• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengendalian persediaan bahan baku produk mie instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengendalian persediaan bahan baku produk mie instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.

Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.

Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.

(3)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI H24103072

Menyetujui, Mei 2007

Mengetahui

Tanggal Ujian : 24 Mei 2007

Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

Dosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II

(5)

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).

(6)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.

2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.

3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu

(7)

v

9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.

10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, 24 Mei 2007

(8)

vi

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah .. ... 4

1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15

2.3.1. Peramalan Permintaan... 16

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17

2.3.3. Lead Time... 17

2.3.4. Safety Stock... 18

2.3.5. Reorder Point... 19

2.4. Simulasi ... 20

2.4.1. Model Simulasi ... 20

2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

3.2. Pengumpulan Data ... 27

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28

3.3.2. Menentukan Lead Time... 30

3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30

(9)

vii

4.1. Gambaran Perusahaan ... 34

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34

4.1.2. Struktur Organisasi ... 35

4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37

4.2. Aspek Produksi ... 39

4.2.1. Gambaran Produk ... 39

4.2.2. Proses Produksi ... 39

4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44

4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45

4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47

4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48

4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50

4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52

4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53

4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57

4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59

4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67

4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68

4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73

4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81

2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(10)

viii

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32

3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42

4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46

5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54

6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55

7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56

8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57

9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58

10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59

11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59

12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62

13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63

14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65

15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66

16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66

17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67

18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69

19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70

20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71

21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72

22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73

23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74

24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75

25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76

26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77

27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78

(11)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Rani Anggraeni. H24103072. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Di bawah bimbingan H.Musa Hubeis dan Heti Mulyati

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebagai salah satu produsen mie instan di Indonesia harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan daya saingnya, melalui mutu, pelayanan, serta harga. Hal tersebut dapat dikendalikan melalui pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode simulasi. Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan serta waktu tunggu yang tidak konstan.

Penelitian ini bertujuan : (1) Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, (2) Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, serta (3) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada proses produksi dan gudang, serta wawancara langsung dengan karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer Production Planning and Inventory Control (PPIC). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan dan studi pustaka. Data yang telah diperoleh diolah dengan Minitab versi 14, Microsoft Excel dan MATLAB versi 13 untuk menghasilkan peramalan penjualan produk mie instan, jumlah persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali, serta jumlah pemesanan ekonomis.

Divisi Noodle,menggunakan bahan baku tepung terigu cap Cakra Kembar, Segitiga Biru, Segitiga Hijau dan tepung tapioka. Waktu tunggu pengadaan bahan baku tepung terigu adalah tiga hari dan waktu tunggu tepung tapioka adalah tujuh hari. Biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan kekurangan bahan berbeda untuk setiap jenis bahan bakunya. Berdasarkan kebijakan perusahaan selama ini, total biaya persediaaan adalah Rp 1.647.041.822 per tahun.

(13)

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI

H24103072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK MIE INSTAN

DI PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RANI ANGGRAENI H24103072

Menyetujui, Mei 2007

Mengetahui

Tanggal Ujian : 24 Mei 2007

Tanggal Lulus :

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA

Dosen Pembimbing I

Heti Mulyati, STP, MT Dosen Pembimbing II

(15)

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1985 di kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Rani Anggraeni adalah anak bungsu pasangan ayahanda Maman Sukirman dan ibunda Ecih Sukaesih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sawitri tahun 1990, lulus tahun 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 02 Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 27 Duren Sawit, Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Dan penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta, pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajeman (FEM).

(16)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, Dipl. Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan, bantuan, motivasi, saran dan pengarahan yang berarti.

2. Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan masukan dan mendengarkan keluh kesah penulis.

3. Dr. Ir. Muhamad Syamsun, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Banu Wirawan selaku Faktory Manager pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (PT ISM), Bapak Eko S, Bapak Sakhuri, Bapak Sartono, Bapak Lili, Ibu Etti S, serta seluruh pihak dari PT ISM yang telah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan membantu terlaksananya penelitian ini.

5. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan, terima kasih atas segala saran dan masukan bagi penulis

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Mas Dedi, Mas Hadi, Pak ‘Cep, Mba Dina, Mas Yadi, Gusniawan Trihadi dan seluruh staff Departemen Manajemen FEM IPB lainnya atas bantuannya. 7. Bapak, Mama dan Kakak-Kakak ku atas segenap daya upaya yang selalu

(17)

v

9. Indras, Yusi, Dewi, Else, Ayu Irma, Evi, Restu, Kania, Dewi, Melly, Cici dan Linda F, Lindawati serta rekan-rekan manajemen 40, terima kasih atas motivasi, bantuan dan dukungannya.

