SKRIPSI
OLEH : HILMI ASGAR
150301098 ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH : HILMI ASGAR
150301098 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
paddy field and the spread of salinity through surveys in Percut Village, Sub District Of Percut Sei Tuan, District of Deli Serdang and in the Laboratory Soil Science Faculty of Agriculture, University of North Sumatera. Conducted on May until September 2019. Sampling was conducted with survey method Grid Non- level semi-detailed survey (observation density 1 sample per 25Ha). Parameter observations of soil salinity (Electrical Conductivity), Soil Texture (Hydrometer).
Analysis data using interpolation method. The analysis showed that the distribution of soil salinity has three criteria according to Dobberman and Fairhurst (2000) that is low criteria with area of 128 Ha (28%),
medium criteria with area of 147 Ha (33%) and high criteria with area of175 Ha (39%). Measurements of soil texture in paddy field Percut Village
dominated by factions sand, so have soil texture sandy loam and loamy sand Keywords : Salinity, Soil Texture, Interpolation
salinitas pada lahan sawah dan penyebaran tingkat salinitas melalui kegiatan survey di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang serta di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Survei Grid Bebas tingkat survey semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha). Parameter pengamatan Salinitas tanah (DHL meter), Tekstur Tanah (Hydrometer) serta kuisener .Analisis data menggunakan metode Interpolasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebaran salinitas tanah memiliki tiga kriteria menurut Dobberman dan Fairhurst (2000) yaitu kriteria rendah dengan luas 128 Ha (28%), kriteria agak tinggi dengan luas 147 Ha (33%) dan kriteria tinggi dengan luas 175 Ha (39%). Pengukuran Tekstur tanah pada lahan sawah desa Percut didominasi oleh fraksi pasir, sehingga memiliki tekstur tanah lempung berpasir dan pasir berlempung.
Kata Kunci : Salinitas, Tekstur Tanah, Interpolasi
Utara dari ayah Dariyoto Kastowo dan ibu Sahara Mona Batubara SH . Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah:
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Singosari Delitua, Kabupaten
Deli Serdang pada tahun 2009, menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 2 Medan, Kota Medan pada tahun 2012, menyelesaikan
pendidikan SMA di SMA Negeri 13 Medan, Kota Medan pada tahun 2015.
Terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian di Jurusan Agroteknologi pada tahun 2015 melalui jalur SNMPTN. Semasa kuliah penulis merupakan anggota dalam Himpunan Mahasiswa Agroteknologi, ikut serta dalam keanggotaan Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) serta aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Biologi Tanah .
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di kebun Rantau Prapat PTPN 3, Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2018 . Penulis juga melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai.
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Adapun judul Skripsi ini adalah “Pemetaan Tingkat Salinitas (DHL) dan Tekstur Tanah Pada Lahan Sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam penyusunan skripsi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Hardy Guchi, MP, selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2019
Penulis
ABSTRACK ... i
ABSTRAK ...ii
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penulisan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survey dan Pemetaan ... 4
Karakteristik Lahan Sawah ... 6
Salinitas Tanah ... 8
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanah dan Tanaman ...11
Tekstur Tanah...13
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...15
Bahan dan Alat ...16
Metode Penelitian ...16
Pelaksanaan Penelitian...16
Persiapan ...16
Survei dan Pengambilan Sampel di Lapangan ...17
Parameter yang di Amati ...17
Pengolahan Data ...17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...19
Pembahasan ...27
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Hasil Analisis Statistik Deskriftif Produksi, Produktivitas dan Pemupukan Desa Percut Hasil Analisis Statistik Deskriptif Salinitas Tanah Sawah Desa Percut
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Fraksi Pasir Tanah Sawah Desa Percut
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Fraksi Debu Tanah Sawah Desa Percut
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Fraksi Liat Tanah Sawah Desa Percut
Rataan Nilai Fraksi Pasir Debu Liat dan Tekstur Tanah
Nilai Korelasi Salinitas, Fraksi Pasir, Debu, Liat dan Produksi
19 20 22 24 25 26 27 27
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peta Administrasi Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Penggunaan Lahan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Jenis Tanah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Penyebaran Salinitas Dobermann and Fairhurst Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Penyebaran Fraksi Pasir Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Penyebaran Fraksi Debu Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Peta Penyebaran Fraksi Liat Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
15 20 21 22
23 24 25
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Peta Titik Sampel Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Kuisioner Data Kuisioner
Hasil Data Analisis Salinitas Hasil Data Analisis Tekstur Tanah Gambar Pengeringan Tanah Gambar Sampel Tanah
Gambar Pengukuran Tekstur Tanah Gambar Pengukuran Salinitas
Dokumentasi Tahap Persiapan dan Kegiatan Survey di Lapangan
Dokumentasi Kegiatan Analisis di Laboratorium
35 36 37 38 39 40 40 40 40 40 40
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.
Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi tanah, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi sedangkan yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut sedangkan yang
dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Produktivitas tanaman padi di indonesia yaitu sebesar 53,14 kuintal/Ha
dengan total luas lahan sawah sebesar sebesar 8,1 juta Ha (BPS Indonesia, 2018). Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk
mengakibatkan semakin rendahnya juga lahan sawah produktif dikarenakan banyak beralih fungsi, hal ini yang akan mengancam posisi ketahanan pangan nasional.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah sentra penghasil beras di Sumatera Utara. Mayoritas penduduk disana memiliki mata pencaharian sebagai petani dilahan sawah, seiring dengan bertambahnya penduduk dengan kondisi produksi yang tetap dianggap belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Desa Percut merupakan desa yang berada Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, memiliki luas 1321,9 Ha dengan komoditi padi sawah
450 Ha (BPS Kabupaten Deli Serdang ,2018). Lahan sawah yang ada di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, oleh karena itu adanya pengaruh salinitas terhadap lahan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan petani di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan , terdapat beberapa masalah yang mengakibatkan rendahnya produksi padi sawah di daerah ini salah satunya adalah salinitas tinggi karena desa ini termasuk wilayah pesisir yang sebagian besar tanahnya mengandung garam yang tinggi akibat adanya pengaruh pasang surut air laut, hal ini menyebabkan tanaman padi memiliki bulir yang hitam dan kosong sehingga produksi menjadi menurun.
Produksi padi sawah akibat cekaman salinitas dapat menyebabkan penurunan produksi .Produksi padi sawah varietas Ciherang yang ditanam dilahan salin berkisar 2-3 ton/Ha, padahal varietas Ciherang memiliki potensi hasil 8,5 ton/Ha , dengan hasil rata-rata 6,0 ton/Ha pada tanah non salin, hal ini menunjukkan bahwa faktor salinitas tanah menjadi penghambat peningkatan produksi padi (Hutajulu, dkk., 2013).
