1
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.02/B/KP/IV/2013/01 TAHUN 2013
TENTANG
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut atas rekomendasi hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Kementerian Luar Negeri tahun 2012, Kementerian Luar Negeri perlu melakukan revisi Indikator Kinerja Utama yang lebih terukur, berorientasi hasil, berkualitas outcome atau output terpenting, bukan proses/kegiatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Keputusan Menteri Luar Negeri tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Luar Negeri;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara;
5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
7. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri;
2
8. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi;
10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;
11. Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri;
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokrasi;
13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
15. Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor SK.111/B/OT/I/2010/02 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri Tahun 2010-2014;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
KESATU : Memberlakukan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariKeputusan ini.
KEDUA : Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut menjadi acuan kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit Satuan Kerja (Satker) di lingkungan Kementerian Luar Negeri dalam:
a. Menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014; b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran 2014; c. Menyusun Penetapan Kinerja (PK) 2013 – 2014;
d. Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2013 -2014; dan
e. Mengevaluasi pencapaian kinerja sesuai dengan dokumen Revisi Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri Tahun 2010-2014.
1
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: SK.02/B/KP/IV/2013/01 TAHUN 2013 TENTANG
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
1. Nama Organisasi : Kementerian Luar Negeri
2. Tugas : Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang politik dan hubungan
luar negeri dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
3. Fungsi : a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Luar Negeri; dan
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. 4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam
pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Penjelasan:
Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam
pembentukan Komunitas ASEAN 2015 ditandai dengan banyaknya prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang diterima oleh negara-negara ASEAN dan dukungan dan partisipasi masyarakat domestik serta implementasi langkah aksi cetak biru komunitas ASEAN.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Persentase prakarsa dan rekomendasi Indonesia
yang diterima dalam setiap pertemuan. (sebagai wujud “kepemimpinan”)
60%
2 Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat
domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015.
(sebagai wujud dari “peran”)
25%
3 Persentase Implementasi langkah aksi (action
line) Cetak Biru Komunitas ASEAN. (sebagai wujud dari “peran”)
15%
Perwakilan RI, Ditjen ASEAN
2
Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10 (Kriteria formulasi indeksasi terdapat pada lampiran 13)
Pengukuran perhitungan komponen tersebut di atas dapat dilihat dari pencapaian kinerja Indikator Kinerja Utama Eselon I pada Ditjen Kerja Sama ASEAN.
Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu dan membutuhkan upaya lebih besar yang sangat berkaitan dengan situasi kondisi tertentu yang memungkinkan Indonesia menyampaikan prakarsa/rekomendasi, sehingga
negara-negara ASEAN pada akhirnya dapat menerima
prakarsa/rekomendasi yang diajukan Indonesia. Sumber Data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint
Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration,
kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement,
MoU, Laporan kegiatan/laporan sosialisasi, dll
2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan
isu-isu multilateral. Penjelasan:
Peningkatan peran diplomasi ditandai dengan
banyaknya prakarsa dan posisi Indonesia yang diterima dalam penanganan isu multilateral serta banyaknya pencalonan Indonesia yang diterima pada Organisasi Internasional.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam
forum multilateral
40%
2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam
forum-forum multilateral
30%
3 Persentase keberhasilan pencalonan
pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional
15%
4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral
pada tingkat nasional
15%
Perwakilan RI, Ditjen
3
Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10 (Kriteria formulasi indeksasi terdapat pada lampiran 13)
Pengukuran perhitungan komponen tersebut di atas dapat dilihat dari pencapaian kinerja Indikator Kinerja Utama Eselon I pada Ditjen Multilateral.
Pembobotan Komponen 1 dan 2 yang tinggi dikarenakan
membutuhkan effort dan koordinasi nasional yang lebih tinggi. Bobot yang lebih tinggi juga disebabkan karena merupakan aspek
eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu.
Pembobotan Komponen 3 dan 4 yang lebih rendah karena
keberhasilan pencapaian indikator tersebut banyak dipengaruhi pula oleh pemangku kepentingan nasional lain di dalam negeri maupun terkait dengan perkembangan internasional.
