• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG DALAM MELAKSANAKAN SERTIPIKASI TANAH NEGARA MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KINERJA PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN TANGERANG DALAM MELAKSANAKAN SERTIPIKASI TANAH NEGARA MELALUI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA - FISIP Untirta Repository"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA PELAYANAN KANTOR PERTANAHAN

KABUPATEN TANGERANG DALAM MELAKSANAKAN

SERTIPIKASI TANAH NEGARA MELALUI PROYEK

OPERASI NASIONAL AGRARIA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

DEVVY NURVICA NIM 6661092432

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa

pintar, akan tetapi ia adalah orang yang merasa

bodoh, dengan begitu ia tak akan pernah berhenti

untuk terus belajar"

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Papa & Mama Tersayang

Suamiku Tercinta dan Tersabar

Kakak dan Adik-adikku serta Sahabat-sahabat ku,

yang selalu mendukung setiap langkah dalam hidup ku

(6)

ABSTRAK

Devvy Nurvica. 6661092432. Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria. Pembimbing I : Dr. Agus Sjafari, M.Si dan Pembimbing II : Drs. Atto’ullah, M.Si.

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi peserta PRONA dan mengetahui cara Pelaksanaan PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten. Adapun metode yang digunakan adalah metode dengan pendekatan kualitatif. Penentuan informannya menggunakan purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi serta menggunakan teknik analisis data menutut Prasetya Irawan. Validitas data triangulasi dan member chek. Penelitian ini meneliti tentang kinerja, maka peneliti menggunakan teori kinerja organisasi (Dwiyanto (2008:50-51)). Berdasarkan hasil penelitian Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria belum optimal, karena masih kurangnya penyuluhan, belum tepat waktunya pengerjaan. Saran yang diberikan yaitu melakukan sosialisasi minimal dua kali pertemuan, pengumpul data harus menvercikasi berkas agar tidak terjadi ketelatan waktu penyerahan, untuk tanah yang overlap harus diadakan mediasi dan mencari solusinya.

(7)

ABSTRACT

Devvy Nurvica. 6661092432. Service Performance Analysis of Land Affairs Office Tangerang district in Order to Carry Out the Land Countries Certification with the Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA). 1st Advisor

Dr. Agus Sjafari, M.Si and 2nd Advisor Drs. Atto’ullah, M.Si.

Land affairs office Tangerang District is vertical agencies of the National Agency of the Republic of Indonesia in county town has authority in carrying out the tasks of the government in the field of land. The purpose of this research is to analyze the performance of the services of the office land affairs in providing services to the people who become participants in the PRONA and to know how the implementation of the PRONA in the Office Land affairs. The method used is qualitative approach. in the determination of informers are using purposive. Data collection technique that is used is an interview and observation and documentation as well as using the techniques of data analysis according to Prasetya Irawan. The validity of data triangulation and the member check. This research about performance, then researchers using theory of organizational performance (Dwiyanto (2008:50-51)). Based on the results of research service performance analysis of Land Affairs Office Tangerang district in Order to Carry Out the Land Countries Certification with the Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) not optimal, because of a lack of guidance, not timely workmanship. The advice given that is doing the minimal socialization twice meetings, the collecting of data should verify the file so that it is not the case the delay in submission, for the land that overlap should be held mediation and find a solution.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi

kita Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat dan hisayahnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat dan rasa

tanggung jawab. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosisal.

Dengan segala keridhoan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Papa, Mama, Suami, serta kakak-kakak dan adik-adiku

yang selalu mendoakan, memotivasi dan semangat bagiku, agar aku menjadi

orang yang dapat dibanggakan dikemudian hari.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

banyak memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman berharga, serta yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil dalam upaya menyelesaikan

penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria” Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan

(9)

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus Dosen Pembimbing I

skripsi yang telah senantiasa memberikan arahan, motivasi dan semangat selama proses penyusunan skripsi;

3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; 6. Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara,

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat, arahan dan motivasi selama perkuliahan;

7. Bapak Riswanda, Ph.D, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara;

8. Bapak Drs. Atto’ullah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah senantiasa memberikan arahan, motivasi dan semangat selama proses penyusunan skripsi;

9. Semua dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unisversitas Sultan Ageng Tirtayasa terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan selam perkuliahan;

(10)

11.Keluarga besar Subsi Penetapan Hak Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, yang selalu memberikan semangat, kesempatan dan izin untuk

menyelesaikan skripsi ini;

12.Para sahabat terbaiku, Armansyah Riyaman, S.Sos, Agisthia Lestari, S.Sos, Vera Octavia, S.Sos, Liska Puranamasari, S.Sos, Rizkiya Apriani Safitiri,

S.Sos, Islahiyatul Mukhlishoh, S.Sos, yang selalu memberikan semangat, motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kalian kita semua diberikan kemudahan dalam meraih cita-cita yang kita inginkan;

13.Kawan-kawan pengurus HMJ Ilmu Administrasi Negara 2011, terimakasih atas kerjasama serta kebersamaanya yang takkan mungkin terlupakan.

14.Kawan-kawan KKM 15 Desa Bolang Kecamatan Carenang Kabupaten

Tangerang Serang telah memberikan Pengalaman yang begitu indah selama melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;

15.Kawan-kawan angkatan 2009 baik kelas regular maupun non regular,

khususnya kelas Ane G yang menjadi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kemajuan yang

lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat berguna dan memberikan wawasan bagi para pembaca dan peneliti. Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Tangerang, Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRAC

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR i

DAFTAR IS iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 15

1.3 Batasan Masalah 15

1.4 Rumusan Masalah 15

1.5. Tujuan Penelitian 16

1.6 Manfaat Penelitian 16

1.61 Manfaat Teoritis 16

1.6.2 Secara Praktis 17

(12)

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka 20

2.2 Pengertian Organisasi Publik 21

2.3 Definisi Kinerja 23

2.3.1 Indikantor Kinerja 26

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja 31

2.4 Pelayanan Publik 32

2.5 Pengertian dan Tujuan Proyek Operasi Nasional Agraria

(PRONA) 36

2.6 Kerangka Berfikir 37

2.7 Asumsi Dasar 39

2.8 Penelitian Terdahulu 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian 43

3.2 Instrumen Penelitian 44

3.3 Sumber Data 45

3.4 Teknik Pengumpul Data 46

3.4.1 Wawancara 46

3.4.2 Observasi 47

3.4.3 Dokumentasi 48

3.5 Informan Penelitian 48

3.6 Pendoman Wawancara 49

3.7 Teknik Penglolaan dan Analisis Data 51

3.8 Validasi Data 52

(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 55

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang 55

4.1.2 Visi dan Misi 57

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang 58

4.1.3 Uraian Tugas dan Tata Kerja Kantor Pertanahan

Tangerang 60

4.2 Deskripsi Data 66

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 68

4.3.1 Tahapan Pelaksanaan Sertipikasi Tanah Negara Melalui

Proyek Operasi Nasional (PRONA) 68

4.3.2 Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Setipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria

(PRONA) 73

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 95

5.2 Saran 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Jumlah Buku Tanah Kabupaten Tangerang 5

Tabel 1.2 Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2010-2030 6

Tabel 1.3 Kriteria, Kewajiban Peserta dan Tahapan dalam PRONA 8

Tabel 1.4 Proses Pembuatan Surat Keputusan Pemeberian Hak 13

Tabel 3.1 Daftar Informan Peneliti 49

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara 50

Tabel 3.3 Waktu Penelitian 49

Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian 67

Tabel 4.2 Target PRONA Tahun 2014-2015 78

Tabel 4.3 Indikator Produktivitas 75

Tabel 4.4 Indikator Kualitas Layan 79

Tabel 4.5 Indikator Responsivitas 83

Tabel 4.6 Indikator Responsivitas 86

Tabel 4.7 Indikator Akutanbilitas 88

(15)

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 36

Gambar 3.1 Proses Analisi Data Menurut Prasetya Irawan (2006:527) 47

Gambar 4.1 Wilayah Kabupaten Tangerang 51

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang 54

Gambar 4.3 Tahap-Tahap Pelaksanaan PRONA 72

(16)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Surat Penelitian

Lampiran 2 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2015, tentang Program Nasional Agraria (PRONA)

Lampiran 3 Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Nomor 52/Kep.36.03/II/2014 Tanggal 15 Pebruari 2014, Tentang Perubahan Pertama Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Nomor : 21/Kep.36.03/I/2014 Tanggal 02 Januari 2014 Tentang Penunjukan Petugas Dan Sekretariat

Pelaksana Program Pengelolahan Kegiatan Perceptan Pendaftaran Tanah (Prona) Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Tahun Anggarang 2014

Lampiran 4 Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Nomor 67/Kep.36.03/I/2015 Tanggal 20 Januari 2016, Tentang Perubahan Pertama Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Nomor : 33/Kep.36.03/I/2015 Tanggal 05 Januari 2015 Tentang Penunjukan Penanggung Jawab dan

Petugas Pelaksana Program Pengelolahan Pertanahan Kegiatan Sertipikasi Tanah Katagori V (Prona) Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Tahun Anggarang 2015

Lampiran 5 Matriks Transkip Wawancara

Lampiran 6 Member Chek

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Birokrasi merupakan lembaga yang memiliki kemampuan besar dalam

menggerakkan organisasi, karena birokrasi di tata secara formal untuk melahirkan

tindakan rasional dalam sebuah organisasi. Reformasi birokrasi dalam

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik diarahkan untuk

menciptakan kinerja birokrasi yang professional. Birokrasi dalam melakukan

berbagai kegiatan perbaikan pelayanan diharapkan lebih berorientasi pada

kepuasan pelanggan, yakni masyarakat dan pengguna jasa tersebut dapat dicapai

apabila birokrasi pelayanan menempatkan masyarakat sebagai pengguna jasa

dalam pemberian pelayanan. Perubahan paradigma pelayananan kepada publik,

melalui instrumen pelayanan, yang memiliki seperti, orientasi pelayanan lebih

cepat, lebih baik dan lebih murah.

Masyarakat sebagai pihak yang secara langsung memberikan mandat

kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dari

pemerintah. Pelayanan publik sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan hak-hak

dasar masyarakat merupakan salah satu fungsi penting pemerintah. Fungsi

pelayanan publik merupakan aktualisasi riil yang diberikan masyarakat kepada

(18)

Peran pemerintah diharpakan terwujud dalam pemberian berbagai jenis

pelayanan yang diperlukan oleh seluruh masyarakat. Pelayanan pemerintah pada

umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Kinerja birokrasi dalam

penyelenggara pelayanan publik yang dapat menjadi tolok ukur dalam

keberhasilan suatu organisasi dalam hal mencapai tujuan. Kinerja pelayanan

publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan

pelaksanaan otonomi daerah dan reformasi tata pemerintahan (Dwiyanto,

2003:81).

Salah satu bentuk pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah yaitu

pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Berdasarkan keputusan Kepala Badan Nasional No.6 Tahun 2001, Badan

Pertanahan Nasional (BPN) bertugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang

pertanahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Reformasi dibidang pertanahan dilaksanakan untuk meningkatkan

pelayanan petanahan dan menjadikan lebih efisien, efektif, responsive, dan

transparan serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria pasal 19 ayat 1, untuk menjamin kepastian hukum oleh

pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia

menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan khususnya

dalam mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan pedaftaran tanah serta untuk

(19)

berbelit-belit dan mahal, maka pemerintah dituntut untuk lebih aktif dan tidak

hanya bersifat menunggu pada masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya.

Dengan demikian pemerintah wajib mendaftarkan seluruh bidang tanah di

wilayah Indonesia baik dengan pendekatan sistematik dan sporadik.

Sebagaimana yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997, tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan

kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak

yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah

atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sporadik

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau

beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu

desa/kelurahan secara individual atau massal.

Pendaftran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakasa pemerintah

yang didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah yang

ditetapkan oleh Menteri. Sayangnya untuk pendaftaran tanah secara sistematik

dimana pemerintah telah memberikan subsidi bagi pelaksanaan pendaftaran tanah

tersebut tidak mencukupi bagi seluruh tanah yang ada dan belum tentu ada setiap

tahun. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk

Indonesia dan kemajuan pembangunan saat ini, membawa konsekuensi kebutuhan

akan tanah semakin meningkat dan pendaftaran tanah secara sistematik

merupakan program pemerintah yang pengadaanya hanya akan terjadi

(20)

Sementara itu masyarakat untuk melakukan pendaftaran tanah secara

sporadik masih terdapat rasa enggan karena berbagai faktor yang melatar

belakanginya, karena masyarakat yang harus mengurus sendiri juga harus siap

dengan segala resiko. Resiko yang menjadi faktor kendala pada proses pendaftran

tanah tersebut, diantaranya tentang kronologis data yang harus dilengkapi dan

diurus sendiri, dibuktikan kebenarannya serta menghadapi segala prosedur atau

persyaratan pada proses pendaftaran tanah yang terkadang rumit dan

berbelit-belit.

