KEYNOTE SPEAKERS
1. Dr. Ir. Kokok Haksono Dyatmiko (Ketua SP4 DIKTI)) 2. Dr. Hendriko, ST, M.Eng (Direktur Politeknik Caltex Riau) 3. H. Teuku Sama Indra, SH (Bupati Aceh Selatan)
REVIEWER:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Syuhada, M. Sc 2. Prof. Dr. Ir. Khairil, MT
3. Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away 4. Dr. Ir. Marwan
5. Dr. Ir. Mirza Irwansyah, MLA, MBA 6. Dr. Ir. Taufik Saidi, M. Eng
7. Dr. Ir. HY. Sastra, DEA
8. Dr. M. Ilham Maulana, ST., MT 9. Dr. Ir. Yuhanis, DEA
10. Dr. Khairul Munadi, M. Eng
11. Dr. Taufik Gani, M. Eng.Sc
12. Dr. Abrar Muslim
PANITIA PELAKSANA
Penanggung jawab :1. Dr. Muhammad Ilham Maulana, ST, MT 2. Hardisal, ST
Ketua Pelaksana : Nuzuli Fitriadi, ST, MT
Wakil Ketua : Darma Setiawan Putra, ST, MT
Bendahara : Titi Penda, A.md
Koordinator Bidang Kesekretariatan : Fahmi Junanda, S. Kom
Koordinator Bidang Acara : Devi Satria Saputra, SE.Ak, M.Si Koordinator Bidang Prossiding/Dokumentasi : Miratul Mina Rezky, S. Kom Koordinator Bidang Transportasi dan Perlengkapan : Khairuman, S.Kom, M.Kom Koordinator Bidang Konsumsi : Hermalinda, MA
Koordinator Bidang Humas : Asmaidi, S.Pd, M.Si
DAFTAR ISI
Keynote Speakers i
Reviewer i
Panitia Pelaksana ii
Kata Sambutan Direktur Politeknik Aceh Selatan iii
Kata Sambutan Bupati Aceh Selatan iv
Daftar Isi vi
DAFTAR PEMAKALAH
No Authors Paper Title Page
1 Zulfikar Desain Cetakan Pipa Air Komposit Polimer
Arang Kayu 1
2
Zulfadhli Muslimsyah Masri
Penggunaan Bahan Komposit Serat Gelas dan Pipa PVC pada Rekayasa dan Manufaktur Kapal Serat Gelas
6
3
Rendra Rusdianto Darwin
Khairil
Kaji Eksperimental Karakteristik Pengeringan Batubara Sub Bituminous dengan Udara Panas Sebagai Media Pengering
13
4
Darma Setiawan Putra Adhi Dharma Wibawa Mauridhi Hery
Purnomo
Klasifikasi Sinyal EMG pada Otot Tungkai
Selama Berjalan Menggunakan Random Forest 19
5
Syarizal Fonna Ammar Ramzy Abdullah Zubaidi Amri
Studi Pengaruh Tebal Selimut Beton Busa Bertulang dengan Bahan Pengisi Pozzolan Terhadap Potensial Korosi Menggunakan Metode Half-Cell Potential Mapping
25
6 Jalaluddin
Analisis Persamaan-persamaan Korelasi Perpindahan Panas Konveksi Paksa Aliran Melintang Silinder Tunggal
31
7 Nurdin Ali Sulaiman Thalib
Perilaku Korosi Logam Las dan Daerah
Terpengaruh Panas pada Baja A 36 38 8
Husni Masri
Penerapan Teknologi Coran dengan Sistem Cetak Massal untuk Meningkatkan Produksi Rencong Souvenir Industri Kecil
43
9 Muhammad Idris Uun Novalia Harahap
Analisis Numerik pada Bejana Destilasi Fermentasi Buah Salak Berdasarkan Prinsip Perpindahan Panas Secara Konduksi
47
10 Arif Mardiyanto M. Ihsan
Implementasi Rancang Bangun Modul Praktikum Suhu dan Pengaturan Motor DC dengan Mikrokontroler dan Visual Basic
52
11 Herdi Susanto Hanif
Teknologi Terapan Perahu Sampan Fiberglass (Studi Terapan: Nelayan Sungai Bubon Kabupaten Aceh Barat)
59
12 Irham
Efek Koefisien Tahanan Aliran Sungai Terhadap Penyempitan Penampang pada Abutmen Jembatan pada Sungai Krueng Pase Kabupaten Aceh Utara
65
Proseding Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) III Tahun 2016
Perilaku Korosi Logam Las dan Daerah Terpengaruh Panas pada Baja A 36
Corrosion Behaviour of Weld Metal and Heat Affected Zone for A 36 Steel
Nurdin Ali
