dapat berfungsi sebagai formalitas kuasa, alat bukti, probations kuasa.6 Akta dibagi menjadi dua, yaitu akta autentik dan akta dibawah tangan.

Akta autentik adalah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, di buat oleh atau di hadapan pejabat umumnya yang berkuasa untuk itu, di tempat di mana akta di buatnya.7

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Surat Keterangan Nikah Menurut Peraturan Desa

Berdasarkan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Kepala Desa mempunyai tugas untuk menyelenggarakan Pemerintahan

5 Zaeni Asyhadie et. all., Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 1, Sanabil Publishing, Mataram 2014, hlm. 203

6 Zainal Asikin, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Cet. 3, Prenadmedia Group, Jakarta 2018, hlm. 121

7 Zaeni Asyhadie et. All, Loc.Cit.,

(9)

Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Sebagai Pejabat Pemerintah Kepala Desa juga memiliki kewenangan yang disebut Deskresi.8 Pasal 1 angka (9) Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan mendefinisikan diskresi sebagai keputusan, tindakan yang ditetapkan, dilakukan oleh pejabat pemerintahan dalam rangka mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan apabila peraturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak lengkap, tidak mengatur, atau tidak jelas, dan atau adanya stagnasi pemerintahan.

Kedudukan dan Kekuatan Hukum Surat Keterangan Nikah Menurut Kompilasi Hukum Islam ( Khi )

Ada dua pemahaman tentang makna nikah sirri di kalangan masyarakat Indonesia. Yang pertama, Nikah sirri didefinisikan sebagai pernikahan yang dilakukan tanpa wali nikah yang sah dari pihak perempuan. Yang kedua, nikah sirri dipahami sebagai sebuah akad nikah yang tidak dicatatkan di Pegawai Pencatat Nikah (PPN), namun syarat dan rukunnya sudah sesuai dengan Hukum Islam. 9

8Ibid, hlm. 253-254

9ibid, hlm. 255

(10)

Arti Penting Pembuatan Surat Keterangan Nikah Dalam Pernikahan Dibawah Tangan dan Faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Dibawah Tangan di Desa Gerisak Semanggeleng

Arti Penting Surat Keterangan Nikah dari perspektif Masyarakat, Pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng, dan Kantor Urusan Agama (KUA)

a. Arti penting Surat Keterangan Nikah dari perspektif Masyarakat Desa Gerisak Semanggeleng

Masyarakat di Desa Gerisak Semanggeleng buta akan hukum dan minimnya kesadaran masyarakatnya terhadap pentingnya memiliki dokumen pribadi untuk kepengurusan segala administrasi yang diperoleh dari telah dilakukannya pencatatan pernikahan. Masyarakat banyak yang melakukan pernikahan namun tidak memilki bukti autentik pernikahan tersebut seperti akta nikah maupun buku nikah karena mereka menikah tanpa dicatatakan di pencatatan perkawinan yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) untukyang beragam islam dan Pencatatan Sipil untuk yang non muslim.

Semakin berkembangnya perkembangan zaman mereka mulai kesulitan dalam memenuhi keperluan administrasi karena keterbatasan surat-surat atau dokumen autentik yang dimilki oleh sebab itu untuk mencari jalan alternatifnya mereka meminta kepada pihak desa agar dibuatkan surat keterang nikah yaitu surat yang menjelaskan bahwa mereka telah melangsungkan pernikahan sah dimata agama atau secara agama yang bertepatan dan diketahui pula oleh warga sekitar,surat tersebut dibuatkan oleh pemerintah desa yang berisikan keterangan mereka seperti identitas dan dicantumkan pula keperluan mereka untuk menggunakan

(11)

surat tersebut. Surat keterangan ini digunakan untuk menjadi bukti bahwa mereka telah melangsungkan pernikahan dan telah menjadi pasangan suami istri atau pasutri.

b. Arti penting Surat Keterangan Nikah dari perspektif Pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng

Dalam masyarakat Indonesia salah satu bentuk Perkawinan yang dikenal adalah Nikah Sirri atau pernikahan dibawah tangan yaitu nikah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ada yang dicatat dan disembunyikan dari masyarakat dan ada juga yang tidak dicatatkan pada Petugas Pencatat Nikah (PPN) dan tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA). Dimana Nikah Sirri atau pernikahan dibawah tangan yang dilakukan menjadi pernikahan yang tidak tercatat secara hukum, sehingga tidak mendapat pengakuan secara hukum, hal ini menyebabkan pasangan yang melangsungkan pernikahan dibawah tangan tersebut tidak memiliki buku nikah. Buku nikah menjadi persyaratan yang utama dalam kepengurusan berbagai keperluan administrasi seperti dalam pembuatan akta kelahiran seorang anak, pembuatan kartu keluarga ataupun keperluan administrasi lainnya. Dimana dalam kepengurusan administrasi lainnya yang mensyaratkan bukti nikah, mereka akan pergi ke staf desa guna minta dibuatkan surat keterangan nikah dengan syarat membawa KTP, KK, dan ingat tanggal pernikahannya.

Pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng menerbitkan surat keterangan nikah hanya untuk 1 (satu) kali pemakaian dengan hanya 1

(12)

(satu) tempat tujuan dan adanya keperluan yang jelas dari penggunaan surat keterangan nikah tersebut.

c. Arti penting Surat Keterangan Nikah dari perspektif Kantor Urusan Agama (KUA)

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Kantor Desa Gerisak Semanggeleng, Pak Andi selaku Sekdes Desa Gerisak Semanggeleng dalam wawancaranya menyatakan bahwa ada fenomena pernikahan yang dinikahkan oleh KUA akan tetapi tidak dilakukannya proses registrasi di KUA, oleh sebab itu mereka tidak memiliki Buku Nikah.

Hasil wawancara arti penting Surat Keterangan Nikah yang diterbitkan oleh Desa Gerisak Semanggeleng ini menurut Kantor Urusan Agama (KUA) Sakra Barat, pihak dari Kantor Urusan Agama (KUA) Sakra Barat, Lombok Timur menyangkal jawaban dari keterangan yang didapatkan di Desa karena menurut aturan yang berlaku sekarang, setiap pernikahan yang dilakukan oleh pasutri di Kantor Urusan Agama (KUA) resmi tercatat dan memiliki Buku Nikah, mungkin pernikahan yang dilakukan tersebut telah terjadi sekian lama dan mungkin saja pernikahan tersebut dilakukan oleh pembantu PPN, karena tidak semua orang KUA boleh menikahkan catin (calon pengantin) yang dapat menikahkan yaitu penghulu dan kepala Kantor Urusan Agama (KUA).

(13)

Faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Dibawah Tangan di Desa Gerisak Semanggeleng

Pernikahan dibawah tangan yang terjadi di Desa Gerisak Semanggeleng bukanlah suatu fenomena sosial yang terjadi tanpa adanya pemicu atau faktor pendorong. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan faktor pendorong yang menyebabkan warga Desa Gerisak Semanggeleng melakukan pernikahan dibawah tangan yaitu :

a. Faktor Umur

Usia yang diperbolehkan untuk menikah diatur di dalam Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menetapkan bahwa batas usia minimal bagi laki-laki dan wanita untuk menikah adalah 19 tahun.

Hal ini sebagaimana yang terjadi pada salah satu responden yang bernama Bapak Mansur. Dalam wawancaranya dengan peneliti, Bapak Mansur mengatakan :“Waktusaya nikah saya masih SMP, jadikan sebenarnya belum boleh nikah. Makanya kemarin saya nikahnya nikah dibawah tangan karena belum cukup umur buat nikah, ndak berani kita nikah di KUA pastinya ndak dikasih karena umurnya masih kecil”.10

b. Faktor Adat

Suatu kebudayaan yang keberadaannya sudah sangat lama dalam masyarakat serta diyakini benar keberadaannya dan dianggap sakral merupakan definisi yang tepat untuk mendeskripsikan adat dalam

