• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Calon Pensiunan di PT. "X" Kecamatan Cikampek.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suatu Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Calon Pensiunan di PT. "X" Kecamatan Cikampek."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Kecamatan Cikampek.

Sampel penelitian ini adalah Calon pensiunan PT “X” Kecamatan Cikampek dalam kurun waktu 1 tahun -1,5 tahun mendatang. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak 25 orang.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Alat ukur yang digunakan disusun oleh peneliti berdasarkan teori self-efficacy dari Bandura dan terdiri dari 60 item. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan didapatkan 34 item valid. Melalui metode Alpha Cronbach didapatkan reliabilitas sebesar 0,819

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih banyak

Calon Pensiunan PT “X” yaitu sebanyak 16 orang (64%) yang memiliki self-efficacy yang rendah terhadap masa pensiun. Sumber self-self-efficacy yang berpengaruh terhadap self-efficacy Calon pensiunan PT “X” adalah verbal persuasion terutama dari keluarga, pengalaman keberhasilan dan kegagalan (vicarious experience) dari rekan kerja yang lebih dulu pensiun.

Selain sumber-sumber self-efficacy, terdapat pula Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap self-efficacy Calon pensiunan PT “X” adalah pekerjaan sampingan, level manajemen dan pendidikan yang dimiliki Calon pensiunan PT

“X”.

(2)

Samples of this study are the proepective retirees of PT “X” at Cikampek dustrict in the period from 1 to 1.5 years. Samples obtained by purposive sampling method 25 people.

The research design used is descriptive method. Measurements used are developed by the researchers based on self-efficacy theory of Bandura, which consists of 60 items. Data obtained were processed using Spearman's rank correlation test with SPSS 16.0 and 34 items found valid. Through the method of Alpha Cronbach, reliability of 0.819 was obtained.

Base on the research findings, researcher can draw conclusion that prospective Retirees of PT "X" as many as 16 people (64%) are having low self-efficacy towards retirement. Source of self-self-efficacy that influenced the prospective retirees PT "X" is verbal persuasion, especially from families; vicarious experiences of their former colleagues who retired early.

Beside that, there are factor that influenced self-efficacy of prospective

Retirees of PT “X”. there is whether there was a side joB as well as the

management and education level of the prospective retirees of PT “X”.

(3)

ABSTRACT ……… ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA DAN TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Identifikasi Masalah ……….. 10

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ……….. 10

1.4Kegunaan Penelitian ……….. 10

1.4.1Kegunaan Teoritis ……….. 10 1.4.2Kegunaan Praktis ……… 11 1.5 Kerangka Pikir ………. 12 1.6 Asumsi ………. 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Self Efficacy ………. 24

2.1.1 Definisi belief ………... 24 2.1.2 Definisi Self Efficacy ……… 25

(4)

2.2.1. Pengertian masa pensiun ……… 36

2.2.2. Masa persiapan pensiun ………. 37

2.2.3. Jenis-jenis pensiun ………. 41 2.2.4 Fase-fase masa pensiun ……….. 42 2.4 Teori mengenai masa dewasa Madya ………... 46

2.3.1 Usia Dewasa Madya ………... 46

2.3.2. Karakteristik Usia Madya ……….. 47

2.3.3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Madya ……… 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ……….. 55

3.3 Variabel dan Definisi Operasional ………. 56 3.2.1 variabel penelitian ……… 56 3.2.2 Definisi operasional ………. 56 3.4 Alat Ukur ………... 57

3.4.1 Alat ukur Self-Efficacy ………. 57

3.4.2 Data Penunjang ……… 60

3.4.3 Validitas dan reliabilitas Alat Ukur ……….. 61

(5)

3.6 Teknik Analisis Data ……….. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 65

4.1.1 Gambaran Sampel………. 65 4.1.2 Hasil Penelitian………. 68

4.2 Pembahasan ………. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 98

5.2 Saran ………. 99

5.2.1 Saran Keilmuan ... 99

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 100

DAFTAR PUSTAKA ……...... 102

DAFTAR RUJUKAN …….... 103

(6)

Skema Metodologi penelitian ... 55

Tabel kisi-kisi kuesioner self-efficacy... 58

Tabel Skor Item ... 59

Tabel kisi-kisi data penunjang ... 61

Tabel Gambaran Sampel ……….. 66

Tabel Hasil Penelitian self-efficacy sampel ……….. 68

Tabel Gambaran Self-efficacy rendah sampel ………. 69

(7)

Lampiran 2: Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……… 120

Lampiran 3: Data Primer ……… 122

Lampiran 4: Tabel Tabulasi Silang ……… 123

Lampiran 5: Profil Perusahaan ………137

Lampiran 6: Struktur Organisasi Perusahaan ……… 140

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu

barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

seperti sumber daya keuangan, fisik, teknologi, dan sumber daya manusia.

Keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting karena mereka

memprakarsai terbentuknya organisasi. Mereka berperan membuat keputusan untuk

semua fungsi dan seluruh sistem dalam perusahaan, baik manajemen sumber daya

manusia maupun sistem kerja alat pendukung lainnya, dan mereka pula yang

menentukan hidup organisasi (Panggabean, Dr. Mutiara. SE, 2004)

Untuk menjalankan roda kehidupan organisasi, dibutuhkan sumber daya

manusia yang kompeten dan mampu membuat organisasi tersebut bertahan dalam

persaingan. Seberapa kompeten pun manusia sebagai sumber daya dalam suatu

organisasi pada akhirnya akan mengalami penurunan ketika mencapai usia lanjut

sehingga diasumsikan pekerjaan mereka yang pada awalnya baik akan mengalami

penurunan dan pada akhirnya mempengaruhi perusahaan dimana mereka bekerja.

