40
4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Obyek penelitian adalah perusahaan sektor jasa infrastruktur, utilitas, dan transportasi, serta perusahaan sektor jasa perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2017. Keseluruhan sub sektor perusahaan meliputi: 13 sub sektor dan populasi perusahaan dari seluruh sub sektor adalah 220 perusahaan. Gambaran umum perusahaan dari kedua sub sektor tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah Satuan
Perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017
221 Perusahaan
Perusahaan sektor jasa yang tidak menerbitkan laporan tahunan lengkap yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2017
112 Perusahaan
Perusahaan sektor Perbankan dengan pajak penghasilan negative
48 Perusahaan
Perusahaan yang menjadi objek penelitian 54 Perusahaan
Jumlah tahun pengamatan 5 Tahun
Jumlah data yang digunakan 270 Data
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2018
Perusahaan yang memenuhi kriteria untuk diteliti sebanyak 61 perusahaan karena terdapat dua syarat utama yang harus terpenuhi, yaitu: kelengkapan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2013 sampai dengan 2017 dan selama periode tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian
41
tetapi ada juga beberapa perusahaan tidak mempublikasikan di website. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria selama 5 tahun sebanyak 305 data perusahaan.
Tetapi adanya dilakukan outlier sehingga menjadi 270 data yang digunakan saja.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif
Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai nilai minimum (min), nilai maksimum (max), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Terdapat tax aggressivenesssebagai sebagai variabel dependen, political connections sebagai variabel independen, dan Corporate Governance (CGOV) melalui Independensi Dewan (BINDit), Ukuran Dewan (LBSIZEit), Dualitas CEO (DUALITYit), Investor Institusional (INSTOWNit), dan Auditor eksternal (BIGNit)sebagai variabel moderasi, serta beberapa variabel kontrol yaitu: Firm Size (ASSETS), Leverage (DEBT), dan market-to-book ratio (MTBV). Tabel statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N
Minimu m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
POLCONit 270 ,00 1,00 ,5111 ,50080
BINDit 270 ,00 ,40 ,1251 ,12452
LBSIZEit 270 ,69 2,30 1,4932 ,33822
DUALITYit 270 ,00 1,00 ,5000 ,50093
INSTOWNit 270 ,00 ,99 ,6443 ,21905
BIGNit 270 ,00 1,00 ,4704 ,50005
ASSETSit 270 10,77 19,11 14,9601 1,66457
DEBTit 270 -2,59 2,61 -,1574 ,93255
MTBVit 270 -1,00 4,95 2,0618 1,48633
TAX_AGGRit 270 ,00 ,86 ,2402 ,12898
POLCONit*BINDit 270 ,00 ,40 ,0614 ,10068
POLCONit*LBSIZ
Eit 270 ,00 2,30 ,8407 ,85058
POLCONit*DUAL
ITYit 270 ,00 1,00 ,2667 ,44304
POLCONit*INSTO
WNit 270 ,00 ,99 ,3133 ,35087
POLCONit*BIGNit 270 ,00 1,00 ,2667 ,44304
Valid N (listwise) 270
42
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan hasil analisa deskriptif dari data yangdijadikan objek penelitian sebagai berikut:
Variabel Koneksi Politik yang disimbolkan dengan POLCONit yang memiliki nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 1. Dengan rata-rata 0,5111 dan nilai standar devisiasi nya adalah sebesar 0,50080.
Variabel komisaris independen sebagai variabel moderasi yang memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 0,40 , sedangkan rata-rata komisaris independen sebesar 0,1251 dan standar deviasi komisaris independen sebesar 0,12452. Nilai rata-rata yang lebih kecil dari pada standrat devisiasi menunjukan variasi data yang rendah antara nilai rendah dan nilai tertinggi. Variabel polcon*board independen memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 0,40 sedangkan nilai rata-rata adalah 0,614 dan standard deviasi dengan nilai sebesar 0,10068.
Variabel ukuran dewan yang dilambangkan LBSIZEit sebagai variabel moderasi yang memiliki nilai minimum 0,69 dan nilai maksimum 2,30 , sedangkan rata-rata ukuran dewan sebesar 1,4932 dan standar deviasi ukuran dewan sebesar 0,33822. Variabel polcon*board size memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 2,30 sedangkan nilai rata-rata adalah 0,8407 dan standard deviasi dengan nilai sebesar 0,85085.
Variabel CEO Duality yang dilambangkan DUALITYit sebagai variabel moderasi yang memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 , sedangkan rata- rata CEO Duality sebesar 0,500 dan standard deviasi CEO Duality sebesar 0,50093.Variabel polcon*CEO Duality memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 sedangkan nilai rata-rata adalah 0,2667 dan standar deviasi dengan nilai sebesar 0,44304.
Variabel investor institusional yang dilambangkan INSTOWNit sebagai variabel moderasi yang memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 0,99 , sedangkan rata-rata investor institusional sebesar 0,6443 dan standard deviasi investor institusional sebesar 0,21905. Variabel polcon*investor institusional memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 0,99 sedangkan nilai rata-rata adalah 0,3133 dan standard deviasi dengan nilai sebesar 0,35087.
