BIOOPTIK Optik Mata
“Disusun untuk memenuhi tugas fisika semester I”
Disusun oleh :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
November 2010
M. Syadzqom Syarifatul Mufidah Riamayanti Hutasuhut Metharezqi Suci Arsih Kurnia Anisa
1110102000074 1110102000056 1110102000004 1110102000024 1110102000040
PENDAHULUAN
Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan makhluk hidup/zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berrpendapat bahwa benda-benda di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini didukung oleh Plato (429 – 348 ) dan Euclides (287 – 212 SM) oleh karena pada mata binatang di malam hari tampak bersinar.
Pendapat di atas di tentang oleh Aristoteles (384 – 322 SM) karena pada kenyataan kita tidak dapat melihat benda-benda di dalam ruang gelap. Namun demikian Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata dapat melihat benda. Pada abad pertengahan Alhazan (965 – 1038) seorang Mesir di Iskandria berpendapat bahwa benda di sekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata . teori ini akhirnya di terima sampai abad ke 20 ini.
Secara spesifik dalam pembahasan biooptik ini terdapat dua klasifikasi yaitu, Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata. Dan disini kita akan fokus membahas tentang optik mata.
BAB II OPTIK MATA
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan.
Untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.
Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan : Mata memfokuskan bayangan pada retina
System syaraf mata yang memberi informasi ke otak
Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan
tersebut.
2.1 Alat Optik Mata
Salah satu alat optik alamiah yang merupakan salah satu anugerah dari Sang Pencipta adalah mata.
a. Bagian-bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian, di antaranya:
• Retina, tempat jatuhnya bayangan benda.
• Iris, pemberi warna pada mata, pengatur besar-kecilnya lubang pupil.
• Pupil, lubang tempat masuknya cahaya, yang berfungsi mengatur intensitas cahaya sehingga tidak silau.
• Lensa mata (cembung), bagian yang berfungsi membiaskan sinar yang masuk.
• Otot Siliar, yaitu otot yang berada di sekitar lensa mata yang berfungsi untuk mengatur ketebalan dan pipih nya lensa mata.
• Cairan aqueous yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga terfokus ke lensa mata.
• Cairan vitreous adalah cairan yang mengisi ruang kosong antara lensa dan retina yang berfungsi sebangai penyokong retina dan menjaga bentuk bola mata.
Benda di depan mata akan terlihat bila bayangannya jatuh di retina.
Sifat bayangannya nyata, terbalik, diperkecil.
2.2 Daya Akomodasi Mata
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menyembung ketika melihat dekat dan memipih ketika melihat jauh.
a. Titik Jauh (Punctum Remotum/PR)
Titik jauh adalah jarak terjauh yang masih dapat dilihat mata dalam keadaan memipih (tanpa akomodasi), untuk mata normal PR= ∞ (tak terhingga/infinity)
b. Titik Dekat
Titik dekat adalah jarak terdekat yang masih dapat dilihat mata dalam keadaan menyembung (akomodasi maksimum), untuk mata normal PP=25 cm.
c. Akomodasi Maksimum
Akomodasi maksimum adalah keadaan lensa mata yang paling cembung ketika melihat dekat.
d. Tanpa Akomodasi
Tanpa akomodasi adalah keadaan lensa mata yang paling pipih ketika melihat jauh.
2.3 Penyimpangan Penglihatan dan Teknik Koreksi
• Mata yang mempunyai titik jauh terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam pada selaput retina disebut mata emetropia (mata normal).
• Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga disebut mata ametropia. Mata Ametropia mempunyai dua bentuk:
• Miopia (Penglihatan Dekat)
• Hipermetropia (Penglihatan Jauh) Rabun Dekat (Miopia)
Rabun dekat (miopia) adalah mata yang tidak dapat melihat pada jarak dekat PP > 25, tetapi normal melihat jauh PR = ∞ (tak terhingga /infinity), hal ini disebabkan lensa mata terlalu pipih, atau jarak lensa ke retina terlalu dekat.