(9)

karyawan yang telah mencapai usia tertentu dan menggantinya dengan karyawan baru

untuk keberlangsungan aktivitas organisasi (Panggabean, Dr. Mutiara. SE, 2004) PT ”X” merupakan perusahaan pupuk nasional yang berada di Kecamatan

Cikampek. Perusahaan yang termasuk dalam kategori BUMN mendistribusikan hasil

produksinya ke berbagai daerah di Indonesia yaitu: Indramayu, Subang, Purwakarta,

Karawang, Bekasi, Bogor, Majalengka, Sumedang, Sukabumi, Cianjur, Bandung,

Depok dan Cimahi. Setiap tahunnya PT “X” memiliki target tertentu untuk di

pasarkan ke daerah-daerah tersebut. Dalam pemenuhan produksi tersebut, PT “X”

yang memiliki dua pabrik untuk memproduksi barang membutuhkan karyawan untuk

dapat tetap menjalankan roda perusahaan, baik dalam bidang produksi,

pengembangan, pemasaran ataupun pendistribusian barang ke berbagai daerah.

Dalam upayanya mempertahankan kinerja yang baik dari para karyawan, PT “X” berupaya memberikan berbagai jaminan dan fasilitas untuk karyawannya

diantaranya: fasilitas rumah dinas termasuk membiayai listrik dan air yang

digunakan, fasilitas akomodasi kendaraan dan transportasi yaitu: bus antar jemput

yang bertempat tinggal di luar komplek perusahaan sesuai dengan jadwal kerja,

kendaraan dinas (termasuk membiayai bahan bakar dan tol jika diperlukan dinas ke

luar kota), ambulance, dan kereta jenazah, program pinjaman kesejahteraan,

perawatan kesehatan dan pengobatan baik di poliklinik perusahaan atau di rumah

sakit rekanan perusahaan bagi karyawan dan keluarganya, pemeriksaan laboratorium

(10)

lebih rendah (dipotong langsung dari gaji) bagi anak karyawan yang bersekolah di

playgroup hingga SLTP milik perusahaan, dan kemudahan mencicil kebutuhan rumah tangga baik makanan maupun pakaian di koperasi milik perusahaan yang

diperuntukan khusus untuk karyawan dan berada di kawasan industru PT “X”

tersebut. Kemudahan dan seluruh fasilitas ini akan hilang ketika karyawan tersebut

telah mencapai usia memasuki masa pensiun. Mereka harus mencari tempat tinggal

baru setelah sebelumnya tinggal di perumahan perusahaan dan mulai membayar

tagihan listrik, air, dan jika calon pensiunan masih memiliki anak usia sekolah, maka

mereka harus mulai membiayai sendiri sekolah anaknya yang berada di bangku

playgroup hingga SLTP karena perusahaan tidak lagi menanggungnya setelah mereka pensiun, mulai menggunakan kendaraan sendiri serta membayar biaya kesehatan

sendiri meski ada asuransi dari perusahaan yang diberikan.

Situasi di atas menjelaskan bagaimana perubahan situasi yang akan dialami para calon pensiunan PT “X” ketika memasuki situasi yang dinamakan pensiun.

Menurut Elizabeth Hall (1985), Pensiun merupakan situasi dimana seseorang tidak

lagi bekerja dan dibayar karena pekerjaannya itu. Pensiun tidak hanya dilihat dari

satu perspektif dimana seseorang tidak lagi bekerja namun dari berbagai perubahan

yang akan terjadi dalam hidup calon pensiunan seperti: Berkurangnya jumlah

pemasukan yang didapat, Meningkatnya waktu luang, Potensi menurunnya

kesehatan, Perubahan hubungan antara diri pensiunan dengan lingkungan

(11)

memasuki masa pensiun. Memasuki keadaan seperti ini, para calon pensiunan

memaknainya secara berbeda. Terdapat calon pensiunan yang memaknai masa

pensiun sebagai masa depan yang dipenuhi dengan perasaan khawatir dan berbagai

pertanyaan yang membingungkan dan terkadang dipandang pula sebagai akhir

kehidupan. Mereka membayangkan kondisi yang semakin buruk seperti kehilangan

status dan penghormatan, kekurangan penghasilan, kehilangan berbagai fasilitas dan

kemudahan, ketersisihan dari pergaulan lama dan perasaan menjadi tua namun ada

pula yang mulai menikmati hasil yang selama ini telah mereka raih baik seperti

dengan menikmati kebersamaan dengan keluarga lebih banyak, melakukan berbagai

kegiatan yang sesuai minat dan sebagainya tanpa memikirkan bagaimana kehidupan

mereka karena seharusnya sudah direncanakan sejak awal jauh sebelum masa pensiun

tiba. (Sutarto & IsmulCokro, 2008)

Berdasarkan hasil wawancara pada satu orang karyawan personalia PT “X” mengenai dampak perubahan fasilitas yang dialami karyawan PT “X” ketika

memasuki masa pensiun, diperoleh data bahwa lebih banyak pensiunan PT. “X” tidak

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sebagai pensiunan. Beberapa

ada yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan itu seperti dengan menikmati

kehidupannya bersama keluarga di kota kelahiran, membuka usaha baru atau bahkan

mulai aktif di kegiatan keagamaan. Namun lebih yang tidak dapat menyesuaikan diri

seperti gagal dalam membuat usaha hingga dana pensiun yang ia dapatkan habis

(12)

bertahan hidup dan bahkan yang paling ekstrim adalah tak lama setelah pensiun, mantan karyawan PT. “X” banyak yang mengidap stroke dan akhirnya meninggal