1, Sulaiman Thalib
11Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2111
*Email:nurdin.ali@unsyiah.ac.id
Abstrak- Baja yang dilas mengalami perubahan struktur mikro pada logam las dan daerah terpengaruh panas yang menyebabkan perubahan sifat fisik dan mekaniknya. Beberapa penelitian yeng telah dilakukan sebelumnya lebih banyak difokuskan pada kajian sifat mekanik dan struktur mikro, sedangkan tinjauan prilaku korosi masih belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku korosi logam las dan daerah terpengaruh panas baja A 36 akibat siklus termal yang dilas dengan proses SMAW. Untuk mempelajari sifat korosi hasil las baja A 36, disiapkan 5 buah benda uji yang telah dilas kemudian diukur sifat korosinya sesuai standar ASTM G3-74. Disamping uji korosi juga dilakukan pengamatan struktur mikro dan uji kekerasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perubahan potensial korosi berturut-turut untuk logam induk, daerah terpengaruh panas dan logam las adalah -540 mV, -630 mV and -660 mV dengan densitas arus masing-masing adalah 0.0263 mA/cm2, 0,194 mA/cm2and 0,2054 mA/cm2.
Kata kunci: Pengelasan, perilaku korosi, logam las, logam dasar, baja A36
Abstract- Microstructure of welded steel change on weld metal and heat affected zone, that cause change its physical and mechanical properties. Several studies have been conducted previously focused mostly on assessing the mechanical properties and microstructure, while the study on corrosion behavior is still not available. The objective of this research is to obtain corrosion behavior of weld metal and HAZ for A 36 steel due to welding thermal cycles welded with SMAW process. To study the corrosion behavior of the weld metal and HAZ of A 36 steel, five specimen were prepared then measured their corrosion properties according to ASTM G3-74 standard. Beside the corrosion test was also conducted observation of microstructure and hardness test. The results shown that, the corrosion potential for parent metal, HAZ and weld metal are -540 mV, -630 mV and -660 mV and current density are 0.0263 mA/cm2, 0,194 mA/cm2and 0,2054 mA/cm2, respectively.
Keyword: Welding, corrosion behavior, weld metal, parent metal, A 36 steel I. PENDAHULUAN
Pentingnya baja karbon rendah dalam penggunaan dan pengembangan industri tidak dapat diabaikan. Sifat mekanik, ketangguhan dan mampu las yang baik, maka baja karbon rendah telah menjadi pilihan utama diberbagai industri [1]. Disamping itu juga, baja karbon rendah banyak digunakan sebagai bahan konstruksi baik pada industri ringan maupun industri berat [2].
Seperti diketahui, pengguaan baja karbon rendah dalam konstruksi selalu melibatkan proses pengelasan untuk penyabungan atau perakitan komponen- komponennya. Proses pengelasan memberi pengaruh terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja terutama daerah lasan akibat masukan panas saat pengelasan yang disebut siklus panas las [3]. Siklus panas las merupakan peristiwa pemanasan dan pendinginan pada daerah lasan yang menyebabkan timbulnya perbedaan tingkat energi bebas aktivasi logam sekitas logam las. Perbedaan ini dapat mecipatakan pebedaan ukuran butir yang berakibat timbulnya daerah anoda dan katoda sebagai potensi
korosi [4].
