• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap penyusunan program konseling kelompok bagi korban bullying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap penyusunan program konseling kelompok bagi korban bullying"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING

PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING

KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH :

FLORENTINA OCTIVANI ROSSY MAHARANI

NIM : 091114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING

PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING

KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH :

FLORENTINA OCTIVANI ROSSY MAHARANI

NIM : 091114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan melimpahkan rahmat-Nya saya setiap hari. 2. Bunda Maria yang senantiasa menjadi panutan saya

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bapak Ambrosius Marjono dan Ibu Fransisca Eta Yamini yang selalu menyayangi, merawat, membesarkan dan mendoakan saya dengan penuh cinta sampai saat ini serta adik tercinta Florensia Sherly Martaviana yang selalu mendukung saya. 4. Almamater tercinta saya Program Studi Bimbingan

(6)

v

MOTTO

Kemarin adalah pengalaman dan kenangan,

Hari ini adalah perjuangan,

Dan besok adalah misteri.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Oktober 2013 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Florentina Octivani Rossy Maharani NIM : 091114036

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING berserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberi hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya, maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Oktober 2013 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING

PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM Yogyakarta TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2012/2013 dan (2) mengidentifikasi siswa-siswa yang teridentifikasi masuk dalam kategori tinggi intensitas korban bullying untuk dijadikan kelompok konseling yang mendapatkan layanan konseling kelompok.

Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 132 orang. Instrument yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 33 item pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yaitu: sangat sering, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Kuesioner ini menghasilkan koefisien reliabilitas

' kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (Azwar 2012: 147-148).

Hasil penelitian tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 menunjukan bahwa 93 siswa (70,5%) mengalami

bullying dengan intensitas kategori sangat rendah, 22 siswa (16,7%) mengalami bullying

(10)

ix category of high intensity to be victims of bullying are getting counseling group group counseling services.

The subjects were junior high school students in Canisius Pakem school year 2012/2013, amounting to 132 people. Instrument used is the level of intensity Victims Bullying Questionnaire developed by the researcher. The questionnaire consists of 33 items with four alternative answers statement is: very often, often, sometimes and never. The questionnaire produced a reliability coefficient = 0.928. Data analysis techniques used in this study is that categorization is based on the normal distribution model that consists of 5 levels, namely the category of very high, high, medium, low, and very low ( Anwar, 2012 : 147-148 ) .

(11)

x

KATA PENGANTAR

Syukur penulis haturkan kepada Tuhan sumber cinta kasih dan pengharapan yang telah melimpahkan rahmatnya selama penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan, dan perhatian dari berbagai pihak yang memberikan masukan-masukan yang berharga bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan petunjuk dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini

4. Keluarga besar SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Bapak Andrias Indra Purnama, S.T., S.Pd. selaku kepala sekolah beserta guru-guru SMP Kanisius Pakem yang telah memberikan ijin tempat untuk melakukan penelitian ini.

5. Seluruh siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 atas bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik saat pelaksanaan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(12)

xi

Drs. R. Budi Sarwono, M.A., Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A., Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd.) yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Bapak Stefanus Priyatmoko yang membantu penulis dalam hal surat perijinan penelitian.

8. Bapak Ambrosius Marjono dan Ibu Fransisca Eta Yamini yang selalu mendoakan dan menyayangi penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga saat ini.

9. Adikku tercinta Florensia Sherly Martaviana yang selalu memberi semangat.

10. Andreas Andri yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama saya menyelesaikan penulisan skripsi.

11. Keluarga besar Yusuf Walidi Harjo Sukarto dan Keluarga besar Wiilibordus Suparno terima kasih untuk semua dukungan yang tak terhingga selama penulisan skripsi.

12. Sahabat terbaik saya Yulia Dwi, Michael Gilang, Widya Wulan, Nanda Martalova, dan Wiratama yang selalu memotivasi agar skripsi ini cepat selesai dan terima kasih untuk persahabatan ini.

13. Sadtya Edy Nugraha patner terbaik saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Prima, Tika, Frandy, Sisca Wening, Tere, Doni, Nando, Dora, Galih

(13)

xii

15. Mas Anno, Mas Jarot, Mas Alit, Rima, Sekar, Prisca, Diana terima kasih untuk dukungannya.

16. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTARGRAFIK... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

(15)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Perilaku Bullying... 8

1. Pengertian Bullying... 8

2. Jenis Perilaku Bullying... 9

3. Faktor Penyeban Bullying... 10

4. Pelaku Bullying... 12

5. Korban Bullying... 12

6. Dampak Bullying... 14

B. Remaja... 15

1. Pengertian Remaja... 15

2. Karakteristik Remaja... 16

3. Tugas Perkembangan Remaja... 17

4. Perubahan Sosial Remaja... 18

C. Konseling Kelompok... 20

1. Pengertian Konseling Kelompok... 20

2. Tujuan Konseling Kelompok... 20

3. Manfaat Konseling Kelompok... 21

4. Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok... 22

5. Tahap-tahap Konseling Kelompok... 24

6. Aturan dalam Konseling Kelompok... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

(16)

xv

C. Instrumen Penelitian... 28

D. Validitas dan Realibilitas... 32

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

F. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44

A. Hasil Penelitian... 44

B. Pembahasan... 54

C. Usulan Program Konseling Kelompok... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa... 28

Tabel 2 : Skoring Kuesioner... 30

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying (Sebelim uji coba)... 31

Tabel 4 : Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid... 35

Tabel 5 : Kriteria Guilford... 37

Tabel 6 : Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying (Setelah Uji Coba)... 38