Meskipun pemerintah telah mengatur mengenai tata cara pendaftaran

tanah dan tata cara untuk memproleh hak atas tanah, tidak jarang timbul

konflik-konflik. Mulai dari adanya tanah yang tidak jelas statusnya atau dengan kata lain

tanah tak bertuan akhirnya menjadi terlantar tak dapat dimanfaatkan dan masih

banyaknya sengketa tanah dengan merebutkan hak atas kepemilikan tanah.

Lahirnya konflik-konflik pertanahan pada dasarnya bermuara pada kurangnya

kesadaran masyarakat dalam melakukan pendaftaran atas kepemilik tanah

terutama masyarakat yang tinggal didaerah pedesaan untuk melakukan

pendaftaran hak atas tanah.

Kabupaten Tangerang merupakan bagian timur dari Provinsi Banten

yang mempunyai luas wilayah 959,60 Km² dengan kepadatan penduduk

3.264.776 orang (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2015), dengan tanah yang

sudah terdaftar yang dibuktikan sesuai jumlah buku tanah yang dibuat oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Tangerang yaitu 534.355 bidang dari 29 kecamatan, yang

(21)

dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu

obyek pendaftaran yang sudah ada haknya.

Tabel 1.1

Jumlah Buku Tanah Kabupaten Tangerang

NO KECAMATAN JUMLAH BUKU TANAH (BIDANG)

LUAS WILAYAH

(KM²)

1 Tigaraksa 29.400 48,74

2 Cikupa 23.871 42,68

3 Curug 31.601 27,41

4 Legok 15.888 35,13

5 Pasarkemis 64.968 25,92

6 Balaraja 20.357 33,56

7 Kresek 14.857 25,97

8 Kronjo 13.573 44,23

9 Mauk 3.950 51,42

10 Rajeg 23.722 53,70

11 Sepatan 18.368 17,32

12 Teluknaga 8.384 40,58

13 Cisoka 9.848 26,98

14 Pakuhaji 4.907 51,87

15 Kosambi 23.248 29,76

16 Pagedangan 24.993 45,69

17 Panongan 28.671 34,93

18 Jayanti 3.967 23,89

19 Kemiri 5.958 32,70

20 Sukandari 10.231 24,14

21 Cisauk 20.276 27,77

22 Jambe 7.776 26,02

23 Sukamulya 7.934 26,94

24 Kelapa dua 57.912 24,38

25 Sindang Jaya 10.640 37,15

26 Sepatan Timur 11.073 18,27

27 Solear 23.622 29,01

28 Gunung Kaler 10.404 29,63

29 Mekarbaru 3.956 23,82

Jumlah 534.355 959,60

(22)

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui Kecamatan Pasar Kemis paling

banyak kepemilikan sertipkatnya dengan jumlah buku tanah 64.968 bidang

dengan luas wilayah 25,92 Km², sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah

51,42 Km² dapat dikatakan luas wilayah di Kecamatan Mauk yang cukup luas

namun dapat dikatakan bukti kepemilikan tanah yang bersertipikat paling sedikit

dengan jumlah buku tanah 3.950 bidang.

Tabel 1.2

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2010-2030

No Katagori Wilayah (Kecamatan)

1. Kawasan Pertanian

Kresek, Gunungkaler,Mekarbaru, Kronjo, Sukamulya, Mauk, Sukadiri, Kemiri,Rajeg, Pakuhaji,

sebagian Sepatan, dan Teluknaga

2. Permukiman Perkotaan

Balaraja, Jayanti,Cisoka, Solear, Tigaraksa, Jambe, Panongan, Legok,Pagedangan, Cisauk, Curug,

Kelapa dua, Pasarkemis,Cikupa, Sindangjaya, Sepatan, Sepatan

Timur, Teluknaga,Kosambi

3. Permukiman Perdesaan Kresek, Gunungkaler,Mekarbaru, Kronjo, Kemiri, Sukadiri, Mauk, Rajeg,Sukamulya, dan Pakuhaji

4. Industri Pasarkemis,Curug, Sepatan, Legok, Balaraja, Cikupa, Pagedangan dan Kosambi (Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031)

Dapat dilihat tabel 1.2, menunjukan bahwa Kecamatan Pasar Kemis

dengan kepemilikan tanah bersertipikat paling banyak merupakan termasuk

kategori kepemukiman perkotaan dan industri sedangkan Mauk termasuk kawasan

(23)

yang termasuk dalam permukiman perkotaan sudah bersertipikat. Dengan hal

tersebut sangat disayangkan pelaksanaan sertipikasi tanah belum bisa menjangkau

desa atau kelurahan yang terpencil di Kabupaten Tangerang, dan dapat dilihat

pula kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pendaftaran ha

katas tanah guna mendapatkan kepastian hukum tentang kepemilikan ha katas

tanahnya.

Maka dengan demikian Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang harus

terus mengembangkan kegiatan sertipikasi tanah dengan salah satu melalui

program prioritas Legalisasi Aset Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA).

Pendistribusian atau penunjukkan tempat dilaksanakannya program PRONA

ditentukan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang mentukan

Kecamatan mana yang mendapat program PRONA tersebut dalam sebuah

Kabupaten atau Kota sedangkan Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kota bertugas

untuk pendistribusian desa atau kelurahan temapt dilaksanakannya program

PRONA. Mengingat pelaksanaan program PRONA merupakan kegiatan Kantor

Pertanahan yang berkaitan dengan isntansi lain seperti Pemerintahan Kabupaten

Tangerang, Camat dan Kepala Desa atau Lurah setempat, pemohon atau

masyarakat tempat dilaksanakannya program PRONA.

Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) merupakan persetifikatan

tanah secara masal dan merupakan percepatan pendaftaran tanah dengan sistem

pendaftaran secara sporadik tetapi tata cara seperti pendaftaran tanah secara

(24)

Tangerang yang secara proaktif mendatangi masyarakat yang ingin melakukan

atau mengajukan permohonan pendaftaran tanah.