Banyak penelitian telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat konsekuensi serius terhadap struktur mikro baja karbon yang mengalami pengelasan. Perubahan akibat pengelasan juga dilaporkan turunnya sifat mekanik dan sifat ketangguhan seiring dengan berubahnyan struktur mikro akibat pengetasan daerah lasan[5].
Perubahan struktur mikro tersebut tidak hanya berubah sifat mekanik dari baja karbon rendah, juga ikut berubah sifat utama lainnya tidak terkecuali sifat fisik dan kimianya. Penelitian pengaruh pengelasan terhadap sifat mekanik telah banyak dilaporakan [6- 10], sementara pengaruh terhadap perilaku korosi baja karbon rendah belum tersedia .
Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengelasan terhadap perilaku korosi baja A 36 pada daerah lasan menggunakan metode elektro kimia. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tersedianya infomasi dan referensi
Proseding Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) III Tahun 2016
tentang perilaku korosi daerah logam las, daerah terpengaruh panas untuk baja A 36.
II. MATERIAL DAN METODE
A. Material
Material yang digunakan pada penelitian ini adalah pelat baja A 36, memiliki tebal 8 mm. Baja ini termasuk baja kabon rendah yang mempunya mampu las yang baik, digunakan untuk bahan lambung kapal.
Sifat mekanik dan kompasisi kimia baja A 36 diperlihatkan dalam Tabel 1 dan 2 berikut ini.
Tabel 1. Sifat mekanik baja A 36 menurut standar Kuat
Tarik (MPa)
Kuat Luluh (MPa)
Regangan (%)
Modulus Elastisitas
(GPa)
Poison Rasio 400 –
550
250 20 200 0.26
Tabel 2 Komposisi kimia (% wt.) baja A 36
C Cu Si P Mn S
0,22- 0,29
0,2 0,28 0,04 0,8 -1,2 0,05
B. Metode
Untuk keperluan pengalasan, material yang diteliti dibuat kampuh alur memanjang berbentuk V tunggal dengan bukaan akar disesuaikan dengan ukuran material serta besarnya kampuh untuk menjamin ikatan las yang baik pada akar. Bentuk dan ukuran kampuh dapat dilihat pada Gambar 1.
Gabar 1 Bentuk dan ukuran kampuh las Material yang telah disiapakan dilakukan pengelasan menggunakan proses las busur elektroda terbungkus atau disebut juga Sheilded Metal Arc Welding (SMAW) dan logam pengisi adalah AWS A.5.1 E7016. Pengelasan arah mendatar digunakan untuk penelitian mengacu kepada standar AWS (Amarican Welding Standard).
Selanjutnya material yang telah dilas dipotong dengan ukuran 20 x 20 x 8 mm sebagai specimen uji sebanyak 5 buah, 3 buah untuk pengukuran perilaku korosi, 1 buah untuk pengukuran kekerasan daerah lasan dan 1 buah untuk pengamatan struktur mikro.
Permuka ke lima specimen digerinda dengan pemekanan yang sangat kecil untuk mengindari terjadinyan perubahan kondisi akibat panas yang ditimbulkan. Selain itu, juga digunakan pendingin semasa proses permesinan berlangsung.
Perlakuan selanjutnya adalah menghaluskan specimen dengan kertas pasir berturut-turut dari 320, 600, 800 dan 1000 grit. Spesimen yang telah dihaluskan, kemudian dipolis pada piringan pemolisan menggunakan serbuk alumina. Spesimen yang diunakan untuk pengamatan struktur dietsa dalam larutan nital. Spesimen untuk pengukuran kekerasan dan struktur mikro secara skematik diperlihatkan dalam Gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2 Spesimen untuk pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro
Uji kekerasan pada daerah lasan dilakukan menggunakan metode Vikers dengan identor intan berbentuk piramida dengan sudut 136o. Luas penetrasi diukur menggunakan mikriskop pengukur yang menyatu dengan alat uji kekerasan. Beban yang digunakan dalam pengujian ini adalah 10 kg.
Pengujian dilakukan mulai dari titik nol sumbu las dengan jarak 1 mm hingga 10 titik meliputi logam las, daerah terpengaruh panas dan logam dasar. Waktu penetrasi tiap-tiap titik pengujian adalah 20 detik.
