• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS

TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ditha Resky Handayani NIM: 188114111

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS

TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ditha Resky Handayani NIM: 188114111

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS

TERINDUKSI KARAGENIN

Skripsi yang diajukan oleh:

Ditha Resky Handayani NIM: 188114111

telah disetujui oleh

Pembimbing

(drh. Sitarina Widyarini, M.P., Ph.D) tanggal 9 Februari 2022

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) PADA TELAPAK KAKI MENCIT JANTAN GALUR SWISS

TERINDUKSI KARAGENIN

Oleh:

Ditha Resky Handayani NIM: 188114111

Dipertahankan di hadapan panitia Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 7 April 2022

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D. ………...

2. apt. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D. ………...

3. Dr. apt. Yustina Sri Hartini ………...

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.

Yogyakarta, 5 Februari 2022 Penulis,

Ditha Resky Handayani

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ditha Resky Handayani Nomor Mahasiswa : 188114111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Efek Antiinflamasi Infusa Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) pada Telapak Kaki Mencit Jantan Galur Swiss Terinduksi Karagenin

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 April 2022 Yang menyatakan

(Ditha Resky Handayani)

(7)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi dan dosis pemberian peroral infusa daun pisang ambon. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak dua puluh lima ekor mencit dibagi menjadi lima kelompok perlakuan meliputi kelompok kontrol negatif karagenin, kelompok kontrol positif Natrium Diklofenak, kelompok perlakuan infusa daun pisang ambon dengan dosis yaitu 833,34; 1666,67;

dan 3333,33 mg/kgBB. Infusa daun pisang ambon diberikan secara peroral pada mencit yang diinduksi karagenin 1%.

Pengukuran tebal kulit telapak kaki mencit sebelum diinjeksi karagenin dan setiap satu jam setelah injeksi infusa daun pisang ambon selama enam jam menggunakan jangka sorong digital. Nilai AUC total dan persentase penghambatan inflamasi dihitung setelah pengukuran kemudian nilai AUC diolah secara statistik menggunakan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Levene dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA dan uji Post-hoc Bonferroni.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun pisang ambon dengan dosis 833,34; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB dapat memberikan efek antiinflamasi.

Dosis 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB menunjukkan efek antiinflamasi yang setara dengan Natrium Diklofenak

Kata Kunci : Anti-inflamasi, daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.), peroral, infusa, karagenin.

(8)

viii ABSTRACT

This study aims to determine the anti-inflammatory effect and the dose of oral infusion of Ambon banana leaves. The type of this study was purely experimental with a completely randomized design with a unidirectional pattern.

Twenty-five mice were divided into five treatment groups including a carrageenin negative control group, a Diclofenac sodium positive control group, an Ambon banana leaf infusion treatment group with a dose of 833.34; 1666.67; and 3333.33 mg/kgBW. Ambon banana leaf infusion was administered orally to mice induced by 1% carrageenin.

Measurement of skin thickness on the soles of mice before carrageenin injection and every one hour after injection of Ambon banana leaf infusion for six hours using a digital caliper. The total AUC value and the percentage of inflammation inhibition were calculated after the measurement, then the AUC value was statistically processed using the Shapiro-Wilk test followed by homogeneity test using the Levene test followed by the One-Way ANOVA test and the Bonferroni Post-hoc test. The results showed that Ambon banana leaf infusion with a dose of 833.34; 1666.67; and 3333,33 mg/kgBW can provide anti-inflammatory effect.

Dosage 1666.67; and 3333.33 mg/kgBW showed an anti-inflammatory effect which was equivalent to Diclofenac Sodium

Keywords: Anti-inflammatory, Ambon banana leaf (Musa paradisiaca L.), orally, infusion, carrageenin.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

METODOLOGI PENELITIAN ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN ... 23

BIOGRAFI PENULIS ... 41

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil Uji Fitokimia Infusa Daun Pisang Ambon ... 9 Tabel II. Rerata Nilai AUC0-6 dan Persentase Penghambatan Inflamasi ... 12 Tabel III. Hasil Statistik ... 14

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reaksi antara senyawa flavonoid dengan logam magnesium dan HCl 10

Gambar 2. Reaksi antara tanin dan FeCl3 ... 10

Gambar 3. Grafik rata-rata selisih tebal telapak kaki mencit (mm) terhadap waktu pengukuran jam ke 1 hingga jam ke 6 ... 12

Gambar 4. Daun Pisang Ambon... 28

Gambar 5. Serbuk daun pisang ambon ... 28

Gambar 6. Hasil Uji Kadar Air Serbuk Daun Pisang Ambon ... 29

Gambar 7. Infusa Daun Pisang Ambon... 29

Gambar 8. Hasil Uji Flavonoid ... 29

Gambar 9. Hasil uji tanin ... 30

Gambar 10. Hasil uji saponin ... 30

Gambar 11. Larutan Na-CMC 1% ... 31

Gambar 12. Suspensi Natrium diklofenak ... 31

Gambar 13. Larutan karagenin 1% ... 32

Gambar 14. Jangka sorong digital capiler merk Hardened® ... 32

Gambar 15. Pemberian infusa daun pisang ambon secara peroral... 33

Gambar 16. Pemberian karagenin 1% 0,1 mL secara subplantar ... 33

Gambar 17. Pengukuran edema telapak kaki mencit ... 33

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medical and Health Research Ethics

Committee (MHREC) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada………… 23

Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman……….. 24

Lampiran 3. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong……… 25

Lampiran 4. Surat Legalitas Analaisis Data Statistik oleh Pusat Kajian CE&BU FE- KMK Universitas Gadjah Mada……….27

Lampiran 5. Pembuatan Serbuk Daun Pisang Ambon……….. 28

Lampiran 6. Uji Kadar Air Serbuk Daun Pisang Ambon……….. 28

Lampiran 7. Infusa Daun Pisang Ambon……….. 29

Lampiran 8. Hasil Skrining Fitokimia Infusa Daun Pisang Ambon………. 29

Lampiran 9. Pembuatan Suspensi Natrium Diklofenak dan Larutan Karagenin 1%... 31

Lampiran 10. Uji Aktivitas Antiinflamasi………. 32

Lampiran 11. Perhitungan Konversi Dosis Infusa Daun Pisang Ambon dari Mencit ke Manusia………. 34

Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Data AUC dan Persentase Penghambatan Inflamasi……….. ... 35

(13)

1 PENDAHULUAN

Inflamasi adalah penyakit yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, kemerahan, dan demam. Penyebab penyakit ini adalah tubuh manusia memiliki respon perlindungan normal terhadap kerusakan fisik, kerusakan jaringan yang disebabkan oleh bahan kimia berbahaya atau agen mikroba. Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh manusia untuk menonaktifkan atau menghancurkan organisme yang menyerang, menghilangkan zat pengiritasi, dan mempersiapkan tahapan perbaikan jaringan (Andayani et al., 2018).

Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam tumbuh-tumbuhan yang terdapat dalam hutan tropis. Diperkirakan sekitar 30.000 jenis tumbuhan ada di Indonesia dengan 9.600 jenis diketahui berkhasiat sebagai obat dan 200 jenis diantaranya adalah tanaman obat yang digunakan sebagai bahan baku oleh industri obat tradisional (Pramitaningastuti dan Anggraeny, 2017). Gaya hidup kembali ke alam (Back to nature) menjadi tren saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tanaman obat (herbal medicine). Sejak zaman dahulu, jauh sebelum adanya pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern, masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman yang dapat berkhasiat dalam pengobat sebagai salah satu upaya menanggulangi berbagai masalah kesehatan, Selain lebih ekonomis efek samping ramuan herbal sangat kecil. Karena itu penggunaan obat herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih efektif (Laili, 2019).

Salah satu tanaman yang sering dijumpai di Indonesia adalah pisang. Pisang tumbuh di iklim tropis yang sesuai dengan kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia (Lumowa dan Bardin, 2018).

Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 6.279.290 ton atau mengalami peningkatan sebesar 90.238 ton atau sekitar 1,45% dibandingkan tahun 2012. Tanaman pisang ambon memiliki 2012. Tanaman pisang ambon memiliki efek antidiare, antiulcer, antimikroba, hipoglikemik, antioksidan, diuretik,

(14)

2

penyembuhan luka, anti alergi, antimalaria, hipokolesterolemik, anti bisa ular, analgesik, pemacu pertumbuhan rambut, dan sebagai antikonvulsan (Patro et al., 2016).

Data hasil skrinning fitokimia daun pisang yang dilakukan oleh Asuquo dan Udobi (2016) terdapat beberapa metabolit sekunder pada ekstrak daun pisang ambon, diantaranya alkaloid, saponin, tanin, glikosida jantung, terpene, gula deoksi, flavonoid, dan karbohidrat. Flavonoid, tanin dan saponin memiliki peran sebagai agen antiinflamasi. Flavonoid dapat menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan leukotriene, sebab flavonoid memiliki cincin benzopiron yang dapat berikatan dengan enzim siklooksigenase dan lipooksigenase (Zaini et al., 2016). Sementara itu, tanin memiliki aktivitas antioksidan yang juga berperan sebagai antiinflamasi, dimana neutrophil, monosit dan makrofag menghambat produksi oksidan (O2).

Penghambatan produksi O2 kemudian akan mengurangi pembentukan H2O2 yang menyebabkan produksi asam hipoklorid (HOCl) dan OH juga terhambat (Sukmawati et al., 2015). Saponin memiliki mekanisme inflamasi dengan menghambat pembentukan eksudat dan menghambat permeabilitas vaskular (Audina et al., 2018).

Menurut penelitian Sukmawati et al., (2015) telah dilakukan pengujian aktivitas ekstrak etanol daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap tikus putih yang diinduksi karegenin 1%. Pada penelitian tersebut, daun pisang ambon dimaserasi dengan etanol 96% selama 3 hari dan dibuat suspensi dengan 3 dosis berbeda yang diberikan secara oral terhadap hewan uji. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) memiliki aktivitas antiinflamasi pada tikus putih dengan dosis efektif 750 mg/kgBB.

Pada penelitian yang akan dilakukan akan menggunakan infusa daun pisang ambon untuk antiinflamasi. Menurut Isnawati et al., (2018), infusa merupakan salah satu jenis ekstraksi yang termasuk dalam ekstraksi cara panas dan menggunakan

(15)

3 pelarut air dengan adanya pemanasan. Metode infusa digunakan sebab peralatan yang digunakan dan proses pengerjaannya yang sederhana dan singkat (Oktavia et al., 2020). Bentuk sediaan yang dipilih pada penelitian ini adalah sediaan peroral sebab memiliki keuntungan mudah untuk dikonsumsi, dan mudah diatur penyesuaian dosisnya (Safitri et al., 2018).

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi antiinflamasi dan dosis dari infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap penurunan edema atau tebal pada telapak kaki mencit jantan galur Swiss akibat injeksi karagenin 1%.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian efek antiinflamasi infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) pada telapak kaki mencit yang diinduksi karagenin 1% merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: oven, tampah, kain hitam, blender, ayakan nomor mesh 50, dan mesin penyerbuk, moisture balance dan timbangan analitik, seperangkat alat gelas (gelas Beaker, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, corong kaca, pipet tetes), panci enamel, thermometer, timbangan analitik, penangas air, stopwatch, dan kain flannel, rak tabung reaksi.

needle, spuit, dan jangka sorong digital capiler merk Hardened®

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas hewan uji yaitu mencit jantan galur Swiss yang berumur sekitar 2-3 bulan dengan bobot sekitar 20- 30 gram dalam kondisi sehat, daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.), karagenin,

(16)

4

akuades, NaCl 0,9%, Na.CMC, Natrium Diklofenak, HCl pekat, etanol 70%, FeCl3

0,1%, serbuk magnesium dan akuabides.

Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pembuatan Ethical Clearance

Ethical clearance dibuat dan dilakukan sebagai syarat kelayakan penelitian yang dilakukan oleh bagian Komisi Etik Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pengumpulan bahan

Pengumpulan bahan diambil dari Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani dan Nelayan (LPUBTN) Sleman

Pembuatan serbuk daun pisang ambon

Daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) yang digunakan diperoleh dari Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani dan Nelayan (LPUBTN) Sleman. Daun dicuci dengan air mengalir hingga bersih untuk menghilangkan bahan pengotor, kemudian dipotong-potong dan diletakkan secara merata pada tampah serta ditutup kain hitam agar dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari. Simplisia daun yang telah kering selanjutnya diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk simplisia yang didapatkan kemudian diayak kembali menggunakan ayakan nomor mesh 50.

Penetapan kadar air serbuk daun pisang ambon (Musa Paradisiaca L.)

Penetapan kadar air dilakukan menggunakan alat moisture balance dengan menggunakan metode thermogravimetri. Sebanyak 1 gram serbuk daun pisang ambon dipanaskan pada suhu 105oC selama 10 menit. Kadar yang tertera pada moisture balance kemudian dicatat (Sumiati et al., 2019). Kadar air yang baik untuk simplisia adalah kurang dari sama dengan 10% (BPOM, 2014).

(17)

5 Pembuatan infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.)

Simplisia daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dipanaskan di atas tangas air pada suhu 90oC selama 15 menit sambil sesekali diaduk, kemudian dilakukan penyarian dalam keadaan panas menggunakan kain flannel, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang diinginkan (BPOM, 2012).