Program PRONA ini dimaksud untuk mendorong terwujudnya tertib

administrasi dalam bidang pertanahan dan menjamin kepastian hukum kepada

masyarakat dan memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali dengan proses

yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran

tanah di seluruh Indonesia dengan mengutamakan desa miskin/tertinggal, daerah

pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau

daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat. Program ini juga

terkait dengan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan menengah.

Tabel 1.3

Kriteria, Kewajiban Peserta dan Tahapan dalam PRONA

I. A. KRITERIA SUBYEK PRONA

1). Pemilik Tanah golongan ekonomi lemah sampai menengah.

2). Berdomisili di lokasi kegiatan Prona.

3). Pemilik tanah korban bencana alam dan konflik sosial.

4). Anggota organisasi : Perintis Kemerdekaan, Angkatan 45, Legiun Veteran, Pepabri, Warakawuri, Wredatama, ABRI, KORPRI, dan Pensiunan PNS.

5). Pemilik tanah bertempat tinggal di Kecamatan letak tanah obyek PRONA untuk tanah pertanian.

6). Nadzir yang mengelola tanah wakaf untuk kepentingan keagamaan/sosial.

B. KRITERIA

(25)

PRONA 4). Tanah tidak dalam keadaan sengketa.

5). Lokasi tanah berada dlm wilayah Kabupaten lokasi peserta Program yg dibuktikan dengan KTP.

6). Luas tanah maksimal 2.000 m² utk tanah non pertanian dan maksimal 20.000 m² utk tanah pertanian.

7). Tanah Negara, Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 2.000 m² (dua ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang

berlokasi wilayah Kab/Kota Kantor

Pertanahan tipe A sampai dengan luas 500 m² (lima ratus meter persegi); dan Tanah pertanian dengan luas sampai 2 ha (dua hektar).

8). Penegasan konversi/pengakuan hak,Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 5.000 m² (lima ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang berlokasi wilayah Kab/Kota Kantor Pertanahan tipe A sampai dengan luas 1.000 m² (seribu meter persegi); dan Tanah pertanian dengan luas sampai 5 ha (lima hektar).

9). Jumlah bidang tanah, Bidang tanah yang dapat didaftarkan atas nama seseorang atau 1 (satu) peserta dalam kegiatan PRONA paling banyak 2 (dua) bidang tanah

II. KEWAJIBAN

PESERTA 1). Melengkapi surat dan/atau dokumen asli tanah yang diperlukan dalam proses sertipikasi tanah.

2). Sanggup membayar Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), uang pemasukan kepada negara dan biaya-biaya lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3). Dapat menunjukkan letak dan batas bidang tanah serta memasang tanda batas

III. TAHAPAN

(26)

PRONA 3). Penyuluhan

4). Pengumpulan data (alat bukti/alas hak, Penetapan Peserta)

5). Pengukuran dan Pemetaan 6). Pemeriksaan Tanah 7). Pengumuman

8). Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis (Penetapan Hak)

9). Penerbitan sertipikat/Pembukuan Hak 10).Penyerahan Sertipikat

(Sumber: www.bpn.go.id , Tahun 2015)

Pada penelitiian sertipikatan tanah melalui PRONA, Peneliti

menfokuskan terhadap sertipikasi untuk tanah negara, menurut Pasal 1 angka 3 PP

No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Tanah Negara atau tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu

hak atas tanah. Pada pelaksanaan sertipikasi tanah Negara melalui PRONA,

merupakan tanha yang dimohon tanah yang benar-benar belum pernah ada hak

atas tanah yang melekatinya. Dalam pelaksanaan sertipikasi tanah negara melalui

PRONA, pengerjaan tanah Negara sama saja dengan pelaksanaan pemberian hak

seperti pada umumnya, dari pengumpulan data riwayat tanah sampai ditetapkan

pemberian haknya melalui surat keputusan Kepala Kantor tentang pemberian hak

milik atau hak guna bangunan.

Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, tanggal 03 Maret 2014 Nomor 76/SK-36.03/III/2014, melaksanakan

pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak 576 orang/bidang

terletak di Kelurahan Sukabakti, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang,

(27)

Berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang tanggal 05 Januari 2015 Nomor 34/KEP.36.03/ I/2015, melaksanakan

pemberian hak milik atas sebagian tanah negara bebas sebanyak yaitu 19

orang/bidang terletak di Kelurahan Sukabakti Kecamatan Curug, Kabupaten

Tangerang, sebanyak 41 orang/bidang di Kelurahan Babakan, Kecamatan Legok,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan 67 orang/bidang terletak di Desa

Munjul Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Berdasarkan observasi peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

02 Januari 2016 di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, dijumpai berbagai

masalah yang terjadi terkait dengan pelaksanaan sertipikasi melalui PRONA,

diantaranya :

Pertama, Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang,

dilihat pada saat pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan untuk

mengetahui perolehan dasar tanah yang dimohon. Berdasarkan hasil wawancara

yang peneliti lakukan pada tanggal 28 April 2016 pukul 11.30 WIB di Kantor

Pertanahan Kabupaten Tangerang dengan Bapak Wismar Sawirudin, BA., SH.

selaku Koordinator Teknis Kegiatan Prona, beliau mengatakan bahwa dalam

pelaksanaan kegiatan PRONA ini petugas pelaksana terkadang kesulitan

mengetahui tahu dasar perolehan tanah yang akan dimohon, seperti banyaknya

tanah yang diwariskan secara turun menurun yang kepemilikannya merupakan

kepemilikan bersama dan diwariskan secara lisan sehingga tidak ada bukti yang

(28)

atau surat oper alih garapan yang tidak jelas pengoperan hak atas tanahnya

sehingga terjadi overlapping atau tumpang tindih kepemilikan tanah.

Kedua, Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak

masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan

masih banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa melanjutkan pendaftaran

karena tidak bisa menlampirkan persyaratan, berdasarkan hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan Bapak Mad Hassan, S.IP selaku staf Kelurahan Sukabakti

pada tanggal 29 April 2016, Pukul 10.00 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, bahwa kantor pertanahan Kabupaten Tangerang kurang memberi

waktu pada pihak desa atau kelurahan untuk mensosialisasikan kegiatan PRONA

kepada calon peserta PRONA, dikarenakan sosialisasi yang belum terlaksana

secara merata sehingga banyak masyarakat yang belum tahu tentang pendaftaran

sertipikat melalui PRONA, dibuktikan dari masyarakat yang telah mendaftarkan

tanahnya untuk menjadi peserta PRONA dan tidak bisa meneruskan karena tidak

dapat mengumpulkan beberapa persyaratan (tabel 1.1) hal ini pula dibenarkan

oleh Bapak Bror selaku ketua RT Kampung Sukabakti pada tanggal 30 April 2016

pukul 10.00 WIB di kediaman beliau, bahwa setelah didata dan sudah didaftarkan,

banyak peserta PRONA yang tidak bisa meneruskan atau melanjutkan, karena

memang tidak bisa mengumpulkan beberapa persyaratan semisal bukti pemilikan

tanah kaya girik, oper alih grapan atau pernyataan waris dan hibah atau tidak

mampu membayar Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Ketiga, keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak

(29)

namun penyelesaiannya atau pengerjaannya melebihi waktu 1 (satu) tahun,

dikarenakan banyak persyaratan yang masih belum lengkap.