10.Anak-anak Pondok Nuansa Sakinah makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan serta keceriaan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, 24 Mei 2007

(18)

vi

Halaman

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah .. ... 4

1.3. Tujuan Penelitian .. ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Persediaan... 6

2.2. Persediaan ... 6

2.2.1. Pengertian Persediaan ... 6

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan... 7

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan ... 9

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan ... 11

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan ... 14

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... ... 15

2.3.1. Peramalan Permintaan... 16

2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis ... 17

2.3.3. Lead Time... 17

2.3.4. Safety Stock... 18

2.3.5. Reorder Point... 19

2.4. Simulasi ... 20

2.4.1. Model Simulasi ... 20

2.4.2. Simulasi Monte Carlo ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 23

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

3.2. Pengumpulan Data ... 27

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3.1. Peramalan Permintaan ... 28

3.3.2. Menentukan Lead Time... 30

3.3.3. Menentukan Safety Stock... 30

(19)

vii

4.1. Gambaran Perusahaan ... 34

4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ... 34

4.1.2. Struktur Organisasi ... 35

4.1.3. Kondisi Sumber Daya Manusia Perusahaan ... 37

4.2. Aspek Produksi ... 39

4.2.1. Gambaran Produk ... 39

4.2.2. Proses Produksi ... 39

4.3 Sistem Persediaan Bahan Baku Divisi Noodle, PT ISM, Tbk ... 44

4.3.1. Kharakteristik Bahan Baku ... 45

4.3.2. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ... 47

4.3.3. Prosedur Pembelian dan Penerimaan ... 48

4.3.4. Penyimpanan Bahan Baku ... 50

4.3.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku... 52

4.3.6. Biaya-Biaya Persediaan Bahan Baku... 53

4.4 Pengendalian Persediaan Bahan Baku ... 57

4.4.1. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan ... 57

4.4.2. Peramalan Permintaan Produk Mie Instan... 59

4.4.3. Perhitungan Lead Time, Safety Stock, dan Reorder Point 65 4.4.4. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Simulasi... 67

4.4.4.1. Metode Simulasi Skenario 1... 68

4.4.4.2. Metode Simulasi Skenario 2... 73

4.5 Perbandingan Biaya Persediaan antara Model Pengendalian Persediaan di Perusahaan dengan Model Simulasi ... 78

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan... 81

2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(20)

viii

No. Halaman

1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data... 27

2. Probabilitas dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari ... 32

3. Bagan aliran proses pembuatan mie instan ... 42

4. Standar bahan baku tepung terigu ... 46

5. Biaya pemesanan bahan baku per pesanan ... 54

6. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun ... 55

7. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari... 56

8. Biaya kekurangan bahan baku per zak... 57

9. Frekuensi pemesanan per hari, rataan jumlah persediaan bahan baku, dan rataan kekurangan bahan baku per hari pada tahun 2006 ... 58

10. Total biaya persediaan bahan baku per hari ... 59

11. Total biaya persediaan bahan baku tahunan... 59

12. Kombinasi nilai konstanta pemulusan ... 62

13. Hasil peramalan jumlah penjualan produk mie instan ... 63

14. Perhitungan safety stock skenario 1 untuk masing-masing bahan baku .... 65

15. Safety stock skenario 2 untuk masing-masing bahan baku ... 66

16. Perhitungan reorder point skenario 1 untuk masing-masing bahan baku.. 66

17. Perhitungan reorder point skenario 2 untuk masing-masing bahan baku.. 67

18. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 1... 69

19. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 1 ... 70

20. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 1 ... 71

21. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 1... 72

22. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 1 ... 73

23. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Cakra Kembar skenario 2... 74

24. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Biru skenario 2 ... 75

25. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung terigu Segitiga Hijau skenario 2 ... 76

26. Biaya persediaan harian total bahan baku tepung tapioka skenario 2... 77

27. Total biaya persediaan bahan baku terendah tahunan skenario 2 ... 78

(21)

ix

No. Halaman

1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional ... 1

2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia ... 2

3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia …………... 2

4. Pangsa pasar mie instan nasional pada tahun 2005 …………... 3

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ... 13

6. Kerangka pemikiran penelitian ... 26

7. Tahapan proses simulasi ... 33

8. Diagram alir produksi mie instan... 44

9. Data penjualan mie instan pada tahun 2005... 60

10. Data penjualan mie instan pada tahun 2006... 60

11. Times series plot data penjualan mie instant pada tahun 2005-2006... 61

(22)

x

No. Halaman

1. Struktur organisasi Divisi Noodle, PT. ISM, Tbk ... 85 2. Perhitungan simpangan baku pemakaian bahan baku per hari... .... 87 3. Perhitungan peluang dan interval angka acak pemakaian bahan

(23)

1.1. Latar Belakang

Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan

yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.

Perkembangan industri mie instan dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor

pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di

Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000

konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan

53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.

Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa

industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki

peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Perkiraan konsumsi mie

instan nasional dapat dilihat pada Gambar 1.

3.7 3.8 4

4.1

4.5 5

0 1 2 3 4 5 6

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 1. Perkiraan konsumsi per kapita mie instan nasional (www.wartaekonomi.com, 2006)

Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi

produsen mie instan di Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57

perusahaan yang terjun ke dalam industri ini, setahun kemudian terjadi

peningkatan menjadi 59 perusahaan dan pada tahun 2005 terdapat 84

perusahaan. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan di Indonesia dapat

(24)

57 59

65

70

84

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 2. Perkembangan jumlah perusahaan mie instan Indonesia (www.wartaekonomi.com, 2006)

Faktor ketiga adalah meningkatnya volume produksi mie instan setiap

tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume produksi mencapai 975.000 ton,

pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi 1.272.000 ton. Perkembangan

volume produksi mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.