Pengujian fitokimia

Uji flavonoid dilakukan dengan mengambil infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) diambil sebanyak 5 mL kemudian ditambahkan 2 mL etanol 70% dan 500 mg serbuk magnesium dan beberapa tetes HCl pekat. Reaksi positif bila berwarna merah hingga jingga atau merah sampai merah keunguan (Hamad et al., 2017). Uji tanin dilakukan dengan mengambil infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) sebanyak 5 mL ditambahkan dengan 1 mL FeCl3 0,1% dan terbentuknya warna biru-hitam, hijau atau biru-hijau dan endapan menunjukkan adanya tanin (Hamad et al., 2017). Uji saponin dilakukan dengan mengambil infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) sebanyak 5 mL ditambahkan dengan 20 mL akuabides kemudian dikocok dan didiamkan. Apabila terbentuk busa yang stabil selama beberapa menit maka menunjukkan adanya saponin (Hamad et al., 2017).

Penetapan dosis infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.)

Penetapan dosis sediaan infusa daun pisang ambon berdasarkan pada dosis tertinggi infusa daun pisang ambon sehingga diperoleh 3 tingkatan dosis peringkat rendah, sedang dan tinggi berturut-turut yaitu 833, 34; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB.

Penetapan dosis natrium diklofenak

Dosis yang digunakan yaitu 6,5 mg/kgBB ditetapkan berdasarkan natrium diklofenak yang digunakan yaitu 50 mg, bobot mencit maksimum pada penelitian ini adalah 30 gram. Kemudian ditentukan konsentrasi Natrium diklofenak

(18)

6

menggakan rumus VAO (Volume Administrasi Obat) sehingga diperoleh konsentrasi yaitu 0,195 mg/mL

Pembuatan suspensi Natrium diklofenak

Suspensi Natirum diklofenak dibuat dalam bentuk suspensi dengan Na.CMC 1%. Ditimbang Na.CMC sebanyak 1 gram dan dilarutkan pada 100 mL air panas. Natrium diklofenak ditimbang sebanyak 0,1457 g dibuat dalam bentuk suspensi dengan Na.CMC 1% sebanyak 100 mL.

Pembuatan larutan karagenin

Karagenin dibuat dengan melarutkan 1 gram karagenin di dalam labu ukur 100 mL menggunakan NaCl 0,9% sampai batas tanda.

Penyiapan dan perlakuan hewan uji

Untuk melakukan pengujian pada hewan uji, pertama-tama diajukan ethical clearance ke bagian Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk hewan uji yang akan digunakan. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini sebanyak dua puluh lima ekor mencit jantan, berusia 2-3 bulan dengan bobot 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara acak dalam lima kelompok perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit. Satu hari sebelum dilakukan pengujian diukur telapak kaki mencit menggunakan jangka sorong yang ditetapkan sebagai tebal telapak kaki normal. Pengukuran dilakukan pada telapak kaki kiri belakang mencit yang ditandai spidol agar pengukuran tetap konstan.

Pengukuran dilakukan dengan tiga arah, yaitu secara horizontal, vertikal, dan diagonal. Mencit dipuasakan selama 16 jam dengan air tetap diberikan (Zaini et al., 2016). Kelompok hewan uji meliputi lima kelompok, yaitu kelompok I sebagai kontrol negatif yang diberikan akuades, kelompok II yaitu kelompok kontrol positif yang diberikan suspensi Natrium diklofenak dengan dosis 6,5 mg/kgBB, kelompok III, IV dan V merupakan kelompok perlakuan yang diberikan infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) dengan dosis masing-masing yaitu 833,34 mg/kgBB;

1666,67 mg/kgBB; dan 3333,33 mg/kgBB. Semua perlakuan diberikan secara peroral pada mencit. Setelah 1 jam, diinjeksikan karagenin 1% sebanyak 0,1 mL

(19)

7 secara subplantar (Sukmawati et al., 2015). Pengukuran edema dilakukan dengan mengukur tebal telapak kaki mencit menggunakan jangka sorong digital.

Pengukuran dilakukan setiap 1 jam selama 6 jam. Dihitung selisih edema telapak kaki mencit dan hitung AUC total pada masing-masing perlakuan dengan menggunakan rumus berikut:

𝐴𝑈𝐶0−6= ∑ [(𝑦𝑛−1+ 𝑦𝑛)(𝑥𝑛 − 𝑥𝑛−1)

2 ]

60 (3)

Persentase penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus berikut : Penghambatan inflamasi (%) = (AUC0−6)0−(AUC0−6)n

(AUC0−6)0 x 100% (4) Keterangan :

(AUC0-6)0 = AUC0-6 rata-rata AUC total kontrol negatif (mm.jam)

(AUC0-6)n = AUC0-6 nilai AUC total pada kelompok perlakuan replikasi ke-n (mm.jam)

(Wulansari, 2018).

Tata Cara Analisis Hasil

Hasil data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis secara statistik dengan Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA (taraf kepercayaan 95%) dan uji Post hoc Bonferroni untuk varian sama dan uji one way AVONA Welch dan uji Post hoc Games-Howell untuk varian berbeda. Apabila data tidak terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Pos hoc Mann-Whitney. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dan dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%, selanjutnya dilakukan uji post hoc Bonferroni untuk mengetahui adanya perbedaan pada masing-masing kelompok uji. Jika hasil p<0,05 maka secara statistik data tersebut dapat dikatakan bermakna

(Dahlan, 2014).

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi dari pemberian infusa daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) pada mencit jantan galur Swiss yang terinduksi karagenin 1%. Penelitian Efek Antiinflamasi Infusa Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) pada Telapak Kaki Mencit Jantan Galur Swiss Terinduksi Karagenin telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor referensi KE/FK/1333/EC/2021.

Pengumpulan dan Determinasi Daun Pisang Ambon

Daun pisang ambon yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani dan Nelayan (LPUBTN) Sleman, Yogyakarta.

Daun pisang ambon yang digunakan adalah daun yang segar yang berada dibagian tengah pohon dengan warna hijau tua dan tidak busuk serta dipisahkan dari tulang daun. Determinasi daun pisang ambon pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor referensi 21.15.11/UN1/FFA/BF/PT/2021.

Pembuatan Serbuk Daun Pisang Ambon

Daun pisang ambon dicuci dengan air mengalir kemudian dipotong-potong dan diletakkan secara merata pada tampah lalu ditutup menggunakan kain hitam lalu dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari secara tidak langsung selama ± 24 jam. Proses pengeringan kemudian dilanjutkan menggunakan oven hingga diperoleh kadar air 10%. Simplisia daun yang telah kering selanjutnya diserbuk dengan alat penyerbuk. Serbuk simplisia yang didapatkan kemudian diayak menggunakan ayakan nomor mesh 50 hingga mendapatkan serbuk dengan ukuran partikel 300 m. Pada penelitian ini, rendemen serbuk tidak dihitung sehingga tidak diketahui berapa persentase perbandingan berat serbuk dengan daun pisang ambon yang diperoleh.

Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Pisang Ambon

(21)

9 Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar air yang terdapat pada serbuk daun pisang ambon sehingga dapat meingkatkan kualitas serbuk sebab kadar air yang tinggi akan menyebabkan berkembangnya jamur dan bakteri (Prasetyo dan Inoriah, 2019). Kadar air serbuk daun pisang ambon diukur menggunakan moisture balance adalah 7,830%. Kadar air tersebut telah memenuhi persyaratan untuk simplisia adalah kurang dari sama dengan 10% (BPOM, 2014).

Uji Fitokimia Daun Pisang Ambon

Uji skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang berperan sebagai antiinflamasi pada daun pisang ambon. Skrining fitokimia pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan metode uji tabung untuk memastikan bahwa dalam infusa daun pisang ambon terdapat senyawa metabolit sekunder yang memiliki mekanisme dalam menghambat inflamasi.

Tabel I. Hasil Uji Fitokimia Infusa Daun Pisang Ambon Senyawa Pereaksi Tanda Positif Hasil

Pengamatan

Kesimpulan Flavonoid 2 ml etanol

70% + 500 mg serbuk magnesiu m + 5 tetes HCl pekat

Terbentuknya warna merah hingga jingga atau merah sampai merah keunguan

Warna larutan menjadi merah tua

Positif

Tanin 1 mL FeCl3

0,1%

Terbentuknya warna biru-hitam, hijau atau biru- hijau dan endapan

Warna larutan menjadi coklat kehijauan

Positif

Saponin 20 mL akuabidest

Adanya busa stabil setelah dikocok dan didiamkan

beberapa menit

Tidak terbentuk busa stabil

Negatif

Menurut Sukmawati et al., 2015, daun pisang ambon mengandung flavonoid, tanin, dan saponin yang dapat berperan sebagai antiinflamasi. Namun berdasarkan hasil uji tabung pada tabel I, dapat diketahui bahwa daun pisang ambon mengandung senyawa flavonoid dan tanin. Flavonoid dan tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai antiinflamasi. Infusa daun pisang ambon semulanya berwarna coklat kehitaman. Pada uji flavonoid setelah

(22)

10

ditambahkan pereaksi berupa etanol 70%, 500 mg serbuk magnesium dan 5 tetes HCl pekat, warna yang dihasilkan menjadi merah tua. Kemungkinan golongan flavonoid yang terdapat pada infusa daun pisang ambon adalah flavanon, flavanonol dan flavanol (Noer et al., 2018). Tujuan penambahan logam magnesium dan HCl untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid (Ergina et al., 2014).

Gambar 1. Reaksi antara senyawa flavonoid dengan logam magnesium dan HCl

(Nugrahani et al., 2016).

Pada uji tanin, setelah ditambahkan pereaksi 1 mL FeCl3 0,1% larutan berubah menjadi warna coklat kehijauan yang menandakan terbentuknya senyawa kompleks antara tanin dan Fe3+. Uji fitokimia menggunakan FeCl3 yang digunakan untuk membuktikan apakah infusa daun pisang ambon mengandung gugus fenol yang ditunjukkan dengan warna coklat kehijauan sesuai pada uji fitokimia yang dilakukan sehingga memungkinkan infusa daun pisang ambon memiliki senyawa fenol dan salah satunya adalah tanin yang merupakan salah satu senyawa polifenol.

Berikut ini adalah reaksi antara tanin dan FeCl3

Gambar 2. Reaksi antara tanin dan FeCl3

(Ergina et al., 2014).

(23)

11 Pada uji saponin ditambahkan akuabides 20 mL kemudian hasil yang didapatkan adalah terdapat busa setelah dikocok namun tidak bertahan lama atau bertahan hanya beberapa detik. Hal ini menandakan tidak terdapat senyawa saponin pada infusa daun pisang ambon (Ikalinus et al., 2015). Saponin memiliki gugus steroid atau triterpeoid sebagai gugus nonpolar dan glikosil sebagai gugus polar sehingga dapat membentuk misel saat dikocok dengan air. Pada sktuktur misel, gugus nonpolar akan menghadap ke arah dalam dan gugus polar akan menghadap ke arah luar sehingga pada keadaan ini akan tampak seperti busa (Habibi et al., 2018).

Uji Aktivitas Antiinflamasi Infusa Daun Pisang Ambon

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi dari pemberian infusa daun pisang ambon dan mengetahui berapa dosis pemberian infusa daun pisang ambon yang menunjukkan efek antiinflamasi peroral. Aktivitas antiinflamasi ditunjukkan dengan adanya penurunan tebal telapak kaki mencit setelah diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar. Penelitian ini menggunakan dua puluh lima ekor mencit yang dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Semua perlakuan dilakukan secara per oral. Setelah 1 jam, diberikan karagenin 1%

sebanyak 0,1 mL secara subplantar pada telapak kaki sebelah kiri menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran edema pada telapak kaki mencit menggunakan jangka sorong digital sebab alat ukur tersebut sering digunakan dalam pengujian antiinflamasi dan relatif sederhana (Suryandari et al., 2021). Hasil pengukuran edema pada telapak kaki mencit yang terukur kemudian dihitung nilai rata-rata dan AUC0-6 yang terdapat pada gambar 7.

(24)

12

Gambar 3. Grafik rata-rata selisih tebal telapak kaki mencit (mm) terhadap waktu pengukuran jam ke 1 hingga jam ke 6

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat pada jam ke 1 setelah induksi karagenin 1% terjadi kenaikan rata-rata tebal edema telapak kaki mencit pada masing-masing kelompok perlakuan. Hal tersebut menandakan pada jam ke-1 edema telah terbentuk pada telapak kaki mencit diakibatkan adanya induksi karagenin 1% sebanyak 0,1 mL. Grafik diatas menunjukkan peningkatan tebal edema yang paling besar adalah pada kelompok kontrol negatif, sedangkan untuk kontrol positif menunjukkan peningkatan tebal edema terendah. Pada ketiga dosis, infusa pada dosis 1666,66 mg/kgBB yang menunjukkan peningkatan tebal edema terendah.

