• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Manajemen Stres dalam Mengatasi Reaksi Stres untuk Meningkatkan Kesiapan Karyawan Menghadapi Pensiun di PT "X".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelatihan Manajemen Stres dalam Mengatasi Reaksi Stres untuk Meningkatkan Kesiapan Karyawan Menghadapi Pensiun di PT "X"."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This thesis research providing stress management training which sett off from the source

of stress is internalized by the employees and also the degree of employee stress in retirement. So

we can conclude that the problem occurs is leading to the symptoms of stress, which is thought to

be caused by a process of adjustment towards retirement, so the handling is needed in the

management of stress on employees who will retire. This study was conducted to determine the

extent to which the effectiveness of stress management training modules to improve the readiness

of employees who will retire

Method proposed research is a quasi experimental, which is a quasi-experimental study

that aims for a causal relationship in real life, where the changes control difficult. Research

design used a one-group before-after, with fifteen samples of employees who will retire. Training

methods use experiential learning with interactive discussions, lectures, and worksheets.

Based on the processing of non-parametric Wilcoxon statistics, obtained results, ie stress

management training significantly influence the degree of stress reduction. The effectiveness of

stress management training effect on the degree of stress reduction, not only supported by the

materials and methods that are tailored to the needs of the respondents, however, supported by

(2)

ABSTRAK

Pelatihan manajemen stres dalam penelitian ini, berangkat dari sumber stres yang

dihayati oleh karyawan dan juga derajat stres karyawan dalam menghadapi masa pensiun.

Maka dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi adalah mengarah pada gejala stres, yang

diduga disebabkan oleh proses penyesuaian diri menjelang memasuki masa pensiun, sehingga

diperlukan adanya penanganan dalam pengelolaan stres pada karyawan yang akan memasuki

masa pensiun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas modul

pelatihan manajemen stres dapat meningkatkan kesiapan karyawan yang akan memasuki masa

pensiun

Metode penelitian yang diajukan besifat quasi eksperimental, yaitu suatu penelitian

eksperimental semu yang bermaksud mencari hubungan sebab akibat di kehidupan nyata,

dimana pengendalian ubahan sulit dilakukan. Rancangan penelitian menggunakan one group

before-after, yaitu dengan sampel lima belas karyawan yang akan memasuki masa pensiun.

Metode pelatihan menggunakan experiential learning dengan diskusi interaktif, ceramah, dan

lembar kerja.

Berdasarkan pengolahan data statistik non parametrik Wilcoxon, diperoleh hasil

penelitian, yaitu pelatihan manajemen stres berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan

derajat stres. Keefektifan pelatihan manajemen stres berpengaruh pada penurunan derajat stres,

tidak hanya ditunjang oleh materi dan metoda yang disesuaikan dengan kebutuhan responden,

namun didukung pula oleh sarana, prasarana serta fasilitator dalam penyelenggaraan pelatihan

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ... 14

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN ... 15

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 15

1.5 METODOLOGI PENELITIAN …... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

2.1 TEORI ... 17

2.1.1 Stres ... 17

2.1.2 Penilaian Kognitif ... 19

2.1.2.1 Penilaian Primer ... 20

2.1.2.2 Penilaian Sekunder ... 22

2.1.2.3 Reappraisal ... 23

(4)

2.1.3 Reaksi terhadap Stres ... 24

2.1.4 Coping Stres ... 27

2.1.4.1 Coping sebagai Proses ... 28

2.1.4.2 Dimensi Coping ... 29

2.1.4.3 Fungsi Coping ... 30

2.1.4.4 Efektifitas Coping ... 35

2.1.5 Stres dalam Konteks Hubungan Individu dengan Masyarakat ... 37

2.1.6 Stres Peran ... 40

2.1.7 Teori Kepribadian Masa Dewasa Tengah ... 43

2.1.8 Arti Bekerja ... 44

2.1.9 Masa Pensiun ... 46

2.1.9.1 Pengertian Pensiun... 46

2.1.9.2 Jenis-jenis Pensiun ... 46

2.1.9.3 Tahap-tahap Masa Pensiun ... 47

2.1.9.4. Penyesuaian Diri terhadap Masa Pensiun ... 49

2.1.9.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri terhadap Masa Pensiun ... 52

