• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN JAMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN JAMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN “VETERAN” J awa Timur

Oleh:

AGUNG ISWAHYUDI 0871010118

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

(2)

PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT

Disusun Oleh: AGUNG ISWAHYUDI

NPM. 0871010118

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Mengetahui, DEKAN

(3)

PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT

Oleh:

AGUNG ISWAHYUDI NPM. 0871010118

Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Univer sitas Pembangunan Nasional “VETERAN” J awa Timur Pada Tanggal 8 J uni 2012

Menyetujui,

Pembimbing Tim Penguji 1.

H. Sutrisno, SH.,M.Hum H. Sutrisno,SH.,M.Hum

NIP/NPT 19601212 198803 1 001 NIP/NPT 19601212 198803 1 001 2.

Hariyo Sulistiyantor o,SH.,MM NIP/NPT 19620625 199103 1 001

3.

Subani.SH.,M.Si

NIP/NPT 19510504 198303 1 001

Mengetahui,

DEKAN

(4)

PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT

Oleh:

AGUNG ISWAHYUDI NPM 0871010118

Telah direvisi dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Univer sitas Pembangunan Nasional “VETERAN” J awa Timur Pada tanggal 15 J uni 2012

Menyetujui,

Pembimbing Tim Penguji 1.

H. Sutrisno, SH.,M.Hum H. Sutrisno,SH.,M.Hum

NIP/NPT 19601212 198803 1 001 NIP/NPT 19601212 198803 1 001 2.

Hariyo Sulistiyantor o,SH.,MM NIP/NPT 19620625 199103 1 001

3.

Subani.SH.,M.Si

NIP/NPT 19510504 198303 1 001

Mengetahui, DEKAN

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Agung Iswahyudi

Tempat/Tanggal Lahir: Surabaya, 25 April 1987

NPM : 0871010118

Konsentrasi : Perdata

Alamat : Jalan Klampis Ngasem Gang Masjid No.8

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul: “PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN JAMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT” dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya cipta saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bukan hasil jiplakan (plagiat).

Apabila dikemudian hari ternyata skripsi ini hasil jiplakan (plagiat), maka saya bersedia dituntut di depan Pengadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukumnya.

Mengetahui, Surabaya, 6 Juni 2012 Pembimbing Penulis

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan segala

rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN

J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT”.

Penyusunan Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyaratan sesuai dengan kurikulum yang ada di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai wahana untuk menambah wawasan serta untuk menerapkan dan membandingkan teori yang telah

diterima dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Serta juga diharapkan dapat memberikan bekal tentang hal-hal yang berkaitan dengan displin ilmu sebelum mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi.

Penyusunan menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, kesempatan, sarana dan prasarananya kepada penyusun selama melaksanakan penyusunan skripsi. Pada

kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M selaku Dekan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

sekaligus sebagai dosen pembimbing utama Skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penyusun dalam penyusunan

Skripsi ini dengan penuh kesabaran dan rasa tanggung jawab sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Drs. E C. Gendut Soekarno MS, selaku wadek II Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Subani, S.H., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Yana Indawati, S.H., MKN selaku dosen wali yang selama ini memberikan motivasi dan serta masukan-masukan yang sangat membangun rasa percaya

diri untuk menyelesaikan Skripsi dengan Baik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang selalu memberikan motivasi.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Staf-Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan surat

perijinan Penelitian Skripsi.

8. Seluruh Staf-Stafnya Bank BRI yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk dapat melakukan Penelitian dan segala bentuk bantuan berupa data-data yang saya butuhkan dalam menyelesaikan Skripsi.

9. Kedua orang tua saya yang tersayang, kakak, dan sepupu yang telah

(8)

10. Temen-temen atau sobat-sobat yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penyusun Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dalam proses penyusunan yang akan datang bisa menjadi lebih baik.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya khususnya bagi pembaca, selain itu dapat menambahkan ilmu yang nantinya bisa

berguna dalam permasalahan perbankan. Aminnn…….

Surabaya, Juni 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman J udul ... i

Halaman Per setujuan Mengikuti Ujian Skripsi ... ii

Halaman Per setujuan dan Pengesahan Skripsi ... iii

Halaman Per setujuan dan Pengesahan Revisi Skr ipsi ... iv

Sur at Pernyataan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... ix

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Abstraksi ... xv

Bab I Pendahuluan 1.1 ... Lata r Belakang ... 1

1.2 ... Rum usan Masalah ... 9

1.3 ... Tuju an Penelitian ... 9

1.4 ... Man faat Penelitian ... 10

(10)

1.4.2 ... Man

faat Praktis ... 10

1.5 ... Kaji

an Pustaka ... 11 1.5.1 ... Perli

ndungan Hukum ... 11 1.5.2 ... Peng

ertian Bank ... 12 1.5.3 ... Tinj

auan Umum Perjanjian ... 15

1.5.3.1 ... Peng

ertian Perjanjian ... 15

1.5.3.2 ... Lahi

rnya Perjanjian ... 16 1.5.3.3 ... Uns

ur-Unsur Perjanjian ... 17 1.5.3.4 ... Asas

-Asas Perjanjian ... 17 1.5.3.5 ... Syar

atnya Sah Perjanjian... 18

1.5.3.6 ... Kon

(11)

1.5.3.7 ... Sifat

Prestasi ... 20

1.5.3.8 ... Wan

prestasi ... 21

1.5.3.9 ... Bera

khirnya Perjanjian dan Hapusnya Perikatan... 22 1.5.4 ... Tinj

auan Umum Perjanjian Kredit ... 23 1.5.4.1 ... Peng

ertian Kredit ... 23

1.5.4.2 ... Peng

ertian Perjanjian Kredit ... 25

1.5.4.3 ... Jenis

Perjanjian Kredit ... 27 1.5.4.4 ... Stru

ktur Perjanjian Kredit ... 27 1.5.4.5 ... Fun

gsi Perjanjian Kredit ... 28 1.5.5 ... Tinj

auan Umum Jaminan ... 29

1.5.5.1 ... Peng

(12)

1.5.5.2 ... Peng

ertian Hukum Jaminan ... 30

1.5.5.3 ... Fun

gsi Jaminan ... 31 1.5.5.4 ... Jenis

-Jenis Jaminan ... 31 1.5.5.5 ... Jami

nan Kredit ... 32 1.5.6 ... Tinj

auan Umum Hak Atas Tanah ... 34

1.5.7 ... Huk

um Tanah ... 35

1.5.8 ... Hak

Atas Tanah ... 36 1.5.9 ... Peng

ertian Hak Atas Tanah Yang Belum Terdaftar ... 37 1.5.10 ... Peng

ertian Obyek Jaminan Hak Tanggungan ... 37 1.6 ... Met

ode Penelitian ... 39

1.6.1 ... Pend

(13)

1.6.2 ... Sum

ber Data... 39

1.6.3 ... Peng

umpulan Data ... 40 1.6.4 ... Tek

nik Analisis Data ... 41 1.6.5 ... Siste

matika Penulisan ... 41 BAB II PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK BRI DI

SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT

2.1 ... Perj

anjian Kredit Bank BRI di Surabaya... 43 2.2 ... Pela

ksanaan Pemberian Kredit ... 45

2.2.1 ... Alur

Pemberian Kredit ... 46

2.2.2 ... Pers

yaratan Permohonan Kredit ... 48 2.2.3 ... Tata

Cara Pemberian Kredit Kepada Calon Debitur Oleh Bank BRI 49 2.3 ... Jami

(14)

2.3.1 ... Jenis

-Jenis Jaminan ... 52

2.3.2 ... Fun

gsi Jaminan Kredit ... 53

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK BRI DI SURABAYA SELAKU KREDITUR TERHADAP J AMINAN TANAH YANG

BELUM BERSERTIFIKAT

3.1 ... Perli

ndungan Hukum Bank BRI ... 56 3.2 ... Wan

prestasi ... 62

3.2.1 ... Sank

si Hukum Wanprestasi ... 64 BAB IV PENUTUP

4.1 ... Kesi

mpulan ... 66 4.2 ... Sara

n ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 68

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Perijinan Penelitian di Bank BRI.