Tabel II. Rerata Nilai AUC0-6 dan Persentase Penghambatan Inflamasi Kelompok Rata-rata AUC 

SD (mm.jam)

Rata-rata % PI  SD Kontrol Negatif 7,61  0,04 0  0,59

Kontrol Positif 3,97  0,71 47,90  9,27 Infusa dosis 833,34

mg/kgBB

5,14  0,61 32,51  8,03 Infusa dosis 1666,67

mg/kgBB

4,04  0,44 46,86  5,75 Infusa dosis 3333,33

mg/kgBB

4,85  0,29 36,33  3,84 Keterangan:

SD: Standar Deviasi

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

0 1 2 3 4 5 6

Rata-rata selisih tebal telapak kaki mencit (mm)

Waktu (jam)

Kontrol Negatif Kontrol Positif

Infusa dosis 833,34 mg/kg BB Infusa dosis 1666,67 mg/kg BB Infusa dosis 3333,33 mg/kg BB

(25)

13 Setelah didapatkan nilai selisih tebal edema telapak kaki mencit, kemudian dilakukan perhitungan AUC dari setiap kelompok perlakuan per setiap pengukuran.

Nilai AUC (Area Under Curve) menggambarkan besaran volume edema pada masing-masing kelompok tiap waktu pengukuran. Semakin besar nilai AUC menunjukkan semakin kecil aktivitas antiinflamasi dalam menurunkan tebal telapak kaki mencit. Sebaliknya, bila semakin kecil nilai AUC menunjukkan semakin besar aktivitas antiinflamasi dalam menurunkan tebal telapak kaki mencit (Pramitaningastuti dan Anggraeny, 2017). Standar Deviasi adalah nilai statistik yang bertujuan untuk menentukan persebaran data serta menilai seberapa dekat titik data individu ke nilai rata-rata (Hidayat dan Awaluddin, 2019).

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai AUC terbesar terdapat pada kelompok kontrol negatif, sedangkan untuk nilai AUC paling kecil terdapat pada kontrol positif. Pada tiga kelompok dosis, AUC terkecil terdapat pada dosis 1666,67 mg/kgBB. Nilai AUC yang telah diperoleh selanjunya digunakan untuk menghitung persentase penghambatan inflamasi (% PI). Persentase penghambatan inflamasi merupakan persentase usaha dalam memberikan aktivitas antiinflamasi.

(Pramitaningastuti dan Anggraeny, 2017). Semakin besar nilai persentase penghambatan inflamasi, menunjukkan semakin besar efek antiinflamasi yang diberikan.

Nilai AUC dan persentase penghambatan inflamasi yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengujian normalitas distribusi data secara statistik dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data terdistribusi normal dan dilanjutkan dengan uji Levene dan diperoleh P > 0,05 yang menandakan data memiliki varian sama. Selanjutnya data melalui analisis parametrik dengan uji One way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan uji Post hoc Bonferroni untuk mengetahui adanya perbedaan pada masing-masing kelompok uji. Jika hasil P<0,05 maka secara statistik data tersebut dapat dikatakan bermakna.

(26)

14

Tabel III. Hasil Uji Statistik AUC Total dan Persentase Penghambatan Inflamasi

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Infusa dosis 833,34 mg/kgBB

Infusa dosis 1666,67 mg/kgBB

Infusa dosis 3333,33 mg/kgBB Kontrol

Negatif

BB BB BB BB

Kontrol Positif

BB BB BTB BTB

Infusa dosis 833,34 mg/kgBB

BB BB BB BTB

Infusa dosis 1666,67 mg/kgBB

BB BTB BB BTB

Infusa dosis 3333,33 mg/kgBB

BB BTB BTB BTB

Keterangan:

BB : Berbeda bermakna (P<0,05) BTB : Berbeda tidak bermakna (P>0,05) Kontrol Negatif

Kontrol negatif digunakan untuk menggambarkan tebal telapak kaki pada hewan uji dengan kondisi normal. Kontrol negatif pada penelitian menggunakan akuades yang diberikan secara oral. Berdasarkan tabel II, nilai rata-rata AUC0-6

kelompok kontrol negatif yaitu 7,61  0,58 mm.jam yang mana memberikan nilai rata-rata AUC tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kontrol negatif dengan pemberian akuades tidak memiliki efek terhadap aktivitas antiinflamasi.

Kontrol Positif

Kontrol positif digunakan untuk menggambarkan tebal edema telapak kaki pada hewan uji bila diberikan obat antiinflamasi yang beredar di masyarakat. Pada kelompok kontrol positif digunakan suspensi natrium diklofenak dengan dosis 6,5 mg/kgBB. Nilai rata-rata AUC0-6 yaitu 3,97  0,29 mm.jam dengan persentase penghambatan inflamasi 9,27  47,90 %. Hasil analisis statistik kelompok kontrol positif juga menunjukkan perberbedaan

(27)

15 bermakna dengan kontrol negatif. Hal ini menandakan Natrium diklofenak dapat memberikan efek antiinflamasi pada mencit yang terinduksi karagenin. Natrium diklofenak dapat menghambat aktivitas inflamasi dengan menghambat COX melalui penghambatan pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator nyeri (Hutahuruk et al., 2014).

Infusa daun pisang ambon dosis 833,34 mg/kgBB

Perlakuan infusa daun pisang ambon dosis rendah (833,34 mg/kgBB) menghasilkan nilai rata-rata AUC0-6 5,13  8,03 mm.jam dan 8,03  32,51%. Hasil analisis statisik menyatakan infusa daun pisang ambon dosis 833,34 mg/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan infusa daun pisang ambon dengan dosis rendah memberikan efek antiinflamasi, namun efek antiinflamasi yang diberikan tidak sebanding dengan efek yang diberikan oleh kelompok kontrol positif. Hal ini dapat disebabkan kurangnya dosis obat yang dapat berikatan dengan reseptor sehingga efek antiinflamasi yang diberikan belum sebanding dengan efek kontrol positif (Sukmawati et al., 2015).

Infusa daun pisang ambon dosis 1666,67 mg/kgBB

Perlakuan infusa daun pisang ambon dosis sedang (1666,67 mg/kgBB) dengan nilai rata-rata AUC0-6 kelompok perlakuan infusa daun pisang dosis 1666,67 mg/kgBB adalah 4,04  5,75 mm.jam dengan persentase penghambatan inflamasi sebesar 5,75  46,86 %. Berdasarkan hasil analisis statistik, infusa daun pisang ambon dosis sedang memberikan perbedaan bermakna dengan kontrol negatif dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menandakan infusa daun pisang ambon dosis sedang memberikan efek antiinflamasi yang setara dengan Natrium diklofenak.

Infusa daun pisang ambon dosis 3333,33 mg/kgBB

Perlakuan infusa daun pisang ambon dosis tertinggi (3333,33 mg/kgBB) memberikan nilai rata-rata AUC0-6 kelompok perlakuan infusa daun pisang dosis 3333,33 mg/kgBB adalah 4,85  0,29 mm.jam dan 3,84  36,33 %. Berdasarkan hasil analisis statistik, infusa daun pisang ambon dosis sedang memberikan

(28)

16

perbedaan bermakna dengan kontrol negatif dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menandakan infusa daun pisang ambon dosis sedang memberikan efek antiinflamasi yang setara dengan Natrium diklofenak.

Rangkuman Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik, ketiga peningkatan dosis infusa daun pisang ambon berbeda bermakna terhadap kontrol negatif. Hal ini menunjukkan ketiga tingkatan dosis infusa daun pisang ambon tersebut dapat memberikan aktivitas antiinflamasi. Pada infusa dosis rendah (833,34 mg/kgBB) efek antiinflamasi yang diberikan tidak setara dengan Natrium diklofenak dan kelompok infusa dosis sedang (1666,67 mg/kgBB) yang ditandai dengan hasil analisis statistik menyatakan berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol positif dan kelompok infusa dosis sedang. Menurut Sukmawati et al. (2015), hal ini dapat disebabkan infusa daun pisang ambon pada dosis 833,34 mg/kgBB yang terlalu rendah, sehingga tidak semua reseptor berikatan dengan obat dan menghasilkan efek yang tidak setara dengan Natrium diklofenak.

Pada infusa dosis sedang (1666,67 mg/kgBB) dan tinggi (3333,33 mg/kgBB) memberikan perbedaan bermakna pada kontrol negatif dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan infusa dengan dosis sedang dan tinggi memiliki aktivitas antiinflamasi yang setara dengan Natrium diklofenak. Pada hasil analisis statistik, kedua tingkatan dosis ini memberikan hasil berbeda tidak bermakna yang menunjukkan kedua tingkatan dosis tersebut memiliki aktivitas antiinflamasi yang sebanding. Hal ini juga menunjukkan bahwa infusa daun pisang ambon dengan dosis sedang (1666,67 mg/kgBB) merupakan dosis yang efektif untuk berikatan dengan reseptor. Efek suatu obat berbanding lurus dengan reseptor yang diikat. Jika intensitas efek dimaksimalkan dan semua reseptor telah terikat pada obat, maka adanya peningkatan dosis tidak memberikan adanya peningkatan efek antiinflamasi (Sukmawati et al., 2015).

(29)

17 KESIMPULAN

Infusa daun pisang ambon memiliki efek antiinflamasi peroral pada mencit yang terinduksi karagenin pada dosis dosis 833,34; 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB. Pada dosis 1666,67; dan 3333,33 mg/kgBB memberikan efek yang sebanding dengan Natrium diklofenak.

SARAN

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan yaitu perlunya dilakukan perhitungan rendemen serbuk agar dapat mengetahui perbandingan berat serbuk dengan daun pisang ambon yang diperoleh. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan jenis dan kadar senyawa flavonoid dan tanin yang terdapat pada infusa daun pisang ambon serta pengujian yang dilakukan pada penelitian ini hanyalah uji kualitatif yaitu uji tabung sehingga tidak dapat mengetahui secara kuantitatif besar kandungan masing-masing senyawa sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antiinflamasi pada infusa daun pisang ambon.

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, M.D.Y., Bayu, E.S., Setiado, H., 2015. Identifikasi karakter morfologis pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 4(1), 1020.

Andayani, D., Suprihartini, E., Astuti, M., 2018. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Krokot (Portulaca oleracea L.) pada Udema Tikus yang di Induksi Karagenin, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 1(3), 44.

Anggraini, O. D., Komariah, C., Prasetyo, A., 2018. Efek Ekstrak Kulit Mangga Arumanis terhadap Penurunan Edema Kaki Mencit Putih Jantan yang Diinduksi Karagenin. e-Journal Pustaka Kesehatan, 6(2), 268.

Asuquo, E. G., Udobi, C. E., 2016. Antibacterial and Toxicity Studies of The Ethanol Extract of Musa paradisiaca Leaf. Cogent Biology, 2(1), 4.

Audina, M., Yuliet., Khaerati, K., 2018. Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Sumambu (Hyptis Capitata Jacq.) pada Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus L.) yang Diinduksi dengan Karagenan. Biocelebes, 12(2), 22 Avisha, A.N., Utami, P.D., 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap Jumlah Eritrosit Mencit (Mus musculus L.) Jantan BALB/c Yang Diinokulasi Plasmodium Berghei Anka. Hang Tuah Medical Journal, 15(2), 201.

Bintoro, A., Ibrahim, A.M., Situmeang, B., 2017. Analisis dan identifikasi senyawa saponin dari daun bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal Itekima, 2(1), 85

BPOM RI., 2012. Acuan Sediaan Herbal. Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.

BPOM RI., 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.

BPOM RI., 2021. Pedoman Uji Farmakodinamik Praklinik Obat Tradisional.

Direktorat Obat Asli Indonesia Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.

Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., Li, Y., Wang, X., Zhao, L., 2018. Inflammatory responses and inflammation-associated diseases in organs. Oncotarget, 9(6), 7204.

Dahlan, M. S., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 6.

Epidemiologi Indonesia, Jakarta, pp 12, 14, 71, 93.

(31)

19 Dewi, A.A.T.S., Puspawati, N.M., Suarya, P., 2015. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Eter Kulit Batang Tenggulun (Protium javanicum Burm) Terhadap Edema pada Tikus Wistar yang Diinduksi dengan Karagenan. Jurnal Kimia, 9(1), 13-19.

Dewi, N. L. K. A. A., Yuda, P. E. S. K., Suarnata, I. G. A., Sasadara, M. M. V., 2021. Uji In Vitro Preklinis terhadap Ekstrak Batang Pisang (Musa Paradisiaca L.) sebagai Antiinflamasi Topikal, Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 3(2), 139-149.

Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013. Identifikasi kandungan kimia ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 13-18.

Ergina, E., Nuryanti, S. and Pursitasari, I.D., 2014. Uji kualitatif senyawa metabolit sekunder pada daun palado (Agave angustifolia) yang diekstraksi dengan pelarut air dan etanol. Jurnal Akademika Kimia, 3(3),167.

Gangwar, A. K., Ghosh, A. K, Saxena, V., 2012. To Evaluate The Analgesic activity of leaves of Musa sapientum linn. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research, 4(4), 205-206.

Ghosh, N., Kolade, O.O., Shontz, E., Rosenthal, Y., Zuckerman, J.D., Bosco III, J.A., Virk, M.S., 2019. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) and their effect on musculoskeletal soft-tissue healing: a scoping review. JBJS reviews, 7(12), 2.

Habibi, A. I., Firmansyah, R. A., Setyawati, S. M., 2018. Skrining Fitokimia Ekstrak n-Heksana Korteks Batang Salam (Syzygium polyanthum).