Tabel 7 : Norma Kategorisasi Subyek Penelitian... 41

Tabel 8 : Kategorisasi Korban Bullying... 42

Tabel 9 : Tingkat Intensitas Korban Bullying... 44

Tabel 10: Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas... 46

Tabel 11: Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin... 48

Tabel 12: Tingkat Intensitas Aspek Korban Bullying... 50

Tabel 13: Identitas Korban Bullying... 51

Tabel 14: Analisis Aspek 6 Korban Bullying ... 51

(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Tingkat Intensitas Korban Bullying... 45

Diagram 2 : Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas... 47

Diagram 3 : Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Diagram 4 : Analisis Aspek Intrumen Korban Bullying... 50

Diagram 5 : Analisis Aspek Intrumen 6 Korban Bullying... 52

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Uji Validitas

Lampiran 2 : Data Hasil Reabililitas Kuesioner Lampiran 3 : Tabulasi Skor Kuesioner

Lampiran 4 : Data Perasaan Siswa Ketika Dibullying

Lampiran 5 : Data Hal-hal yang Dilakukan Siswa Ketika Dibullying Lampiran 6 : Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Maraknya kasus bullying akhir-akhir ini menambah daftar panjang pemasalahan pendidikan di Indonesia. Perilaku bullying sering terjadi di lingkungan sekolah. Bullying adalah tindakan atau perilaku mengancam yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang terhadap orang lain yang umumnya lebih rendah atau lemah dari pelaku. Korban bullying biasanya teman yang dianggap lemah atau rendah oleh pelaku. Seseorang bisa dikatakan sebagai korban bullying apabila mengalami perlakuan yang negatif baik fisik maupun psikis yang terjadi sekali maupun berulang kali.

Bullying biasanya identik dengan remaja. Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

(21)

sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 2001 Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengeluarkan hasil statistika yang mencengangkan bahwa 77% pelajar Amerika Serikat mengalami bullying baik secara fisik, verbal, maupun mental. Ini berarti 1 dari 4 anak di negeri itu telah mengalami bullying.

Pada tanggal 28 April 2006, SEJIWA melaksanakan survey pada workshop antibullying yang dihadiri oleh 250-an peserta. Hasilnya 94,9% peserta yang hadir menyatakan bahwa bullying memang terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia (SEJIWA, 2008).

Tahun 2012 sudah banyak terjadi kasus bullying di lingkungan sekolah. Tawuran antar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta menyebabkan dua korban terluka dan satu korban terkena luka bacok di

bagian dada. Satu dintara tiga pelajar malang itu sempat dilarikan ke Rumah

Sakit Muhammadiyah, tapi nyawanya tak tertolong. Sedangkan korban luka,

satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari tangan (tempo.com).

Bullying adalah penghambat besar bagi seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Korban bullying tidak mendapat rasa aman dan nyaman sehingga membuat korban bullying merasa terintimidasi, takut, rendah diri, sulit berkonsentrasi, dan prestasi akademisnya menurun. Korban bullying juga akan merasa kehilangan rasa percaya diri terhadap lingkungan yang banyak menyakiti dirinya.

(22)

mengakhiri hidupnya. Selain itu, ada pula korban bullying yang tetap melanjutkan hidupnya namun harus menanggung luka batin. Korban bullying biasanya cenderung menutup diri dan lebih banyak diam.

Mayoritas dari korban bullying tidak melaporkan perilaku bullying kepada guru maupun orang tua dan memilih untuk diam. Hal ini dikarenakan korban bullying berpikir belum tentu dengan melapor kepada guru atau orang tua permasalahan bullying akan selesai. Akan tetapi, sikap diam korban bullying akan mengakibatkan pelaku bullying berpikir bahwa ia kuat dan berkuasa.

Selain sikap diam korban bullying bisa jadi korban bullying telah mempunyai sistem nilai, misalnya jika mengadukan orang lain bukanlah sikap yang pemberani. Bagi korban bullying, lebih baik menanggung beban penderitaan ini sendiri daripada melanggar nilai yang sudah ia pegang. Apalagi jika ia percaya bahwa hinaan dan cercaan yang diterimanya memang pantas ia terima, kerena memang ia penakut, bodoh, dan tidak populer. Korban bullying justru tidak sadar bahwa ia telah merusak dirinya dengan menyimpan kesedihan dan kepedihan tanpa berusaha membagi atau mengobatinya bersama dengan orang lain.

(23)

saja hal ini harus kita hindarkan karena bisa merusak masa depan dan kebahagiaan korban bullying.

Upaya untuk membantu korban bullying membutuhkan banyak waktu untuk mengorek informasi. Korban bullying cenderung pendiam dan menutup dirinya karena tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membantu menangani korban bullying salah satunya yaitu konseling kelompok. Dalam konseling kelompok orang-orang yang teridentifikasi menjadi korban bullying dikumpulkan agar mereka dapat menceritakan apa yang mereka rasakan secara terbuka. Biasanya orang akan mau bercerita jika merasa mendapat perlakuan yang sama dan merasa senasib.

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses ini mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung.

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui :

1. Seberapa tinggikah tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

2. Siswa-siswa mana yang teridentifikasi masuk dalam kategori tinggi intensitas korban bullying untuk dijadikan kelompok konseling yang mendapatkan layanan konseling kelompok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

17. Mengetahui seberapa tinggi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

18. Mengidentifikasi siswa-siswa yang termasuk dalam kategori intensitas tinggi korban bullying untuk dijadikan kelompok yang mendapatkan layanan konseling kelompok..