43
Variabel auditor quality yang dilambangkan BIGNit sebagai variabel moderasi yang memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 , sedangkan rata- rata auditor quality sebesar 0,4704 dan standard deviasi auditor quality sebesar 0,50005. Variabel polcon*auditor quality memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 sedangkan nilai rata-rata adalah 0,2667 dan standard deviasi dengan nilai sebesar 0,44304.
Variabel tax aggressiveness yang dilambangkan TAX_AGGRit memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 0,86, sedangkan rata-rata dari tax aggressiveness adalah 0,2402 dan standard devisiasi nya adalah 0,12898.
Tabel 4.3Deskripsi Variabel Effective Tax Rate
Tahun Terendah Tertinggi Rata-Rata Standar Deviasi
2013 0,0001 0,525 0,230 0,105
2014 0,0002 0,618 0,227 0,115
2015 0,010 0,960 0,269 0,191
2016 0,006 2,248 0,292 0,320
2017 0,004 1,577 0,284 0,253
Sumber: Data Penelitian diolah
Nilai Valid N (listwise) pada table 4.2. menunjukkan jumlah tahun perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai kekosongan data variabel. Seluruh sampel penelitian, yaitu sebanyak 61 data perusahaan-tahun dalam penelitian ini tidak ada yang mempunyai kekosongan data variabel, sehingga layak digunakan sebagai penelitian.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang didapat telah benar dan dapat diterima serta untuk memastikan bahwa data yang didapatkan untuk penelitian ini layak digunakan. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.Sebelum model regresi digunakan untuk uji hipotesis penelitian, maka diperlukan adanya serangkaian uji asumsi klasik memastikan bahwa model telah memenuhi kriteria BLUE (Best Liniear Unbiased Estimator). Adapun uji asumsi klasik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
44 4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini akan diketahui dengan metodegrafik (Normal P-Plot) dimana deteksi asumsi model ini dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Dasar pengambilan keputusanNormal P- Plotadalah jika data menyebar di sekitargaris diagonal dan mengikutiarah garis tersebut atau jika grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi ini. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau jika grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi ini. Selain itu, untuk memperkuat maka ditambilkan hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan nilai kritis > 0,05 maka dikatakan data berdistribusi normal. Berikut gambar Normal P-Plot dan hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov ditunjukkan Gambar 4.1.
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Gambar 4.1. di atas menunjukkan bahwa distribusi sebaran data mengikuti garis diagonal dari kiri ke kanan atas. Kondisi ini memenuhi ketentuan uji normalitas karena data dinyatakan berdistribusi normal jika sebaran data mengikuti garis diagonal. Untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti dapat menggunakan uji normalitas Kolmogorov-smirnov.
1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
Tax Aggresive 70
60
50
40
30
20
10
0
Frequency
Mean = 0.2402 Std. Dev. = 0.12898 N = 270
Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas Histogram dam P-Plot Setelah dilakukan Outlier
45
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Pada hasil uji Kolmogorov-smirnov pada Tabel 4.4 menunjukkan besarnya Nilai asymp. sig. (2-tailed) kolmogorov smirnov Z adalah sebesar 0,141, lebih dari 0,05 (P>0,05) sehingga menunjukkan jika distribusi data telah bersifat normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak saling berhubungan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas adalah nilai toleransi di atas 0.1 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut adalah hasil pengujian multikolinieritas ditunjukkan Tabel 4.5.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
270 ,0000000 ,11993791 ,070 ,070 -,054 1,151 ,141 N
Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal.
a.
Calculated from data.
b.
Tabel 4.4 Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov smirnov
46
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Ketentuan pengujian multikolinieritas adalah nilai nilai tolerance dari variabel independen berada diatas 0.1 dan VIF kurang dari 10, sehingga berdasarkan hasil pengolahan data statistik diketahui bahwa nilai VIF berkisar antara 1,08 – 2,72, sehingga pengujian multikolinieritas terpenuhi dan model regresi yang ada layak untuk dipakai.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap (Homokedastisitas) dan jika berbeda (Heterokedastisitas). Model yang baik adalah homokedastisitas, tidak terjadi heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusan, jika ada pola jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, (2013). Uji heterokedastisitas menggunakan dua pengujian yaitu: scatter plot dan uji white. Kedua pengujian ini memiliki tujuan yang sama yaitu menguji apakah data penelitian dinyatakan cukup heterogen atau tidak. Data mensyaratkan bahwa data data bersifat heterogen sehingga varian data untuk pengujian pengaruh. Berikut hasil uji heterokedastisitas:
1. Pengujian menggunakan scatter plot
Pengujian menggunakan scatter plot berdasarkan sebaran data, dan dinyatakan heterogen jika sebaran data tidak membentuk pola tertentu atau tidak
Coefficientsa
,381 ,105 3,610 ,000
,017 ,018 ,065 ,923 ,357 ,674 1,484
-,006 ,062 -,005 -,092 ,927 ,923 1,083
,019 ,032 ,050 ,605 ,545 ,482 2,074
-,076 ,016 -,295 -4,851 ,000 ,898 1,113
-,093 ,038 -,157 -2,449 ,015 ,806 1,241
-,007 ,020 -,028 -,369 ,713 ,567 1,763
-,004 ,007 -,051 -,537 ,592 ,367 2,724
,023 ,008 ,167 2,789 ,006 ,933 1,072
-,006 ,007 -,072 -,927 ,355 ,555 1,802
(Constant) POLCONit BINDit LBSIZEit DUALITYit INSTOWNit BIGNit ASSETSit DEBTit MTBVit Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statis tics
Dependent Variable: TAX_AGGRit a.