10 Wawancara dengan Bapak Mansur, Warga Desa Gerisak Semanggeleng, pada tanggal 08 Desember 2021, Jam 19.15 Wita.

(14)

masyarakat. Adat merupakan suatu kebiasaan yang terus dilakukan secara berulang-ulang oleh masyarakat karena dianggap benar nilainya.

c. Faktor ketakutan menyimpang dari agama

Agama sering sekali dijadikan sebagai alasan pembenar terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Pada kenyataannya banyak sekali individu yang bertindak bertentangan dengan hukum yang berlaku, namun berdalih bertindak atas dasar agama, atas dasar pembenaran oleh agama atas tindakan yang dilakukannya. Seperti halnya yang terjadi pada responden yang bernama Bapak Naim yang dalam wawancaranya bersama dengan peneliti. Bapak Naim mengatakan :“Pernikahan dibawah tangan itu jangan selalu dipandang dari sisi negatifnya saja, coba pandang dari segi positifnya. Dalam agama kita tidak diperbolehkan pacaran, tapi jika sudah suka sama suka langsung saja nikah untuk mencegah terjadinya kemungkinan terburuk, kayak hamil diluar nikah, kalau nantinya hamil diluar nikah bagaimana ? siapa yang mau tanggungjawab ? jadi saya langsung aja nikah, bukannya ndak mau dicatat di KUA tapi memang saya sibuk jadi lupa terus, tapi yang penting kan sudah nikah secara agama sah. Nanti untuk urusan lainnya kan sudah ada surat keterangan nikah ndak harus ada buku nikah”.11

11 Wawancara denganBapak Naim, Warga Desa Gerisak Semanggeleng, pada tanggal 08 Desember 2021, Jam 19.45 Wita.

(15)

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam jurnal ilmiah ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Kedudukan dan kekuatan hukum surat keterangan nikah menurut peraturan perundang-undangan adalah tidak memiliki kepastian hukum layaknya akta autentik apabila dijadikan sebagai alat bukti di muka persidangan. Kedudukan dan kekuatan hukum surat keterangan nikah berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islampun menjadi tidak jelas kedudukannya serta sifat pembuktiannya karena pernikahan yang dilangsungkan tidak di depan pejabat KUA sehingga surat keterangan nikah yang diterbitkan memiliki kedudukan sebagai akta dibawah tangan dan bukan sebagai akta autentik. Surat keterangan nikah yang diterbitkan oleh desa adalah surat keterangan nikah yang tidak memiliki kepastian hukum dan kekuatan pembuktian karena pada dasarnya desa tidak berwenang untuk membuat dan mengeluarkan surat keterangan nikah tersebut. Disisi lain menurut KUA bahwa segala pernikahan yang dinikahkan oleh pihak KUA yang berwenang sudah pasti tercatat dan mendapatkan buku nikah, dan memiliki kekuatan hukum yang kuat karena dikeluarkan oleh pihak yang seharusnya melaksanakan pernikahan tersebut atau yang berwewenang.

Selanjutnya mengenai faktor penyebab yang mendorong pernikahan dibawah tangan di Desa Gerisak Semanggeleng yaitu faktor umur, faktor adat dan faktor ketakutan melakukan penyimpangan terhadap agama.Surat keterangan nikah memiliki arti penting bagi warga Desa Gerisak Semanggeleng karena