Sumber Data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint
Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration,
kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement,
MoU, hasil group discussion, kelompok kerja, perumusan resolusi,
dll
3. Indeks kerjasama Indonesia di berbagai bidang dengan
negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa Penjelasan:
Perhitungan peningkatan kerjasama ditandai dengan elemen utama kerjasama, yaitu : banyaknya jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa; jumlah
kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi; Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), nilai investasi negara-negara asing; neraca perdagangan; jumlah wisatawan mancanegara.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala
Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi
45%
2 Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di
bidang politik dan keamanan, ekonomi,
perdagangan dan investasi, sosial dan budaya.
30%
3 Negara yang mengakui Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
10%
Perwakilan RI, Ditjen Aspasaf
dan Ditjen
4 Bidang yang dikerjasamakan mencakup : bidang politik
dan keamanan, bidang ekonomi, keuangan dan pembangunan, bidang sosial dan budaya.
No Komponen Bobot
4 Nilai investasi negara-negara asing 5%
5 Total nilai perdagangan 5%
6 Jumlah wisatawan mancanegara 5%
Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10 (Kriteria formulasi indeksasi terdapat pada lampiran 13)
Pengukuran perhitungan komponen tersebut dapat dilihat dari pencapaian kinerja Indikator Kinerja Utama Eselon I pada Ditjen Asia Pasifik dan Afrika serta Ditjen Amerop.
Komponen (1) dan (2) dibobotkan paling tinggi karena dapat dikategorikan sebagai perjanjian kerjasama bilateral dan regional
yang mendasar dan bersifat strategis (strategic partnership) atau
komprehensif (comprehensive partnership) serta merupakan unsur utama hubungan diplomatik bilateral dan regional dan memiliki konsistensi dengan pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional berupa politik luar negeri yang mendukung pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi. Komponen ini juga menjadi core
kompetensi dari Kemlu.
Komponen (3) memiliki sifat relatif statis dalam konteks negara yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, namun bersifat dinamis dalam konteks posisi kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat/non-pemerintah terhadap isu separatisme di Indonesia.
Komponen (4), dan (5) merupakan data eksternal yang memiliki
hubungan kausalitas tidak langsung dengan outcome pelaksanaan
politik luar negeri dan hasil kinerja banyak dipengaruhi oleh stakeholders di dalam negeri seperti kementerian terkait: Kemendag, BKPM, KemenPariwisata, dan para pengusaha di tanah air.
Sumber Data:
- Dokumen MoU/Agreement/ Laporan dan Dokumen Sidang:
Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, hasil group discussion,
kelompok kerja, dll
5
- Laporan Neraca Perdaganganan/ Data Neraca perdagangan
Kemendag,
- Badan Pusat Statistik,
- Laporan kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan
pejabat tinggi,
- Matrik negara yang mendukung NKRI,
- Data kunjungan turis dari Kemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
- Matrik Negara Pendukung NKRI
4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian
internasional
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya
penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut
50%
2 Persentase perjanjian internasional di b dang
politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat
30%
3 Persentase produk hukum yang diselesaikan 20%
Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10 (Kriteria formulasi indeksasi terdapat pada lampiran 13)
Pengukuran perhitungan komponen tersebut di atas dapat dilihat dari pencapaian kinerja Indikator Kinerja Utama Eselon I pada Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional.
Komponen (1) dan (2) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu
Komponen (1) dibobotkan paling tinggi karena isu menyangkut isu kedaulatan teritorial yang sensitif dan proses perundingan yang cenderung lama.
Sumber Data:
Laporan Perundingan, Data Treaty Room, Nota Dinas/Surat Dinas
Perwakilan RI,
Ditjen Hukum
dan Perjanjian Internasional
6
Permintaan Pendapat Hukum, Nota Dinas/ Surat Dinas
Penyampaian Pendapat Hukum, Nota dinas/surat
dinas/brafaks/kawat penyampaian produk hukum
5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI
dan BHI di Luar Negeri Penjelasan:
Penyelesaian permasalahan/kasus WNI mencakup: -Penanganan kasus lainnya: gaji yang tidak dibayar, penyiksaan/kekerasan fisik, pelecehan seksual, beban kerja tidak sesuai, perselisihan dengan majikan, sakit, kecelakaan kerja, dsb.
-Pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati.