47
mengumpul menjadi satu. Pengujian menggunakan scatter plot sebagaimana ditunjukkan Gambar 4.2. berikut:
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Gambar 4.2. Hasil di atas menunjukkan bahwa tidak membentuk pola tertentu.
Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui struktur modal berdasar masukan dari variabel independennya.
2. Uji heterokedastisitas menggunakan uji white
Pengujian heterokedastisitas menggunakan uji white, langkah dalam pengujian heterokedastisitas dengan uji white dengan mencari nilai Chi square (2) hitung dan nilai Chi square (2) tabel. Nilai Chi square (2) hitung berdasarkan hasil perkalian nilai Rsquare atas pengaruh keseluruhan variabel bebas penelitian terhadap residual2. Nilai determinasi (Rsquare) dikalikan dengan jumlah data (270), sedangkan nilai Chi square (2) tebl diperoleh dari tabel statistik.
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai Chi square (2) hitung dan nilai Chi square (2) tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Pengujian Heterokedastisitas Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
48
Berdasarkan ketentuan pengujian, di mana chi square (2) hitung lebih rendah dibandingkan dengan chi square (2) tabel maka pengujian heterokedastisitas dinyatakan terpenuhi.
4.2.2.4 Pengujian Autokorelasi
Uji Autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda memastikan agar terdapat kolerasi antara residual pada periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji DurbinWatson (DW-test). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka Penelitian ini, menggunakan Uji Durbin-Watson. Adapun kriteria yang digunakan untuk Uji Durbin-Watson sebagai berikut:
1. DW < 1.21 Terjadi autokorelasi
2. 1.21 < DW < 1.61 Tidak dapat tersimpulkan 3. 1.65 < DW < 2,35 Tidak terjadi autokorelasi 4. 2.35 < 2.79 Tidak Tersimpulkan
5. DW > 2.79 Terjadi autokorelasi
Hasil uji autokolerasi dengan mengunakan uji Durbin Watson dapat dilihat pada Tabel 4.15
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk memastikan bahwa data variabel terikat tidak terjadi autokorelasi. Pengujian menggunakan nilai durbin watson (dw).
Hasil pengujian diharapkan nilai durbin watson berada antara 1,65 s/d 2.35.
Berdasarkan hasil regresi, nilai durbin watson adalah sebesar 1,96 sehingga sesuai dengan ketentuan tersebut maka uji autokorelasi terpenuhi.
Indikator Nilai
Nilai R2 regresi residual kuadrat 0,046 Chi square (2) hitung (dengan n=270) 12,42 Chi square (2) tabel, = 0,5% 16,92 Hasil Pengujian 2hitung<2tabel
Model Summaryb
,368a ,135 ,105 ,12200 ,135 4,521 9 260 ,000 1,958
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Durbin- Watson
Predictors: (Constant), MTBV, Board Indp, CEO Dual, Leverage, Institusional, Koneksi Politik, The Big 4, Board size, Firms Size a.
Dependent Variable: Tax Aggresive b.