Tabel 1.4

Proses Pembuatan Surat Keputusan Pemeberian Hak

(Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, 2014-2015)

Dari table 1.4 peneliti menadapat penjelasan melalui wawancara dengan

Bapak JOHAN, SH selaku satuan petugas

pelaksana PRONA pada penerbitan sertipikat melalui sk hak milik pada

tanggal 28 April 2016. Pukul 10.00 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten

Tangerang, bahwa untuk PRONA 2014 yang belum selesai karena gambar surat

ukur belum selesai ada 3 orang/bidang dan ada beberapa yang blangko

sertipikatnya belum ada yaitu ada 6 orang/bidang kemudian Prona 2015 yang 67

itu memang baru diselesaikan surat keputusan penetapan pemberiannya. Tapi saya

kurang tahu alasan kenapa 9 bidang ditahun 2016 itu mengapa bisa lama, coba

tanyankan pada petugas yuridisnya saja.

Untuk mengetahui alasan kenapa 9 bidang pada PRONA 2014 belum

selesai hingga tahun 2016 peneliti mewawancarai pula dengan Bapak Wakima

selaku satuan petugas pengumpul data yuridis PRONA, tanggal 28 April 2016.

NO TAHUN JUMLAH

BANYAKNYA PESERTA

SELESAI SELESAI BELUM

1 PRONA 2014 579 570 9

(30)

Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, bahwa Memang

ada yang belum diselesaikan karena 6 bidang tersebut ada yang overlapping

dibenarkan juga oleh Bapak Mustar selaku satuan petugas pengumpul data yuridis

PRONA, pada tanggal 28 April 2016 Pukul 10.30 WIB di Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang, bahwa Untuk Prona 2014 Kelurahan Sukabati memang ada

yang belum selesai karena dalam penggambaran surat ukur untuk dimunculkan

pada sertipikat belum selesai, dan ada yang belum diserahkan karena pemohon

belum melampirkan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),

karena persyaratan untuk sertipikat tanah Negara pemohon harus melampirkan

Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terlebih dahulu, walaupun

nilainya nol rupiah pemohon harus melampirkan

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang dihadapi dalam

proses sertipikasi melalui PRONA di Kabupaten Tangerang, maka dengan

(31)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang masalah,

maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1). Kemampuan petugas pelaksana PRONA yang masih kurang, dilihat pada saat

pengumpulan data petugas pelaksana PRONA kesulitan untuk mengetahui

perolehan dasar tanah yang dimohon.

2). Sosialisasi yang belum terlaksana secara merata sehingga banyak masyarakat

yang belum tahu tentang pendaftaran sertipikat melalui PRONA dan masih

banyaknya peserta PRONA yang tidak bisa melanjutkan pendaftaran karena

tidak bisa menlampirkan persyaratan.

3). Keterlambatan penyelesaian pembuatan sertipikat karena ketidak sinkronan

pengerjaan PRONA.

1.3Batasan Masalah

Ditinjau dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka agar

lebih fokus didalam penelitian, peneliti membatasi masalah pada Kinerja

Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan

Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

(32)

Kabupaten Tangerang dalam melaksanakan pelayanan sertipikasi tanah Negara

melalui PRONA.

1.5Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apapun tentu akan memiliki tujuan dari penelitian

tersebut, hal ini sangatlah perlu untuk bisa dijadikan acuan bagi setiap kegiatan

penelitian yang dilakukan, karena tujuan menjadi tolak ukuran dan target dari

kegiatan penelitian tersebut, tanpa itu semua maka penelitian akan menjadi sia-sia.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana kinerja pelayanan Kantor Pertanahan dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi peserta PRONA.

2. Mengetahui cara Pelaksanaan PRONA di Kantor Pertanahan Kabupaten.

1.6Manfaat Penelitian

Melalui penelitian mengenai Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Proyek Operasi Nasional Agraria

diharapkan memperoleh manfaat yang meliputi :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan

matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Perkantoran,

(33)

1.6.2 Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, dapat memberikan masukan dan

pertimbangan dalam kesadaran hukum pertanahan dan tertib administrasi

pertanahan kepada masyarakat.

2. Masyarakat atau Peserta PRONA, dalam penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan untuk memberikan pengetahuan di bidang pertanahan dan

kepastian hukum pertanahan.

3. Peneliti, memberikan kesempatan pada peneliti untuk mengaplikasikan ilmu

dan teori yang dipelajari selama ini dengan harapan dapat menambah

wawasan pengetahuan dan pengalaman.

1.7Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara umum serta mempermudah

pembahasan yang telah diuraikan di atas maka sistematika penulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Sistematis penulisan dalam penelitian inia dalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang dasar yang akan diuraikan pada

bab-bab selanjutnya meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

(34)

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji

tentang teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel kerangka berfikir

menceritakan alur pikiran dalam penelitian dan asumsi dasar penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdapat dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan

metode yang digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses

penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Teknik pengelolaan data dan analisa

data menjelaskan tentang analisa beserta rasionalisasinya. Terakhir, tentang

tempat dan waktu menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi obyek penelitian meliputi lokasi penelitian secara

jelas. Struktur organisasi dari Locus yang telah ditentukan. Kemudian terdapat

deskripsi data yang menjelakan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data

mentah dengan menggunakan teknik analisis data relevan. Kemudian melakukan

pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhirnya pembahasan

penelitian dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat

dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu

(35)

dipahami dan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang di teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam

penelitian.

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh penelitia yang

(36)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis

tentang teoritis dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam BAB II ini akan dijelaskan beberapa teori dan bahan pustaka terkait

dengan “Analisis Kinerja Pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang

Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah Negara Melalui Proyek Operasi Nasional

Agraria”, yaitu beberapa pengertian dari para ahli mengenai kinerja.