2.1.9.6. Ciri-ciri Individu yang Berhasil Menyesuaikan Diri ... 53

2.1.10 Experiential Learning ... 54

2.1.10.1 Fase Experiential Learning ... 55

2.1.11 Merancang Modul Pelatihan ... 57

2.1.11.1 Metode Pelaksanaan Pelatihan ... 58

2.1.11.2 Evaluasi Program Pelatihan ... 63

2.1.11.3 Model Evaluasi Pelatihan ... 64

2.2 KERANGKA PIKIR ... 58

2.2.1 Asumsi Penelitian ... 70

2.2.2 Hipotesis Penelitian ... 70

BAB III METODE PENELITIAN ... 71

3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 71

(5)

3.2.2 Variabel Control ...72

3.2.3 Variabel Uncontrol ...72

3.2.4 Definisi Konseptual ... 73

3.2.4 Definisi Operasional ... 73

3.3 SUBJEK PENELITIAN ... 73

3.3.1 Subjek Penelitian ... 73

3.4 MODUL PELATIHAN ... 74

3.4.1 Tujuan Pelatihan ... 74

3.4.2 Perlengkapan ... 74

3.4.3 Ruangan ... 75

3.4.4 Metoda Experential Learning ... 75

3.4.5 Rincian Aktivitas ... 77

3.4.6 Proses Pelatihan ... 77

3.5 ALAT UKUR ... 84

3.5.1 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 86

3.5.1.1 Validitas ... 86

3.5.1.2 Reliabilitas ... 87

3.6 TEKNIK ANALISA DATA ... 88

3.6.1 Menguji Efektifitas Modul ... 88

3.6.2 Menguji Modul ... 89

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 90

4.1 GAMBARAN UMUM RESPONDEN ... 90

4.2 HASIL EVALUASI PELATIHAN ... 91

4.2.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Level Reaksi Responden ... 92

4.2.1.1 Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Keseluruhan Pelatihan ... 92

4.2.1.2 Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Trainer dan Fasilitator ... 93

4.2.1.3 Evaluasi Reaksi Responden Terhadap Setiap Sesi Pelatihan... 94

4.2.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Evaluasi Learning Pelatihan ... 99

(6)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 115

5.1 SIMPULAN ... 115

5.2 SARAN ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rincian Aktivitas ... 87

Tabel 3.2 Indikator Kuesioner Derajat Stres ... 94

Tabel 3.3 Bobot Nilai Kuesioner Derajat Stres ...95

Tabel 4.1 Gambaran Responden ... 101

Tabel 4.2 Gambaran Evaluasi Keseluruhan Pelatihan ... 102

Tabel 4.3 Evaluasi Terhadap Trainer dan Fasilitator ... 104

Tabel 4.4 Evaluasi Level Reaksi Pada Sesi 1 ... 105

Tabel 4.5 Evaluasi Level Reaksi Pada Sesi 2 ... 107

Tabel 4.6 Evaluasi Level Reaksi Pada Sesi 3 ... 109

Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Derajat Stres ... 110

Tabel 4.8 Derajat Stres Responden Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan Manajemen Stres ... 111

Tabel 4.9 Penilaian Stres Sebelum Pelatihan ... 118

Tabel 4.10 Sumber Stres ... 119

Tabel 4.11 Coping Stres ... 123

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rancangan Modul Pelatihan Manajemen Stres Lampiran B Rundown Pelatihan Manajemen Stres

Lampiran C Materi Pelatihan Manajemen Stres Lampiran D Kuesioner Derajat Stres

Lampiran E Lembar Kerja

Lampiran F Lembar Evaluasi Reaksi Setiap Setiap Sesi Pelatihan Lampiran G Lembar Evaluasi Akhir Pelatihan Manajemen Stres Lampiran H Data Pre dan Post Test

Lampiran I Data Lembar Kerja 1 Lampiran J Data Lembar Kerja 2 Lampiran K Data Lembar Kerja 3 Lampiran L Data Lembar Kerja 4

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan memasuki masa pensiun perlu mempersiapkan dirinya agar mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Kesiapan seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan masa pensiun tergantung dari kesiapan dari individu itu sendiri dan lingkungannya. Bagaimana dia mampu menyikapi berbagai tekanan yang muncul sebagai konsekuensi dari penyesuaian pada masa pensiun dan bagaimana dia mampu bertahan mengelola berbagai tekanan terhadap perubahan-perubahan yang kelak akan dihadapi untuk dapat menyesuaikan diri setelah memasuki masa pensiun.