862 906

958 975

1272

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 3. Perkembangan volume produksi mie instan Indonesia (www.wartaekonomi.com, 2006)

PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen mie

instan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan

beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie

instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya

perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk

menurun menjadi 70%. Pembagian pangsa pasar mie instan di Indonesia

(25)

Lain-lain, 10%

wings food, 20%

indofood, 70%

Gambar 4. Pangsa pasar mie instan nasional tahun 2005 (www.wartaekonomi.com, 2006)

Banyaknya produk mie instan yang beredar di pasaran dan persaingan

tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan PT ISM, Tbk harus

dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing. Salah satu cara

meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus mengoptimalkan kinerja

dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.

Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting

dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan

merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh

sebab itu, perusahaan harus memperhatikan setiap kegiatan produksinya dan

meningkatkan efisiensi produksi agar dapat menekan biaya secara

keseluruhan. Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengendalian persediaan bahan baku dengan baik.

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena

bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik

apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan

menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu, jika bahan baku

yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini

menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan

perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di

gudang.

Selain itu, sebagian besar perusahaan melibatkan investasi yang besar

pada aspek persediaan bahan baku, yaitu 30-40% (Hill, 1994). Divisi

Noodle, PT ISM, Tbk menggunakan bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebesar 1.394.837 zak per

tahun dan 10.902 zak per tahun. Jumlah persediaan bahan baku yang

(26)

opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih menguntungkan.

Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak mencukupi

kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses produksi dan

operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan

biaya pengadaan darurat yang lebih mahal. Selain itu juga mengakibatkan

mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang dan dapat

membuat konsumen kecewa, serta beralih kepada merek atau perusahaan

lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku mutlak harus

dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi perusahaan

atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode

simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa

situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model

manajemen operasi sederhana sehingga dapat memecahkan permasalahan.

Tipe simulasi yang menunjukan peluang dari perusahaan untuk

menyelesaikan masalah dengan pengambilan contoh secara acak adalah

simulasi Monte Carlo. Metode simulasi ini perlu dikembangkan untuk dapat

menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat

meminimalkan total biaya persediaan pada saat permintaan dan waktu

tunggu yang tidak konstan. Di dalam penelitian ini model simulasi yang

dikembangkan adalah model simulasi skenario 1 dan model simulasi

skenario 2. Model simulasi skenario 1 adalah model simulasi berdasarkan

reorder point perhitungan penulis. Model simulasi skenario 2 adalah model simulasi berdasarkan reorder point perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmurm Tbk ?

(27)

3. Seberapa besar tingkat pemesanan bahan baku dan biaya persediaan

bahan baku yang optimal bagi Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis sistem persediaan bahan baku pada Divisi

Noodle, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

2. Menghitung dan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku

dengan metode simulasi pada PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

3. Menghitung dan mengevaluasi tingkat pemesanan bahan baku dan biaya

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Persediaan

Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu

mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang

sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat

persediaan, menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan

harus diisi dan berapa besar pesanan harus dilakukan.

Sistem persediaan bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya

sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang

tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk

meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan

pesanan dilakukan secara optimal (Handoko, 2000).

2.2. Persediaan

2.2.1. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau

dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang

disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam

proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk

dijual (Kusuma, 2004). Pengertian persediaan menurut Pardede

(2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk

digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan

terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui

proses produksi atau pembelian lebih besar daripada jumlah yang

digunakan (dijual atau diolah sendiri).

Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang

jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer,

2005). Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva

yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

(29)

barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,

ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi.

2.2.2. Peranan dan Fungsi Persediaan

Menurut Sumayang (2003) terdapat tiga alasan mengapa

persediaan diperlukan :

1. Menghilangkan Pengaruh Ketidakpastian.

Untuk menghadapi ketidakpastian, pada sistem persediaan

ditetapkan persediaan darurat yang dinamakan safety stock.

2. Memberi Waktu Luang untuk Pengelolaan Produksi dan

Pembelian.

Tujuan ini memberikan kemudahan untuk :

a. Memberikan kemungkinan untuk menyebarkan dan

meratakan beban biaya investasi pada sejumlah produk.

b. Memungkinkan penggunaan satu peralatan untuk

menghasilkan bermacam-macam jenis produk.

3. Mengantisipasi Perubahan pada Demand dan Supply.

Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang

menunjukan perubahan demand dan supply.

a. Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan

baku.

b. Sebagai persiapan menghadapi promosi pasar, dimana

sejumlah besar barang jadi disimpan menunggu penjualan

tersebut.

c. Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan mengalami kelebihan produk pada kondisi

permintaan yang rendah atau pada kondisi musim lesu atau

low season. Kelebihan produk akan disimpan sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi

(30)

Alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik

menurut Assauri (2000) adalah :

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi,

untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses

yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan

pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian

membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari

yang lainnya.

Menurut Assauri (2000), persediaan yang diadakan mulai dari

bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi yang mana berguna

untuk :

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau

bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik,

sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman

sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin

kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya

dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi

atau memberikan jaminan tetap tersediannya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan

penggunaan atau penjualannya.

Menurut Rangkuti (2004) terdapat tiga fungsi persediaan, yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi decoupling persediaan adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan

pelanggan tanpa tergantung kepada pemasok. Persediaan bahan

(31)

tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu

pengiriman. Persediaan barang dalam proses dilakukan agar

departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan

terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk

memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para

pelanggan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Fungsi economic lot sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan

pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan

sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan

berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu

permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat

mengadakan persediaan musiman atau seasional inventories. Selain itu perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian

jangka waktu pengriman dan permintaan barang-barang selama

periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan

persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman atau safety stock.

