• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Mengenai Self-Efficacy Pada Karyawan yang Akan Memasuki Masa Pensiun Dalam Waktu 1 Tahun Mendatang di PT 'X' Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Mengenai Self-Efficacy Pada Karyawan yang Akan Memasuki Masa Pensiun Dalam Waktu 1 Tahun Mendatang di PT 'X' Bandung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Studi Kasus Mengenai Self-Efficacy Pada Karyawan

Yang Akan Memasuki Masa Pensiun Dalam Waktu 1 Tahun Mendatang Di PT ‘X’

Bandung.”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang derajat

self-effiicacy dan kaitannya dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya pada karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang di PT ‘X’ Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Populasi sasaran dari penelitian ini

adalah karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang di

PT ‘X’ Bandung yang berjumlah 4 orang.

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner self-efficacy yang

dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan teori dari Bandura yang terdiri dari 28 item.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang pada umumnya

memiliki self-efficacy yang tinggi.

Sumber vicarious experience, verbal persuasion dan physiological and affective

states berpengaruh terhadap derajat self-efficacy pada karyawan yang akan memasuki

masa pensiun dalam waktu satu tahun mendatang. Sumber mastery experience, bukan

merupakan sumber yang paling efektif dalam mempengaruhi derajat self-efficacy. Hal ini

dipengaruhi oleh penghayatan karyawan mengenai keberhasilan dalam pekerjaannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat self-efficacy pada karyawan yang

akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang adalah faktor pendidikan

dan level manajemen.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

………...…i

KATA PENGANTAR

………...ii

DAFTAR ISI

………...…...iii

DAFTAR TABEL

...v

DAFTAR SKEMA

...vi

DAFTAR LAMPIRAN

...vii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

………...1

1.2. Identifikasi Masalah

………...8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

...………...8

1.4. Kegunaan Penelitian

………...9

1.5. Kerangka Pikir

………...10

1.6. Asumsi Penelitian

………...19

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Self-Efficacy

2.1.1. Definisi Belief………...………...21

2.1.2. Definisi Self-Efficacy...………...………...21

2.1.3. Peranan Self-Efficacy Dalam Kehidupan………...…..………...21

2.1.4. Sumber-Sumber Self-Efficacy...………...………...24

2.1.5. Proses-Proses Utama self-efficacy..………...………...28

(3)

2.2.2. Pengertian Masa Pensiun Ditinjau Dari Sudut Pandang

Psikologi………...….39

2.2.3. Masa Persiapan Pensiun…..………...………...41

2.2.4. Jenis-Jenis Pensiun...………...…

………...42

2.2.5. Tahap-Tahap Masa Pensiun..………...43

2.3. Masa Dewasa madya

2.3.1. Usia Dewasa Madya..…………...………...45

2.3.2. Karakteristik Usia Dewasa Madya.…………...………...46

2.3.3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Madya…………...…...51

2.4. Peraturan Pensiun PT ‘X’

2.4.1. Jaminan Pensiun…………...………...52

2.4.2. Besarnya Uang Pensiun………...………...52

2.4.3. Hubungan Kerja...………...………...53

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

………...54

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel Penelitian………...………...54

3.2.2. Definisi Operasional……...………...55

3.3. Populasi Penelitian

3.3.1. Populasi Sasaran…...……...………...56

3.3.2. Karakteristik Sampel…………...………...56

(4)

3.4.2. Sistem Penilaian Kuesioner Self-Efficacy...………...…………....5

7

3.4.3. Data Penunjang...………...59

3.5. Teknik Analisis

...……….……….………...60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Responden

………....61

4.2. Hasil Penelitian

………….………...66

4.3. Pembahasan Hasil

………...94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

………...101

5.2. Saran

………...102

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Alat Ukur Self-Efficacy

Tabel 3.2. Kategori Penilaian

Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Derajat Self-Efficacy

Tabel 3.4. Data penunjang

Tabel 3.5. Wawancara

(6)

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1. Skema Kerangka pikir

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

L.1. Kuesioner Self-Efficacy

L.2. Data Penunjang

L.3. Kerangka Wawancara

L.4. Kunci Jawaban Kuesioner Self-Efficacy

L.5. Data Mentah Kuesioner Self-Efficacy

L.6. Data Hasil Kuesioner Self-Efficacy

(8)

L.1. KUESIONER

SELF EFFICACY

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masa

pensiun. Saudara diharapkan memilih salah satu jawaban berdasarkan kenyataan yang

ada pada diri saudara dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang paling

menggambarkan keadaan pada diri saudara. Jawablah setiap pernyataan seolah-olah

saudara telah memasuki masa pensiun.

1.

Apabila saya mengalami perubahan rutinitas kerja setelah saya memasuki masa

pensiun maka………

a.

Saya merasa yakin akan dapat menerima perubahan tersebut dan berusaha

menyesuaikan diri

b.

Saya merasa tidak yakin dapat menerima perubahan tersebut.

c.

………..

2.

Ketika memasuki masa pensiun, saya akan…….

a.

Mencari kegiatan yang berarti untuk mengisi waktu luang

b.

Mencari pekerjaan yang baru untuk menambah penghasilan

c.

Mengisi masa pensiun dengan beristirahat

d.

Belum memiliki rencana

3.

Tunjangan pensiun yang saya peroleh akan digunakan untuk …….

a.

Modal usaha

b.

Tabungan

c.

Belum tahu

d.

………..

4.

Apabila setelah pensiun saya tidak lagi memiliki rutinitas kerja maka……

a.

Saya akan berusaha untuk mencari pekerjaan yang baru

b.

Saya akan berusaha untuk mencari kegiatan pengganti

c.

Saya akan menerima keadaan tersebut dan tidak melakukan apa-apa

d.

………

5.

Usaha yang akan saya lakukan untuk merencanakan kegiatan di masa pensiun

adalah………..

a.

Saya akan mencari informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh

rekan kerja yang telah pensiun

b.

Saya akan meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi masa pensiun

c.

Saya belum memiliki rencana

d.

……….

6.

Usaha yang akan saya lakukan untuk dapat memanfaatkan tunjangan pensiun

sebaik mungkin adalah……..

(9)

b.

Mendepositokan tunjangan tersebut dan hanya menggunakannya untuk

kebutuhan yang sangat mendesak

c.

Saya belum memiliki rencana.

d.

……….

7.

Pada saat keluarga saya memiliki kesulitan keuangan setelah saya telah memasuki

masa pensiun saya………

a.