(11)

akan menghadapi perubahan peran sebagai seorang pekerja menjadi seorang pensiunan. Bila ditelusuri lebih jauh, suatu pekerjaan lebih berkaitan dengan kebutuhan psikologis seseorang dan bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi semata. Secara materi, orang bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan melalui bekerja. Namun secara psikologis arti bekerja adalah menimbulkan rasa identitas, status, ataupun fungsi sosial (Steers and Porter, 1975). Menurut Schwartz, pensiun dapat merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu (Hurlock, 1980).

(12)

tersebut muncul dikarenakan adanya suatu keadaan yang dianggap mengancam keberadaan individu dan sumber yang mengancam itu bersifat tidak jelas sehingga individu merasa tidak tahu ataupun bingung dan takut untuk dapat menghadapi masa yang akan datang sehingga timbul adanya kecemasan. Individu yang akan memasuki masa pensiun tentunya akan menghadapi berbagai macam perubahan-perubahan dalam pola kehidupannya, seperti bertambahnya waktu luang, berkurangnya penghasilan, hilangnya status jabatan ketika masih bekerja, dan hilangnya fasilitas yang didapat ketika masih bekerja. Berubahnya pola kehidupan tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi penyesuaian diri seorang pegawai maka akan semakin rendah tingkat kecemasannya dalam menghadapi masa pensiun. Sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri seorang pegawai maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan yang dimilikinya dalam menghadapi masa pensiun.

(13)

psikologis dari hal ini adalah nantinya akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan juga proses penyesuaian dirinya. Sedangkan akibat dari fisik adalah bisa menimbulkan gangguan penyakit yang dikenal dengan istilah retirement

syndrome. Penyesuaian diri yang positif ditentukan oleh berbagai faktor antara

lain kesehatan, sosial ekonomi, status, usia, jenis kelamin, dan pemahaman seseorang terhadap masa pensiun itu. Untuk itu intervensi yang dilakukan untuk mencegah proses penyesuaian diri yang kurang baik perlu dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas. Penyesuaian diri yang positif akan memberikan dampak positif pula pada aspek psikologis seorang pensiunan. Ia akan melewatkan masa pensiun dengan rasa bahagia, bahkan bisa kembali aktif mencari pekerjaan lain.

(14)

seseorang telah habis masa kerjanya. Bagi pegawai negeri atau karyawan yang terikat oleh peraturan batas usia pensiun, kehilangan pekerjaan pada masa ini membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri. Kesulitan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan stres terutama jika individu masih merasa mampu, produktif dan berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang ditekuni sepanjang kehidupannya. Tekanan atau stres yang dialami individu saat merasakan perubahan pola dalam kehidupannya, membuat individu merasa tidak nyaman dan mendorongnya untuk melakukan coping terhadap stres tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi pensiunan dan jenis strategi coping yang digunakan dalam situasi yang menekan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stressor yang muncul pada kedua subyek berada pada area masalah penyesuaian diri dalam aspek finansial dan sosial, dan psikologis. Gaya coping stres yang digunakan oleh kedua subyek berbeda berdasarkan area masalah. Pada area masalah finansial, kedua subyek menggunakan gaya coping problem-focused yang didominasi dengan strategi

coping merencanakan pemecahan masalah (planful problem solving). Sedangkan

untuk area masalah sosial, yaitu kehilangan relasi kerja, gaya coping yang digunakan didominasi oleh emotion-focused coping, yaitu melepaskan diri (distancing).

(15)

terjadi pada saat memasuki masa pensiun. Selain menimbulkan kecemasan, penyesuaian diri yang kurang baik mempengaruhi konsep diri menjadi negatif karena pada saat memasuki masa pensiun karyawan akan kehilangan peran (role), identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Kesulitan dalam penyesuaian diri menghadapi pensiun dapat menimbulkan tekanan (stres). Oleh karena itu cara mengatasi stres menghadapi pensiun maka karyawan harus mengetahui sumber stres beserta coping stres yang efektif.

