• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERKEBUNAN BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERKEBUNAN BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

HANA CHRISTINA YULIANTI 0942010054

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DisusunOleh:

HANA CHRISTINA YULIANTI 0942010054

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING UTAMA

DR. J OJ OK D.,S.Sos, M.Si NIP. 370119500421

Mengetahui, DEKAN

(3)

Oleh :

HANA CHRISTINA NPM. 0942010054

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur Pada tanggal : 28 maret 2013

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Dr. J ojok D S.Sos.M.Si Dra.Lia Nirawati,M.Si

NIP. 370119500421 NIP. 196009241993032001

2. Sekretaris

Dr. J ojok D S.Sos. M.Si NIP. 370119500421 3.Anggota

Dra.Siti Ning Farida, M.Si NIP. 196407291990032001 Mengetahui,

DEKAN

(4)

memberikan hikmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis akhrinya dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktu yang ditentukan. Dalam laporan skripsi ini penulis mengambil judul : “Efektivitas Implementasi Sistem Informasi Manajemen Per kebunan Berbasis Geogrphic

Information System dalam Rangka Pengambilan Keputusan pada PT.

Per kebunan Nusantara X (Per sero)”

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Jojok D, S.Sos,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan laporan skripsi ini.

Banyak manfaat yang penulis dapatkan dari penyusunan laporan skripsi ini, maka tidak berlebihan apabila penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan sebagai berikut :

1. Dra. Hj. Suparwati,M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur

2. Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur

(5)

telah membantu memberikan informasi mengenai SIMBUN serta meluangkan waktunya selama penelitian berlangsung

6. Semua pihak PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang dengan senang hati menerima peneliti untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas implementasi SIMBUN pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) 7. Teman-teman Administrasi Bisnis angkatan 2009 yang telah memberikan

motivasi dan semangatnya

8. Papa & mama yang telah memberikan dukungan, doa, dan motivasi kepada penulis sehingga laporan skripsi ini dapat terselesaikan

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun laporan skripsi ini masih kurang dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang. Akhir kata doa dan harapan penulis, semoga ilmu yang didapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Maret 2013

(6)

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Sistem Informasi Manajemen ... 9

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen ... 9

2.1.2 Karakteristik Sistem Informasi Manajemen ... 10

2.2 Implementasi ... 11

2.2.1 Konsep Implementasi ... 11

2.2.2 Penyebab Kesuksesan dan Kegagalan Implementasi ... 13

2.3 Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM) ... 13

2.3.1 Konsep Penerimaan Teknologi ... 13

2.3.2 Persepsi ... 14

2.3.3 Kemudahan Pengguna ... 15

(7)

2.5.2 Karakteristik Geographic Information System (GIS) ... 18

2.5.3 Aplikasi Geographic Information System (GIS) ... 18

2.5.4 Komponen-Komponen Geographic Information System (GIS) ... 20

2.5.5 Integrasi Teknologi Global Positioning System dan Geographic Information System (GIS) ... 22

2.6 Sistem Pendukung Keputusan ... 22

2.6.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ... 22

2.6.2 Karakteristik dan Nilai Guna ... 23

2.6.3 Tingkatan Teknologi ... 25

2.6.4 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan ... 27

2.6.5 Teknik Perencanaan dan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan ... 30

2.6.6 Teknik Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan ... 32

2.7 Pengambilan Keputusan ... 35

2.7.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ... 35

2.7.2 Efektifitas Pengambilan Keputusan ... 36

2.7.3 Fungsi Pengambilan Keputusan ... 37

2.7.4 Tujuan Pengambilan Keputusan ... 38

2.7.5 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan ... 38

2.7.6 Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan ... 41

2.7.7 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan ... 43

2.7.8 Teori Pengambilan Keputusan ... 44

(8)

3.2 Definisi Operasional Penelitian ... 48

3.3 Populasi dan Sampel ... 49

3.4 Sumber Data dan Teknis Pengumpulan Data ... 50

3.5 Instrumen Penelitian ... 51

3.6 Teknis Analisis Data ... 52

3.7 Pengujian Kredidibilitas Data ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 59

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 59

4.1.2 Struktur Organisasi ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Penyajian Data ... 62

4.3 Pembahasan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

(9)
(10)
(11)

RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Oleh :

Hana Christina Yulianti

Abstraksi

Pengembangan sistem informasi manajemen saat ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan sebagai alat untuk membantu manajer mengambil suatu keputusan, sehingga diperlukan sebuah sistem yang dirancang sesuai dengan bidang perusahaan tersebut.

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) adalah perusahaan yang bergerak dibidang agribis yang mempunyai wilayah kerja dengan pabrik gulanya yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Untuk itu maka diperlukan suatu sistem yang sesuai dengan bidang pekerjaan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), yaitu sistem informasi manajemen perkebunan (SIMBUN) berbasis geographic information

system (GIS). SIMBUN adalah suatu sistem yang di rancang dengan basis

perkebunan berupa data spasial, data tabular dan data sekunder lainnya yang digunakan untuk mempermudah pengguna (User) dalam mengolah input menjadi output yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan sehingga terlihat efektifitas dari SIMBUN serta didukung dengan hardware dan software yang memadai sesuai dengan sistem tersebut.

Hasil penelitian menunjukan dengan dikeluarkannya sistem yang baru SIMBUN berbasis GIS yang di berlakukan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang terhubung online dengan kesebelas pabrik gula maka semakin mempermudah kerja sama antara pabrik gula dengan kantor pusat. SIMBUN juga memberikan dampak yang positif berkaitan dengan efektifitas dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, dasar pengambilan keputusan itu adalah input yang diolah oleh SIMBUN berbasis GIS kemudian menjadi output. Penggunaan SIMBUN berbasis GIS ini juga di dukung oleh perangkat yang memadai baik perangkat keras maupun lunak, untuk lebih mendukung efektifitas SIMBUN berbasis GIS maka dilakukan pelatihan baik secara teori maupun aplikasinya. Pelatihan yang diberikan hendaknya dilakukan lebih lama agar hasilnya lebih maksimal.