Teori merupakan salah satu yang paling dasar yang harus dipahami

ketika melakukan penelitian karena teori dapat menjadi acuan untuk menemukan

dan merumuskan sebuah permasalahan. Sesuatu baru dapat dikatakan menjadi

sebuah teori jika sudah terbukti melalui serangkaian proses dan eskperimen dan

kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Sebuah teori dapat berubah atau mengalami perkembangan hal ini terjadi

apabila teori yang ada sudah tidak relevan dengan keadaan yang ada. Seperti yang

di kemukakan oleh Haditono mengemukakan bahwa suatu teori akan memperoleh

arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan

meramalkan gejala yang ada (Sugiyono, 2007:52). Adapun fokus penelitian ini

adalah kinerja pelayanan dalam melaksanakan sertipikasi tanah Negara melalui

(37)

2. 2 Pengertian Organisasi Publik

Organisasi merupakan elemen yang sangat diperlukana dalam kehidupan

manusia. Organisasi membantu dalam melaksanakan hal-hal atau

kegiatan-kegiatan tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai individu dan organisasi

pula dapat memenuhi aneka macam kebutuhan manusia seperti mislanya

kebutuhan emosional, spiritual, intelektual, ekonomi, politik, psikologikal,

sosiologikal, cultural dan sebagainya.

Dalam membahas masalah organisasi, penulis menggunakan definisi

organisasi yang diberikan menurut beberapa ahli antara lain yaitu menurut Oliver

Sheldon dalam Sutarto (2006: 22) “organisasi adalah proses penggabungan

pekerjaan yang para individu atau kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat

yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa, memberikan

seluruh kemampuan terbaik untuk pemikiran yang efisien, sistematis, positif dan

terkordinasi”. Sedangkan pendapat Hasibuan (2001:5) menyatakan bahwa

“Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi

dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.”

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa

aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan

eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi akan

dikatakan baik jika organisasi mempunyai perencanaan yang matang, mempunyai

kreatifitas dan inovatif dalam membuat perencanaan, bisa berkembang sesuai

(38)

Kemudian organisasi akan dikatakan berhasil jika organisasi tersebut

tercapai sesuai dengan tujuan, banyaknya kreativitas dan prestasi yang diraih dan

mampu memberikan kontribusi pada masyarakat. Publik juga dikonsepkan

sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk

diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh

tindakan bersama. Menurut Nutt dan Backoff dalam Kusdi (2009:41) Istilah

publik dan privat berasal dari bahasa Latin, dimana publik berarti “of People

(yang berkenaan dengan masyarakat) sementara privat berarti “set apart” (yang

terpisah).

Menurut Mashun, (2006:7) mengemukakan bahwa :

“Sektor publik sering dipahami sebagai segala sesutau yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik (masyarakat) yang dibayar melalui pajak atau pendapat Negara lain yang diatur dalam hukum”

Dengan demikian pemahaman sektor publik dalam hal ini barang publik

yang dimaksud tidak hanya berupa dalam bentuk barang secara fisik namun juga

mengandung makna non fisik yaitu pelayanan publik. Menurut Kencana,

(1999:18) berpendapat sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir,

perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai

norma yang mereka miliki.

Organisasi yang terbesar adalah organisasi yang mewadahi seluruh

lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara yang disebut organisasi publik.

(39)

perannya, antara lain penegakan hukum, pelayanan kesehatan, pendidikan,

keamanan nasional, jasa transportasi dan sebagainya.

Stewat alam Kusdi (2009:44-45), mengemukakan 13 karakteristik

organisasi publik, diantaranya :

1. Target atau sasaran yang tidak terdefinisikan secara jelas

2. Harapan-harapan yang beragam dan acapkali bersifat artificial dan politis

3. Tuntutan dari berbagai hal yang berbeda

4. Tuntutan dari bahan-bahan yang mengucurkan anggaran

5. Penerima jasa, yaitu masyarakat, tidak memberikan kontribusi secara langsung melainkan melalui mekanisme pajak

6. Sumber anggaran yang berbeda-beda

7. Anggaran yang diterima mendahului pelayanan yang diberikan 8. Ada pengaruh dari perubahan politik

9. Tuntutan dan arahan yang harus dipatuhi dari pusat 10.Batasan-batasan yang ditetapkan oleh undang-undang

11.Larangan atau pembatasan untuk melakukan usaha-usaha yang menghasilkan laba

12.Larangan atau pembatasan untuk menggunakan anggaran diluar tujuan yang secara formal telah ditetapkan.

13.Tingkat sensitivitas terhadap tekanan kelompok masyarakat.”

Jadi, organisasi publik menurut Mahsun (2006:14) adalah organisasi

yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa

kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan Negara lain yang

diatur dengan hukum.

2.3Definisi Kinerja

Sebuah organisasi dapat berjalan karena ada orang-orang yang

menjalankannya, karena itu manusia merupakan elemen utama yang dibutuhkan

sebuah organisasi untuk dapat menjalankan visi misinya. Begitu juga sebaliknya

(40)

Untuk mencapai tujuan yang maksimal diperlukan orang-orang yang mampu

bekerja dengan baik. Seorang pegawai dapat dikatakan baik apabila kinerjanya

dapat sesuai dengan target dan tanggung jawab yang diembannya. Kinerja

seseorang dapat dikembangkan setiap saat seiring dengan perkembangan zaman

yang terus menerus maju. Kualitas kinerja sumber daya manusia merupakan

salahsatu faktor penting untuk mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu

diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan dan keahlian

tinggi sehingga dapat mendukung peningkatan kinerja organisasi.

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang

padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah performance yang

diterjemahkan kebahasa Indonesia yaitu sebagai performa. Menurut Wirawan

(2009:5) mengatakan bahwa : “Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh

fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam

waktu tertentu.”

Sedangkan menurut Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2007:7)

mengemukakan bahwa “Kinerja merpakan hasil perkerjaan yang mempunyai

hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan

memberikan kontribusi pada ekonomi”. Sebuatan lain dari kinerja adalah prestasi

kerja, istilah kinerja berasal dari Job performance atau Actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja (prestasi kerja) bahwa “Kinerja adalah hasil kerja secara

(41)

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Mangkunegara, (2002:67).

Menurut Moeheriono (2009:60) mengatakan bahwa :

“Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.”