Formulasi Pengukuran: (PK + PHMP)
--- = …% 2
PK: Persentase penanganan kasus tahun terkait
PHMP: Persentase pembebasan WNI dari hukuman mati tahun terkait
PK dan PHMP diperoleh dari perhitungan:
PK : KSx100%
KD
KS: Jumlah kasus yang diselesaikan KD: Jumlah kasus yang ditangani PHMP: KHMS X 100%
KHMD
KHMD: Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani KHMS: Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati Sumber Data:
Database perlindungan WNI/BHI
Dit. PWNI/BHI
6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
Penjelasan:
Pelayanan keprotokolan kekonsuleran mencakup juga pelayanan fasilitas diplomatik
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Persentase penerima jasa yang menyatakan
puas atas pelayanan kekonsuleran
50%
2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai
dengan Protap yang berlaku
30%
Perwakilan RI, Ditjen Protokol dan Konsuler
7
No Komponen Bobot
3 Persentase penyelesaian dokumen fasilitas
diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP
20% Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10
(Kriteria formulasi indeksasi terdapat pada lampiran 13)
Pengukuran perhitungan komponen tersebut di atas dapat dilihat dari pencapaian kinerja Indikator Kinerja Utama Eselon I pada Ditjen Protokol dan Konsuler
Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena menyangkut aspek pelayanan prima dan kepuasan atas pelayanan publik
Sumber Data:
Kuesioner, laporan kegiatan, dokumen check list pelaksanaan
keprotokolan dan fasilitas diplomatik
7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan
hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional
Penjelasan:
Citra positif adalah persepsi masyarakat negara
setempat yang diperoleh berdasar survey Perwakilan RI di Luar Negeri
Formulasi Pengukuran:
Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen/target komponen)x100%)xbobot komponen) Ket: ∑=Jumlah
No Komponen Bobot
1 Persentase citra positif Indonesia di wilayah
negara akreditasi
30%
2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset
diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia
20%
3 Persentase pemberitaan positif tentang
Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia
10%
4 Persentase press release yang dimuat di media
nasional maupun asing
10%
5 Persentase peningkatan permintaan bantuan
kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima
10%
6 Persentase peningkatan kegiatan bantuan
kerjasama teknis melalui mekanisme triangular
10%
7 Persentase negara yang hadir dalam rangka
kegiatan diplomasi publik
10%
Perwakilan RI, Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik
9
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: SK.02/B/KP/IV/2013/01 TAHUN 2013 TENTANG
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
1. Nama Organisasi : Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
2. Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam
rangka kerja sama ASEAN; serta melaksanakan tugas sebagai Sekretariat Nasional ASEANIndonesia.
3. Fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN;
e. perundingan dalam rangka kerja sama ASEAN;
f. pemberian dukungan bagi Perutusan Tetap RI untuk ASEAN; g. pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; h. pemberian dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN; dan i. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. 4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang
diterima dalam setiap pertemuan. Penjelasan:
1. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN.
2. Prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu.
3. Diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia ke dalam dokumen sidang.
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%
Sumber Data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s
Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, dll
Direktorat Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN
10
2. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik
terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN.
3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang
mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM.
4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner
dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan
pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Sumber Data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Direktorat Politik Keamanan ASEAN, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN, Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, Direktorat Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN, Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN
3. Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru
Komunitas ASEAN. Penjelasan:
1. Langkah Aksi (action lines) adalah serangkaian
langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Komunitas ASEAN yang meliputi Polkam, Ekonomi dan Sosbud untuk mencapai Komunitas ASEAN 2015.
Sesuai Cetak Biru Komunitas ASEAN langkah Aksi bidang Polkam sejumlah 147, Ekonomi sejumlah 91, dan Sosbud sejumlah 339.
2. Cetak Biru Komunitas ASEAN adalah kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang harus dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota ASEAN untuk mencapai Komunitas ASEAN.
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah Action Line yang diimplementasikan Indonesia/ jumlah total Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN)*100%
Sumber Data:
Score card, Laporan dan Dokumen Sidang
Direktorat Politik Keamanan ASEAN, Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN, Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, Direktorat Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN
11
INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT POLITIK KEAMANAN ASEAN
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Politik Keamanan ASEAN
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang politik dan hubungan luar
negeri RI dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri RI
dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN;
c. Perundingan dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN;
e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama politik, keamanan, hukum dan hak asasi manusia ASEAN, serta kerja sama forum, lembaga regional dan entitas ASEAN; dan
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat. 4. Indikator Kinerja Utama
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung
Jawab
1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan. Penjelasan:
1. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN.
2. Prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu.
3. Diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia ke dalam dokumen sidang.
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%.
Sumber Data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s
Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, dll
Direktorat Politik Keamanan ASEAN
12
2. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap
pembentukan komunitas ASEAN 2015 Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN. 3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran
pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM. 4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang
berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran
pemasyarakatan ASEAN di radio.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Sumber Data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Direktorat Politik Keamanan ASEAN
3. Persentase rekomendasi/ kontribusi Indonesia dalam implementasi
langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN
Penjelasan:
1. Kontribusi adalah Rekomendasi dan atau kegiatan konkrit yang diterima / dilaksanakan Indonesia dalam upaya pencapaian action line cetak biru komunitas ASEAN
2. Garis Aksi (action lines) adalah serangkaian langkah/tindakan
(actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Komunitas ASEAN yang meliputi Polkam, Ekonomi dan Sosbud untuk mencapai Komunitas ASEAN 2015
3. Cetak Biru Komunitas ASEAN adalah kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang harus dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota ASEAN untuk mencapai Komunitas ASEAN
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah rekomendasi/kontribusi Indonesia yang diterima oleh ASEAN atau jumlah kegiatan yang
dilaksanakan Indonesia dibagi jumlah action line di
pilar Politik-Keamanan)*100% Sumber Data:
Score card, Laporan dan Dokumen Sidang
Direktorat Politik Keamanan ASEAN
13
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT KERJASAMA EKONOMI ASEAN
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Kerjasama Ekonomi ASEAN
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang politik dan hubungan luar
negeri RI dalam rangka kerja sama Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan, jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN serta organisasi regional lainnya.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri RI
dalam rangka kerja sama Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan, jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN serta organisasi regional lainnya;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan, jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN serta organisasi regional lainnya.
c. perundingan dalam rangka Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan,jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengahdan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN dan organisasi regional lainnya;
d. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan, jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN dan organisasi regional lainnya;
e. pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama Pilar Ekonomi ASEAN mengenai perindustrian, perdagangan, jasa ekonomi, komoditi dan sumber daya alam, investasi, usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi serta pengembangan subkawasan ASEAN dan organisasi regional lainnya; dan
f. pelaksanaan administrasi Direktorat.
4. Indikator Kinerja Utama
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan. Penjelasan:
1. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang
diterima dibagi dengan jumlah total
rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%
Sumber Data:
Direktorat Kerjasama
14 menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN.
2. Prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu.
3. Diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut ke dalam dokumen sidang.
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, dll
2. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik
terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN.
3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang
mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM.
4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang
berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran
pemasyarakatan ASEAN di radio.
Formulasi Pengukuran:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Sumber Data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Direktorat Kerjasama
Ekonomi ASEAN
3. Persentase rekomendasi/ kontribusi yang diterima menjadi posisi
Indonesia Penjelasan:
1. Kontribusi adalah Rekomendasi dan atau kegiatan konkrit yang diterima / dilaksanakan Indonesia dalam upaya pencapaian action line cetak biru komunitas ASEAN
2. Posisi Indonesia adalah pandangan dan/atau masukan Indonesia terhadap isu terkait dengan pencapaian Komunitas Ekonomi ASEAN
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah rekomendasi/kontribusi yang diterima
sebagai posisi Indonesia dibagi jumlah
rekomendasi/kontribusi yang diusulkan sesuai hasil kegiatan/pertemuan
Sumber Data:
Score card, Laporan dan Dokumen Sidang
Direktorat Kerjasama
15
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT KERJASAMA FUNGSIONAL ASEAN
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
2. Tugas : melaksanakan sebagian tugasDirektorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang politik dan hubungan luar negeri RI
dalamrangka kerja sama Pilar Sosial Budaya ASEAN, yang antara lain meliputi kerja sama dibidang sumber daya manusia, Yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmupengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunansosial.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam
rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunan sosial;
b. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik danhubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumberdaya manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmupengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunansosial;
c. perundingan dalam rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunan sosial;
d. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunan sosial;
e. pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang politik dan hubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama fungsional ASEAN mengenai sumber daya manusia, yayasan ASEAN, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana, dan pembangunan sosial; dan
f. pelaksanaan administrasi Direktorat. 4. Indikator Kinerja Utama
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung
Jawab
1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan. Penjelasan:
1. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi
Formulasi perhitungan:
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
16 kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN.
2. Prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu.
3. Diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya
prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut ke dalam dokumen sidang.
Sumber data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, dll
2. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap
pembentukan komunitas ASEAN 2015. Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN. 3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM.
4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio.
Formulasi penghitungan:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner
dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan
pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi
sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan
dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Sumber data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
3. Persentase kontribusi Indonesia dalam implementasi langkah aksi
(action line) Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN Penjelasan:
1. Kontribusi adalah Rekomendasi dan atau kegiatan konkrit yang diterima / dilaksanakan Indonesia dalam upaya pencapaian action line cetak biru komunitas ASEAN.
2. Garis Aksi (action lines) adalah serangkaian langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Komunitas ASEAN yang meliputi Polkam, Ekonomi dan Sosbud untuk mencapai Komunitas ASEAN 2015.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah rekomendasi/usulan Indonesia yang diterima dalam sidang-sidang Sosial Budaya ASEAN dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dit. KFA dalam rangka membantu K/L yang
menjadi focal points Badan Sektoral Sosial
Budaya dalam mengimplementasikan action line Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN
dibagi jumlah action line pilar Sosial
Budaya)*100%
Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN
17 3. Cetak Biru Komunitas ASEAN adalah kerangka kerja terperinci
sebagai landasan yang harus dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota ASEAN untuk mencapai Komunitas ASEAN.
Sumber data:
18
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT MITRA WICARA DAN ANTARKAWASAN ASEAN
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Mitra Wicara dan Antarkawasan ASEAN
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang politik dan hubungan luar
negeri RI dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasi internasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatan dan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antar kawasan, serta organisasi-organisasi regional dan internasional yang menjalin kerja sama dengan ASEAN di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3. Fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubunganluar negeri RI
dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasiinternasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatandan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antarkawasan, serta organisasi-organisasiregional dan internasional di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmupengetahuan, dan teknologi;
b. koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik danhubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasiinternasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatandan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antarkawasan, serta organisasi-organisasiregional dan internasional di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmupengetahuan, dan teknologi;
c. perundingan dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasiinternasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatandan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antarkawasan, serta organisasi-organisasiregional dan internasional di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmupengetahuan, dan teknologi;
d. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang politik danhubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasiinternasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatandan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antarkawasan, serta organisasi-organisasiregional dan internasional di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmupengetahuan, dan teknologi;
e. pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang politik danhubungan luar negeri RI dalam rangka kerja sama ASEAN dengan negara dan organisasiinternasional yang menjadi mitra wicara ASEAN di kawasan Asia Timur, Asia Selatandan Pasifik, Amerika dan Eropa, kerja sama antarkawasan, serta organisasi-organisasiregional dan internasional di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya, ilmupengetahuan, dan teknologi;
f. penyiapan perumusan program dari kebijakan dan standardisasi teknis di bidanghubungan dan politik luar negeri RI dalam rangka kerja sama ASEAN dengan Negaradan organisasi regional serta internasional yang menjadi mitra wicara ASEAN bagi Sidang SOM ASEAN dengan Mitra Wicara; dan
g. pelaksanaan administrasi Direktorat.
19
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam setiap pertemuan. Penjelasan:
1. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/
menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN.
2. Prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu.
3. Diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut ke dalam dokumen sidang.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%
Sumber data:
Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, dll
Direktorat Mitra Wicara
dan Antarkawasan
ASEAN
2. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik
terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015. Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN. 3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran
pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM. 4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang
berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang mendengarkan siaran
pemasyarakatan ASEAN di radio.