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat Teoritis

(25)

2. Manfaat Praktis a. Kepala Sekolah

Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi Kepala Sekolah mengenai korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Dengan informasi ini, diharapkan kepala sekolah dapat mengupayakan langkah-langkah yang tepat dalam usaha pencegahan perilaku bullying.

b. Guru SMP Kanisius Pakem Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai korban bullying dan membantu guru memahami korban bullying di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta sehingga dapat meminimalkan dampak yang terjadi pada korban bullying.

c. Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu subyek penelitian untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat dari perilaku bullying sehingga mereka dapat menghindari perilaku bullying di sekolah. d. Peneliti

Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk tugas selanjutnya dalam pendampingan siswa khususnya di sekolah.

e. Peneliti lain

(26)

E. Definisi Operasional

1.Korban bullying adalah seseorang atau sekelompok siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang dianggap lemah oleh seseorang atau sekelompok siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang merasa kuat dan sering menjadi sasaran penganiayaan atau penindasan baik dalam bentuk fisik, verbal dan psikologis atau mental pada tahun ajaran 2012/2013.

2.Konseling kelompok adalah suatu proses interaksi antar pribadi para siswa SMP Kanisius Pakem Tahun Yogyakarta Ajaran 2012/2013 yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses ini mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung.

(27)

8

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini diuraikan mengenai perilaku bullying meliputi: arti bullying, jenis perilaku bullying, faktor-faktor penyebab bullying, pelaku bullying, korban bullying, dan mengenai siswa SMP meliputi pengertian remaja, karakteristik remaja, tugas perkembangan remaja, serta mengenai konseling kelompok meliputi pengertian konseling kelompok, tujuan konseling kelompok, manfaat konseling kelompok, jenis-jenis pendekatan dalam konseling kelompok, tahap-tahap konseling kelompok, aturan utama konseling kelompok.

A. Perilaku Bullying

1. Pengertian Bullying

Istilah bullying diilhami dari kata bull (Bahasa Inggris) yang berarti “banteng” yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut

bully. Menurut Ken Rigby (dalam Astuti, 2008:3) bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini ditunjukan ke dalam aksi, menyebabkab seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.

(28)

karena lemah secara fisik dan atau mental. Misal seorang siswa mendorong bahu temannya dengan kasar. Bila siswa yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying (SEJIWA,2008:2).

2.Jenis perilaku Bullying

Dalam SEJIWA (2008), disebutkan ada beberapa jenis dan wujud bullying, tapi secara umum praktik-praktik bullying dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Bullying Fisik

Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh-contoh bullying fisik antara lain: (1) menampar; (2) menimpuk; (3) menginjak kaki; (4) menjegal; (5) meludahi; (6) memalak; (7) melempar dengan barang; (8) menghukum dengan berlari lapangan, (9) menghukum dengan cara push up; (10) menolak.

b. Bullying Verbal

(29)

mempermalukan diri di depan umum; (6) menuduh; (7) menyoraki; (8) menebar gosip; (9) memfitnah; (10) menolak

c. Bullying Mental

Bullying mental atau psikologis adalah jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan kita. Contohnya yaitu: (1) memandang sinis; (2) memandang penuh ancaman; (3) mempermalukan di depan umum, (4) mendiamkan; (5) mengucilkan; (6) mempermalukan; (7) meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail; (8) memandang yang merendahkan; (9) memelototi; (10) mencibir.

3.Faktor-faktor Penyebab Bullying

Kartini Kartono, 2006, menyebutkan Ada dua faktor penyebab bullying yaitu:

a. Faktor internal

(30)

Anak-anak remaja itu melakukan mekanisme pelarian diri dan tidak irasional dalam wujud:

1) Balas dendam 2) Mencari perhatian 3) Ingin diakui 4) Ingin terkenal

5) Menutupi kekurangan diri 6) Ingin menunjukan eksistensi diri b.Faktor eksternal

Faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja, misalnya:

1) Faktor keluarga

a) Keluarga tidak harmonis

b) Sering mendapat perlakuan kasar di rumah 2) Faktor lingkungan sekitar

a) Sering berkelahi b) Bermusuhan c) Ikut-ikutan teman 3) Faktor lingkungan sekolah

(31)

4) Media

a) Pengaruh tayangan televisi yang negatif b) Membaca dimedia cetak

4. Pelaku Bullying

Pelaku bullying adalah sang agresor, sang provokator, sekaligus inisiator situasi bullying. Pelaku bullying umumnya seorang anak atau murid yang berfisik besar dan kuat. Namun, tidak jarang pula pelaku bertubuh kecil tapi memiliki dominasi yang besar di kalangan teman-temannya. Pelaku bullying mempunyai kekuatan dan kekuasaan diatas korbannya.

Pelaku bullying umumnya juga temperamental. Mereka melakukan bullying terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaan. Akan tetapi, tidak semua pelaku bullying melakukannya sebagai kepercayaan diri yang begitu tinggi dan sekaligus dorongan untuk selalu menindas dan menggencet anak yang lemah. Ini disebabkan karena mereka tidak pernah dididik untuk memiliki empati terhadap orang lain, untuk merasakan perasaan orang lain yang mengalami siksaan dan aniaya (SEJIWA, 2008).

5. Korban Bullying

(32)

a. Berfisik kecil, lemah

b. Berpenampilan lain daripada biasa c. Sulit bergaul

d. Siswa yang rendah kepercayaan dirinya

e. Anak yang canggung (sering salah

bicara/bertindak/berpakaian) f. Anak yang memiliki aksen berbeda

g. Anak yang dianggap menyebalkan dan menantang bully h. Cantik/ganteng, tidak cantik/tidak ganteng

i. Anak orang tak punya/orang kaya j. Kurang pandai

k. Anak yang gagap

l. Anak yang dianggap argumentatif terhadap bully

Pelaku bullying biasanya dengan mudah bisa mengendus calon korbannya. Pada pertemuan pertama, pelaku bullying akan melancarkan aksinya terhadap sang korban. Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying “di atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah

(33)

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan melestarikan situasi bullying dengan situasi diam. Rata-rata korban bullying tidak melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya atau ditindas anak lain di sekolahnya.