Lampiran 2 : Petok D atau Kutipan Leter C ( Buku C ).

Lampiran 3 :PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan ) atau STTS ( Surat Tanda Terima Setoran ).

Lampiran 4 : Surat Persaksian Hak Atas Tanah yang dibuat oleh Kelurahan.

Lampiran 5 : Surat Keterangan Usaha yang dibuat oleh Kelurahan.

Lampiran 6 : Foto Copy KK ( Kartu Keluarga ) Debitur.

Lampiran 7 : Foto Copy KTP ( Kartu Tanda Penduduk ) Debitur.

Lampiran 8 : Formulir Perjanjian Permintaan Kredit.

Lampiran 9 : Laporan Pemeriksaan di Lapangan dan Hasil Analisis.

(17)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR FAKULTAS HUKUM

Nama Mahasiswa : Agung Iswahyudi

NPM : 0871010118

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 25 April 1987

Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK X DI SURABAYA DENGAN J AMINAN TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian kredit oleh bank x di Surabaya dengan jaminan tanah yang belum bersertifikat dan perlindungan hukum terhadap bank x apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan debitur. Penelitian ini menggunakan metode Yuridis Normatif yaitu pembahasan dengan berdasarkan pada perundang-undangan terkait serta pembahasan teori yag terdapat literature maupun teori yang diungkapkan oleh para ahli. Sumber data yang digunakan bahan hukum primer dan bahan sekunder, bahan primer diperoleh oleh perundang-undangan yang berlaku dan bahan hukum sekunder diperoleh dari literature-literature, hasil wawancara, dan karya ilmiah. Analisis data menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian yang dapat di simpulkan bahwa pemberian kredit oleh bank x di Surabaya kepada debitur untuk usahanya harus melakukan perjanjian kredit yang memenuhi syarat-syarat dan tahap-tahap yang diberikan oleh Bank x tersebut dan perlidungan hukum yang dilakukan bank x di Surabaya apabila terjadi pelanggaran-pelangaran debitur akan diberikan sanksi sesuai dengan isi perjanjian tertulis antara pihak Bank x dan debitur.

Kata Kunci : Pemberian kredit kepada debitur dan Perlindungan hukum terhadap

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lat ar Belakang

Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD RIU 1945.Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut yang para pelakunya meliputi baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perseorangan dan badan hukum, sangat diperlukan dan dalam jumlah yang besar. Dengan meningkatnya kegiatan meningkat juga keperluan akan tersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan. Kegiatan perkreditan yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya, tidak bisa dilepaskan dari peranan Bank sebagai lembaga kredit, yang berfungsi menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan serta menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Di Negara-negara berkembang seperti Indonesia ini, kegiatan Bank terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan Bank yang sangat penting dan utama sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan paling besar dibandingkan dengan pendapatan jasa-jasa di luar bunga kredit yang biasa disebut fee based income.1

Sumber dana perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukan dana milik bank sendiri tetapi dan yang berasal dari masyarakat, sehingga

1

(19)

penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, peningkatan pengikatan jaminannya yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap. Semuanya itu bertujuan agar kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.2 Aktualisasi prinsip kehati – hatian dalam penyaluran kredit tampak dalam praktek dimana pihak bank pada umumnya mensyaratkan adanya jaminan atau agunan.Meskipun adanya agunan bukan merupakan syarat mutlak bagi disertakan dalam penyaluran kredit.Persyaratan agunan bagi pihak bank telah disalurkan tersebut. adanya jaminan atau agunan merupakan salah satu persyaratan utama yang diajukan pertama kali oleh pihak Bank atau pihak pemberi kredit. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ( untuk selanjutnya disebut UU Perbankan ).

“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan seta kesanggupan nasabah ditur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

Maka sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak yang lain terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. Pengaturan lembaga jaminan di Indonesia, sudah ada dalam berbagai macam bentuk seiring dengan kebutuhan masyarakat akan kredit.

Diantaranya yaitu :

2

(20)

1. Gadai 2. Hipotik

3. Hak Tanggungan 4. Fidusia

Dari beberapa macam bentuk lembaga jaminan di atas, maka lembaga jaminan Hak Tanggungan dengan agunan yang berupa benda tidak bergerak atau benda tetap berwujud tanah ( hak atas tanah ) merupakan agunan yang menempati rangking tertinggi dari sekian banyak agunan yang ada baik secara kuantitas maupun kualitas. Agunan yang berwujud tanah dinilai paling aman serta mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi dari prospektif masa depan nilai tanah menunjukkan kecenderungan meningkat. berdasarkan Pasal 51 jo Pasal 57 UUPA sebelum ada UU yang mengatur Hak Tanggungan diberlakukan ketentuan hipotik, credietverband sebagai langkah untuk mengisi kekosongan hukum. Diberlakukannya ketentuan – ketentuan kedua lembaga tersebut untuk sementara waktu sebagai wahana mengisi kekosongan hukum dalam masa transisi, ternyata Justru mengakibatkan timbulnya dualisme hukum yang membawa dampak negatif dan kesimpangsiuran dalam pelaksanaan hukum jaminan.

(21)

hipotik yang dinyatakan tidak berlaku hanyalah ketentuan yang mengatur pembebanan hipotik atas hak atas tanah beserta benda – benda yang berkaitan dengan tanah, dengan demikian ketentuan hipotik atas kapal masih tetap berlaku sesuai dengan ketentuan Pasal 29 UU Hak Tanggungan yang menyebutkan :

“Dalam berlakunya Undang – Undan gini, ketentuan mengenai Credietverband sebagaimana terserbut dalam Staatsblad 1908 – 542 jo.Staatsblad 1909 – 586 dan Staatsblad 1909 – 584 Staatsblad 1909 – 584 sebagaimana yang telah diubah dengan Staatsblad 1937 – 190 jo. Staatsblad 1937 – 191 dan ketentuan mengenai hipotik sebagaimana tersebut dalam buku II Kitab Undang – undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai pembebanan Hak tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dinyatakan tidak berlaku lagi.”

Kemajuan perekonomian menurut kehadiran lembaga jaminan yang kuat serta mampu memberikan jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat. UU Hak Tanggungan diharapkan mampu memebrikan harapan yang cerah bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya di bidang perkreditan agar tercipta iklim yang lebih kondusif dan sehat. kebijaksanaan longgar dalam bidang perkreditan itu diperlukan untuk dapat mendorong perusahaan – perusahaan kecil dan perusahaan pada umumnya aju sehingga dapat mempunyai pengaruh menaikkan taraf perekonomian suatu Negara serta hal tersebut juga sangat diperlukan demi perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah yaitu para petani kecil, pedagang kecil, para pegawai kecil. Mereka itu semua memerlukan kredit untuk mengembangkan yang memadai untuk jaminan bagi kredit yang diperlukan.

(22)

kredit BUUD / KUD ( Badan Usaha Unit Desa / Koperasi Unit Desa ), kredit Canda Kulak yang sekarang memegang peranan penting dan sangat bermanfaat bagi menunjang suksesnya dan meningkatnya hasil produksi pangan dan kemungkinan perluasan usaha bagi para pengusaha kecil di pasar – pasar dan pedesaan. Semuanya itu dilaksanakan dalam bentuk yang sederhana, prosedur yang gampang, syarat yang tidak memberatkan dan dengan jaminan yang ringan saja, yang memungkinkan mereka memperoleh kredit dengan gampang dan cepat untuk mengembangkan usahanya.