Formulasi penghitungan:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Sumber data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Direktorat Mitra Wicara
dan Antarkawasan
20
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KERJASAMA ASEAN
1. Nama Unit Organisasi : Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN di bidang penyusunan rencana dan
program kerja, penyusunan data dan kertas kerja, penghimpunan perundang-undangan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, tata usaha, rumah tangga, dokumentasi dan statistik Direktorat Jenderal serta pemasyarakatan kerja sama ASEAN.
3. Fungsi : a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program kerja serta naskah rancangan dan
penghimpunan peraturan perundang-undangan Direktorat Jenderal;
b. Pengumpulan data, penyusunan laporan, dan penyiapan kertas kerja Direktorat Jenderal; c. Pelaksanaan urusan kepegawaian, perlengkapan, dan rumah tangga Direktorat Jenderal; d. Pelaksanaan pengelolaan keuangan Direktorat Jenderal;
e. Pelaksanaan urusan dokumentasi dan data statistik hasil pelaksanaan rencana dan program kerja Direktorat Jenderal.
4. Indikator Kinerja Utama
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik
terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 Penjelasan:
1. Dukungan adalah setiap kontribusi positif yang dapat berupa fasilitasi.
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN.
3. Masyarakat domestik meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum yang
mendengarkan siaran pemasyarakatan ASEAN di radio, mass media, LSM, UMKM.
4. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli.
5. Pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah,
Formulasi Pengukuran:
Jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner
dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan
pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015.
Sumber Data:
Kuesioner, Survey, Laporan Kegiatan, MoU
Sekretariat Direktorat
Jenderal Kerjasama
22
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: SK.02/B/KP/IV/2013/01 TAHUN 2013 TENTANG
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
1. Nama Organisasi : Direktorat Jenderal Multilateral
2. Tugas : merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang hubungan politik luar negeri
multilateral.
3. Fungsi : a. perumusan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; d. perundingan dalam rangka kerja sama multilateral;
e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; f. perundingan dalam rangka kerja sama multilateral; dan
g. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Multilateral. 4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral Penjelasan:
Posisi: sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu
masalah yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral
Posisi yang diterima: Posisi yang berhasil dicatat atau
dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang
Formulasi penghitungan:
(Jumlah posisi yang diterima/jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan)*100%
Sumber data:
Jumlah posisi yang diterima:
dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).
Jumlah posisi yang disampaikan: kertas posisi,
statement Delri.
Seluruh Direktorat Teknis di lingkungan Ditjen Multilateral
23
2, Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum
multilateral Penjelasan:
Kepemimpinan adalah setiap event internasional
pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host.
Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat
menjadi chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group.
Termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair
dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah kepemimpinan Indonesia yang
dilaksanakan/Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia (sebagai chair, co-chair, host, co-host))*100%
Penjelasan:
Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Sumber data:
Laporan Delri, resolusi, keputusan,
presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri, dll.
Seluruh Direktorat Teknis di lingkungan Ditjen Multilateral
3. Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu
Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional
Penjelasan:
Keberhasilan pencalonan akan dicatat dalam tahun
penyelenggaraan pemilihan. Contoh: pemilihan anggota Dewan HAM periode 2015-2017 akan diselenggarakan pada tahun 2014. Sekiranya Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan HAM periode 2015-2017, maka capaian tersebut akan dicatat sebagai capaian Setditjen Multilateral pada tahun 2014.
Pada prinsipnya, keputusan pencalonan untuk suatu
jabatan pada organisasi internasional berada di tangan instansi yang menjadi focal point organisasi internasional tersebut. Setditjen Multilateral, mewakili Kemlu, selalu menyampaikan pandangan dan rekomendasi terhadap usulan pencalonan dari instansi/focal point. Walaupun pandangan dan rekomendasi dari Kemlu tersebut pada akhirnya tidak diakomodasi oleh instansi/focal point,
Formulasi Pengukuran:
(Jumlah pencalonan yang berhasil /Jumlah pencalonan yang diusulkan)*100%
Sumber data:
Jumlah pencalonan yang berhasil (laporan
Delri, resolusi, keputusan,
presidential/chairman statement, dll).
Jumlah pencalonan yang diusulkan: database
pencalonan Setditjen Multilateral.