Sikap diam sang korban tentunya beralasan. Alasan yang utama, mereka berpikir bila melaporkan kegiatan bullying yang menimpanya tidak akan menyelesaikan masalah. Diamnya sang korban juga umumnya dilandasi keyakinan bahwa baik orang tua maupun guru tidak mampu menangani situasi bullying. Pelaku bullying juga tidak akan segan-segan mengancam korbannya jika berani melapor. Maka menurut para korban bullying, mendiamkan perilaku bullying adalah pilihan yang baik.

(34)

6. Dampak Bullying

Dalam SEJIWA (2008:9), disebutkan bahwa beberapa surat kabar

yang memberitakan bunuh diri dikalangan anak dan remaja antara tahun 2002-2005, terdapat sekitar lima kasus tindakan atau percobaan bunuh diri itu telah menjadi korban bullying.

Duane Alexander, M.D., Direktur institut Nasional Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia atau National Institute for Children and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat, menjelaskan, “Bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut mendapat perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi dan kurang percaya diri dalam masa mendatang. Sementara pelaku bullying, kemungkinan besar akan terlibat dalam tindak kriminal di kemudian hari.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2007) mendefisikan masa remaja sebagai suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

(35)

seksual; individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Desmita (2009), masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal juga dengan masa pencarian jati diri (ego idenity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya,

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif,

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya,

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya,

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak,

(36)

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial,

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku,

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiositas.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Yusuf, 2010 mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif. b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya.

c. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. d. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan. e. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi sebagai warga negara.

4.Perubahan Sosial Remaja

(37)

Yang paling penting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

a. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

b. Perubahan dalam perilaku sosial

Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan heteroseksual. Pada waktu singkat remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis. c. Pengelompokan sosial baru

(38)

lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan dengan pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus secara pasti. d. Nilai baru dalam memilih teman

Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya ental di sekolah atau di lingkungan tetangga. Remaja menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan guru atau orang tua. e. Nilai baru dalam penerimaan sosial

Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti klik, kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.

f. Nilai baru dalam memilih pemimpin

(39)

C. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses ini mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung (Winkel dan Hastuti, 2004).

Konseling kelompok merupakan pengalaman edukatif yang di dalamnya para siswa bekerjasama untuk mengeksplorasi gagasan, sikap, perasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan di sekolah.

Proses konseling kelompok berjalan dengan cara setiap anggota mengungkapkan diri, mendengarkan secara cermat, dan memberikan masukan satu sama lain. Pokok permasalahan yang dibahas sering kali mirip dengan aktivitas edukatif yang lain, misalnya aktivitas perwalian atau bimbingan kelompok. Perbedaannya adalah konseling kelompok lebih menekankan pengalaman personal secara mendalam.

2. Tujuan Konseling Kelompok

(40)

(Dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004), dapat ditemukan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok sebagai berikut:

a. Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan menemukan dirinya sendiri.

b. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.

c. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri.

d. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

3. Manfaat Konseling kelompok

(41)

hadapi daripada dalam konseling individual; lebih rela menerima sumbangan pikiran dari seseorang rekan konseli atau dari konselor yang memimpin kelompok daripada mereka berbicara dalam konseling individual; lebih bersedia membuka isi hatinya bila menyaksikan bahwa rekannya tidak malu-malu untuk berbicara jujur dan terbuka.

4.Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok

Konseling kelompok mencakup tiga jenis pendekatan, yaitu: a. Crisis-centered (berpusat pada krisis)

Crisis-centered memusatkan perhatian pada permasalahan-permasalahan yang mendesak. Crisis-centered berusaha menanggapi peristiwa atau situasi yang harus diselesaikan dengan segera. Crisis-centered terbentuk sebagai akibat dari situasi atau peristiwa yang kritis. Seandainya kelompok sudah bertemu dan sudah berhasil membangun relasi yang dekat, situasi krisis bisa dengan mudah diproses dalam konteks kelompok problem-centered atau growth-centered.

Kemungkinan kasus yang bisa ditangani melalui crisis-centered sangat luas. Misalnya konflik antar kelompok siswa, konflik dalam kelompok ekstrakurikuler, konflik karena perbedaan suku, dan lain sebagainya. Termasuk di sini adalah krisis akademik.

b. Problem-centered (berpusat pada masalah)

(42)

demikian, sifat permasalahan yang dihadapi biasanya tidak sampai menimbulkan krisis. Permasalahan yang dialami tidak sampai melibatkan derajat emosi tinggi seperti halnya dalam crisis-centered. Konseling kelompok problem-centered sering kali merupakan kelanjutan dari crisis-centered.

Konseling kelompok problem-centered juga biasa digunakan untuk mendiskusikan permasalahan dalam kaitan dengan tindakan preventif. Tujuan konseling problem-centered secara umum adalah menangani keprihatinan atau situasi yang membuat para siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang. Permasalahan tersebut dirasa mengganggu siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, misalnya peningkatan nilai akademis; memecahkan kesulitan relasi dengan guru atau teman; memilih karier; menangani stress; menjalin relasi yang baik dengan orang tua; menghadapi tekanan dari teman; menghindari penyalahgunaan dari obat terlarang dan alkohol. Dalam konseling kelompok problem-centered konfrontasi dan pertanyaan untuk memperjelas situasi menjadi sangat penting.

c. Growth-centered (berpusat pada perkembangan)

(43)

assertive, dan lain sebagainya. Konseling kelompok growth-centered didesain untuk semua siswa dengan memperhatikan kebutuhan dan minat umum orang muda dalam berbagai tahap perkembangan hidup.

Growth-centered berusaha memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling berbicara mengenai keprihatinan khusus yang berkaitan dengan perkembangan pribadi mereka. Dengan demikian, para siswa tidak perlu menunggu sampai permasalahan perkembangan muncul. Topik yang sering kali dibahas antara lain adalah: menerima tanggung jawab, mengubah perilaku yang tidak efektif, belajar berkomunikasi secara efektif, menentukan tujuan bersama, dan belajar problem solving.