Berdasarkan penjelasan Moeheriono diatas pada dasarnya kualitas dan

kuantitas yang dicapai pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dan

bertanggung jawab sehingga dapat mewujudkan tercapainya rencana dalam

sebuah organisasi.

Menurut Widodo (2005:78) “Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan

dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seerti

yang diharapkan”. Sementara itu, kinerja sebagai kata benda yang mengandung

arti “thing done” (suatu hasil yang telah dikerjakan). Pengertian kinerja

sebagaimana yang telah digambarkan hakikatnya berkaitan dengan tanggung

jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang

dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Hasibuan (2002:16) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah suatu hasil

yang didapat dari seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan pengalaman kesungguhan serta watu”.

Pendapat tersebut hampir sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anwar (2005:67)

bahwa, “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

(42)

Menurut Timpe dalam Pasolong (2011:176) mengatakan bahwa :

“Kinerja adalah prestasi kerja yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen, hal tersebut menunjukan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bahwa terhadap atasan dan sebaliknya.”

Kinerja menurut Mahsun (2006:25) diartikan sebagai berikut “kinerja

(performance) adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organsiasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka arti kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian

dalam mencapai tujuan non organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum sesuai dengan moral maupun etika.

2.3.1 Indikator Kinerja

Indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur

serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik

dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun setelah kegiatan selesai dan

berfungsi. Indikator kinerja digunakan untuk menyakinkan bahwa kinerja hari

demi hari organisasi atau unit kerja yang bersangkutan menunjukan kemampuan

dalam rangka dan menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Sedarmayati,

2010:198). Dengan demikian indicator kinerja dapat digunakan sebagai tolak ukur

(43)

Mahmudi (2005:103) yang mengatakan bahwa indikator kinerja adalah

ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

sasaran-sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sementara menurut

Moegheriono (2009:74) Banyak terdapat pengertian indicator kerja atau disebut

performance indicator ada yang mendefinisikan bahwa :

1. Indikator kerja sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang dipergunakan untuk mengukur output dan outcome suatu kegiatan. 2. Sebagai alat ukur dipergunakan untuk menentukan derajat

keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

3. Sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggabarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi, serta

4. Suatu informasi operasional yang berupa indikator mengenai kinerja atau kondisi suatu fasilitas atau kelompok fasilitas.

Dengan demikian indikator dapat dikatakan sebagai tolak ukur kinerja

berdasarkan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan

sesuai dengan masukan yang di gunakan dan juga sebagai tolak ukur kinerja

berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran

program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Menurut Kumanrotomo dalam Pasolog, (2011:180) menggunakan

beberapa indikator kinerja untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja

birokrasi publik antara lain :

1. Efeiensi yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organsiasi pelayanan publik dalam memanfaatan faktor-faktor prouduksi serta pertimbangan yang beraal dari rasionalitas ekonomis. 2. Efektivitas yaitu apakah tujuan yang didirikan organisasi pelayanan publik tersebut dicapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

(44)

4. Daya tanggap yaitu organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap Negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat yang mendesak. Karena itu organisasi secara keseluruhan harus dapat dipertanggung jawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Dengan demikian kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui

berbagai indikator kinerja dalam menilai kinerja birokrasi publik yaitu efisiensi,

efektivitas, keadilan dan daya tanggap. Berbagai literatur yang membahas kinerja

birokrasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial untuk melihat seberapa

jauh tingkat pencapaian hasil yang dilakukan oleh birokrasi dalam memberikan

pelayanan dan kinerja juga merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai

indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya.

Dalam rangka manajemen strategis, terdapat bagian perencanaan

strategis yang meliputi penentuan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara

mencapai tujuan dan sasaran, serta cara mencapai tujuan dan sasaran yang

meliputi kebijakan, program dan kegiatan. Dari rencana strategis yang akan

diukur kinerjanya adalah kebijakan, program dan kegiatan. Untuk mengukur

kinerja ketiganya, diperlukan indikator kinerja yang terbagi dalam lima kelompok

indikator yaitu :

1. Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

2. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud (tangible) maupun tidak terwujud (itangible).

(45)

5. Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

6. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. (Mahsun,2006:31)

Berdasarkan lima kelompok indikator diatas tingkat keberhasilan harus

diukur dan ditekankan pada input, output, proses, manfaat dan dampaknya dari

program atau kegiatan instansi bagi kesejahteraan masyarakat.

Moeheriono (2009:80) mengemukakan bahwa pada dasarnya ukuran

indikator kinerja dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori berikut ini :

1. Efektif. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian output yang dihasilkan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.

2. Efisien. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian proses menghasilkan output dengan menggunakan biaya serendah mungkin. 3. Kualitas. Indikator ini mengukur derajat kesesuaian kualitas produk

atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen. 4. Ketepatan waktu. Indikator ini mengukur apakah pekerjaan telah

diselesaikan secara benar dan tepat waktu.

5. Produktivitas. Indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi.

6. Keselamatan. Indikator ini mengukur kesehatan organisasi secara keseluruhan serta lingkungan kerja para pegawainya ditinjau dari aspek keselamatan.

Indikator-indikator kinerja meurut Lenvinne dalam Ratminto dan Atik

Septi Winarsih (2005:175) mengemukakan: responsiveness, responsibility,

accountability.

1. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan - ketentuan yang telah ditetapkan.

(46)

ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake holders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Dwiyanto (2008 : 50-51) menjelaskan beberapa

indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi

publik, yaitu:

1. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antara input dengan output.

2. Kualitas Layanan, banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik yang muncul karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas. Dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja birokrasi publik.

3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimaksudkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan birokrasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Kinerja pada tingkat organisasi berkaitan dengan usaha mewujudkan visi

organisasi merupakan arah yang menentukan kemana organisasi akan dibawa dan

(47)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep indikator kinerja

merupakan uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang akan

diukur dalam pelaksanaan suatu program terhadap tujuannya, dan merupakan

kunci dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja.

2.3.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Terdapat beberapa pendapat yang mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Moorhead dan Chung/Megginson, yang

dikutip Sugiono (2009:12), kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ;

a) Kualitas Pekerjaan (Quality of Work), merupakan tingkat baik atau buruknya sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai yang dapat dilihat dari segi ketelitian dan kerapihan kerja, keterampilan dan kecakapan.

b) Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work), merupakan seberapa besarnya beban kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang pegawai. Diukur dari kemampuan secara kuantitatif didalam mencapai target atau hasil kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.

c) Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge), merupakan proses penempatan seorang pegawai yang sesuai dengan background pendidikan atau keahlian dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari kemampuan pegawai dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang mereka lakukan.

d) Kerjasama Tim (Teamwork), melihat bagaimana seorang pegawai bekerja dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kerjasama tidak hanya sebatas secara vertical ataupun kerjasama antar pegawai, tetapi kerjasama secara horizontal merupakan faktor penting dalam suatu kehidupan organisasi yaitu dimana antar pimpinan organisasi dengan para pegawainya terjalin suatu hubungan yang kondusif dan timbal balik yang saling menguntungkan.

(48)

menciptakan perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.

f) Inovasi (Inovation), kemampuan menciptakan perubahan-perubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.Hal ini ditinjau dari ide-ide cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.

g) Inisiatif (Initiative), melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan untuk mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan, kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan tanpa bantuan, kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

Menurut Mangkunegara (2002:71) faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja adalah :

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologi, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+skil). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata 110-120 dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan dari pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Dua faktor tersebut merupakan yang cukup penting dalam penentuan

kinerja. Faktor kemamuan, dimana mampu atau tidaknya pegawai dalam

melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin

tinggi kemampuan yang dimiliki pegawai semakin menentukan kinerja yang

dihasilkan. Begitu juga dengan faktor motivasi, motivasi sebagai sebuah dorongan

(49)

Kinerja merupakan suatu bentuk multidementional construction yang

mencakup banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, Mahmudi (2005:21)

dalam bukunya menyatakan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi kinerja

yaitu:

1. Faktor personal/individu, yang meliputi pengetahuan, kemampuan kepercayaan diri motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, yang meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan.

3. Faktor tim, yang meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rakan atau mitra dalam satu tim, kepercayaan terhadap anggota tim atau mitra dalam satu tim, kepercayaan terhadap anggota tim dan keeratan serta kekompakan anggota tim. 4. Faktor sistem yang meliputi sistem kinerja, fasilitas kerja atau

infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses pengorganisasian dan kultur kerja dalam organisasi.

5. Faktor konsektual, yang meliputi tekanan atau pressure terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal organisasi.

Sedamayanti (2010:377) mengemukakan bahwa faktor yang

mempengaurhi kinerja salahsatunya instrumen pengukuran kinerja yang meliputi:

1. Prestasi kerja : hasil kerja pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas kerja.

2. Keahlian : tingkat kemampuan teknis yang dimiliki pegawai dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa dalam bentuk kerjasama, komunikasi, inisiatif, pengetahuan dan lain-lain.

3. Perilaku : sikap dan tingkah pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

4. Kepemimpinan : merupakan aspek kemampuan manajerial dan seni dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan perkerjaan secara tepat dan cepat.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi atau

rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada faktor-faktor yang

mempengaruhinya, dan bahwa kinerja adalah sifat dan karakteristik suatu perkerja

(50)

untuk memberikan informasi bagi pekerja dan atasnya mengenai bagaimana

seseorang telah melakukan perkerjaan, dan kinerja adalah fungsi dari interaksi

antara kemampuan dan karakter kepribadian.

(51)

2.4 Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,

sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk

memenuhi kebutuhan. Monir dalam Pasalong (2011:128), mengatakan bahwa

pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara

langsung. Sedangkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (1993),

mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan dalam

bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Sementara pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah sebagai

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang

memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu

produk secara fisik. Sedangkan menurut Kurniawan (2005:6) yaitu pemberian

pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan.

Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

membutuhkan orang lain, jadi pelayanan dan kegiatan yang bertujuan membantu

menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sehingga pelayanan

senantiasa berhubungan dengan kepentingan publik. Pelayanan yang didambakan

(52)

Sehingga adanya kepuasan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan baik

pelayanan yang diberikan instansi pemerintah maupun swasta.

Menurut Zaithnamal-Parasurman-Bery dalam buku mereka Delivering

Quality Service yang dikutip Pasolong (2011:135), untuk mengetahui kualitas

pelyanan yang disarankan secara nyata oleh konsumen, ada indicator ukuran

kepuasan konsumen yang terletak pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut

apa yang dikatakan konsumen, kelima dimensi servgual tersebut yaitu:

1. Tangibles : kualitas pelayanan berupa saran fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi.

2. Reliability : kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.

3. Responsivess : kesanggupan untuk membatu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

4. Assurance : kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam menyakinkan kepercayaan konsumen.

5. Emphaty : sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan.

Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004 (Ratminto dan

Atik Septi Winarsih (2005:18)) standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

(53)

2. Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan, biaya atau tariff pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik,

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas pemberi palayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

2.5 Pengertian dan Tujuan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) PRONA adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria.

PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi asset dan pada hakekatnya

merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran

tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/tanda bukti hak atas tanah dan

diselenggarakan secara massal. PRONA dimulai sejak t

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pewarnaan graph adalah pemberian warna terhadap simpul sedemikian sehingga dua simpul yang berdampingan mempunyai warna yang berlainan, jumlah warna inilah yang nantinya akan

Ruang Terbuka Hijau wilayah kecamatan Jagakarsa terdiri dari : fasilitas olahraga di wilayah permukiman, sarana pendidikan, taman lingkungan, tempat pemakaman umum

Saat ini hampir setiap orang dapat melakukan pengaksesan informasi melalui web, tidak halnya dengan Perguruan Tinggi Raharja yang saat ini hampir semua bagian telah

kardus dimana kotak kardus yang akan diisolasi sering bertumpuk ( work in.. process, atau WIP) karena tidak seimbangnya waktu kerja antara pekerja pemuatan kemasan tepung ke

Hal ini dapat dilihat dari prosentasi peran serta masyarakat Kota Lama yang pernah menerima sosialisasi perencanaan kota Semarang yang sehat melalui pengelolaan

Setelah dianalisis dengan menggunakan statistik dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi, baik secara bersama-sama penghasilan tinggi dan penghasilan menengah serta

Sistem Pengelolaan sampah tersebut tidak hanya dari segi mekanisme dan pelaksanaannya sajam, namun dari segi pembiayaan pun telah dipikirkan dengan baik oleh

Beban kerja paling berat adalah pada pekerja 8 dan 9 bagian isolasi tutup kardus dimana allowance yang diberikan 20%, tetapi pekerja tersebut hanya memanfaatkan 14,2% waktu