dunia. Berdasarkan hasil wawancara kepada enam orang calon pensiunan PT “X”,

dua orang calon pensiunan PT “X” menghayati bahwa mereka merasa cukup

khawatir menghadapi perubahan situasi ketika pensiun nanti dan tidak tahu harus

berbuat apa, Dua orang yang lain tidak mau memikirkan masa pensiun yang akan

dihadapi dan lebih menjalankan apa yang ada di depannya saat ini dan dua orang

sisanya tidak merasa khawatir karena itulah yang harus mereka hadapi di depan

sebagai seorang pensiunan. Hal ini dapat menggambarkan bahwa Calon Pensiunan PT ”X” memiliki penghayatan serta kemampuan penyesuaian diri yang berbeda

mengenai masa pensiun

Melihat hal seperti, maka sangat penting bagi para Calon Pensiunan PT “X”

untuk melakukan persiapan dan perencanaan sebelum benar-benar memasuki masa

pensiun. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Michigan, dinyatakan bahwa

sebanyak 75% pekerja yang membuat persiapan akan menikmati masa pensiunnya

dibanding 25% lainnya yang tidak mempersiapkannya (Sutarto & IsmulCokro, 2008,

hal 1-12). Persiapan apa dan bagaimana dikaitkan dengan penentuan apa yang ingin

diraih ketika memasuki masa pensiun dan bagaimana caranya mencapai tujuan.

Tanpa adanya tujuan yang jelas, seseorang hanya akan berusaha tanpa arah dan

kurang efektif. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa persiapan dan kesiapan

(13)

sebelumnya maka setengah jalan keberhasilan memperoleh apa yang diinginkan

ketika pensiun dan menapaki usia lanjut sudah tercapai.

Menurut Ursina Teuscheur (2003), terdapat beberapa hal yang dapat menjadi

prediktor untuk melihat kesuksesan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan masa

pensiun. Salah satu diantaranya adalah self-efficacy terhadap masa pensiun.

Self-efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk dapat menghadapi suatu kejadian secara efektif (Bandura, 2002).

Dalam masa pensiun, self-efficacy merupakan penilaian kemampuan untuk dapat

menghadapi perubahan yang terjadi dalam proses masa pensiun. keyakinan seperti ini

dibutuhkan untuk melewati masa transisi seperti masa pensiun. Keyakinan tinggi

yang dihasilkan oleh self-efficacy berkaitan dengan semakin nyaman dan yakinnya

seseorang atas kemampuannya menghadapi situasi yang menantang seperti masa

pensiun yang akan segera dihadapi. Mereka akan memandang masa pensiun dengan

lebih baik jika mereka percaya bahwa mereka memiliki kemampuan yang dibutuhkan

untuk menghadapi masa transisi ini.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap enam orang Calon Pensiunan PT ”X”,

empat orang memiliki rencana untuk mengisi masa pensiunnya yang akan datang

dengan membuka usaha sesuai kemampuan dan minat yang mereka miliki agar

mereka tetap dapat berkarya dan mendapatkan penghasilan lebih bagi keluarganya,

(14)

memiliki usaha tersebut bahkan sebelum mereka benar-benar pensiun. Mereka sudah

mengetahui apa yang ingin mereka lakukan, sedangkan dua orang lainnya belum

yakin dengan kegiatan usaha seperti apa yang ingin dijalani nanti karena ragu apakah

dapat melakukannya atau tidak dan takut mengalami kegagalan jika tetap membuka

usaha di daerah yang banyak pesaingnya). Sementara itu, dua orang yang belum

memiliki rencana sama sekali mengaku belum melakukan usaha apapun untuk

mempertimbangkan apa yang mereka inginkan di masa pensiun dan memilih

membiarkan apa yang akan terjadi nanti dibandingkan mengorbankan penghasilan

yang mereka miliki saat mengalami resiko kegagalan ketika melakukan usaha

tersebut bahkan satu diantaranya lebih memilih kegiatan keagamaan di sekitar

perumahan dibandingkan bersusah payah memikirkan usaha yang harus dibuatnya

meskipun ia ingin melakukannya.

Dapat dikatakan bahwa Calon Pensiunan PT ”X” lebih banyak yang belum

memiliki keyakinan mengenai apa yang akan dilakukan dikarenakan tidak ingin

mengambil resiko ataupun belum mengetahui dapat melakukan apa di masa pensiun

nanti. Hal tersebut menggambarkan bahwa Calon Pensiunan PT ”X” memiliki

keyakinan yang rendah terhadap kemampuannya untuk menghadapi masa

pensiunnya. Kekurang-yakinan tersebut berdampak pada usaha yang dilakukan untuk

menghadapi masa pensiun. Bandura (2002) menjelaskan bahwa keyakinan yang

dimiliki seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi

(15)

membuat pilihan, Usaha yang dikeluarkan untuk menjalankan pilihan tersebut, berapa

lama individu bertahan saat dihadapkan pada rintangan-rintangan (dan saat

dihadapkan pada kegagalan), serta bagaimana penghayatan perasaannya.

Keyakinan diri mengenai kemampuan Karyawan PT ”X” dalam membuat

rencana masa pensiun dipengaruhi oleh empat sumber self-efficacy yang berintegrasi

dalam empat proses self-efficacy yaitu pengalaman penguasaan atau pencapaian

kinerja (Mastery experience), pengamatan terhadap orang lain sebagai model

(Vicarious experiences), persuasi sosial (Verbal persuasion), dan peningkatan fisik

dan psikologis (Physiological and Affective state). Dari hasil wawancara tersebut,dua

orang yang telah memiliki rencana dalam mengisi masa pensiunnya merasa yakin

dengan kemampuannya mengorganisir usahanya tersebut karena sering kali dilakukan

ketika mereka bekerja sedangkan enam orang lainnya belum memiliki rencana yang

pasti karena merasa tidak memiliki kemampuan yang memadai. Hal ini

menggambarkan bagaimana mastery experience yang dimiliki.