(12)

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan sistem informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat di lihat dengan diterapkannya sistem informasi dimana-mana seperti di kantor, di swalayan, di bandara, dan bahkan dirumah ketika pemakai bercengkrama dengan dunia internet. Dapat dilihat pula bahwa tanpa disadari sistem informasi telah banyak membantu manusia. Berikut adalah contoh macam-macam sistem informasi yang telah di gunakan dalam berbagai bidang yang dikutip dari abdul kadir, 2003 dalam pengenalan sistem informasi :

1. sistem informasi seperti sistem layanan akademis berbentuk Web yang memungkinkan mahasiswa memperoleh data-data akademis atau bahkan dapat mendaftarkan mata kuliah yang diambil pada semester baru.

2. E-goverment atau sistem informasi layanan pemerintahan berbasis

internet.

(13)

mengatakan bahwa kemampuan komputer yang semakin meningkat merupakan suatu pendorong untuk memanfaatkan teknologi ini guna mendukung kegiatan bisnis. Harga komputer dan piranti pendukungnya yang cenderung turun membuat komputer menjadi barang yang umum ditemukan dalam perkantoran maupun rumah-rumah. Menurut Atler (1992) dalam buku pengenalan sistem informasi, penurunan harga paling tidak 20% pertahun. Dengan tingkat penurunan seperti ini, harga komputer sebesar $100 pada tahun 1960 menjadi $10,74 pada tahun 1970, $1,12 pada tahun 1980, dan $0,12 pada tahun 1990.

(14)

Dalam era globalisasi ini manusia, terutama pelaku bisnis di tuntut untuk bisa mengikuti perkembangan yang ada. Baik itu perkembangan dari segi sistem informasi maupun teknologi informasi maka tidak heran kalau saat ini perusahaan-perusahan menggunakan teknologi yang canggih dan modern serta sistem yang mendukung yang mengarah pada bidang perusahaan tersebut. Salah satu sistem yang digunakan oleh perusahaan adalah Sistem Informasi Manajemen (SIM). SIM juga dapat diartikan sebagai suatu alat yang mendukung para pengambil keputusan dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian) selain itu SIM sangat berperan penting bagi kelancaran kinerja suatu perusahaan untuk memaksimalkan kegiatan yang nantinya mendorong perusahaan itu dalam perolehan informasi serta ketepatan data yang akurat.

Penerapan SIM pada tiap perusahaan itu berbeda-beda, disesuaikan dengan bidang dan tingkat kebutuhan perusahaan. SIM menjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam persaingan bisnis. Oleh karena itu, kemampuan SIM memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang suksesnya sebuah perusahaan.

(15)

bobbin dan kakao. Maka PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) ini menerapkan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan (SIMBUN) yang dibuat khusus untuk memberikan kemudahan dalam hal perkebunan meliputi pemantauan harian data maupun dalam hal pemetaan untuk pelaporan mengenai hasil produksi gula. SIMBUN yang di gunakan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) ini berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS), dimana salah satu tujuan dari SIMBUN adalah menyediakan informasi informasi tentang tata guna lahan perkebunan yang cepat saji, guna melakukan pengawasan dan pendukung pengambilan kebijakan serta tersedianya basis data perkebunan dalam model SIMBUN yang meliputi data spasial dan data tabular. SIMBUN secara signifikan juga mempermudah aktifitas operasional PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan produksi.

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) mempunyai 11 pabrik gula yang tersebar di wilayah Jawa Timur . Pabrik gula yang tersebar di wilayah Jawa Timur adalah sebagai berikut :

No. Pabr ik Gula Lokasi

1 Pabrik Gula Watoetoelis Kecamatan Pramban, Sidoarjo 2 Pabrik Gula Toelangan Kecamatan Tulangan, Sidoarjo 3 Pabrik Gula Krembong Kecamatan Krembung, Sidoarjo 4 Pabrik Gula Gempolkrep Kecamatan Gedek ,Mojokerto 5 Pabrik Gula Djombang Baru Kecamatan Jombang, Jombang 6 Pabrik Gula Tjokir Kecamatan Diweb, Jombang

7 Pabrik Gula Lestari Ds. Ngrambut, Kecamatan Patianrowo, Nganjuk 8 Pabrik Gula Meritjan Kecamatan Mojoroto Kediri

9 Pabrik Gula Pesantren Baru Kecamatan Pesantren, Kediri 10 Pabrik Gula Ngadirejo Kecamatan Kras, Kediri

11 Pabrik Gula Modjopanggung Ds. Sidorejo, Kec. Kauman, Tulungangung

(16)

Tabel 1.1 Pabrik Gula Milik PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

SIMBUN ini mulai di gunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) mulai tahun 2010 sampai dengan sekarang dan hingga saat ini SIMBUN masih dalam tahap penyempurnaan. Pengimplementasian SIMBUN hingga saat ini baru berjalan tiga tahun, namun dengan adanya pengimplementasian SIMBUN baik pihak pabrik gula maupun kantor pusat merasa sangat terbantu dan lebih mudah dalam memantau data yang meliputi lahan kebun, kemajuan pekerjaan tiap kebun, berapa tebu yang dihasilkan tiap kebunnya, terutama dalam pelaporan data harian atau data terupdate.

Pada saat masih menggunakan sistem yang terdahulu dan belum ada penggunaan SIMBUN, sering terjadi kecurangan dan manipulasi yang dilakukan oleh si pemilik kebun kepada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Kecurangan dan manipulasi tersebut dalam bentuk pengajuan pinjaman atau kredit yang dilakukan oleh pemilik kebun kepada beberapa pabrik gula dan penyerobotan atau pengakuan kepemilikan kebun. Namun dengan di gunakannya SIMBUN maka kecurangan dan manipulasi yang seperti itu sudah dapat di minimalisirkan, karena dengan SIMBUN yang berbasis GIS ini menggunakan Global Positioning

System (GPS) yang dimana GPS tersebut berfungsi untuk memeriksa dan

(17)

dapat memberikan serta menyajikan data secara lebih cepat, efisien, tepat dan hemat biaya.