Lembaga jaminan Hak Tanggungan dengan obyeknya yang berupa tanah sebagai lembaga jaminan hak atas tanah yang kuat diharapkan mampu untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam bidang perkreditan tidak hanya masyarakat perkotaan tetapi meliputi seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang berada di pedesaan dan para pihak golongan ekonomi lemah. Berbicara mengenai hukum yang mengatur perjanjian dan hubungan hutang piutang antara kreditor modern yang dijamin dengan Hak Tanggungan adalah berbicara mengenai hukum yang mengatur perjanjian dan hubungan hutang piutang antara kreditor dan debitor. Sebagai lembaga jaminan hak atas tanah yang kuat, Hak Tanggungan mempunyai unsur – unsur pokok yakni.:

1. Hak Tanggungan adalah hak jaminan unt uk pelunasan ut ang.

2. Hak Tanggungan dapat dibebankan at as t anahnya( hak at as t anah ) saja, t etapi juga dapat pula dibebankan berikut benda – benda lain yang merupakan sat u kesat uan dengan tanah it u.

3. Ut ang yang dijamin harus suat u barang tert entu.

4. Obyek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA.

5. M emberikan kedudukan yang diut amakan kepada kredit or t ertent u t erhadap kredit or – kredit or lain.3

3

(23)

Pem berian Hak Tanggungan merupakan suat u perjanjian yang bersifat accesoir( perjanjian ikut an) dari perjanjian pokoknya yait u perjanjian hutang piut ang sehingga mem punyai konsekuensi apabila perjanjian pokoknya t idak sah, maka perjanjian ikut annya menjadi bat al dan apabila perjanjian accesoirnya bat al at au hapus belum t entu perjanjian pokoknya ikut hapus.4 Sert a berdasarkan unsur pokoknya hak t anggungan di at as, bahw a perjanjian hak t anggungan merupakan perjanjian yang mem berikan hak kebendaan bagi kredit or sert a menguat kan kedudukan kredit or sebagai kredit or preferen, yakni kredit or yang didahulukan di dalam mengam bil pelunasan hutang debit or at as hasil penjualan at au eksekusi benda obyek hak t anggungan, manakala debit or w anprest asi t erhadap pemberian kredit yang t elah diberikan oleh pihak kredit or.

Hak Tanggungan mem berikan kedudukan yang diut amakan kepada kredit oro t ertent u t erhadap kredit or – kredit or lain. Kredit or t ert entu yang dim aksud adalah yang mem peroleh at au yang menjadi pemegang Hak Tanggungan t ersebut . M engenai apa yang dimaksud dengan pengert ian “ kedudukan yang diut amakan kepada kredit or t ertent u t erhadap kredit or – kredit or lain” t idak dijumpai dalam penjelasan Pasal 1 UU Hak Tanggungan, t etapi dijumpai di bagian lain, yait u dalam Angka 4 Penjelasan Um um UU Hak Tanggungan. Dijelaskan dalam Penjelasan Um um UU Hak Tanggungan it u bahw a yang dimaksudkan dengan “ memberikan kedudukan diut amakan

kepada kredit or t ertent u t erhadap kredit or lain” ialah :

“ Bahw a jika debit or cidera janji, kredit or pemegang hak t anggungan berhak menjual melalui pelelangan umum t anah yang dijanjikan jaminan menurut ket entuan perat uran perundang-undangan yang bersangkut an, dengan hak

4

(24)

mendahulu dari pada kredit or-kredit or yang lain. Kedudukan diut amakan t ersebut sudah barang t entu t idak mengurangi preferensi piut ang-piut ang Negara menurut ket ent uan hukum yang berlaku” .

Asas ini adalah asas yang berlaku pula bagi Hipotik yang t elah digant ikan oleh Hak Tanggungan sepanjang yang menyangkut mengenai t anah. Dalam ilm u hukum asas ini dikenal sebagai droit de preference.

M enurut Ket entuan Pasal 4 UU Hak Tanggungan hak at as t anah dapat dibebani hak t anggungan adalah :

1. Hak M ilik ; 2. Hak Guna Usaha ; 3. Hak Guna Bangunan ;

(25)

obyek hak t anggungan, bagi para pemegang haknya yang sebagian besar t erdiri dari golongan ekonomi lemah yang t idak berkemampuan untuk mem punyai t anah dengan Hak M ilik at au Hak Guna Bangunan, menjadi t erbuka kemungkinannya untuk mem peroleh kredit yang diperlukannya, dengan menggunakan t anah yang dipunyainya sebagai jaminan. Sedangkan bilamana para pihak golongan ekonomi lemah yang mem butuhkan kredit dan sat u – sat unya jaminan yang dipunyai olehnya adalah sebidang persil hak adat yang sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk di konversi sebagai hak at as t anah menurut UUPA. Tanah sepert i it u biasanya “ bukt i pemiliknya” masih berupa girik, pet ok, lat t er, C dan lain – lain bukt i yang sebenarnya t idak dapat dikat akan sebagai bukti kepemilikan, t etapi hanya sekedar merupakan ket et apan Pem erint ah mengenai siapa yang w ajib m embayar pajak at as persil yang bersangkut an, karena t idak didukung oleh bukt i yang kuat at as kepemilikan t anah t ersebut , apakah hak at as t anah yang demikian dapat dijadikan jaminan kredit perbankan sert a upaya hukum apa yang dilakukan apa yang dilakukan pihak Bank untuk membent engi dana yang disalurkan kepada debit or, bilamana t anah t ersebut dapat dijadikan jaminan kredit perbankan mengingat obyek jaminan hak at as t anah yang belum t erdaft ar t idak bisa memberikan perlindungan maksim al bagi pihak Bank selaku pihak kredit or.

1.2 Rumusan M asalah

Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , maka yang akan dibahas skripsi ini adalah sebagai berikut :

(26)

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi Bank BRI di Surabaya selaku kredit or t erhadap jaminan t anah yang belum bersert ifikat ?

1.3 Tujuan Penelit ian

1 M enget ahui dapat at au t idaknya at as hak t anah yang belum t erdaft ar untuk dijadikan sebagai jaminan kredit perbankan,

2. M enget ahui upaya hukum apa yang bisa dilakukan oleh kredit ur untuk mem bent angi dana yang disalurkan oleh kepada debit ur apabila hak at as yang belum terdaft ar dijadikan anggunan.

1.4 M anfaat Penelit ian 1.4.1 M anfaat Teorit is

M anfaat secara khusus adalah dapat mem berikan gam baran secara jelas mengenai bagaimana cara mem peroleh bantuan kredit dari pihak Bank x di Surabaya. Penelit ian ini diharapkan pula dapat berguna bagi peneliti berikut nya. 1.4.2 M anfaat Prakt is

a. Bagi Para Pihak Kredit

(27)

b. Bagi Inst ansi

Agar bank dapat sebagai salah sat u penyedia jasa keuangan yakni menyalurkan dana dalam bent uk kredit at au pinjaman kepada masyarakat yang mem erlukan dana atas jaminan hak atas tanah yang belum t erdaft ar.

1.5 Kajian pust aka

1.5.1 Perlindungan Hukum

Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan suat u sarana untuk mencipt akan ket entraman dan ket ert iban masyarakat , sehingga dalam hubungan ant ar anggot a masyarakat yang sat u dengan yang lainnya dapat dijaga kepent ingannya. Agar kepent ingan manusia t erlindungi, hukum harus dilaksanakan.Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, dam ai t etapi dapat t erjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang t elah dilanggar it u harus dit egakkan. M elalui penegakan hukum inilah hukum it u menjadi kenyat aan.

M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kat a perlindungan mem punyai art i “ .t empat berlindung at au hal perbuatan melindungi“ . Sedangkan pengert ian Hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan “ perat uran at au adat yang secara resmi dianggap mengikat , yang dikukuhkan oleh penguasa at au pemerint ah“ .

(28)

berw ajib. Pelanggaran t erhadap perbuatan-perbuat an t adi berakibat diam bilnya t indakan hukum t ertent u. M enurut Kamus Hukum, “ Hukum merupakan keseluruhan daripada perat uran-perat uran yang mana t iap-t iap orang yang bermasyarakat w ajib ment aat inya, bagi pelanggaran terdapat sanksi.

Sedangkan M enurut M ochtar Kusumaat madja, Pengert ian hukum yang

memadai harus t idak hanya memandang hukum itu sebagai suat u perangkat

kaidah dan asas-asas yang mengat ur kehidupan manusia dalam masyarakat , t api

harus pula mencakup lembaga (instit usi) dan proses yang diperlukan unt uk

mew ujudkan hukum it u dalam kenyat aan.5

Berdasarkan hal diat as dapat disimpulkan bahw a perlindungan hukum dalam art i sempit adalah suat u perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum dalam bent uk perangkat -perangkat hukum, baik yang bersifat prevent if maupun bersifat represif, baik yang t ertulis maupun yang t idak t ertulis. Dengan kat a lain bahw a perlindungan hukum dalam arti luas adalah t idak hanya diberikan kepada seluruh makhluk hidup maupun segala cipt aan Tuhan dan dim anfaatkan bersama-sama dalam rangka kehidupan yang adil dan damai. Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, maka sist em perlindungan hukum yang dianut harus berpijak pada dasar Negara Pancasila,

1.5.2 Bank

Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara keuangan/dana masyarakat (Financial Intermediary). Dalam arti yang luas ini termasuk didalamnya lembaga perbankan, perasuransian,

5

(29)

dana pensiun, pegadaian dan sebagainya yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.6

Lembaga keuangan bank sampai saat ini khususnya di Indonesia masih mempunyai peranan yang dominan. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya usaha-usaha perbankan dengan tingkat persaingan yang ketat.

Menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pada pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari pengertian-pengertian di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan untuk melayani semua orang yang membutuhkan dana. Bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.

Pasal 2 Undang-Undang Perbankan menyebutkan bahwa perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip

6

(30)

hatian. Dalam melakukan semua kegiatan seperti menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian di atas, maka beberapa istilah yang terkait dalam dunia perbankan antara lain:

a. Nasabah

Adalah pihak yang menggunakan jasa bank (bank customer). b. Debitur

Menurut Pasal 1 ayat (18) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

c. Kreditur

Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.Pengertian dari Kreditur sendiri adalah orang atau lembaga keuangan (Bank) yang menyediakan uang maupun bentuk pinjaman lainnya berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain.

d. Kreditur Preference

Adalah kreditur yang mempunyai hak pengambilan pelunasan terlebih

dahulu daripada kreditur lain (preferential creditor). Kreditur Preference memiliki hak untuk didahulukan dari kreditur lain dalam

(31)

e. Kreditur Konkuren

Adalah kreditur yang tidak mempunyai hak pengambilan pelunasan terlebih dahulu daripada kreditur lain (general creditor).7 Kreditur konkuren memiliki

asas paritas creditorium yaitu pembayaran atau pelunasan hutang kepada para

kreditur dilakukan secara berimbang atau proporsional (ponds-ponds gewijs).

1.5.3 Tinjauan Umum Perjanjian 1.5.3.1 Pengert ian Perjanjian

Perjanjian pada umumnya lahir karena suat u persetujuan at au karena Undang-undang dan dit ujukan untuk mem berikan sesuat u, unt uk berbuat sesuat u, at au untuk t idak berbuat sesuat u (Pasal 1233 dan 1234 BW).

Pengert ian perjanjian ini mengandung unsur :

Buku III Kit ab Undang-Undang Hukum Perdat a (selanjut nya disingkat KUHPerdat a at au BW) memiliki sifat yang t erbuka. M aksudnya, bagi para pihak yang ingin membuat suat u perikat an at au perjanjian, bebas menyimpang dari ket entuan-ket ent uan yang diat ur dalam buku III KUHPerdat a, asalkan isinya t idak bert ent angan dengan undang-undang, kesusilaan dan ket ert iban umum. Dalam Buku III KUHPerdat a t ersebut t idak t ercant um definisi perjanjian secara jelas. Namun demikian, definisi Perjanjian dapat dit emukan dalam doktrin (Ilm u Penget ahuan Hukum),

7

(32)

diant aranya pendapat Subekt i mengat akan8: “ Perjanjian adalah suat u perist iw a, di mana seorang berjanji kepada orang lain at au di mana dua orang it u saling berjanji untuk melaksanakan sesuat u hal” . Dari perist iwa ini, t imbullah suat u hubungan ant ara dua orang t ersebut yang dinamakan perikat an. Perjanjian it u menerbit kan suat u perikat an ant ara dua orang yang membuat nya. Dalam bent uknya, perjanjian it u berupa suat u rangkaian perkat aan yang mengandung janji-janji at au kesanggupan yang diucapkan atau dit ulis.

1.5.3.2 Lahirnya Perjanjian

M enurut asas konsensualisme, suat u perjanjian lahir pada det ik t ercapainya kesepakat an at au perset ujuan ant ara kedua belah pihak, mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi objek perjanjian. Sepakat adalah suat u persesuaian paham dan kehendak ant ara dua pihak t ersebut . Apa yang dikehendaki oleh pihak yang sat u, adalah juga yang dikehendaki oleh pihak yang lain. M eskipun t idak sejurusan, t etapi secara t imbal balik, kedua kehendak it u bert emu sat u sama lain9.

1.5.3.3 Unsur-Unsur Perjanjian

Salah sat u hal yang harus ada didalam perjanjian adalah unsur-unsur perjanjian, unsur-unsur-unsur-unsur t ersebut meliputi :

a. Ada pihak-pihak, sedikit nya dua orang (subjek).

b. Ada t ujuan yang ingin dicapai (bersifat kebendaan mengenai hart a kekayaan).

8

Subekti., “Hukum Perjanjian”, Intermasa, Jakarta, 2005, hal.2 9

(33)

c. Ada objek yang berupa benda. d. Ada bentuk tert entu (lisan/ t ertulis).

e. Ada perset ujuan ant ara pihak-pihak it u (konsensus).10

1.5.3.4 Asas-Asas Dalam Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas pent ing, yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai t ujuan. Beberapa asas tersebut ant ara lain:

a. Asas konsensual

Asas ini mengandung art i bahw a perjanjian it u t erjadi sejak saat t ercapainya kat a sepakat (konsensus) ant ara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak saat it u perjanjian mengikat dan mem punyai akibat hukum. Asas ini dapat disim pulkan dalam pasal 1320 ayat (1) BW yang berbunyi : (” salah sat u syarat syahnya perjanjian adalah kesepakat an kedua belah pihak” ). Hal ini mengandung makna bahw a perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, t etapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Set iap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diat ur at au belum diat ur dalam undang-undang. Tet api kebebasan ket entuan-ket ent uan sendiri yang menyimpang dari ket entuan undang-undang t etapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat t idak dit ent ukan lain, maka berlakulah ket entuan undang-undang. Asas ini hanya menghendaki hak dan kew ajiban pihak-pihak saja. d. Asas Pact a Sun Servanda

Asas ini memiliki kekuat an yang mengikat . Hal ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) BW, yang berbunyi ” Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

e. Asas Berlakunya suatu perjanjian

10

(34)

Pada dasarnya semua perjanjian it u berlaku bagi mereka yang mem buatnya t ak ada pengaruhnya bagi pihak ket iga, kecuali yang diat ur dalam Undang-undang, misalnya perjanjian pihak ket iga. Asas berlakunya suat u perjanjian diat ur dalam pasal 1315KUHPer yang menyat akan: ” pada umumnya t idak seseorang pun dapat mengikat diri at as nama sendiri at au memint a dit et eapkan suat u perjanjian dari pada unt uk dirinya sendiri” .11

1.5.3.5 Syarat Sahnya Perjanjian

Agar suat u Perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak, perjanjian harus mem enuhi syarat -syarat sebagaimana dit et apkan dalam Pasal 1320 BW yait u :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan dan penipuan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok perjanjian. Adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324 BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.

•Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin suaminya. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 BW).

c. Suatu hal tertentu;

11

(35)

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.

d. Suatu sebab atau causa yang halal.

