6 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran Matematika a. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, “mathein” atau “manthenein” yang berarti mempelajari. Kata Matematika juga diduga erat hubungannya dengan kata dari Bahasa Sansekerta, “medha” atau “widya” yang berarti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Menurut Jujun S (2007) dalam Wahyudi Kriswandani 2013, Matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari emosi. Matematika sebagai bahasa merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Dalam pedoman Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika merupakan sarana komunikasi sains tentang pola-pola yang berguna untuk melatih berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Pengertian Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan - bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol. Mata pelajaran Matematika merupakan bahan kajian dan pelajaran dalam bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika selain sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin lain. Kegiatan belajar mengajar Matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta didik yang belajar Matematika itupun berbeda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus kemampuan yang belajar.
Jadi pembelajaran Matematika adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran Matematika yaitu memahami dan mengaplikasikan konsep Matematika, memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan serta menggunakan kemampuan penalaran dan kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah
b. Tujuan Matematika
Salah satu tujuan Matematika di SD adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi Matematika pada tingkat pendidikan lanjutan.
Sedangkan tujuan pembelajaran Matematika sekolah di SD yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut Aisyah (2007):
1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD
Salah satu bidang garapan mata pelajaran Matematika di SD, diantaranya operasi hitung. Operasi hitung merupakan dasar utama bagi siswa karena operasi hitung mandasari dengan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu konsep-konsep dasar Matematika harus dikuasai siswa sejak dini, yang akhirnya terampil dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Jean Piaget siswa SD masih belum berfikir formal karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret.
Adapun tingkat berfikir anak menurut Jean Piaget adalah : 1) Berfikir pada tingkat konkret
Anak yang tingkat berfikirnya masih konkret tidak akan mengerti apa yang dimaksud dengan ”dua” tanpa ditunjukkan dua benda real (sebenarnya). Begitu pula ia tidak dapat menjumlahkan ”dua tambah tiga” tanpa bantuan benda real.
2) Berfikir pada tingkat semi konkret
Anak yang berfikirnya pada tingkat semi konkret dapat mengerti arti ”dua” bila dibantu dengan gambar bendanya dua buah, tanpa benda sebenarnya.
3) Berfikir pada tingkat semi abstrak
Anak pada tingkat berfikir ini dapat mengerti arti bilangan, operasi bilangan tertentu cukup menggunakan turus (tally) saja.
4) Berfikir pada tingkat abstrak
Anak yang tingkat berfikirnya abstrak dapat mengerti bilangan, operasi bilangan tanpa benda sebenarnya, tanpa gambar benda sebenarnya, dan tanpa menggunakan turus.
Menurut Bruner siswa SD masih belum belajar secara formal karena masih berorientasi terhadap benda – benda konkret.
Adapun tahapan teori belajar menurut Bruner adalah : 1) Tahap enaktiv
Siswa belajar konsep dengan memanipulasi benda-benda (objek) konkret secara langsung.
2) Tahap ikonik (pictoral)
Siswa memahami konsep matematika yang bersifat abstrak itu dengan bantuan model-model semi konkret berupa gambar atau grafik, tabel, bagan, peta dan lain sebagainya.
3) Tahap simbolik
Siswa belajar konsep dan operasi matematika langsung dengan kata-kata atau simbol-simbol tanpa bantuan objek konkret maupun model semi konkret lagi.
Hal ini berarti belajar Matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya Subarinah (2006). Mata pelajaran Matematika merupakan bahan kajian dan pelajaran dalam bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika selain sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
d. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten.
Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.
2.1.2 Model Pembelajaran Cooperative Script a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script
Model Pembelajaran merupakan pola yang digunakan guru dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk dalam setting pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran merupakan inti atau jantungnya strategi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam kerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pola hubungan kerja seperti itu, memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk keberhasilannya, berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu atau peran serta anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama- sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran yaitu teman sebaya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat kerja sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain, sedangkan cooperative script adalah salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif.