Selanjutnya nilair ata-rata dari pengujian diambil sebagai nilai kekerasan. Prosedur pengujian kekerasan Vikers dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Prosedur pengujian kekerasan metode Vikers
Adapun daerah yang diukur perilaku korosi dari specimen dikelompokan kedalam 3 katogori yaitu 1) logam las (LL), 2) logam dasar (LD) dan (3) daerah terpengaruh panas (DP). Spesimen yang akan diukur perilaku korosi, kemudian dipasang kawat tembaga dan diisolasi seluruh bagian hanya dibuka seluas 1 cm2 tempat pengamatan yaitu LD, LL dan DP. Bahan isolasi yang digunakan adalah Shin-Etsu Silicone.
Daerah Terpengaruh PanasLas Logam Las
Logam Dasar
Proseding Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) III Tahun 2016
Pengukuran perilaku korosi dilakukan berdasarkan rujukan ASTM G3-74 (1981). Peralatan pengukuran perilaku korosi yang digukan adalah Potentistat; mark:
Hokuto Denko, type: HA-301. Instrumen yang digunakan untuk membaca arus dan frekwensi yang ditampilkan ole Potentiostat adalah Osciloscopes, Merek: Tektronix; type: TDS 340. Selain itu, juga digunakan Reference Electrode (RE, SCE, Saturated Calomel Electrode) merek: TOA, type: TOA-201 dan sebagai Couter Electrode (CE) digunakan Stainless Steel AISI 304. Rangkaian peralatan penelitian korosi diperlihatkan dalam Gambar 4 berikut.
Gambar 4 Rangkaian peralatan penelitian korosi Untuk mendapatkan perilaku korosi, tiga besaran diukur yaitu, 1) pengukuran Rest Potential, 2) pengukuran arus anodik (anodic current) yang dikenal dengan kurva anodik) dan 3) arus katodik (kathodic current) disebut kurva katodik. Hasil pengukuran ini maka dapat digambarkan kurva polarisasi. Data arus anodic dan katodik yang diperoleh dari pengikuran dibagi dengan luas penampang specimen 1 mm2 diperoleh kerapantan arus corrosi atau disebaut current density. Current density merupakan ukuran laju korosi baja.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Struktur Mikro Daerah Lasan
Tujuan analisis struktur mikro adalah untuk mengevaluasi pengaruh pengelasan terhadap struktur mikro baja A 36 yang mengalami pengelsan dan untuk mengetahui bagaimana perubahan tersebut dapat mempengaruhi sifat mekanik dan perilaku korosi terutama pada daerah Logam Las dan Daerah Terpengaruh Panas. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pengangkat mikroskop metalurgi. Hasil pengamatan metalografi diperlihatkan pada Gambar 4 (a), (b) dan (c).
Gambar 4a memperlihatkan struktur mikro logam dasar. Struktur mikro menunjukan bahwa terdapat dua fasa yaitu ferrit dan perlit, hal ini sesuai dengan fasar dasar baja karbon rendah. Dari struktur mikro terlihat
bahwa distribusi ferrit berbentuk memanjang. Hal ini mengidikasikan bahwa logam dara berasal dari hasil pengorolan.
Struktur mikro daerah terpengaruh panas dapat diamati pada Gambar 4b. Pengembangan ukuran butir terlihat jelas, semua struktur memanjang sudah tidak terlihat lagi dan terbentuk butir sempurna.
Pengembangan butir akibat panas yang mencapai temperature austenite mencapai diatas 900oC.
Struktur mikro logam las dapat diamati pada Gambar 3c. Logam las adalah kombinasi logam dasar dan logam pengisi atau filler metal. Struktur mikro yang tebentuk telihat berbeda dari kedua daerah lainnya dan terlihat berbutir kasar karena disebabkan oleh temperature yang dicapai hingga 1500oC atau temperature cair. Perbedaan ketiga daerah ini dapat menyebabkan perbedaan sifat mekanik sifat sifat kimia dan perilaku korosi.
Gambar 4 Struktur mikro A 36, a. Logam Dasad, b.