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.

1.5.3.6 Konsep Prest asi.

Prest asi adalah sesuat u yang w ajib dipenuhi oleh debit ur dalam set iap perikat an. Prest asi adalah objek perikat an. Dalam hukum perdata kew ajiban memenuhi prest asi selalu disert ai jaminan hart a kekayaan debit ur. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdat a dinyat akan bahw a hart a kekayaan debit ur, baik bergerak maupun t idak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada menjadi jaminan pemenuhan hutangnya t erhadap kredit ur. Namun jaminan umum ini dapat dibat asi dengan jaminan khusus berupa benda t ertent u yang dit et apkan dalam perjanjian ant ara pihak-pihak.

M enurut ket entuan pasal 1234 KUHPerdat a, selalu ada 3 kemungkinan w ujud prest asi, yait u:

(36)

• M elakukan sesuat u misalnya, membuat kan pagar pekarangan rumah , mengangkut barang tert entu, dan menyimpan rahasia perusahaan.

• Tidak melakukan sesuat u misalnya t idak melakukan persaingan curang, t idak melakukan dumping, dan t idak menggunakan merek orang lain.

Pasal 1234 ayat (1) KUHPerdat a menjelaskan pengert ian m emberikan sesuat u yait u menyerahkan penguasaan nyat a at as suat u benda dari debit ur kepada kredit ur at au sebaliknya, misalnya dalam jual beli, sew a menyew a, perjanjian gadai, dan ut ang piut ang.

1.5.3.7 Sifat Prest asi

Prest asi adalah objek perikat an, supaya objek perikat an it u dapat dipenuhi oleh debit ur. M aka perlu diket ahui sifat -sifatnya, yait u :

a. Prest asi harus sudah t ertent u at au dapat dit ent ukan.

Sifat ini memungkinkan debit ur memenuhi perikat an. Jika prest asi it u t idak t ertent u at au t idak dapat dit ent ukan, mengakibat kan perikat an it u bat al.

b. Prest asi it u harus mungkin.

Art inya, prest asi it u dapat dipenuhi oleh debit ur secara w ajar dengan segala upayannya. Jika demikian perikat an it u dapat dibat alkan. c. Prest asi it u harus dibolehkan.

Art inya, t idak dilarang oleh undang-undang, t idak bert ent angan dengan ket ert iban umum, dan t idak bert ent angan dengan kesusilaan masyarakat . Jika prest asi tidak halal, perikat an it u bat al.

d. Prest asi it u harus ada manfaat bagi kredit ur.

Art inya, kredit ur dapat menggunakan, menikmat i, dan mengambil hasilnya. Jika tidak demikian, perikat an it u dapat dibat alkan.

e. Prest asi it u t erdiri dari at as sat u perbuatan at au serent etan perbuatan.

Jika prest asi berupa sat u kali perbuatan dilakukan lebih dari sat u kali, dapat mengakibat kan pembat alan perikat an. Sat u kali perbuatan it u maksudnya pemenuhan mengakhiri perikat an, sedangkan lebih dari sat u kali perbuatan maksudnya pemenuhan yang t erakhir mengakhiri perikat an.

1.5.3.8 Wanprest asi

(37)

a. Karena kesalahan debit ur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian.

b. Karena keadaan mem aksa, di luar kemam puan debitur. Jadi debit ur t idak salah.

Unt uk menent ukan apakah seorang debit ur bersalah melakukan w anprest asi, perlu dit ent ukan dalam keadaan bagaimana debit ur dikat akan sengaja at au lalai t idak memenuhi prest asi. Dalam hal ini, ada 3 keadaan, yait u :

a. Debit ur t idak memenuhi prestasi sama sekali.

b. Debit ur mem enuhi prestasi, tet api t idak baik atau keliru.

c. Debit ur mem enuhi prest asi, t etapi t idak t epat w akt unya at au perlu mem peringat kan debit ur supaya dia memenuhi prest asi. Dalam hal t elah dit ent ukan t enggang w akt unya menurut ketent uan pasal 1238 KUHPerdat a, debit ur dianggap lalai dengan lew at nya t enggang w akt u yang t elah dit et apkan dalam perikat an.

Unt uk mem peringat kan debit ur supaya dia memenuhi prest asi perlu diberikan peringat an t ertulis, yang isinya menyat akan bahw a debit ur w ajib memenuhi prest asi dalam w akt u yang dit ent ukan. Jika dalam w akt u it u debit ur t idak memenuhinya, maka debit ur dinyat akan t elah lalai atau w anprest asi.

Peringat an t ertulis dapat dilakukan secara resmi dan dapat juga secara t idak resmi. Peringat an t ertulis secara resmi dilakukan melalui pengadilan negeri yang berwenang, yang dapat disebut sommat ie. Kemudian pengadilan negeri dengan perantaraan juru sit a menyam paikan surat peringat an t ersebut kepada debit ur yang disert ai berit a acara penyampaiannya. Peringat an t ertulis t idak resmi misalnya, melalui surat t ercat at, t elegram, faksimile, at au disampaikan sendiri oleh kredit ur kepada debit ur dengan t anda t erim a. Surat peringat an it u disebut ingbreke st elling.

Akibat hukum bagi debit ur yang t elah melakukan w anprest asi adalah hukuman dan sanksi hukum berikut ini :

a. Debit ur diw ajibkan membayargant i rugi kerugian yang diderit a oleh kredit ur (Pasal 1243 KUHPerdat a).

(38)

c. Perikat an untuk mem berikan sesuat u, risiko beralih kepada kepada debit ur sejak t erjadi w anprest asi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdat a). d. Debit ur w ajib membayar biaya pekara jika dipekarakan di muka

pengadilan negeri dan debit ur dinyat akan bersalah.12

1.5.3.9 Berakhirnya Perjanjian Dan Hapusnya Perikat an 1.5.3.9.1 Berakhirnya Suatu Perjanjian

Berakhirnya Suatu perjanjian dapat terjadi karena suatu tindakan atau peristiwa tertentu, baik yang dikehendaki atau tidak dikehendaki oleh para pihak. Hal tersebut antara lain :

a. Telah dit ent ukan dalam perjanjian oleh para pihak.

b. Undang-undang t elah menet apkan bat as w akt u berlakunya perjanjian.

c. Para pihak at au undang-undang dapat menent ukan bahw a dengan t erjadinya perist iw a t ertent u maka perjanjian akan hapus.

d. Adanya suatu pernyat aan untuk menghent ikan perjanjian. e. Karena put usan hakim .

f. Tujuan perjanjian telah t ercapai.13 1.5.3.10.2 Hapusnya Perikat an

M enurut ket entuan Pasal 1381 BW, t erdapat sepuluh cara hapusnya perikat an, yait u:

a.Pem bayaran

b.Penaw aran pembayaran t unai diikut i dengan penyimpanan at au penit ipan

c.Pem baharuan ut ang

d.Perjumpaan ut ang at au kompensasi e.Percampuran ut ang

f.Pem bebabasan ut ang

g.M usnahnya barang yang t erut ang h.Pem bat alan

i.Berlaku suat u syarat bat al j.Lew at nya w aktu (daluarasa)

12

Op.cit., Abdulkadir Muhammad, 2010, hal 239-243.

13

(39)

1.5.4Tinjauan Umum Perjanjian Kredit .

1.5.4.1Pengert ian Kredit .