5.Tahap-tahap Konseling Kelompok

Tahap-tahap konseling kelompok terdiri dari: a. Membangun keterlibatan

Maksud dasar membangun keterlibatan adalah membantu setiap anggota untuk menjelaskan alasan mereka bergabung di dalam kelompok, membantu supaya anggota kelompok saling mengenal lebih dekat, dan menciptakan suasana saling percaya dan diterima. b. Transisi

(44)

memperhatikan resistansi diri yang mungkin muncul; menangani berbagai sikap mempertahankan diri dan kecemasan; dan mendorong supaya setiap anggota sungguh-sungguh saling memperhatikan. Apabila proses berjalan dengan efektif, kelompok akan semakin mengalami kedekatan dan rasa sense of belonging.

c. Tahap bekerja

Kelompok mulai lebih memahami bagaimana jalannya konseling dan aturan kelompok. Mereka semakin merasakan adanya keyakinan dan kemantaban dalam kelompok. Dorongan untuk memberikan dan menerima masukan semakin mendalam. Mereka sungguh belajar satu sama lain. Mereka menyingkap berbagai jalan untuk mengambil tindakan bertanggung jawab atas permasalahan dan proses perkembangan yang dijalani. Perhatian dan dukungan dari setiap anggota adalah sangat penting. Ini adalah proses yang sangat mendalam sebab pada saat inilah kelompok sungguh belajar mengenai diri mereka sendiri dan mengenai orang lain. Tahap ini merupakan tahap yang sangat kaya dengan proses-proses emosi. d. Pengakhiran

(45)

6.Aturan utama konseling kelompok

Aturan dan kesepakatan diperlukan untuk membantu kelancaran dan efektivitas proses konseling kelompok. Aturan dan kesepakatan biasanya mencakup:

a. Satu orang berbicara, satu orang mendengarkan. b. Dimungkinkan untuk lewat jika belum siap.

c. Apa yang diceritakan dalam kelompok adalah sesuatu yang bersigat pribadi-hargai, hormati, jaga rahasia.

d. Angkat tangan apabila ingin bicara.

e. Mendengarkan dengan cermat dan penuh perhatian sehingga bisa meningat apa yang sudah dibicarakan.

f. Tetap duduk di dalam kelompok.

(46)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, populasi, instrumen penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari pemaparan hasil, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Menurut Furchan (2005:415-418), penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti secara tepat.

B. Subyek Penelitian

(47)

kelas VIII Kasih, kelas IX Berani, dan kelas IX Mandiri. Alasan memilih SMP Kanisius Pakem Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena (1) SMP Kanisius Pakem Yogyakarta mudah dijangkau oleh peneliti; (2) SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tidak mempunyai guru Bimbingan dan Konseling; (3) siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tergolong remaja dengan usia rata-rata 12-16 tahun.

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.

1.Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup. “Kuesioner

(48)

Indikator-indikator dan item-item yang terkandung dalam aspek-aspek tersebut disesuaikan dengan korban siswa SMP.

2.Format Pernyataan

Instrumen penelitian mengacu pada skala likert dalam bentuk checklist. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi peserta didik atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 134).

Pernyataan-pernyataan dalam skala memuat item-item pernyataan yang bersifat positif (favorable). Pernyataan positif atau favorabel merupakan konsep pernyataan yang sesuai atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Dalam hal ini, pernyataan favorabel yaitu pernyataan yang menggambarkan adanya tendensi korban bullying. Skala ini dilengkapi dengan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata-kata: sangat sering, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

3.Penentuan skor

(49)

Tabel 2

Skoring/ Penilaian Kuesioner Korban Bullying

No Pernyataan Alternatif Jawabam Sangat

sering

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

1. Favorabel 4 3 2 1

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Kuesioner Korban Bullying dengan memilih salah satu alternatif jawaan yang telah disediakan menggunakan tanda centang ( ). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tendensi korban bullying pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat intensitas korban bullying. Sebaliknya, semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat korban bullying.

4.Kisi-kisi Instrumen

(50)

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Korban Bullying

(Sebelum uji coba)

Jenis Korban Bullying Indikator Item

(51)

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2012).

Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi adalah validitas yang menunjuk pada sejauh mana intrumen yang disusun mencerminkan isi yang dikehendaki. Dalam penelitian ini, penyusunan instrumen didasarkan pada kisi-kisi yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan / deskripsi bahan, indikator dan jumlah pernyataan tiap indikator (Furchan, 2005:295).

(52)

M.Pd., memberi koreksi dan masukan untuk lebih memperhatikan pernyataan dalam item. Pertama, membuat pernyataan item yang favorabel saja sedangkan yang unfavorabel dihilangkan. Kedua, menghilangkan kata yang bernuansa frekuensi pada pernyataan, misalnya “teman-teman sering merusak peralatan sekolah saya”. Kata sering sebaiknya dihilangkan saja sehingga menjadi “teman-teman merusak peralatan sekolah saya”. Ketiga, memastikan pernyataan menunjukkan

tentang bullying.

Selain itu, validitas isi juga diperiksa oleh Drs. Th. Prapanca Hary, M.Si. Beliau adalah dosen Psikologi Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta dan dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Drs. Th. Prapanca Hari, M.Si., memberi koreksi dan masukan mengenai penulisan item dan tanda baca. Kata “mempunyai” yang benar memunyai.

Pemeriksaan ini dilakukan guna menelaah kualitas konstruk secara logis dari setiap butir item pernyataan kuisioner korban bullying siswa SMP yang disusun oleh peneliti. Pemeriksaan ini juga bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan konstruk kisi-kisinya (Nurgiyantoro, 2009:339).