(16)

dipandang sebagai bentuk keringanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng kepada warga yang menikah dibawah tangan untuk memenuhi syarat kepengurusan administrasi untuk pembuatan dokumen penting maupun untuk keperluan lainnya. Arti penting surat keterangan nikah oleh pemerintah desa yaitu merupakan suatu bentuk kepedulian Pemerintah Desa terhadap warga desa yang buta akan hukum dan kurangnya kesadaran masyarakat, penerbitkan surat keterangan nikah dimaksudkan untuk memberikan bantuan keringanan kepada warganya dalam memenuhi keperluan mereka. Arti penting surat keterangan nikah oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kantor Urusan Agama (KUA) tidak sembarang dapat melaksanakan pernikahan, Kantor Urusan Agama (KUA) memilki sistem yang akurat secara online maka setiap identitas catin dapat diketahui, dan apabila ada persayartan yang kurang lengkap maka Kantor Urusan Agama (KUA) tidak berani menikahkan apalagi membuatkan surat keterangan yang diminta pasutri untuk keperluan adminduk dsb. Pihak Kantor Urusan Agama (KUA) mendapatkan dan mempergunakan surat tersebut apabila ada yang ingin melangsungkan isbat nikah yang akan di catatkan resmi oleh pihak Kantor Urusan Agama (KUA). Kantor Urusan Agama (KUA) memberikan arahan untuk meminta kepada instansi setempat seperti kantor desa sebagai pengantarnya yang dimana mereka lebih mengetahui bahwa warganya telah melangsungkan pernikahan.

Saran

Kemudian berdasarkan pada simpulan yang telah dikemukan di atas, maka penyusun dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Pemerintah Desa Gerisak Semanggeleng sebaiknya tidak lagi menerbitkan surat keteranga untuk

(17)

warga Desa Gerisak Semanggeleng guna keperluan apapun karena kedudukan serta kekuatan pembuktian secara hukum dari surat keterangan nikah yang tidak jelas atau tidak memiliki kekuatan hukum. (2) Diharapkan dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor penyebab pernikahan dibawah tangan dengan memperluan wilayah penelitian. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan faktor-faktor lain penyebab pernikahan dibawah tangan diluar dari hasil temuan penyusun.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Titik Triwulan Tutik, 200 6, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Cet.1, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Umar Haris Sanjaya Aunur Rahim faqih, 2017, Hukum Perkawinan Islam, Cet. 1, Gama Media, Yogyakarta.

Zaeni Asyhadie et. all., 2014, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 1, Sanabil Publishing, Mataram.

Zainal Asikin, 2018, Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Cet. 3, Prenadamedia Group, Jakarta.

Jurnal

Irfan Islami, Perka winan dibawah tangan (Kawin Sirri) dan Akibat Hukumnya, Jurnal Hukum, Vol.8 No.1 Juli 2017

Qowwam Izzul Ichsany, Akibat Hukum Perkawinan Dibawah Tangan Oleh Masyarakat Muslim Desa Daleman Kidul Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, (Skripsi Universitas Islam Indonesia), Yogyakarta 2018

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan,

Indonesia, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Kepala Desa,

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

Referensi

Dokumen terkait

Agar pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adiwarno terselenggara dengan baik dan terarah perlu dicapai dengan rencana Strategis Desa, yaitu telah ditempuh dengan

bentuk dengan lebih cepat • Keterampilan motorik dan kognitif menjadi lebih terasah • Siswa lebih terampil secara motorik dan kognitif • Siswa termotivasi

Ransum pada penelitian ini disusun dengan kandungan energi-protein yang seimbang, sehingga tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan dan juga

Analisis ‘Urf Terhadap Larangan Pernikahan Temon Aksoro Setelah mengetahui arti dan makna sekaligus akibat dari Temon aksoro yang melarang pernikahan antara Dusun Temu dan

Perbedaannya terletak pada penambahan variabel jumlah anggota sebagai variabel independen serta ruang lingkup penelitian yang digunakan berbeda.Tujuan penelitian ini

menyanyi atau paduan suara, melainkan juga belajar memainkan instrumen organ atau orgel pipa, yang juga dibimbing oleh Romo Soetanto dan dibantu oleh senior- senior. Hal

Beberapa ahli tersebut memiliki definisi yang serupa, maka pengertian asertif dapat disimpulkan sebagai kemampuan untuk mengemukakan perasaan, pikiran, pendapat secara langsung,

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, media CD Interaktif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa telah memenuhi kriteria akseptabilitas dengan predikat sangat