FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN
Kevin Nathanael Lase *), Rahmanta Ginting **), Satia Negara Lubis **)
*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
**) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan harga daging sapi, permintaan daging sapi dan faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi di Kota Medan. Dalam pengindetifikasian harga dan permintaan daging sapi, data dianalisis scara statistik grafik, sedangkan dalam pengaruh, digunakanmetode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa , perkembangan harga daging sapi di Kota Medan mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun dan memiliki kecenderungan meningkat; perkembangan permintaan daging sapi di Kota Medan mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun dan memiliki kecenderungan meningkat; dan secara serempak faktor harga daging sapi, harga daging ayam, dan harga daging kambing memberikan pengaruh nyata positif terhadap permintaan daging sapi. Sedangkan secara parsial, harga daging kambing dan harga daging sapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi
Kata Kunci : Permintaan, Daging Sapi, Harga Subtitusi
ABSTRACT
The objective of this research is to analyze the development of beef prices, beef demand, and the factors that influence the amount of beef demand in Medan City, by using multiple linear regression analysis method.
The Results are, beef prices in Medan had been fluctuating from year to year and have the inclination to increase, beef demand in Medan had been fluctuating from year to year and have the inclination to increase, and simultaneously the price factor, chicken meat price, and lamb price have a significant effect on demand of the beef. While partially, the price of lamb and beef prices did not give a real significant effect on beef demand.
Keywords: Demand, Beef, Subtitution Price
PENDAHULUAN Latar Belakang
Permintaan daging sapi di Indonesia umumnya, dan di Kota Medan khususnya meningkat, tetapi tingkat konsumsi protein asal hewani ini masih jauh di bawah standar nasional yaitu 6,5 kg/kapita/tahun. Permintaan daging sapi di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Konsumsi Daging Sapi di Kota Medan (Kg/Kapita/Tahun)
No Tahun Konsumsi
1 2011 1,5
2 2012 2,62
3 2013 2,01
4 2014 1,69
5 2015 1,54
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, 2016
Kendala yang umumnya dirasakan penduduk dalam mengkonsumsi daging sapi adalah pada sisi harga. Harga daging sapi cenderung berfluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan pasar. Pada bulan – bulan tertentu menjelang hari besar
Berdasarkan hal tersebut, perlu ada pengendalian agar kenaikan harga yang terjadi pada daging sapi tidak melonjak tajam. Jika harga terlalu tinggi, maka daya beli konsumen akan menurun dan permintaan akan daging sapi pasti aka nmenurun.
Sebaliknya, jika harga terlalu rendah, maka produsen akan mengalami kerugian.
Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana perkembangan harga daging sapi, permintaan daging sapi, dan apa saja faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi ?
Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan harga daging sapi, permintaan daging sapi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi.
TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi
Daging sapi sangat disukai karena mempunyai gizi tinggi dan juga rasanya yang enak serta gurih. Masyarakat Indonesia biasa memasak daging sapi dengan berbagai ragam masakan yang dapat merangsang selera makan. Tidak hanya enak dan gurih, daging sapi juga bergizi tinggi sehingga bermanfaat bagi tubuh manusia.
Dengan menu seimbang yang memasukkan daging sapi dalam satu unsur makanan, tubuh kita akan mendapatkan manfaat dari olahan satu ini. Daging sapi mempunyai kandungan protein paling tinggi dibanding dengan daging hewan lainnya. Menurut Departemen Kesehatan (1981), setiap 100 gram daging sapi mengandung kalori 207 kkcl, protein 18,8 gram, lemak 14,0 gram, calcium 11 mg, phosphor 170 mg dan besi 2,8 mg. Protein dari daging sapi ini disebut protein hewani yang mempunyai struktur asam amino yang mirip dengan manusia, tidak dapat dibuat oleh tubuh (essensial), susunan asam aminonya relatif lebih lengkap dan seimbang. Daya cerna protein hewani lebih baik dibanding dengan protein nabati (dari tumbuh-tumbuhan). Pada tubuh makluk hidup seperti manusia, protein merupakan penyusun bagian besar organ tubuh, seperti: otot, kulit, rambut, jantung, paru-paru, otak, dan lain-lain.
Adapun fungsi protein yang penting bagi bagi tubuh manusia, antara lain untuk:
pertumbuhan, memperbaiki sel-sel yang rusak, sebagai bahan pembentuk plasma kelenjar, hormone dan enzim, dan sebagian sebagai cadangan energi, jika karbohidrat sebagai sumber energi utama tidak mencukupi serta menjaga keseimbangan asam basa darah (Anonimus,2013).
Di masa mendatang, permintaan daging sapi diperkirakan akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus berlangsung akan menyebabkan permintaan daging sapi semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, permintaan daging sapi untuk dikonsumsi di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran daging sapi secara nasional. Santoso dan Titik (2011) menuliskan bahwa jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Mujiyanto (2001), dengan judul “Analisis Permintaan Daging Sapi di Kota Manokwari”. Hasil dari penelitian tersebut adalah harga daging sapi dan harga ikan memberikan pengaruh negatif. Sedangkan harga telur, harga tahu, harga tempe, harga barang komplementer, tingkat pendapatan per kapita memberikan pengaruh positif. Permintaan daging sapi di kota Manokwari tidak bersifat elastis terhadap barang substitusi, sedangkan terhadap barang komplementer bersifat elastis. Ronald Siahaan (2011) yang berjudul“Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPermintaan dan Penawaran Daging Sapi di Sumatera Utara” Hasil penelitian menyatakan bahwa usaha peternakan sapi potong diSumatera Utara periode tahun 2001-2010 masih didominasi oleh peternakan rakyat, dengan sistem pemeliharaan yang masih sederhana dan tradisional.
Permintaandagingsapidipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga daging, pendapatan per kapita, harga telur dan harga ayam. Harga sapi hidup mempengaruhi jumlah penawaran daging sapi. Elastisitas harga terhadap permintaan daging sapi adalah inelastis. Elastistas pendapatan terhadap permintaan daging sapi adalah inelastis.
Elastisitas silang terhadap daging ayam dan daging sapi adalah subsitusi. Elastistas harga terhadap penawaran daging sapiadalah inelastis.Iman Haromain (2009) dengan skripsi berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi di Indonesia”, berdasarkan hasil analisis linier berganda yang berpengaruh digunakan untuk menganalisa tingkat hubungan antara faktor – faktor dengan permintaan daging sapi koefisien berganda dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,976. Hasil uji F menunjukkan keenam variabel berpengaruh secara nyata terhadap permintaan daging sapi.
Landasan Teori
Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Hukum permintaan tersebut tentunya menggunakan asumsi bahwa faktor selain harga dianggap tetap. Asumsi inilah yang disebut dengan ceteris paribus (Sukirno, 1994 ).
Menurut Nasution (2008), perubahan permintaan terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama (harga barang itu sendiri) maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Faktor-faktor tersebut antara lain, harga barang lain yang mempunyai kaitan dengan suatu barang tertentu, pendapatan masyarakat, daya tarik suatu barang, jumlah penduduk, dan perkiraan harga di masa yang akan datang.
Kurva permintaan terhadap suatu komoditi mempunyai lereng yang menurun (dari kiri atas ke kanan bawah) karena makin rendah harga komoditi, makin murah komoditi itu dibandingkan dengan komoditi lain yang dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Komoditi-komoditi yang lain itu disebut substitusi (Kadariah, 1994).
Awalnya dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi besarnya permintaan daging sapi di Kota Medan adalah harga daging sapi, harga barang substitusi, harga barang komplementer, PDRB per kapita dan jumlah penduduk. Namunsaat data diolah, terjadi multikolinearitas yang dikarenakan kelima faktor diatas memeliki hubungan yang sangat kuat. Karena itu, agar tidak terjadi multikolinearitas, maka digunakanlah faktor-faktor harga daging sapi dan harga daging subtitusi.