Penggunaan SIMBUN berbasis GIS pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), harus disertai dengan adanya pengenalan akan sistem yang digunakan agar para pemakai atau user tidak merasa dibinggungkan sehingga efektivitas implementasi SIMBUN berbasis GIS tersebut benar-benar optimal dan dapat mendorong pengambilan keputusan. Ada banyak faktor agar efektivitas implementasi SIMBUN pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) benar-benar optimal diantaranya ditinjau dari segi persepsi dan kemudahan penggunaan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Efektifivitas Implementasi Sistem Infor masi Manajemen Per kebunan Berbasis Geographic Information System dalam Rangka Pengambilan Keputusan Pada PT. Perkebunan Nusantar a X (Per ser o)“

1.2 Batasan Masalah

Untuk pelaksanaan penelitian, maka terlebih dahulu peneliti menentukan apa sebenarnya yang akan diteliti. Agar sasaran pembahasan disini dapat tercapai, maka peneliti akan mengungkapkan pembatasan masalah penelitian yaitu :

(18)

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang peneliti uraikan diatas, maka peneliti merumuskan perumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana efektivitas implementasi Sistem Informasi Manajemen Perkebunan berbasis geographic information system dalam rangka pengambilan keputusan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas implmentasi Sistem Informasi Manajemen Perkebunan berbasis geogrphic information system dalam rangka pengambilan keputusan pada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero).

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

(19)

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai masukan bagi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dalam efektivitas implementasi SIMBUN berbasis GIS dalam rangka pengambilan keputusan

(20)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Infor masi Manajemen

2.1.1 Pengertian Sistem Infor masi Manajemen

(21)

(Jogiyanto,2005). Menurut George M.Scott, dalam buku ‘Prinsip-prinsip SIM’ sistem informasi manajemen adalah serangkaian Sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Dari beberapa definisi tersebut,dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen.

2.1.2 Karakteristik Sistem Infor masi Manajemen Diadopsi dari Turban, 1995 :

1. Beroperasi pada tugas-tugas yang terstruktur, yakni pada lingkungan yang telah mendefinisikan hal-hal berikut secara tegas dan jelas : proseduroperasi, aturan pengambilan keputusan, dan arus informasi

2. Meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya

(22)

2.2 Implementasi

2.2.1 Konsep Implementasi

Implementasi merujuk pada semua aktifitas organisasi yang ditujukan terhadap adopsi, manajemen, dan inovasi rutin. Beberapa riset implementasi memfokuskan pada aktor-aktor (pelaku) dan peran. Secara umum literarur yang berkaitan dengan hal ini memfokuskan pada strategi inovasi. Pendekatan ketiga dari implementasi memfokuskan pada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan organisasi secara umum sebagai sesuatu yang berlebihan terhadap inovasi yang bersifat rutin dalam jangka panjang.

Beberapa tindakan kunci yang diperlukan untuk jangka waktu yang panjang, suksesnya implementasi, dan indikator-indikator kesuksesan adalah sebagai berikut :

1. Dukungan dana lokal 2. Penyusunan organisasi baru

3. Ketersediaan dan perbaikan yang terus menerus 4. Klasifikasi personal yang baru

5. Perubahan otoritas organisasi

6. Internalisasi program-program pelatihan 7. Updating sistem secara secara berkala 8. Promosi orang-orang kunci

(23)

Dalam konteks implementasi, analisis sistem adalah agen perubahan. Analis bukan hanya mengembangkan solusi teknis, tetapi juga mendefinisikan konfigurasi, interaksi, aktifitas pekerjaan, dan hubungan struktur antara berbagai kelompok dalam organisasi. Salah satu model proses implementasi adalah Kold dan Frohman tentang model perubahan organisasi. Model ini membagi proses perubahan organisasi menjadi tujuh tahap hubungan antara konsultan organisasi dan kliennya (konsultan sebagai desainer sistem informasi dan klien adalah pengguna). Kesuksesan dari upaya-upaya perubahan ditentukan oleh seberapa baik konsultan dan klien terlibat dengan isu-isu pokok pada tiap tahapnya (Kold dan Frohman, 1970) dalam buku sistem informasi manajemen. Model implementasi yang lain menggambarkan hubungan antara desainer, klien, dan pengambil keputusan yang bertanggung jawab untuk mengelola usaha-usaha implementasi guna menjembatani pemisah antara desain dan penggunaan.

Studi tentang proses implementasi telah menguji hubungan antara desainer sistem informasi dan pengguna pada tahap-tahap yang berbeda dalam pengembangan sistem. Studi memfokuskan pada isu-isu seperti :

1. Konflik antara orientasi teknis dari speasialis sistem informasi dan pengguna yang berorientasi pada bisnis atau organisasi

2. Dampak sistem informasi pada struktur organisasi,. Kelompok kerja dan perilaku

3. Aktifitas perencanaan dan pengembangan sistem manajemen

(24)

2.2.2 Penyebab kesuksesan dan kegagalan Implementasi

Riset tentang implementasi sistem informasi menunjukan bahwa tidak ada satupun penjelasan untuk kesuksesan dan kegagalan sistem. Namun riset telah menemukan bahwa hasil implementasi secara luas dapat ditentukan oleh peran pengguna dalam proses implementasi dan tingkat dukungan manajemen bagi upaya implementas

2.3 Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM)

Salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM). Teori ini pertma kali diperkenalkan oleh Davis (1989) dalam buku sistem informasi keprilakuan. Teori ini adalah hasil pengembangan dari Theory of Reason Action atau TRA oleh Ajzen dan Fishbein (1980).

2.3.1 Konsep model Penerimaan Teknologi

TAM merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. TAM dikembangkan oleh Davis et al (1989) berdasarkan teori tindakan beralasan (Theory of Reason Action atau TRA) dalam buku sistem informasi keprilakuan.

(25)

sadar yang dapat diprediksi oleh minat perilakunya, didalam model TAM ditambahkan dua konstruk yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). Tam beragumen bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi ditentukan oleh dua konstruk tersebut.

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intension). Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) tetapi tidak sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan sistem jika sistem bermanfaat baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. Sistem yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakai merasa bahwa sistem masih berguna.

2.3.2 Persepsi

(26)

percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukan bahwa konstruk kegunaan persepsian mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi (misalnya Davis,1989; Chau, 1996; Igbaria et al,1997; Sun;2003 yang termuat dalam buku sistem informasi keprilakuan). Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa kegunaan persepsian merupakan konstruk yang paling banyak signifikan dan penting yang mempengaruhi sikap, minat, dan perilaku di dalam menggunakan teknologi dibandingkan dengan konstruk yang lainnya.

2.3.3 Kemudahan Penggunaan

Kemudahan penggunaan persepsian (received ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha.

Dari definisinya, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian ini juga merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan menggunakannya . sebaliknya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.

