DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
Oleh
RANI ANGGRAENI
H24103072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.
Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.
Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.
DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RANI ANGGRAENI
H24103072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN
DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RANI ANGGRAENI H24103072
Menyetujui, Mei 2007
Mengetahui
Tanggal Ujian : 24 Mei 2007
Tanggal Lulus :
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEADosen Pembimbing I
Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).
iv
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.
2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.
3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.
5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu
v
9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.
10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.
11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, 24 Mei 2007
vi
Halaman
ABSTRAKDAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR TABEL ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah .. ... 4
1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6
2.2. Persediaan ... 6
2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6
2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7
2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11
2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14
2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15
2.3.1. Peramalan Permintaan... 16
2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17
2.3.3. Lead Time... 17
2.3.4. Safety Stock... 18
2.3.5. Reorder Point... 19
2.4. Simulasi ... 20
2.4.1. Model Simulasi ... 20
2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22
2.5. Penelitian Terdahulu ... 23
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25
3.2. Pengumpulan Data ... 27
3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28
3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28
3.3.2. Menentukan Lead Time... 30
3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30
vii
4.1. Gambaran Perusahaan ... 34
4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34
4.1.2. Struktur Organisasi ... 35
4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37
4.2. Aspek Produksi ... 39
4.2.1. Gambaran Produk ... 39
4.2.2. Proses Produksi ... 39
4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44
4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45
4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47
4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48
4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50
4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52
4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53
4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57
4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57
4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59
4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67
4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68
4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73
4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81
2. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
viii
No. Halaman
1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27
2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32
3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42
4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46
5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54
6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55
7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56
8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57
9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58
10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59
11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59
12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62
13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63
14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65
15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66
16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66
17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67
18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69
19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70
20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71
21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72
22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73
23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74
24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75
25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76
26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77
27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78
DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
Oleh
RANI ANGGRAENI
H24103072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.
Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.
Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.
DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RANI ANGGRAENI
H24103072
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN
DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RANI ANGGRAENI H24103072
Menyetujui, Mei 2007
Mengetahui
Tanggal Ujian : 24 Mei 2007
Tanggal Lulus :
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEADosen Pembimbing I
Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).
iv
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.
2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.
3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.
5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu
v
9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.
10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.
11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, 24 Mei 2007
vi
Halaman
ABSTRAKDAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR TABEL ... ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah .. ... 4
1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6
2.2. Persediaan ... 6
2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6
2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7
2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11
2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14
2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15
2.3.1. Peramalan Permintaan... 16
2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17
2.3.3. Lead Time... 17
2.3.4. Safety Stock... 18
2.3.5. Reorder Point... 19
2.4. Simulasi ... 20
2.4.1. Model Simulasi ... 20
2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22
2.5. Penelitian Terdahulu ... 23
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25
3.2. Pengumpulan Data ... 27
3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28
3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28
3.3.2. Menentukan Lead Time... 30
3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30
vii
4.1. Gambaran Perusahaan ... 34
4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34
4.1.2. Struktur Organisasi ... 35
4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37
4.2. Aspek Produksi ... 39
4.2.1. Gambaran Produk ... 39
4.2.2. Proses Produksi ... 39
4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44
4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45
4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47
4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48
4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50
4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52
4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53
4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57
4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57
4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59
4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67
4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68
4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73
4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81
2. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
viii
No. Halaman
1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27
2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32
3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42
4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46
5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54
6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55
7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56
8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57
9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58
10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59
11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59
12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62
13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63
14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65
15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66
16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66
17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67
18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69
19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70
20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71
21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72
22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73
23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74
24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75
25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76
26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77
27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78
ix
No. Halaman
1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional ... 1
2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia ... 2
3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia …………... 2
4. Pangsa pasar mie instan nasional pada tahun 2005 …………... 3
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ... 13
6. Kerangka pemikiran penelitian ... 26
7. Tahapan proses simulasi ... 33
8. Diagram alir produksi mie instan... 44
9. Data penjualan mie instan pada tahun 2005... 60
10. Data penjualan mie instan pada tahun 2006... 60
11. Times series plot data penjualan mie instant pada tahun 2005-2006... 61
x
No. Halaman
1. Struktur organisasi Divisi Noodle, PT. ISM, Tbk ... 85 2. Perhitungan simpangan baku pemakaian bahan baku per hari... .... 87 3. Perhitungan peluang dan interval angka acak pemakaian bahan
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan
yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.