Berusaha mencari penghasilan tambahan dengan bekerja

b.

Meminta bantuan pada teman atau saudara

c.

Mudah menyerah karena saya sudah tidak memiliki penghasilan

d.

……….

8.

Ketika saya tidak mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan dalam masa

pensiun, saya………

a.

Akan berusaha mencari kegiatan yang sesuai dengan hobby saya

b.

Tidak melakukan kegiatan

c.

………

9.

Ketika saya mengalami kesulitan dalam mengatur tunjangan pensiun, maka saya

akan ………..

a.

Berusaha untuk lebih cermat dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran

modal.

b.

Berusaha untuk lebih berhemat dalam menggunakan tunjangan pensiun.

c.

Mudah menyerah.

d.

……….

10.

Perasaan saya ketika tidak lagi memiliki pekerjaan setelah memasuki masa

pensiun……

a.

Khawatir, karena tidak mampu menghidupi keluarga seperti ketika saya

masih bekerja

b.

Tetap merasa yakin bahwa saya masih mampu untuk menghidupi keluarga

c.

……….

11.

Perasaan saya ketika dituntut untuk merencanakan kegiatan di masa pensiun……

a.

Saya merasa yakin bahwa saya mampu untuk merencanakan kegiatan di

masa pensiun, karena ………

b.

Saya merasa khawatir untuk merencanakan kegiatan di masa pensiun,

karena………...

c.

………

12.

Perasaan saya ketika dituntut untuk membuat perencanaan keuangan di masa

pensiun……

a.

Saya merasa yakin bahwa saya mampu untuk membuat perencanaan

keuangan di masa pensiun, karena ………

(10)

c.

………..

13.

Seandainya setelah pensiun saya merasa kehilangan teman-teman sekantor

maka……….

a.

Saya akan berusaha untuk menghubungi mereka kembali

b.

Saya akan mencoba mencari teman yang baru

c.

Saya berusaha menerima keadaan tersebut dan tidak melakukan apa-apa

d.

………..

14.

Apabila setelah pensiun saya diajak oleh teman untuk bergabung dalam suatu

kegiatan tertentu maka…..

a.

Saya akan mengikuti kegiatan tersebut, karena ………

………

b.

Saya tidak akan mengikuti kegiatan tersebut, karena……….

c.

……….

15.

Setelah memasuki masa pensiun, saya memilih untuk mengatur keuangan dengan

cara………

a.

Membuat perencanaan keuangan

b.

Membuat prioritas kebutuhan

c.

Saya belum memiliki rencana

d.

………

16.

Usaha yang saya lakukan untuk mengatasi perubahan dalam pendapatan keluarga

adalah………

a.

Mencoba untuk lebih berhemat

b.

Mencari penghasilan tambahan

c.

Menerima perubahan tersebut dan tidak melakukan apa-apa

d.

………

17.

Usaha yang akan saya lakukan supaya tidak merasa bosan dalam menghadapi

masa pensiun adalah………

a.

Saya akan mencari aktivitas yang berarti untuk mengisi waktu luang

b.

Saya akan mencari pekerjaan yang baru

c.

Saya belum tahu harus melakukan kegiatan apa

d.

……….

18.

Usaha yang saya lakukan untuk dapat mengatur pengeluaran keuangan

adalah………

a.

Melakukan perincian terhadap kebutuhan

b.

Berusaha untuk berhemat

c.

Saya belum memiliki rencana

d.

………

………

19.

Apabila pada masa pensiun saya merasa kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan aktivitas kerja maka ………..

(11)

b.

Saya akan mencari pekerjaan yang baru

c.

Saya akan mudah menyerah pada keadaan tersebut

d.

………

20.

Seandainya saya telah mencoba untuk mencari kegiatan yang berarti dalam masa

pensiun tetapi saya belum mendapatkan kegiatan yang sesuai dengan minat saya

maka………

a.

Saya akan terus mencoba mencari kegiatan yang sesuai dengan minat

saya

b.

Saya akan mencoba melakukan kegiatan walaupun kegiatan tersebut

kurang sesuai dengan minat saya

c.

Saya akan berhenti mencari kegiatan

d.

……….

21.

Ketika saya memiliki suatu kebutuhan yang sangat penting, tetapi saya tidak

memiliki modal yang cukup maka saya akan………

a.

Berusaha mencari modal tambahan dengan melakukan pekerjaan

sampingan

b.

Berusaha meminjam dari teman atau saudara

c.

Menyerah dan menunda kebutuhan tersebut

d.

………

……….

22.

Perasaan saya ketika mengalami perubahan dalam hal pendapatan keluarga

setelah saya memasuki masa pensiun adalah………

a.

Tetap merasa yakin bahwa saya dapat menghidupi keluarga saya,

karena……….

b.

Saya merasa khawatir, karena...

23.

Perasaan saya ketika merasa kesulitan dalam menentukan kegiatan yang akan

dilakukan di masa pensiun adalah………..

a.

Khawatir, karena ……….

b.

Tidak khawatir, karena………

c.

………

24.

Perasaan saya ketika merasa kesulitan untuk menentukan prioritas dalam

menggunakan uang pensiun adalah……….

a.

Merasa khawatir, karena

b.

Tidak khawatir, karena

c.

………

.

25.

Setelah memasuki masa pensiun, saya akan……

(12)

26.

Apabila penghasilan keluarga berkurang setelah saya pensiun maka…..

a.

Saya akan berusaha mencari pekerjaan sampingan untuk menambah

penghasilan keluarga

b.

Saya tidak akan melakukan apapun karena belum tahu harus berbuat apa.

c.

………

27.

Perasaan saya ketika tidak lagi memiliki penghasilan di masa pensiun adalah…

a.

Merasa bersalah karena tidak dapat menambah penghasilan keluarga

b.

Tidak merasa bersalah karena memang sudah waktunya untuk pensiun

c.

………

28.

Ketika saya diajak oleh rekan sekerja untuk membuka usaha baru, maka

a.

Saya akan menerima ajakan tersebut, karena………

………

……….

(13)

L.2. IDENTITAS

Inisial :

Usia :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

Lama bekerja :

Status pernikahan :

1.

Apakah saudara memiliki anak yang masih menjadi tanggungan ketika saudara

memasuki masa pensiun?

a. Ya,...

b. Tidak.

2.

Apakah saudara memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan

keluarga?

