• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu

Mansyah (2013) menguji dengan metode analisis univariat yang hasilnya diuraikan secara deskriftif dan pengukuran jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel distributif frekuensi relatif dan persentase. Menunjukkan hasil bahwa pertambangan memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat seperti perekrutan tenaga kerja, memunculkan peluang usaha dan juga negatifnya seperti sering terjadinya banjir lumpur dilingkungan warga dan limbah pertambangan yang mengganggu masyarakat.

Aprianto (2012) menguji dengan metode survei dengan 55 responden menggunakan teknik area sampling dan proporational random sampling. Teknik analisis menggunakan korelas Kendall Tau-b (taraf signifikan 0,1) untuk melihat hubungan faktor diri masyarakat dengan persepsi masyarakat. Hasil dari penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Hasil korelasi dari Kendall Tau-b menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan terakhir memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik.

Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi.

Semuel (2013) menguji dengan metode model interaktif dan penekanan pada analisis induktif yang menunjukkan hasil bahwa pertambangan batubara

(2)

berdampak positif terhadap perekonomian sebagian kecil masyarakat disekitar perusahaan. tetapi disisi lain, pertambangan batubara juga membawa dampak yang negatif seperti konflik masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh banjir lumpur yang mengalir keareal permukiman warga.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi yang diambil dalam peneliti berada di Desa Bunati, Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan menggunakan penelitian deksriftif kualitatif serta kuantitatif. Kemudian untuk kuantitatif menggunakan teknik analisis Uji korelasi Kendall Tau-b untuk menjelaskan hubungan persepsi masyarakat terhadap pertambangan batubara. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan Simple Random Sampling dengan Nomogram Harry King.

B. Landasan Teori

1. Pertambangan Batu Bara

Batubara merupakan batuan sendimen berwarna hitam atau kecokelatan yang mudah terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan eksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.

Secara ringkas ada 2 tahapan proses terbentuknya batubara, tahap pertama adalah tahap biokimia dimulai pada saat material tanaman terdekomposisi hingga terbentunya lignit. Unsur utama yang berperan dalam proses ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan pembusukan dan

(3)

kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap kedua adalah tahap geokimia yang meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit (Kent, 1993).

Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan lokasi pengambilan batubara, yaitu: (1) Lignit: disebut juga brown-coal, merupakan tingkatan batubara yang paling rendah dan umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. (2) Subbituminous: umumnya digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga merupakan sumber bahan baku yang penting dalam pembuatan hokarbon aromatis dalam industri kimia sintesis. (3) Bituminous: mineral padat, berwarna hitam dan kadang cokelat tua, sering digunakan dalam pembangkitan listrik tenaga uap. (4) Antrasit: merupakan jenis batubara yang memiliki kandungan paling tinggi dengan struktur yang lebih keras serta permukaan yang lebih kilau dan sering digunakan keperluan rumah tangga dan industri. (5) Masing-masing jenis batubara tersebut secara berurutan memiliki perbandingan C:O dan C:H yang lebih tinggi. Antrasit merupakan batubara yang paling bernilai tinggi dan lignit yang paling bernilai rendah.

Tabel 2.1 Komposisi elemen dari 4 jenis batubara:

Persentase Massa

Jenis Batubara C% H% 2% H2O% Volatile Matter (%)

Lignit 60-75 5-6 20-30 50-70 45-55

Subbituminous 75-80 5-6 15-20 25-30 40-45

Bituminous 80-90 4-5 10-15 5-10 20-40

Antrasit 90-95 2-3 2-3 2-5 5-7

Sumber: Kent (1993)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

(4)

penelitia, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengelolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan pertambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani secara baik dan sistematik.

Metode penambangan terdiri dari dua yaitu metode suface mining (tambang terbuka) dan underground mining (tambang tertutup). Suface mining memiliki kelemahan yaitu rentan dengan kerusakan lingkungan akibat pengerukan, namun memiliki resiko yang rendah terhadap kecelakaan pekerja dan menguntungkan secara ekonomi karena biaya yang dibutuhkan lebih rendah jika dibandingkan dengan Underground mining. Underground mining memiliki resiko tinggi bagi pekerja diakibatkan area terowongan tambang lebih mudah longsor namun lebih ramah lingkungan dikarenakan pengerukan dilakukan di bawah permukaan sehingga flora dan fauna yang berada diatas permukaan akan tetap terjaga.

(Ulrich, 1999)

Sistem penambangan batubara di Indonesia pada umumnya adalah sistem tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasii penggunaan excavator/shovel dan truk.

Batubara digunakan sebagai sumber energi yang pada umumnya digunakan untuk menghasilkan listrik. Pada pembakaran batubara terutama pada batubara yang mengandung kadar sulfur tinggi dapat menghasilkan polutan udara seperti

(5)

sulfur dioksida yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Karbon diokasida yang terbentuk pada saat pembakaran berdampak negatif pada lingkungan (Ahcmad, 2004).