2.2.3. Jenis dan Tipe Persediaan

Menurut Assauri (2000), berdasarkan fungsinya persediaan

dibedakan atas :

1. Batch stock atau lot size inventory adalah persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau

barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah

yang dibutuhkan pada saat itu.

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat

(32)

3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengahadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,

berdasarkan pola musiman yang terdapat pada satu tahun dan

untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang

meningkat.

Menurut Handoko (2000), berdasarkan jenisnya persediaan dapat

dibedakan atas :

1. Persediaan bahan mentah atau raw material, yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti baja, kayu, dan

komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau

dibeli dari para pemasok atau dibuat sendiri oleh perusahaan

untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan atau purchased part, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari

komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara

langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan penolong atau supplies, yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi

tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses atau work in process, yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap

bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi

suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi

barang jadi.

5. Persediaan barang jadi atau finished goods, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam

pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Pembagian tipe persediaan berdasarkan sifat permintaan

(Sumayang, 2003), terbagi atas :

(33)

permintaan atau penggunaaannya tidak bergantung kepada

produk atau bahan baku lain.

2. Dependent demand (Permintaan terikat) atas persediaan, yaitu persediaan untuk jenis-jenis produk atau bahan baku yang

permintaan atau penggunaaannya bergantung kepada produk atau

bahan baku lain. Biasanya digunakan untuk jenis-jenis

persediaan komponen dan barang dalam proses untuk

menghasilkan produk akhir.

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Pelaksanaan persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan

akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dengan

bahan baku. Faktor-faktor tersebut menurut Ahyari (1999) adalah :

1. Perkiraan Pemakaian

Perkiraan bahan baku yang dipergunakan dalam proses

produksi pada suatu produk dilakukan sebelum melakukan

kegiatan pembelian bahan baku. Perkiraan kebutuhan bahan baku

ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku

yang akan dipergunakan dalam perusahaan untuk keperluan

proses produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan

berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan untuk

investasi dalam persediaan bahan baku.

3. Biaya-Biaya Persediaan

Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku

ini sudah selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan

besarnya persediaan bahan baku. Terdapat dua tipe biaya, yaitu

biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rataan

persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin

(34)

4. Kebijakan Pembelanjaan

Besarnya bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan

tergantung kepada kebijakan pembelanjaan dari dalam

perusahaan tersebut.

5. Pemakaian Sesungguhnya

Untuk dapat menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku

mendekati kepada kenyataan, harus dianalisa besarnya

penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan dan

hubungannya dengan pemakaian yang sudah disusun. Selain itu

harus diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya

dari periode-periode yang lalu.

6. Waktu Tunggu

Waktu tunggu atau lead time adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya

bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu harus diperhatikan karena

berhubungan dengan penentuan saat pemesanan kembali. Dengan

diketahuinya waktu tunggu yang tepat, maka perusahaan dapat

membeli pada saat yang tepat pula, sehingga risiko penumpukan

persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal

mungkin.

Hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan

bahan baku tersebut ditunjukan pada Gambar 5.

Menurut Yamit (2003), terdapat empat faktor yang

mempengaruhi persediaan, diantaranya :

1. Faktor Waktu

Faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan

distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu

diperlukan untuk membuat jadwal produksi, memotong bahan

baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi

(35)

Biaya-Biaya

Persediaan Harga Bahan Baku

Kebijakan Pembelanjaan

Perkiraan Pemakaian Jumlah Pembelian Optimal

Pemakaian Sesungguhnya

Waktu Tunggu

Persediaan Pengaman Persediaan Bahan Baku

Pembelian/

Pemesanan Kembali Produksi 2. Faktor Ketidakpastian Waktu Datang dari Pemasok

Faktor ini menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan,

agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan

pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian ini dapat diredam

dengan mengadakan persediaan.

3. Faktor Ketidakpastian Penggunaan dari Dalam Perusahaan

Faktor ini disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan

permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat

dan berbagai kondisi lainnya.

4. Faktor Ekonomis

Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif

biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan

menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam

jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan

[image:35.612.150.497.387.615.2]

harga yang dapat menurunkan biaya.

(36)

2.2.5. Biaya-Biaya Persediaan

Menurut Rangkuti (2004) untuk mengambil keputusan penentuan

besarnya jumlah persediaan, biaya-biaya yang harus

dipertimbangkan adalah :

1. Biaya Penyimpanan atau Holding Cost

Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.

Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila

kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rataan

persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai

biaya penyimpanan adalah :

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan termasuk penerangan,

pendingin ruangan, dan sebagainya.

b. Biaya modal atau opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

c. Biaya keusangan.

d. Biaya perhitungan fisik.

e. Biaya asuransi persediaan.

f. Biaya pajak persediaan.

g. Biaya pencurian, pengerusakan, atau perampokan.

h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.

2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost

Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan

potongan kuantitas) tidak naik, apabila kuantitas pesanan

bertambah besar. Biaya-biaya pesanan meliputi :

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.

b. Upah.

c. Biaya telepon.

d. Pengeluaran surat menyurat.

e. Biaya pengepakan dan penimbangan.

(37)

h. Biaya utang lancar dan sebagainya.

3. Biaya Penyiapan atau Set-Up Cost

Biaya penyiapan atau set-up cost terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan.