(14)

DATA PENUNJANG

Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai pengalaman di pekerjaan. Saudara

diharapkan menjawab pertanyaan dengan jujur dan terbuka sesuai dengan kenyataan yang

ada pada diri saudara.

1.

Hal yang lebih sering saudara alami dalam pekerjaan adalah

a.

Keberhasilan

b.

Kegagalan

2.

Apakah saudara pernah mendapatkan penghargaan atau pujian atas keberhasilan

saudara?

a.

Ya, misalnya………

b.

Tidak

3.

Sebutkan keberhasilan yang pernah saudara raih dalam

bekerja………

………

4.

Keberhasilan dari rekan kerja dalam menghadapi masa pensiun

a.

Merupakan suatu tantangan bagi saya untuk dapat berhasil juga dalam

menghadapi masa pensiun.

b.

Merupakan suatu ancaman bagi saya karena saya belum tentu dapat

berhasil dalam menghadapi masa pensiun.

c.

Menurut saya, biasa-biasa saja, tidak berpengaruh sama sekali

5.

Bagaimana kondisi fisik saudara dalam menghadapi masa pensiun?

a.

Mendukung, karena………..

b.

Menghambat, karena………

Bagaimana cara saudara mengatasinya?

………

6.

Kegagalan dari rekan kerja dalam menghadapi masa pensiun

a.

Mempengaruhi saya untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi

masa pensiun.

b.

Merupakan suatu ancaman bagi saya karena kemungkinan saya akan

mengalami hal yang sama dengan rekan kerja saya tersebut

c.

Menurut saya, wajar-wajar saja, tidak berpengaruh sama sekali

7.

Siapakah yang biasanya memberikan masukan secara verbal pada saudara

dalam menghadapi masa pensiun?

(15)

d.

……….

8.

Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan dalam pekerjaan?

a.

Sering

b.

Cukup sering

c.

Jarang

d.

Tidak pernah

9.

Bagaimanakan sifat dari masukan verbal yang saudara dapatkan?

a. Positif, misalnya ……….

b.

Negatif, misalnya ………

10.

Bagaimana perasaan saudara pada saat mengalami keberhasilan?

a. Sangat senang

b.

Senang

c.

Biasa saja

d.

………

11.

Bagaimana perasaan saudara ketika menerima masukan verbal?

………

12.

Sebutkan kegagalan berarti yang pernah saudara alami pada saat bekerja

……….

……….

13.

Seberapa sering saudara mengalami kegagalan dalam pekerjaan?

a.

Sering

b.

Cukup sering

c.

Jarang

d.

Tidak pernah

14.Bagaimana perasaan saudara pada saat mengalami kegagalan?

a. Kecewa

b.

Sedih

c.

………..

(16)

L.3.

KERANGKA WAWANCARA

1.

Menurut saudara, apakah rekan-rekan kerja yang telah pensiun dapat berhasil

dalam menghadapi masa pensiun?

2.

Apakah atasan saudara pernah memberikan pujian ketika saudara berhasil dalam

pekerjaan?

3.

Bagaimana pengaruh kondisi kesehatan saudara terhadap persiapan saudara dalam

menghadapi masa pensiun?

4.

Apakah saudara memiliki rekan kerja yang telah pensiun yang dapat saudara

jadikan contoh dalam menghadapi masa pensiun?

5.

Bagaimana pengaruh pujian yang diberikan atasan terhadap diri saudara?

6.

Usaha apa yang saudara lakukan untuk dapat meraih keberhasilan dalam

pekerjaan?

7.

Bagaimana pendapat keluarga ketika mengetahui bahwa saudara akan

menghadapi masa pensiun?

8.

Bagaimana perasaan saudara ketika akan memasuki masa pensiun?

9.

Apakah saudara memiliki keterampilan yang dapat menunjang dalam menghadapi

masa pensiun?

10.

Bagaimana pengaruh keberhasilan dari rekan kerja yang telah pensiun terhadap

diri saudara?

11.

Bagaimana reaksi rekan kerja saudara ketika mengetahui bahwa saudara akan

menghadapi masa pensiun?

12.

Usaha apa yang akan saudara lakukan agar kondisi kesehatan saudara dapat

mendukung dalam menghadapi masa pensiun?

13.

Apakah saudara pernah mengalami keberhasilan dalam pekerjaan?

14.

Apakah atasan saudara pernah memberikan saran atau dukungan dalam

menghadapi masa pensiun?

(17)

L.4. Kunci Jawaban Kuesioner

Self-Efficacy

Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

a

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1

b

0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0

c

-

1 0 0 0 0 0 - 0 -

-

-

0 -

0 0 0 0 0 0 0 -

-

-

0 -

-

-

d

-

0 - -

- - -

- - -

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

(18)

L.5. Data mentah

Self-Efficacy

(19)
(20)

L.6. Data Hasil Kuesioner

Self-Efficacy

Pilihan

Usaha

Daya Tahan

Penghayatan

Derajat

Self-Efficacy

A

Sedang

cenderung

rendah

Sedang

cenderung

tinggi

Tinggi

Tinggi

Sedang

cenderung

tinggi

D

Sedang

cenderung

tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

I

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

S

Sedang

cenderung

tinggi

Sedang

cenderung

tinggi

Sedang

cenderung

tinggi

Tinggi

Sedang

cenderung

(21)

L.7. Hasil Data Penunjang (Sumber-sumber Self-Efficacy)

Responden Mastery experience Vicarious experience Verbal persuasion Phsyiological and affective states

A Bekerja selama 37 tahun Mencetak obat sesuai target.

Berpengaruh

Rekan kerja yang menjadi pedagang, wiraswasta. Kurang berpengaruh. Atasan memarahi menyarankan membuka usaha.

Anak akan membiayai. Berpengaruh.

Tubuh kuat dan sehat, jarang sakit.

Merasa yakin dapat membantu anak membuka toko. Berpengaruh. D mengantarkan barang ke

alamat yang dituju, memperbaiki mobil yang mogok.

Kurang berpengaruh, karena hanya kewajiban.

Teman sebaya yang mengisi kegiatan pensiun bersama keluarga. Berpengaruh. Atasan menanyakan kelancaran tugas.Atasan memarahi

Keluarga dan rekan kerja mengatakan supaya D tidak khawatir Berpengaruh.

Tubuh sehat, jarang sakit . Merasa yakin untuk mengisi masa pensiun dengan mengurus anak cucunya. Berpengaruh. I Perkembangan karir

yang cepat dan bervariasi. Ketiga anaknya menjadi sarjana dan ia memiliki rumah sendiri.