Sekretariat Direktorat Jenderal Multilateral
24 Setditjen Multilateral tetap akan mengupayakan
pemenangan terhadap pencalonan dimaksud. Namun, Setditjen Multilateral akan mencatat dalam laporan akuntabilitasnya bahwa Setditjen Multilateral, mewakili Kemlu, telah menyampaikan pandangan dan
rekomendasi terhadap pencalonan tersebut.
4. Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat
nasional Penjelasan:
Implementasi kesepakatan multilateral: hal-hal yang
disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia
Implementasi: tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang
telah disetujui pada tingkat multilateral
Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana
aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi)
Formulasi perhitungan: -
Sumber data:
Dokumen kesepakatan hasil
konferensi/pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi,
keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll), ketentuan perundang-undangan yang disahkan untuk meratifikasi atau
mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia (UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka
mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia.
Seluruh Direktorat Teknis di lingkungan Ditjen Multilateral
25
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT KEAMANAN INTERNASIONAL DAN PERLUCUTAN SENJATA
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Multilateral di bidang keamanan internasional, senjata
pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral dalam hal keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme; b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral dalam hal keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme; c. Perundingan dalam kerangka kerja sama multilateral yang terkait dengan keamanan internasional, senjata
pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral dalam hal keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme; e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral dalam hal keamanan
internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, kejahatan lintas negara dan terorisme; f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Jumlah inisiatif Indonesia untuk mendorong Reformasi Dewan
Keamanan PBB Penjelasan:
Inisiatif merupakan gagasan yang diusulkan oleh Indonesia dalam penanganan isu terkait Reformasi DK.
Formulasi penghitungan: -
Sumber data:
Dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
2. Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral mengenai penanganan isu keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional,
penanggulangan kejahatan lintas negara, dan terorisme Penjelasan:
Posisi: Pernyataan Pemerintah Indonesia terhadap suatu
masalah yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam
Formulasi penghitungan:
(Jumlah posisi yang diterima/jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan)*100%
Sumber data:
Jumlah posisi yang diterima: dokumen-dokumen
hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
26 penanganan isu multilateral
Posisi yang diterima: Posisi yang berhasil dicatat atau
dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang
Jumlah posisi yang disampaikan: kertas posisi,
statement Delri.
3. Jumlah implementasi kesepakatan multilateral tentang isu
keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara, dan terorisme pada tingkat nasional
Penjelasan:
Implementasi kesepakatan multilateral: hal-hal yang
disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia
Implementasi: tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang telah
disetujui pada tingkat multilateral
Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana
aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi)
Formulasi perhitungan: -
Sumber data:
Dokumen kesepakatan hasil konferensi/pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi, keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll), ketentuan perundang-undangan yang disahkan untuk meratifikasi atau mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia (UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka
mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia.
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
4. Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
mengenai penanganan isu keamanan internasional, senjata pemusnah massal dan senjata konvensional, penanggulangan kejahatan lintas negara, dan terorisme
Penjelasan:
Kepemimpinan adalah setiap event internasional pembahasan
isu-isu multilateral di mana Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host.
Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat menjadi
chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group.
Termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair dan
Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah kepemimpinan Indonesia yang
dilaksanakan/Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia (sebagai chair, co-chair, host, co-host))*100%
Penjelasan:
Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan.
Sumber data:
Laporan Delri, resolusi, keputusan,
presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri, dll.
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata
27
INDIKATOR KINERJA UTAMA DIREKTORAT HAM DAN KEMANUSIAAN
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat HAM dan Kemanusiaan.
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Multilateral di bidang hak-hak sipil dan politik, ekonomi,
sosial
budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta kemanusiaan.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral mengenai hak-hak sipil
dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta kemanusiaan; b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral mengenai
hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak-hak pembangunan, hak-hak kelompok rentan serta kemanusiaan;
c. Perundingan dalam kerangka kerja sama hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta kemanusiaan;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, hak kelompok rentan serta
kemanusiaan;
e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral mengenai hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak-hak pembangunan, hak-hak kelompok rentan serta kemanusiaan; dan
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral mengenai penanganan isu pemajuan dan
perlindungan HAM, termasuk penanganan isu residual Timor-Timur, serta penanganan isu kemanusiaan
Penjelasan:
Posisi: sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu
masalah yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral.