Penelitian ini dilakukan di PT “X” adalah sebuah perusahaan internasional yang bergerak di bidang pemeliharaan pesawat terbang dengan berbagai tipe pesawat. PT “X” merupakan salah satu perusahaan pemelihara pesawat terbang terbesar di Asia juga merupakan salah satu anak perusahaan dari maskapai penerbangan ternama di Indonesia. PT “X” terbentuk pada tahun 1984, pada saat itu hanya melayani satu maskapai penerbangan saja. Selama tujuh tahun dibiayai oleh pemerintah Indonesia dan telah menghabiskan dana sebesar 200 juta dollar dimana 63% dari dana tersebut digunakan untuk mengimpor peralatan dan perlengkapan berteknologi tinggi. Pada tahun 2002 terpisah dari maskapai penerbangan yang selama ini menaunginya dan menjadi salah satu anak perusahaannya.

(16)

persiapan pensiun, rata-rata usia karyawan adalah 53-54 tahun dimana akan menghadapi masa persiapan pensiun. Usia karyawan yang mengisi kuesioner adalah 53-54 tahun dimana dalam psikologi perkembangan masuk pada masa dewasa madya (Hurlock, 1980). Salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi oleh karyawan adalah mempersiapkan diri menghadapi masa pensiun. Masa ini diawali oleh peristiwa dimana karyawan harus berhenti dari aktivitas bekerja secara formal yang disebabkan oleh bertambahnya usia (Sulististyorini, 2000). Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup (Schawrz dalam Hurlock, 1983). Transisi ini meliputi perubahan peran dalam lingkungan sosial, perubahan minat, nilai dan perubahan dalam segenap aspek kehidupan karyawan. Jadi karyawan bisa merubah arah hidupnya dengan mengerjakan aktivitas lain tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi. Jadi pada masa dewasa madya, karyawan dituntut untuk mampu menyesuaikan dirinya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat akan memasuki masa pensiun.

(17)

stres menghadapi pensiun dan coping stres mengenai permasalahan menghadapi pensiun. Kuesioner yang diberikan disusun berdasarkan teori stres dari Lazarus. Penggunaan teori Lazarus berdasarkan atas kelengkapan teori Lazarus dalam membahas permasalahan mengenai stres, mulai dari proses stres, sumber stres, derajat stres dan coping stres.

Topik kuesioner pertama yang diberikan adalah mengenai sumber stres menghadapi pensiun, yang terdiri dari: social demand, role ambiguity, role

stagnation. Hasilnya sebanyak 33% peserta menyatakan sumber stres menghadapi

(18)

pensiun sehingga merasa kebingungan dalam mengatur keuangan setelah memasuki masa pensiun. Di sisi lain beberapa karyawan yang mengisi kuesioner tidak mempunyai permasalahan keuangan karena sebagian besar dari mereka telah mempersiapkan pekerjaan setelah memasuki masa pensiun. Meskipun mereka masih mempunyai tanggungan anak yang masih harus dibiayai setelah memasuki masa pensiun, mereka sudah mempersiapkan pekerjaan baru pada saat memasuki masa pensiun serta juga telah mempersiapkan kebutuhan finansial memasuki masa pensiun. Sebanyak 15% karyawan menyatakan sumber stres terdapat pada relasi. Pada permasalahan relasi, karyawan berpendapat bahwa relasi yang dijalin selama bekerja sebatas rekan kantor saja dan akan merasa kehilangan rekan kerja pada saat masuk masa pensiun dan juga mengalami kesulitan dalam menjalin relasi setelah pensiun. Sebanyak 6% karyawan menyatakan sumber stres berasal dari tuntutan sosial. Menurut mereka adanya anggapan dari masyarakat terhadap pensiunan bahwa seorang pensiunan merupakan seseorang yang tidak berdaya lagi / orang yang jompo. Pendapat dari masyarakat ini menimbulkan suatu tekanan pada sebagian karyawan.

(19)

baru setelah memasuki masa pensiun namun merasa karirnya sudah terhenti dan menjadi tidak produktif lagi ketika memasuki masa pensiun.