Tabel 4.7 Uji Durbin Warson
49 4.2.3 Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model dalam penelitian ini meliputi: uji koefisien determinasi, uji signifikansi simultan (Uji F) serta uji signifikansi parameter individual (Uji t). Uji tersebut dilakukan dengan model tanpa moderasi dan dengan moderasi uji interaksi (MRA). Berikut rangkuman tabel hasil uji masing-masing analisis tersebut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi
Variabel Tanpa Moderasi MRA1 MRA2 MRA3 MRA4 MRA5
Contant 0,381
(0,000)
0,373 (0,001)
0,358 (0,002)
0,377 (0,000)
0,393 (0,000)
0,381 (0,000)
POLCONit 0,017
(0,357)
0,009 (0,729)
0,059 (0,448)
0,023 (0,323)
-0,042 (0,435)
0,028 (0,229)
BINDit -0,006
(0,927)
-0,030 (0,711)
-0,009 (0,881)
-0,006 (0,919)
-0,007 (0,915)
-0,006 (0,928)
LBSIZEit 0,019
(0,545)
0,021 (0,515)
0,033 (0,820)
0,020 (0,536)
0,025 (0,434)
0,017 (0,593)
DUALITYit -0,076
(0,000*)
-0,076 (0,000)
-0,076 (0,000)
-0,070 (0,002)
-0,077 (0,000)
-0,077 (0,000)
INSTOWNit -0,093
(0,015*)
-0,093 (0,015)
-0,095 (0,013)
-0,093 (0,015)
-0,143 (0,014)
-0,093 (0,015)
BIGNit -0,007
(0,713)
-0,008 (0,699)
-0,009 (0,656)
-0,008 (0,686)
-0,012 (0,565)
0,006 (0,828)
LnAssetIT -0,004
(0,592)
-0,003 (0,662)
-0,003 (0,646)
-0,004 (596)
-0,003 (0,713)
-0,004 (0,576)
DEBTit 0,023
(0,006)
0,023 (0,006)
0,023 (0,006)
0,023 (0,006)
0,024 (0,005)
0,023 (0,005)
MTBVit -0,006
(0,355)
-0,007 (0,316)
-0,006 (0,370)
-0,006 (0,357)
-0,007 (0,245)
-0,006 (0,377)
POLCONit*BINDit 0,060
(0,636)
POLCONit*LBSIZEit -0,029
(0,576)
POLCONit*DUALITYit -0,012
(0,686)
POLCONit*INSTOWNit 0,085
(0,245)
POLCONit*BiIGNit -0,023
(0,439) Adjusted R Square 0,105 0,103 0,103 0,103 0,107 0,104
Sig.F 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
50 4.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien korelasi adalah koefisien untuk menjelaskan hubungan dua arah antara variabel bebas yang diteliti dan variabel terikat. Berdasarkan hasil tabel 4.6 bahwa hasil dari nilai adjusted R2 atau koefisien tanpa moderasi sebesar 0,105. Dari hasil ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel dependen sebesar 10,5% dan sisanya 89,5% dijelaskan oleh variabel lain yang masih belum dapat diteliti.
Hasil moderasi BIND(independensi dewan), LBSIZE (ukuran dewan), dan DUALITY (dualitas CEO) dilihat pada tabel bahwa nilai adjusted R2 antara tanpa moderasi dan R2 menggunakan moderasi pengujian pertama, pengujian kedua, dan pengujian ketiga sama sama mengalami penurunan menjadi 0,103% (10,3%). Hal ini menjelaskan bahwa board independen, board size dan CEO duality bukan merupakan variabel moderating.
Hasil moderasi INSTOWN (investor institusional) pada tabel tersebut dapat dilihat nilai adjusted R2 mengalami peningkatan dari nilai R2 sebelum moderasi menjadi 0,017 (17%). Hal ini menjelaskan bahwa investor institusional sebagai variabel moderasi memperkuat model regresi sebesar 2%.
Hasil moderasi BIGN (auditor eksternal) pada tabel tersebut dapat dilihat nilai adjusted R2 antara tanpa moderasi dan R2 menggunakan moderasi pada pengujian ke lima mengalami penurunan menjadi 0,104 (14%). Hal ini menjelaskan bahwa auditor eksternal bukan merupakan variabel moderating.
4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan digunakan untuk mengetahui kecocokan model regresi linier antar variabel dependen Tax Aggressiveness, variabel independen political connection, variabel pemoderasi corporate governance, serta variabel kontrol (ukuran perusahaan, leverage, dan MTBV). Hasil pengujian model regresi yang digunakan baik yang tidak menggunakan moderasi maupun dengan moderasi sama-sama menunjukkan nilai signifikansi uji F lebih kecil dari 5% (P<0,05).
Dengan demikian model regresi dinyatakan layak untuk digunakan menguji hipotesis karena memiliki signifikansi kurang dari 0,05. Ketika suatu model regresi layak untuk digunakan maka, nilai koefisien determinasi (R2 ) tersebut dapat diyakini.
51
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Signifikansi pengaruh dalam h asil penelitian dalam suatu pengujian dapat ditentukan dengan melihat signifikansi uji t, jika nilai sig. p < 0.05 yang artinya bahwa memiliki pengaruh signifikan antara variabel independen dan variabel control terhadap variabel dependen, sebaliknya jika nilai sig. p > 0.05 yang artinya bahwa tidak berpengaruh signifikan antara variabel independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen
Tabel 4.9 Rangkuman Uji Signifikansi Uji t tanpa Moderasi Variabel
Independen/Kontro l
Koefisie n Regresi
t- hitun
g
Signifikans
i Keterangan
(Constant) 0,381 3,610 0,000
POLCONit 0,017 0,923 0,357 Tidak Berpengaruh
BINDit -0,006 -0,092 0,927 Tidak Berpengaruh
LBSIZEit 0,019 0,605 0,545 Tidak Berpengaruh
DUALITYit -0,076 -4,851 0,000 Berpengaruh
Negatif
INSTOWNit -0,093 -2,449 0,015 Berpengaruh
Negatif
BIGNit -0,007 -0,369 0,713 Tidak Berpengaruh
ASSETS -0,004 -0,537 0,592 Tidak Berpengaruh
DEBT 0,023 2,789 0,006 Berpengaruh Positif
MTBV -0,006 -0,927 0,355 Tidak Berpengaruh
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
4.3 Hasil Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil rangkuman uji signifikansi uji T tanpa moderasi, diketahui nilai koefisien daris etiap variabel penelitian sehingga persamaan regresi yang
terbentuk adalah sebagai berikut:
TAX_AGRRit = 0,381+0,017 POLCONit– 0,006 BINDit+ 0,019 LBSIZEit –0,076 DUALITYit –0,093 INSTOWNit–0,007 BIGNit –0,004 ASSETSit
+0,023 DEBTit –0,006 MTBVit
Persamaan di atas menunjukkan sifat pengaruh dari setiap variabel penelitian, artinya ketika sebuah variabel memiliki pengaruh positif maka semakin tinggi variabel bebas menyebabkan kenaikan variabel terikat dan ketika variabel bebas menurun juga menyebabkan penurunan variabel terikat. Jika pengaruhnya negatif maka bisa dijelaskan bahwa jika variabel bebas mengalami kenaikanmenyebabkan
52
penurunan variabel terikat dan ketika variabel bebas menurun menyebabkan kenaikan variabel terikat. Berdasarkan persamaan regresi linier berganda, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap tax aggresiveness adalah board size dan leverage sedangkan variabel lainnya berpengaruh negatif terhadap tax aggresiveness.