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara butir primer pasir, debu ,liat atau proposi berat dari pasir , debu dan liat yang dinyatakan dalam persen pada masa tanah, keadaan tekstur tanah turut menentukkan tata air dalam tanah ,berupa kecepatan infiltrasi penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah serta menahan dan meresapkan air (Rachim, 2002).
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan survey dan pemetaan tingkat salinitas (DHL) dan tekstur tanah pada lahan sawah di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendapatkan data penyebaran tingkat salinitas (DHL) dan tekstur tanah pada lahan sawah serta hubungan antara salinitas, tekstur tanah dan produksi melalui kegiatan survey di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi untuk penggunaan lahan sawah dengan salinitas tinggi (DHL) sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan atau mengurangi cekaman salinitas
TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan
Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005).
Rossiter (2000) mendefinisikan survei tanah sebagai proses menentukan pola tutupan tanah, menentukan karakteristik tanah dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat dipahami dan diinterpretasi oleh berbagai kalangan pengguna.
Sedangkan menurut Rayes (2007), survei tanah adalah penelitian tanah di
lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu, yang ditunjang
oleh informasi dari sumber-sumber lain yang relevan.
Pengambilan contoh tanah merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian tanah khususnya dalam kegiatan survei dan pemetaan tanah. Contoh tanah yang diambil harus dapat mewakili (representiative) satuan satuan tanah. Dalam pengambilan contoh tanah, refleksi dari satu titik pengamatan yang hanya diwakili oleh beberapa kilogram tanah kredibilitasnya dianggap mewakili wilayah yang luasnya mencapai puluhan, ratusan atau ribuan hektar, tergantung dari tingkat atau skala pemetaan tanah (Badan Penelitian Tanah, 2004).
Rayes (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga metode yang digunakan dalam survei tanah, yakni metode grid kaku, fisiografi (Interpretasi Foto Udara/IFU), dan grid bebas.
1. Metode Grid Kaku, dilakukan dengan pengambilan contoh tanah yang secara sistematik dirancang dengan mempertimbangkan kisaran spasial autokorelasi yang diharapkan. Jarak pengamatan teratur dengan pola persegi (rectangular grid) dengan interval titik pengamtan berjarak sama pada arah horizontal dan vertikal.
2. Metode Fisiografi (IFU), dilakukan dengan interpretasi foto udara untuk mendelienasi landform pada darah yang disurvei, diikuti dengan peninjauan lapangan terhadap komposisi satuan peta hanya pada daerah pewakil, sehingga tidak semua delineasi dikunjungi.
3. Metode Grid Bebas, merupakan perpaduan metode grid Kaku dan fisiografi yang umumnya diterapkan pada survei tingkat semidetail hingga detail.
Pengamatan di lapangan dilakukan seperti grid kaku, tetapi jarak pengamatan tidak perlu sama dalam dua arah tergantung pada fisiografi daerah survei. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak dekat, perlu pengamatan lebih rapat, sedangkan jika landform cenderung seragam maka jarak pengamatan dapat berjauhan. Sehingga, kerapatan pengamatan disesuaikan menurut kebutuhan skala survei yang dilaksanakan serta tingkat kerumitan pola tanah di lapangan.
Adapun tujuan survei dan pemetaan menurut Hakim, dkk (1986) untuk memberikan atau menyediakan informasi bagi pengguna tanah, bentuk wilayah, dan keadaan lain yang perlu diketahui termasuk ketersediaan hara yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi dan juga membantu dalam pengambilan
keputusan tentang penggunaan lahan dan perencanaan pengembangan wilayah yang disurvei.
Karakteristik Lahan Sawah
Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Sitinjak dkk., 2017).
Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu topografi, porositas tanah yang rendah, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dan Setyono, 1997).
Produktivitas lahan sawah dapat menurun sebagai akibat dari: pengurasan dan defisit hara karena yang terbawa panen lebih banyak dari hara yang diberikan melalui pemupukan atau penambahan dari air irigasi. Selain itu adanya kelebihan pemberian hara tertentu dan kekurangan hara lainnya karena pemupukan yang tidak berimbang, dan penurunan kadar bahan organik tanah. Degradasi tersebut tidak saja mengancam kuantitas (produktifitas) hasil padi, tetapi juga kualitasnya (Razali dkk., 2017).
Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara untuk tanaman padi. Pada saat tanah sawah tergenang, oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh mikroba tanah, sehingga menyebabkan terjadinya keadaan
anaerob. Menurut Prasetyo, dkk., (2004) Penggenangan tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan kimia tanah sawah antara lain:
- Penurunan kadar oksigen dalam tanah - Penurunan potensial redoks
- Perubahan pH tanah
- Reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn)
- Peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen - Peningkatan ketersediaan fosfor.
Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem sawah adalah terjadinya perubahan pH menjadi menjadi netral (5,5-7,0). Sehingga ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe, Mn dan Mo meningkat. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya S, Zn dan Cu yang terikat sebagai sulfida yang mengendap dan menghilangnya NO3- karena denitrifikasi (Adiningsih, dkk.,2000).
Ketersediaan unsur pada tanah sawah berkaitan dengan distribusi oksigen pada lapisan olah. Pada saat tanah digenangi air, pertukaran udara yang terjadi antara tanah, air, dan udara menjadi terhenti dan oksigen dari udara masuk ke dalam tanah melalui genangan air dengan proses difusi. Laju difusi oksigen tersebut adalah sangat rendah, yaitu 10 ribu kali lebih lambat dari pada melalui pori yang berisi udara, sehingga keadaan tanah menjadi anaerob. Oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah untuk respirasi. Pada saat itu pula, kegiatan mikroba tanah aerob segera diganti oleh mikroba tanah anaerob yang menggunakan energi dari senyawa-senyawa yang mudah tereduksi seperti NO3-, SO42-, Fe3+, dan Mn4+. Senyawa-senyawa tersebut segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2-
(nitrit), dan Mn2+ (mangan),
dan Fe2+ (ferro). Pada tanah dengan kadar besi tinggi, ion Fe2+ (ferro) yang larut dalam air dapat meracuni tanaman. Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem sawah, seperti yang dijelaskan adalah terjadinya perubahan pH tanah menjadi sekitar netral (6,5 – 7,50), ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe, Mn, Si, dan Mo. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya kadar S, Zn, Cu yang terikat pada sulfida yang mengendap dan hilangnya NO3- karena denitrifikasi pada tanah tereduksi, ketersediaan K menjadi meningkat karena adanya pertukaran ion K di komplek jerapan oleh ion ion Fe2+ dan Mn2+. Meningkatnya unsur hara P, disebabkan oleh reduksi ion Fe3+ menjadi ion Fe2+
yang mengakibatkan ikatan Fe-P menjadi lepas (Prasetyo, dkk., 2004).