Kredit menurut ket entuan Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomer 7 t ahun 1992 t entang perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang nomer 10 t ahun 1998 t entang perbankan selanjutnya disingkat UU Perbankan, menyat akan :

“ Kredit adalah penyediaan uang at au t agihan yang dapat dipersamakan dengan it u, berdasarkan perset ujuan at au kesepakat an pinjam-meminjam ant ara bank dengan pihak lain yang mew ajibkan pihak memijam untuk melunasi ut angnya set elah jangka w akt u t ertent u dengan pemberian bunga”

Pengert ian kredit sendiri sebenarnya berasal dari bahasa romawi yait u Credere yang berart i percaya at au Credo at au Credit um yang berart i saya percaya, maka seseorang yang t elah menyat akan kepercayaan dari kredit ur. Kredit juga berart i meminjamkan uang at au pemindahan pembayaran apabila orang menyat akan mem beli secara kredit maka hal ini berart i si pembeli tidak harus mem bayarnya pada saat it u juga.14

Apabila diart ikan secara ekonomi, kredit berart i “ peenundaan peembayaran” art inya uang at au barang yang dit erima sekarang akan dikem balikan pada masa yang akan dat ang. Bisa 1 minggu 1 bulan bahkan beberapa t ahun. Oleh karena it u dalam pemberian kredit selalu t erkandung resiko, yait u resiko bagi pemberi kredit bahw a uang at au barang yang t elah diberikan kepada penerim a kredit t idak kembali sepenuhnya. Dalam ruang lingkup maka kontra prest asi yang akan

14

(40)

dit erim a kredit ur berupa sejumlah nilai ekonomi t ert ent u yang dapat berupa uang, barang, dan sebagainya. Dengan kondisi demikian maka t idak berlebihan apabila dari konteks ekonomi kredit mem punyai pengert ian suat u penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang dimana prest asi yang diberikan sekarang, dim ana prest asi t ersebut pada dasarnya akan berbentuk nilai uang. Kredit berfungsi koperatif ant ara pemberian kredit dan si penerim a kredit at au ant ara kredit ur dan debit ur. M ereka menarik keunt ungan dan saling menanggung resiko.

Dengan demikian dapat dikat akan bahw a int isari dari art i kredit sebenarnya menurut M olenaar yang dikut ip Prof. Dr M ariam Darus Badrulzaman, S.H. dalam buku aneka bisnis mengem ukakan bahw a kredit adalah meminjamkan benda at au uang pada peminjam dengan kepercayaan, bahw a benda at au uang it u akan dikembalikan dikemudian hari kepada pihak yang meminjamkan.15

M enurut pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomer 4 Tahun 1996 t entang Hak Tanggungan At as Tanah Besert a Benda-benda yang berkait an dengan Tanah, Kredit ur adalah pihak yang berpiut ang dalam suat u hubungan ut ang-piut ang t ertent u, sedangkan Pasal 1 ayat (3) debit ur adalah pihak yang berutang dalam suat u hubungan ut ang-piut ang t ertent u.

15

(41)

Buku III Kit ab Undang-Undang Hukum Perdat a atau B.W mksud isi dari kredit ur at au pihak berpiut ang adalah pihak yang berhak menunt ut , sedangkan pihak yang w ajib mem enuhi t unt ut an dinamakan pihak berhutang atau Debit ur.16

1.5.4.2Pengert ian Perjanjian Kredit .

Perjanjian adalah suat u perist iw a dim ana dua orang at au dua pihak saling berjanji untuk melakukan suat u hal at au suat u perset ujuan yang dibuat oleh dua pihak at au lebih, masing-m asing bersepakat akan menaat i apayang t ersebut dalam perset ujuan it u.

Perjanjian kredit merupakan perikat an at ara dua pihak at au lebih yang menggunakan uang sebagai obyek dari perjanjian, jadi dalam perjanjian kredit ini t it ik berat nya adalah pemenuhan prest asi ant ara pihak yang menggunakan uang sebagai obyek at au sesuat u yang dipersamakan dengan uang.

Perjanjian kredit merupkan perjanjian konsensuil at ara Debit ur dengan Kredit ur ( dalam hal ini bank ) yang melahirkan hubungan hutang piut ang, dim ana Debit ur berkew ajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh Kredit ur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang t elah disepakat i oleh para pihak.

Dalam Buku III KUH Perdat a t idak t erdapat ket ent uan yang khususnya mengat ur perihal Perjanjian Kredit . Namun dengan berdasarkan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas untuk

16

(42)

menent ukan isi dari perjanjian kredit sepanjang tidak bert ent angan dengan undang-undang, ket ert iban umum, kesusilaan, dan kepat ut an. Dengan disepakat i dan dit andatanganinnya perjanjian kredit t ersebut oleh para pihak, maka sejak det ik it u perjanjian lahir dan mengikat para pihak yang membuat nya sebagai undang-undang.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok ( prinsipil ) yang bersifat riil. Sebagaimana perjanjian perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada at au berakhirnya perjanjian jaminan bergant ung pada perjanjian pokok. Art i riil ialah bahw a perjanjian kredit dit ent ukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah kredit ur. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai kredit ur kepada nasabahnya sebagai kredit ur selalu dilakukan dengan membuat suat u perjanjian. M engenai bent uk perjanjian ini t idak ada bent uk yang past i karena t idak ada perat uran yang mengat ur, t etapi yang jelas perjanjian kredit selalu dibuat dalam bent uk t ertulis dan mengacu pada pasal 1320 KUH Perdat a t entang syarat -syarat sahnya perjanjian.17

1.5.4.3Jenis Perjanjian Kredit .

Dilihat dari pembuat annya, suat u perjanjian kr edit dapat digolongkan menjadi:

a. Perjanjian Kredit dibaw ah t angan, yait u perjanjian kredit yang dibuat oleh dan ant ara para pihak yang t erlihat dalam perjanjian kredit t ersebut t anpa melibat kan pihak pejabat yang berw enang/ Not aris. Perjanjian Kredit dibaw ah t angan ini terdiri dari:

•Perjanjian Kredit dibaw ah t angan biasa;

17

(43)

•Perjanjian Kredit dibaw ah t angan yang dicat at kan di Kant or Not aris (Waarmeking);

•Perjanjian Kredit dibaw ah t angan yang dit andatangani di hadapan Not aris namun bukan merupakan akt a notarial (legalisasi). b. Perjanjian Kredit Not arial yait u perjanjian yang dibuat dan

dit andatangani oleh para pihak di hadapan Not aris. Perjanjian Not arial merupakan akt a yang bersifat ot ent ik (dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang berw enang/ Not aris).

1.5.4.4St rukt ur Perjanjian Kredit .

Suatu perjanjian kredit pada umumnya t erdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

a. Kepala/ Judul b. Komparisi

Komparasi adalah bagian dari perjanjian kredit yang mem uat ket erangan ident it as para pihak.

c. Prem is

Prem is merupakan bagian dari akt a yang berisi uraian yang mem uat alasan-alasan at au dasar pert imbangan para pihak dalam membuat perjanjian kredit . Dalam premis dim uat hal-hal at au pokok-pokok pikiran yang merupakan konstalasi fakt a-fakt a secara singkat dan yang menggerakkan para pihak untuk mengadakan perjanjian kredit . d. Bat ang Tubuh

Bat ang t ubuh berisikan hal-hal yang diset ujui oleh para pihak, berupa klausula-klausula, baik klausula hukum maupun klausula komersial yang berkait an dengan pemberian fasilit as kredit .

e. Kolom Tanda Tangan (Signature Page)

Kolom t anda t angan berisikan t anda t angan para pihak pembuat perjanjian.18

1.5.4.5Fungsi Perjanjian Kredit .