4.3.1 Pengaruh antara Political Connections terhadap Tax Aggresiveness Nilai uji t variabel POLCONit adalah sebesar 0,357 (p > 0,05) dan nilai koefisien regresi 0,017 maka dapat disimpulkan bahwa political connections berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Tax Aggressiveness.Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.03/2010 yang menyatakan bahwa perusahaan yang mayoritas pemegang sahamnya adalah dimiliki oleh pemerintahan yang tidak melakukan tax aggressiveness. Kedekatan hubungan yang dimiliki perusahaan membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan atau keputusan agar tetap mendapatkan penghargaan dari pemerintah sebagai wajib pajak yang patuh. Perusahaan yang patuh sering mendapatkan berbagai penghargaan dari pemerintahan sehingga meningkatkan citra atau nama baik perusahaan. Dari itu juga dapat meningkatkan kemauan perusahaan untuk mengikuti berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Banyaknya keuntungan perusahaan yang didapat dengan memiliki hubungan yang dekat dengan partai politik, tetapi mereka harus memikirkan masa depan atau jangka panjang yang dapat menjadi dampak bagi nama baik perusahaan. Kenikmatan yang dirasakan hanyalah berlangsung hanya sesaa t, tetapi nama baik perusahaan akan selalu menjadi citra yang buruk yang dapat menghilangkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Hal ini juga mendorong perusahaan untuk selalu mengikuti berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Lestari dan Putri, (2017) Hal ini menunjukan tidak adanya perlakuan khusus dari pemerintah dalam hal perpajakan seperti menghindari audit pajak terhadap perusahaan yang memiliki koneksi politik Kim& Zhang, (2013)
4.3.2 Pengaruh antara Board Independen terhadap Tax Aggresiveness Nilai uji t variabel BINDit adalah sebesar 0,357 (p > 0,05) dan nilai koefisien regresi -0,006 maka dapat disimpulkan bahwa Independensi Dewan berpengaruh negative tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Aggressiveness.Board
53
independen terbukti tidak berpengaruh signifikan. menunjukkan tidak ada pengaruh antara komisaris independen terhadap agresivitas pajak.Tugas board independent di perusahaan adalah untuk memastikan kinerja perusahaan sesuai dengan tata kelola yang baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semakin banyaknya jumlah anggota dewan komisaris independen maka tingkat integritas pengawasan terhadap dewan direksi yang dihasilkan semakin tinggi, maka akan semakin mewakili kepentingan stakeholders. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridha& Martani, (2014), Pradipta & Supriyadi, (2014) Utami &
Setyawan (2015)bahwa komisaris independen yang ada di dalam perusahaan belum mampu untuk menjalankan fungsi pengawasan dengan baik yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Alasan yang lain adalah menurut peraturan BAPEPAM No. I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance) perusahaan yang tercatat wajib memiliki komisaris independen dengan komposisi sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris. Sedangkan perusahaan di Indonesia tidak menerapkan prinsip good corporate governance karena keberadaan komisaris independen pada perusahaan di Indonesia belum dapat memenuhi komposisi yang diatur oleh pedoman good corporate governance yaitu sebesar 30% sehingga tidak berdampak secara nyata terhadap tinggi rendahnya tax aggresiveness.
4.3.3 Pengaruh antara Ukuran Dewan terhadap Tax Aggresiveness Nilai uji t variabel LBSIZEit adalah sebesar 0,927 (p > 0,05) dan nilai koefisien regresi 0,019 maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran Dewan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Tax Aggressiveness.Board Size terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax aggresiveness. Ukuran dewan tidak mampu memoderasi pengaruh political connections terhadap tax aggressiveness pada sector jasa. Pengaruh positif bisa dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah direktur perusahaan menyebabkan tax aggresiveness semakin tinggi (beban pajak yang dibayarkan cenderung lebih tinggi dibandingkan laba sebelum pajak). Namun pengaruh board size terhadap tax aggresiveness dinyatakan tidak signifikan menyimpulkan bahwa tidak signifikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman dan I Kentut, (2014) bahwa ukuran
54
dewan direksi tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Alasan ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak karena adanya tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan dengan ditentukannya melalui kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Seorang pemimpin perusahaan dapat memiliki karakter risk taker atau risk avers yang tercermin dari besar kecilnya resiko perusahaan.