Perkembangan industri mie instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor
pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di
Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000
konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan
53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.
Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa
industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki
peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Perkiraan konsumsi mie
instan nasional dapat dilihat pada Gambar 1.
3.7 3.8 4
4.1
4.5 5
0 1 2 3 4 5 6
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional (www.wartaekonomi.com, 2006)
Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi
produsen mie instan di Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57
perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian terjadi
peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84
perusahaan. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan di Indonesia dapat
57 59
65
70
84
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia (www.wartaekonomi.com, 2006)
Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap
tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton,
pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi 1.272.000 ton. Perkembangan
volume produksi mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.
862 906
958 975
1272
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia (www.wartaekonomi.com, 2006)
PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie
instan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan
beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie
instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk
menurun menjadi 70%. Pembagian pangsa pasar mie instan di Indonesia
Lain-lain, 10%
wings food, 20%
indofood, 70%
Gambar 4. Pangsa pasar mie instan nasional tahun 2005 (www.wartaekonomi.com, 2006)
Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan persaingan
tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM, Tbk harus
dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara
meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja
dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.
Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan
merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh
sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan
meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara
keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.
Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena
bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik
apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan
menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku
yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini
menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan
perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di
gudang.
Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar
pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi
Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per
tahun dan 10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang
opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan.
Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi
kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan
operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan
biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan
mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat
membuat konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan
lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku mutlak harus
dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan
atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.
Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode
simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa
situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model
manajemen operasi sederhana sehingga dapat memecahkan permasalahan.
Tipe simulasi yang menunjukan peluang dari perusahaan untuk
menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh secara acak adalah
simulasi Monte Carlo. Metode simulasi ini perlu dikembangkan untuk dapat
menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat
meminimalkan total biaya persediaan pada saat permintaan dan waktu
tunggu yang tidak konstan. Di dalam penelitian ini model simulasi yang
dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi
skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan
reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
3. Seberapa besar tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan
bahan baku yang optimal bagi Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi
Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.
2. Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku
dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.
3. Menghitung dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Persediaan
Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu
mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang
sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat
persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan
harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan.
Sistem persediaan bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya
sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang
tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk
meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan
pesanan dilakukan secara optimal (Handoko, 2000).
2.2. Persediaan
2.2.1. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau
dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang
disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam
proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk
dijual (Kusuma, 2004). Pengertian persediaan menurut Pardede
(2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk
digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan
terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui
proses produksi atau pembelian lebih besar daripada jumlah yang
digunakan (dijual atau diolah sendiri).
Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang
jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer,
2005). Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan
Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa
persediaan diperlukan :
1. Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.
Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan
ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.
2. Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan
Pembelian.
Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :
a. Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan
meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk.
b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk
menghasilkan bermacam-macam jenis produk.
3. Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.
Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang
menunjukan perubahan demand dan supply.
a. Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan
baku.
b. Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana
sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan
tersebut.
c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi
permintaan yang rendah atau pada kondisi musim lesu atau
low season. Kelebihan produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi
Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik
menurut Assauri (2000) adalah :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi,
untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses
yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan
pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian
membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari
yang lainnya.
Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari
bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna
untuk :
1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau
bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik,
sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi
atau memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
Menurut Rangkuti (2004) terdapat tiga fungsi persediaan, yaitu :
1. Fungsi Decoupling
Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan
tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu
pengiriman. Persediaan barang dalam proses dilakukan agar
departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan
terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para
pelanggan.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan
sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi
Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan
berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengriman dan permintaan barang-barang selama
periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan
persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau safety stock.
2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan
Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan
dibedakan atas :
1. Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau
barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah
yang dibutuhkan pada saat itu.
2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengahadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,
berdasarkan pola musiman yang terdapat pada satu tahun dan
untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.
Menurut Handoko (2000), berdasarkan jenisnya persediaan dapat
dibedakan atas :
1. Persediaan bahan mentah atau raw material, yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti baja, kayu, dan
komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.
Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau
dibeli dari para pemasok atau dibuat sendiri oleh perusahaan
untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan atau purchased part, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara
langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan penolong atau supplies, yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi
tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses atau work in process, yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap
bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi
suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi.
5. Persediaan barang jadi atau finished goods, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan
(Sumayang, 2003), terbagi atas :
permintaan atau penggunaaannya tidak bergantung kepada
produk atau bahan baku lain.
2. Dependent demand (Permintaan terikat) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang
permintaan atau penggunaaannya bergantung kepada produk atau
bahan baku lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis
persediaan komponen dan barang dalam proses untuk
menghasilkan produk akhir.
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan
Pelaksanaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan
akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dengan
bahan baku. Faktor-faktor tersebut menurut Ahyari (1999) adalah :
1. Perkiraan Pemakaian
Perkiraan bahan baku yang dipergunakan dalam proses
produksi pada suatu produk dilakukan sebelum melakukan
kegiatan pembelian bahan baku. Perkiraan kebutuhan bahan baku
ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku
yang akan dipergunakan dalam perusahaan untuk keperluan
proses produksi pada periode yang akan datang.
2. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan
berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk
investasi dalam persediaan bahan baku.
3. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku
ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan
besarnya persediaan bahan baku. Terdapat dua tipe biaya, yaitu
biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rataan
persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin
4. Kebijakan Pembelanjaan
Besarnya bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan
tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam
perusahaan tersebut.
5. Pemakaian Sesungguhnya
Untuk dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku
mendekati kepada kenyataan, harus dianalisa besarnya
penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan dan
hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun. Selain itu
harus diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya
dari periode-periode yang lalu.
6. Waktu Tunggu
Waktu tunggu atau lead time adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya
bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu harus diperhatikan karena
berhubungan dengan penentuan saat pemesanan kembali. Dengan
diketahuinya waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan dapat
membeli pada saat yang tepat pula, sehingga risiko penumpukan
persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
Hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan
bahan baku tersebut ditunjukan pada Gambar 5.
Menurut Yamit (2003), terdapat empat faktor yang
mempengaruhi persediaan, diantaranya :
1. Faktor Waktu
Faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan
distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu
diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan
baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi
Biaya-Biaya
Persediaan Harga Bahan Baku
Kebijakan Pembelanjaan
Perkiraan Pemakaian Jumlah Pembelian Optimal
Pemakaian Sesungguhnya
Waktu Tunggu
Persediaan Pengaman Persediaan Bahan Baku
Pembelian/
Pemesanan Kembali Produksi 2. Faktor Ketidakpastian Waktu Datang dari Pemasok
Faktor ini menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan,
agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan
pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian ini dapat diredam
dengan mengadakan persediaan.
3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan
Faktor ini disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan
permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat
dan berbagai kondisi lainnya.
4. Faktor Ekonomis
Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif
biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan
menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam
jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan
[image:35.612.150.497.387.615.2]harga yang dapat menurunkan biaya.
2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan
Menurut Rangkuti (2004) untuk mengambil keputusan penentuan
besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya yang harus
dipertimbangkan adalah :
1. Biaya Penyimpanan atau Holding Cost
Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila
kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rataan
persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai
biaya penyimpanan adalah :
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan,
pendingin ruangan, dan sebagainya.
b. Biaya modal atau opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya keusangan.
d. Biaya perhitungan fisik.
e. Biaya asuransi persediaan.
f. Biaya pajak persediaan.
g. Biaya pencurian, pengerusakan, atau perampokan.