Mencapai target penjualan. Berpengaruh.

Keberhasilan rekan kerja dalam mencapai target.

Berpengaruh.

Atasan yang percaya dan meminta bantuan mengisi posisi sales manager. Atasan memarahi ketika tidak mencapai target penjualan.

Keluarga mendukung untuk tidak memaksakan diri bila sudah lelah. Berpengaruh.

Tubuh sehat, menjaga kesehatan.

merasa yakin untuk mengisi masa pensiun dengan menginjili karena memiliki iman dan harapan

(22)

S Menyediakan bahan baku sesuai target produksi.

Kurang berpengaruh.

Keberhasilan rekan kerja yang pensiun dalam menyesuaikan diri. Berpengaruh.

Rekan kerja menyarankan untuk mengisi waktu luang, menambah penghasilan. Berpengaruh.

Tubuh sehat, khawatir karena belum

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di

Indonesia. Dalam kondisi seperti ini maka perusahaan seringkali dituntut untuk

membuat kebijakan baru untuk dapat tetap bertahan. Seringkali kebijakan tersebut

dibuat berdasarkan kepentingan perusahaan dan mengabaikan kepentingan dan

kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan karyawan merupakan suatu hal yang

penting karena dapat membuat karyawan merasa aman dan nyaman.

Secara umum, setiap orang memerlukan pekerjaan. Dalam era modern

seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa

mendatangkan kepuasan karena dengan bekerja individu mendapatkan uang,

jabatan, dan memiliki kebanggaan pada diri sendiri karena dapat berprestasi dan

menuangkan kreativitas dalam bekerja sehingga dapat memperkuat harga diri.

Akan tetapi, terdapat satu masa dimana seseorang harus berhenti bekerja, yaitu

masa pensiun. Dalam masa pensiun, karyawan akan dihadapkan pada berbagai

perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, seperti perubahan keadaan ekonomi dan

perubahan aktivitas. Mereka tidak lagi memiliki suatu penghasilan tetap, dan

kehilangan aktivitas bekerja yang telah dirasakan sebagai suatu rutinitas.

Dalam menghadapi perubahan tersebut, karyawan yang akan memasuki

(24)

2

yang cukup dekat dengan masa pensiun dan pada masa ini karyawan memerlukan

penyesuaian diri untuk dapat memasuki masa pensiun dengan baik. Pada beberapa

instansi, karyawan biasanya diberikan kesempatan selama 1 tahun untuk

melakukan penyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi. (Turner & Helms,

1983). Pada masa ini, karyawan yang akan memasuki masa pensiun tersebut

dituntut untuk dapat mencari kegiatan penggganti untuk mengisi waktu luang di

masa pensiunnya. Selain itu, mereka juga memerlukan suatu perencanaan dalam

mengatur keuangannya di masa pensiun, mengingat bahwa pendapatan keluarga

akan berkurang setelah mereka memasuki masa pensiun.

Dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan di masa pensiun, karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang seringkali

mendapatkan hambatan, misalnya mereka sulit untuk mencari pekerjaan yang lain.

Hal ini terkait dengan faktor usia dari karyawan yang berkisar antara 54 sampai 55

tahun. Pada usia tersebut, kondisi fisik dari karyawan yang akan memasuki masa

pensiun sudah mulai menurun sedangkan sebagian besar perusahaan memerlukan

karyawan yang memiliki kondisi fisik yang prima dan semangat kerja yang tinggi.

Selain faktor usia, faktor lain yang terkait adalah wawasan maupun keterampilan

yang dimiliki. Selain sulit mencari pekerjaan yang lain, sebagian besar karyawan

yang akan memasuki masa pensiun terkadang merasa kesulitan untuk mencari

kegiatan di masa pensiun karena selama mereka masih bekerja, mereka

disibukkan oleh pekerjaan mereka sehingga tidak pernah bergabung dalam

(25)

3

Untuk dapat mengatasi hambatan tersebut, faktor internal yang perlu

dimiliki oleh karyawan yang akan memasuki masa pensiun ketika menghadapi

situasi yang penuh tantangan seperti masa pensiun adalah keyakinan bahwa

karyawan tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi masa pensiun

sehingga setelah karyawan tersebut memasuki masa pensiun maka mereka dapat

tetap merasa yakin untuk dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat dan tidak

merasa dirinya masih memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang berguna.

Belief seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan

tindakan yang diperlukan untuk mengatur situasi-situasi yang akan datang disebut

self- efficacy.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang karyawan yang akan

memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang, karyawan yang

memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk menyesuaikan diri terhadap

perubahan di masa pensiun akan berusaha untuk mencari kegiatan pengganti di

masa pensiunnya, misalnya dengan mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan

keterampilan yang dimilikinya ataupun dengan mengurus keluarganya. Untuk

menghadapi perubahan dalam pendapatan keluarga, sebagian karyawan akan

berusaha untuk mencari pekerjaan tambahan, sedangkan karyawan yang lain akan

berusaha untuk memanfaatkan tunjangan yang diterimanya dengan sebaik

mungkin. Karyawan yang kurang memiliki keyakinan terhadap kemampuan

dirinya merasa khawatir dalam menghadapi masa pensiun. Mereka menganggap

masa pensiun sebagai suatu hal yang mengancam karena mereka belum dapat

(26)

4

pensiun, karyawan yang kurang memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri

mereka cenderung belum dapat menentukan apa yang akan mereka lakukan

setelah menghadapi masa pensiun dan belum melakukan perencanaan dalam

menghadapi masa pensiun .

PT ‘X’ adalah sebuah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak dalam

bidang farmasi yang memulai usahanya dari perusahaan kecil yang berkembang

menjadi perusahaan yang cukup besar. Dengan berkembangnya usaha ini sudah

dilakukan perbaikan manajemen dengan jasa konsultan manajemen yang cukup

handal. Struktur organisasi PT ‘X’ sudah memenuhi persyaratan sebuah Perseroan

Terbatas, yaitu terdapat dewan komisaris, direksi, serta staf yang terbagi dalam

divisi marketing, umum, akuntansi dan keuangan, dan produksi. Pada saat ini PT

‘X’ memiliki karyawan yang berjumlah ± 362 orang dan sebagian besar

merupakan karyawan tetap yang sudah bekerja selama puluhan tahun dan

memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Batas usia kerja maksimal yang

ditetapkan oleh PT ‘X’ adalah 55 tahun, akan tetapi pada beberapa karyawan

yang masih produktif diberi kesempatan untuk memperpanjang masa kerjanya

dengan hubungan kontrak. Berdasarkan informasi yang didapat dari bagian

personalia, jumlah karyawan yang akan memasuki masa pensiun pada 1 tahun

mendatang berjumlah 7 orang. Sampai saat ini, PT ‘X’ belum memiliki suatu

program untuk mempersiapkan karyawannya dalam menghadapi masa pensiun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang karyawan yang telah

memasuki masa pensiun, sebesar 75% dari karyawan tersebut merasa belum siap

(27)

5

dilakukan di masa pensiun sedangkan sebesar 25% sudah dapat menentukan

kegiatan di masa pensiunnya dengan berjualan.