Biaya-biaya ini terdiri dari :

a. Biaya mesin-mesin menganggur.

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung.

c. Biaya penjadwalan.

d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan atau Shortage Cost Biaya kehabisan atau kekurangan bahan atau shortage cost adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi

adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya

kekurangan bahan adalah :

a. Kehilangan penjualan.

b. Kehilangan pelanggan.

c. Biaya pemesanan khusus.

d. Biaya ekspedisi.

e. Kehilangan keuntungan.

f. Terganggunya operasi.

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

2.3. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah

persediaan pada tingkat yang dikehendaki (Sumayang, 2003). Sedangkan

pengertian pengendalian persediaan menurut Menurut Pardede (2003),

adalah segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya

bahan-bahan sediaan dalam jumlah tertentu dan pada satu titik waktu

tertentu.

Menurut Assauri (2000), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan

untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi

(38)

perusahaan dengan efektif dan efisien. Kebijakan pengendalian persediaan

bahan baku meliputi peramalan permintaan, penentuan jumlah pemesanan

ekonomis, lead time, safety stock dan reorder point. 2.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau estimasi tingkat

kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Dalam

lingkungan perusahaan, peramalan banyak digunakan untuk

memprediksi atau mengestimasi permintaan pada masa yang akan

datang (Yamit, 2003).

Peramalan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa

lampau kemasa depan. Peramalan permintaan adalah istilah yang

sangat populer di dunia bisnis dan menyangkut permalan permintaan

yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan

perhitungan tertentu (Indrajit dan Pranoto, 2003).

Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan

adalah :

1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan

berfungsi juga di masa yang akan datang.

2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu

berbeda dengan permintaan yang diramalkan.

3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu

yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang

yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk waktu

yang panjang.

Salah satu metode untuk menghitung peramalan adalah metode

Winters. Metode Winters adalah salah satu metode peramalan yang

digunakan untuk meramalkan seasonal time series data (data deret waktu musiman). Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi

dua jenis yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model

multiplikatif pada prinsipnya mengandung penggandaan antara

(39)

aditif mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen

musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada

musim tertentu proporsional terhadap musim-musim sebelumnya.

Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika perbedaan data pada

setiap musim relatif konstan (Montgomery et al., 1990). 2.3.2. Jumlah Pemesanan Ekonomis

Menurut Rangkuti (2004), jumlah pemesanan ekonomis adalah

jumlah pemesanan bahan mentah pada setiap kali pesan dengan

jumlah biaya yang paling rendah. Jumlah pemesanan ekonomis

merupakan besarnya pesanan yang diadakan agar menghasilkan

biaya-biaya persediaan yang minimal (Assauri, 2000).

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis, harus

diupayakan agar biaya-biaya penyimpanan, kekurangan bahan dan

pemesanan diperkecil. Jumlah pemesanan ekonomis dan waktu

pemesanan kembali dapat diperoleh dengan menggunakan metode

simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan

untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.

2.3.3. Lead Time

Di dalam pengisian persediaan terdapat suatu perbedaan waktu

yang cukup lama antara saat mengadakan pemesanan untuk

penggantian kembali persediaan dengan saat penerimaan

barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan dimasukkan ke dalam

persediaan. Perbedaan waktu inilah yang disebut lead time.

Pengertian lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan

bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang

persediaan (Assauri, 2000).

Menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu mempunyai

dua macam biaya, yaitu :

1. Biaya Penyimpanan Tambahan

Biaya penyimpanan tambahan (BPT) atau sering disebut

(40)

dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan oleh karena datangnya bahan yang

dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.

2. Biaya Kekurangan Bahan

Biaya kekurangan bahan (BKB) atau sering disebut dengan

stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk

keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan

bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan

contoh dari biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan

apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan

berarti proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan

kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang

dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.3.4. Safety Stock

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan

untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

bahan. Kekurangan bahan dapat disebabkan karena penggunaan

bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.

Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan

bahan, tetapi menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000).

Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah

persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor

yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :

1. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang

2. Keragaman permintaan pada masa tenggang

3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.

Besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan

(41)

1. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tidak Tetap dan

Lead Time Tetap.

SS = Z L(σd)...(1)

SS = Safety stock Z = Service level L = Lead time

d

σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari

2. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan Tetap dan Lead Time Tidak Tetap.

SS = Z d ( Lσ ) ...(2)

SS = Safety stock Z = Service level

d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari

L

σ = Simpangan baku dari lead time

3. Persediaan Pengaman Untuk Jumlah Permintaan dan Lead Time Tidak Tetap.

SS = Z L( d)2 d2( L)2 σ +

σ ...(3)

SS = Safety stock Z = Service level

d

σ = Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per hari

d = Tingkat pemakaian bahan baku per hari

L = Lead time L

σ = Simpangan baku dari lead time 2.3.5. Reorder Point

Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat

dimana pemesanan harus diadakan kembali. Menurut Rangkuti

(2004), ROP merupakan batas titik jumlah pemesanan kembali

termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa

(42)

ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam

stok berkurang terus. Dengan demikian, perusahaan harus

menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang

harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Umumnya, model ROP ditentukan oleh sifat pemakaian, yaitu :

1. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tetap.

Dalam model ini, besarnya permintaan tetap, sehingga tidak

ada penambahan persediaan. Rumusnya adalah :

ROP = d x L………...(4)

ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.