Sebanyak 16% karyawan yang mengisi kuesioner menyatakan sumber stres menghadapi pensiun pada role ambiguity (ketidakjelasan peran setelah memasuki masa pensiun). Menurut salah satu karyawan, ia mengalami kesulitan dalam penyesuaian terhadap kegiatan atau usaha baru setelah memasuki masa pensiun. Selain itu ia juga mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas bersama keluarga dan aktivitas bersama lingkungan sosial yang baru. Ia juga menyatakan menyatakan bahwa ia mengalami kebingungan mengenai kegiatan apa yang harus dilakukan setelah memasuki masa pensiun.

Secara umum apabila karyawan dihadapkan dengan suatu kondisi yang melampaui kemampuan maka dapat dikatakan ia mengalami stres. Menurut Lazarus & Folkman (1984), stres adalah hubungan spesifik antara karyawan dengan lingkungan yang dinilai sebagai tuntutan yang melebihi sumber daya dan membahayakan kesejahteraannya. Keadaan stres yang dialami karyawan dapat diketahui melalui munculnya respon fisiologis, kognitif, emosi dan behavioral (Taylor, 1991). Berdasarkan hasil kuesioner mengenai derajat stres menghadapi pensiun, sebanyak 47% tergolong pada stres tingkat tinggi dan 53% tergolong pada stres tingkat rendah.

Dalam menghadapi tekanan menghadapi pensiun, para karyawan melakukan coping stres dengan menggunakan beberapa cara mulai dari Problem

Solving dan Emotional Solving. Pada saat melakukan coping stres yang berpusat

(20)

dengan cara Planful, sebanyak 16% karyawan menggunakan teknik Problem

Solving dengan cara Seeking Social Support dan sebanyak 6% karyawan

menggunakan teknik Problem Solving dengan cara Comforting. Sedangkan karyawan yang menggunakan teknik Emosional Focus sebanyak 13% dengan cara

Distancing, sebanyak 11% dengan cara Accepting Responsibilities, sebanyak 10%

dengan cara Escape, sebanyak 7% dengan cara Self Control dan sebanyak 7% dengan cara Positive Appraisal. Dalam menghadapi permasalahan seputar pensiun sebenarnya karyawan mempunyai coping stres yang bervariasi namun dalam penggunaan teknik coping stres masih harus diteliti sampai dimana coping stres ini digunakan oleh karyawan untuk membantunya dalam menghadapi permasalahan seputar pensiun.

(21)

kebutuhan keluarga setelah tidak lagi bekerja dan juga mengenai asuransi kesehatan yang pada saat mereka pensiun akan dikelola secara mandiri. Sebanyak 36% orang memilih pembekalan mengenai manajemen kesehatan. Karyawan memilih untuk mendapatkan pembekalan mengenai kesehatan karena mereka merasakan adanya keluhan-keluhan seputar permasalahan kesehatan pada saat akan memasuki masa pensiun. Sebanyak 21% orang memilih pelatihan mengenai manajemen stres. Sebagian kecil karyawan menyadari bahwa mereka membutuhkan pelatihan mengenai manajemen stres memasuki masa pensiun sebagai cara mereka untuk mengatasi stres terhadap pensiun yang telah mereka rasakan atau juga bagi karyawan yang belum mengalami stres sebagai masukan atau informasi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres memasuki masa pensiun. Sebanyak 5% orang memilih pembekalan mengeni hak-hak karyawan pada saat memasuki masa pensiun. Pembekalan mengenai hak-hak karyawan yang akan pensiun diperlukan oleh karyawan untuk mendapatkan informasi secara lebih jelas mengenai hak-hak sebagai seorang pensiunan agar pada saat memasuki masa pensiun mereka mendapati kejelasan mengenai hak-hak mereka sebagai seorang pensiunan.

Berdasarkan hasil dari kuesioner karyawan yang akan memasuki masa pensiun, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan utama yang menyebabkan adanya tekanan dalam menghadapi pensiun adalah permasalahan

social demand dan role stagnation. Sebenarnya telah ada upaya dari karyawan

(22)

dapat digunakan dan yang paling sesuai dengan karyawan sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pensiun. Harapan karyawan untuk mendapatkan pelatihanpun berkaitan dengan sumber stres yang dihayati, yaitu mendapatkan pelatihan wirausaha dan manajemen finansial untuk mengatasi sumber stres yang berkaitan dengan finansial, sedangkan pelatihan kesehatan diperlukan untuk mengatasi reaksi-reaksi fisiologis sebagai akibat stres yang dirasakan. Pelatihan managemen stres dipilih karyawan sebagai upaya untuk mengatasi stres atau pencegahan terjadinya stres dalam menghadapi pensiun.