Rabun Jauh (Hipermetropia)
Rabun jauh adalah mata yang tidak dapat melihat benda dengan jelas pada jarak jauh. Memiliki titik dekat PP = 25 cm, tetapi titik jauhnya terletak pada jarak tertentu, yaitu PR < ∞.
Astigmatisme adalah kondisi dimana mata tidak dapat memfokuskan setiap objek dengan jelas. Hal ini dikarenakan, mata tersebut mempunyai pandangan jauh terhadap beberapa berkas cahaya dan berpandangan dekat terhadap sisa cahaya.
Teknik Koreksi
• Mata Presbiopia
Mata presbiop memiliki masalah untuk melihat sesuatu dalam jarak jauh dan dekat. Maka penderita dianjurkan memakai kacamata berlensa rangkap (biofical).
• Mata Hipermetropia
Mata hipermetropia memiliki masalah dalam melihat sesuatu yang berjarak jauh. Sehingga penderita dianjurkan memakai kacamata berlensa cembung (+)
• Mata Miopia
Mata miopia memiliki masalah dalam melihat benda dalam jarak dekat.
Sehingga penderita dianjurkan menggunakan kacamata berlensa cekung (-)
• Mata Astigmatisme
Penderita yang mengalami astigmatisme akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah,sehingga penderita ini dianjurkan menggunakan kacamata silindris.
• Campuran
1. Penderita sekaligus mengalami Presbiop dan Miop, maka dianjurkan menggunakan kacamata berlensa rangkap (biofical).
2. Penderita hanya mengalami presbiop,miop,hipermetrop tanpa astigmatisme, maka dianjurkan memakai kacamata sferis.
2.4 Ketajaman Penglihatan
Dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata atau di klinik dengan nama visus. Definisi fisus adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.
Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40 berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40ft, (20ft=4 meter).
Dengan demikian dapat ditulis rumus : V= d
D
d = jarak yg dilihat oleh penderita
D= jarak yang dapat dilihat oleh mata normal.
2.5 Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan digunakan alat
“perimeter”. Akan diperoleh medan penglihatan vertikal + 1300 medan penglihatan horizontal + 1550.
2.6 Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap akan cahaya adalah Retina. Ada 2 tipe fotoreseptor :
Untuk melihat pada saat malam hari (skotopik), peka terhadap cahaya biru dan hijau.
o kone (kerucut)
Untuk melihat pada saat siang hari (fotopik), sensitif terhadap kuning dan hijau.
Rod dan kone peka terhadap cahaya merah (650-700 nm) namun penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan rod.
2.7 Tanggap Warna
Salah satu kemapuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui dengan jelas. Kone berbeda dengan rod karena kone memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe kone, yaitu :
a. Kone biru : tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron.
b.Kone hijau : tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 450 dan 675 milimikron.
c. Kone merah : tanggap seluruh panjang gelombang cahaya, tetapi paling kuat pada warna orange kemerahan.
Ketiga kone ini disebut juga trikhromatik.
Pada suatu penelitian diperoleh bahwa 8 % laki-laki buta warna, sedangkan 0,5% terdapat pada wanita, dan buta warna diturunkan oleh wanita.
2.8 Peralatan pada Pemeriksaan Mata
• Opthalmoskop
Untuk mengetahui keadaan fundus okuli (retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya).
• Pupilometer dari Eindhoven Untuk mengukur diameter pupil.
• Retinoskop
Untuk menentukan resep lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita meskipun demikian, mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa.
• Keratometer
• Tonometer dari Schiotz
Untuk mengukur tekanan intraokuler. Pemeriksaan tekanan dalam bola mata atau Intraokuli untuk mengetahui apakah penderita Menderita glaukoma atau tidak.
• Lensometer
Untuk mengukur suatu kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut.