1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan denga cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan (Permendiknas,2006:486). Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta tujuan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata sehingga dapat memungkinkan siswa melalui pembelajaran tersebut bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Samatowa (2011:5) mengungkapkan bahwa belajar IPA merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa sehingga disini peran guru berubah dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa. Oleh karena itu, di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu langkah untuk mencapai hal itu adalah seorang guru perlu menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut dengan metode mengajar.
Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk menjawab tujuan pendidikan tersebut diperlukan sebuah keberhasilan dalam pendidikan itu sendiri yang ditentukan oleh kualitas
proses pembelajaran. Oleh karena itu, hal utama yang harus selalu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menantang, menyenangkan, mendorong bereksplorasi, memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berpikir (Asri Budiningsih, dkk, 2008: 27). Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada mata pelajaran IPA masih sering menggunakan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah tersebut ternyata belum mampu mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata dari 28 siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dengan persentase 62% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa dengan persentase 38% dengan KKM yang ditentukan sekolah adalah ≥70. Di samping itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengaku bosan dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan pembelajaran secara optimal salah satunya yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Afandi, (2013:53) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja kelompok untuk bekerjasama saling membantu.
Tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang,siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter). Selain itu Model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Menurut Slavin (2010: 143) pembelajaran Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru- guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) siswa perlu ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi tersebut.
Model pembelajaran ini dinilai lebih sesuai diterapkan pada siswa SD karena sesuai dengan psikologi anak usia SD yang memiliki kecenderungan menyukai suasana diskusi dengan teman sebayanya yang tidak terlalu formal. Sehingga interaksi siswa lebih menyenangkan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat empat inti kegiatan yaitu penyajian materi, belajar dalam kelompok, pemberian kuis dan penghargaan.
Berdasarkan permasalahan yang ada di SDN Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Siswa Kelas 4 di SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran IPA diantaranya, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPA. Siswa juga merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran kurang menarik, siswa hanya mendengarkan guru berceramah yang berdampak pada hasil, pemahaman siswa yang rendah sehingga
hasil belajar siswa relatif rendah karena masih banyak yang mendapat nilai di bawah KKM. Pembelajaran hanya terpusat pada guru, sehingga siswa kurang mengalami pengalaman sendiri dalam belajar dan cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka peneliti merencanakan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar IPA.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SDN Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017?.
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA siswa kelas 4 SDN Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang akan diperoleh adalah: Mendapatkan teori/pengetahuan dan pengalaman baru yang relevan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA. Lalu sebagai dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian lebih lanjut, baik untuk diri sendiri maupun teman sejawat.
1.5.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan atau institusi, seperti diuraikan berikut ini:
a. Bagi Sekolah
1. Dapat memberikan sumbangan dan pemikiran yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
2. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
b. Bagi Guru
1. Sebagai motivasi meningkatkan keterampilan yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat memberikan layanan yang terbaik bagi siswa.
2. Guru dapat semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai masukan dan dasar pemikiran guru dan calon guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas.
c. Bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru, siswa tidak merasa bosan dalam menerima pelajaran, karena guru tidak menerapkan model yang monoton melainkan menerapkan model yang baru.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pelajaran IPA untuk belajar aktif dan kreatif.
3. Menumbuhkan semangat kerja sama antar siswa dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran serta agar siswa dapat bekerjasama dengan baik terutama dalam pelajaran IPA.