(44)

a. Perjanjian kredit sebagai alat bukt i bagi Kredit ur dan Debit ur yang mem butikan adanya hak dan kew ajiban t imbal balik ant ara bank sebagi Kredit ur dan Debit ur. Hak Debit ur adalah menerima pinjam an dan menggunakan sesuai t ujuannya dan kewajiban Debit ur mengembalikan hutang t ersebut baik pokok dan bunga sesuai w akt u dit ent ukan. Hak Kredit ur unt uk mendapatkan pem bayaran bunga dan kew ajiban Kredit ur adalah mem ijamkan sejumlah uang kepada Debit ur, dan Kredit ur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga.

b. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat at au sarana pemant auan at au pengaw asan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit berisi syarat dan ket entuan dalam pemberian kredit dan pemngembalian kredit . Unt uk mencairkan kredt dan penggunaan kredit dapat dipant au dari ket entuan perjanjian kredit .

c. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari perjanjian ikut annya yait u perjanjian pengikat an jaminan. Pem berian kredit pada umumnya dijam in dengan benda-benda bergerak at au benda t idak bergerak milik Debit ur at au milik pihak ket iga yang harus dilakukan pengikat an jaminan.

d. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukt i biasa yang membukt ikan adanya hutang Debit ur art inya perjanjian kredit t idak mempunyai kekuat an eksekut oria at au t idak mem berikan kekuasaan langsung kepada Bank at au Kredit ur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila Debit ur t idak mampu melunasi hut angnya(wanprestasi).19

1.5.5Tinjauan Umum Jaminan

1.5.5.1Pengert ian Jaminan

Istilah ”jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau

cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi

perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur terhadap kreditornya.20

Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat dibaca di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

19

Op.cit., Sutarno, hal 129

20

(45)

1992 Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Agunan adalah:

”Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah”

Agunan dalam konstruksi ini merupakan jaminan tambahan (accessoir). Tujuan Agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank.

Unsur-unsur agunan yaitu:

a. Jam inan tambahan

b. Diserahkan oleh debit ur kepada bank

c. Unt uk mendapat kan fasilit as kredit atau pembiayaan

Menurut M.Bahsan bahwa jaminan adalah ”Segala sesuatu yang diterima debitor untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat”.21

1.5.5.2Pengert ian Hukum Jaminan

M enurut J. Sat rio hukum jaminan it u diart ikan perat uran hukum yang mengat ur t entang jaminan-jaminan piut ang seorang kredit or t erhadap seorang debit ur. Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang mengat ur t entang jaminan piut ang seseorang.

21

(46)

Sement ara it u, Salim HS mem berikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengat ur hubungan ant ara pemberi dan penerim a jaminan dalam kait annya dengan pembebanan jaminan untuk mendapat kan fasilit as kredit .

Jadi int i dari dua pendapat perumusan pengert ian hukum jaminan diat as adalah ket entuan hukum yang mengat ur hubungan hukum ant ara pemberi jaminan (debit ur) dan penerim a jaminan (kredit ur) sebagai akibat pembebanan suat u ut ang t ertent u (kredit ) dengan suat u jaminan (benda at au orang t ertent u).22

Sedangkan menurut Sri Soedewi M asjhoen Sofwan, hukum jaminan adalah mengat ur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilit as kredit , dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Perat uran demikian harus cukup meyakinkan dan mem berikan kepast ian hukum bagi lembaga-lembaga kredit , baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah, besar, dengan jangka w akt u yang lam a dan bunga yang relat if rendah.23

1.5.5.3Fungsi Jaminan

Yait u jaminan sebagai suat u sarana perlindungan bagi keamanan kredit ur dimana untuk pelaksanaan akan pelunasan hutang-hut ang debit ur yang ada at au pelaksanaan suat u prest asi oleh debit ur kepada kredit ur.

1.5.5.4Jenis-Jenis Jaminan

17

Ibid, Rachmadi Usman, hal. 1 23

(47)

Jaminan dapat digolongkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia dan yang berlaku di Luar Negeri. Dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan ditentukan bahwa ”Bank tidak akan memberikan kredit tanpa adanya.”

Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Jaminan Materiil (kebendaan), yaitu jaminan kebendaan

Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri ”kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului diatas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan b. Jaminan Imateriil (perorangan), yaitu jaminan perorangan

Jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.24

1.5.5.5Jam inan Kredit

Jaminan atau agunan dalam sebuah perjanjian kredit merupakan sesuatu yang mutlak dalam pemberian kredit, hal ini sejalan dengan ketentuan perundang-undangan berlaku, tiada kredit tanpa sebuah jaminan. Diperlukan jaminan guna menjamin kepastian, ketertiban, dan kelancaran pelunasan utang debitor kepada kreditor. Dalam proses pemberian kredit, disamping memperhatikan jaminan yang bernilai fisik material, juga diharuskan melihat jaminan yang bernilai immaterial, hal itu untuk mencegah kesan bahwa bank hanya mementingkan jaminan fisik saja. Oleh karena itu dalam praktek perbankan diperlukan untuk memperhatikan prinsip-prinsip perkreditan yang diantaranya ada 5 prinsip

24

(48)

yaitu yang terdiri dari Kepribadian, Kemampuan, Modal, Kondisi Ekonomi dan Agunan. Betapa pentingnya jaminan dalam setiap pengambilan keputusan kredit sebagai the last resources dari kepastian pembayaran kembali pinjaman/utang/kredit oleh debitor terhadap bank jika debitor berada dalam keadaan macet.

Berdasarkan Undang-undang Perbankan pada penjelasan disebutkan bahwa untuk memperoleh keyakinan bank sebelum memberi kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitor. Jaminan kredit yang dalam praktek dikenal juga dengan istilah agunan, merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, bank dapat saja memiliki keyakinan terhadap watak, kegiatan bisnis dan kondisi perekonomian, maka sebagai salah satu unsur kepastian pengembalian atau pembayaran utang debitor, maka agunan diperlukan berbentuk benda, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan, benda dapat saja berupa benda bergerak atau tidak bergerak seperti tanah dan atau bangunan, benda berwujud atau tidak berwujud.

Fungsi Jaminan Kredit sendiri yaitu:

a. Jaminan Kredit Sebagai Pengamanan Pelunasan Kredit

(49)

”Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”

Jadi dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata merupakan upaya lain atau alternatif yang dapat digunakan bank untuk memperoleh pelunasan kredit pada waktu debitur ingkar janji kepada bank.

b. Jaminan Kredit Sebagai Pendorong Motivasi Debitur

Pengikatan jaminan kredit yang berupa harta milik debitur yang dilakukan oleh pihak bank, tentunya debitur yang bersangkutan takut akan kehilangan hartanya tersebut. Hal ini akan mendorong debitur berupaya untuk melunasi kreditnya kepada bank agar hartanya yang dijadikan jaminan kredit tersebut tidak hilang karena harus dicairkan oleh bank.

c. Fungsi Yang Terkait Dengan Pelaksanaan Ketentuan Perbankan Keterkaitan jaminan kredit dengan ketentuan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, misalnya dapat diperhatikan dari ketentuan-ketentuan persyaratan agunan untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan cara pemberian tambahan fasilitas kredit, terhadap jaminan kredit dalam rangka manajemen risiko kredit, dan sebagainya.25

1.5.6Tinjauan Umum M engenai Hak At as Tanah.

Sebagaimana t elah diuraikan di muka, pada dasarnya suat u HAT(hak at as t anah) lahir dan mengikat pihak-pihak yang melaksanakan perbuatan hukum mencipt akan hak t ersebut sert a pihak ket iga, saat mana HAT(hak at as t anah) dibukukan pada buku t anah melalui kegiat an pendaftaran t anah. M enurut pasal 1 (1) Perat uran Pemerint ah Nomer 24 Tahun 1997 pendaftaran t anah adalah rangkaian kegiat an yang dilakukan pemerint ah secara t erus-menerus, kesinambungan dan t eratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan,

25

(50)

dan penyajian sert a pemeliharan dat a fisik dan dat a yuridis, dalam bent uk pet a dan daft ar, mengenai bidang-bidang t anah yang sudah ada haknya dan hak milik at as sat uan rumah susun serta hak-hak t ert entu yang mebebaninya.

1.5.7Hukum Tanah

Hukum t anah adalah keseluruhan ket entuan-ket ent uan hukum, baik t ertulis maupun t idak t ertulis yang semuanya mempunyai obyek pengat uran yang sama yait u hak-hak penguasaan at as t anah sebagai lembaga-lembaga hukum dan sebagai hubungan hukum konkret , beraspek publik dan privat yang dapat disusun dan dipelajari secara sist emat is, hingga keseluruhannya menjadi sat u kesat uan yang merupakan sat u sist em. Sert a ket entuan-ket ent uan hukum t anah yang t ertulis bersumber pada UUPA dan perat uran pelaksanaannya yang secara khusus berkait an dengan t anah sebagai sumber hukum ut amanya, sedangkan ket entuan-ket entuan Hukum Tanah yang t idak t ertulis bersumber pada hukum adat t entang t anah dan yurisprudensi t ent ang t anah sebagai sumber hukum pelengkapnya.