Daerah Terpengaruh Panas, Logam Las. (150x) (b)
(c) (a) Keterangan Gambar:
CE = Counter Electrode
WE =Working Electrode (Spesimen) RE = Reference Electrode
Proseding Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) III Tahun 2016
B. Kekerasan Daerah Lasan
Pemerisaan kekerasan daerah lasan dimaksudkan adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh perubahan struktur miro terhadan kekerasan logam las dan daerah terpengaruh panas. Informasi ini diperlukan untuk menilai apakah daerah lasan tersebut masih memiliki potesi terjadi pengetasan. Gambar 5 memperlihakan distribusi kekerasan daerah lasan terhadap sumbu las.
Kekerasan yang terukur pada sumbu las yaitu 1 mm adalah 188 HV. Nilai kekerasan menurun hingga mencapai daerah terpengaruh panas dan logam dasar yaitu 160-159 HV,. Penurunan kekerasan disebabkan oleh perubahan struktur mikro akibat siklus perlakuan panas daerah lasan. Selanjutnya, kekerasan menurun kembali pada daerah logam las sehingga mencapai nilai stabil.
140 150 160 170 180 190 200
0 2 4 6 8 10 12
K ek er as an ( H V )
Jarak dari sumbu las (mm)
Gambar 5 Distribusi kekerasan daerah lasan
C. Perilaku Korosi
Perilaku korosi merupakan gambaran kondisi tertentu yang menyebabkan menurunnya mutu logam disebabkan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini dapat diketahui dengan perubahan potensial dan atau densitas arus yang digambarkan dalam diagram potensial vs densitas arus korosi.
Data hasil penelitian yang diukur menggunakan Potentiostat adalah rest potensial dan arus pada masing- masing daerah, logam dasar, logam las dan daerah terpengaruh panas dalam larutan 3.5% NaCl. Dari data potensial dan densitas arus diperoleh besaran perilaku korosi yaitu potensial korosi dan densitas arus korosi LD, LL dan DP. Densitas arus diperoleh maka kemudian dapat ditentukan laju korosi.
Laju korosi masing-masing daerah lasan dapat ditentukan dengan menganalisa kurva linear. Dari kurva tersebut dapat diperoleh tahanan polarisasi menggunakan persamaan 1 berikut [4,11].
Error! Reference source not found.
Error!Reference source not found. (1)
Dari persamaam 1, nilai β adalah diketahui yaitu 0,026 V untuk baja karbon rendah. Dengan demikian arus korosi (mA/cm2) dapat dihitung menggunakan persamaan 2 berikut [4,11].
Error! Reference source not found. (mpy) (2) Hasil perhitungan untuk daerah logam dasar, logam las dan daerah terpengaruh pans diperlihatkan dalam table 3 berikut. Besaran ini menggabarkan perilaku korosi setiap daerah hasil pengelasan baja A 36.
Tabel 3 Perilaku korosi baja A 36 daerah lasan Daerah
Potensial Korosi
(mV)
Tahanan Palarisasi
(Rp)
Densitas Arus (mA/cm2)
Laju Korosi
(mpy)
LD -540 0,991 0,0263 1,207
DP -630 0,134 0,1940 8,924
LL -660 0,126 0,2054 9,447
Tabel 3 memperlihatkan perilaku korosi baja A 36 dalam media air laut buatan. Potensial korosi logam las dan daerah terpengaruh panas menurun dibandingkan dengan dibandingkan dengan potensial korosi logan dasar. Sementara, nilai densitas arus logam las dan daerah terpengaruh panas meningkat dibandingkan daerah logam dasar. Hal ini disebabkan perbedaan struktur mikro antara logam dasar dan logam las dan daerah terpengaruh panas.