(27)

2.4 Sistem Infor masi Manajemen Perkebunan (SIMBUN)

SIMBUN adalah sistem informasi manajemen perkebunan yang dimiliki dan di gunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) guna mengelola, mengakses, memantau data melalui online serta sampai pelaporan data terupdate mengenai hasil produksi dan perkembangan lahan atau kebun. SIMBUN mulai digunakan pada tahun 2010 hingga saat ini SIMBUN juga masih dalam tahap penyempurnaan guna peningkatan yang lebih baik. SIMBUN yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) serta pabrik gula yang bernaung dibawahnya berbasis Geographic Information System (GIS). Yang dimana GIS ini dapat dilakukan dengan menggunakan GPS sehingga letak lintang dan bujur suatu lahan atau kebun diketahui melalui satelit dari permukaan bumi. Selain itu dengan adanya SIMBUN pihak PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) lebih bisa memantau setiap lahan atau kebun yang sedang dikelola, pada bagian mana yang sudah ditanam atau pada bagian mana yang belum ditanami. Serta dengan adanya SIMBUN dapat meminalisirkan setiap kecurangan yang dilakukan oleh pemilik kebun.

2.4.1 Tujuan dan Manfaat SIMBUN

a) Pengumpulan data atau informasi lahan perkebunan yang terangkum dalam sebuah perangkat lunak dan mudah diakses

b) Menyediakan informasi tentang tata guna lahan perkebunan yang cepat saji, guna melakukan pengawasan dan pendukung pengambilan kebijakan c) Tersedianya software aplikasi SIMBUN sebagai sarana pendukung di

(28)

d) Tersedianya basis data perkebunan dalam model SIMBUN yang meliputi data spasial, data tabular dan juga data sekunder lainnya

e) Mewujudkan efektifitas dan efisiensi pengolahan data dengan memanfaatkan teknologi SIMBUN

f) Mempermudah aktifitas operasional PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan produksi

g) Terpenuhinya sumber daya manusia yang menguasai aplikasi SIMBUN

2.5 Geographic Information System (GIS)

2.5.1 Pengertian Geographic Information System (GIS)

(29)

yang termuat dalam buku aplikasi sistem utama di era digital GIS merupakan sistem komputerisasi data yang penting. Menurut Linden, 1987 dalam buku aplikasi sistem utama GIS adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi. Menurut Petrus Paryono GIS dalam buku aplikasi sistem utama di era digital adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasidan menganalisis informasi geografis.

2.5.2 Karakteristik Geographic Information System

Bukan hanya sekedar merupakan pengubahan peta konvensional (tradisional) ke bentuk peta digital untuk kemudian disajikan (dicetak atau diperbanyak) kembali mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan, menampilkan, memanipulasi, memadukan dan menganalisis data spasial dari suatu wilayah. Mampu menyimpan data dasar yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu masalah. Contoh: penyelesaian masalah perubahan hujan, suhu, angin, kondisiawan. Data dasar biasanya dikumpulkan secara berkala dalam jangka yang cukup panjang.

2.5.3 Aplikasi Geographic Information System

(30)

dipanggil kembali serta dianalisa secara terpadu sehingga pembaruan data bisa dilakukan dengan mudah. Dengan sistem ini pula proses penjelasan suatu peristiwa, peramalan kejadian dan perencanaan akan semakin ringkas, sederhana dan menyeluruh sehingga tindakan pengambilan keputusan yang mendasarkan diri pada aspek-aspek informasi seperti ini akan sangat terbantu.

(31)

keputusan yang mencakup perencanaan, pengelolaan atau penentuan kebijakan, baik oleh instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum.

2.5.4 Komponen – komponen GIS

Komponen – komponen GIS meliputi : 1. Perangkat keras (Hardware)

Perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis geografis dan pemetaan. Perangkat keras GIS mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasi – operasi basis data dengan volume data yang besar secara cepat.

Perangkat keras GIS terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses. Berikut ini pembagian berdasar proses input data yaitu mouse, digitizer, scanner. Sedangkan untuk olah data harddisk, processor, RAM, VGA card. Dan untuk out data meliputi plotter, printer, screening.

2. Perangkat lunak (software)

(32)

3. Data

Terdapat dua data dalam GIS, yaitu : a) Data spasial

Gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya di presentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan di simpan dalam bentuk koordinat X,Y (vektor) atau dalam bentuk image yang memiliki nilai tertentu.

b) Data non spasial

Data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasi – informasi yang di miliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabukator yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada. 4. Manusia

Merupakan elemen inti dari GIS karena manusia adalah perencana dan pengguna dari GIS. Pengguna dari GIS mempunyai tingkatan seperti sistem informasi lainnya dari tingkat spesialis teknis yang menndesain dan mengelola sistem sampai pada pengguna yang menggunakan GIS untuk membantu pekerjaannya sehari – hari.

5. Metode

(33)

2.5.5 Integrasi Teknologi Global Positioning System dan Geographic

Information System

Global Positioning System, menentukan lokasi dibumi dimana data GIS

selalu dikaitkan dengan koordinat letak di permukaan bumi.

GIS system pengelolaan data geografis sangat dibutuhkan dan berguna untuk Pemetaan, inventarisasi, pemantauan, evaluasi dan pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara cepat, akurat dan efektif. Mengantisipasi kecepatan perubahan yang terjadi. Contoh: kependudukan dant ransmigrasi, sumber daya lahan daratan (kehutanan, pertanian, perkebunan)

2.6 Sistem Pendukung Keputusan

2.6.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Man dan Watson dalam buku teori pengambil keputusan sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang membantu pengambil keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.

(34)

Menurut Litlle dalam buku komputerisasi pengambilan keputusan, sistem pendukung keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model.

Raymond McLeod, Jr dalam bukunya sistem informasi manajemen mendefinisikan sebagai sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer pada berbagai tingkatan.

2.6.2 Karakteristik dan Nilai Guna

Sistem pendukung keputusan berbeda dengan sistem informasi lainnya, beberapa karakteristik yang membedakannya adalah :

a. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur

b. Dalam proses pengolahannya sistem pendukung keputusan mengkombinasikan pengunaan model-model analasis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi pencari

(35)

d. Sistem pendukung keputusan dirancang dengan menenkan pada aspek fleksibelitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi dan kebutuhan pemakai

Dengan berbagai karakter khusus seperti dikemukakan diatas, sistem pendukung keputusan dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan dimaksus diantaranya meliputi :

a. Sistem pendukung keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data bagi pemakainya

b. Sistem pendukung keputusan membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan maslah terutama berbagai maslah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur

c. Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan

d. Walaupun suatu sistem pendukung keputusan mungkin saja tidak mampu memecahkan maslah yang di hadapi oleh pengambil keputusan dalam memahami persoalannya karena sistem pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif

(36)

Disamping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan diatas, sistem pendukung keputusan juga memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah :

a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya

b. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pembendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar)

c. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya

d. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia karena walau bagaimana pun canggihnya suatu sistem pendukung keputusan dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.