Calon pensiunan PT “X” yang yakin dengan kemampuannya, tidak terlalu

terganggu dengan pengalaman rekan kerjanya yang sudah lebih dulu pensiun di mana

banyak sekali yang mereka dengar mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha

dan merasa optimis dengan usaha yang akan mereka jalani karena terbantu oleh

dukungan keluarga yang mendorongnya untuk melakukan usaha tersebut. Karena hal

itu pula mereka merasa optimis dengan apa yang akan di lakukan di masa pensiunnya

(16)

experience yaitu pengalaman yang dialami oleh orang lain yang memiliki

karakterisitik yang sama dengan calon pensiunan sehingga dapat dihayati sebagai

pengalaman dirinya pula. Lain halnya dengan dua orang karyawan yang belum

dengan jelas mempertimbangkan usaha yang akan dijalaninya mengutarakan

keraguannya perihal kemampuan yang ia miliki dirasa tidak cukup mendukung untuk

membuat usaha sendiri. Hal ini disebabkan oleh keluarga yang juga mengingatkan

untuk berhati-hati dalam membuat keputusan memasuki masa pensiun, adanya

pengalaman rekan kerjanya yang sudah lebih dulu pensiun dan membangun usaha

namun gagal, serta hasil perbincangan dengan rekan kerjanya yang menyatakan

bahwa membuat suatu usaha itu tidaklah mudah di jaman sekarang membuat mereka

merasa ragu untuk melakukan sesuatu meskipun dalam pikirnya mereka telah

memiliki keinginan untuk membangun usaha. Dua orang karyawan lain yang belum

memiliki rencana untuk masa pensiunnya mempertimbangakan mengenai kegagalan

yang akan mereka hadapi jika usaha yang ingin dibuatnya gagal. Mereka

mempertimbangkan hal ini ketika melihat rekan kerja mereka yang lebih dulu

pensiun gagal ketika membuka usaha sehingga uang pensiun yang dijadikan modal

usaha habis sehingga mereka hanya mengandalkan uang pensiun yang diberikan

perusahaan setiap bulannya yang kurang dari cukup untuk memenuhi kebutuhan

mereka sehari-hari. Selain itu, keluarga kedua orang tersebut cenderung meminta

mereka untuk menikmati saja masa pensiun yang akan dihadapi dan mengandalkan

(17)

membuat mereka seringkali mundur dalam membuat suatu rencana karena mereka

pun masih ragu dengan kemampuan yang dapat digunakan untuk membangun sebuah

usaha atau rencana.

Situasi dan gejala-gejala yang terjadi pada para Calon Pensiunan PT ”X” yang

akan pensiun dalam perusahaan inilah yang kemudian membuat peneliti ingin

mengetahui bagaimana Self-efficacy yang dimiliki oleh para calon pensiunan PT

“X” di Kecamatan Cikampek.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana self-efficacy para calon pensiunan PT “X” di Kecamatan

Cikampek.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran self-efficacy para calon pensiunan PT. “X” di

kecamatan Cikampek.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran mengenai self-efficacy para calon pensiunan PT “X” di Kecamatan Cikampek serta sumber-sumber dan faktor-faktor yang

(18)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Memberikan informasi tambahan dalam bidang kajian psikologi

perkembangan mengenai self-efficacy pada masa dewasa akhir.

b. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian mengenai self-efficacy dalam menghadapi masa pensiun.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi tambahan kepada PT. “X” Cikampek mengenai

self-efficacy dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada para calon pensiunan yang dapat digunakan untuk membuat suatu program edukasi

bagi para calon pensiunan agar dapat mempersiapkan masa pensiun

yang akan segera dihadapi dengan baik.

b. Memberikan informasi mengenai bagaimana self-efficacy pada

karyawan yang akan memasuki masa pensiun ke dalam bidang kajian

psikologi industri dan organisasi.

1.5Kerangka Pemikiran

Karyawan PT “X” akan memasuki masa pensiun ketika mereka mencapai usia

(19)

prestasi baik dalam pekerjaan maupun lingkungan sosialnya, merupakan masa

evaluasi terhadap karir yang dimiliki berdasarkan aspirasi dan harapan-harapan

sekelilingnya terutama keluarga dan teman, merupakan masa transisi dimana Calon pensiunan PT “X” akan mulai mengalami perubahan baik fisik, minat, nilai, perilaku

maupun peran baik dalam lingkungan sosial maupun pekerjaan. Masa ini juga

dianggap sebagai masa yang menimbulkan stress karena banyaknya perubahan yang

terjadi seperti perubahan peran ketika memasuki masa pensiun

Pensiun merupakan situasi dimana seseorang tidak lagi bekerja dan dibayar

karena pekerjaannya itu (Elizabeth Hall, 1985). Pensiun tidak hanya dilihat dari satu

perspektif dimana seseorang tidak lagi bekerja namun dari berbagai perubahan yang

akan terjadi dalam hidup calon pensiunan PT “X” seperti: berkurangnya jumlah

pemasukan yang didapat, meningkatnya waktu luang, potensi menurunnya kesehatan,

perubahan hubungan antara diri pensiunan dengan lingkungan interpersonalnya,

perubahan persepsi sosial mengenai peran sosialnya setelah memasuki masa pensiun.

Calon pensiunan PT “X” dihadapkan pada berbagai perubahan yang terjadi secara

tiba-tiba, seperti perubahan keadaan ekonomi, gaya hidup, yang bila tidak

dipersiapkan dengan baik maka akan mempengaruhi penyesuaian diri individu pada

masa pensiunnya.

Menurut Ursina Teuscheur (1995), terdapat beberapa hal yang dapat menjadi

prediktor untuk melihat kesuksesan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan masa

(20)

pekerjaannya saat ini, aktivitas lain yang dilakukan di waktu luang, dan sumber

internal dalam diri individu seperti internal locus of control, sense of coherence , dan

Self-efficacy belief yang sangat diperlukan untuk melewati masa transisi seperti masa pensiun ini dengan baik.

Self–efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan seseorang dalam mengatur dan menggunakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk

mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan (Bandura, 2002).

Self-efficacy adalah salah satu bentuk dari belief. Pengembangan terhadap self-Self-efficacy calon pensiunan juga dipengaruhi oleh belief-nya yang merupakan suatu keyakinan

dari individu yang ditampilkan pada apa yang dilakukannya. Self-efficacy belief

menentukan saat seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah laku

(Bandura, 2002).

Keyakinan calon pensiunan PT “X” yang tinggi terhadap kemampuannya

sendiri akan membantu calon pensiunan PT “X” tersebut untuk mempersiapkan diri

pada masa yang berbeda dengan saat ia masih bekerja, sedangkan keyakinan calon pensiunan PT “X” yang rendah terhadap kemampuan dirinya akan menghambat

penyesuaian diri yang harus dilakukannya. Perencanaan masa pensiun dituntut untuk dilakukan jauh sebelum masa pensiun tiba sehingga para calon pensiunan PT “X”

dapat menikmati masa pensiunnya kelak dengan puas seperti mengerjakan kegiatan

yang diinginkan dengan baik, menikmati masa pensiun tanpa khawatir mengenai

(21)

Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap derajat self-efficacy dari

Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek adalah pendidikan, lamanya masa

bekerja, pekerjaan sampingan yang dimiliki, dan level manajemen yang dimiliki oleh

karyawan. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi wawasan dan keterampilan yang

dimiliki oleh karyawan serta mempengaruhi level manajemen yang dapat diraih

dalam pekerjaan. Lamanya masa bekerja seorang Calon Pensiunan PT “X” di

kecamatan Cikampek akan mempengaruhi besar tunjangan pensiun yang diterimanya.

Semakin lama Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek tersebut bekerja maka semakin besar tunjangan yang diperoleh. Calon Pensiunan PT “X” di

kecamatan Cikampek yang memiliki pekerjaan sampingan akan merasa yakin bahwa

mereka akan mampu menghadapi masa pensiun dengan baik karena setelah mereka

pensiun maka mereka masih memiliki penghasilan yang dapat menunjang kebutuhan hidup mereka, sedangkan bagi Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek

yang tidak memiliki pekerjaan sampingan, setelah mereka mengalami pensiun maka

mereka tidak memiliki penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Level manajemen yang dimiliki Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan

Cikampek dapat berpengaruh terhadap derajat self- efficacy karena level manajemen

yang dimiliki Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek berdampak pada kompetensi yang dimiliki Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek dan

(22)

manajemen bawah memiliki perkembangan karir yang cenderung lambat dan menetap, sedangkan Calon Pensiunan PT “X” di kecamatan Cikampek yang

termasuk level manajemen atas cenderung memiliki perkembangan karir yang relatif

lebih cepat dan pekerjaan yang lebih bervariasi seperti berpindah bagian sehingga

dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki dibandingkan karyawan level

manajemen bawah (lapangan) yang tergolong menetap pada satu bagian saja.

Keyakinan mengenai efficacy calon pensiunan PT “X” secara kognitif dapat

dikembangkan melalui empat sumber pengaruh utama, yaitu mastery experiences,

vicarious experiences, verbal persuasion dan physiological and affective states. Penghayatan yang paling kuat mengenai self-efficacy adalah melalui mastery

experiences atau pengalaman karyawan yang akan pensiun di masa lalunya. Pengalaman keberhasilan atau kegagalan di masa lalu dalam bidang pekerjaan akan

mempengaruhi derajat efficacy dalam diri para karyawan yang akan pensiun tersebut.

Keberhasilan di masa lalu akan membantu Calon pensiunan PT “X” membangun keyakinan dalam dirinya bahwa ia mampu sedangkan Calon pensiunan PT “X” yang

mengalami kegagalan di masa lalunya cenderung akan mengalami hambatan dalam

membangun keyakinan dalam dirinya bahwa ia mampu

Sumber kedua dalam membentuk self-efficacy adalah melalui vicarious

experience yaitu pengalaman yang diamati Calon pensiunan PT “X” dari model sosial misalnya rekan kerja atau orang signifikan lainnya. Calon pensiunan PT “X” yang

(23)

keberhasilan dalam mempersiapkan masa pensiunnya dengan berbagai usaha akan

meningkatkan keyakinan dirinya untuk mencapai keberhasilan yang kurang lebih

sama dengan rekan kerjanya tersebut. Dengan cara yang sama pula, calon pensiunan PT “X” mengamati kegagalan teman sekerjanya atau orang yang signifikan lainnya

walaupun sudah melakukannya dengan berbagai cara akan menurunkan penilaian

terhadap efficacy mereka dan juga menurunkan usaha mereka untuk tetap bertahan.

Modelling akan berpengaruh terhadap self-efficacy belief tergantung dari seberapa banyaknya kesamaan karakteristik calon pensiunan PT “X” dengan model sosial yang

diamatinya. Semakin besar kesamaan calon pensiunan PT “X”” dengan model sosial

yang diamatinya, maka semakin besar pula pengaruh kesuksesan dan kegagalan

model terhadap calon pensiunan PT “X” tersebut.

Sumber ketiga yang membentuk self-efficacy calon pensiunan PT “X” dalam

mempersiapkan rencana masa pensiunnya agar berhasil adalah social persuasion.