Model Cooperative Script adalah salah satu dari beberapa model yang ada di model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Metode ini dikemukakan oleh Danserau dan kawan-kawan pada tahun 1985. Menurut Suyatno (2009) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Adapun pengertian pembelajaran kooperatif adalah sebagi berikut :
a. Menurut Nurhadi (2004) pembelajarn kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
b. Menurut Ibrahim (2002) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur, tugas, tujuan dan hadiah.
c. Menurut Trianto (2009) pembelajaran cooperative adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan adanya kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan belajar bersama.
Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson dalam Hadi (2007) adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
Brousseau (2002) dalam Hadi (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. Model Cooperative Script menurut Departemen Nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari.
Jadi model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian bersama pasangan masing-masing.
b. Manfaat Model Pembelajaran Cooperative Script
Manfaat dari penggunaan model pembelajaran Cooperative Script dalam proses pembelajaran adalah :
1. Dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.
2. Dapat meningkatkan keaktifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya
3. Dapat melatih keterampilan berfikir siswa, melalui kegiatan yang dirancang pada Cooperative Script, siswa akan dituntut untuk dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan upaya efektif agar dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan waktu yang telah disediakan
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Script
Setiap model pasti ada kelebihan dan kekurangannya, demikian pula pada model Cooperative Script terdapat pula kelebihan dan kekurangannya yakni :
Kelebihan:
Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Sehubungan
dengan itu maka kelebihan dari model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Cooperative Script mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain.
2. Model pembelajaran Cooperative Script mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.
3. Model pembelajaran Cooperative Script membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.
4. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain.
5. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban.
6. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran Cooperative Script membantu memotivasi siswa dan mendorong pemikirannya.
7. Dapat meningkatkan atau mengembangkan keterampilan berdiskusi.
8. Memudahkan siswa melakukan interaksi sosial.
9. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
10. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
11. Setiap siswa mendapat peran.
12. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Adapun yang menjadi kekurangan dari Model pembelajaran Cooperative Script ini adalah :
1. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya.
2. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script.
Sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.
3. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok.
4. Sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.
5. Penilaian terhadap murid sebagai individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.
6. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
7. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut.
d. Langkah–langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Cooperative Script menurut Riayanto (2009),adalah sebagai berikut :
(1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
(2) Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
(3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
(4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/
menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
(5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
(6) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
(7) Penutup
Fokus langkah-langkah pembelajaran Cooperative Script diatas yaitu siswa berpasangan, siswa meringkas materi, selanjutnya pembagian peran pembaca dan pendengar, diskusi siswa dan tukar peran.
Sedangkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Cooperative Script yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa duduk berpasangan ( 2 orang ) 2. Tiap siswa diberikan materi
3. Masing-masing siswa membuat simpulan dari materi yang telah diterimanya
4. Siswa dan guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan pendengar
5. Pembicara menjelaskan hasil simpulannya kepada pendengar dengan menambahkan informasi lain yang mereka punya
6. Pendengar menyimak dan mengoreksi jika ada kesalahan dari pembicara serta membantu mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan dari materi 7. Bertukar peran, semula siswa yang menjadi pembaca sekarang menjadi pendengar
dan sebaliknya
8. Siswa bersama guru membuat kesimpulan 9. Penutup
Keberhasilan kelompok belajar tergantung pada usaha setiap anggotanya. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning.
Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut.
Jadi model pembelajaran Cooperative Script adalah suatu pola belajar kelompok yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka saling bergantian peran sebagai seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan mereka secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas.
2.1.3 Hasil Belajar a. Pengertian Belajar
Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu ( KBBI, 1998 ).
Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju kearah yang lebih baik dengan cara sistematis. Bruner mengemukakan proses belajar yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi.
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar.
