• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aliran Post Modern dalam organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Aliran Post Modern dalam organisasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Aliran Post Modern

dalam organisasi

(2)

Sejarah lahirnya Post Modern

• Aliran teori organisasi Post Modern merupakan tipe ke-4 dari klasifikasi paradigma yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins. Teori ini dikembangkan mulai awal abad ke-19

• Klasifikasi paradigma yang dikemukakan oleh Stephen Robbins ini terdiri dari 4

kelompok teoritikus. Teoritikus tipe 1 yaitu teori klasik (1900 – 1930), teoritikus tipe 2 yaitu teori neo – klasik (1930 – 1960), teoritikus tipe 3 yaitu teori modern ( 1960 – 1975 ), dan yang terakhir teori postmodern tahun 1975 – sekarang.

• Tokoh tokoh yang terkenal dalam teori organisasi postmodern beragam, seperti Joan

Woodward, yang melakukan studi terhadap teknologi yang mempengaruhi organisasi.

Ada juga tokoh lain seperti James D Thompson, tokoh ini beranggapan bahwa

organisasi merupakan system yang terbuka. Ada juga tokoh Jaw W Lorsch dan Paul R Lawrence yang mengemukakan tentang konsep diferensiasi dan integrasi. Ada juga

tokoh Daniel Katz dan Robert Kahn yang mengemukakan pendapat didalam bukunya,

yang mana aliran ini sebagai pendorong yang sangat penting bagi system organisasi

yang terbuka

(3)

• Menurut Robbins teori organisasi postmodern berfokus pada perspektif sosial dalam kerangka kerja sistem terbuka

• Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur bukanlah merupakan usaha yang rasional dari para manager untuk menciptakan struktur yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari suatu pertarungan politis diantara koalisi – koalisi di dalam organisasi untuk

mendapatkan kontrol terhadap organisasi.

• merupakan aliran yang cenderung lebih memperhatikan sifat politis suatu organisasi.

• Selain itu aliran post modern juga berisi teori-teori yang telah berkembang sejak tahun 1975 hingga sekarang

• Banyak berkembang pada upaya memperbaiki birokrasi publik

(4)

Beberapa isi teori yg masuk antara lain :

• Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas tim yang beragam,

namun tetap saling terhubung satu sama lain. Entitas-entitas tersebut mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya

sendiri melalui sebuah koordinasi yang bersifat polisentris.

• Koordinasi dibangun melalui kebutuhan pekerjaan.

• Entitas diorganisasikan dalam desain yang sederhana, dimana pekerja sangat diberdayakan dan dilibatkan dalam setiap pekerjaan, serta

informasi disebarluaskan.

• Menekankan pada “continuous improvement” atau perbaikan yang

berkesinambungan.

(5)

• Dalam teori postmodern ada beberapa ciri ciri yang perlu diketahui, yaitu :

• Media massa telah berganti menjadi sesuatu yang besar, media dianggap sebagai agama atau bahkan menjadi raja, tindakan

seseorang bisa dinilai baik atau buruk hanya dengan media massa saja

• Kepercayaan pada agama bahkan akan memudar, dan pandangan tentang pluralisme relativisme adalah kebenaran

• Wilayah kota akan semakin kuat sebagai wilayah atau pusat kebudayaan sedang desa tetap menjadi wilayah pinggiran

• Semua orang baik dari kelas atau hingga kelas bawah bebas untuk

mengeluarkan pendapatnya masing masing.

(6)

Beberapa tokoh Post modern

1. James March dan Herbert Simon dengan konsepnya : “Batas-Batas Kognitif Terhadap Rasionalitas”

• Herbert simon sendiri merumuskan bahwa manajemen adalah decision making, sehingga jalan

yang paling baik untuk menganalisis organisasi adalah menganalisis struktur dan proses pembuatan keputusan.

• March dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan rasional dan optimum. Mereka berargumentasi bahwa mayoritas pengambil keputusan memilih alternatif yang memuaskan dengan alternative yang cukup baik. Hanya pada kasus-kasus yang luar biasa mereka akan mencari dan

menyeleksi alternatif yang optimal.