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost
Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan
potongan kuantitas) tidak naik, apabila kuantitas pesanan
bertambah besar. Biaya-biaya pesanan meliputi :
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.
b. Upah.
c. Biaya telepon.
d. Pengeluaran surat menyurat.
e. Biaya pengepakan dan penimbangan.
h. Biaya utang lancar dan sebagainya.
3. Biaya Penyiapan atau Set-Up Cost
Biaya penyiapan atau set-up cost terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan.
Biaya-biaya ini terdiri dari :
a. Biaya mesin-mesin menganggur.
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.
4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan atau Shortage Cost Biaya kehabisan atau kekurangan bahan atau shortage cost adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi
adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya
kekurangan bahan adalah :
a. Kehilangan penjualan.
b. Kehilangan pelanggan.
c. Biaya pemesanan khusus.
d. Biaya ekspedisi.
e. Kehilangan keuntungan.
f. Terganggunya operasi.
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah
persediaan pada tingkat yang dikehendaki (Sumayang, 2003). Sedangkan
pengertian pengendalian persediaan menurut Menurut Pardede (2003),
adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya
bahan-bahan sediaan dalam jumlah tertentu dan pada satu titik waktu
tertentu.
Menurut Assauri (2000), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan
untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi
perusahaan dengan efektif dan efisien. Kebijakan pengendalian persediaan
bahan baku meliputi peramalan permintaan, penentuan jumlah pemesanan
ekonomis, lead time, safety stock dan reorder point. 2.3.1. Peramalan Permintaan
Peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau estimasi tingkat
kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Dalam
lingkungan perusahaan, peramalan banyak digunakan untuk
memprediksi atau mengestimasi permintaan pada masa yang akan
datang (Yamit, 2003).
Peramalan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa
lampau kemasa depan. Peramalan permintaan adalah istilah yang
sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut permalan permintaan
yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan
perhitungan tertentu (Indrajit dan Pranoto, 2003).
Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan
adalah :
1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan
berfungsi juga di masa yang akan datang.
2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu
berbeda dengan permintaan yang diramalkan.
3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu
yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang
yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk waktu
yang panjang.
Salah satu metode untuk menghitung peramalan adalah metode
Winters. Metode Winters adalah salah satu metode peramalan yang
digunakan untuk meramalkan seasonal time series data (data deret waktu musiman). Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model
multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara
aditif mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen
musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada
musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya.
Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada
setiap musim relatif konstan (Montgomery et al., 1990). 2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis
Menurut Rangkuti (2004), jumlah pemesanan ekonomis adalah
jumlah pemesanan bahan mentah pada setiap kali pesan dengan
jumlah biaya yang paling rendah. Jumlah pemesanan ekonomis
merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan
biaya-biaya persediaan yang minimal (Assauri, 2000).
Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus
diupayakan agar biaya-biaya penyimpanan, kekurangan bahan dan
pemesanan diperkecil. Jumlah pemesanan ekonomis dan waktu
pemesanan kembali dapat diperoleh dengan menggunakan metode
simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan
untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.
2.3.3. Lead Time
Di dalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu
yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan untuk
penggantian kembali persediaan dengan saat penerimaan
barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam
persediaan. Perbedaan waktu inilah yang disebut lead time.
Pengertian lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan
bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang
persediaan (Assauri, 2000).
Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai
dua macam biaya, yaitu :
1. Biaya Penyimpanan Tambahan
Biaya penyimpanan tambahan (BPT) atau sering disebut
dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan oleh karena datangnya bahan yang
dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.
2. Biaya Kekurangan Bahan
Biaya kekurangan bahan (BKB) atau sering disebut dengan
stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk
keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan
bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan
contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan
apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan
berarti proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan
kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang
dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.
2.3.4. Safety Stock
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan. Kekurangan bahan dapat disebabkan karena penggunaan
bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau
keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.
Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan
bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000).
Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah
persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor
yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :
1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang
2. Keragaman permintaan pada masa tenggang
3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.
Besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan
1. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tidak Tetap dan
Lead Time Tetap.