Sedangkan menurut Fahmi dalam Mustaqim (2009) sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya Sumiati(2008). Perubahan-perubahan perilaku tersebut merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik Aqib (2007). Slavin dalam Anni (2006), menjelaskan bahwa “Perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.” Belajar dapat dipandang sebagai hasil dan dapat dipandang juga sebagai proses, juga dapat dipandang sebagai hasil dan proses.
Jamarah (2002) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Gulo (2002) dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menjelaskan makna belajar sebagai seperangkat kegiatan metal intelektual, yang hakekatnya sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar itu berkaitan dengan perubahan perilaku, perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman, perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Belajar merupakan suatu proses dimana pembelajaran itu berlangsung yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran sedang peserta didik menerimanya.
Dalam penelitian ini belajar dirumuskan sebagai perubahan yang terjadi pada siswa, yang disebabkan oleh suatu proses yang menimbulkan pengalaman sehingga diperoleh suatu kepandaian/kecakapan baru.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Purwanto (1990) membedakan dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : 1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual. 2) faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial Kedua faktor tersebut dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : yang termasuk faktor individual antara lain kematangan, kecerdasan, motivasi dan latihan. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain keluarga, guru, sarana prasarana, masyarakat dan motivasi sosial.
Secara garis besar Sumadi Suryabrata (1981).dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar, menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : bahan yang harus dipelajari, faktor lingkungan, faktor instrumental, dan faktor kondisi individual pelajar
Secara singkat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Bahan yang harus dipelajari
Kompleksitas suatu bahan, taraf kesukaran yang ada pada bahan sangat menentukan hasil belajar. Umumnya bahan yang taraf kesukarannya dan kompleksitasnya tinggi menjadi sukar dipelajari. Sebaliknya bahan yang kesukaran dan kompleksitasnya rendah mudah dipelajari.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap hasil belajar. Belajar dalam keadaan udara segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar pada saat udara panas dan pengap. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun yang lain dapat langsung berpengaruh terhadap hasil belajar individu yang sedang belajar, bila ada orang lain mondar-mandir di sekitarnya akan terganggu konsentrasinya.
3) Faktor instrumental
Faktor instrumental ini dapat berupa perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras dapat berupa seperti gedung, perlengkapan belajar, dan alat peraga. Perangkat lunak dapat berupa seperti, kurikulum, program pelajaran dan pedoman belajar.
4) Kondisi individual pelajar
Kondisi individual pelajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. a) kondisi fisiologis pada umumnya berpengaruh terhadap belajar, siswa yang dalam keadaan segar dan sehat jasmaninya hasil belajarnya akan lebih baik daripada siswa yang dalam belajarnya dengan keadaan sakit atau lemah jasmaninya. Siswa yang panca inderanya terutama mata dan telinga normal lebih tinggi prestasinya dibandingkan mereka yang memiliki mata dan telinga yang tidak normal. b) kondisi psikologis individu berpengaruh terhadap proses belajar. Individu yang dalam kondisi normal akan lebih baik hasil belajarnya daripada individu yang kondisi psikologisnya terganggu. Faktor psikologis ini terutama menyangkut segi pikiran dan perasaan individu.
Dari pendapat tersebut tentang faktor yang mempengaruhi belajar, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang mempengaruhi belajar antara lain seperti yang tergambar dalam skema berikut ini :
Faktor
Dalam
Fisiologi
Kondisi Fisik Kondisi Panca Indra
Psikologi
- Bakat - Minat - Kecerdasani
Luar
Instrumental
- Sumber Belajar - Guru
- Sarana Prasarana - Administrasi
Lingkungan
Non Sosial / Alam
Sosial
c. Pengertian Hasil Belajar
Istilah hasil belajar dapat disamakan dengan prestasi belajar. Karena “prestasi”
memiliki makna hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).
Sedangkan kata “belajar” dapat diartikan “berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu kepandaian”. Proses belajar minimal terdiri dari orang yang belajar, hal yang dibelajari, dan orang yang memberikan atau membimbing proses belajar. Proses ini seringkali disebut dengan istilah kegiatan belajar mengajar (KBM). Sedangkan Hilgard dan Brower dalam Hamalik (2004) mengemukakan hasil belajar sebagai perubahan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman. Hasil Belajar menurut Sudjana (2000), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu. Menurut Sudjana yang dikutip oleh Wahab (2009) membagi lima kategori hasil belajar yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap dan motorik.
Pendapat-pendapat di atas secara tidak langsung menjelaskan dan menegaskan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak hanya bertujuan untuk memahamkan peserta didik terhadap materi-materi teoritis dan dalam lingkup mata pelajaran semata namun juga meliputi pemahaman dan aktualisasi hasil belajar mata pelajaran dalam lingkup kehidupan nyata.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Rumini dalam Wahab (2009) menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Rusman (2012) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
1) Faktor Internal a. Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
b. Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
2) Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
b. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru 2.1.4 Hubungan Antara Model Pembelajaran Cooperative Script dengan Hasil
Belajar
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas dan mengkondisikan siswa untuk bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajarinya. Dengan menggunakan model Cooperative Script akan bisa membantu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut akan disajikan penelitian yang relevan dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Cooperative Script :
Pertama adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Sironimus (2012), seorang mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar UKSW Salatiga yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Mata pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script di Kelas V SD N Salatiga 08 Semester II Tahun ajaran 2011/2012” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa langkah–langkah pembelajran kooperatif dengan pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Salatiga 08. Hasil tes tiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu dari rata–rata 12,33 pada siklus I menjadi 14,78 pada siklus II.
Kedua adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ira Oktaviana Verina (2009), seorang mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas MIPA UM yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif model Cooperative Script “. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa langkah–langkah pembelajaran kooperatif dengan model Cooperative Script yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-B SMP Muhamadiyah 1 Malang. Hasil tes tiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu dari 56,8% pada siklus I menjadi 86,67% pada siklus II.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti diatas bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas 6 semester I tahun ajaran 2013/2014 di SDN Bawang 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam pembelajaran konvensional peran guru sebagi penceramah masih dominan sehingga membuat siswa mengantuk dan bosan, pada akhirnya siswa mencari kesibukan yang lain. Karena yang dilakukan guru hanya ceramah, maka yang terjadi hanya komunikasi satu arah dari guru kepada siswa sehingga peran siswa menjadi pasif.
Tujuan pembelajaran matematika yaitu sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Berbagai permasalahan yang ada pada pembelajaran matematika menjadi penyebab matematika kurang mendapat perhatian dari siswa. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran Cooperative Script. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan cara belajar yang dilakukan secara bersama-sama dalam
suatu kelompok kecil secara berpasangan. Dalam pembelajaran terjadi interaksi siswa untuk berdiskusi, menyampaikan pendapat dan ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan dan membuat kesimpulan bersama. Oleh karena itu model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan daya ingat siswa.
Model pembelajaran Cooperative Script akan meningkatkan prestasi belajar.
Dengan kata lain, terdapat interaksi penggunaan model Cooperative Script dalam pembelajaran Matematika terhadap prestasi belajar Matematika. Adapun paradigma penelitian dapat digambarkan, sebagai berikut :
KBM Pembelajaran konvensional Hasil belajar - Guru Ceramah siswa rendah - Pembelajarn berpusat pada guru
- Siswa hanya pasif
Penerapan Model pembelajaran Cooperative Script :
Siswa berpasangan, berdiskusi, menyampaikan ide – ide pokok materi, saling mengingatkan, membuat kesimpulan bersama
Hasil belajar Pemantapan penerapan Hasil belajar lebih meningkat model pembelajaran siswa meningkat
Cooperative Script : Meningkatkan daya ingat siswa
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir yang peneliti sajikan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:Melalui penggunaan model Cooperative Script diduga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 6 SDN Bawang 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang semester I tahun pelajaran 2013/2014.