Salinitas Tanah
Salinitas tanah adalah keadaan tinggi rendahnya garam di dalam tanah.
Garam-garam (NaCl) merupakan garam yang dominan, namun garam-garam Na2SO2, MgSO4, NaHCO3, CaSO4 dan CaCO3, juga menentukan salinitas tanah.
Semakin tinggi konsentasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan tanah. Garam NaCl terjerap oleh tanah, namun jerapan tersebut sangat lemah dibandingkan jerapan tanah terhadap Ca, Mg, dan K. Dengan demikian Na lebih mudah tercuci. Pencucian lebih mudah terjadi bila tanah memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah, tekstur kasar dan curah hujan tinggi (Agus dan Subiksa, 2008).
Cekaman salinitas merupakan cekaman abiotik yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena ketidak seimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion NaCl, cekaman osmotik dan kekurangan hara (Razali, dkk., 2018).
Salinitas tanah menunjukkan besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah, sedang sodisitas menunjukkan tingginya kadar garam Na dalam tanah. Keracunan tanaman dapat terjadi bila kandungan garam mudah larut terlalu tinggi. Tanah salin adalah tanah yang mempunyai sifat – sifat berikut : (a). Daya hantar listrik tanah jenuh air (DHL) > 4 mmhos/cm, (b). Persen Na dapat ditukar (ESP) < 15 dan (c). pH < 8,5. Ion – ion yang dominan pada tanah salin ialah : Na+ , Ca2+ , Mg2+ , Cl- , SO42-
. NaCl merupakan penyebab salinitas utama. Pada tanah sulfat masam muda mengandung Al2 (SO4)3 dan FeSO4
yang tinggi tetapi juga memenuhi syarat sebagai tanah salin (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Tanaman padi termasuk tanaman yang peka terhadap salinitas tanah (yang dinyatakan dengan daya hantar listrik atau disingkat DHL). Nilai DHL sebesar 2 mmhos/cm dianggap optimal, tetapi jika mencapai 4-6 mmhos/cm tergolong marginal. Jika nilai DHL > 6 mmhos/cm, maka pertumbuhan tanaman padi terhambat. Penurunan hasil bisa mencapai 50 % jika nilai DHL sekitar 7,2 mmhos/cm, atau jika nilai exchangeable sodium percentage atau ESP sekitar 20 % (Djaenudin, dkk., 2000).
Daya hantar listrik mula-mula meningkat dengan penggenangan, kemudian menurun ke nilai stabil yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Naiknya nilai DHL karena adanya mobilisasi Fe2+ dan Mn2+, pembentukan NH4+, HCO3-, dan RCOO- penggantian kation-kation dalam koloid oleh Fe2+, Mn2+, dan NH4+. Turunnya nilai DHL karena pengendapan Fe3+ sebagai Fe3(OH)8 dan FeS, pengendapan Mn sebagai MnCO3, kehilangan CO2, dan konversi RCOO- menjadi CH4 (Samosir, 2010).
Pada tanah tergenang yang normal, nilai DHL tertinggi antara 2-4 dS/m, tetapi pada tanah pasir yang kaya bahan organik dan tanah sulfat masam dapat
mencapai >4 dS/m yang merupakan ambang bahaya bagi padi.
Nilai DHL 2 dS/m baik untuk tanaman padi. Kation yang digantikan oleh Fe2+, Mn2+, dan NH4 dalam keadaan reduksi dapat hilang bersama air perkolasi.
Pada keadaan kering oksidasi Fe2+ dan NH4 dapat mengasamkan tanah (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).
Padi termasuk tanaman yang sensitive terhadap salinitas yang dinyatakan dengan electric conductivity (EC) atau daya hantar listrik (DHL), salinitas yang hanya 2 mmhos/cm dipertimbangkan optimal, tetapi jika mencapai 4-6 mmhos/cm tergolong marginal dan tanaman padi tidak dapat berkembang jika salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai >3 mmhos/cm. Penurunan sekitar 50% jika DHL sekitar 7,2 mmhos/cm, dan kegagalan atau penurunan hasil bisa
mencapai ± 100% apabila DHL mencapai sekitar 12 mmhos/cm (Dobermann dan Fairhurst, 2000).
Pemberian bahan amelioran atau bahan pembenah tanah dan pupuk merupakan faktor penting untuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Ameliorasi lahan merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki tingkat kesuburan lahan, terutama pada lahan-lahan yang baru dibuka. Pemberian bahan amelioran dapat berupa kapur oksida (CaO) atau dolomit (CaMg(CO3)2). Pemberian kapur di lahan sulfat masam potensial diperlukan, karena pH tanah di lahan tersebut pada umumnya rendah (pH<4)
Pemberian kapur lebih efektif jika kejenuhan (Al+H) > 10% dan pH tanah < 5 (Wade, dkk., 1986).
Bahan amelioran yang sering digunakan dalam budidaya padi adalah dolomit. Dolomit selain mengandung unsur Ca (32.0%) juga mengandung Mg (4.03 %). Pemberian kapur di lahan salinitas dapat memperbaiki (1) sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki granulasi tanah, sehingga aerasi lebih baik, (2) sifat kimia tanah, yaitu menurunkan kepekatan ion H, menurunkan kelarutan Fe, Al dan Mn, meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, P dan Mo serta meningkatan kejenuhan basa, (3) sifat biologi tanah, yaitu meningkatkan kegiatan jasad renik tanah. Selain kapur, bahan organik juga berpengaruh cukup baik untuk meningkatkan kesuburan lahan salin. Pemberian bahan organik pada tanah tanah salin dapat memperbaiki: (1) sifat fisik tanah, tanah menjadi gembur dan aerasi tanah lebih baik, (2) sifat kimia tanah, yaitu meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) dan meningkatnya ketersediaan hara, (3) sifat biologi tanah, yaitu meningkatnya populasi mikroorganisme tana (Susanto, dkk., 1997).
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanah dan Tanaman
Tanaman yang mengalami keracunan garam atau Na+ dapat dikenali dengan berkurangnya jumlah anakan yang terbentuk dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel tanaman yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Utama dkk., 2009).