Berdasarkan hasil analisa terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan hasil kuesioner fenomena yang ditemukan di PT ‘X” dapat disimpulkan bahwa memasuki masa pensiun memerlukan penyesuaian diri yang positif, salah satu bentuk penyesuaian diri adalah dengan mengetahui sumber-sumber permasalahan / sumber-sumber stres yang akan dihadapi juga bagaimana cara melakukan coping stres yang tepat terhadap sumber permasalahan tersebut. Untuk itu peneliti bermaksud untuk menyusun suatu pelatihan manajemen stres untuk meningkatkan kesiapan karyawan yang akan memasuki masa pensiun di PT. “X”. Kesiapan yang diharapkan adalah para karyawan mempunyai kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan pada masa pensiun. Kesiapan ini tercermin pada tinggi atau rendah derajat stres yang dihayati oleh karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Derajat stres terdiri dari penghayatan karyawan terhadap reaksi-reaksi stres, yaitu reaski fisiologis, reaksi emosi, reaksi kognitif dan reaksi

(23)

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan temuan dari fakta-fakta di atas, yaitu sumber stres yang dihayati oleh karyawan dan juga derajat stres karyawan dalam menghadapi masa pensiun maka dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi adalah mengarah pada gejala stres, yang diduga disebabkan oleh proses penyesuaian diri menjelang memasuki masa pensiun. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut :

• Sejauh mana pelatihan manajemen stres dapat meningkatkan kesiapan

karyawan yang akan memasuki masa pensiun?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah:

• Menyusun suatu modul pelatihan yang dapat menurunkan derajat stres

pada karyawan yang memasuki masa pensiun.

• Memperoleh gambaran mengenai derajat stres pada karyawan yang

memasuki masa pensiun. 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

• Mengajukan pelatihan yang dapat menurunkan derajat stres pada

karyawan yang akan memasuki masa pensiun.

• Mengetahui penurunan derajat stres pada karyawan yang akan

(24)

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis penelitian ini adalah:

• Memberikan informasi dan masukan bagi karyawan yang akan

memasuki masa persiapan pensiun untuk memahami gambaran sumber stres, reaksi stres dan coping stres yang efektif dalam menghadapi penyesuain diri dari seorang karyawan menjadi pensiunan.

• Memberikan informasi kepada para Psikolog Industri dan Organisasi

dan keluarga sebagai bahan referensi dalam mengembangkan teknik intervensi untuk menurunkan derajat stres pada karyawan yang memasuki masa persiapan pensiun.

• Memberikan informasi kepada bagian kepegawaian sebagai dasar

pertimbangan dalam usaha pembinaan karyawan yang memasuki masa pensiun.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian yang dilakukan, peneliti berusaha untuk menghasilkan suatu pelatihan dan melihat signifikasinya terhadap perubahan derajat stres sebelum dan sesudah pelatihan pada karyawan PT “X” yang akan memasuki masa pensiun. Desain yang digunakan adalah Single Group Pre-Test and Post-Test

Design (Before-After), dan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(25)

tersebut adalah reaksi fisiologis, kognitif, emosional dan behavioral. Treatment yang diberikan berupa pelatihan dengan metoda Experiential Learning. Analisa hasil yang didapat menggunakan Uji Statistik Bertanda dari Wilcoxon (Wilcoxon

Signed-Rank Test). Akan diteliti juga mengenai efektifitas pelatihan dengan

mengukur reaksi dan learning pelatihan. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT “X” yang akan memasuki masa pensiun yang memiliki derajat stres cenderung tinggi dan tinggi.

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Karyawan PT”X” yang memasuki masa persiapan

pensiun

Pelatihan

• Signifikasi perubahan derajat stres • Efektifitas

(26)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap peserta pelatihan, disimpulkan hal-hal berikut ini :

1. Secara umum pelatihan manajemen stres efektif dalam menurunkan derajat stres karyawan yang akan memasuki masa pensiun.