Perbedaan ini dapat menyebakan terbentuknya daerah beda potensial antar daerah tersebut. Lebih konkrit dapat disebutkan bahwa, kemungkinan terbentuknya anoda dan katoda diantara daerah-daerah tersebut.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan diatas, maka dapat disimpulkan sbagai berikut:
1. Perubahan struktur mikro dan kekerasan terjadi akibat panas pengelasan pada baja A 36.
2. Seiring dengan perubahan struktur mikro, juga terjadi perubahan perilaku korosi yaitu: penurunan potensial korosi berturut-turut untuk logam induk, daerah terpengaruh panas dan logam las adalah - 540 mV, -630 mV and -660 mV, sementara densitas arus meningkat masing-masing adalah 0.0263 mA/cm2untuk logam dasar, 0,194 mA/cm2 daerah terpengaruh panas dan 0,2054 mA/cm2logam las.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengcapkan terimakasih kepada ketua PSTM dan dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dan semua pihak atas bantuan fasilitas sehingga terlaksananya penelitian ini.
Proseding Seminar Nasional Teknologi Rekayasa (SNTR) III Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim, ASTM A 36, Standard Specification for Carbon Structural Steel, Book of standard, Vol.
01.04
[2] http://arafuru.com/material/jenis-jenis-baja-dan- kegunaannya.html, (06 Desember 2016)
[3] Talabi, S. I., Owolabi, O. B., Adebisi, J. A, &
Yahaya, T., Effect of welding variables on mechanical properties of low carbon steel joint, Advances in Production Engineering &
Management, 9(4), hal. 181-186, 2012
[4] Ahmad, Z., Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control, Elsevier Ltd, ISBN No.
ISBN: 978-0-7506-5924-6, 2006
[5] Sumarji, Evaluasi korosi baja krbon rendah A 36 pada lingkungan at mosferik di kab jember, jurnal Rotor, 5(1), hal. 44-51, 2012
[6] Aisyah, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII, Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK, ISSN 1410-6086, hal. 159-173
[7] Joko Santoso, Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan las SMAW dengan Elektroda E7018, Skripsi, UNDIP, 2006) [8] Trinova Budi Santoso, Solichin, & Prihanto Tri
Hutomo, Pengaruh arus listrik pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro las SMAW dengan Elektroda E7016, Jurnal Teknik Mesin, 23(1), hal. 56-64, 2015
[9] Awal Syahrani, Alimuddin Sam & Chairulnas, Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490, Jurnal Mekanikal, 4(2), hal. 393-402, 2013
[10] Mohruni, A.S. & Kembaren, B.H., Pengaruh Variasi Kecepatan dan Kuat Arus terhadap Kekerasan, Tegangan Tarik, Struktur Mikro Baja Karbon Rendah dengan Elektroda E 6013, Jurnal Rekayasa Mesin, 13(1), hal. 1-8, 2013
[11] Fontana, M.G., & Greene, N.G., Corrosion Engineering, McGraw Hill, New York, 1987 BIODATA PENULIS
Nama Lengkap Nurdin Ali Jabatan Fungsional Lektor Kepala
E-mail nurdin.ali@unsyiah.ac.id Nomor Telepon/HP +628126906380
Alamat Kantor Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Unsyiah Darussalam Banda Aceh No. Telepon/Faks
Kantor
(0651) 7555874
Pendidikan
Tahun 1984 S1 Institut Teknologi 10 November, ITS Tahun 1993 S2 Kassel University, Gemany
Tahun 2014 S3 Univeriti Tun Hussein Onn Malaysiaya
Pengalaman Kerja
Tahun 1999 - 2003 Wakil Dekan III Fakultas Teknik Unsyiah
Tahun 2015 - skrg Ka Bagian Teknik Mesin Program Studi Doktor Ilmu Teknik Unsyiah
Publikasi 5 tahun terakhir
Tahun Judul
2012 Assessment of Cp Ti Surface Properties after Nitrogen Ion Implantation with Various Doses and Energies ( Metallurgical and Materials Transaction A, Vol 43/11/ pp 4185- 4193)
2013 Fatigue Life Prediction of Commercially Pure Titanium after Nitrogen Ion Implantation
(International Journal of Automotive and Mechanical Engineering, Vol.
7/1/1/pp 1005-1013
2014 Assessment of fatigue and corrosion fatigue behaviours of the nitrogen ion implanted Cp Ti (International Journal of Fatigue, Vol. 61, pp. 184-190)