2.6.3 Tingkatan Teknologi

(37)

a. Sistem pendukung keputusan spesifik

adalah sistem yang ditujukan untuk membantu pemecahan serangkaian masalah yang memiliki karakteristik tertentu. Melalui pengombinasian model, data serta teknik respresentasi tertentu, sistem ini menghasilkan berbagai alternatif yang akan memudahkan pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya. Sistem ini pada hakekatnya dapat juga digunakan untuk menjelaskan memperkuat atau memberikan justifikasi terhadap suatu keputusan yang akan diambil oleh manajemen.

b. Pembangkit sistem pendukung keputusan

Merupakan perangkat lunak untuk pengembangan sistem pendukung keputusan. Sistem ini berfungsi untuk menghubungkan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan untuk dalam merancang dan membangun sistem pendukung keputusan. Pembangkit sistem pendukung keputusan dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memudahkan perancang dalam membangun sistem pendukung keputusan spesifik.

c. Perlengkapan sistem pendukung keputusan

(38)

pembangkit sistem pendukung keputusan. Saat ini tingkatan teknologi inilah yang paling banyak dikembangkan diantara utilitas untuk :

1. Pengembangan bahasa bagi keperluan tertentu

2. Peningkatan sistem operasi untuk mendukung perancangan subsistem dialog

3. Perancangan grafik berwarna 4. Perancangan subsistem lainnya

2.6.4 Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga komponen utama atau susbsistem yaitu :

a. Subsistem data (data base)

Subsistem data merupakan komponen sistem pendukung keputusan penyedia data bagi sistem. Data dimaksud disimpan dalam suatu pangkalan data (database) yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem manajemen pangkalan data (data base management system), melalui manajemen pangkalan data inilah data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.

b. Subsistem model (model base)

(39)

Model adalah suatu peniruan dari alam nyata , kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusn ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata sehingga keputusan diambil yang didasarkan pada model tersebut menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu dalam menyimpan berbagai model pada sistem pangkalan model harus tetap di jaga fleksibelnya, artinya harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model, seiring dengan perkembangan pengetahuan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada setiap model yang disimpan hendaknya ditambahkan rincian keterangan dan penjelasan yang komprehensif mengenai model yang dibuat, sehingga pengguna atau perancang mampu membuat model yang baru dengan mudah dan cepat, mampu mengakses dan mengintegrasikan subrutin model, mampu menghubungkan model dengan model yang lain melalui pangkalan data, dan mampu mengelola model base dengan fungsi manajemen yang analog dengan manajemen data base (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat katalog, menghubungkan dan mengakses model).

c. Subistem dialog (user system interface)

(40)

Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibgai atas tiga komponen, yaitu :

1. Bahasa aksi (Action Language) yaitu suatu perangkat lunak yang dapat digunakan pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem. Komunikasi ini dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti keyboard, joystick atau key function

2. Bahasa tampilan (display tau presntation language) yaitu suatu perangkat yang berfungsi sebgai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik, monitor, plotter, dll.

3. Basis pengetahuan (knowledge base) yaitu bagian yang mutlak diketahui oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif.

Gaya dialog terdiri dari beberapa jenis, diantara : 1. Dialog tanya jawab

Dalam dialog ini sistem bertanya kepada pengguna dan pengguna menjawab kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keingan pengguna

2. Dialog perintah

(41)

3. Dialog menu

Model dialog ini meruapakan gaya dialog yang paling populer dalam sistem pendukung keputusan. Dalam hal ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Menu ini akan ditampilkan pada monitor. Dalam menentukan pilihannya pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu dan setiap pilihan akan menghasilkan respon atau jawaban tertentyu

4. Dialog masukan atau keluaran

Dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukan perintah dan data. Disamping form input, juga disediakan form keluaran yang merupakan respon dari sistem, setealh memeriksa keluaran pengguna dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya

2.6.5 Teknik Perancanaan dan Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

Untuk memenuhi karakteristik sistem pendukung keputusan, maka pengembangan sistem pendukung keputusan membutuhkan teknik perancangan dan pengembangan yang berbeda dari pengembangan sistem iinformasi lainnya. Suatu sistem pendukung keputusan harus dibangun dengan memperhatikan umpan balik dari pemakai agar pengembangannya berjalan dengan benar.

(42)

kebutuhannya. Dengan kata lain sistem pendukung keputusan yang dirancanh tidak mampu memberikan alternatif atau tidak menjawab persoalan yang dihadapi pengguna. Ketidaksesuaian tersbut dapat bersifat teknis (misalnya respon terhadap waktu yang kurang baik) maupun non teknis (misalnya perbedaan preferensi tiap personil)

Pada umumnya sistem pendukung keputusan yang dirancang diharapkan dapat memenuhi kemampuan berikut ini :

1. Memberikn dukungan yang kuat bagi manajemen bila pada suatu saat manajer dihadapkan dengan masalah-masalah yang sifatnnya terstruktur maupun tidak terstruktur

2. Memberikan dukungan pada proses pengambilan keputusan untuk semua tingkat manajmen dalam suatu organisasi dan mengintegrasikan semua tingkat manajmen pada saat yang tepat

3. Memberikan dukungan komunikasi bagi para pengambil keputusan dalam rangka pengambilan keputusan yang saling bergantungan

4. Mendukung semua langkah proses pengambilan keputusan dan memberikan fasilitas interaksi diantara langkah-langkah tersebut

5. Mendukung berbagai proses pengambilan keputusan namun tidak menjadikan seluruh proses manajerial tergantung pada dirinya

6. Mudah dalam pemakaiannya dan menungkinkan modifikasi terhadap perubahan sesuai dengan perkembangn kebutuhan pemakai

(43)

a) Sistem pendukung keputusan yang berorientasi pada data

Sistem pendukung keputusan yang memberi beberapa fungsi untuk pemanggilan data, analisis dan preentasi data. Sistem dalam katagori ini biasanya dikembangkan oleh orang yang memiliki kemampuan untuk mengelola data dengan komputer

b) Sistem pendukung keputusan yang berorientasi pada model

Sistem pendukung keputusan yang memberikan beberapa fungsi seperti model akuntansi, model simulasi, dan model optimasi yang dapat membantu manajemen dalam membuat suatu keputusan. Dengan bantuan suatu model atau beberapa mode, manajemen, manajmen dapat membuat keputusan atau alternatif keputusan.

2.6.6 Teknik Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan

Cara pendekatan atau teknik yang digunakan dalam perencangan sistem pendukung keputusan sangat tergantung pada kondisi dan waktu yang tersedia. Ada banyak cara yang digunakan, tetapi pada dasarnya teknik-teknik tersebut di klasifikasikan dalam tiga kategori :

1. Perancangan dengan cepat

(44)

sedang kelanjutannya baru dipikirkan kemudian. Perancangan ini tepat digunakan bila tujuan yang hendak dicapai jelas, prosedur dalam organisasi jelas, data telah tersedia, penggunanya sedikit dan sistem dapat beroperasi secara bebas begitu data telah diterima. Terdapat kelebihan dan kekeurangan pada perancangan dengan cara cepat.

Kelebihannya :

a) Cepat memberikan hasil

b) Prosedur pengembangannya dan pemanfaatan teknologinya lebih mudah c) Memungkinkan selalu dapat menggunakan teknologi baru yang tersedia Kekurangannya :

a) Sekali pakai belum tentu dapat dipakai untuk pengembangan berikutnya b) Memerlukan lebih banyak usaha untuk melakukan perubahan mengubah 2. Perancangan dengan cara bertahap

Perancangan sistem pendukung keputusan dengan cara ini dilakukan dengan membut suatu sistem pendukung keputusan spsifik, dimana pembuatannya disesuaikan dengan perancangan masa yang akan datang sehingga bagian yang telah dikembangkan dalam sistem awal dapat digunakan lagi untuk pengembangan selanjutny. Dengan perencanaan yang tepat, sebuah pembangkit sistem pendukung keputusan dapat dikembangkan dari hasil pengembangan beberapa sistem pendukung keputusan spesifik atau perlengkapan ssietm pendukung keputusan. Kelebihan dari perancangan sistem pendukungan keputusan ini adalah :

(45)

b) Memberikan sukses pada awalnya

c) Memungkinkan untuk saling melengkapi dan integrasi diantara sistem pendukung keputusan

d) Memungkinkan untuk mengasimilasikan teknologi yang sedang berkembang

Sedangkan kekurangannya adalah :

a) Memerlukan tambahan biaya pada pengembangan awal b) Terjadi penundaan sukses dari keberhasilan tahap awal 3. Perancangan sistem pendukung keputusan lengkap

Sebelum suatu sistem pendukung keputusan spesifik dibuat, terlebih dahulu perlu dikembangkan pembangkit sistem pendukung keputusan yang lengkap serta struktur organisasi pengelolahannya.

Kelabihannya adalah :

a) Mungkindapat menjadi bentuk sistem yang terintegrasi dan berasitektur baik

b) Memudahkan dalam mencapai kekuatan penuh dengan segera Kekurangannya adalah :

a) Memerlukan waktu pengembangan yang lama

(46)

2.7 Pengambilan Keputusan

2.7.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Sebelum mulai dengan mengemukakan pngertian pengambilan keputusan, kiranya perlu disampaikan lebih dahulu tentang apa pengertian keputusan itu Menurut Ralp C Davis dalam buku teori pengambilan keputusan, keputusan adalah hasil pemecehan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suaru pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula. Menurut Mary follet dalam buku teori pengambilan keputusan, keputusan adalah suatu atau sebagaia hukum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.

(47)

apa yang harus diperbuat guna mengatasi maslah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Setelah pengertian keputusan disampaikan, kiranya perlu disampaikan pula mengenai pengertian pengambilan keputusan. Menurut Terry dalam buku komputerisasi pengambilan keputusan, pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih. Tetapi dapat juga dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Menurut Siagaan dalam buku komputerisasi pengambilan keputusan pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling

tepat.

2.7.2 Efektivitas Pengambilan keputusan

(48)

bersifat objektif yang sering diukur melaui standar teknis. Sedangkan penerimaan cenderung lebih bersifat subyektif penilainnya, lebih bersifat emosional dan tergantung dari sikap subyek yang bersangkutan.

Meir dalam buku pengambilan keputusan dan sistem informasi mengelompokan keputusan kedalam tiga tipe, yakni :

1 Tipe pertama, keputusan yang efektif berdasarkan Q/A yang dimaksud dengan keputusan ini semacam ini adalah keputusan yang memiliki kualitas tinggi, tetapi hanya memerlukan penerimaan yang rendah. Ini berarti bahwa masalah atau faktor penerimaan dalam keputusan ini kurang penting, yang lebih dipentingkan adalah kualitas keputusan.

2 Tipe kedua, keputusan yang mendasarkan diri pada A/Q. Suatu keputusan yang memerlukan penerimaan yang tinggi, meskipun segi kualitasnya kurang berperan. Keputusan semacam ini lebih banyak menyangkut anggota organisasi yaitu menyangkut kepentingannya.

3 Tipe ketiga keputusan diman A=Q keputusan semacam ini segi penerimaan dan segikualitas sama-sama berperan, sama-sama pentingnya.

2.7.3 Fungsi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai berikut :

(49)

2. Sesuatu bersifat futuristic artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. 2.7.4 Tujuan Pengambilan Keputusan

Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu sebagai berikut

1. Tujuan bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya bahwa sekali diputuskan tidak ada kaitannya dengan masalah lain.

2. Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih.

2.7.5 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

Oleh George R. Terry dalam buku teori pengambilan keputusan disebutkan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku sebagai berikut : 1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasrkan atas intuisi perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya antara lain sebagai berikut :

(50)

b) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya

c) Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan dari itu perlu dimanfaatkan dengan baik

Kelemahannya antara lain sebagai berikut : a) Keputusan yang dihasilkan kurang baik

b) Sulit mencari alat pembandingnya sehingga sulit diukur kebenaran dan kebsahannya

c) Dasar-dsar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan 2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan dihasilkan karena pengalaman seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya

3. Fakta

(51)

4. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannyaatau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasrkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain sebagai berikut :

a) Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukrela ataukah secara terpaksa

b) Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama c) Memiliki otentisitas atau keabsahan

Kelemahannya antara lain sebagai berikut : a) Dapat menimbulkan sifat rutinitas

b) Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan

5. Rasional

Pada pengammbilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsistem untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal sebagai berikut :

a) Kejelasan masalah : tidak ada keraguan maslah

(52)

c) Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya

d) Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria

e) Hasil maksimal : pemeilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal

Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

2.7.6 Faktor-faktor Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain :

1 Posisi/ kedudukan

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi seseorang dapat dilihat dalam hal berikut :

a) Letak posisi dalam hal ini apakah ia sebgai pembuat keputusan, penentu keputusan, atau apakah staf

b) Tingkatan posisi dalam hal ini apakah sebagai strategi, peraturan, organisasional, operasional, teknis.

2 Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus dislesaikan.

(53)

a) Masalah terstruktur yaitumasalah yang masih logis dikenal dan mudah di identifikasi

b) Masalah tidak terstruktur yaitu masalah yng masih baru, tidak biasa, dan informasinya tidak lengkap

Selain pembagian masalah tersebut, masalah dapat pula dibagi menjadi sebagai berikut:

a) Masalah rutin yaitu maslah yang sifatnya sudah tetap, selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari

b) Masalah insidential yaitu maslah yang sifatnya tidak teta, tidak selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari

3 Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.

Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua yaitu sebgai berikut :

a) Faktor-faktor yang konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah

b) Faktor yang tidak konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keberadaanya

(54)

4 Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat tau kemampuan kita. Sebagian besar, faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya –sumber daya.

5 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisas, maupun tujuan usaha pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

2.7.7 J enis-J enis Pengambilan Keputusan

Berdasarkan programnya pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Pengambilan keputusan terprogram

pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas, berulang-ulang dan cara menanganinya telah ditentukan. Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terstruktur melalui hal-hal berikut :

a) Prosedur, yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh pengambil keputusan

b) Aturan yaitu ketentuan yang mengatur yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pengambil keputusan

(55)

2. Pengambilan keputusan tidak terprogram

Pengambilan keputusan yang tidak rutinitas dan sifatnya unik sehingga memerlukan pemecahan masalah khusus.

2.7.8 Teori Pengambilan Keputusan 1. Teori klasik

Menurut teori klasik pengambilan keputusan itu haruslah bersifat rasional. Keputusan itu diambil dalam situasi yang serba pasti, pengambil keputusan harus memiliki informasi sepenuhnya dan menguasai permasalahannya. Teori pengambilan keputusan ini mendasarkan diri pada asumsi dari orang yang mempunyai pikiran ekonomi rasional untuk mendapatkan hasil atau manfaat yang semaksimal mungkin, segala sesuatunya itu mengarah pada kepastian.

2. Teori Perilaku

Teori perilaku (behavioral Theory) disebut juga administrative man

theory. Teori ini mendasarkan diri pada keterbatasan kemampuan

(56)

2.8 Kerangka Berpikir

(57)

Gambar 2.1 . Kerangka berfikir

Pabrik Gula Lesat ari

SIMBUN berbasis

Geographic Information

System

Pabrik Gula pesant ren baru

Pabrik Gula M erit jan

Pabrik Gula Krembong Pabrik Gula Toelangan Pabrik Gula Wat oet oelis

Pabrik Gula Gempolkrep

Pabrik Gula Ngadirejo

Pabrik Gula Djombang Baru

Pabrik Gula M odjo panggung Pabrik Gula Tjokir

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode – metode yang di gunakan dalam penelitiannya. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004) dalam buku metodologi penelitian kualitatif, mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh), maka dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik pokok yakni mementingkan makna konteks dimana proses penelitiannya lebih siklus dari pada linier. Dengan demikian pengumpulan data dan analisa data berlangsung secara simultan, lebih mementingkan kedalaman dibanding dengan keluasan penelitian. Sementara peneliti sendri merupakan instrument kunci

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang dimana peneliti tidak menguji antar variabel sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. Metode kualitatif yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field

Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif

atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif.

(59)

Ide pentingnya adalah peneliti berangkat kelapangan untuk mengeadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaaan alamiah atau “in

situ”. Dengan hal itu, maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan

berperan serta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dianalisis dalam berbagai cara (Moleong 2006, dalam buku metodologi penelitian kulitatif)

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, suatu data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferbility, artinya hasil penelitin tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda (Sugiyono 2005. Dalam buku metodologi penelitian kualitatif).

3.2 Definisi Operasional Variabel

(60)

format laporan pekerjaan) dan taksasi (penghitungan dengan menggunakan rumus)

3.3 Populasi dan Sampel

Spradley berpendapat dalam buku metodologi penelitian bahwa istilah populasi dalam penelitian kualitatif” social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian ini yang menjadi situasi sosial adalah tempat atau lokasi tempat peneliti melakukan peneltian yaitu PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang terletak di Jl. Jembatan Merah 3-11 Surabaya. Yang kedua adalah pelaku, pelaku disini adalah peneliti dan informan. Dan yang ketiga adalah aktivitas, aktivitas yang dilakukan adalah melakukan penelitian dengan wawancara mendalam di lokasi penelitian beserta informan.

(61)

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah informan dari wilayah kerja dan pihak PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Informan penelitian ini dipilih dari beberapa informan yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai obyek permasalahan peneliti

Menurut Sugiyono (2005) dalam buku metodologi penelitian kualitatif, penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan natural setting (kondisi yang alamiah) sumber data primer dan teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam yang menghasilkan data berupa kata-kata dan tindakan karena teknik ini dinilai paling sesuai. Metode wawancara mendalam (in-depth interview). Pengertian dari wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang relatif lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya.

(62)

diharapkan informan dapat lebih terbuka dan berani dalam memberikan jawaban dan respon yang baik atas pertanyaan yang diajukan peneliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan isntrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya (Sugiono,2009:305 dalam buku penelitian kualitatif).

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306 dalam buku penelitian kualitatif).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian, 2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,

(63)

4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono, 2009).

3.6 Teknik Analisis Data

(64)

bisa homogen sifatnya dan karakteristiknya juga berbeda. Informan yang ditetapkan adalah informen yang sesuai dengan katagori penelitian, tipe yang digunakan adalah purposive sampling (Djam’an Santori dkk, 2009 dalam buku metodologi penelitian kualitatif).