L = Lead time untuk pemesanan baru (hari).

2. ROP dengan Tingkat Pemakaian Bahan Baku Tidak Tetap

Dalam model ini, besarnya permintaan tidak tetap. Besarnya

ROP pada model ini merupakan penjumlahan antara besarnya

permintaan yang diharapkan selama masa tenggang dan

persediaan tambahan atau disebut dengan safety stock. Maka rumusnya menjadi :

ROP = (d x L) + SS...………...……...(5) ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari)

= Pemakaian bahan baku tahunan : jumlah hari kerja tahun.

L = Lead time untuk pemesanan baru (hari) SS = Safety Stock atau persediaan pengaman (unit) 2.4. Simulasi

2.4.1. Model Simulasi

Menurut Render dan Heizer (2005) simulasi diartikan sebagai

sebuah usaha untuk menyalin fitur, tampilan dan karakteristik sebuah sistem nyata. Dalam simulasi suatu sistem diabstraksikan dalam

bentuk model matematika yang biasanya melalui sebuah model yang

(43)

menggambarkan sistem yang sesungguhnya. Model ini kemudian

akan digunakan untuk memperkirakan efek dari berbagai tindakan.

Simulasi mampu menyediakan suatu pendekatan alternatif untuk

permasalahan yang sangat kompleks secara matematik.

Sebagai alat analisa, simulasi mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Menurut Render dan Heizer (2005), kelebihan dan

kekurangan simulasi dalam manajemen produksi operasi dijelaskan

berikut :

1. Kelebihan Simulasi

a. Simulasi relatif sederhana dan fleksibel.

b. Kemajuan software membuat beberapa model simulasi mudah untuk dikembangkan.

c. Simulasi dapat digunakan untuk menganalisis situasi nyata

dunia yang luas dan rumit yang tidak bisa diselesaikan

dengan menggunakan model analisis kuantitaif konvensional.

d. Simulasi memungkinkan pertanyaan “bagaimana akibatnya

jika”. Para manajer ingin mengetahui terlebih dahulu pilihan

mana yang menjadi pilihan yang paling menarik. Dengan

sebuah model yang terkomputerisasi, seorang manajer dapat

mencoba beberapa keputusan kebijakan dalam waktu yang

hanya beberapa menit.

e. Simulasi tidak bertentangan dengan sistem dunia nyata.

f. Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari hubungan

dampak dari sebuah komponen atau peubah untuk

mengetahui komponen atau peubah mana yang penting.

g. Simulasi memungkinkan adanya faktor pemadatan waktu.

Dampak dari pemesanan, iklan dan kebijakan lain dalam

waktu bulanan atau tahunan dapat diperoleh dengan simulasi

komputer dalam waktu yang singkat.

2. Kekurangan Simulasi

a. Model simulasi yang baik untuk situasi yang rumit dapat

(44)

membutuhkan waktu yang lama dan proses sangat rumit

untuk mengembangkannya.

b. Simulasi tidak menghasilkan solusi untuk suatu masalah

seoptimal alat analisis kuantitatif lainnya. Simulasi

merupakan sebuah pendekatan trial and error yang dapat menghasilkan solusi berbeda jika diulangi.

c. Para manajer harus menetapkan semua kondisi dan kendala

untuk solusi yang ingin mereka uji. Model simulasi tidak

menghasilkan jawaban tanpa adanya input yang cukup dan realistis.

d. Setiap model simulasi bersifat unik. Solusi sebuah model dan

kesimpulannya pada umumnya tidak dapat diterapkan pada

persoalan lain.

2.4.2. Simulasi Monte Carlo

Menurut Yamit (2003), Simulasi Monte Carlo adalah tipe

simulasi peluang untuk mencari penyelesaian masalah dengan

penarikan contoh dari proses acak.

Menurut Render dan Heizer (2005), terdapat lima langkah di

dalam teknik simulasi Monte Carlo, yaitu :

1. Menetapkan Distribusi Peluang

Tujuan umum membuat distribusi peluang bagi setiap peubah

adalah untuk membangkitkan nilai setiap peubah dari model

yang sedang diuji. Peluang atau frekuensi relatif untuk setiap

nilai yang mungkin bagi setiap peubah ditentukan dengan

membagi frekuensi dari setiap nilai yang mungkin bagi peubah

dengan jumlah pengamatan. Dalam sistem dunia nyata, sebagian

besar peubah memiliki peluang alami.

2. Membuat Distribusi Peluang Kumulatif Bagi Setiap Peubah

Distribusi kumulatif merupakan akumulasi peluang individu

(45)

3. Menetapkan Interval Angka Acak.

Angka acak merupakan serangkaian digit yang telah dipilih

oleh sebuah proses acak yang sempurna.

4. Membangkitkan Angka Acak

Angka acak dapat dibangkitkan dengan dua cara. Jika

persoalan yang dihadapi besar dan proses yang sedang diteliti

melibatkan banyak percobaan simulasi, maka digunakan program

komputer untuk membangkitkan angka acak. Jika simulasi

dilakukan dengan perhitungan tangan, angka acak dapat diambil

dari sebuah tabel angka acak.