(53)

Bosco sebagai subjek uji coba penelitiaan adalah karakteristik pesera didik sekolah tersebut relatif sama dengan subjek penelitian.

Data uji coba digunakan untuk melihat koefisien korelasi item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis konsistensi internal butir item adalah sebagai berikut:

XY

r = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir N = jumlah subyek

X = skor sub total kuesioner Y = skor total butir-butir kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Proses penghitungan dilakukan dengan cara memberi skor pada tiap item dan menstabulasikan ke dalam data penelitian. Penghitungan dilakukan dengan SPSS 16.

Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya digunakan batasan ri ≥ 0,275. Semua item yang memiliki koefisien korelasi

(54)

SPSS 16 diperoleh 33 item yang memiliki koefesien korelasi ≥0, 275, sedangkan 12 item <0,275. Item yang valid akan digunakan dalam kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying sedangkan item yang tidak valid tidak digunakan dalam Kuesioner Tingkat Korban Bullying. Pada tabel 4 akan disajikan tabel rincian item yang valid dan item yang tidak valid:

Tabel 4

Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid

(55)

Jenis Korban Bullying Indikator Item Valid Tidak

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsisten, keajegan atau tidak berubah-ubah.

(56)

α =

2[1-

S 2

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dihitung melalui program komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu 0,928. Hasil perhitungan

dikonsultasikan ke kriteria Guilford. Kriteria Guilford dapat dilihat pada tabel 5.

(57)

Kisi-kisi penelitian disusun berdasarkan bentuk bullying. Kisi-kisi tentang Tingkat Intensitas Korban Bullying pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Kisi-kisi Penelitian tentang Tingkat Intensitas Korban Bullying

(Setelah uji coba)

Jenis Korban Bullying Indikator Item

(58)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Persiapan dan pelaksanaan

a. Mempelajari buku-buku tentang bullying.

b. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mengelola emosi dengan mengikuti beberapa langkah, yaitu:

1) Menetapakan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu tingkat korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan indikator-indikatornya.

3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan indikator yang sudah dibuat.

4) Melakukan expert judgment alat penelitian kepada dosen ahli. 5) Menguhubungi dan bertemu dengan Koordinator Sekolah dan

guru BK SMP Joannes Bosco Yogyakarta untuk meminta ijin mengadakan uji coba alat penelitian penelitian.

6) Melaksanakan uji coba penelitian di SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada sebagian siswa kelas VII.

7) Pengumpulan data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner uji coba.

8) Merevisi kuesioner dan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.

(59)

2. Tahap Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah diujicobakan dan telah direvisi kemudian dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 4 dan 6 Mei 2013. Jumlah Peserta didik yang menjadi subjek penelitian sebanyak 132 peserta didik. Penyebaran dan pengawasan pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa teman.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu: 1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma

skoring untuk pernyataan positif adalah: sangat sering = 4, sering = 3, kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1.

2. Mentabulasi data, menghitung skor total masing-masing responden maupun item kuesioner dan skor rata-rata responden maupun rata-rata butir.

3. Mengkategorisasikan korban bullying a. Kategorisasi skor subyek penelitian

(60)

kategorisasi jenjang (ordinal) bertujuan menempatkan individu ke dalam kelom-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Norma kategorisasi yang digunakan berpedoman pada norma kategorisasi Azwar (2012: 147-148) dengan lima jenjang kategori diagnosis yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian Perhitungan Skor Keterangan

µ+ 1.5σ < X Sangat Tinggi

µ + 0.5 σ < X ≤ µ+ 1.5σ Tinggi µ - 0.5 σ < X ≤ µ + 0.5 σ Sedang µ- 1.5σ < X ≤ µ - 0.5 σ Rendah

X ≤ µ- 1.5σ Sangat Rendah

Keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian dalam skala

(61)

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

Kategori di atas digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendah korban bullying para peserta didik. Perhitungan dalam penggolongan norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 x 33 = 132 X minimum teoritik : 1 x 33 = 33 Luas jarak : 132 – 33 = 99

σ (standar deviasi) : 99 / 6 = 16,5 dibulatkan menjadi 17 µ (mean teoritik) : (132+33) : 2 = 82,5 dibulatkan menjadi 83. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan kategori skala. Kategori skor dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Kategorisasi Korban Bullying

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategorisasi Keterangan

µ+ 1.5σ < X X > 109 Sangat Tinggi µ + 0.5 σ < X ≤ µ+ 1.5σ 92 – 109 Tinggi µ - 0.5 σ < X ≤ µ + 0.5 σ 74 – 92 Sedang µ- 1.5σ < X ≤ µ - 0.5 σ 57 – 74 Rendah

(62)

Keterangan:

1. Kategori sangat tinggi : siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas sangat tinggi.

2. Kategori tinggi : siswa yang masuk dalam kategori tinggi adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas tinggi.

3. Kategori sedang : siswa yang masuk dalam kategori sedang adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas sedang.

4. Kategori rendah : siswa yang masuk dalam kategori rendah adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan

intensitas rendah.

(63)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN,

DAN PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING KELOMPOK

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian, pembahasan, dan penyusunan program Konseling Kelompok bagi korban bullying di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian mencakup tingkat intensitas korban bullying siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013, tingkat intensitas korban bullying bedasarkan jenis kelamin, tingkat intensitas korban bullying bedasarkan kelas. Pembahasan mencakup pembahasan mengenai hasil penelitian. Penyusunan program konseling kelompok mencakup program yang sesuai untuk diberikan kepada korban bullying.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Intensitas Korban Bullying Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

(64)

Tabel 9

Tingkat Intensitas Korban Bullying

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Skor Jumlah Subyek Kategorisasi Persentase (%)

X > 109 0 Sangat Tinggi 0 %

92 – 109 6 Tinggi 4,6 %

74 – 92 11 Sedang 8,3%

57 – 74 22 Rendah 16,7 %

57 – 74 93 Sangat Rendah 70,5 %

Agar lebih jelas kategorisasi tentang intensitas korban bullying dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Diagram 1

Tingkat Intensitas Korban Bullying

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

(65)

intensitas kategori sangat tinggi. Dari pemaparan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013 termasuk dalam kategori intensitas sangat rendah, yaitu sebesar 70,5%. 2. Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Dari data penelitian juga menghasilkan tingkat intensitas korban bullying SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan kelas. Adapun data tersebut tampak pada tabel 2.