Ciri-ciri khusus purposive sampling adalah :

1. Emergent sampling Desaign, bersifat sementara sebagai pedoman awal

terjun ke lapangan setelah sampai ke lapangan boleh saja berubah sesuai keadaan.

2. Serial selection of sample units, menggelinding seperti bola salju sesuai

dengan petunjuk yang didapatkan dari informan-informan yang telah diwawancari

3. Continous adjustment or ‘focusing’ of the sample, siapa yang dikejar

sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan penelitian, unit informan yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus penelitian

4. Selection to the point of redundancy, pengembangan informan dilakukan

(65)

Teknis analisis data kualitatif yang umum digunakan oleh peneliti. Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan analisa data sampai pada tahap penyajian hasil penelitian serta pengambilan kesimpulan , digambarkan sebagi berikut :

Gambar 3.1 Model teknik Pengumpulan data dan Analisis data Secara Interaktif

Menurut Faisal, 2001 dan Moleong 2001 menyatakan bahwa pengumpulan data reduksi data, display data, pengambilan kesimpulan bukan suatu yang berlangsung secara linear, tetapi bersifat simultan atau siklus yang interaktif. Dapat disimpulkan bahwa, untuk melakukan analisis data peneliti harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi , wawancara atau dari

Penyediaan Data Penyajian Data

Reduksi Data

(66)

berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Makna pada tahap ini, peneliti harus mampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan lapangan, harus diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

Reduksi data berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai. Reduksi data merupakan analisis data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data kepada yang telah diperoleh kedalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, namun yang biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam peneletian mendapat banyak data, data didapat keseluruhan tidak sepenuhnya dipaparkan dalam penelitian perlu dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab maslah yang diteliti. Maka dalam display data, peneliti disarankan untuk tidak gegabah mengambil kesimpulan. 3. Mengambil Kesimpulan

(67)

maka keilmiahannya hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

3.7 Pengujian Kredibilitas Data

Kabsahan data atau kredibilitas data merupakan proses penting yang diperbaharui dari konsep validitas dan realibilitas. Penelitian merupakan kerja ilmiah untuk melakukan ini mutlak dituntut secara objektivitas, untuk memenuhi kriteria ini dalam penelitian maka validitas dan reliabilitas harus dipenuhi jika tidak maka proses penelitian itu perlu dipertanyakan keilmiahannya.

Sudarwan Danim, 2001 dalam buku metodologi penelitian kualitatif mengungkapkan penelitian kuantitaif dan kualitatif merupakan bentuk kerja ilmiah setiap penelitian melakukan objektivitas validitas dan realibilitas. Menurut Moleong,2003 untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang ditunjukan dalam gambar berikut :

Gambar 3.2 Teknik Penjamin keabsahan data penelitian kualitatif Menjamin

Keabsahan Data

Realibilitas Objektivitas Validitas

1) Validitas Internal 2) Validitas

(68)

Objektivitas bermakana sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi obyektif. Adapun kriteria objektivitas, jika memenuhi syarat minimum sebagai berikut :

1. Desain penelitian dibuat secara baik dan benar 2. Fokus penelitian tepat

3. Kajian literatur yang relevan

4. Instrumen dan cara pendataan yang akurat

5. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalhan peneliti 6. Hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Kredibilitas internal pada dasarnya sama dengan validitas ekstenal. Penjaminan kebsahan data melalui validitas internal dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria teknik pemeriksaan yang dikemukakan oleh para pakar metodologi penelitian kuantitatif yaitu Moleong (2001), Danmin Sudarwan (2002), dan sugiyono (2007) dalam buku metodologi penelitian kualitatif dengan cara perpanjangan keikutsertaan, meningkatkan ketekunan pengamatan, triangulasi, perpanjangan keikutsrtaan peneliti dilapangan, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, tersedianya referensi dan member chek.

(69)
(70)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 PT. Per kebunan Nusantar a X (Per ser o)

(71)

kepuasaan stakeholder melalui kepemimpinan, inovasi dan kerja sama team serta organisasi yang efektif.

Menjalankan misi perusahaan memerlukan acuan yang berfungsi sebagai koridor dan batasan sebagai arahan untuk karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dengan penuh integritas, peraturan atau petunjuk. Hal tersebut hendaknya dilaksanakan oleh semua tingkat karyawan, dengan mengikuti aturan yang ada akan memberikan pencapaian prestasi yang merupakan visi perusahaan. Kejujuran, kepercayaan, keterbukaan, kooperasi dengan harmonis. Dalam produktifitas karyawan ditempat kerja tetap tinggi dan budaya kerja harus dipahami dan dilaksanakan adalah cepat, ahli, cerdas dan berdedikasi

(72)

4.1.2 Struktur Organisasi

Sumber : www.ptpn10.com,2013

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

Gambar

Gambar 3.1 Model teknik Pengumpulan data dan Analisis data Secara  Interaktif
Gambar 3.2 Teknik Penjamin keabsahan data penelitian kualitatif
Gambar 4.1   Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu perusahaan juga menggunakan sistem Personal Selling (Penjualan pribadi) yaitu penjualan barang secara lisan dan bertatap muka secara langsung dengan

Tes untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan siswa selama dalam menulis yang diberikan di setiap akhir tindakan (siklus). Hasil kemampuan akhir siswa dapat

P’kembangan Keluarga M’ nyadari keberadaan bayi  M’nerima tanggung jawab baru  B’orientasi t’hadap peran ortu  Mulai dekat dg

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan iklan Rokok La Lights Indiefest Versi “Saatnya Besarin Musik Loe” dengan teori- teori yang digunakan antara lain

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku Nomor 7 Tahun 2004 tanggal 17 September 2004 tentang Persetujuan terhadap Pembentukan Kabupaten Maluku Barat Daya, Surat

Peran Dinas Sosial Kota Bandar Lampung yang melakukan upaya terhadap menanganani masalah anak terlantar dengan berbagai upaya seperti yang di dalam Peraturan Daerah Kota

Dengan pelaksanaan supervisi individual mengikuti kebenaran teori yang ada akhirnya kemampuan guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran 5M sesuai kurikulum

Hasil kali dalam (inner product) merupakan salah satu konsep yang penting untuk mempelajari sifat geometri pada suatu bidang atau ruang.. Panjang suatu garis dan