Indonesian Journal of Chemical Science, 7(1), 3.

Hamad, A., Jumitera, S., Puspawiningtyas, E., Hartanti, D., 2017. Aktivitas Antibakteri Infusa Kemangi (Ocimum basilicum L.) pada Tahu dan Daging Ayam Segar. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), 1-8.

Harlim, A., 2018. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Imunologi Inflamasi. FK UKI, Jakarta. 5, 8.

Hidayat, R. N., Sabri, L. M., Awaluddin, M., 2019. Analisis Desain Jaring GNSS Berdasarkan Fungsi Presisi (Studi Kasus: Titik Geoid Geometri Kota Semarang. Jurnal Geodesi Undip, 8 (1), 50.

Hutahuruk, T., Rosita, A., Oktavianawati, I., 2014. Sintesis Asam 2-(2-(n-(2, 6- diklorofenil)-4 fluorobenzamida) fenil) asetat sebagai Kandidat Obat Penghambat COX (siklooksigenase). Pustaka Kesehatan, 2(2), 216.

(32)

20

Ikalinus, R., Widyastuti, S.K., Setiasih, N.L.E., 2015. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera). Indonesia Medicus Veterinus, 4(1), 73-74.

Isnawati, A.P., Retnaningsih, A., Nofita, N., 2018. Perbandingan Teknik Ekstraksi Maserasi dengan Infusa pada Pengujian Aktivitas Daya Hambat Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Escherichia coli. Jurnal Farmasi Malahayati, 1(1), 20.

Interagency Taxonomic Information System., 2021. Musa X Paradisiaca https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&se arch_value=42391#null, (diakses pada tanggal 23 April 2021)

Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J.C., 2018. Robbins Basic Pathology: Tenth Edition, Elsevier, Pennsylvania.

Laili, A., 2019. Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Penggunaan Tapel Perut Pada Masa Nifas Di Desa Banyumas, Stabat 2019. Excellent Midwifery Journal, 2(1), 80-81.

Lumowa, S.V., Bardin, S., 2018. Uji fitokimia kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) Bahan Alam Sebagai Pestisida Nabati Berpotensi Menekan Serangan Serangga Hama Tanaman Umur Pendek. Jurnal Sains dan Kesehatan, 1(9), 465.

Noer, S., Pratiwi, R.D., Gresinta, E., 2018. Penetapan Kadar Senyawa Fitokimia (Tanin, Saponin dan Flavonoid) sebagai Kuersetin Pada Ekstrak Daun Inggu (Ruta angustifolia L.). Jurnal Eksakta, 18(1), 26.

Nugrahani, R., Andayani, Y., Hakim, A., 2016. Skrining Fitokimia dari Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dalam Sediaan Serbuk. Jurnal Penelitian Pendidikan MIPA, 2(1), 99.

Nugroho, R. A., 2018. Mengenal Mencit sebagai Hewan Laboratorium.

Mulawarman University Press, Samarinda, pp 1-5.

Oktavia, S. N., Wahyuningsih, E., Andasari, S. D., 2020. Skrining Fitokimia Dari Infusa dan Ekstrak Etanol 70% Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers). CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 11(1), 3.

Onyenekwe, P.C., Okereke, O.E., Owolewa, S.O., 2013. Phytochemical screening and effect of Musa paradisiaca stem extrude on rat haematological parameters. Current Research Journal of Biological Sciences, 5(1), 6-29.

Osafo, N., Agyare, C., Darko, D., Antwi, A. O., 2017. Mechanism of Action of Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs. INTECH. (2), 6-9.

(33)

21 Pandey, A., Tripathi, S., 2014. Concept of standardization, extraction and pre phytochemical screening strategies for herbal drug. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 2(5). 117.

Pangestu, I.A., Yuwono, B.T., 2018. Daun Pisang Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Dhapur Tombak. TEXTURE: Art and Culture Journal, 1(2), 145.

Patro, G., Panda, M., Das, P., Bhaiji, A., Panda, A., Sahoo, H.B., 2016.

Pharmacological evaluation of Musa paradisiaca (Linn.) on bronchial asthma. Egyptian Pharmaceutical Journal, 15(1), 25.

Pongsipulung, G. R., Yamlean, P. V. Y., Banne, Y., 2012. Formulasi dan Pengujian Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) terhadap Luka Terbuka pada Kulit Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus), Pharmacon, 1(2), 7-12.

Pramitaningastuti, A. S., Anggraeny, E. N., 2017. Uji Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Srikaya (Annona Squamosa. L) terhadap Udema Kaki Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Ilmiah Farmasi, 13(1), 8.

Prasetyo, T.F., Isdiana, A. F., Sujadi, H., 2019. Implementasi Alat Pendeteksi Kadar Air pada Bahan Pangan Berbasis Internet of Things. SMARTICS Journal, 5(2), 82.

Rahmah, P.K., Woelansari, E.D., Puspitasari, A., 2019. Efektivitas Imunostimulator Daun Alfalfa (Medicago sativa) Terhadap Jumlah Sel Monosit pada Mencit (Mus Musculus) yang Di Induksi Karagenin. Analis Kesehatan Sains, 8(1), 697.

Redha, A., 2013. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam Sistem Biologis, Jurnal Belian, 9(2), 197.

Rejeki, P. R., Putri, E. A. C. P., Prasetya, R. E., 2018. Ovariektomi pada Tikus dan Mencit. Airlangga University Press, Surabaya, pp 7-9.

Safitri, I., Sulistiyaningsih., Chaerunisaa, A.Y., 2019. Review : Superdisintegran dalam Sediaan Oral, Majalah Farmasetika, 4(3), 57-66.

Santoso, P., Sari, N. W. B., Yuda, P. E. S. K., Wardani, I. G. A. A. K., 2018.

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Butanol N- Butanol Buah Dewandaru (Eugenia uniflora L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) dengan Metode Paw Edema Yang Diinduksi Karagenan. Medicamento, 4(2), 103.

Sariamanah, W.O.S., Munir, A., Agriansyah, A., 2016. Karakterisasi Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) di Kelurahan Tobimeita

(34)

22

Kecamatan Abeli Kota Kendari. AMPIBI: Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, 1(3), 32-41.

Suhendra, C.P., Widarta, I.W.R., Wiadnyani, A.A.I.S., 2019. Pengaruh Konsentrasi Etanol Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rimpang Ilalang (Imperata cylindrical (L) Beauv.) Pada Ekstraksi Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 8(1), 28.

Sukmawati, S., Yuliet, Y., Hardani, R., 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Tius Putih (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Karagenan. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy), 1(2), 126–132.

Sumiati, T., Effendy, F., Riani, E., 2019. Formulasi Losion Ekstrak Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dan Uji Mutu Serta Stabilitasnya. Jurnal Farmamedika (Pharmamedika Journal), 4(2), 62-69.