Dukungan atau persuasi positif secara verbal disampaikan oleh pasangan, anak-anak,

rekan sekerja, atasan dan lain sebagainya akan memperkuat penilaian efficacy bahwa

mereka mampu menguasai aktivitas-aktivitas dalam menyesuaikan diri, menyusun,

mempersiapkan masa pensiun serta mengerahkan usaha yang lebih besar untuk mencapainya. Sementara itu calon pensiunan PT “X” yang kurang mendapat

dukungan positif secara verbal akan cenderung ragu pada kemampuan dirinya saat

menghadapi masalah serta menghindari aktivitas-aktivitas yang menantang. Mereka

(24)

Sumber keempat yang dapat membentuk dan menguatkan self-efficacy belief

adalah dengan psychological dan affectives states, yaitu kondisi fisik dan emosional

yang dialami calon pensiunan PT “X” yang akan pensiun. Calon pensiunan PT “X”

yang tidak menginterpretasikan kondisi emosional (stress, cemas, dan lain

sebagainya) dan keadaan fisik (sakit, lelah, dan sebagainya) sebagai

kekurangmampuan dirinya dalam proses penyesuaian diri, penyusunan, dan persiapan

masa pensiun akan tetap meningkatkan keyakinannya dibandingkan dengan calon pensiunan PT “X” yang menilai kondisi fisik dan emosionalnya sebagai tanda-tanda

kekurangmampuannya dalam penyusunan dan persiapan masa pensiun yang akan

menurunkan keyakinan dirinya akan kemampuannya untuk menyesuaikan diri,

menyusun, dan mempersiapkan masa pensiunnya misalnya karena kondisi fisik yang menurun membuat calon pensiunan PT “X” merasa tidak lagi mampu melakukan hal

yang diinginkan sebelumnya sehingga mengurangi keyakinan terhadap

kemampuannya sendiri.

Keyakinan terhadap kemampuan diri (self-efficacy) seseorang dapat terbentuk,

meningkat atau menurun berdasarkan pengaruh terhadap salah satu sumber atau

kombinasi dari beberapa sumber dalam pembentukannya. Keempat sumber self-

efficacy tersebut adalah kumpulan informasi bagi calon pensiunan PT ”X” kecamatan Cikampek yang kemudian akan diolah secara kognitif dalam pembentukan keyakinan akan kemampuan diri. Calon pensiunan PT ”X” kecamatan Cikampek menyeleksi,

(25)

dapat mempengaruhi keyakinan diri mereka dalam mengatasi rintangan dan mencapai

tujuannya. Adanya pemahaman kognitif mengenai sumber-sumber self-efficacy

tersebut kemudian mempengaruhi penghayatan calon pensiunan PT ”X” kecamatan

Cikampek terhadap self-efficacy yang ada dalam diri mereka. Jadi, self-efficacy tidak

terbentuk dengan sendirinya berdasarkan empat sumber yang tersedia, namun harus

diolah secara kognitif terlebih dahulu hingga pengolahan dari empat sumber

self-efficacy disimpan dan dapat diterapkan pada situasi serupa di masa yang akan datang, dalam hal ini berkaitan dengan persiapan masa pensiun yang akan segera dihadapi.

Tinggi rendahnya self-efficacy calon pensiunan PT ’X” kecamatan cikampek

dapat terlihat dari bagaimana calon pensiunan PT ’X” kecamatan cikampek

menentukan pilihan untuk masa depannya, seberapa besar usaha yang akan

dikerahkan untuk mewujudkan pilihan yang telah ditentukannya tersebut, seberapa

lama calon pensiunan PT ’X” kecamatan cikampek bertahan terhadap usaha yang

dikerahkannya ketika menghadapi tantangan, dan bagaimana penghayatan perasaan

para calon pensiunan PT “X” yang akan pensiun terhadap masa pensiun yang akan

dihadapinya nanti.

Calon pensiunan PT “X” yang memiliki Self-efficacy tinggi akan membuat pilihan mengenai rencana masa pensiun yang lebih baik dibandingkan calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang rendah. Calon pensiunan PT “X”

yang memiliki self-efficacy tinggi akan memilih rencana yang lebih menantang

(26)

kemampuannya dan membayangkan keberhasilan yang akan diraihnya kelak.

Sementara itu, calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang rendah memilih rencana yang aman dan menghindari kegagalan yang ia bayangkan akan

didapatnya kelak misalnya memilih untuk diam di rumah karena membayangkan jika

membuat usaha ia akan mengalami kegagalan jika membangun suatu usaha atau

mencari pekerjaan lagi.

Self-efficacy pun mempengaruhi calon pensiunan PT “X” dalam usaha yang dikeluarkannya untuk mencapai pilihan yang telah ia buat berupa rencana masa pensiun yang akan segera dihadapi calon pensiunan PT “X”. Calon pensiunan PT “X”

yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mencoba lebih keras dan berusaha

sebaik mungkin untuk menjalankan rencananya tersebut dibandingkan calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang rendah. Misalnya jika calon pensiunan PT “X” tersebut memilih untuk membuat usaha di masa pensiunnya nanti,

calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mencari info

lebih banyak mengenai usaha yang ingin dilakukan, mencari tempat yang cocok

untuk memulai usahanya, memikirkan strategi menjalankan usaha, dan lain sebagainya dibandingkan calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang

rendah yang tidak akan banyak melakukan usaha untuk menjalankan rencana yang sama. Calon pensiunan PT “X” tersebut hanya akan berpikir untuk membuat usaha

tertentu namun ragu dalam menjalankan dan membuat strategi usaha yang ingin

(27)

Self-efficacy pun mempengaruhi daya tahan calon pensiunan PT “X” yang akan pensiun ketika menghadapi rintangan atau kegagalan ketika berusaha mencapai

pilihan yang dibuat. Calon pensiunan PT “X” yang akan pensiun yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan lebih dapat bertahan dan bangkit kembali saat menghadapi masalah atau kegagalan ataupun mencari alternatif yang mungkin dapat dilakukan dibanding calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang rendah dimana

calon pensiunan PT “X” tersebut akan cenderung menyerah saat muncul rintangan.