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan. Hal ini dikarenakan produksi daging sapi terbesar di Sumatera Utara terdapat di kota Medan.
Metode PenentuanSampel
Dalam penelitian ini digunakan data sekunder berupa permintaan daging sapi, harga daging sapi, harga daging ayam dan harga daging kambing. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Peternakan Sumatera Utara, Dinas Ketahanan Pangan dan Badan Pusat Statistik Kota Medan. Dengan sampel minimal 30, dikarenakan data jumlah penduduk yang didapat merupakan tahunan, maka akan digunakan software e-views untuk memilah data menjadi per semester.
Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi harga dan permintaan daging sapi, data yang diperoleh dianalisa secara statistik. Untuk mengetahui besarnya harga dan permintaan daging sapi digunakan tabulasi. Selanjutnya dijelaskan secara deskriptif.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi digunakan software SPSS metode analisa regresi linear bergandadengan model sebagai berikut :
Y= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + μ Dimana :
Y = Permintaandagingsapi (kg/kapita/tahun)
b0 = Konstanta
b1-5 = Koefisienregresi
X1 = Hargadagingsapi (Rp) X2 = Harga daging ayam (Rp) X3 = Hargadagingkambing (Rp) μ = Kesalahanpengganggu
Karena analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda yang membutuhkan sejumlah sampel tertentu, maka data yang diperoleh disajikan dalam kelompok interval waktu tertentu. Data yang berada pada selang waktu pertama akan menjadi sampel pertama (n1) dan seterusnya. Kemudian dilakukan uji parsial (t) dan uji serempak (F) untuk melihat pengaruh variabel
Erlina (2011) menuliskan uji asumsi klasik yang perlu dilakukan terhadap pengujian data sekunder adalah uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan permintaan daging sapi dapat dilihat dari jumlah penduduk Kota Medan per tahun dikalikan dengan konsumsi ideal, dalam hal ini peneliti mengambil referensi 2,61 kemudian diubah ke data semester. Dan data semester pun pada kenyataannya di Kota Medan, hanya 65 – 70 % konsumsi yang terpenuhi.
Semakin meningkat jumlah penduduk maka dapat diasumsikan semakin meningkat
pula permintaannya, begitu juga sebaliknya berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun pula.
Tabel 2. Perkembangan Harga dan Permintaan Daging Sapi 2001 - 2015 Tahun/Semester Permintaan
(Kg)
Harga (Rupiah/Kg)
2001/S1 1742969 36000
2001/S2 1741478 44000
2002/S1 1778690 36000
2002/S2 1801666 33000
2003/S1 1803356 38000
2003/S2 1792069 45500
2004/S1 1814692 38000
2004/S2 1803348 45000
2005/S1 1850425 34000
2005/S2 1856368 37500
2006/S1 1842752 48000
2006/S2 1842427 52000
2007/S1 1852869 50000
2007/S2 1882420 42000
2008/S1 1842044 60000
2008/S2 1831119 67000
2009/S1 1929788 60000
2009/S2 1906629 63000
2010/S1 1908390 60000
2010/S2 1915729 64000
2011/S1 1931207 52875
2011/S2 1928659 60800
2012/S1 1890048 74800
2012/S2 1905217 64300
2013/S1 1940214 84800
2013/S2 1947405 91750
2014/S1 1950322 94160
2014/S2 1949877 97500
2015/S1 1967162 94580
2015/S2 1956251 98000
Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ; Badan Pusat Statistik Data Diolah
Dari Tabel 2 diperoleh bahwa perkembangan harga daging sapi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun tertentu harga daging sapi mengalami penurunan. .Sedangkan permintaan daging sapi berfluktuasi setiap tahunnya.
Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara, Data Diolah
Gambar 2. Perkembangan Harga Sapi di Kota Medan
Harga daging sapi mengalami kenaikan setiaptahunnya. Pada tahun 2001 harga daging sapi hanya Rp 36.000/kg. Harga daging sapi ini terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, hingga pada tahun 2015, harga daging sapi mencapai Rp 98.000/kg
Sumber : Data diolah
Gambar2.Perkembangan Permintaan Daging Sapi di Kota Medan
Permintaan daging sapi mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2001 permintaan daging sapi sebesar 1.742.969kg . Permintaan daging sapi ini terus mengalami fluktuasi setiap tahunnya, hingga pada tahun 2015, permintaan daging sapi mencapai 1.956.251kg.
Awalnya permintaan daging sapi meningkat dikarenakan harga daging sapi yang tidak mahal. Namun lama kelamaan, walaupun harga daging sapi meningkat, konsumen tetap meningkatkan permintaan mereka. Hal ini mungkin diakibatkan oleh pendapatan konsumen yang semakin meningkat atau karena kesadaran konsumen akan kebutuhan gizi semakin baik.
Untuk mengetahui hasi analisi regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Penduga Model Fungsi Permintaan Daging Sapi Kota Medan Variabel KoefisienRegresi Standart
Error
T-Hitung Signifikan
Cosntant 1.661E6 22892.604 72.551 0.000**
X1 =
HargaDagingSapi -0.123 .665 -0.184 0.855 *
X2 =
HargaDagingAyam 6.013 2.543 2.364 0.026**
X3 =
HargaDagingKambing 2.181 1.165 1.873 0.072 *
R-Square = 0.787
F-Hitung = 36.681 0,000a
F-Tabel = 2,98 T-Tabel = 2,05
Keterangan : * = tidaknyata ** = nyata Sumber : Output SPSS
Persamaan yang diperoleh dari analisis Tabel 3 adalah :
Y = 1,661E6 - 0,123X1 + 6,013X2 + 2,181X3
Dari Tabel diketahui nilai R2 (R Square) diperoleh sebesar 0,787. Koefisien (indeks) determinasi tersebut menunjukkan informasi bahwa 0,787 permintaan daging sapi dapat dijelaskan oleh variable harga daging sapi, harga daging ayam, dan harga daging kambing atau dengan kata lain sebesar 78,7 % ketiga variable tersebut mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi. Sedangkan sisanya 21,3 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Secara serempak faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan daging sapi (harga daging sapi, harga daging ayam, dan harga daging kambing) memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi.
Pengaruh variable bebas terhadap variable terikat dapat dilihat secara parsial yaitu dengan melihat nilai signifikansi uji-t dengan tingkat kepercayaan 0,05. Maka hasil secara parsial menunjukkan variable harga daging sapi dan harga daging kambing tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi, sedangkan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap permintaan daging sapi.
Pada Uji Asumsi klasik, output SPSS dapat dilihat tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi, dan data terdistribusi secara normal.
KESIMPULAN
Perkembangan harga daging sapi dan permintaan daging sapi di Kota Medan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan memiliki kencenderungan meningkat.
Secara serempak faktor-faktor harga daging sapi, harga daging ayam, dan harga daging kambing memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan permintaan daging sapi. Sedangkan secara parsial, harga daging sapi dan harga daging kambing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan permintaan daging sapi di Kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,2013. Kandungan Gizi Daging Sapi.
http://www.manfaatnya.com/kandungan-gizi-daging-sapi/.
Diaksestanggal 24 September 2017.
BPS Sumatera Utara. 2016. Medan DalamAngka. Medan.
DinasPeternakan Sumatera Utara. 2016. StatistikPeternakan. Medan.
Erlina.2011.MetodePenelitian.Medan : USU Press
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3148131/soal-kebutuhan-daging- sapi-kementan-dan-kantor-menko-perekonomian-beda-data.
Diakses tanggal 03 Oktober 2017
Kadariah. 1994. TeoriEkonomiMikro. Jakarta: LembagaPenerbit FEUI.
Nasution, S. H. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro. Medan: USU Press.
Santoso, Hari dan Titik Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukirno, Sadono. 1994. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.