5. Mensimulasikan Serangkaian Percobaan

Peubah yang akan digunakan dalam simulasi dibuat dalam

berbagai variasi. Variasi-variasi dari peubah tersebut pada tahap

ini dicoba untuk disimulasikan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Purwani (2006) mengenai Kajian Persediaan Bahan

Baku Kulit Sintetik di Perusahaan Sumber Karya Indah (SKI) dengan

menggunakan Metode Simulasi menunjukan bahwa pengendalian persediaan

bahan baku pada perusahaan SKI belum optimal. Hal ini dilihat dari total

biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan SKI

mengeluarkan Rp 13.716.000,00 per tahun untuk biaya persediaan.

Sedangkan dengan metode simulasi Perusahaan SKI mengeluarkan Rp

1.841.191,00 per tahun. Hal ini menunjukan dengan menggunakan metode

simulasi perusahaan dapat melakukan penghematan 86%.

Dalam penelitian Putra (2005) mengenai Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Produk Ban pada PT Goodyear Indonesia, Tbk,

Bogor, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan yang

dilakukan perusahaan masih belum optimal. Untuk bahan baku lokal, terlihat

perbedaan frekuensi pemesanan bahan baku relatif sangat kecil.

Penghematan yang dapat dilakukan apabila perusahaan menggunakan

(46)

metode EOQ menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan dengan

menggunakan metode EOQ mencapai 16,44%.

Dalam penelitian Anggraini (2002) mengenai Analisis Pengendalian

Persediaan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Utama Produk Biskuit pada

PT Arnott’s Indonesia. Penelitian ini membandingkan metode MRP, yaitu

teknik Lot for Lot, teknik EOQ dan Teknik PBB, dengan metode yang diterapkan oleh perusahaan. Hasil perbandingan tersebut menunjukan bahwa

pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan belum

optimal. Penghematan terbesar yang dapat dilakukan adalah apabila

perusahaan menggunakan teknik Lot for Lot. Metode EOQ dapat digunakan oleh perusahaan, karena metode EOQ dapat melakukan penghematan biaya

persediaan bahan baku, walaupun tidak sebesar apabila menggunakan teknik

Lot for Lot. Metode EOQ lebih relevan digunakan oleh perusahaan daripada metode Lot for Lot, karena metode Lot for Lot meminimumkan jumlah persediaan di gudang dapat menimbulkan resiko kekurangan bahan baku

(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bahan baku perlu mendapat perhatian ekstra dari perusahaan, karena

bahan baku sangat menentukan mutu produk mie instan itu sendiri. Sebaik

apapun proses produksi mie instan suatu perusahaan, tidak akan

menghasilkan produk mie instan yang baik dan bermutu jika bahan baku

yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini

menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku mutlak perlu dilakukan

perusahaan, baik dari saat pemesanan sampai dengan penyimpanan di

gudang.

Jumlah persediaan bahan baku yang berlebihan akan meningkatkan

biaya penyimpanan dan akan menyebabkan opportunity cost atas modal yang seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain yang lebih

menguntungkan. Sebaliknya, jumlah persediaan bahan baku yang tidak

mencukupi kebutuhan akan menyebabkan terganggunya kontinuitas proses

produksi dan operasi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus

mengeluarkan biaya pengadaan darurat yang lebih mahal dan juga

mengakibatkan mutu pelayanan perusahaan kepada konsumen berkurang

serta dapat membuat konsumen kecewa atau beralih kepada merek atau

perusahaan lain. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan baku,

mutlak harus dilakukan perusahaan mengingat konsukuensi yang dihadapi

perusahaan atas kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku.

Salah satu metode pengendalian persediaan bahan baku adalah metode

simulasi. Metode simulasi adalah suatu metode yang mampu menganalisa

situasi dunia nyata yang kompleks dan rumit menjadi sebuah model

manajemen operasi sederhana, sehingga dapat memecahkan permasalahan.

Metode simulasi jika diterapkan pada sistem persediaan bahan baku dapat

menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang dapat

meminimalkan biaya total persediaan pada saat permintaan dan waktu

tunggu yang tidak konstan. Tipe simulasi yang menunjukkan peluang dari

(48)

secara acak adalah simulasi Monte Carlo. Simulasi skenario 1 dan skenario

2 dikembangkan agar dapat megendalikan persediaan bahan baku untuk

meperoleh tingkat persediaan yang optimal sehingga menunjang kelancaran

produksi serta dapat memenuhi jadwal produksi barang dengan ketentuan

[image:48.612.125.510.215.671.2]

yang disepakati. Simuasi skenario 1 adalah simulasi berdasarkan reorder point. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian Sistem Persediaan Bahan Baku

Persaingan Antara Produsen Mie Instan yang Semakin Meningkat

Perusahaan Harus Mempertahankan Kelangsungan Hidup dan Meningkatkan Daya Saing

Fungsi Produksi dan Operasi

Pengendalian Persediaan Bahan baku

Tingkat Persediaan dan Kebijakan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku yang Optimal

Model Simulasi dengan Skenario 1 dan 2 Model Persediaan di

Perusahaan

(49)

3.2. Pengumpulan Data

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan

pertimbangan bahwa PT ISM merupakan salah satu perusahaan pangan

terbesar di Indonesia dan memproduksi produk mie instan yang memliki

pangsa pasar sebesar 70%.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer

adalah data yang langsung dikumpulkan dari Divisi Noodle, PT Indofood Sukses Makmur (ISM), Tbk. Data primer diperoleh dari pengamatan

langsung pada proses produksi dan gudang serta wawancara langsung

dengan berbagai pihak yang berkepentingan seperti bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC), karyawan bagian bahan baku, karyawan bagian gudang, supervisor bagian Quality Control (QC) dan manajer PPIC.

Data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk

dokumen tertulis. Data sekunder diperoleh dari

dokumen-dokumen dan laporan-laporan manajemen perusahaan, terutama bagian

produksi dan logistik, literatur, hasil penelitian terdahulu, bahan pustaka,

internet maupun data instasi seperti BPS dan instasi yang terkait. Kebutuhan,

jenis, metode dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Identifikasi

perkembangan industri mie instan di Indonesia.

Sekunder Studi literature Internet

Data umum perusahaan:

ƒ Sejarah dan perkembangan perusahaan

ƒ Visi dan misi perusahaan

ƒ Lokasi perusahaan

ƒ Struktur organisasi perusahaan

ƒPrimer

ƒSekunder

ƒ Survai

ƒ Wawancara

ƒ Dokumen dan laporan

perusahaan

(50)

Lanjutan Tabel 1.

Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data Data khusus

perusahaan:

ƒ Data produksi

ƒ Data penjualan barang jadi

ƒ Data pemesanan bahan baku

ƒ Data pemakaian bahan baku.

ƒ Data laporan persediaan bahan baku

ƒ Data harga beli per unit bahan baku

ƒ Data biaya persediaan bahan baku

ƒ Data lead time (waktu tunggu) dan safety stock (persediaan pengaman)

ƒPrimer

ƒSekunder

ƒ Survai

ƒ Wawancara

ƒ Dokumen dan laporan bagian produksi, PPIC, dan gudang

Bagian PPIC, Divisi Noodle, PT ISM, Tbk

3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Peramalan Permintaan

Peramalan permintaan merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan meramalkan atau memproyeksikan permintaan yang akan

datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan

perhitungan tertentu. Alat yang digunakan untuk meramalkan

permintaan pada penelitian ini adalah metode Winters. Metode

Winters adalah salah satu metode peramalan yang digunakan untuk

meramalkan data deret waktu musiman.

Perhitungan peramalan dengan metode winters menggunakan

perangkat lunak Minitab versi 14. Perhitungan metode Winters ini

(51)

1. Memplotkan Data

Pada tahap ini data deret waktu harus diplotkan dalam bentuk

grafik. Tujuan dari memplotkan data dalam bentuk grafik adalah

untuk melihat bagaimana pola data tersebut. Jika data berpola

musiman, maka data dapat diramalkan dengan metode Winters.

2. Pengidentifikasian Model

Model dari data musiman dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu model multiplikatif dan model aditif. Model multiplikatif

pada prinsipnya mengandung penggandaan antara komponen

trend dengan komponen musim sedangkan untuk model aditif

mengandung penjumlahan komponen trend dengan komponen musim. Model multiplikatif biasanya digunakan jika data pada

musim tertentu proporsional terhadap musim-musim

sebelumnya. Sedangkan model aditif biasanya digunakan jika

perbedaan data pada setiap musim relatif konstan.

Model yang sesuai untuk meramalkan permintaan penjualan

mie instan pada Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah model multiplikatif. Data deret waktu musiman multiplikatif

digambarkan dengan model berikut :

(

+

)

= 1 2 t t

t b b t c

x ………...(6)

Dimana b1merupakan konstanta pemulusan dasar atau komponen

permanen, b2 merupakan konstanta pemulusan trend,

ctmerupakan konstanta pemulusan musiman dan εt adalah

komponen acak.

3. Pengestimasian Nilai Kostanta Pemulusan

Nilai konstanta pemulusan model diestimasikan dengan cara

trial and error. Nilai setiap konstanta pemulusan ditentukan secara sub

Gambar

Gambar 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku (Ahyari, 1999)
Gambar 6. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2. Peluang dan interval angka acak untuk pemakaian bahan baku per hari
Gambar 7.  Tahapan proses simulasi (Render dan Heizer, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kedua bahan baku, biaya pemesanan dengan metode EOQ menghasilkan biaya pemesanan yang lebih besar, hal ini disebabkan oleh karena frekuensi pemesanan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengendalian persediaan bahan baku yang efisien, sehingga diperoleh biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimum dengan jumlah

Dengan diperolehnya jumlah kebutuhan bahan baku tersebut, faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan ukuran pemesanan adalah jumlah permintaan, data biaya persediaan

Secara umum, total biaya persediaan semen pada Talise Paving terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan

Total biaya persediaan bahan baku di UKM WIRA BAG’S PRODUCTION dihitung dengan mengetahui total kebutuhan bahan baku, pembelian rata-rata bahan baku, biaya pemesanan dalam

Berdasarkan penelitian, dengan menggunakan metode EOQ model Q untuk manajemen persediaan bahan baku kayu pada industri furnitur dapat mengefisiensikan total biaya persediaan mencapai

Penelitian kuantitatif ini dilakukan untuk memberikan data persediaan bahan baku ekonomis yang dapat diterapkan oleh perusahaan dan menganalisis perbandingan biaya persediaan bahan baku

Jurnal Insitusi Politeknik Ganesha Medan Juripol, Volume 3 Nomor 2, 2020 181 Adapun biaya promosi, distribusi dan penjualan beberapa produk mie instan dapat dilihat pada Tabel 4