Tabel 10

Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

(66)

Diagram 2

Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

(67)

yang masuk dalam intensitas kategori tinggi dan siswa inilah yang menjadi prioritas untuk mendapatkan konseling kelompok bagi korban bullying.

3. Tingkat Intensitas Korban Bullying pada SMP Kanisius Pakem Yoygakarta Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin

Penelitian juga menghasilkan data tingkat intensitas korban bullying SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan jenis kelamin. Adapun data tersebut tampak pada tabel 3.

Tabel 11

Tingkat intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Skor Jenis

(68)

Diagram 3

Tingkat intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa ada 5 siswa laki-laki

(69)

4. Analisis Aspek Instrumen Penelitian Korban Bullying Pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Data penelitian juga dianalisis untuk melihat masing-masing aspek intrumen korban bullying. Adapun data analisis aspek tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 12

Tingkat intensitas Aspek Korban Bullying

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Aspek Frekuensi Persentase (%)

Aspek Fisik 2761 40,55%

Aspek Verbal 2799 44,17%

Aspek Mental 1713 40,22%

Agar lebih jelas analisis aspek intensitas korban bullying dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Diagram 4

Analisis Aspek Instrumen Intensitas Korban Bullying

SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

(70)

dibandingkan dengan aspek fisik 2761 (40,55%) dan aspek mentak 1713 (40,22%). Dari pemaparan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa aspek verbal adalah aspek tertinggi dari kuesioner korban bullying dibandingkan dengan aspek yang lain.

5. Identifikasi Korban Bullying yang Tergolong Tinggi Pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Data penelitian juga dianalisis untuk mengidentifikasi korban bullying tergolong tinggi. Adapun data identifikasi 6 siswa berdasarkan tingkat intensitas korban bullying yang tergolong tinggi dapat dilihat pada tabel 13, 14 dan 15.

Tabel 13

Identitas Korban Bullying

Inisial Kelas Nomor Absen Jenis Kelamin

GRS VII J 15 P

(71)

Diagram 5

Analisis Aspek 6 Siswa Korban Bullying

Tabel 15

Analisis Item 6 Korban Bullying

Skor Jumlah Item Kategorisasi Persentase (%)

X > 19,5 2 Sangat Tinggi 6,0 %

16,5 – 19,5 20 Tinggi 61,0 %

13,5 – 16,5 7 Sedang 21,0 %

10,5 – 13,5 4 Rendah 12,0 %

< 10,5 0 Sangat Rendah 0 %

Agar lebih jelas tingkat intensitas item 6 siswa korban bullying dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Diagram 5

Analisis Item Tingkat Intensitas 6 SiswaKorban Bullying

(72)

Berdasarkan tabel dan diagram analisis aspek instrumen korban bullying siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diketahui bahwa skor aspek tingkat intensitas korban bullying paling tinggi adalah aspek verbal yaitu 209 (72,6%) dibandingkan dengan aspek fisik 213 (68,3%) dan aspek mental 193 (72,3%). Dari pemaparan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa aspek verbal adalah aspek tertinggi dari kuesioner korban bullying dibandingkan dengan aspek yang lain.

Berdasarkan tabel dan diagram tingkat intensitas item 6 siswa korban

bullying siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diketahui bahwa tidak ada item termasuk dalam kategorisasi sangat rendah, 4 (12%) item termasuk dalam kategorisasi rendah, 7 item (21%) termasuk dalam kategorisasi sedang, 20 item (61%) termasuk dalam kategorisasi tinggi, dan 2 item (6%) yaitu nomor termasuk dalam kategorisasi sangat tinggi. Butir item yang tergolong sangat tinggi dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15

Item-item Kuesioner Korban Bullying

Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang Tergolong Kategori Sedang

Aspek Indikator Item Nomor Item

Aspek Verbal

(73)

Berdasarkan hasil dari pertanyaan terbuka 6 siswa korban bullying diperoleh hasil mengenai perasaan-perasaan yang dialami ketika mendapat bullying dan hal-hal apa saja yang dilakukan ketika mendapat bullying. Perasaan-perasaan yang dialami keenam siswa ketika mendapat bullying adalah sedih, marah, jengkel, dan sakit hati. Sedangkan hal-hal yang sering dilakukan ketika mendapat bullying adalah diam saja, pasrah, membiarkan, dan tidak membalas. Jadi, gambaran diri 6 siswa berdasarkan analisis aspek, item, dan pertanyaan dapat disimpulkan bahwa mereka adalah siswa-siswi yang sering mendapatkan bullying dalam bentuk verbal dan mental. Keenam siswa-siswi juga termasuk siswa yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, sulit bergaul, dan tidak berani melawan para pelaku bullying.

B. Pembahasan

(74)

termasuk dalam kategorisasi sangat rendah mengindikasikan bahwa mereka tidak menjadi korban bullying.

Siswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat rendah menujukkan bahwa mereka menjadi korban bullying di lingkungan sekolah maupun di lingkungan pergaulan mereka sehari-hari tetapi intensitasnya sangat rendah. Siswa yang termasuk dalam intensitas kategori sangat rendah bisa diartikan karena mereka mampu melawan pelaku bullying, tidak membiarkan perilaku bullying terjadi pada dirinya, dan mempunyai pergaulan yang luas sehingga mereka dapat terhindar dari perilaku bullying baik di sekolah maupun dipergaulan mereka sehari-hari.