SS = Z L(σd)...(1)
SS = Safety stock Z = Service level L = Lead time
d
σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari
2. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tetap dan Lead Time Tidak Tetap.
SS = Z d ( Lσ ) ...(2)
SS = Safety stock Z = Service level
d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari
L
σ = Simpangan baku dari lead time
3. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan dan Lead Time Tidak Tetap.
SS = Z L( d)2 d2( L)2 σ +
σ ...(3)
SS = Safety stock Z = Service level
d
σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari
d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari
L = Lead time L
σ = Simpangan baku dari lead time 2.3.5. Reorder Point
Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat
dimana pemesanan harus diadakan kembali. Menurut Rangkuti
(2004), ROP merupakan batas titik jumlah pemesanan kembali
termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa
ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam
stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus
menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang
harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Umumnya, model ROP ditentukan oleh sifat pemakaian, yaitu :
1. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tetap.
Dalam model ini, besarnya permintaan tetap, sehingga tidak
ada penambahan persediaan. Rumusnya adalah :
ROP = d x L………...(4)
ROP = Reorder point (unit)
d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)
= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.
L = Lead time untuk pemesanan baru (hari).
2. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tidak Tetap
Dalam model ini, besarnya permintaan tidak tetap. Besarnya
ROP pada model ini merupakan penjumlahan antara besarnya
permintaan yang diharapkan selama masa tenggang dan
persediaan tambahan atau disebut dengan safety stock. Maka rumusnya menjadi :
ROP = (d x L) + SS...………...……...(5) ROP = Reorder point (unit)
d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)
= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.
L = Lead time untuk pemesanan baru (hari) SS = Safety Stock atau persediaan pengaman (unit) 2.4. Simulasi
2.4.1. Model Simulasi
Menurut Render dan Heizer (2005) simulasi diartikan sebagai
sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah sistem nyata. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan dalam
bentuk model matematika yang biasanya melalui sebuah model yang
menggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian
akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan.
Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk
permasalahan yang sangat kompleks secara matematik.
Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Render dan Heizer (2005), kelebihan dan
kekurangan simulasi dalam manajemen produksi operasi dijelaskan
berikut :
1. Kelebihan Simulasi
a. Simulasi relatif sederhana dan fleksibel.
b. Kemajuan software membuat beberapa model simulasi mudah untuk dikembangkan.
c. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisis situasi nyata
dunia yang luas dan rumit yang tidak bisa diselesaikan
dengan menggunakan model analisis kuantitaif konvensional.
d. Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya
jika”. Para manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan
mana yang menjadi pilihan yang paling menarik. Dengan
sebuah model yang terkomputerisasi, seorang manajer dapat
mencoba beberapa keputusan kebijakan dalam waktu yang
hanya beberapa menit.
e. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata.
f. Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari hubungan
dampak dari sebuah komponen atau peubah untuk
mengetahui komponen atau peubah mana yang penting.
g. Simulasi memungkinkan adanya faktor pemadatan waktu.
Dampak dari pemesanan, iklan dan kebijakan lain dalam
waktu bulanan atau tahunan dapat diperoleh dengan simulasi
komputer dalam waktu yang singkat.
2. Kekurangan Simulasi
a. Model simulasi yang baik untuk situasi yang rumit dapat
membutuhkan waktu yang lama dan proses sangat rumit
untuk mengembangkannya.
b. Simulasi tidak menghasilkan solusi untuk suatu masalah
seoptimal alat analisis kuantitatif lainnya. Simulasi
merupakan sebuah pendekatan trial and error yang dapat menghasilkan solusi berbeda jika diulangi.
c. Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala
untuk solusi yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak
menghasilkan jawaban tanpa adanya input yang cukup dan realistis.
d. Setiap model simulasi bersifat unik. Solusi sebuah model dan
kesimpulannya pada umumnya tidak dapat diterapkan pada
persoalan lain.
2.4.2. Simulasi Monte Carlo
Menurut Yamit (2003), Simulasi Monte Carlo adalah tipe
simulasi peluang untuk mencari penyelesaian masalah dengan
penarikan contoh dari proses acak.
Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat lima langkah di
dalam teknik simulasi Monte Carlo, yaitu :
1. Menetapkan Distribusi Peluang
Tujuan umum membuat distribusi peluang bagi setiap peubah
adalah untuk membangkitkan nilai setiap peubah dari model
yang sedang diuji. Peluang atau frekuensi relatif untuk setiap
nilai yang mungkin bagi setiap peubah ditentukan dengan
membagi frekuensi dari setiap nilai yang mungkin bagi peubah
dengan jumlah pengamatan. Dalam sistem dunia nyata, sebagian
besar peubah memiliki peluang alami.
2. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah
Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu
3. Menetapkan Interval Angka Acak.
Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah dipilih
oleh sebuah proses acak yang sempurna.
4. Membangkitkan Angka Acak
Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika
persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti
melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program
komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi
dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil
dari sebuah tabel angka acak.
5. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan
Peubah yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam
berbagai variasi. Variasi-variasi dari peubah tersebut pada tahap
ini dicoba untuk disimulasikan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Purwani (2006) mengenai Kajian Persediaan Bahan
Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) dengan
menggunakan Metode Simulasi menunjukan bahwa pengendalian persediaan
bahan baku pada perusahaan SKI belum optimal. Hal ini dilihat dari total
biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan SKI
mengeluarkan Rp 13.716.000,00 per tahun untuk biaya persediaan.
Sedangkan dengan metode simulasi Perusahaan SKI mengeluarkan Rp
1.841.191,00 per tahun. Hal ini menunjukan dengan menggunakan metode
simulasi perusahaan dapat melakukan penghematan 86%.
Dalam penelitian Putra (2005) mengenai Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT Goodyear Indonesia, Tbk,
Bogor, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan yang
dilakukan perusahaan masih belum optimal. Untuk bahan baku lokal, terlihat
perbedaan frekuensi pemesanan bahan baku relatif sangat kecil.
Penghematan yang dapat dilakukan apabila perusahaan menggunakan
metode EOQ menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan metode EOQ mencapai 16,44%.
Dalam penelitian Anggraini (2002) mengenai Analisis Pengendalian
Persediaan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Utama Produk Biskuit pada
PT Arnott’s Indonesia. Penelitian ini membandingkan metode MRP, yaitu
teknik Lot for Lot, teknik EOQ dan Teknik PBB, dengan metode yang diterapkan oleh perusahaan. Hasil perbandingan tersebut menunjukan bahwa
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan belum
optimal. Penghematan terbesar yang dapat dilakukan adalah apabila
perusahaan menggunakan teknik Lot for Lot. Metode EOQ dapat digunakan oleh perusahaan, karena metode EOQ dapat melakukan penghematan biaya
persediaan bahan baku, walaupun tidak sebesar apabila menggunakan teknik
Lot for Lot. Metode EOQ lebih relevan digunakan oleh perusahaan daripada metode Lot for Lot, karena metode Lot for Lot meminimumkan jumlah persediaan di gudang dapat menimbulkan resiko kekurangan bahan baku
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena
bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik
apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan
menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu jika bahan baku
yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini
menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan
perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di
gudang.
Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan meningkatkan
biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih
menguntungkan. Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak
mencukupi kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses
produksi dan operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus
mengeluarkan biaya pengadaan darurat yang lebih mahal dan juga
mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang
serta dapat membuat konsumen kecewa atau beralih kepada merek atau
perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku,
mutlak harus dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi
perusahaan atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.
Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode
simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa
situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model
manajemen operasi sederhana, sehingga dapat memecahkan permasalahan.
Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat
menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat
meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan dan waktu
tunggu yang tidak konstan. Tipe simulasi yang menunjukkan peluang dari
secara acak adalah simulasi Monte Carlo. Simulasi skenario 1 dan skenario
2 dikembangkan agar dapat megendalikan persediaan bahan baku untuk
meperoleh tingkat persediaan yang optimal sehingga menunjang kelancaran
produksi serta dapat memenuhi jadwal produksi barang dengan ketentuan
[image:48.612.125.510.215.671.2]yang disepakati. Simuasi skenario 1 adalah simulasi berdasarkan reorder point. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian Sistem Persediaan Bahan Baku
Persaingan Antara Produsen Mie Instan yang Semakin Meningkat
Perusahaan Harus Mempertahankan Kelangsungan Hidup dan Meningkatkan Daya Saing
Fungsi Produksi dan Operasi
Pengendalian Persediaan Bahan baku
Tingkat Persediaan dan Kebijakan
Pengendalian Persediaan Bahan Baku yang Optimal
Model Simulasi dengan Skenario 1 dan 2 Model Persediaan di
Perusahaan
3.2. Pengumpulan Data
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan
pertimbangan bahwa PT ISM merupakan salah satu perusahaan pangan
terbesar di Indonesia dan memproduksi produk mie instan yang memliki
pangsa pasar sebesar 70%.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer
adalah data yang langsung dikumpulkan dari Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur (ISM), Tbk. Data primer diperoleh dari pengamatan
langsung pada proses produksi dan gudang serta wawancara langsung
dengan berbagai pihak yang berkepentingan seperti bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC), karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer PPIC.
Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk
dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari
dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen perusahaan, terutama bagian
produksi dan logistik, literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka,
internet maupun data instasi seperti BPS dan instasi yang terkait. Kebutuhan,
jenis, metode dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data
Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Identifikasi
perkembangan industri mie instan di Indonesia.
Sekunder Studi literature Internet
Data umum perusahaan:
Sejarah dan perkembangan perusahaan
Visi dan misi perusahaan
Lokasi perusahaan
Struktur organisasi perusahaan
Primer
Sekunder
Survai
Wawancara
Dokumen dan laporan
perusahaan
Lanjutan Tabel 1.
Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Data khusus
perusahaan:
Data produksi
Data penjualan barang jadi
Data pemesanan bahan baku
Data pemakaian bahan baku.
Data laporan persediaan bahan baku
Data harga beli per unit bahan baku
Data biaya persediaan bahan baku
Data lead time (waktu tunggu) dan safety stock (persediaan pengaman)
Primer
Sekunder
Survai
Wawancara
Dokumen dan laporan bagian produksi, PPIC, dan gudang
Bagian PPIC, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk
3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Peramalan Permintaan
Peramalan permintaan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan meramalkan atau memproyeksikan permintaan yang akan
datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan
perhitungan tertentu. Alat yang digunakan untuk meramalkan
permintaan pada penelitian ini adalah metode Winters. Metode
Winters adalah salah satu metode peramalan yang digunakan untuk
meramalkan data deret waktu musiman.
Perhitungan peramalan dengan metode winters menggunakan
perangkat lunak Minitab versi 14. Perhitungan metode Winters ini
1. Memplotkan Data
Pada tahap ini data deret waktu harus diplotkan dalam bentuk
grafik. Tujuan dari memplotkan data dalam bentuk grafik adalah
untuk melihat bagaimana pola data tersebut. Jika data berpola
musiman, maka data dapat diramalkan dengan metode Winters.
2. Pengidentifikasian Model
Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif
pada prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen
trend dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif
mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada
musim tertentu proporsional terhadap musim-musim
sebelumnya. Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika
perbedaan data pada setiap musim relatif konstan.
Model yang sesuai untuk meramalkan permintaan penjualan
mie instan pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah model multiplikatif. Data deret waktu musiman multiplikatif
digambarkan dengan model berikut :
(
+)
+ε= 1 2 t t
t b b t c
x ………...(6)
Dimana b1merupakan konstanta pemulusan dasar atau komponen
permanen, b2 merupakan konstanta pemulusan trend,
ctmerupakan konstanta pemulusan musiman dan εt adalah
komponen acak.
3. Pengestimasian Nilai Kostanta Pemulusan
Nilai konstanta pemulusan model diestimasikan dengan cara
trial and error. Nilai setiap konstanta pemulusan ditentukan secara sub