2. Modul pelatihan managemen stres mampu mengubah appraisal peserta mengenai stres sehingga mampu menurunkan derajat stres peserta.

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Saran untuk perbaikan modul agar ditambahkan waktu pelatihan.

2. Melakukan monitoring terhadap karyawan ketika mereka memasuki masa pensiun secara berkala.

3. Merevalidasi modul pelatihan manajemen stres pada karyawan di perusahaan-perusahaan lain yang akan memasuki masa pensiun.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

A.S, Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI.

Bloom, Benjamin S, etc. 1956. Taxonomy of Educational Objective: The Classification of Educational Goals, Handbook I cognitive Domain. New York: Longmans, Green and Co.

Campbell, Stanley 1966. Experimental and Quasi – Experimental Designs For Research.Rand Mcnally College Publishing Company, Chicago.

Chaplin, J. P .(1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT rajagrafindo Persada.

Frezt, B. R., Klug, N.A., Ossana, S.M., Jones, S.M. & Merikangas, M.W. (1989). Intervention

Targets for Reducing Preretirement anxiety and Depression. Journal of Counselling Psychology

36 (3). 301-307

Graziano, A.M & M.L. Raulin. 2000. Research Metods, A Process of Inquiry, 4th ed. Boston: Allyn & Bacon.

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1981). Theories of Personality. Third Edition. New York : John Wiley & Sons.

Hurlock, B. Elizabeth. ( 1985). A Life Span Approach ( 5th ed )New York: Mc Graw Hill.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. (Istiwidayanti, Soedjarwo, Terj.). Cetakan Kelima. Jakarta : Penerbit Eralngga.

(Buku asli diterbitkan 1980) John Willey and Sons.

Kimmel, Douglas, C.1980. Adulthood & Aging (2nd ed ) New York: Mc Graw Hill.

Kirkpatrick, Donal l. 1998: Evaluating Training Programs, Te Four Levels Second Ed, San Fransisco: Barrett-Kohler Pub.Inc

Lazarus, Richard S. 1984. Stress, Appraisal and Coping New York: Springer Publishing Company, Inc.

Mappa, Syamsu. 1994. Teori belajar Orang Dewasa. Jakarta: Departemen P dan K

Newstrom, J. W & Davis K. (1993). Organizational Behavior. Mc Graw Hill series in Management.

(28)

Posavac, Emil J. & Raymond G. Carey. (1992). Program Evaluation: Methods And Case

Studies. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Posavacs. J. E & Carey, G., 1992. Raymond. Program Evaluation Methods and Case Studies. 6th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.

Rice, Phillips, 1986. Adult Development and Aging. Massachushet: Allyn & Bacon.Inc.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dubuque, Iowa : Wm. C. Brown Publishers. Smith E.D. (1972). Handbook of Aging. New York : Harper & Row Publisher.

Smith, Cecil, M. 2002 The Long Weekend : Transition & growth in Retirement [on– line].http//www.cedu.niv.edu/

Spielberger, C.D. (1972). Current Trends in Theory and Research on Anxiety Vol.1. New York : Academic Press.

Tracey, W. R. (1991). The Human Resources Glossary. American Management Association. New york - USA

Turner, J. S. & Helms D. B. (1987). Lifespan Development. Third Edition. New York : Holt, Rinehart and Winston

Turner, Jeffrey,S., & Helms. D., 1983. Life Span Development. New York: holdsaunder

Referensi

Dokumen terkait

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

Alih teknologi adalah pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan atau orang, baik yang berada dalam

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses implementasi Digital Signature Algorithm dengan menggunakan fungsi hash, yaitu Secure Hash Algorithm -256 pada

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menunjukkan kuasanya dengan memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis

Survivor Remaja Pasca Bencana Erupsi Gunung Kelud di Desa Pandansari- Ngantang-Malang .Skripsi.Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Dapat dilihat dari Tabel 5 bahwa terdapat perbedaan pendapat antara dua kelompok responden, masyarakat umum berpendapat bahwa keamanan hunian adalah indikator

Berdasarkan hasil penelitian Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek

Behavioral metrics and normative guidance for household preparedness generally focus on six of the dimensions discussed earlier: hazard knowledge, formal and informal response