• March dan Simon menganjurkan agar model teori organisasi diubah dengan model yang sangat berbeda dengan pandangan organisasi sebagai sistem kerjasama yang rasional. Model yang

diperbaiki ini mengakui keterbatasan rasionalitas pengambil keputusan serta mengenai keberadaan tujuan yang saling bertentangan.

• Ketika organisasi mengetahui dan memahami apa yang dikerjakannya, harus memilih antara pilihan dan kapabilitas, maka organisasi berjanji untuk diri sendiri untuk mempunyai strategi sendiri.

Karena semua perilaku organisasi berasal dari keputusan dan berkembang dari keputusan tersebut, fungsi dan struktur organisasi diturunkan dari karakteristik proses pengambilan keputusan dan

pilihan rasional (March and Simon 1993).

(7)

Secara komprehensif dan rasional objektif, menurut Herbert Simon, decision making dalam organisasi mengikuti prinsip bounded rationality ( batas rasionalitas):

• Kapasitas ingatan manusia untuk memformulasikan danmenyelesaikan masalah yang kompleks, sangat kecil jika dibandingkandengan kenyataan ukuran masalah yang harus diselesaikan.

Simon mengidentifikasikan tiga kategori batasan individu yaitu, mental skills

(kecakapan mental), habits (kebiasaan), dan reflexes (refleks) oleh pengetahuan yang luas dan keunggulan informasi serta oleh nilai atau konsep tujuan organisasi (Simon, 1976:40-41,241).

Konsekuensi dari bounded rationality, bahwa perilaku organisasi dalam membuat keputusan harus mempunyai dua cara yaitu :

1. Memuaskan, mencari cara untuk menyelesaikan masalah dengan optimal sehingga keputusan tersebut akan memuaskan.

2. Organisasi dan perilaku organisasi akan mempermudah proses keputusan, rutin,

aturan, dan diaplikasikan untuk mengurangi keragu-raguan.

(8)

2. Jeffrey Pfeffer dengan konsep “Organisasi Sebagai Arena Politik”

• Jeffrey Pfeffer menciptakan suatu model teori organisasi yang memuat

koalisi kekuasaan, konflik-konflik inherent pencapaian tujuan organisasi, dan keputusan-keputusan yang diambil seputar bagaimana mendesain

organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa.

Pfeffer mengusulkan agar kendali di dalam organisasi menjadi tujuan

ketimbang hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang rasional, seperti produksi output yang efisien.

• Organisasi adalah koalisi yang terdiri atas individu yang punya tuntutan

berbeda serta aneka kelompok yang saling bersaing. Desain organisasi tidak lain merupakan hasil dari perjuangan kekuasaan yang dilakukan oleh

koalisi-koalisi yang berbeda tujuan ini. Pfeffer mengatakan bahwa jika kita

hendak memahami mengapa dan bagaimana organisasi didesain, kita perlu

mengkaji pilihan-pilihan dan kepentingan-kepentingan dari mereka yang

punya pengaruh atas pembuatan keputusan di dalam organisasi.

(9)

3. David Osborne dengan konsep “Reinventing Government dan Banishing Bureaucracy”

A. Reiventing Government

• Menurut David Osborne dan Peter Plastrik (1997) dalam bukunya “Memangkas Birokrasi”, Reinventing Government adalah “transformasi sistem dan organisasi pemerintah secara fundamental guna menciptakan peningkatan dramatis

dalam efektifitas, efesiensi, dan kemampuan mereka untuk melakukan inovasi.

• Transformasi ini dicapai dengan mengubah tujuan, system insentif,

pertanggungjawaban, struktur kekuasaan dan budaya, system dan organisasi pemerintahan”.Pembaharuan adalah dengan penggantian system yang

birokratis menjadi system yang bersifat wirausaha

• Konsep reinventing government pada dasarnya merupakan representasi dari

paradigma New Public Management

(10)

Pada tahun 1992 diterbitkan karya yang berjudul Reinventing Government dengan judul “how the entreupreunerial spirit is transforming the public sectors” karya David Osborne dan Ted Gabler. Pesan inti dari buku ini adalah bahwa pemerintah perlu

memasukkan jiwa entrepreuneur ke dalam sektor publik.Hal tersebut dirasakan perlu untuk menghadapi dunia yang selalu mengalami perubahan.