4.3.4 Pengaruh antara Dualitas CEO terhdap Tax Aggresiveness
Nilai uji t variabel DUALITYit adalah sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai koefisien regresi -0,076 maka dapat disimpulkan bahwa Dualitas CEO berpengaruh negatif signifikan terhadap Tax Aggressiveness. Hasil dari data diatas menunjukkan bahwa CEO dualilty terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap tax aggresiveness. Pengaruh yang sifatnya negatif menunjukkan bahwa ketika pemilik perusahaan ikut masuk dalam jajaran manajemen atau dewan komisaris akan menyebabkan tax aggresiveness semakin menurun. Penurunan tax aggresiveness yang berarti semakin tinggi beban pajak yang dibayarkan dibandingkan laba sebelum pajak. Penjelasan dapat diungkapkan bahwa ketika pemilik perusahaan terlibat secara aktif dalam susunan dewan direksi atau dewan komisaris menunjukkan adanya kecenderungan pembayaran pajak lebih tinggi dibandingkan laba sebelum pajak. Temuan ini bisa dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan pemilik pengaruh yang terlibat aktif dalam susunan dewan direksi atau komisaris melindungi kepentingan untuk mendapatkan pendapatan lebih besar dengan semakin menaikkan beban pajak dibandingkan dengan laba pajak perusahaan.
4.3.5 Pengaruh antara Investor Instotusional terhdap Tax Aggresiveness
Nilai uji t variabel INSTOWNit adalah sebesar 0,015 (p < 0,05) dan nilai koefisien regresi -0,093 maka dapat disimpulkan bahwa Investor Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Tax Aggressiveness.Hasil dari data diatas menunjukkan bahwa CEO dualilty terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap tax aggresiveness. Pengaruh yang sifatnya negatif menunjukkan bahwa ketika pemilik perusahaan ikut masuk dalam jajaran manajemen atau dewan komisaris akan menyebabkan tax aggresiveness semakin menurun. Penurunan tax aggresiveness yang berarti semakin tinggi beban pajak yang dibayarkan
55
dibandingkan laba sebelum pajak.Penjelasan dapat diungkapkan bahwa ketika pemilik perusahaan terlibat secara aktif dalam susunan dewan direksi atau dewan komisaris menunjukkan adanya kecenderungan pembayaran pahjak lebih rendah dibandingkan laba sebelum pajak. Temuan ini bisa dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan pemilik pengaruh yang terlibat aktif dalam susunan dewan direksi atau komisaris melindungi kepentingan untuk mendapatkan pendapatan lebih besar dengan semakin menurunnya beban pajak dibandingkan dengan laba pajak perusahaanHasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap tax aggresiveness. Pengaruh yang sifatnya negatif menunjukkan bahwa ketika semakin tinggi persentase kepemilikan institusional di perusahaan menyebabkan tax aggresiveness semakin menurun.
Penurunan tax aggresiveness berarti semakin rendah beban pajak yang dibayarkan dibandingkan laba sebelum pajak. Hasil ini mendukung penelitian dari Dewi& Jati, (2014) kepemilikan investor institusional kepemilikan saham yang sahamnya dimiliki oleh institusi seperti perusahaan, perusahaan asuransi investor luar negeri, kecuali adanya kepemilikan individu. Pemilik institusional ikut dalam melakukan pengawasan dan pengelolahan tetapi pemilik institusional mempercayakan kepada dewan komisaris karena itu merupakan tugas dari dewan komisaris yang mewakili pemilik institusional. Kepemilikan institusional memiliki persentase kepemilikan yang tinggi atas saham perusahaan sehingga pemilik institusional memiliki kemampuan untuk menekan manajemen mengikuti kepentingan pemilik institusional. Hal ini disebabkan karena kepemilikan saham yang besar maka RUPS dapat ditentukan oleh keputusan pemilik institusional sehingga manajemen cenderung tidak memiliki kemampuan untuk menolak kepentingan pemilik institusional. Berdasarkan pada temuan ini bisa dartikan bahwa kepemilikan institusional cenderung menyebabkan beban pajak yang dibayarkan lebih rendah dibandingkan laba sebelum pajak.
4.3.6 Pengaruh antara The Big 4 terhdap Tax Aggresiveness
Nilai uji t variabel BIGNit adalah sebesar 0,713 (p > 0,05) dan nilai koefisien regresi -0,007 maka dapat disimpulkan bahwa Auditor eksternal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Tax Aggressiveness.The Big 4 terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax aggresiveness. Kualitas auditor
56
eksternal dapat digambarkan dengan perbedaan antara penggunaan auditor Big Four and non-Big Four. Alasannya adalah Kantor Akuntan Publik yang masuk di Big Four memiliki kemampuan kompetensi untuk mencari tau dan memngungkapkan adanya kesalahan pelaporan dalam manajemen perusahaan, profesionalisme untuk menjaga bahwa Kantor Akuntan Publik tersebut tetap menjadi pilihan bagi perusahaan, sebagai cara untuk menghindari konflik kepentingan, serta menjamin integritas proses audit serta bukti atas tuntutan transparansi atas kinerja perusahaan Boussaidi. A. & Hamed, (2015). Oleh karena itu, diharapkan penggunaan auditor Big Four dapat mewujudkan transparansi demi menghasilkan laporan keuangan yang bebas dari manipulasi manajemen internal perusahaan.