Suryandari, S.S., Queljoe, E., Datu, O. S., Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Sesewanua (Clerodendrum squamatum Vahl.) terhadap Tikus Putih (Rattu norvegicus L.) yang Diinduksi Kagarenan.

PHARMACON, 10(3), 1029.

Wulansari, E.D., Wahyuono, S., Widyarini, S., 2018. Aktivitas Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanolik Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) pada Mencit yang Diinduksi Karagenin. Trad. Med. J, 23(2), 122–126.

Yuliana, A., Rinaldi, R.A., Rahayuningsih, N., Gustaman, F., 2021. Efektivitas Larvasida Granul Ekstrak Etanol Daun Pisang Nangka (Musa x paradisiaca L.) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. ASPIRATOR-Journal of Vector- borne Disease Studies, 13(1), 72.

Yuliani, N.N., Dienina, D.P., 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Infusa Daun Kelor (Moringa oleifera, Lamk) dengan Metode 1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Jurnal info kesehatan, 13(2), 1062.

Zaini, M., Biworo, A., Anwar, K., 2016. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin-Λ. Jurnal Pharmascience, 3(2). 124LAMPIRAN

(35)

23 LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

(36)

24

Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman

(37)

25 Lampiran 3. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong

(38)

26

(39)

27 Lampiran 4. Surat Legalitas Analaisis Data Statistik oleh Pusat Kajian

CE&BU FE-KMK Universitas Gadjah Mada

(40)

28

Lampiran 5. Pembuatan Serbuk Daun Pisang Ambon

Gambar 4. Daun Pisang Ambon

Gambar 5. Serbuk daun pisang ambon Lampiran 6. Uji Kadar Air Serbuk Daun Pisang Ambon

(41)

29 Gambar 6. Hasil Uji Kadar Air Serbuk Daun Pisang Ambon

Lampiran 7. Infusa Daun Pisang Ambon

Gambar 7. Infusa Daun Pisang Ambon

Lampiran 8. Hasil Skrining Fitokimia Infusa Daun Pisang Ambon

Gambar 8. Hasil Uji Flavonoid

Infusa Infusa

Infusa+etanol 70% + serbuk magnesium + HCl pekat

Infusa

(42)

30

Gambar 9. Hasil uji tanin

Gambar 10. Hasil uji saponin

Infusa+FeCl3 0,1%

Infusa+

akuabides

Infusa

Infusa

(43)

31 Lampiran 9. Pembuatan Suspensi Natrium Diklofenak dan Larutan Karagenin 1%

Gambar 11. Larutan Na-CMC 1%

Gambar 12. Suspensi Natrium diklofenak

(44)

32

Gambar 13. Larutan karagenin 1%

Lampiran 10. Uji Aktivitas Antiinflamasi

Gambar 14. Jangka sorong digital capiler merk Hardened®

(45)

33 Gambar 15. Pemberian infusa daun pisang ambon secara peroral

Gambar 16. Pemberian karagenin 1% 0,1 mL secara subplantar

Gambar 17. Pengukuran edema telapak kaki mencit

(46)

34

Lampiran 11. Perhitungan Konversi Dosis Infusa Daun Pisang Ambon dari Mencit ke Manusia

Faktor konversi dari mencit 20 g ke manusia 70 kg = 387,9 1. Dosis rendah (833,34 mg/kgBB)

Dosis mencit 20 g = 833,34 mg/kgBB x 0,02 kg

= 0,0166668 g

Dosis manusia 70 kg = 0,0166668 g x 387,9

= 6,47 g/70 kgBB

= 0,09 g/kgBB 2. Dosis tengah (1666,67 mg/kgBB)

Dosis mencit 20 g = 1666,67 mg/kgBB x 0,02 kg

= 0,0333334 g

Dosis manusia 70 kg = 0,0333334 g x 387,9

= 12,93 g/70 kg

= 0,18 g/kgBB 3. Dosis tinggi (3333,33 mg/kgBB)

Dosis mencit 20 g = 3333,33 mg/kgBB x 0,02 kg

= 0,0666666 g

Dosis manusia 70 kg = 0,0666666 g x 387,9

= 25,86 g/70 kgBB Dosis untuk manusia = 0,37 g/kgBB

(47)

35 Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Data AUC dan Persentase Penghambatan Inflamasi

(48)

36

(49)

37

(50)

38

(51)

39

(52)

40

(53)

41 BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Efek Antiinflamasi Infusa Daun Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) pada Telapak Kaki Mencit Jantan Galur Swiss Terinduksi Karagenin” memiliki nama lengkap Ditha Resky Handayani, lahir di Nabire, 21 November 2000.

Merupakan anak kedua dari pasangan Diman Marbun dan Herli Marta Tampubolon. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK YPK Maranatha (2004-2006), SD YPPK Santo Petrus (2006-2012), SMP YPPK Santo Antonius (2012-2015), SMA YPPK Adhi Luhur (2015- 2018). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarya pada tahun 2018. Selama menempuh perkuliahan, penulis terlibat dalam beberapa kegiatan organisasi dan kepanitiaan, antara lain anggota divisi konsumsi FACTION #4 tahun 2019, ketua divisi konsumsi SICON 2020, dan anggota tim acara webinar CSC 2020. Penulis juga pernah mengikuti organisasi student club seperti CSC periode 2020/2021 sebagai Bendahara I. Penulis juga berperan sebagai asisten praktikum Kimia Dasar (2020 dan 2021) dan Komunikasi Farmasi (2022).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 194 responden dapat diketahui bahwa terdapat 75 responden (38,6%) yang merupakan nasabah Bank Sampah dengan

Masing-masing bagian produksi dipimpin oleh CO Cake, CO Bakery, dan CO Basahan yang bertugas dalam merencanakan, mengkoordinasikan serta mengendalikan seluruh kegiatan pada

Dalam perancangan game ini, proses pembangunan game juga digambarkan dengan storyboard yang menunjukkan gambaran permainan pada setiap level nya.. Storyboard adalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah untuk menghasilkan sebuah sistem informasi akuntansi laporan piutang dagang pada PT.. Untuk mengembangkan

QA Manager memiliki tugas dalam meneliti dan mengawasi sebelum, setelah maupun selama proses produksi agar hasil yang didapatkan sesuai dengan standar mutu dan

Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Dari sudut pandang ini, eksplanasi sejarah yang terkandung pada historiografi juga tidak dapat ditempatkan sebagai representasi dari realitas objektif, tetapi lebih sebagai waeana

Peneliti beragumen bahwa perbedaan jumlah universitas di wilayah yang berbeda akan membedakan dukungan terhadap rasa kompetensi, otonomi dan keterhubungan serta