Dalam buku tersebut, terdapat sebuah pendekatan yang disampaikan oleh W.

Edward Deming yang dinamakan Manajemen Kualitas Total (Total Quality

Management).Dalam pendekatan ini lembaga-lembaga publik harus memusatkan pada lima prinsip:

• Hasil (result)

• Pelanggan (customer)

• Desentralisasi (decentralization)

• Pencegahan (prevent )

• Pendekatan pasar dan system

(11)

Prinsip-prinsip ini selanjutnya diuraikan menjadi sepuluh prinsip dalam mewirausahakan birokrasi, yaitu sebagai berikut:

Prinsip Pertama: Pemerintah yang katalis (Catalytic Government)

• Konsep yang pertama ini maksudnya ialah mengarahkan ketimbang mengayuh (steering rather than rowing). Harus ada pemilah antara yang mengatur dan yang melaksanakan.Pemerintah harus tegas membedakan antara siapa pemerintah yang semestinya mengarahkan dan siapa yang semestinya melaksanakan. Dengan kata lain, pemerintah harus lebih fokus terhadap pengarahannya.

Prinsip Kedua: Pemerintah milik rakyat (Community Government)

• Prinsip ini maksudnya ialah memberdayakan atau memberi wewenang ketimbang melayani (Empowering rather than serving). Dalam hal ini pemerintah diharapkan mampu memberdayakan rakyatnya. Dengan kata lain, pemerintah juga bisa

memberikan wewenang kepada masyarakat. guna menjamin terselenggaranya

pelayanan yang efisien dan efektif; serta produk pemerintah bisa mencoba mengalihkan pemilikannya ke masyarakat.Akhirnya, pelayanan tersebut bergeser ke pemberdayaan masyarakat dari suatu komunitas.Sehingga ada kemungkinan besar kelak bisa

mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah.Lalu terciptalah masyarakat yang handal dengan kreasinya dan menjadi lebih mandiri.

(12)

Prinsip Ketiga: Pemerintah yang kompetitif (Competitive Government)

• Pemerintah yang kompetetif dengan cara menyuntikkan persaingan dalam pemberian

pelayanan (Injecting Competition into service Delivery). Suatu pelayanan yang kompentitif dianggap suatu hal yang sehat. Berbeda dengan cara monopoli, bila dibiarkan akan timbul kembali

ketergantungan pada satu pemilik. Pemerintah yang kompetitif disini lebih diartikan pemerintah

wirausaha yang mampu bersaing dengan organisasi bisnis.Sehingga semuanya dapat mengembangkan krativitas inovasi yang sangat menguntungkan bagi Negara dan masyarakatnya. Dengan pemberian

penghargaan dan pembiayaan kepada suatu lembaga-lembaga pemerintah yang berhasil maju di suatu wilayah akan sangat diperhatikan oleh masyarakatnya. Di sanalah letak kompetisi yang akan mebuat masyarakat dan pemerintahnya semangat seperti layaknya dalam sebuah perlombaan.

Prinsip Keempat: Pemerintah yang digerakkan misi (Mission Driven Government).

• Dalam prinsip ini diharapkan pemerintah bisa mengubah organisasi dari yang digerakkan oleh

peraturan (Transforming Rule-Driven Organizations) menjadi digerakkan oleh misi (mission-driven).

Seringkali terjadi peristiwa di mana pemerintah tidak dapat dan tidak mampu mengambil langkah- langkah strategis tertentu karena belum adanya peraturan-peraturan yang mengaturnya.

• Sementara di pihak lain, kerap terjadi kasus dimana pemerintah tidak berani melakukan sebuah

tindakan karena cenderung bertentangan dengan peraturan yang berlaku (walaupun peraturan yang bersangkutan sudah tidak cocok lagi diterapkan pada kondisi saat ini). Akibat budaya ini, seringkali banyak peluang-peluang kemajuan yang lewat dan terbuang begitu saja karena ketidakmampuan pemerintah dalam memanfaatkan situasi tersebut.Dalam dilema tersebut seharusnya pemerintah

berjalan dengan sebuah misi, dan menjadikan peraturan sebagai jalan atau cara untuk mencapai sebuah misi tersebut.

(13)

Prinsip Kelima: Pemerintah yang berorientasi hasil (Result Oriented Government)

• Maksudnya ialah pemerintah haru lebih fokus Membiayai hasil bukan masukan (Funding outcomes, Not input). Dalam pembahasan prinsip ini, sebaiknya kita sadari terlebih

dahulu bahwa hal yang paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai customer dari pemerintah adalah hasil keluaran dari setiap inisiatif. Yang masyarakat nilai sebagai keberhasilan adalah keluaran atau hasil dari pekerjaan tersebut yang diharapkan dapat segera mendatangkan manfaat tertentu. Dengan kata lain, pemerintah harus yakin

bahwa berbagai usahanya akan melahirkan sebuah produk yang berkualitas dan bermutu tinggi, dan target inilah yang akan menentukan jenis proses dan sumber daya yang perlu dilibatkan (input); serta pemerintah harus meninggalkan pemerintah yang memfokuskan pada masukan tanpa memperhatikan hasil, yang cenderung pemborosan.

Prinsip Keenam: Pemerintah yang berorientasi pelanggan (Customer Driven Government)

• Maksudnya ialah memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi (Meeting the Needs of Customer, not be Bureaucracy). Masyarakat adalah pelanggan. Pemerintah harus

meletakkan pelanggan sebagai hal paling depan. Oleh karena itu, kepuasan pelanggan diletakkan sebagai sasaran penyampaian tujuan, dengan mendengarkan suara

pelanggan.Dengan memperhatikan kebutuhan dasar pelanggan dan memperhatikan hukum pelanggan, pemerintah lebih responsif dan inovatif.

(14)

Prinsip Ketujuh: Pemerintah wirausaha (Enterprising Government)

• Intinya ialah Menghasilkan ketimbang membelanjakan (Earning Rather than

Spending).Pemerintah wirausaha ialah pemerintah yang memfokuskan energinya terhadap hasil kinerjanya bukan hanya membelanjakan uangnya.Pada kenyataanya bahwa hampir seluruh perangkat pemerintahan merupakan sebuah pusat harga yang dibiayai oleh

anggaran belanja negara.

• Secara tidak langsung dapat terlihat bahwa keberadaan sistem birokrasi pemerintahan merupakan sebuah beban dari anggaran belanja Negara. Dalam hal ini pemerintah harus menemukan sumber-sumber penghasilan selain penghasilan yang telah disepakati, yaitu pajak.Sehingga tidak terlalu menggantungkan pada penerimaan pajak. Pajak yang tinggi pada suatu keadaan tertentu akan ditentang masyarakatnya.

Prinsip Kedelapan: Pemerintah yang antisipasi (Anticipatory Government)

• Mencegah ketimbang Mengobati (Preventon Rather than Cure).Pepatah lama mengatakan bahwa “mencegah lebih baik dari mengobati”. Hal yang sama berlaku pula dalam

kepemerintahan. Yaitu pemerintah harus lebih berfokus pada upaya mencegah terhadap masalah yang timbul ketimbang memusatkan penyediaan jasa demi mengurangi masalah (mengobati).Dalam hal ini, pemerintah harus mempunyai strategi ampuh yang dapat

meraih peluang tidak tarduga, serta dapat mencegah krisis yang tidak terduga.Intinya pemerintah harus lebih proaktif.

(15)

Prinsip Kesembilan: Pemerintah yang desentralis (Decentralized Government)

• Dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja (From Hierarchy to Participation and

Teamwork), Artinya, peranan komando dan hierarki ditinggal. Selain itu, jika jika melihat perkembangan zaman yang semakin maju dan teknologi semakin mengglobal dan

pendidikan semakin maju, sudah semestinya pemerintah menurunkan wewenang kepada lembaga-lembaga di bawahnya serta mendorong mereka untuk berurusan langsung dengan pelanggan untuk lebih bisa membuat keputusan. Lalu menciptakan kerja sama yang solid dengan cara melihat mereka sama rata dan sudah sebanding dengan pemerintahnya. Melahirkan partisipasi dengan tim kerja, Bukan dengan

pengkomandoan yang umumnya terlihat kaku. Dengan kata lain, pemerintah memberi ruang gerak kepada mereka agar bisa bersama-sama menciptakan strategi kreatif.

Prinsip Kesepuluh: Pemerintah yang berorientasi pasar (Market Oriented Government)

• Mendongkrak perubahan melalui pasar (Leveraging change throught the Market), artinya pemerintah mendongkrak perubahan melalui cara pasar. Mekanisme pasar memiliki

banyak keunggulan ketimbang mekanisme administrasi. Pasar pada dasarnya adalah desentralis.Harga ditentukan oleh yang paling di atas.Namun dalam pasar bisa bersaing dengan sehat, lebih kompetitif.Jika kita sadari, sebenaranya dalam pasar memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menentukan pilihannya. Selain itu dalam pasar sangat peka terhadap perubahan dan respon terhadap kebutuhan lebih cepat.

(16)

B. Banishing / memangkas Bureucracy

• Banishing Bureaucracy adalah tinddakan efektivitas dan efisiesni seklaigus, yang dapat berupa pemangkasan, menggabungkan, memboboti, merevisi dan sejenisnya (Osborn&plastrik, 2000)

• BB bukanlah diartikan dengan pelangsingan jumlah aparat birokrasi serta

perampingan anggaran dalam artian yang sempit. Melainkan, perampingan

terjadi apabila hal tersebut benar-benar efektif dan efisien. Dan walaupun

konsep ini berusaha menerapkan konsep dari perusahaan swasta yang begitu

professional dalam kerjanya (karena terjadinya persaingan yang sengit antar

satu sama lain demi memperebutkan pasar), hal ini tidak bermaksud untuk

memprivatisasi sumber daya yang ada ataupun menjual asset pemerintah,

memberi kontrak dengan gampangnya dan sejenisnya.

(17)

Osborne dan Plastrik (1997) mengajukan lima macam strategi dalam melakukan perubahan pada orgs

pemerintah

1. The Core Strategy (Strategi Inti)

• Strategi ini menentukan tujuan system dan organisasi pemerintahan.Jika suatu organisasi tidak jelas tujuannya atau punya tujuan ganda dan saling bertentangan, organisasi itu tidak bisa mencapai kinerja yang tinggi. Strategi ini menghapus fungsi yang kurang berperan dan bermanfaat dlm menc tujuuan orgs.

2. The Consequences Strategy (Strategi Konsekuensi)

• Strategi yang merubah system insentif pemerintah dengan konsekwensi atas kinerja. Kemampuan untuk bersaing untuk memperoleh hasil yang dapat memuaskan tujuan mereka yang tentunya bukan pejabat di pusat melainkan orang-orang yang dilayani(masyarakat). Meski bersaing,kerja sama tetap bisa dikerjakan dengan aturan yang jelas,tegas,dan system insentif yang tepat.

3. The Customer Strategy (Strategi Pelanggan)

• Strategi yang memusatkan pada akuntabilitas, pertanggungjawaban. Strategi ini memberi pilihan kepada pelanggan mengenai organisasi yang memberikan pelayanan dan menetapkan standar pelayanan pelanggan yang harus dipenuhi oleh organisasi- organisasi itu.Dengan tanggung jawab kepada pelanggan membuat organisasi untuk memperbaiki hasil-hasil mereka.

4. The Control Strategy (Strategi Kontrol)

• Strategi ini menggeser bentuk pengendalian yang digunakan dari aturan-aturan yang rinci serta komando hierarkis ke misi bersama dan system yang menciptakan akuntabilitas kinerja. DKL berupaya melepaskan control pusat tetapi mmeberdayakan orgs.

5. The Culture Strategy (Strategi Budaya)

• Strategi yang menentukan budaya organisasi pemerintah: nilai-nilai, norma, sikap, dan harapan pegawai. Budaya ada yang mungkin bisa diubah tapi ada yang akan tetap eksis dalam organisasi atau luar organisasi.