Mengingat bahwa dalam menghadapi masa pensiun individu akan

dihadapkan pada perubahan yang terjadi secara tiba-tiba sedangkan perusahaan

belum memiliki program untuk mempersiapkan karyawannya dalam menghadapi

masa pensiun maka karyawan yang akan memasuki masa pensiun memerlukan

suatu keyakinan akan kemampuan diri mereka dalam mengatur dan melaksanakan

sumber-sumber dari tindakan yang diperlukan untuk mengatur situasi yang

berorientasi ke masa depan yang disebut sebagai self-efficacy.

Seseorang yang menganggap tugas yang sulit sebagai tantangan yang

harus dikuasai akan mendekati situasi-situasi yang mengancam dengan penuh

keyakinan bahwa mereka dapat mengendalikan situasi-situasi tersebut dan

memandang kegagalan sebagai usaha yang tidak memadai atau kurangnya

pengetahuan dan keterampilan yang sebenarnya masih dapat mereka raih adalah

orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang

memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan akan menghindari tugas-tugas yang sulit yang dianggap

sebagai ancaman bagi diri mereka. Pada saat menghadapi tugas-tugas yang sulit

mereka terpaku pada kelemahan-kelemahan mereka dan hambatan-hambatan yang

akan dihadapi. Pada saat mengalami kegagalan, mereka membayangkan

kemungkinan hasil yang tidak menyenangkan serta lambat bangkit dari kegagalan

karena melihat performance yang kurang sebagai kemampuan yang tidak

(28)

6

orang yang memiliki self-efficacy rendah karena sebenarnya derajat self-efficacy

yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh tindakan yang akan dipilih, banyak

usaha yang digunakan dalam menghadapi masalah, berapa lama seseorang dapat

bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, dan bagaimana

penghayatan perasaannya. (Bandura, 2002).

Seorang karyawan yang akan memasuki masa pensiun tetap dituntut untuk

dapat tetap melakukan tugas pekerjaannya dengan baik. Sedangkan di lain pihak,

terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerjanya. Salah satu

diantaranya adalah lama masa pekerjaan. Dalam menghadapi masa pensiun,

karyawan yang telah bekerja selama puluhan tahun dan mengerjakan tugas yang

sama setiap hari seringkali menganggap tugas yang dikerjakannya hanya sebagai

rutinitas. Pada situasi yang bersifat rutin tersebut, maka para karyawan

memerlukan self-efficacy yang tinggi sehingga mereka menganggap tugas yang

rutin tersebut bukan sebagai suatu hal yang membosankan tetapi sebagai suatu hal

yang menantang dan mereka dapat tetap bekerja dengan baik sampai masa

pensiunnya.

Berdasarkan hasil survey awal dari 4 orang karyawan yang akan

memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang yang berjenis kelamin

laki-laki, terdapat berbagai pandangan mengenai masa pensiun. Terdapat 25% dari

karyawan yang akan memasuki masa pensiun berencana untuk tidak bekerja lagi

dan 25% berencana untuk mencari pekerjaan, sedangkan 50% dari karyawan

belum memiliki rencana di masa pensiun. Karyawan yang memilih untuk tidak

(29)

7

karena kondisi fisik yang mulai menurun sebagai akibat bertambahnya usia

ataupun karena sakit yang dialami. Karyawan tersebut mengatakan bahwa mereka

sudah merasa lelah dalam bekerja dan ingin menikmati masa pensiun dengan

beristirahat dan menggunakan tunjangan pensiun. Mereka sebenarnya sempat

berpikir untuk melakukan pekerjaan sampingan, tetapi mengingat kondisi fisik

yang sudah semakin menurun maka mereka merasa tidak yakin untuk dapat

bekerja kembali. Jumlah sebesar 25% dari karyawan yang berencana untuk

bekerja kembali merasa yakin dalam menghadapi masa pensiun. Karyawan yang

berencana untuk bekerja kembali merencanakan untuk membuka usaha sendiri

atau usaha bersama rekan kerja sesuai keterampilan yang dimilikinya. Sedangkan

50% dari karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun

mendatang belum dapat menentukan rencana di masa pensiun karena mereka

berpendapat bahwa mereka belum dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di

masa pensiun dan mereka akan berusaha untuk menjalani saja masa-masa

menjelang masa pensiun dan akan memikirkan kembali apa yang akan

dilakukannya setelah mereka memasuki masa pensiun.

Apabila dilihat berdasarkan sumber-sumber informasi dalam self-efficacy,

hampir seluruhnya karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1

tahun mendatang seringkali mengalami keberhasilan dalam pekerjaannya (mastery

experience). Mereka seringkali mampu mencapai target sesuai target yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Terdapat 25% karyawan yang memiliki rekan kerja

yang dapat menjadi panutan dalam melakukan pekerjaannya (vicarious

(30)

8

dalam menghadapi masa pensiun (verbal persuasion). Hampir seluruh karyawan

yang akan memasuki masa pensiun menganggap bahwa kondisi fisik dan emosi

mereka masih mendukung dalam menghadapi masa pensiun (physiological and

affective states).

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada karyawan yang akan

memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang, peneliti menemukan

adanya variasi dalam keyakinan karyawan akan kemampuan dirinya untuk

menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai self-efficacy pada karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

identifikasi masalahnya adalah bagaimana gambaran self-efficacy pada karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang di PT ‘X’

Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

derajat self-efficacy pada karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam

(31)

9

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang derajat

self-effiicacy dan kaitannya dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya pada

karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang di

PT ‘X’ Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

− Memberi sumbangan bagi ilmu Psikologi Industri tentang self-efficacy

pada karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun

mendatang.

− Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang

berhubungan dengan self-efficacy dalam setting lingkungan kerja atau

organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

− Memberikan informasi bagi perusahaan untuk dapat mengetahui gambaran

derajat self-efficacy pada karyawan yang akan memasuki masa pensiun

dalam waktu 1 tahun mendatang. Informasi ini diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk

mempersiapkan masa pensiun bagi karyawannya.

− Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi self-

(32)

10

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang sehingga dapat membantu

karyawan dalam mempersiapkan masa pensiunnya.

1.5 Kerangka Pikir

Pensiun adalah suatu masa dimana seorang individu mengalami

pemutusan hubungan kerja dengan lembaga atau instansi dimana ia bekerja karena

faktor usia sudah lanjut. (Irmawati Siahaan, 1997). Karyawan yang akan

memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang termasuk dalam tahap

perkembangan dewasa madya lanjut. Masa dewasa madya lanjut berkisar antara

usia 50 tahun hingga 60 tahun. Masa dewasa madya merupakan suatu masa

transisi yang senantiasa menuntut penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola

perilaku yang baru. (Hurlock, 1980)

Pengertian pensiun ditinjau dari sudut pandang Psikologi adalah suatu

masa perubahan antara kesibukan-kesibukan kerja dan suatu kondisi berhenti

bekerja. Tinjauan tentang keterlibatan para karyawan di dalam pekerjaan menjadi

suatu hal yang serius pada masa pensiun, karena selama bekerja mereka telah

menghayati suatu perasaan seperti rasa puas, memiliki aktivitas yang berarti, dan

rasa keberhasilan dalam bekerja. Dengan bekerja, karyawan memiliki suatu

penghasilan yang tetap dan mereka merasa dihargai oleh orang lain. Pada saat

karyawan memasuki masa pensiun, mereka akan dihadapkan pada berbagai

perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, seperti perubahan keadaan ekonomi dan

gaya hidup. Mereka tidak lagi memiliki suatu penghasilan tetap, dan kehilangan

(33)

11

(www.e-psikologi.com)

Dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa

pensiun, perilaku karyawan dipengaruhi oleh belief, yaitu keyakinan dari individu

yang akan ditampilkan dalam bentuk perilaku. Belief menjelaskan bagaimana

seseorang dapat menilai atau mengevaluasi kejadian yang akan ditampilkan dalam

perilaku (International Encyclopedia of Social Science, 1998). Jika seseorang

tidak memiliki keyakinan bahwa ia dapat menghasilkan sesuatu maka ia tidak

akan dapat mencoba untuk membuat sesuatu itu terjadi (Bandura, 2002). Salah

satu bentuk dari belief adalah self-efficacy, yaitu keyakinan tentang kemampuan

seseorang dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber tindakan yang

diperlukan untuk mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan

(Bandura, 2002). Self-efficacy menentukan saat seseorang merasa, berpikir,

memotivasi diri dan bertingkah laku (Bandura, 2002). Pemahaman di atas,

mendasari bahwa adanya pemahaman kognitif yang mempengaruhi self-efficacy

seseorang. Self-efficacy yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi tindakan

yang akan dipilih, banyak usaha yang digunakan dalam menghadapi masalah,

berapa lama seseorang dapat bertahan dalam menghadapi rintangan dan

kegagalan, dan bagaimana penghayatan perasaannya.

Karyawan yang memiliki Self-efficacy tinggi akan memandang masa pensiun

sebagai tantangan yang harus dapat dihadapi, dan bukan sebagai ancaman atau

sesuatu yang harus dihindari. Mereka memperkuat dan meningkatkan usaha

terhadap kegagalan dan dapat dengan cepat memulihkan self-efficacy mereka

(34)

12

sebagai suatu akibat dari usaha yang tidak maksimal atau pengetahuan dan

keterampilan yang kurang, yang seharusnya dapat mereka lakukan. Sebaliknya,

karyawan yang memiliki Self-efficacy yang rendah akan kemampuan dirinya akan

memandang masa pensiun sebagai ancaman yang harus dihindari. Mereka

menganggap kegagalan sebagai akibat dari kemampuan diri yang kurang. Mereka

terpaku pada kelemahan diri dan hambatan-hambatan yang mereka hadapi dan

cepat menyerah ketika mengalami kesulitan.

Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap derajat self-efficacy dari

karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang

adalah pendidikan, lamanya masa bekerja, pekerjaan sampingan yang dimiliki,

dan level manajemen yang dimiliki oleh karyawan. Faktor pendidikan, dapat

mempengaruhi wawasan dan keterampilan yang dimiliki oleh karyawan serta

mempengaruhi level manajemen yang dapat diraih dalam pekerjaan. Lamanya

masa bekerja seorang karyawan akan mempengaruhi besar tunjangan pensiun

yang diterimanya. Semakin lama karyawan tersebut bekerja maka semakin besar

tunjangan yang diperoleh. Karyawan yang memiliki pekerjaan sampingan akan

merasa yakin bahwa mereka akan mampu menghadapi masa pensiun dengan baik

karena setelah mereka pensiun maka mereka masih memiliki penghasilan yang

dapat menunjang kebutuhan hidup mereka, sedangkan bagi karyawan yang tidak

memiliki pekerjaan sampingan, setelah mereka mengalami pensiun maka mereka

tidak memiliki penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Level manajemen yang dimiliki karyawan dapat berpengaruh terhadap derajat

(35)

13

kompetensi yang dimiliki karyawan dan variasi pengalaman kerja yang dimiliki.

Karyawan yang termasuk dalam level manajemen bawah cenderung memiliki

perkembangan karir yang cenderung lambat dan menetap, sedangkan karyawan

yang termasuk level manajemen atas cenderung memiliki perkembangan karir

yang relatif lebih cepat dan bervariasi.

Keyakinan mengenai efficacy karyawan yang akan memasuki masa

pensiun secara kognitif dapat dikembangkan melalui empat sumber pengaruh

utama, yaitu mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion dan

physiological and affective states. Keempat sumber tersebut tergantung pada

bagaimana karyawan yang akan memasuki masa pensiun menginterpretasikan

sumber-sumber yang diperolehnya tersebut. Untuk dapat meramalkan kejadian

dan mengendalikan hal yang mempengaruhi hidup mereka, para karyawan akan

mengolah informasi yang diperoleh melalui sumber-sumber self-efficacy untuk

membangun pilihan, menimbang dan mengintegrasikan faktor prediktif untuk

menguji dan memperbaiki penilaian-penilaian hasil dari tindakan mereka,

mengingat faktor-faktor yang telah mereka uji dan bagaimana faktor-faktor

tersebut telah terlaksana dengan baik melalui empat proses utama dari self-

efficacy yang yaitu proses kognitif, afektif, motivasional, dan seleksi.