Obyek Hukum Tanah adalah Hak Penguasaan at as t anah yang dibagi menjadi 2, yait u:

a. Hak penguasaan at as t anah sebagai lembaga hukum.

Hak penguasaan at as t anah ini belum dihubungkan dengan t anah dan orang at au badan hukum t ert entu sebagai subjek atau pemegang haknya.

b. Hak penguasaan at as t anah sebagai hubungan hukum yang konkret .

Hak penguasaan at as t anah ini sudah dihubungkan dengan hak t ertent u sebagai obyeknya dan orang at au badan hukum t ertent u sebagai subjek at au pemegang haknya.26

1.5.8Hak At as Tanah.

26

(51)

Hak At as t anah adalah Hak yang mem berikan w ew enang kepada seseorang yang mem punyai hak untuk mem pergunakan at au mengambil maanfaat at as t anah t ersebut . Sebagai pula w ewenang yang dipunyai oleh pemegang hak at as t anah dibagi menjadi 2, yait u:

a. Wew enang umum.

Wew enang bersifat umum yait u pemegang hak at as t anah mem punyai w ew enang untuk menggunakan t anahnya, t ermasuk juga t ubuh bumi, air, dan ruang yang ada di at asnya sekedar diperlukan untuk kepent ingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan t anah it u dalam bat as-batas menurut UUPA dan perat uran-perat uran hukum lain yang lebih t inggi (pasal 4 ayat (2) UUPA).

b. Wew enang Khusus.

Wew enang yang bersifat khusus yait u pemegang hak at as t anah mem punyai w ew enang untuk menggunakan t anahnya sesuai dengan macam hak at as t anahnya, misalnya w ew enang pada t anah Hak At as milik adalah dapat untuk kepent ingan pert anian dan at au mendirikan bangunan, w ew enang pada t anah Hak Guna Bangunan adalah menggunakan t anah hanya untuk mendirikan dan mem punyai bangunan di at as t anah yang bukan miliknya, w ew enang pada t anah Hak Guna Usaha adalah menggunakan t anah hanya untuk kepent ingan perusahan di bidang pert anian, perikanan, pet ernakan, at au perkebunan.27

1.5.9Pengert ian Hak At as Tanah Yang Belum Terdaft ar.

27

(52)

M engenai pengert ian Hak At as Tanah Yang Belum Terdaft ar penjelasan pasal 15 ayat 4 UU No. 4 t ahun 1996 ( UU Hak Tanggungan ) menyat akan bahwa hak at as t anah yang belum t erdaft ar adalah t anah sebagaimana dim aksud dalam pasal 10 ayat 3 UU No. 4 t ahun 1996 ( UU Hak Tanggungan ) Pasal 10 ayat 3 UU No.4 tahun 1996 berbunyi:

“ apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak at as t anah yang berasal dari konversi hak lama yang t elah memenuhi syarat untuk didaft arkan akan t etapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan pemohonan pendaftar an hak at as t anah yang bersangkut an. Penjelasan Pasal 10 ayat 3 UU No. 4 t ahun 1996 yang dim aksud dengan hak kepemilikan at as t anah menurut hukum adat yang t elah ada akan t etapi proses administ rasi dalam konversinya belum selesai dilaksanakan” .

Jadi pengert ian hak at as t anah yang belum t erdaft ar adalah t anah yang hak kepemilikan at as t anah t ersebut menurut hukum adat yang t elah ada akan t etapi proses administ rasi dalam konversinya belum selesai dilaksanakan.

1.5.10Pengert ian Obyek Jaminan Hak Tanggungan.

(53)

pada hak at as t anah sebagaimana dim aksud dalam Undang-undang Nomer 5 t ahun 1960 t entang Perat uran Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut at au t idak berikut benda-benda lain yang merupakan sat u kesatuan dengan tanah it u unt uk pelunasan ut ang t ertent u yang mem berikan kedudukan yang diut amakan kepada kredit or t ertent u t erhadap kredit ur-kredit ur lain. Jadi pengertian obyek jaminan Hak Tanggungan adalah barang at au benda yang mempunyai nilai mudah untuk diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang debit ur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat ant ara kredit ur dan debit ur, yang dibebenkan pada hak at as t anah sebagaimana dim aksud dalam Undang-undang Nomer 5 t ahun 1960 t entang Perat uran Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut at au t idak berikut benda-benda lain yang merupakan sat u kesat uan dengan t anah it u untuk pelunasan ut ang t ertent u yang memberikan kedudukan yang diut amakan kepada kredit ur t ertent u t erhadap kredit ur-kredit ur lain.

1.6M et ode Penelit ian.

1.6.1 Pendekat an M asalah

Penelit ian ini merupakan penelit ian yang bersifat yuridis normat if. Di dalam pembahasan masalah ini memakai pendekat an perundang-undangan (St at ut e Approach) yang dikombinasikan dengan pendekat an konsep (Concept ual

(54)

dibahas didasarkan pada norma hukum yang t erdapat pada perat uran perundang-undangan yang terkait .28

1.6.2 Sumber Dat a.

Sumber dat a dalam penelit ian ini yait u menggunakan dat a sekunder adalah dat a dari penelit ian kepust akaan dim ana dalam dat a sekunder t erdiri dari 2 (dua) bahan hukum, yait u bahan hukum prim er, bahan hukum sekunder sebagai berikut :

a. Bahan hukum Primer.

Bahan hukum prim er adalah bahan hukum yang sifat nya mengikat berupa perat uran perundang-undangan yang berlaku dan ada kait annya dengan permasalahan yang dibahas terdiri dari:

•Undang Nomor 10 Tahun 1998 t entang perubahan dari

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 t ent ang Perbankan.

•Undang-Undang No.4 Tahun 1996 t entang Hak Tanggungan at as Tanah

Benda-Benda Yang Berkait an Dengan Tanah.

•Kit ab Undang-Undang Hukum Perdat a (BW).

•Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 at au Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA).

•Pasal 10 Ayat 3 Undang-Undang No.4 t ahun 1996 t ent ang Hak At as Tanah

yang belum Terdaft ar. b. Bahan Hukum Sekunder.

28

Gambar

Gambar 1: Alur Prosedur Pemberian Kredit Oleh Bank BRI Kepada Debitur.

Referensi

Dokumen terkait

Catatan: Jumlah rupiah yang dipindah dari barang dalam proses ke barang jadi merupakan kos barang manufakturan untuk perioda bersangkuntan. Contoh Jurnal Penutupan Kos

Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan bagi penyelenggaraan kegiatan akuntansi mulai dari satuan kerja Pengguna Anggaran, penyusunan Laporan Keuangan oleh Entitas Pelaporan

a. Koordinasi dengan KPUD dalam penyusunan jadwal kampanye dilaksanakan secara sinergi dan berkelanjutan. Dalam penyusunannya melibatkan aparat Kepolisian, sehingga dapat

[r]

Pola pemanfaatan ruang terbuka publik kawasan membentuk linkage yang menyangkut PKL menempati ruang trotoar di muka bangunan, jalur lambat, trotoar tepi Lapangan Pancasila,

Berkaitan dengan hal tersebut pada tahun 2012 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Lampung masuk dalam 10 besar terbaik Penyelenggara Perizinan

sebagaimana yang dinyatakan oleh Shukor Amin agar pihak gereja turut melebarkan kegiatan misionarinya di kalangan orang Melayu yang jumlahnya adalah sebahagian dari

(2) Pegawai Kantor pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan tunjangan khusus yang besarnya ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan kemampuan