Ketika calon pensiunan PT “X” menghadapi persoalan, misalnya modal yang dimiliki

ternyata tidak mencukupi usaha yang diinginkan serta banyaknya pesaing di daerah tersebut, calon pensiunan PT “X” dengan self-efficacy yang tinggi akan berusaha

mencari jalan keluar misalnya mencari pinjaman atau menyesuaikan usaha dengan

modal yang dimiliki serta membuat strategi bisnis yang lebih baik dibandingkan para pesaingnya. Sedangkan calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang

rendah cenderung akan lebih mudah menyerah.

Derajat self-efficacy yang dimiliki oleh calon pensiunan PT “X” juga akan

mempengaruhi penghayatan perasaannya terhadap masa pensiun yang akan

dihadapinya nanti. Calon pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memandang bahwa masa pensiun yang akan dihadapinya nanti sebagai sebuah

kesempatan yang menjanjikan untuk mengembangkan kemampuan, keinginan yang belum sempat tercapai sehingga calon pensiunan PT “X” tersebut memandang masa

(28)

memiliki self-efficacy rendah, ia akan memandang masa pensiun sebagai masa yang

tidak ada kepastian mengenai apa yang dapat mereka lakukan, kehilangan banyak hal

yang selama ini dimiliki misalnya penghasilan, kedudukan dan lain sebagainya

sehingga membuatnya memandang masa pensiun sebagai hal yang negatif sehingga

tak jarang mereka lebih banyak mengalami stress dibandingkan calon pensiunan PT “X” yang akan pensiun yang memiliki self-efficacy yang tinggi.

Keempat tingkah laku tersebut diatas merupakan perilaku dari self-efficacy

belief yang dimiliki calon pensiunan PT ’X” kecamatan Cikampek sebagai dampak dari empat sumber self-efficacy yang dihayati oleh calon pensiunan PT ’X”

kecamatan cikampek yang akan menentukan bagaimana karyawan PT “X” yang akan

pensiun tersebut menghabiskan hari-hari di masa pensiunnya kelak.

Berdasarkan uraian kerangka pikir di atas, berikut ini akan ditampilkan skema

(29)

1.1 Skema Kerangka Pemikiran Calon Pensiunan PT “X”

Kecamatan Cikampek

Self-efficacy tinggi

Self-efficacy rendah Indikator Self Efficacy :

1. Pilihan yang dibuat 2. Usaha yang dikeluarkan 3. Berapa lama karyawan

PT ”X” bertahan saat dihadapkan pada

rintangan-rintangan (dan saat dihadapkan pada kegagalan)

4. Penghayatan perasaan Self-efficacy Proses

Kognitif

Faktor yang berpengaruh: - Pendidikan

- Lama bekerja

- Pekerjaan sampingan - Level manajemen 1. Mastery Experience 2. Vicarious Experience 3. Social / Verbal

Persuation

(30)

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir yang dikembangkan diatas, maka asumsi yag

dapat ditarik sebagai berikut:

a. Calon pensiunan PT “X” kecamatan Cikampek memiliki sumber-sumber

informasi berupa mastery experience, vicarious experience, verbal

persuasion, dan physiological and affective states yang akan mempengaruhi keyakinan (Self-efficacy) mereka dalam menghadapi masa

pensiun.

b. Calon pensiunan PT “X” kecamatan Cikampek memiliki Faktor-Faktor

berupa: Pendidikan, Pekerjaan sampingan, dan level manajemen ketika

mereka bekerja yang akan mempengaruhi keyakinan (Self-efficacy)

mereka dalam menghadapi masa pensiun.

c. Derajat Self-efficacy dapat dilihat dari perilaku calon pensiunan PT “X”

kecamatan Cikampek meliputi: Pilihan yang diambil, Usaha yang akan

dikerahkan untuk mewujudkan pilihan tersebut, Daya tahan ketika

menghadapi tantangan, dan Penghayatan perasaan mengenai masa pensiun

yang akan dihadapinya nanti.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih banyak Calon Pensiunan PT “X” di Kecamatan Cikampek yang

memiliki self-efficacy rendah dibandingkan dengan self-efficacy tinggi.

2. Sumber verbal persuasion yang positif dari keluarga terutama istri, atasan

dan rekan kerja merupakan sumber berpengaruh terhadap self-efficacy para Calon Pensiunan PT “X” kecamatan Cikampek.

3. Sumber vicarious experience mempengaruhi self-efficacy para Calon Pensiunan PT “X” kecamatan Cikampek. Pengalaman kegagalan rekan

kerja yang lebih dulu pensiun mempengaruhi Calon Pensiunan PT “X”

dalam menentukan kegiatan seperti apa yang akan dilakukan di masa

pensiun.

4. Faktor pekerjaan sampingan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh

pada Self-efficacy Calon Pensiunan PT “X”. Sebagian besar Calon

Pensiunan PT “X” yang tidak memiliki pekerjaan sampingan serta

(32)

5. Faktor pendidikan berpengaruh terhadap self-efficacy Calon Pensiunan PT “X” Kecamatan Cikampek. Seluruh Calon Pensiunan PT “X” yang memiliki

tingkat pendidikan S2 memiliki self-efficacy yang tinggi sedangkan yang

memiliki tingkat SLTP memiliki self-efficacy yang rendah. Pada Calon

Pensiunan PT “X” berpendidikan SMA/STM dan SLTP menghayati ilmu dan

wawasan yang dimiliki tidak cukup sehingga mempengaruhi keyakinan

mereka dalam menghadapi masa pensiun.