Sumber yang paling efektif untuk dapat membentuk penghayatan yang

kuat mengenai efficacy adalah melalui mastery experiences atau pengalaman

bahwa karyawan mampu menguasai keterampilan tertentu. Keberhasilan yang

pernah dialami karyawan akan membangun keyakinan akan efficacy, sedangkan

(36)

14

bila kegagalan terjadi sebelum penghayatan efficacy itu terbentuk secara mantap.

Keberhasilan yang dialami karyawan selama bekerja memperkuat keyakinan

bahwa mereka dapat mengalami keberhasilan yang serupa khususnya ketika

mereka menghadapi masa pensiun.

Sumber kedua yang dapat membentuk dan memperkuat self-efficacy belief

adalah melalui vicarious experiences atau pengalaman yang dapat diamati dari

orang lain yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan dirinya.

Melihat orang lain yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan

dirinya mengalami pensiun melalui usaha yang terus-menerus akan meningkatkan

kepercayaan bahwa mereka mampu mengatasi situasi yang kurang lebih sama

untuk mencapai keberhasilan. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan

orang lain meskipun sudah berusaha dengan kuat, akan menurunkan penilaian

efficacy dan usaha dirinya. Pengaruh dari modelling terhadap self-efficacy belief

sangat dipengaruhi oleh persamaan diri dengan model yang diamati. Semakin

besar kesamaan yang dianggap ada, maka semakin besar pengaruh keberhasilan

dan kegagalan model. Bila karyawan memandang model tersebut sebagai sesuatu

yang sangat berbeda dari dirinya, maka self-efficacy belief pada dirinya tidak

terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model

tersebut.

Sumber ketiga yang dapat membentuk dan memperkuat self-efficacy

adalah verbal persuasion. Dukungan yang diberikan oleh atasan, rekan sekerja,

(37)

15

kegiatan yang berguna di masa pensiun memperkuat belief karyawan bahwa

mereka mampu mencapai tujuan mereka dengan kemampuan yang mereka miliki.

Sumber keempat yang dapat membentuk dan menguatkan self-efficacy

belief adalah dengan physiological and affective states, yaitu penghayatan

seseorang mengenai kondisi fisik dan emosi yang dimilikinya. Karyawan yang

menghayati kondisi fisiknya masih sehat dan kuat cenderung memiliki keyakinan

yang lebih tinggi bahwa dirinya dapat menghadapi masa pensiun bila

dibandingkan dengan karyawan yang menghayati kondisi fisiknya sebagai hal

yang menghambat.

Keempat sumber tersebut akan membentuk self-efficacy belief yang akan

menentukan bagaimana karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam

waktu 1 tahun mendatang merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah laku.

Belief seperti itu menghasilkan pengaruh yang berbeda melalui empat proses

utama. Proses-proses itu meliputi proses kognitif, motivasional, afektif, dan

seleksi.

Dalam proses kognitif, belief karyawan mengenai bentuk efficacy yang

mereka miliki membentuk tipe anticipatory scenario yang mereka bentuk dan

latih. Karyawan yang memiliki penghayatan efficacy yang tinggi, membayangkan

skenario sukses yang memberikan tuntutan yang positif dengan dukungan untuk

pelaksanaan pencapaian. Karyawan yang meragukan efficacy mereka,

membayangkan skenario kegagalan dan terpaku pada hal-hal yang tidak beres.

Dalam proses motivasional, karyawan yang akan memasuki masa pensiun

(38)

16

antisipasi tindakan mereka dengan melatih forethought. Mereka membentuk belief

mengenai apa yang dapat dilakukan di masa pensiun. Mereka mungkin

mengantisipasi hasil yang seperti apa dari tindakan yang mengarah pada masa

depan. Karyawan tersebut menetapkan tujuan untuk diri mereka dan

langkah-langkah tindakan yang dirancang untuk menghadapi masa pensiun.

Dalam proses afektif, belief karyawan yang akan memasuki masa pensiun

dalam waktu 1 tahun mendatang mengenai kemampuan dalam mengatasi masalah

mempengaruhi seberapa banyak stres dan depresi yang mereka alami dalam

situasi mengancam atau sulit, dan juga mempengaruhi level motivasi mereka.

Karyawan yang yakin bahwa dirinya dapat menyesuaikan diri terhadap masa

pensiun tidak menganggap masa pensiun sebagai ancaman dan mereka tidak

memiliki pola pikiran yang mengganggu. Namun karyawan yang tidak yakin

akan kemampuan mereka dalam menyesuaikan diri terhadap masa pensiun,

merasa khawatir dalam menghadapi masa pensiun dan menganggap masa pensiun

sebagai suatu hal yang mengancam.

Dalam proses seleksi, belief karyawan yang akan memasuki masa pensiun

dalam waktu 1 tahun mendatang mengenai keyakinan terhadap kemampuan

dirinya dapat mempengaruhi tipe aktivitas dan lingkungan yang dipilih. Karyawan

tersebut cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang mereka yakini di luar

kemampuan coping mereka, tetapi mereka lebih mudah melakukan aktivitas yang

menantang dan memilih situasi yang mereka nilai bahwa mereka mampu

(39)

17

Berdasarkan uraian kerangka pikir diatas, berikut ini akan ditampilkan

(40)

18

Faktor yang berpengaruh:

- Pendidikan Aspek-aspek self-efficacy:

- Lama bekerja - Pilihan yang dibuat

- Pekerjaan sampingan - Usaha yang dikeluarkan

- Level manajemen - Daya tahan ketika menghadapi

kesulitan dan kegagalan

- Penghayatan perasaan

Karyawan yang Sumber-sumber Tinggi

akan memasuki self-efficacy:

masa pensiun - Mastery experience Proses Self-Efficacy Derajat Sedang cenderung tinggi

dalam waktu - Vicarious experience Kognitif self-efficacy

1 tahun mendatang - Verbal persuasion Sedang cenderung rendah

- Physiological and Proses self-efficacy:

affective states - Proses kognitif Rendah

- Proses motivasional

- Proses afektif

- Proses seleksi

(41)

19

1.6 Asumsi Penelitian

1. Karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun

mendatang memiliki sumber-sumber informasi berupa mastery experience,

vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective

states yang akan mempengaruhi keyakinan karyawan dalam menghadapi

masa pensiun.