Pertambangan batubara menurut Salim (2012:15), “Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, kontruksi pertambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang”.

Batu bara mempunyai kegunaan yang sangat strategis, namun keberadaan industri pertambangan batubara menimbulkan dampak yang positif maupun negatif.

a. Dampak positif dari pertambangan batu bara ini adalah:

Membuka daerah yang terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan dan pelabuhan, sumber devisa Negara, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), sumber energi alternatif untuk masyarakat lokal serta menampung tenaga kerja.

b. Sedangkan untuk dampak negatifnya dari pertambangan batu bara ini, yaitu:

Sebagai perusahaan yang di anggap tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan, limbah kegiatan pertambangan yang mencemari lingkungan, area bekas penambangan yang dibiarkan menganga tidak bisa diperbaharui. Membahayakan masyarakat sekitar kemudian sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar dan

(6)

Kontribusi bagi masyarakat sekitar yang dirasakan masih kurang serta hubungan dan keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan pertambangan masih kurang.

2. Dampak Sosial

Keberadaan perusahaan tambang ditengah-tengah masyarakat merupakan wujud dan partisipasi dalam peningkatan dan pengembangan pembangunan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim disekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi. Dimana perusahaan memerlukan masyarakat sekitar dalam pengembangan perusahaan itu sendiri begitu pula sebaliknya, masyarakat memerlukan perusahaan tersebut dalam peningkatakan perekonomian masyarakat serta pengembangan daerah akibat keberadaan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, aktivitas serta pengembangan daerah akibat keberadaan perusahaan tersebut tidak dapat dipungkiri memiliki dampak sosial terhadap masyarakat sekitarnya.

Menurut Irawan 2013, dampak pembangunan pertambangan secara sosial juga berlangsung dalam jangka panjang. Dampak tersebut adalah beban yang akan muncul pada saat yang akan datang seperti keadaan yang tidak terkendali (kabel listrik, limbah dan perumahan) yang dikembangkan pada saat pembangunan pertambangan dan mendukung aktifitas pertambangan. Selain itu juga berdampak kepada peningkatan harga lahan dan sewa rumah yang disebabkan oleh penambahan permintaan pada saat aktifitas tambang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan pekerja pertambangan akan tetapi mengalami penurunan disaat perusahaan pertambangan tutup.

(7)

Adanya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan karena masalah pembebasan lahan, pencemaran air dan udara, adanya kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan warga pendatang. Lebih lanjut, Purwanto (2015) menyatakan konflik dimasyarakat muncul dalam bentuk unjuk rasa karena terganggunya ruas jalan oleh truk pengangkut batubara, rusaknya jalan, terjadinya kecelakaan lalu lintas. Konflik di masyarakat sebagian besar juga dipicu oleh masalah limbah yang keberadaannya mengganggu sumber air minum, rendahnya jumlah tenaga kerja lokal yang diterima diperusahaan serta masalaha ganti rugi lahan masyarakat (Raden dkk, 2010). Menurunnya kualitas kesehatan akibat debu, penurunan tingkat kesehatan masyarakat bisa dilihat dengan semakin seringnya masyarakat yang terkena batuk dan penyakit pernapasan lainnya.

Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat, adanya kegiatan pertambangan merubah pola pikir masyarakat didalam mencari uang memenuhi kebutuhan hidup. Adanya kompensansi uang pergantian lahan, rusaknya lahan pertanian, serta adanya kesempatan bekerja dipertambangan mendorong masyarakat untuk beralih mata pencaharian dari profesi petani ke profesi lain. Hal ini tidak lepas dari hubungan masyarakat dengan perusahaan tersebut, begitu juga sebaliknya.

Keberadaan perusahaan juga sangat berpengaruh besar terhadap kondisi perubahan sosial yang dulunya masyarakat sangat tergantung dengan alam demi pemenuhan kebutuhan hidup, sekarang masyarkat justru beralih ketergantungan pada perusahaan yang berada ditengah-tengah masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin hari semakin menanjak dan pemenuhan penghasilan hidup semakin bertambah. Kondisi masyarakat yang

(8)

dulunya swasembada pangan, kini pemenuhan kebutuhan ekonominya digantikan dengan hasil-hasil dari produksi tambang yang lebih banyak menghasilkan uang.