4.3.7 Pengaruh antara Variabel Kontrol terhadap Tax Aggresiveness Nilai uji t variabel ASSETSit adalah sebesar 0,592 (p > 0,05) dan nilai koefisien regresi -0,004 maka dapat disimpulkan bahwa firm size berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Tax Aggressiveness
Nilai uji t variabel DEBTit adalah sebesar 0,006 (p < 0,05) dan nilai koefisien regresi 0,023 maka dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Tax Aggressiveness.
Nilai uji t variabel MTBVit adalah sebesar 0,355 (p >0,05) dan nilai koefisien regresi -0,006 maka dapat disimpulkan bahwa market-to-book ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Tax Aggressiveness.
4.4 Analisis Uji Moderasi (MRA)
Penelitian ini menggunakan uji interaksi atau uji moderasi. Uji Interaksi atau uji moderasi yaitu aplikasi dari regresi linear berganda dimana dalam persamaannya mengandung unsur interaksi (perkalian dua/lebih variabel independen)
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Regresi Moderasi
Uji Kelayakan R2 Koefisi en
Adjus t R2
Signifika
nsi Hasil Interaksi
Tanpa Moderasi 0,105
POLCONit*BIN
Dit 0,060 0,103 0,636
Tidak Memodera si
Tidak
Memperkuat/Memperle mah
57 POLCONit*LBS
IZEit -0,029 0,103 0,576
Tidak Memodera si
Tidak
Memperkuat/Memperle mah
POLCONit*DU
ALITYit -0,012 0,103 0,686
Tidak Memodera si
Tidak
Memperkuat/Memperle mah
POLCONit*INS
TOWNit 0,085 0,107 0,245 Memodera
si
Memperkuat/Memperle mah
POLCONit*BiIG
Nit -0,023 0,104 0,439
Tidak Memodera si
Tidak
Memperkuat/Memperle mah
Sumber: Hasil Olahan Penulis Berdasarkan Output SPSS
4.4.1 Pengaruh Independensi Dewan sebagai Variabel Moderasi Political Connection terhadap Tax Aggresiveness
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabel POLCONit*BINDit sebesar 0,636 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa independensi dewan tidak memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Interaksi antara political connection dengan independensi dewan bersifat tidak memperkuat/memperlemah pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Hal tersebut dapat diketahui dengan nilai koefisien determinasi atau adjusted R2 pada pengujian pertama (tidakmenggunakan variabel moderasi) sebesar 0,105 atau 10,5%. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai adjusted R2 pada pengujian kedua (menggunakan variabel independensi dewan sebagai moderasi) yaitu sebesar 0,103 atau 10,3%.
Board independent tidak berpengaruh signifikan terhadap tax aggressiveness.
Tetapi jumlah board independent pada setiap perusahaan di Indonesia relatif kecil yaitu rata-rata hanya 1 orang sehingga ketika dihadapkan pada cakupan operasional perusahaan dnegan laporan keuangan yang rumit maka keberadaan board independent tersebut tidak berdampak pada tinggi rendahnya tax aggresiveness.
Pengawasaan yang dilakukan oleh board independent terhadap pelaporan keuangan relatif terbatas karena jumlahnya rata-rata hanya 1 orang dan keberadaan dewan komisaris di dalam perusahaan ini masih belum mempunyai kekuatan penuh untuk turut serta dalam pengambilan kebijakan perusahaan hanyalah sebuah bentuk formalitas sehingga tidak berdampak secara nyata terhadap tinggi rendahnya tax aggresiveness.
58
4.4.2 Pengaruh Ukuran Dewan sebagai Variabel Moderasi terhadap Political Conections terhadap Tax Aggresiveness
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikanpada tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabelPOLCONit*LBSIZEit sebesar 0,576 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan tidak memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Interaksi dari variable lmoderasi ternyata tidak mampu memoderasi pengaruh terhadap tax aggressiveness. Hal tersebut dapat diketahui dengan nilai koefisien determinasi atau adjusted R2 pada pengujian pertama (tidakmenggunakan variabel moderasi) sebesar 0,105 atau 10,5%.Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai adjusted R2 pada pengujian ketiga (menggunakan variabel ukuran dewan sebagai moderasi) yaitu sebesar 0,103 atau 10,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ukuran dewan tidak mampu memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness.