2. Sumber mastery experience bagi karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang berupa keberhasilan dalam

mencapai target atau perkembangan karir dalam pekerjaannya.

3. Sumber vicarious experience bagi karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang berupa pengalaman keberhasilan

dari rekan kerja atau teman sebaya yang telah memasuki masa pensiun.

4. Sumber verbal persuasion bagi karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang berupa dukungan yang diberikan

oleh keluarga, rekan kerja atau atasan.

5. Sumber physiological and affectives states bagi karyawan yang akan

memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang berupa

penghayatan mengenai kondisi kesehatan dan emosi karyawan tersebut

dalam menghadapi masa pensiun.

6. Mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan

physiological and affective states akan diolah secara kognitif dalam diri

karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun

(42)

20

7. Derajat Self Efficacy yang dihayati setiap karyawan dapat dilihat melalui 4

aspek, yaitu pilihan yang dibuat, besarnya usaha yang dikeluarkan, berapa

lama dapat bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kegagalan serta

(43)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu

1 tahun mendatang pada umumnya memiliki self-efficacy yang tinggi.

2. Sumber mastery experience, bukan merupakan sumber yang paling efektif

dalam mempengaruhi derajat self-efficacy. Hal ini terkait dengan level

manajemen dari sebagian besar karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang yang termasuk dalam level

manajemen yang cenderung bawah sehingga perkembangan karir mereka

cenderung lambat.

3. Sumber verbal persuasion merupakan sumber yang paling efektif dalam

mempengaruhi derajat self-efficacy karyawan yang akan memasuki masa

pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang. Sebagian besar karyawan yang

akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang

mendapatkan masukan yang positif dalam menghadapi masa pensiun dari

keluarga karena keluarga merupakan pihak yang turut merasakan

perubahan ketika karyawan tersebut memasuki masa pensiun.

4. Sumber physiological and affective states mempengaruhi derajat

(44)

102

tahun mendatang. Seluruh karyawan yang akan memasuki masa pensiun

dalam waktu 1 tahun mendatang menghayati kondisi fisik dan emosinya

sebagai hal yang mendukung dalam menghadapi masa pensiun.

5. Faktor pendidikan berpengaruh terhadap derajat self-efficacy karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang.

Karyawan yang memiliki tingkat pendidikan S1 memiliki self-efficacy

yang tinggi dalam semua aspek self-efficacy.

6. Faktor level pekerjaan berpengaruh terhadap derajat self-efficacy karyawan

yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang.

Karyawan yang berada pada level pekerjaan staf cenderung menghayati

keberhasilan dalam pekerjaannya (mastery experience) sebagai

perkembangan karir yang cepat dan pengalaman kerja yang bervariasi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Untuk rekan-rekan yang berminat melakukan penelitian disarankan untuk

melakukan penelitian lanjutan mengenai self-efficacy, khususnya dalam

setting lingkungan kerja atau organisasi.

2. Bagi pihak perusahaan diharapkan melalui penelitian ini dapat

mempertimbangkan untuk mempersiapkan program persiapan masa

pensiun bagi karyawan yang akan memasuki masa pensiun dengan

memberikan alternatif kegiatan di masa pensiun atau memberikan

(45)

103

mereka memasuki masa pensiun sehingga karyawan memiliki gambaran

mengenai kegiatan yang akan dilakukan di masa pensiun.

3. Bagi karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun

mendatang disarankan untuk mempertahankan dan meningkatkan

self-efficacy dalam menghadapi masa pensiun dengan mengembangkan

keterampilan dalam menghadapi masa pensiun, melihat hal yang positif

dari keberhasilan rekan yang telah pensiun, mendengarkan masukan yang

positif dari keluarga atau rekan kerja serta menjaga kesehatan.

4. Mengingat bahwa verbal persuasion merupakan sumber yang berpengaruh

pada derajat self-efficacy karyawan yang akan memasuki masa pensiun

dalam waktu 1 tahun mendatang maka atasan disarankan untuk

memberikan pujian pada karyawan ketika mereka berhasil dalam

melakukan pekerjaan mereka sehingga karyawan dapat lebih menghayati

hal tersebut sebagai keberhasilan yang dapat meningkatkan efficacy

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert

. 1997.

Self-Efficacy in Changing Societies

. Cambridge University

Press.

Bandura, Albert

. 2002.

Self-Efficacy : The Exercise of Control

. New York:Freeman.

Denscombe, Martyn

. 2003.

The Good Research Guide

. Second Edition.

Philadelphia, USA. McGraw Hill.

Dinsil, Valentino, dkk

. 2006.

Ketika Pensiun Tiba

. Wijawiyata Media Utama

Gulo, W

. 2002.

Metodologi Penelitian

. Jakarta : PT Grasindo.

Havighurst

. 1969.

Adjustment to Retirement

. Assen, Van Gorcum.

Hurlock, Elizabeth

. 1980.

Psikologi Perkembangan.

Edisi kelima.

(47)

DAFTAR RUJUKAN

www.healthpsych.de

www.google.com

www.yahoo.com

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah secara umum untuk memeroleh gambaran mengenai hubungan self-efficacy dan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada narapidana kasus narkotika

Berdasarkan temuan dari fakta-fakta di atas, yaitu sumber stres yang dihayati oleh karyawan dan juga derajat stres karyawan dalam menghadapi masa pensiun maka dapat

Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa self-efficacy pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang baru mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian di Universitas

Bagi Tim Demo dengan Self efficacy yang rendah disarankan untuk diberikan konseling agar dapat meningkatkan self efficacynya dan diberikan training mengenai salesmanship

Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2005 universitas “X” Bandung dengan self-efficacy kuat, memiliki keyakinan yang kuat untuk mampu menentukan pilihan yang telah dibuat,

Hal ini bertujuan untuk mengetahui pola perencanaan pengelolaan keuangan karyawan muda dengan usia maksimal 30 tahun sebagaimana yang telah disebutkan pada

Sehingga dapat disimpukan bahwa self esteem karyawan sudah diperhatikan oleh perusahaan Self Efficacy pada PT Taspen KCU Bandung berada pada kategori baik yaitu sebesar 76,25%

Maka penelitian ini akan menganalisis pengaruh self efficacy dan dukungan sosial terhadap prestasi kerja karyawan CV Budiarta Tegal.. Setelah dilakukan analisis dapat