Pengaruh salinitas tinggi pada tanaman menunjukkan tinggi konsentrasi salinitas pertambahan tinggi tanaman semakin menurun yang diduga disebabkan oleh terlarutnya garam sehingga menurunkan potensial air, yang berakibat tanaman sulit menyerap, rusaknya membran sel, yang menyebabkan sifat selektivitas membran sel berkurang. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengambilan ion menjadi berlebih dan dapat meracuni tanaman, sehingga dapat
menghentikan pertumbuhan sel. Pada pengaruh berat kering, menurunnya berat kering diduga karena menurunnya laju fotosintesis. Salinitas menyebabkan kekurangan air pada tanaman terutama pada organ daun, sehingga mendorong penutupan stomata. Penutupan stomata akan menghalangi masuknya CO2, sehingga menurunkan kecepatan fotosintesis. Menurunnya luas daun total merupakan tanggapan tanaman terhadap penyediaan air, penyediaan air ini diduga karena sel-sel daun yang masih muda dan sedang mengadakan pembentangan mengalami cekaman air akibat salinitas. Keadaan ini menyebabkan pembesaran dan pemanjangan sel muda yang tidak maksimal (Wibowo dkk., 2013).
Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah. Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca, Mg, dan K yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal yaitu tekanan osmosis, keseimbangan hara dan pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam di dalam suatu larutan tanah, meningkatkan potensial osmotik larutan tanah tersebut. Oleh sebab itu salinitas dapat menyebabkan tanaman sulit menyerap air hingga terjadi kekeringan fisiologis (Hakim, dkk., 1986).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi
NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah (Tutty, 2008).
Tekstur Tanah
Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Berdasarkan penelitian Tufaila dan Alam (2014) di lapangan tekstur tanah didominasi oleh tekstur halus berupa lempung, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir. Dari data tekstur ini menunjukkan bahwa tekstur di Kecamatan Oheo sangat mendukung untuk pengembangan tanaman padi sawah irigasi, karena tekstur lempung merupakan tekstur yang banyak menyimpan unsur hara, menyediakan kandungan air yang cukup untuk sirkulasi udara dalam tanah
Sifat-sifat fisik tanah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempertimbangkan klasifikasi dan pemetaan tanah, pengelolaan tanah dan tanaman serta klasifikasi kesesuaian lahan. Hal ini dianggap penting karena sifatsifat fisik tanah secara langsung dapat mempengaruhi kimia maupun biologi tanah serta relatif lebih sulit untuk di perbaiki karena memerlukan waktu yang cukup lama (Hayatuliman, 2017).
Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur tanah remah sampai berbutir dan sangat sarang. Hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi (Jamilah, 2003).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei 2019 sampai dengan selesai.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang.. Secara geografis lokasi ini terletak diantara 3040.800’- 3044.400’ LU dan 98044.400’ - 98046.800’ BT pada ketinggian
tempat ± 6 mdpl dengan jarak dari kota medan ±24 km di sebelah timur dan jarak dari laut ke lokasi penelitian ±4 km. Analasis Tanah di lakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Peta Administrasi Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Bahan dan Alat
Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1 : 50.000 , sampel tanah yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan – bahan kimia untuk analisis tanah.
Adapun Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), bor tanah, cangkul, kantong plastik
berkapasitas 2 kg, kertas label, alat tulis, karet gelang, serta alat-alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas dengan tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel setiap 25 Ha) peta titik sampel terdapat pada (Lampiran 1).
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan.
Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
2. Survei dan Pengambilan Sampel di Lapangan
Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah komposit dengan metode acak dari beberapa titik . Pengambilan contoh tanah menggunakan cangkul/bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm. Pada setiap titik sampel tanah diambil sebanyak ± 2 kg tanah dari setiap titik. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, dilakukan pencatatan hasil pembacaan koordinat pada GPS.
Pengambilan sampel kuisener dilakukan terhadap petani yang memiliki lahan sawah sesuai dengan titik sampel yang akan diamati persawahan untuk dapat diwawancarai mengenai teknik pengolahan lahan yang mereka lakukan.
Contoh kuisener yang akan diberikan ke petani dapat dilihat pada (Lampiran 2).
3. Parameter Yang di Amati
Adapun parameter yang diamati adalah :
- Salinitas tanah menggunakan DHL meter atau metode Electrical Conductivity (EC).
- Tekstur tanah dengan menggunakan metode Hydrometer 4. Pengolahan Data
Data hasil analisis laboratorium yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis spasial menggunakan software QGIS 3.80 (Quantum Geografic Information System) dengan teknik interpolasi.
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah diketahui dengan proses estimasi nilai pada wilayah
yang tidak terukur. Out put analisis spasial adalah tingkat/kriteria DHL (mmhos/cm) dan tekstur tanah . Berikut ini tata cara melakukan
interpolasi menggunakan Qgis :
Data hasil analisis laboratorium yang diperoleh kemudian di analsis statistik deskriftif dimulai dengan nilai minimum, maksimum, rataan, standart deviasi dan CV (Coefficient of variation) dengan cara :
- Minimum diambil dari nilai terkecil pada parameter yang dilakukan - Maksimal diambil dari nilai terbesar pada parameter yang diakukan - Rataan didapat dari rumus
- Standart deviasi diperoleh dengan rumus s2 = Keterangan : s2 = varian
s = standar deviasi (simpangan baku) xi = nilai x ke-i
n = jumlah sampel
- CV diperoleh dengan rumus x 100 Buka peta yang
akan di interpolasi Raster Interpolasi Titik
Tekstur
% Pasir
% Debu % Liat
Salinitas
DHL (mmhos/cm
) Pilih pengaturan IDW
dan add to layers Klik OK
standart deviasi total nilai jumlah sampel
n (xi2) (xi)2 n(n-1)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Kondisi Wilayah
Desa Percut merupakan salah satu desa yang terdapat pada Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini
terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 6 mdpl dan luas desa sebesar 1321,9 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu Sebelah Timur : Kecamatan Labuhan Deli dan Kota Medan Sebelah Barat : Kota Medan
Luas penggunaan Lahan pada saat melakukan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)
Lahan Sawah 450 34,04
Kebun Campuran 767,6 58,10
Pemukiman 104,39 7,89
Total 1321,9 100
Dari Hasil Survey lokasi yang dilakukan Tabel 1 diperoleh bahwa penggunaan lahan di Desa Percut diantaranya adalah lahan sawah seluas 450 Ha (34,04%), kebun campuran seluas 767,6 (58,10%) dan Pemukiman seluas 104,39 (7,89%). Peta penggunaan lahan di Desa Percut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :
Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Dari hasil kuisioner yang dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 3). Hasil analisis statistik deskriftif dapata dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Deskriftif Produksi, Produktivitas dan Pemupukan Desa Percut
Min Max Rataan Std. Deviasi CV (%)
Luas lahan (Ha) 0,2 1,1 0,5 0,2 0,40
Produksi (ton) 1,6 6,4 3,3 1,5 0,45
Produktivitas (ton/Ha) 3,5 8 6,3 1,6 0,25
Urea (kg/ha) 89 333 212,2 48,1 0,23
ZA (kg/ha) 83 333 174,5 62,8 0,36
TSP (kg/ha) 89 333 199 67,4 0,34
KCl (kg/ha) 167 250 1771,1 103,1 0,06
Phonska(kg/ha) 62,5 125 107,6 27,7 0,26
NPK (kg/ha) 62,5 167 104,2 51 0,49
Keterangan : *Data Kuisioner
Dari Tabel 2 diketahui bahwasannya didapat nilai rata-rata dari kuisioner
yang dilakukan yaitu luas lahan 0,5 Ha, produksi 3,3 ton, produktivitas 6,3 ton/Ha . Nilai CV yang didapat dari semua analisis termasuk kecil berarti
tingkat ketelitian pada percobaan yang dilakukan tinggi. Pemupukan di Desa Percut terdapat 6 jenis pupuk yang digunakan yaitu Urea, ZA, TSP, KCl, Phonska dan NPK. Petani di Desa percut memiliki dosis pemupukan yang berbeda-beda sesuai dengan ekonomi finansial dari masing-masing petani.
Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang memiliki jenis tanah entisol (Udipsamments Endoaquents), hal ini dapat dilihat pada peta jenis tanah desa Percut pada Gambar 3 di bawah ini :
Gambar 3. Peta Jenis tanah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Salinitas
Data analisis Salinitas tanah dengan menggukan metode DHL meter di lahan sawah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang di sajikan pada (Lampiran 3). Hasil Analisis statistik deskriftif salinitas dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Deskriftif Salinitas Desa Percut
Minimum Maksimum Rataan Std.Deviasi CV (%) Salinitas
(mmhos/cm) 1,23 5,98 3,67 1,61 0,44
Dari Tabel 3 diketahui bahwa salinitas dengan nilai terendah terdapat pada sampel 1 yaitu 1,23 mmhos/cm dan nilai tertinggi terdapat pada sampel 20 yaitu 5,98 mmhos/cm. Total rataan dari nilai salinitas tanah pada lahan sawah desa percut yaitu sebesar 3,67 mmhos/cm (Lampiran 3). Peta sebaran salinitas menurut Dobermann and Fairhurst (2000) dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut :
Gambar 5. Peta Penyebaran Salinitas menurut Doberman dan Fairhurst (2000) Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Dari Gambar 4 diatas bahwasannya pada lahan sawah tersebut memiliki kriteria berbeda yang digolongkan menurut Doberman dan Fairhurst (2000) yaitu kriteria rendah dengan luas 128 Ha (28%), kriteria agak tinggi dengan luas 147 Ha (33%) dan kriteria tinggi dengan luas 175 Ha (39%).
Tekstur Tanah
Hasil analisis fraksi pasir dilahan sawah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Deskriftif Fraksi Pasir Desa Percut
Minimum Maksimum Rataan Std.
Deviasi CV (%) Fraksi Pasir
(%) 58 82 71,33 7,19 0,10
Dari Tabel 4 diketahui nilai terendah fraksi pasir terdapat pada sampel 20 yaitu 58% dan nilai tertinggi terdapat pada sampel 5 yaitu 82% (Lampiran 4).
Peta penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut :
Gambar 5. Peta Sebaran Fraksi Pasir Desa Percut Kecamatan Percut
Hasil analisis data fraksi debu dilahan sawah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini :
Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Deskriftif Fraksi Debu Desa Percut
Minimum Maksimum Rataan Std.
Deviasi CV (%) Fraksi Debu
(%) 10 28 19,52 5,36 0,27
Dari Tabel 5 diketahui nilai terendah fraksi debu terdapat pada sampel 6 yaitu 10% dan nilai tertinggi terdapat pada sampel 18 yaitu 28% (Lampiran 4). P eta penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :
Gambar 6. Peta Sebaran Fraksi Debu Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Hasil analisis data fraksi liat dilahan sawah Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini :
Tabel 6. Hasil Analisis Statistik Deskriftif Fraksi Liat Desa Percut
Minimum Maksimum Rataan Std.
Deviasi CV (%) Fraksi Liat
(%) 4 16 9,14 3,38 0,37
Dari Tabel 6 diketahui nilai terendah fraksi debu terdapat pada sampel 3 dan 4 yaitu 4% dan nilai tertinggi terdapat pada sampel 20 yaitu 16%
(Lampiran 4). Peta penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :
Gambar 7. Peta Sebaran Fraksi Liat Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Dari hasil analisis fraksi pasir, debu, liat dan tekstur tanah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diperoleh rata-rata nilai dari hasil analisis tersebut seperti disajikan pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7. Rataan Nilai Fraksi Pasir, Debu, Liat dan Tekstur Tanah Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur Tanah
Rata rata 71,33 19,52 9,15 Lempung berpasir
Dari Tabel 7 diketahui bahwasannya lahan sawah di Desa Percut didominasi oleh fraksi pasir dengan presentase 71,33% dengan tekstur tanah lempung berpasir, tetapi pada sampel 3, 5 dan 9 memiliki tekstur tanah pasir berlempung (Lampiran 4).
Korelasi Salinitas, Fraksi Pasir, Debu, Liat dan Produksi
Dari hasil analisis dengan uji korelasi antara Salinitas, Fraksi Liat, Debu, Pasir dan Produksi yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 8 di bawah ini : Tabel 8. Nilai Korelasi Salinitas, Fraksi Pasir, Debu, Liat dan Produksi
Salinitas Fraksi pasir Fraksi
Debu Fraksi Liat Produksi
Salinitas 1 -0,692 0,768 0,254 -0,078
Fraksi Pasir - 1 -0,895 -0,707 0,243
Fraksi Debu - - 1 0,318 -0,098
Fraksi Liat - - - 1 -0,362
Produksi - - - - 1
Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antara salinitas dan fraksi pasir adalah -0,692, salinitas dengan fraksi debu 0,768, salinitas dengan
fraksi liat 0,254, salinitas dengan produksi -0,078, fraksi pasir dengan debu -0,895, fraksi pasir dengan liat -0,707, fraksi pasir dengan produksi 0,243,
fraksi debu dengan iat 0,318, fraksi debu dengan produksi -0,098, dan fraksi liat dengan produksi -0,362.