Stuktur sosial dimasyakarat juga mengalami perubahan karena masyarakat sekitar pertambangan termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang menjadi karyawan diperusahaan pertambangan batubara maupun masyarakat pendatang berusaha disekitar disekitar perusahaan batubara. Pengaruh negatif struktur sosial masyarakat disekitar perusahaan pertambangan yang mungkin bisa terjadi adalah perilaku dan kebiasaan yang bersifat negatif seperti perjudian, kebiasaan minum- minum keras dan pola hidup konsumtif para karyawan yang bisa mendorong perubahan masyarakat lokal menjadi lebih konsumtif dan bila hal tersebut tidak didukung oleh perusahaan kemampuan daya beli masyarakat lokal akan menyebabkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya bisa menyebabkan ketidak harmonisan (Basuki, 2007).

Kehadiran perusahaan juga mempengaruhi perilaku rotong royong terutama partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan kerja bakti dan kegiatan keagamaan. Suprihatin (2014) menyatakan, sebelum hadirnya pertambangan batubara, warga sangat antusias dalam mengikuti segala kegiatan gotong royong lebih berorintasi pada materi atau sistem bayaran (upah). Serta lebih dominan memberi bantuan dalam bentuk finansial ketimbang bantuan tenaga. Selain itu, intensistas partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pun mengalami penururnan karena faktor kesibukan kerja masing-masing warga yang kian bervariasi.

(9)

3. Dampak Ekonomi

Kesejahteraan masyarakat diwilayah pertambangan secara umum terlihat meningkat karena efek domino dari keberadaan perusahaan telah mampu mendorong dan menggerakan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Berbagai dampak positif diantaranya adalah tersedianya fasilitas sosial dan fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja, meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang dan adanya kesempatan berusaha. Raden dkk (2010) menyatakan tiga peluang usaha dominan yang dilakukan masyarakat disekitar pertambangan batubara adalah warung sembako, rumah sewaan dan warung makan. Irawan (2015) menyatakan adanya pemanfaatan uang ganti rugi alih fungsi lahan bagi para pemilik lahan memungkikan munculnya lapangan pekerjaan baru disektor informal seperti investasi usaha warung sembako, warung makan, usaha jasa dan lainnya.

Pengembangan ekonomi masyarakat juga dilakukan oleh perusahaan melalui CSR yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup seperti penanggulangan kemiskinan, membantu dalam menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, beasiswa, peningkatan skill, peningkatan daya beli masyarakat sekitar tambang, memberikan pelatihan agar masyarakat sekitar tambang mempunyai daya saing dan membantu membangun infrastruktur yang sangat diperlukan oleh masyarakat termasuk didalamnya fasilitas air bersih.

(10)

4. Dampak Lingkungan

Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu kegiatan.

Sementara itu, Soemarwoto (2005), mendefinisikan dampak adalah sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik dan biologi. Lebih lanjut definisi dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan batubara yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan secara umum.

Konsep dasar pengelolaan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi sampai saat ini tidak banyak berubah, yang berubah hanyalah skala kegiatannya. Kondisi sebenarnya dilapangan menunjukkan bahwa perkembangan teknologi mekanisasi pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalamnya pencapaian lapisan bumi jauh dibawah permukaan tanah sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air dan tanah. Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit, sarat risiko dan merupakan kegiatan usaha jangka panjang yang melibatkan teknologi tinggi, padat modal serta membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan oleh beberapa sektor.

(11)

Sumber: Soemarwoto (2005)

Gambar 2.1 Diagram Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pertambangan Batubara

Ekosistem yang rusak diartikan suatu ekosistem yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal seperti perlindungan tanah, tata air, pengaturan cuaca dan fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Mekanissasi peralatan dan teknologi pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi batubara kadar rendah pun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus digali. Ini menyebabkan kegiatan tambang batubara menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti sebagai berikut (Raden dkk, 2010: Purwanto, 2015) perubahan bentang lahan, kegiatan pertambangan batubara dimulai dengan pembukaan tanah pucuk dan tanah penutup serta pembongkaran batubara yang berpotensi terhadap perubahan bentang alam. Lubang-lubang tambang yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan ini harus ditutup melalui kegiatan

Industri Pertambangan

Dampak Lingkungan Dampak Ekonomi

dan Sosial

Dampak Ekonomi dan Sosial Dampak Lingkungan

Peningkatan Kesejahteraan

(12)

reklamasi dan revegetasi lahan. Penutupan lubang tambang secara keseluruhan sangat sulit untuk dipenuhi mengingat kekurangan tanah penutup akibat deposit batubara yang terangkat keluar dari lubang tambang jauh lebih besar dibandingkan tanah penutup yang ada. Walaupun di dalam dokumen AMDAL yang dimiliki oleh setiap perusahaan pertambangan batubara, ditekankan bahwa lubang tambang yang dihasilkan harus ditutup melalui kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan, namun pada kenyataannya perusahaan pertambangan batubara sebagian meninggalkan lubang-lubang tambang yang besar (Hakim I, 2014).