6. Faktor level manajemen berpengaruh terhadap self-efficacy Calon Pensiunan PT “X” Kecamatan Cikampek. Calon Pensiunan PT “X” yang berada pada

level pekerjaan eselon II cenderung menghayati keberhasilan dalam

pekerjaannya (mastery experience) sebagai perkembangan karir yang cepat

dan pengalaman kerja yang bervariasi serta hubungan kerja yang dimiliki

sehingga mempengaruhi keyakinan mereka dalam melakukan kegiatan yang

diinginkan sesuai kemampuan yang dimiliki ketika memasuki masa pensiun

nanti.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran, diantaranya:

5.2.1 Saran Keilmuan

Untuk peneliti lain yang berminat, disarankan untuk melakukan penelitian

(33)

5.2.3 Saran Guna Laksana

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

a. Bagi Calon Pensiunan PT “X” yang memiliki self-efficacy rendah disarankan untuk meningkatkan self-efficacy dalam menghadapi masa

pensiun dengan mengembangkan keterampilan yang dimiliki atau yang

diminati, mulai menyusun rencana perubahan keuangan, lingkungan

sosial dan kerja, melihat hal yang positif dari keberhasilan rekan yang

telah pensiun, mendengarkan masukan yang positif dari keluarga atau

rekan kerja serta menjaga kesehatan.

b. Bagi pihak perusahaan disarankan agar dapat mempertimbangkan untuk membuat program persiapan masa pensiun yang dapat membantu calon

pensiunan PT “X” seperti; memberikan alternatif kegiatan di masa

pensiun yang dapat dilakukan, konseling berkala mengenai persiapan

masa pensiun baik bagi diri Calon Pensiunan maupun bersama pasangan,

membantu penyusunan perencanaan keuangan dalam menghadapi

perubahan keuangan, serta penyesuaian diri terhadap perubahan

lingkungan kerja dan sosial yang akan dijalani setelah masa pensiun tiba

c. Mengingat bahwa verbal persuasion merupakan sumber yang berpengaruh pada derajat self-efficacy calon pensiunan PT “X” maka

(34)

positif seperti memberikan pujian ketika calon pensiunan PT “X”

mengalami keberhasilan dan memberikan banyak masukan dan dukungan

terhadap apa yang dilakukannya untuk mempersiapkan diri dalam

menghadapi masa pensiun sehingga calon pensiunan PT “X” dapat

meningkatkan keyakinan dirinya terhadap kemampuan yang dimilikinya

untuk menghadapi masa pensiun tersebut.

d. Sama halnya dengan dukungan yang dilakukan oleh keluarga, atasan dan rekan kerja diharapkan dapat lebih banyak memberikan dukungan positif

seperti memberikan pujian pada karyawan ketika mereka berhasil dalam

melakukan pekerjaan dan mendukung secara moril ketika akan

menghadapi masa pensiun sehingga Calon Pensiunan dapat lebih yakin

terhadap diri sendiri ketika menghadapi masa pensiun.

e. Mengingat bahwa Vicarious experience juga menjadi sumber yang mempengaruhi self-efficacy calon pensiunan, sharing pengalaman

keberhasilan yang dicapai karyawan yang sudah lebih dulu pensiun

ataupun menyediakan kesempatan untuk berdiskusi dengan sesama calon

pensiunan, akan menjadi salah satu cara yang baik untuk meningkatkan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-Efficacy : The Exercise of Control. New York: Freeman

Perlmutter, Marion. Elizabeth Hall, 1985. Adult Development And Aging. New York. Wiley & Sons, Inc

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2007. Panduan Penelitian Skripsi Sarjana : Bandung

Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi kelima.

J. Tito Sutarto, C. IsmulCokro, 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya (cara cerdas menyiasati pensiun). Jakarta : PT. Gramedia

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh.

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Analya, Priska. 2006. Studi kasus mengenai self-efficacy pada karyawan yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu 1 tahun mendatang. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Kusumawardani, Widhiarini. 2009. Kontribusi sumber-sumber self-efficacy terhadap academic self-efficacy pada anggota muda perhimpunan penjelajah alam Jamadagni di kota Bandung. Usulan Penelitian. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Teuscher,Ursina. 2003. Change and Persistence of Personal Identities Transition to Retirement and Aging. Thesis. Switzerland : (http://google.com, diakses 24 Januari 2010)

Price, Ph.D, Christine A. Stages of retirement (online)

(http://ohioline.osu.edu/ss-fact/0201.html, diakses 10 Agustus 2009)

http://library.usu.ac.id

www. wikipedia.com

www.pupuk-kujang.co.id

www.google.com

Referensi

Dokumen terkait

determine how far the mood choice corresponded to the speech function of the text.. Furthermore, this research was aimed to help both the learners and the teacher as

Pada penelitian ini, penulis mengusulkan metode pengendalian persediaan dengan menggunakan Innovative Heuristic dalam menentukan waktu pemesanan optimal ( t 0 * ) yang

Difinisi ini menjadi lebih membingungkan lagi kalau dikatakan kabupaten itu adalah bagian dari struktur pemerintahan masa kolonial, karena masa kolonial tidak

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Golonka (2013), yang meneliti tentang hubungan antara pola asuh orangtua, komunikasi elektronik

ialah media Booklet kamus kerja cara menggoreng kerupuk udang. Selain itu, media yang digunakan juga berupa alat dan bahan nyata sesuai dengan gambar yang tertera dalam

Secara khusus tujuan kajian ini adalah (1) mengungkapkan pelaksanaan program Rakdes yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (2) mengungkapkan peran dan fungsi serta

tampil yang lebih menarik dengan tubuh yang ideal yaitu kurus maka remaja akan memilih untuk melakukan perilaku yang tidak sehat, diet sembarangan seperti minum obat pencahar,

1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Propinsi dan daerah-daerah Propinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Propinsi,