Pembahasan
Pola Penyebaran salinitas pada lahan sawah di desa percut memiliki perbedaan pada tingkat salinitasnya, semakin mendekat kearah aliran air laut makan semakin tinggi salinitasnya , dari hasil korelasi antara salinitas dengan produksi menunjukkan hasil -0,012 dalam arti saling berlawan semakin tinggi salinitas maka produksi akan menurun. Keadaan seperti ini bisa menyebabkan tanaman padi pada desa percut mengalami cekaman salinitas sehingga terjadi penurunan produksi dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hal ini sesuai dengan literatur Dobermann dan Fairhurst (2000) yang menyatakan bahwa Padi termasuk tanaman yang sensitif terhadap salinitas yang dinyatakan dengan electric conductivity (EC) atau daya hantar listrik (DHL), salinitas yang hanya 2
mmhos/cm dipertimbangkan optimal, tetapi jika mencapai 4-6 mmhos/cm tergolong marginal dan tanaman padi tidak dapat berkembang jika salinitas dengan daya hantar listrik (DHL) mencapai >3 mmhos/cm. Penurunan sekitar 50% jika DHL sekitar 7,2 mmhos/cm, dan kegagalan atau penurunan hasil bisa mencapai ± 100% apabila DHL mencapai sekitar 12 mmhos/cm.
Dari hasil survey yang dilakukan diketahui bahwa nilai salinitas terendah terdapat pada sampel 1 yaitu 1,23 mmhos/cm dan nilai salinitas tertinggi terdapat pada sampel 20 yaitu 5,98 mmhos/cm, hal ini menunjukkan bahwasannya tanaman padi dengan nilai salinitas 4-6 mmhos/cm mengalami penurunan yang , menghambat pertumbuhan tanaman dan tanaman kekurangan air. Hal ini sesuai dengan literatur Wibowo dkk (2013) yang menyatakan bahwa, pengaruh salinitas tinggi pada tanaman menunjukkan tinggi konsentrasi salinitas pertambahan tinggi tanaman semakin menurun yang diduga disebabkan oleh terlarutnya garam
sehingga menurunkan potensial air, yang berakibat tanaman sulit menyerap, rusaknya membran sel, yang menyebabkan sifat selektivitas membran sel berkurang. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengambilan ion menjadi berlebih dan dapat meracuni tanaman, sehingga dapat menghentikan pertumbuhan sel.
Pada pengaruh berat kering, menurunnya berat kering diduga karena menurunnya laju fotosintesis. Salinitas menyebabkan kekurangan air pada tanaman terutama pada organ daun, sehingga mendorong penutupan stomata. Penutupan stomata akan menghalangi masuknya CO2, sehingga menurunkan kecepatan fotosintesis.
Menurunnya luas daun total merupakan tanggapan tanaman terhadap penyediaan air, penyediaan air ini diduga karena sel-sel daun yang masih muda dan sedang mengadakan pembentangan mengalami cekaman air akibat salinitas. Keadaan ini menyebabkan pembesaran dan pemanjangan sel muda yang tidak maksimal.
Dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa lahan sawah di desa Percut didominasi oleh fraksi pasir dengan tekstur tanah lempung berpasir dan pasir berlempung, seperti kita ketahui bahwasannya tanah di desa Percut ini memiliki jenis tanah entisol (Udipsamments Endoaquents) yang artinya tanah pada lahan tersebut dominan berpasir walaupun pada umumnya ada tekstur lempung . Keadaan ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan tanaman susah untuk menyerap air. Hal ini sesuai dengan literatur Jamilah (2003) yang menyatakan bahwa entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur tanah remah sampai berbutir dan sangat sarang. Hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi.
Berdasarkan dari hasil analisis diketahui bahwa nilai rataan salinitas di desa Percut yaitu 3,67 dimana menurut Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) memiliki kriteria salinitas tinggi dan menurut Doberman dan Fairhurst (2000) memiliki kriteria salinitas agak tinggi, sehingga diperlukan tindakan lebih untuk lahan tersebut dengan menggunakan varietas yang toleran terhadap cekaman salinitas dan pemberiaan bahan amelioran yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dapat berupa kapur dan bahan organik. Hal ini sesuai dengan literatur Susanto, dkk., (1997) yang menyatakan bahwa bahan amelioran yang sering digunakan dalam budidaya padi adalah dolomit. Dolomit selain mengandung unsur Ca (32.0%) juga mengandung Mg (4.03 %). Pemberian kapur di lahan salinitas dapat memperbaiki (1) sifat fisik tanah, yaitu memperbaiki granulasi tanah, sehingga aerasi lebih baik, (2) sifat kimia tanah, yaitu menurunkan kepekatan ion H, menurunkan kelarutan Fe, Al dan Mn, meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, P dan Mo serta meningkatan kejenuhan basa, (3) sifat biologi tanah, yaitu meningkatkan kegiatan jasad renik tanah. Selain kapur, bahan organik juga berpengaruh cukup baik untuk meningkatkan kesuburan lahan salin. Pemberian bahan organik pada tanah tanah salin dapat memperbaiki: (1) sifat fisik tanah, tanah menjadi gembur dan aerasi tanah lebih baik, (2) sifat kimia tanah, yaitu meningkatnya kapasitas tukar kation (KTK) dan meningkatnya ketersediaan hara, (3) sifat biologi tanah, yaitu meningkatnya populasi mikroorganisme tanah.
Dari hasil korelasi antara salinitas dan fraksi pasir adalah -0,692, salinitas dengan fraksi debu 0,768, salinitas dengan fraksi liat 0,254, dan salinitas dengan produksi -0,078 dengan tekstur tanah pasir berlempung dan lempung berpasir, ini
membuktikan adanya hubungan yang saling berlawanan dimana salinitas
mengalami penaikan tetapi produksi semakin menurun atau kurang baik (Gambar 4) hal ini dikarenakan salinitas menyebabkan aerasi pada tanah menjadi
buruk serta menurunkan ketersedian unsur hara. Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah. Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca, Mg, dan K yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal yaitu tekanan osmosis, keseimbangan hara dan pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam di dalam suatu larutan tanah, meningkatkan potensial osmotik larutan tanah tersebut.
Oleh sebab itu salinitas dapat menyebabkan tanaman sulit menyerap air hingga terjadi kekeringan fisiologis.
Dari hasil analisis fraksi pasir debu dan liat diketahui bahwa semakin mendekati hilir atau muara fraksi pasir semakin sedikit presentasenya dikarenakan ukuran partikel pasir yang kasar sehingga sulit terbawa oleh air hujan begitu sebaliknya pada fraksi debu dan liat semakin ke hilir atau muara fraksi debu dan liat semakin tinggi presentasenya dikarenakan partikel liat dan debu memiliki ukuran partikel yang halus sehingga sangat mudah terbawa oleh air hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Hardjowigeno (1995) yang menyatakan bahwa tekstur
tanah adalah susunan relatif dari tiga ukuran fraksi tanah yaitu pasir berukuran 0,5 – 2 mm, debu 0,02 – 2 mm, dan liat berukuran <2 mm.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Penyebaran salinitas pada lahan sawah di desa Percut memiliki 3 kriteria menurut Doberman dan Fairhurst (2000) yaitu kriteria rendah dengan luas 128 Ha (28%), kriteria agak tinggi dengan luas 147 Ha (33%) dan kriteria tinggi dengan luas 175 Ha (39%).
2. Tekstur tanah pada lahan sawah desa Percut memiliki tekstur tanah lempung berpasir dan pasir berlempung.
3. Hubungan antara salinitas, tekstur tanah dan produksi memiliki nilai korelasi yang positif (+) yang artinya hubungan antara keduanya searah dan negatif (-) yang artinya hubungan antara keduanya berlawanan.
Saran
Perlu dilakukan sosialisai terhadap para petani agar produksi padi meningkat dan mengurangi cekaman salinitas dengan menggunakan tanaman padi yang toleran terhadap cekaman salinitas dan melakukan pemberian bahan amelioran.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, J. S., A. Sofyan dan D. Nursyamsi. 2000. Lahan Sawah dan Pengolahannya. Editor : Abdurachman, A., L. I. Amien., F. Agus., dan Djaenuddin.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Pertanian, Bogor.
Agud, F., dan I.G Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian Dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian.
World Agroforesty Center. Bogor.
Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Buckman, H.O dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan: Soegiman.
Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
BPS Indonesia. 2018. Statistik Lahan Sawah di Sumatera Utara.
BPS Kabupaten Deli Serdang. 2018. Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam angka
2018
Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagyo, Anny Mulyani, dan N. Suharta., 2000.Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah.
Dobermann, A., dan Fairhurst T. 2000. Rice Nutrient disorders & nutrient managemen. Handbook series. Potash & Phospate Institude of Canada (PPIC) dan International Rice Research Institude. Hal 149-152.
Hakim, N; M. Y. Nyakpa; A.M. Lubis; S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.A. Diha;
G.B. Hong; dan H.H. Bailey., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah . Akademika Pressindo Jakarta. 249 halaman.
___________ dan M. L Rayes., 2005. Tanah Sawah. Penerbit Bayumedia, Malang.
Hayatulima , M. 2017. Analisi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Kabupaten Subang Bagian Tengah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Hutajulu. H. F., Rosmayati., Syafruddin Ilyas. 2013. Pengujian Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Akibat Cekaman Salinitas. Jurnal Online Agroteknologi. Vol 1. Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian USU. Medan
Jamilah.2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan Terhadap Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Universitas Sumatera Utara. Medan
Prasetyo, B. H., J. Sri Adiningsih, Kasdi Subagyono, dan R. D. M. Simanungkalit.
2004. Mineralogi, Kimia, Fisika, Dan Biologi Tanah Sawah. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengolahannya. Editor: Agus. F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengmbangan Pertanian, Bogor.
Razali, K.M Lubis, dan M. Jamil. 2017. Pemetaan Karbon Organik dan Salinitas Lahan Sawah Pada Pola IP100 dan IP200 di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten deli Serdang. Jurnal Agroekoteknologi. Vol 5 No 4. Program Studi Agroteknologi . Fakultas Pertanian USU. Medan
_____, Sarifuddin dan M. R. C. Prasetya. 2018. Pemetaan Tingkat Salinitas (Daya Hantar Listrik ) Pada Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Durian
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Dei Serdang. Jurnal Pertanian Tropik.
Vol 5 No 2. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian USU.
Medan
Rachim, D. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Rayes, L. M. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Rossiter, D.G. 2000. Methodology For Soil Resource Inventories. ITC Lecture Notes And Reference. Soil Science Division International Institute For Aerospace Survey And Earth Sciences (ITC).
Samosir, S., 2010. Survey dan Pemetaan Tingkat Salinitas (DHL) Lahan Sawah di Desa Sei Tuan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi FP USU. Medan
Sitinjak, N., P. Marpaung, dan Razali. 2017. Identifikasi Status Hara Tanah, Tekstur Tanah dan Produksi Lahan Sawah Terasering Pada Fluvaquent, Eutropept dan Hapludult. Jurnal Agroteknologi Vol 5 No 3. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian USU. Medan
Suparyono dan Setyono. 1997. Budidaya Padi. Mengatasi Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, R.H., Budi Rahardjo; dan Rahmad Hari Purnama, 1997. Alternatif Pengelolaan Air dan Pola Tanam di Lahan Usahatani Daerah Rawa Pasang Surut Telang dan Saleh Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Peranan Teknologi dalam Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas.
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
Indralaya.
Sutanto R, 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Konsep Dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Tufaila, M., dan S. Alam. Karakteristik Tanah dan evaluasi Lahan Untuk Perkembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Program Studi Ilmu Tanah Universitas Lambung Mangkurat. Agriplus Vol 24 No 2. Jurusan Agroteknologi . Fakultas Pertanian Universitas Hau Oleo Kendari
Tutty, 2008. Hubungan Permeabilitas dengan Kadar Garam Berdasarkan Jarak dari Sungai di Lahan Pasang Surut.
Utama, M. Z. H., W. Haryoko , R. Munir dan Sunadi. 2009. Penapisan Varietas Padi Toleran Salinitas pada Lahan Rawadi Kabupaten Pesisir Selatan.
Jurnal Agronomo Indonesia Vol 37 No 2. Jurusan Budidaya Tanaman . Fakultas Pertanian UT. Padang
Wade, M.K., M. Al-Jabri, dan M. Sudjadi. 1986. The Effect of Liming on Soybean Yiels and Soil Acidity Parameters of Three Red-Yellow Podsolic Soils of West Sumatera. Pemb.Pen.Tanah dan Pupuk
Wibowo, F., Rosmayati dan R. I. M. Damanik. 2016. Pendugaan Pewarisan
Genetik Karakter Morfologi Hasil Persilangan F2 Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Pada Cekaman Salinitas. Jurnal
Pertanian Tropik Vol 3 No 1. Program PascasarjanaAgroteknologi.