(75)

diatas hal ini bisa terjadi karena sulit bergaul, anak yang dianggap menyebalkan, anak yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah, berfisik kecil, dan anak yang berpenampilan lain daripada yang lain. Oleh karena itu, siswa inilah yang dijadikan target sebagai korban bullying.

Pada penelitian ini juga mengungkap bahwa siswa laki-laki lebih rentan menjadi korban bullying jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Hal ini dikarenakan siswa laki-laki lebih terbuka dalam pergaulan. Biasanya siswa laki-laki lebih senang membuat kelompok-kelompok yang besar sehingga mereka tidak terlalu akrab antara anggota satu dengan anggota yang lainnya. Sedangkan siswa perempuan lebih senang membuat kelompok-kelompok kecil tetapi antar anggota satu dengan lainnya terjalin dengan akrab. Situasi seperti inilah yang menyebabkan siswa laki-laki rentan terkena bullying karena kebanyakan dari mereka kurang mengenal antara anggota satu dengan yang lainnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hurlock (1980:214) yaitu pengelompokan anak lai-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akbrab jika dibandingkan dengan pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus dengan pasti.

(76)

berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying di”atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya terhadap sang korban setiap kali mereka bertemu. Dengan demikian, bullying pun terjadi. Oleh karena itu, siswa yang termasuk dalam kategori tinggi inilah yang memerlukan perhatian dan penanganan sesegera mungkin dari pihak sekolah maupun dari pihak keluarga mereka.

Bullying merupakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap lemah. Bullying tidak mungkin terjadi jika hanya terdapat pelaku saja tetapi harus ada yang menjadi korban atau sasaran kekerasan atau penganiayaan.

Korban bullying sebenarnya ikut berperan dalam melestarikan perilaku bullying karena mayoritas dari mereka hanya diam dan tidak pernah melaporkan perilaku bullying kepada guru maupun orang tua mereka. Sikap diam dan tidak mau melapor korban bullying tentunya ada alasan, yaitu mereka berpikir bila melaporkan perilaku bullying yang menimpanya tidak akan menyelesaikan masalah.

(77)

orang tua. Apalagi jika anak percaya bahwa perilaku bullying pantas mereka terima. Selain itu, sikap diam korban bullying juga dilandasi bahwa baik guru maupun orang tua tidak mampu menangani bullying yang terjadi. Pernyataan diatas sejalan dengan karakteristik perkembangan remaja, yaitu memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku (Desmita, 2009).

(78)

Selain perasaan ada hal-hal yang dilakukan siswa ketika mendapat perilaku bullying, antara lain yaitu membalas, melawan, menantang, dan melapor kepada guru. Hal-hal yang dilakukan seperti yang ditulis diatas merupakan contoh tindakan orang-orang yang berani menghadapi perilaku bullying. Siswa yang melakukan hal-hal seperti pasrah, sabar, tidak membalas, menangis, menerima ketika mendapat perilaku bullying akan mengakibatkan pelaku bullying merasa semakin diatas angin dan menang karena korban tidak melawan. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang ada dalam SEJIWA (2008:17) yaitu, Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying di”atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya terhadap sang korban srtiap kali mereka bertemu.

(79)

perasaan jengkel, sedih, marah, dan sakit hati. Hasil ini sejalan dengan pendapat Retno Astuti (2008: 11) bahwa akibat bullying pada diri korban timbu perasaan-perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Hasil penelitian keenam siswa yang menjadi korban bullying dengan intensitas kategori tinggi berdasarkan data kuantitatif menunjukkan bahwa keenam siswa memiliki kecenderungan hanya diam saja, tidak membalas, membiarkan dan pasrah ketika mendapat bullying. Hal ini dikarenakan siswa merasa takut untuk membalas karena merasa tidak mampu membalas dan para pelaku bullying merasa menang dan semakin berkuasa. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang ada dalam SEJIWA (2008:17) yaitu, Sang korban umumnya tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk membela diri atau melawan.

C. Usulan Program Konseling Kelompok

Penyusunan program konseling kelompok bagi korban bullying dapat membantu siswa SMP Kanisius Pakem terhindar dari perilaku bullying. Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat mencegah dan menghindari perilaku bullying yan terjadi baik di sekolah maupun di lingkungan pergaulan sehari-hari.

(80)

Gambar

Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta
tabel di halaman selanjutnya.
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Korban
Tabel 4 Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

Jumlah koloni bakteri Listeria monocytogenes yang diberikan paparan medan listrik berpulsa dan suhu lingkungan 30 ˚C, mengalami penurunan yang signifikan, ditunjukkan pada Gambar

Pada penelitian sekarang variabel yang digunakan adalah kepercayaan, kemudahan, dan persepsi resiko terhadap penggunaan e-banking bank BRI di Surabaya, sedangkan

Based on the several studies above can be stated that the project-based learning that is integ- rated with e-learning can give students the oppor- tunity to broaden their knowledge

Perencanaan internal meliputi: (a) aktivitas riset yang dalam hal ini tentu berupa riset awal dengan berusaha menganalisis sejarah dan fakta tentang subjek yang akan dipublikasikan,

signiikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan pembelajaran IPA konvensional, sedangkan pada sekolah kategori rendah capaian cross disciplinary knowledge

Perlunya penelitian kemampuan guru kimia SMA lulusan UNY dalam menyusun perangkat pembelajaran berbasis higher order thinking skill.. Jurnal Inovasi Pendidikan

Sesungguhnya Allah akan memberikan kepada orang muslim yang bekerja suatu kehidupan yang baik, dan sesungguhnya Allah akan memberikan balasan kepadanya pahala yang