Hasil pengujian data ini menunjukan bahwa ukuran dewan tidak berpengaruh moderasi political connectons terhadap agresivitas pajak. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ukuran dewan tidak berpengaruh terhadap pajak agresif pada sektor jasa ini dilihat dari nilai rata-rata pada sektor jasa yang memiliki dewan komisaris lebih dari 5 orang. Berapapun besarnya jumlah komisaris tidak mempengaruhi kekuatan political connections terhadap tax agresivness, karena political connections di dalam perusahaan tersebut sudah cukup kuat untuk memperngaruhi tax aggressiveness. Hal ini dapat menjelaskan bahwa semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka akan semakin sulit dalam pengambilan keputusan suatu kebijakan yang akan dibuat. Karena peran dari anggota dewan komisaris adalah menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, memonitor pelaksanaan dan mengadakan perubahan jika diperlukan, memantau proses perubahan yang terjadi untuk kedepannya.
4.4.3 Pengaruh CEO Duality sebagai Variabel Moderasi Political Connection terhadap Tax Aggresiveness
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikanpada tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabelPOLCONit*DUALITYit sebesar 0,686 (p > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa dualitas CEO tidak mampu memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Interaksi antarapolitical
59
connection dengan dualitas CEO bersifat tidak memperkuat/memperlemah pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Hal tersebut dapat diketahui dengan nilai koefisien determinasi atau adjusted R2 pada pengujian pertama (tidakmenggunakan variabel moderasi) sebesar 0,105 atau 10,5%.Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai adjusted R2 pada pengujian keempat (menggunakan variabel dualitas CEO sebagai moderasi) yaitu sebesar 0,103 atau 10,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan dualitas CEO tidak mampu memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness.Hasil pengujian data menunjukkan bahwa CEO duality tidak terbukti memediasi pengaruh political connection terhadap tax aggresiveness. Ada atau tidaknya CEO Duality tidak mempengaruhi political conection terhadap tax aggressiveness, karena adanya kekuatan yang cukup kuat antara political conections terhadap tax aggressiveness. Diasumsikan bahwa berhubungan dengan transparansi yang semakin kuat dalam pelaporan keuangan dan karena arus informasi sehingga semua kedekatan dengan pemegang kekuasaan sangat berisiko ketika dimanfaatkan untuk tax aggresiveness.
4.4.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi antara Political Connection terhadap Tax Aggresiveness
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikanpada tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabelPOLCONit*INSTOWNit sebesar 0,245 (p > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa investor institusional memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Interaksi antarapolitical connection dengan investor institusional bersifat tidak memperkuat/memperlemah pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Hal tersebut dapat diketahui dengan nilai koefisien determinasi atau adjusted R2 pada pengujian pertama (tidakmenggunakan variabel moderasi) sebesar 0,105 atau 10,3%.Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai adjusted R2 padapengujian kelima (menggunakan variabel investor institusional sebagai moderasi) yaitu sebesar 0,107 atau 10,7%, sehinggadapat disimpulkan bahwa penggunaan investor institusional memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness.Hasil pengujian data menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memediasi pengaruh political connection terhadap tax aggresiveness. Ada tidaknya atau tinggi rendahnya
60
kepemilikan institute. Adanya kepemilikan institusional didalam sebuah perusahaan menimbulkan adanya pengawasan dari pihak institusi yang memiliki saham di dalam perusahaan untuk memonitor kinerja manajemen, termasuk dalam tindakan penghindaran pajak
4.3.5 Pengaruh The Big 4 sebagai Variabel Moderasi Political Connection terhadap Tax Aggresiveness
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikanpada tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi untuk variabelPOLCONit*BIGNit sebesar 0,439 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa auditor eksternal tidak mampu memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Interaksi antara political connection dengan auditor eksternal bersifat tidak memperkuat/memperlemah pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Hal tersebut dapatdiketahui dengan nilai koefisien determinasi atau adjusted R2 pada pengujian pertama (tidakmenggunakan variabel moderasi) sebesar 0,105 atau 10,5%.Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai adjusted R2 padapengujian keenam (menggunakan variabel auditor eksternal sebagai moderasi) yaitu sebesar 0,104 atau 10,4%, sehinggadapat disimpulkan bahwa penggunaan auditor eksternal tidak mampu memoderasi pengaruh political connection terhadap tax aggressiveness. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa audit quality tidak terbukti memediasi pengaruh political connection terhadap tax aggresiveness. Status auditor tidak berdampak pada pengaruh political connection terhadap tax aggresiveness. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang diaudit oleh KAP the big four memang akan lebih cenderung dipercayai oleh fiskus karena KAP tersebut mempunyai reputasi yang baik, memiliki integritas yang tinggi, namun jika perusahaan dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan yang lebih baik terhadap KAP yang mempunyai reputasi yang baik, bisa saja KAP tersebut melakukan kecurangan untuk memaksimalkan kesejahteraan KAP, seperti halnya kasus Enron tahun 2004 Sehingga KAP tidak melibatkan koneksi politik terhadap tax aggresiveness menyebabkan reputasi auditor The Big 4 menurun. Dalam kondisi demikian, auditor lebih pada posisi aman untuk tidak terlibat dalam pengaruh koneksi politik terhadap tax aggresiveness.