(18)

4 . Ikujiro Nonaka dengan konsep “Penciptaan Pengetahuan Keorganisasian”(knowledge creation)

Nonaka menjelaskan tentang arti pentingnya “knowledge creation” dalam organisasi. Knowledge ini merupakan penegetahuan yang dikombinasikan dengan pengalaman

Penciptaan pengetahuan keorganisasian (organizational knowledge creation) yaitu kemampuan sebuah organisasi secara keseluruhan untuk menciptakan :

• Pengetahuan baru;

• Menyebarkannya melalui seluruh sistem yang ada;

• Memasukkannya ke dalam produk-produk, servis dan sistem-sistem; dan

• Maka komponen yang paling mendasar serta universal organisasi adalah pengetahuan manusia (human knowledge).

Selanjutnya Ikujiro Nonaka juga membagi pengetahuan yang dapat dikelola menjadi 2 (dua) tipe yaitu:

Explicit Knowledge : pengetahuan yg tertulis terecord bisa ditelusuri dengan bahasa yg jelas dan lugas

• Explicit knowledge lebih mudah untuk dikodifikasi dan bersifat lebih formal dan sistematis sehigga lebih mudah dikomunikasikan.

Tacit Knowledge : Kumpulan pengetahuan yg ada dlm otak seseorang sesuai dengan pemahaman dan

pengalamannya. Sifatnya tidak tertulis tetapi melekat erat. Biasanya berbasis pada observasi. Pengalaman, kebiasaan. Pengetahuannya dapat ditransfer melalui tatap muka.

Merupakan key component dalam inovasi

• Tacit knowledge lebih sulit dan bersifat pribadi, pengetahuan ini tidak terstruktur dan oleh karena itu sangat sukar disusun maka pengetahuan ini hampir tidak dapat dikomunikasikan.

(19)

4 model utama konversi knowledge(model SECI/ socialization, externalization,

Combination dan Internalization)

• 1. Tacit to tacit : sering disebut socialization (S). Transfer knowledge dr individu ke individu (termasuk dalam hal ini menggalang pertemuan face to face secara intensif

• 2. Tacit to explicit : sering disebut externalization(E) (perlunya menerjemahkan tacit experience kedalam tulisan atau gambar untuk kemudian disebarkan ke seluruh

anggota

• 3. Combination tacit dan explicit sering disebut :combination (C) Perilaku yag

tersamar dijadikan perilaku yang pokok yang ditulis dan dirumuskan dengan jelas.

Misal : membentuk standard etika perilaku

• 4. Explicit to tacit sering disebut internalization (I). Menjadikan hal hal yang sudah tertulis menjadi nilai yang dilaksakana tiap saat . Misal : learning by doing

• Perputaran proses dalam SECI ini jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi

kekuatan tersendiri dalam memenangkan persaingan di era informasi yang kian ketat

Referensi

Dokumen terkait

Survei yang dilakukan terhadap situs-situs pertahanan tradisional baik di Bukit Amaiha di Pulau Saparua, maupun Bukit Wawani dan Bukit Kapahaha di Pulau Ambon menunjukkan bahwa

Penilaian aspek psikomotor yang dilakukan oleh guru dan siswa didasarkan pada unjuk kerja/ gerak yang ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran.. Penilaian dilaksanakan

Berlakunya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semuanya didasarkan pada kedaruratan kesehatan yang ditetapkan

Sehubungan dengan hal tersebut maka timbul permasalahan bagaimana prinsip dan alasan yang menjadi dasar bagi bank sebelum melakukan perikatan dengan asuransi, bagaimana

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Relevansi nilai pendidikan dalam surah Ibrahim Ayat 35-36 dan surah Yusuf ayat 5 dengan dunia pendidikan yakni dapat ditanamkan kepada kita agar kita dapat menerapkannya untuk

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris adanya pengaruh ukuran perusahaan, utang perusahaan, kinerja keuangan, jumlah dewan komisaris,

8) Jika teradu/terlapor diduga melakukan lebih dari satu pelanggaran maka hasil pemeriksaan dapat dituangkan dalam satu berita acara pemeriksaan yang sama 9) Salinan