Posisi yang diterima: Posisi yang berhasil dicatat atau
dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah posisi yang diterima/jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan)*100%
Sumber data:
Jumlah posisi yang diterima:
dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).
Jumlah posisi yang disampaikan: kertas posisi,
statement Delri.
Direktorat HAM dan Kemanusiaan
28
2. Jumlah implementasi kesepakatan multilateral tentang
pemajuan dan perlindungan HAM,termasuk penanganan isu residual Timor-Timur, serta penanganan isu kemanusiaan pada tingkat nasional
Penjelasan:
Implementasi kesepakatan multilateral: hal-hal yang
disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia.
Implementasi: tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang
telah disetujui pada tingkat multilateral.
Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana
aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi).
Formulasi perhitungan: -
Sumber data:
Dokumen kesepakatan hasil
konferensi/pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi,
keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll), ketentuan perundang-undangan yang disahkan untuk meratifikasi atau
mengimplementasikan kesepakatan internasional di Indonesia (UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka
mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia.
Direktorat HAM dan Kemanusiaan
3. Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
mengenai penanganan isu pemajuan dan perlindungan HAM, termasuk penanganan isu residual Timor-Timur, serta
penanganan isu kemanusiaan Penjelasan:
Kepemimpinan adalah setiap event internasional
pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host.
Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat
menjadi chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group.
Termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair
dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah kepemimpinan Indonesia yang
dilaksanakan/Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia (sebagai chair, co-chair, host, co-host))*100%
Penjelasan:
Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Sumber data:
Laporan Delri, resolusi, keputusan,
presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri, dll.
Direktorat HAM dan Kemanusiaan
29
INDIKATOR KINERJA UTAMA
DIREKTORAT PEMBANGUNAN EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP
1. Nama Unit Organisasi : Direktorat Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
2. Tugas : Melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Multilateral di bidang penanganan isu-isu, kebijakan, dan
kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan dan lingkungan hidup.
3. Fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral mengenai penanganan
isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang multilateral mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;
c. Perundingan dalam kerangka multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;
d. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang multilateral mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup;
e. Pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang multilateral mengenai penanganan isu-isu, kebijakan, dan kerja sama multilateral yang terkait dengan aspek-aspek pembangunan, ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup; dan
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
4. Indikator Kinerja Utama :
No. Indikator Kinerja Utama Formulasi Pengukuran/Sumber Data Penanggung Jawab
1. Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum
multilateral mengenai penanganan isu pembangunan ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup
Penjelasan:
Posisi: sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu masalah
yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral.
Posisi yang diterima: Posisi yang berhasil dicatat atau
dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah posisi yang diterima/jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan)*100%
Sumber data:
Jumlah posisi yang diterima:
dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll).
Jumlah posisi yang disampaikan: kertas
posisi, statement Delri.
Direktorat
Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
30
2. Jumlah implementasi kesepakatan multilateral tentang isu
pembangunan ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup pada tingkat nasional
Penjelasan:
Implementasi kesepakatan multilateral: hal-hal yang
disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia.
Implementasi: tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang
telah disetujui pada tingkat multilateral.
Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana
aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi).
Sumber data:
Dokumen kesepakatan hasil
konferensi/pertemuan internasional di Indonesia (laporan Delri, laporan panitia, deklarasi,
keputusan, agreed minutes, minutes of meeting, dll), ketentuan perundang-undangan yang disahkan untuk meratifikasi atau
mengimplementasikan kesepakatan
internasional di Indonesia (UU, PP, Perpres, dll), serta hasil-hasil lain dari aktivitas dalam rangka mengimplementasikan kesepakatan multilateral di Indonesia.
Direktorat
Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
3. Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
mengenai penanganan isu pembangunan ekonomi, keuangan, dan lingkungan hidup
Penjelasan:
Kepemimpinan adalah setiap event internasional
pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host.
Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat
menjadi chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group.
Termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair
dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host.
Formulasi penghitungan:
(Jumlah kepemimpinan Indonesia yang
dilaksanakan/Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia
(sebagai chair, co-chair, host, co-host))*100% Penjelasan:
Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan
pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Sumber data:
Laporan Delri, resolusi, keputusan,
presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri, dll.
Direktorat
Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup