37
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah pemilik dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menjadi peserta program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) pada tahun 2014 yang memiliki lokasi bisnis di Kota Surabaya. Data responden didapatkan dari Bank Mandiri selaku penyelenggara Wirausaha Muda Mandiri tahun 2014. UMKM dalam penelitian ini bergerak dalam beberapa sektor, mulai dari sektor makanan dan minuman, industri kreatif, sampai jual beli hasil pertambangan. Pemilik dari UMKM merupakan pemuda-pemuda yang sadar akan pentingntya menjadi wirausaha, sesuai dengan tujuan dari diadakannya program Wirausaha Muda Mandiri ini.
Wirausaha Muda Mandiri (WMM) membagi jenis bidang usaha yang dilombakan diantaranya: Wirausaha Industri dan Jasa, Wirausaha Boga, dan Wirausaha Kreatif. Peserta yang mengikuti WMM dibagi menjadi dua kategori : 1.
Untuk Mahasiswa program Diploma dan Sarjana dengan usia maksimun 28 tahun pada saat mendaftar. 2. Mahasiswa Pascasarjana dan alumni dengan usia maksimum 35 tahun pada saat pendaftaran.
Peserta Wirausaha Muda Mandiri yang tercatat di Bank Mandiri terdapat 275 peserta yang ada di Jawa Timur. 275 peserta ini tersebar di hampir seluruh kota yang berada di Jawa Timur. Ada 44 responden yang tercatat sebagai peserta Program Wirausaha Muda Mandiri 2014 yang memiliki lokasi bisnis di Kota Surabaya. Lokasi bisnis ini tersebar diseluruh wilayah Kota Surabaya, dari Surabaya Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Pusat, Surabaya Utara, dan Surabaya Barat.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini meneliti pemilik UMKM peserta WMM 2014 yang memiliki lokasi bisnis di Kota Surabaya dengan responden sebanyak 44 responden. Data diperoleh dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada para pemilik dan ditarik pada saat itu juga, namun ada beberapa kuesioner yang harus ditinggal untuk diambil keesokan harinya karena kesibukan responden. Dari 44 total responden peneliti berhasil menyebar sebanyak 40 kuesioner kepada para responden untuk digunakan sebagai data dalam penelitian. Sedangkan 4 lainnya tidak bisa ditemui dikarenakan pindah alamat dan tidak bisa dihubungi.
Kuesioner yang diberikan pada penelitian ini terdapat 25 pertanyaan dengan rincian 8 pertanyaan untuk variabel entrepreneurship orientation, 12 pertanyaan untuk variabel learning orientation, dan 5 pertanyaan untuk innovation. Dalam kuesioner juga disertakan pertanyaan untuk mengetahui informasi umum responden diantaranya jenis kelamin, pendidikan terakhir, keikutan serta dalam program lain
yang sejenis dengan WMM, serta omset rata-rata per bulan. Informasi umum ini ditanyakan untuk mendalami data dari responden itu sendiri.
4.2.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini sebanyak 40 responden yang tersebar diseluruh wilayah Kota Surabaya. Dibawah ini akan dijelaskan karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, keikutansertaan di program lain yang sejenis dengan WMM, omset rata-rata perbulan, dan sektor usaha yang dimiliki.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut adalah karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 26 65
Perempuan 14 35
Total 40 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa responden laki-laki sebanyak 26 orang (35 %), sedangkan untuk responden perempuan sebanyak 14 orang (35 %).
Hasil ini menunjukkan bahwa para peserta WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya yang menjadi responden penelitian mayoritas adalah laki-laki.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berikut adalah karakteristik responden penelitian berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 12 30
S1 28 70
>S1 0 0
Total 40 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa tidak ada responden yang berpendidikan terakhir SD, SMP, dan lebih dari S1. Sedangkan yang berpendidikan terakhir SMA sebanyak 12 orang (30%) tetapi semua responden yang berpendidikan terakhir SMA merupakan mahasiswa di perguruan tinggi. Dan mayoritas dari responden pada penelitian ini berpendidikan terakhir S1 yaitu sebanyak 28 orang (70%). Disini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi
kemauan seseorang untuk berwirausaha, karena terlihat jelas bahwa peserta WMM 2014 sektor Kota Surabaya sebagian besar merupakan lulusan S1.
c. Karakteristik responden berdasarkan keiikutsertaan dalam program lain yang sejenis dengan WMM
Berikut adalah karakteristik responden bedasarkan keikutsertaan dalam program lai yang sejenis dengan WMM
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan keikutsertaan dengan program lain yang sejenis dengan WMM
Keikutsertaan Frekuensi Persentase (%)
Ya 15 37.5
Tidak 25 62.5
Jumlah 40 100
Berdasarkan table 4.3 diketahui bahwa mayoritas responden tidak pernah mengikuti program lain yang sejenis dengan WMM sebnayak 25 responden (62,5%) dan sisanya 15 responden (37,5%) pernah mengikuti program yang sejenis dengan WMM. Disini terlihat bahwa WMM menjadi kompetisi pertama bagi para responden.
Umumnya para responden menjawab WMM merupakan kompetisi yang bergengsi sehingga responden tertarrik untuk mengikuti kompetisi ini.
d. Karakteristik berdasarkan omset rata-rata perbulan
Berikut ini merupakan karakteristik responden berdasarkan omset rata-rata perbulan
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan omset rata-rata per bulan Omset Frekuensi Persentase (%)
<10 juta 3 7.5
10 juta≤omset<50 juta 25 62.5 50 juta≤omset<100 juta 10 25
≥100 juta 2 5
Jumlah 40 100
Dari table 4.4 bisa didapatkan karakteristik responden yang memiliki omset kurang dari 10 juta sebanyak 3 orang (7,5%), diantara 10 juta dan kurang dari 50 juta sebanyak 25 orang (62,5%), diantara 50 juta dan kurang dari 100 juta sebanyak 10 orang (25%), dan lebih dari atauj sama dengan 100 juta sebnyak 2 orang (5%).
Mayoritas responden memiliki omset rata-rata perbulan sebayak lebih atau sama dengan 10 juta dan kurang dari 50 juta. Dari sini terlihat bahwa semua responden termasuk dalam kriteria Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM). Sebagian besar dari UMKM ini masih dalam tahap pengembangan usaha, dan para pemilik dituntut untuk selalu melakukan innovation dalam perusahaan.
e. Karakteristik Berdasarkan Sektor Usaha
Berikut ini merupakan karakteristik responden berdasarkan sektor usaha
Tabel 4.5
Karakteristik Berdasarkan Sektor Usaha
Sektor Usaha Frekuensi Persentase
Wirausaha Boga 19 (%) 47,5
Wirausaha Industri,Perdagangan dan
Jasa 7 17,5
Wirausaha Kreatif 14 35
Jumlah 40 100
Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar UMKM yang mengikuti Wirausaha Muda Mandiri 2014 sektor Kota Surabaya bergerak di sektor usaha boga, boga disini merupakan industri kuliner mulai dari produksi makanan dan minuman sampai penjualan makanan. Para pemilik (owner) tidak saja hanya menciptakan produk. Namun kreativitas dalam berinovasi terlihat dalam produk-produk yang dihasilkan.
4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan jawaban responden pada masing-masing variabel penelitian menggunakan nilai mean. Nilai mean jawaban dikategorikan dengan interval kelas yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Interval kelas = = = = 0,8
Dengan interval kelas 0,8 maka diperoleh kategori mean jawaban responden sebagai berikut :
Tabel 4.6
Kategori Mean Jawaban Responden Interval Kategori
4,21 – 5,00 Sangat setuju atau sangat tinggi 3,41 – 4,20 Setuju atau tinggi
2,61 – 3,40 Cukup setuju atau cukup tinggi 1,81 – 2,60 Tidak setuju atau tidak tinggi
1,00 – 1,80 Sangat tidak setuju atau sangat tidak tinggi
a. Jawaban Responden Pada Variabel Entrepreneurship Orientation
Berikut adalah jawaban responden terhadap variabel entrepreneurship orientation :
Tabel 4.7
Jawaban Responden Pada Variabel Entrepreneurship Orientation
Item Jumlah Penjawab Mean
Skor Predikat
1 2 3 4 5
Pengusaha berani untuk mengambil resiko demi berkembangnya
perusahaan.
0 0 1 21 18 4,43 Sangat Tinggi Dalam mengambil keputusan,
pengusaha memiliki rasa percaya 0 0 2 25 13 4,27 Sangat Tinggi
diri.
Melakukan perbaikan dan
pengembangan produk 0 0 1 24 15 4,35 Sangat
Tinggi Berinisiatif untuk melakukan
innovation sebelum pesaing 0 0 1 19 20 4,48 Sangat Tinggi Memperkenalkan produk dan jasa
baru lebih dulu daripada pesaing 0 0 5 18 17 4,3 Sangat Timggi Melakukan penetuan posisi usaha di
tengah pasar lalu dibandingkan dengan pesaing.
0 0 3 19 18 4,37 Sangat Tinggi Memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk melakukan kreatifitas dan menerapkan itu dalam kegiatannya di perusahaan.
0 0 4 19 17 4,32 Sangat Tinggi Lebih mengenali peluang baru
dalam usaha daripada pesaing.
0 0 6 19 15 4,23 Sangat Tinggi
Entrepreneurship Orientation 4,34 Sangat
Tinggi
Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada item EO1 diperoleh mean sebesar 4,43 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat keberanian untuk mengambil resiko demi berkembangnya perusahaan sangat tinggi.
Pada item EO2 diperoleh mean sebesar 4,27 yang bearti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi dalam mengambil keputusan.
Pada item EO 3 diperoleh mean sebesar 4,35 yang berarti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang kemauan untuk melakukan perbaikan dan pengembangan produk sangat tinggi.
Pada item EO4 diperoleh mean sebesar 4,48 yang berarti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat inisisatif untuk melakukan inovasi nya sangat tinggi.
Pada item EO 5 diperoleh mean sebesar 4,3 yang bearti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat memperkenalkan produk dan jasa baru lebih dulu daripada pesaingnya cukup tinggi.
Pada item EO 6 diperoleh mean sebesar 4,37 yang berarti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat menentukan posisi usaha ditengah pasar lalu melakukan perbandingan dengan pesaingnya sangat tinggi.
Pada item EO 7 diperoleh mean sebesar 4,32 yang bearti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang dalam memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk melakukan kreatifitas dan menerapkannya dalam kegiatannya di perusahaan menunjukkan tingkat yang sangat tinggi.
Pada item EO 8 diperoleh mean sebesar 4,23 yang beararti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat mengenali peluang baru dalam usaha daripada pesaing sangat tinggi.
Nilai mean keseluruhan untuk variabel entrepreneurship orientation yaitu sebesar 4,34 yang berarti pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang sangat baik dalam entrepreneurship orientationnya.
b. Jawaban responden pada variabel learning orientation
Berikut adalah jawaban responden terhadap variabel learning orientation :
Tabel 4.8
Jawaban Responden Pada Variabel Learning Orientation
Item Jumlah Penjawab Mean
Skor Predikat
1 2 3 4 5
Pengusaha memiliki pandangan jika salah satu dari kunci sukses untuk unggul dalam bersaing adalah melakukan pembelajaran
dalam perusahaan 1 13 26 4,63 Sangat Tinggi
Kemauan untuk belajar
merupakan kunci utuk melakukan perbaikan-perbaikan.
2 16 22 4,5
Sangat Tinggi Pembelajaran bagi karyawan
merupakan investasi, bukan 1 2 20 17 4,32 Sangat Tinggi
dijadikan beban bagi perusahaan.
Didalam perusahaan, pembelajaran diajadikan
komoditas utama untuk menjamin keberlangsungan hidup
perusahaan.
3 19 18 4,38
Sangat Tinggi
Commitment to Learning 4,46
Sangat Tinggi Kesamaan visi
didalam semua lini
perusahaan 3 5 21 11 4 Tinggi
Semua karyawan memiliki
komitmen untuk mencapai tujuan perusahaan.
5 21 14 4,23
Sangat Tinggi Semua karyawan
menjadikan dirinya sebagai mitra bagi perusahaan.
6 17 17 4,27
Sangat Tinggi Ada kesamaan
tujuan dalam perusahaan.
1 7 19 13 4,1 Tinggi
Shared Vision 4,15 Tinggi
Pengusaha terus melakukan evaluasi terhadap keputusan
mengenai kebutuhan konsumen.
2 7 15 16 4,13 Tinggi
Di dalam
perusahaan, semua lini sadar bahwa cara pandang terhadap pasar harus terus
diperbarui 4 7 14 15 4 Tinggi
disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Melakukan pengumpulan informasi yang didapat dari pelangagan.
1 6 17 16 4,2 Tinggi
Terus menerus melakukan
penilaian mengenai keputusan yang telah diambil.
3 16 21 4,45
Sangat Tinggi
Open-Mindness 4,195 Tinggi
Learning Orientation 4,24
Sangat Tinggi
Pada item LO 1 diperoleh mean sebesar 4,63 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang sangat setuju terus melakukan pembelajaran demi sukses dalam usaha.
Pada item LO 2 diperoleh mean sebesar 4,5 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden sangat setuju untuk belajar karena belajar merupakan kunci sukses untuk melakukan perbaikan.
Pada item LO 3 diperoleh mean sebesar 4,32 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang sangat setuju dalam melakukan
pembelajaran bagi karyawan, karena pembelajaran merupakan investasi bukan dijadikan beban.
Pada item LO 4 diperoleh mean sebesar 4,38 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang sangat setuju dalam menjadikan pembelajaran sebagai komoditas utama demi berlangsungnya hidup perusahaan.
Pada dimensi commitment to learning didapatkan mean sebesar 4,46 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki commitment to learning sangat tinggi.
Pada item LO 5 diperoleh mean sebesar 4 yang berarti tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang tingkat kesamaan visi dalam perusahaannya tinggi.
Pada item LO 6 diperoleh mean sebesar 4,23 yang berarti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki karyawan yang berkomitmen sangat tinggi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pada item LO 7 diperoleh mean sebesar 4,27 yang berarti sangat tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor
Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki karyawan yang menjadikan dirinya sebagai mitra bagi perusahaan sangat tinggi.
Pada item LO 8 diperoleh mean sebesar 4,1 yang berarti tinggi. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki kesamaan tujuan dalam perusahaan memiliki tingkat tinggi.
Pada dimensi shared vision didapatkan mean sebesar 4,15 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang melakukan shared vision kepada karyawan memiliki tingkat yang tinggi.
Pada item LO 9 diperoleh mean sebesar 4,13 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki tingkat evaluasi terhadap kebutuhan konsumen tinggi.
Pada item LO 10 diperoleh mean sebesar 4 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki tingkat kesadaran bahwa cara pandang terhadap pasar terus disesuaikan dengan kondisi pasar tinggi.
Pada item LO 11 diperoleh mean sebesar 4,2 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota
Surabaya merupakan responden yang memiliki tingkat pengumpulan informasi dari pelanggan tinggi.
Pada item LO 12 diperoleh mean sebesar 4,45 yang berarti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki tingkat untuk melakukan penilaian terhadap keputusan yang diambil tinggi.
Pada dimensi open-mindness didapatkan mean sebesar 4,2 yang tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki open-mindness tinggi.
Dan secara keseluruhan variabel learning orientation pada penelitian ini memiliki mean sebesar 4,24. . Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki learning orientation dengan tingkat yang sangat tinggi.
c. Jawaban responden pada variabel innovation
Berikut adalah jawaban responden terhadap variabel Innovation :
Tabel 4.9
Jawaban Responden Pada Variabel Innovation
Item Jumlah Penjawab Mean
Skor Predikat
1 2 3 4 5
Aktif dalam mencari ide-ide yang inovatif.
2 18 20 4,45
Sangat Tinggi Innovation mudah diterima 3 21 16 4,33 Sangat
oleh perusahaan. Tinggi Innovation mudah diterima
oleh semua lini pekerja.
1 4 22 13 4,18 Tinggi
Karyawan yang tidak menerima innovation akan mengalami kesulitan beradaptasi.
7 5 15 13 3,85 Tinggi
Pengusaha mendorong adanya innovation dalam perusahaan
3 4 15 18 4,2
Sangat Tinggi
Innovation 4,202
Sangat Tinggi
Pada item I 1 diperoleh mean sebesar 4,45 yang bearti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki tingkat yang sangat tinggi dalam keaktifan mencari ide-ide yang inovatif.
Pada item I 2 diperoleh mean sebesar 4,33 yang bearti sangat tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki perusahaan yang sangat baik dalam menerima innovation.
Pada item I 3 diperoleh mean sebesar 4,18 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang semua lini pekerjanya memiliki tingkat yang sangat tinggi dalam menerima innovation.
Pada item I 4 diperoleh mean sebesar 3,85 yang berarti tinggi. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang setuju dengan karyawan yang tidak menerima innovation akan mengalami kesulitan beradaptasi.
Pada item I 5 diperoleh mean sebesar 4,2 yang berarti sangat baik. Ini dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang sangat baik dalam mendorong adanya innovation.
Dari keseluruhan item pertanyaan pada variabel innovation maka didapatkan mean sebesar 4,2 yang dapat diartikan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya merupakan responden yang memiliki innovation yang sangat tinggi.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian valid dan reliabel, sehingga data yang diperoleh akurat dan dapat dipercaya.
4.3.1.1 Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan ketepatan item-item pertanyaan dalam mengukur variabel penelitian yang digunakan. Untuk menguji validitas digunakan korelasi pearson. Suatu item pernyataan dinyatakan valid apabila korelasi pearson menghasilkan nilai signifikansi < 0,05 (α = 5%).
Berikut adalah hasil uji validitas pada variabel entrepreneurship orientation : Tabel 4.10
Uji Validitas Terhadap Variabel Entrepreneurship Orientation Item Korelasi
Pearson
Nilai
Signifikansi Keterangan
EO1 0,598 0,000 valid
EO2 0,669 0,000 valid
EO3 0,62 0,000 valid
EO4 0,669 0,000 valid
EO5 0,742 0,000 valid
EO6 0,724 0,000 valid
EO7 0,722 0,000 valid
EO8 0,766 0,000 valid
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa semua item pernyataan pada masing- masing dimensi variabel entrepreneurship orientation memiliki nilai signifikansi korelasi pearson < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang mengukur dimensi-dimensi entrepreneurial orientation dinyatakan valid.
Berikut adalah hasil uji validitas pada variabel Learning orientation
Tabel 4.11
Uji Validitas Terhadap Variabel Learning Orientation
Dimensi Item Korelasi Nilai Keterangan
Pearson Signifikansi
CL
LO1 0,505 0,000 valid
LO2 0,664 0,000 valid
LO3 0,595 0,000 valid
LO4 0,741 0,000 valid
SV
LO5 0,749 0,000 valid
LO6 0,706 0,000 valid
LO7 0,467 0,000 valid
LO8 0,651 0,000 valid
OM
LO9 0,811 0,000 valid
LO10 0,716 0,000 valid
LO11 0,624 0,000 valid
LO12 0,514 0,000 valid
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa semua item pernyataan pada masing- masing dimensi variabel learning orientation memiliki nilai signifikansi korelasi pearson < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang mengukur dimensi-dimensi learning orientation dinyatakan valid.
Berikut adalah hasil uji validitas pada variabel innovation
Tabel 4.12
Uji Validitas Terhadap Variabel Innovation Item Korelasi
Pearson
Nilai
Signifikansi Keterangan
I1 0,583 0,000 valid
I2 0,729 0,000 valid
I3 0,758 0,000 valid
I4 0,715 0,000 valid
I5 0,763 0,000 valid
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa semua item pernyataan pada masing- masing dimensi variabel innovation memiliki nilai signifikansi korelasi pearson <
0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan yang mengukur dimensi-dimensi innovation dinyatakan valid.
4.3.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi alat ukur yang digunakan dalam mengukur variabel penelitian. Dalam menguji reliabilitas digunakan nilai Cronbach Alpha. Instrumen kuesioner yang memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,6 dinyatakan reliabel.
Berikut adalah hasil uji reliabilitas pada dimensi variabel yang digunakan untuk penelitian :
Tabel 4.13
Uji Reliabilitas Pada Dimensi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Cronbach
Alpha Nilai Kritis Keterangan Entrepreneurship
Orientation 0,842 0,6 Reliabel
Learning Orientation
Commitment to
Learning 0,761 0,6 Reliabel
Shared Vision 0,677 0,6 Reliabel
Open-mindness 0,732 0,6 Reliabel
Learning Orientation 0,874 0,6 Reliabel
Innovation 0,763 0,6 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa variabel entrepreneurship orientation, learning orientation, innovation memiliki nilai cronbach alpha > nilai kritis 0,6, hal ini berarti bahwa item-item pertanyaan mengukur variabel entrepreneurship orientation, learning orientation dan innovation dinyatakan reliabel. Dan dimensi yang mengukur learning orientation yaitu commitment to learning, shared vision, open-mindness memiliki nilai cronbach alpha > nilai kritis 0,6, hal ini berarti dimensi yang mengukur learning orientation juga dinyatakan reliabel.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
4.3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013: 160). Apabila uji normalitas ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik histogram dan grafik normal plot.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Untuk Persamaan 1
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Untuk Persamaan 2
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa grafik histogram memiliki pola yang terdistribusi normal dan grafik normal plot memiliki penyebaran
data di sekitar garis diagonal dan mengikuti mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti bahwa semua data yang ada terdistribusi normal.
4.3.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013: 105). Model regresi yang baik tidak terjadi kolerasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, penelitian ini menggunakan nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Apabila nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas
Tabel 4.14
Hasil Uji Multikolinieritas P1
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Entrepreneurship orientation 1,000 1,000
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolinieritas P2
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Entrepreneurship orientation
Learning Orientation 0,562
0,562 1,779
1,779
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai tolerance sebesar 1,000 > 0,10 dan VIF sebesar 1,000 < 10. Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai tolerance
sebesar 0,562 > 0,10 dan VIF sebesar 1,779 < 10 pada variabel entrepreneurship orientation dan learning orientation. Hal ini menunjukkan bahwa variabel uji multikolinieritas terpenuhi, artinya seluruh variabel indepeden yang digunakan tidak saling berkorelasi.
4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pangamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah dengan melihat grafik plot.
Apabila ada pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Perssamaan 1
Gambar 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan 2
Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan bahwa grafik scatterplot memiliki pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.3.2.4 Uji Linieritas
Pada uji ini didapatkan hasil DW hitung pada persamaan 1 adalah 1,833 yang lebih tinggi dari nilai DW tabel sebesar 1,398. Pada persamaan 2 didapatkan hasil DW hitung 1,803 yang lebih tinggi dari nilai DW tabel sebesar 1,456. Maka dapat disimpulkan bahwa model-model regresi pada penelitian ini benar.
4.3.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan data variabel-variabel yang telah diukur dan telah dilakukan uji asumsi klasik, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini menggunakan model regresi
linier sederhana dan berganda dengan menggunakan program SPSS 20. Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis-hipotesis pada penelitian ini yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk dapat menguji semua hipotesis pada penelitian ini dibentuk dua persamaan regresi. Persamaan 1 meregresikan entrepreneurship orientation terhadap learning orientation. Persamaan 2 meregresikan entrepreneurship orientation dan learning orientation terhadap innovation. Hasil pengujian regresi berganda dapat dilihat pada gambar tabel 15 berikut :
Tabel 4.16
Hasil Analisis Regresi Persamaan 1 dan Persamaan 2
Persamaan 1 Persamaan 2
Variabel Dependen : Learning
Orientation Variabel Dependen : Innovation Variabel
independen Koefisien Sig. Koefisien Sig.
Main Effect
Entrepreneurship
Orientation 0,662 0,000 0,37 0,016
Learning
Orientation 0,441 0,005
R² 0,438 0,548
F 29,593 22,452
Sig F 0,000 0,000
Variabel
independen B
Std.
Error B
Std.
Error Entrepreneurship
Orientation 1,125 0,207 0,308 0,122
Learning
Orientation 0,216 0,072
Berdasarkan hasil perhitungan regresi maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut :
Persamaan 1 : a + bX
Persamaan 2 : a + b1X1 + b2X2
Maka mengacu pada rumus diatas, dalam penelitian ini persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Persamaan 1 : Learning Orientation = a + bX (Entrepreneurship Orientation) Persamaan 2 : Innovation = a + b1X (Entrepreneurship Orientation) + b2X (Learning Orientation)
Setelah merumuskan persamaan regresi antar variabel bebas dan variabel terikat, tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan melihat nilai uji t yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial. Selain nilai uji t, nilai uji F juga perlu dilihat untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Terakhir melihat koefisien determinan (R²) dari model regresi penelitian.
1. Hipotesis 1 : entrepreneurship orientation berpengaruh signifikan terhadap innovation.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa entrepreneurship orientation berpengaruh signifikan terhadap innovation. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,016. Dengan kata lain, Hipotesis 1 diterima.
2. Hipotesis 2 : entrepreneurship orientation berpengaruh signifikan terhadap learning orientation.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa entrepreneurship orientation berpengaruh signifikan terhadap learning orientation. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,000. Dengan kata lain, Hipotesis 2 diterima.
3. Hipotesis 3 : Learning orientation berpengaruh signifikan terhadap innovation.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Learning orientation berpengaruh signifikan terhadap innovation. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikan dibawah 0,05 yaitu 0,005. Dengan kata lain, Hipotesis 3 diterima.
4. Hipotesis 4 : Entrepreneurship orientation berpengaruh terhadap innovation melalui learning orientation.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Entrepreneurship orientation dapat berpengaruh langsung pada innovation dan dapat berpengaruh tidak langsung yaitu melalui learning orientation terlebih dahulu kemudian ke innovation. Pengaruh Entrepreneurship orientation terhadap learning orientation signifikan dan pengaruh learning orientation terhadap innovation signifikan. Maka dapat dikatakan learning orientation dapat memediasi (Baron dan Kenny, 1986). Oleh karena itu, hipotesis 4 diterima. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,308 sedangkan besarnya pengaruh
tidak langsungnya yaitu 1,125 x 0,216 = 0,243. Pada penelitian ini mendapatkan hasil parsial mediation, yang berarti pengaruh langsung dan tidak langsungnya signifikan.
Dan untuk menguatkan diterimanya hipotesis 4 maka dilakukan sobel test :
Dari penghitungan yang ada maka diketahui besar Sp2p3 adalah 0,091, kemudian angka tersebut dimasukkan ke rumus t hitung :
Didapatkanlah hasil sebesar 2,67 yang hasil ini melebihi dari t tabel yaitu 2,024, maka dapat disimpulkan bahwa koefisen mediasi 0,243 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi.
4.4 Pembahasan
Dari hasil interpretasi data yang sudah dijelaskan sebelumnya, berikut adalah penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam terkait hubungan-hubungan antar variabel yang sudah dihipotesiskan pada penelitian ini.
4.4.1 Pengaruh entrepreneurship orientation terhadap innovation.
Ditinjau dari hasil regresi antara variabel entrepreneurship orientation dan innovation, menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan diantara kedua variabel tersebut. Dimana ketika pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014
sektor Kota Surabaya memiliki entrepreneurship orientation maka mereka juga memiliki innovation.
Pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya yang ingin meningkatkan innovationnya maka harus juga meningkatkan entrpreneurship orientationnya. Disini entrepreneurship orientation berperan besar dalam meningkatkan innovation pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya. Dalam pertanyaan inisiatif untuk berinovasi sebelum pesaing ada 50% responden yang mengatakan sangat setuju, ini menunjukkan tingginya rasa inisiatif dari responden untuk berinovasi.
Pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya bergerak dalam berbagai jenis usaha mulai dari jenis makanan, idustri kreatif, dan juga perdagangan serta jasa. Walaupun memiliki usaha yang berbeda namun innovation yang dimiliki oleh responden sangat terasa. Umumnya para responden masih muda dan memiliki entrepreneurship orientation yang tinggi dan otomatis mempengaruhi rasa innovation mereka untuk menginovasi produk, cara pelayanan, sampai suasana tempat kerja.
Entrepreneurship terlihat sebagai sebuah mekanisme yang mempertimbangkan identifikasi keunggulan kompetitif melalui produk, proses, dan inovasi pasar (Preda, 2012). Disini menunjukkan bahwa seorang entrepreneur memiliki jiwa inovatif, dan ini ditunjukkan oleh pemilik UMKM yang mengikuti
program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya. Para entrepreneur dituntut untuk memiliki innovation agar usahanya tetap bertahan ditengah derasnya arus globalisasi.
Di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran (Sudaryanto et al, 2014).
4.4.2 Pengaruh entrepreneurship orientation terhadap learning orientation.
Pada penelitian ini diketahui bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara entrepreneurship orientation terhadap learning orientation. Pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya sangat menaruh perhatian kepada proses pembelajaran dalam perusahaan. Karena dengan melakukan pembelajaran, pemilik UMKM percaya jika untuk sukses dalam bersaing maka perusahaan harus melakukan pembelajaran. Sebanyak 65% persen responden sangat setuju dengan pernyataan ini. Pernyataan ini merupakan salah satu indikator dari dimensi commitment to learning dan setelah dilakukan penelitian secara keseluruhan, commitment to learning dari pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya menunjukkan angka yang sangat tinggi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa responden juga memiliki perusahaan yang didalamnya memiliki shared vision yang tinggi. Para responden mengadakan berbagai cara untuk mengkomunikasikan tujuan dari perusahaan, misalnya dengan
menempel papan visi misi perusahaan dan melakukan pertemuan yang bertujuan untuk menyatukan tujuan dalam membuat kemajuan dalam perusahaan. Dalam dimensi shared vision, sebanyak 52,5% responden menjawab setuju dengan pernyataan adanya kesamaan visi dalam perusahaan dan komitmen karyawan untuk mencapai tujuan perushaan. Ini menunjukkan bahwa para karyawan tidak hanya paham dengan visi misi perusahaan, namun mereka juga berkomitmen untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri.
Dimensi terakhir adalah open-mindness, open-mindness adalah sikap seorang entrepreneur dan diterapkan dalam perusahaan yang memiliki pikiran terbuka atas berbagai hal yang menyangkut dengan kemajuan perusahaan. Pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya yang merupakan responden dari penelitian ini menunjukkan sikap open-mindness yang tinggi dengan melakukan pertemuan rutin dengan karyawan untuk melakukan pengumpulan informasi mengenai gagasan baru maupun informasi apa yang didapatkan dari pasar yang berguna dalam menentukan keputusan dan langkah apa yang harus diambil berikutnya serta melakukan evaluasi yang diperlukan guna mengkoreksi ataupun memaksimalkan keputusan yang telah diambil. Dalam dimensi ini sebanyak 52%
responden sangat setuju pada pernyataan entrepreneur mengadakan evaluasi terhadap keputusan yang diambil.
Secara keseluruhan responden yang merupakan pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 sektor Kota Surabaya memiliki learning
orientation yang sangat tinggi. Ini semakin memperjelas bahwa ada hubungan yang signifikan antara entrepreneurship orientation terhadap learning orientation. Ini sejalan dengan pernyataan perusahaan yang semakin menerapkan nilai entrepreneurial, maka perusahaan itu juga semakin memiliki learning orientation didalamnya (Wang, 2008).
4.4.3 Pengaruh learning orientation terhadap innovation.
Learning orientation sangat berharga bagi perusahaan karena memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang dan/atau menetralisir ancaman dalam lingkungan perusahaan (Farell et al, 2008). Hal ini juga dibuktikan bahwa responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa memiliki learning orientation yang tinggi dan juga innovation yang tinggi. Dalam proses learning di perusahaan, para responden mengarahkan perusahaan dan semua karyawannya untuk berinovasi dalam perusahaan. Ini ditunjukkan dengan sebanyak 45 % responden yang sangat setuju dengan pernyataan bahwa pemilik mendorong adanya inovasi dalam perusahaan.
Sebanyak 55% responden menyatakan bahwa para pekerja siap dalam menerima innovation, hal ini tidak lepas dari usaha para responden untuk membuat karyawan siap dalam menerima innovation. Proses untuk menerima innovation pada karyawan ini masuk kedalam proses learning.
Dari proses learning jugalah responden bisa menciptakan innovation, responden banyak yang mengikuti berbagai pelatihan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah maupun swasta. Pelatihan inilah yang mengahsilkan output innovation dalam perusahaan. Setelah para responden mengikuti pelatihan, maka responden melakukan transfer ilmu kepada karyawan dalam perusahaan, proses ini juga merupakan bagian dari learning. Dari proses learning inilah perusahaan dan karyawan siap dalam menerima maupun menciptakan innovation.
4.4.4 Pengaruh mediasi learning orientation terhadap hubungan entrepreneurship orientation dan innovation
Penelitian ini membuktikan bahwa entrepreneurship orientation yang ada pada pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 bilamana melalui learning orientation akan menunjukkan pengaruh kepada innovation dalam usaha.
Proses learning yang dilakukan oleh pemilik dan ditularkan kepada karyawan akan membuat innovation bukan terjadi pada diri pemilik saja, namun juga pada perusahaan dan karyawan.
Dalam penelitian ini telah diketahui bahwa kontribusi terbesar yang meningkatkan learning orientation adalah kesadaran dari pemilik UMKM yang mengikuti program WMM tahun 2014 akan peran pembelajaran dalam perusahaan merupakan kunci sukses untuk unggul dalam persaingan. Sehingga para pemilik UMKM ini yang sudah memiliki entrepreneurship orientation yang sangat baik akan memiliki pengaruh signifikan terhadap learning orientation dalam perusahaan.
Seperti yang sudah dibahas, bahwa para pemilik UMKM ini melakukan pertemuan
dan arahan dengan karyawan sebagai proses learning untuk meningkatkan innovation dalam perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma’atofi dan Tajeddini (2010) bahwa entrepreneurship orientation berpengaruh signifikan terhadap innovation melalui learning orientation.