Fakultas Pertanian USU. Medan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Titik Sampel Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Lampiran 2. Kuisioner
No
Luas lahan (Ha)
Prod uksi (ton)
Produkt ivitas (ton/Ha)
Penggunaan Pupuk
Pengairan Varietas Pengolahan Jerami
Tunggal Majemuk
Urea (kg/ha)
ZA (kg/ha)
TSP (kg/ha)
KCl (kg/ha)
Phonska (kg/ha)
NPK (kg/ha) 1
2 3 4 5 6 7 8 9
KUISIONER
Sampel :...
Luas Lahan Sawah :...(Ha/rante) Produksi :...(ton/Ha) Pupuk Yang Dipakai (Dosis) : 1...
2...
3...
4...
Pengairan :...
Varietas :...
Pengolahan Jerami :...
Lampiran 3. Data Kuisioner
No Luas lahan (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/Ha)
Penggunaan Pupuk
Pengairan Varietas Pengolahan Jerami
Tunggal Majemuk
Urea (kg/ha)
ZA (kg/ha)
TSP (kg/ha)
KCl
(kg/ha) Phonska(kg/ha) NPK (kg/ha)
1 0,40 3,20 8,00 250 125 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
2 0,40 3,20 8,00 250 250 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
3 0,40 2,80 7,00 250 250 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
4 0,40 3,20 8,00 250 125 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
5 0,80 5,60 7,00 188 188 125 - 62,5 62,5 Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
6 1,04 5,46 5,25 144 144 96 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar
7 0,48 2,52 5,25 208 208 313 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar
8 0,20 1,60 8,00 250 250 250 - - - irigasi Ciherang Dibiarkan
9 0,48 3,20 6,67 208 104 104 - - - irigasi Ciherang Dibakar
10 0,60 3,20 5,33 167 167 167 250 - 167 irigasi Ciherang Dibakar
11 0,40 2,80 7,00 250 125 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar
12 0,20 1,60 8,00 250 250 250 - 62,5 Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
13 0,80 6,40 8,00 250 250 188 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
14 0,72 3,20 4,44 139 139 139 - - - irigasi Ciherang Dibakar
15 0,40 1,60 4,00 250 250 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar
16 1,12 5,88 5,25 89 89 89 - - - Irigasi Ciherang Dibakar
17 0,60 3,15 5,25 167 83 167 - 83 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
18 0,40 2,80 7,00 250 125 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan
19 0,48 1,68 3,50 208 104 104 104 - - irigasi Ciherang Dibiarkan
20 0,40 1,40 3,50 250 250 250 - - 125 Tadah Hujan Ciherang Dibakar
21 0,80 5,60 7,00 188 188 188 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar
Rata-rata 0,5 3,3 6,3 212,2 174,5 199,0 177,1 107,6 104,2
Min 0,2 1,6 3,5 89,0 83,0 89,0 167,0 62,5 62,5
Max 1,1 6,4 8,0 333,0 333,0 333,0 250,0 125,0 167,0
Lampiran 4. Hasil Data Analisis Salinitas Sampel
Titik Koordinat
Salinitas
(mmhos/cm) *Kriteria1 **Kriteria 2 Bujur
Timur
Lintang Utara
1 98,74844 3,68373 1,23 - Rendah
2 98,75854 3,68434 1,38 - Rendah
3 98,74826 3,68733 1,51 - Rendah
4 98,75248 3,68724 1,54 - Rendah
5 98,75757 3,6875 1,74 - Rendah
6 98,76143 3,68724 2,11 - Agak Tinggi
7 98,74852 3,69234 3,21 Tinggi Agak Tinggi
8 98,75239 3,69242 3,56 Tinggi Agak Tinggi
9 98,75757 3,69251 3,18 Tinggi Agak Tinggi
10 98,76258 3,69251 3,81 Tinggi Agak Tinggi
11 98,76688 3,69269 3,66 Tinggi Agak Tinggi
12 98,7494 3,69558 3,7 Tinggi Agak Tinggi
13 98,75256 3,69725 5 Tinggi Tinggi
14 98,75757 3,69743 4,62 Tinggi Tinggi
15 98,76258 3,69743 4,93 Tinggi Tinggi
16 98,76712 3,69676 4,91 Tinggi Tinggi
17 98,75335 3,702 4,52 Tinggi Tinggi
18 98,75748 3,70217 4,88 Tinggi Tinggi
19 98,76222 3,70226 5,7 Tinggi Tinggi
20 98,75785 3,70717 5,98 Tinggi Tinggi
21 98,75406 3,70683 5,86 Tinggi Tinggi
Total Rataan 3,67 Tinggi Agak Tinggi
Min 1,23
Max 5,98
Std Deviasi 1,61
*Berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983
**Berdasarkan Dobermann dan Fairhurst, 2000
Lampiran 5. Hasil Data Analisis Tekstur Tanah
Sampel Titik Koordinat %
*Tekstur Tanah Bujur Timur Lintang Utara Liat Debu Pasir
1 98,74844 3,68373 12 16 72 Lempung Berpasir
2 98,75854 3,68434 10 16 74 Lempung Berpasir
3 98,74826 3,68733 4 16 80 Pasir Berlempung
4 98,75248 3,68724 10 16 74 Lempung Berpasir
5 98,75757 3,68750 4 14 82 Pasir Berlempung
6 98,76143 3,68724 10 10 80 Lempung Berpasir
7 98,74852 3,69234 8 16 76 Lempung Berpasir
8 98,75239 3,69242 8 14 78 Lempung Berpasir
9 98,75757 3,69251 6 14 80 Pasir Berlempung
10 98,76258 3,69251 8 16 76 Lempung Berpasir
11 98,76688 3,69269 6 20 74 Lempung Berpasir
12 98,74940 3,69558 10 24 66 Lempung Berpasir
13 98,75256 3,69725 6 24 70 Lempung Berpasir
14 98,75757 3,69743 12 16 72 Lempung Berpasir
15 98,76258 3,69743 14 22 64 Lempung Berpasir
16 98,76712 3,69676 10 26 64 Lempung Berpasir
17 98,75335 3,70200 14 26 60 Lempung Berpasir
18 98,75748 3,70217 12 28 60 Lempung Berpasir
19 98,76222 3,70226 6 26 68 Lempung Berpasir
20 98,75785 3,70717 16 26 58 Lempung Berpasir
21 98,75406 3,70683 6 24 70 Lempung Berpasir
Rataan 9,14 19,52 71,33 Lempung Berpasir
Min 4 10 58
Max 16 28 82
Std Deviasi 3,38 5,36 7,19
*Berdasarkan Segitiga USDA
Lampiran 8. Gambar Pengukuran Tekstur Lampiran 9. Gambar Pengukuran Salinitas Tanah
Lampiran 10. Dokumentasi Tahap Persiapan dan Kegiatan Survey di Lapangan
Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan Analisis di Laboratorium