Penurunan tingkat kesuburan tanah . Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pusuk dan tanah penutup sehingga akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan yang tertata rapi dari atas sampai bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut. Terjadinya ancaman terhadap keanekaragaman.

Pembukaan lahan untuk penambangan menyebabkan terjadinya degradasi vegetasi akibat kegiatan pembukaan lahan, terganggunya keanekaragaman hayati terutama flora dan fauna.

Penurunan kualitas peariran, kegiatan pertambangan ini memberikan kontribusi tertinggi dalam menurunkan kualitas air yaitu air sungai menjadi keruh dan menjadi penyebab banjir. Kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan tambang serta aktivitas lainnya mempercepat aliran permukaan yang membawa bahan-bahan pencemar masuk ke badan air serta sumur-sumur penduduk pada saat terjadi hujan lebat. Penurunan kualitas udara disebabkan oleh pembongkaran

(13)

batubara dan mobilitas pengangkutan batubara dan peralatan dari dalam dan keluar lokasi penambangan. Pencemaran lingkungan akibat limbah-limbah yang dihasilkan oleh aktivitas penambangan biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan.

Dampak pertambangan batubara tidak hanya muncul ketika kegiatan penambangan tetapi juga pasca operasi tambang. Industri pertambangan pada pasca operasi akan meninggalkan lubang tambang dan air asam tambang (acid in drainage). Lubang-lubang bekas penambangan batubara berpotensi menimbulkan

dampak lingkunga berkaitan kualitas tanah dan kualitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merember kesistem air tanag dan dapat mencemari air tanah. Lebih lanjut, Marganingrum dan Noviardi (2010) menyatakan bahwa lahan bekas tambang batubara mampu mencemari air sungai.

5. Persepsi terhadap Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu dimana suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu.

Persepsi menurut Atkinson dan Hilgard (1991) yaitu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.

Komunitas terdiri atas individu-individu dengan keragaman persepsi sebagai pemaknaan dari hasil pengamatan terhadap keberdaan perusahaan. melalui

(14)

interaksi yang dinamis, persepsi individu tersebut pada suatu ketika secara bersama-sama tercetus menjadi sikap tertentu terhadap perusahaan.

Wibowo (1988) juga mengatakan banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya Wibowo mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan seseorang, kedudukan dalam starata sosial dan latar belakang sosial budaya.

Wagito (2002, dalam Mulyandari 2006) mengatakan bahwa pembentukan dan perubahan persepsi ditentukan oleh faktor dari diri masyarakat yaitu karakteristik yang melekat disetiap individu sendiri.

Keberadaan kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan, dimana pembentukan persepsi tersebut dihubungkan dengan faktor dari diri masyarakat yang mempengaruhi persepsi masyarakat, yaitu: pendidikan terakhir, umur dan tingkat pendapatan.

(15)

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

𝐻0 = Tidak ada hubungan antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur, pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan.

𝐻1= Ada hubungan antara antara persepsi masyarakat (tingkat pendapatan, umur,

pendidikan terakhir) dengan dampak dari pertambangan batubara pada kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan.

Pertambangan Batubara Desa Bunati

Dampak Pertambangan Batubara:

Dampak Sosial – Ekonomi

Dampak Lingkungan

Persepsi Masyarakat:

(Variabel X)

Tingkat Pendapatan

Umur

Pendidkan Terakhir

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi elemen dari 4 jenis batubara:
Gambar  2.1    Diagram  Dampak  yang  Ditimbulkan  Akibat  Pertambangan  Batubara
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasinya hal tersebut diberikan suatu solusi untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris dengan merancang materi pembelajaran meliputi berbagai

Scott continues to serve as a pastor in the local church as he has for the last 35 years, including as a lead pastor for 17 years, a youth pastor for 9 years, and then as

Golkar yang tidak pernah menyatakan diri sebagai partai politik pada masa orde baru, pada dasarnya menjalankan fungsi dan peran yang sama seperti partai

Untuk keperluan ijin lain yang belum deprogram sesuai dengan ketentuan bisa disetujui setelah mendapat pertimbangan-pertimbangan khusus Ijin tidak masuk kerja karena sakit

Motivasi Konsumen tidak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian kartu perdana IM3, dengan melihat dari beberapa pernyataan yang ada pada kuisioner, sebagai berikut : Saya

kedua SCM kopi yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat, total biaya pemasaran pada SCM Nestle lebih murah, harga jual biji kopi di tingkat petani lebih tinggi dan volume

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis penyelenggaraan Diklat oleh PPSDM Aparatur salah satunya Diklatpim Tingkat IV melalui

Untuk pengaturan menggunakan terminal X-CTU, hal pertama yang harus dilakukan adalah masuk pada mode AT Command dengan mengetikkan tiga karakter “+++” secara