• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil

(VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi

DISUSUN OLEH :

HAFIDHUL ILMI

(0731010045)

BAGUS ARIE NUGROHO (0731010054)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik penelitian ini yang berjudul Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan

Metode Membran Ultrafiltrasi.

Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Kimia.

Sebagai dasar penyusunan penelitian ini adalah teori yang diperoleh selama kuliah, data-data dari majalah maupun literatur yang ada. Selanjutnya, dengan tersusunnya penelitian ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir.Bambang Wahyudi, MS., selaku dosen pembimbing.

(3)

5. Rekan-rekan serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu sehingga penelitian ini terselesaikan.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian ini, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun dan bermanfaat bagi kesempurnaan laporan ini akan kami terima dengan senang hati.

Akhir kata, laporan penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Mei 2011

(4)
(5)

Kata Pengantar ………... i

Intisari ………... ii

Daftar Isi ………... iii

BAB I Pendahuluan ………..……… 1

1.1Latar belakang……..………..………..……… 1

1.2Tujuan penelitian………..……… 5

1.3Manfaat penelitian ………... 5

BAB II Tinjauan Pustaka ……….………. 6

2.1 Teori umum ……….……….… 6

2.1.1 Karakteristik produk ……….………..… 7

2.1.2 Proses pembuatan virgin coconut oil (VCO) ….………..………….. 8

2.1.3 Pengertian protein ……….………....… 11

2.1.4 Pengertian membran ……….……… 15

2.2 Landasan teori ……….……….……….. 30

2.2.1 Proses ultrafiltrasi ……….. 30

2.2.2 Parameter kerja membran ……….. 30

2.2.3 Karakteristik membran ………... 31

(6)

2.3 Hipotesa ………. 38

BAB III Pelaksanaan penelitian ………...…. 39

3.1 Bahan yang digunakan ………...……. 39

3.2 Alat yang digunakan ………... 39

3.3 Gambar rangkaian alat ……….…... 40

3.4 Variabel – variabel penelitian ………...….. 40

3.4.1 Variabel tetap ……… 40

3.4.2 Variabel berubah ………... 40

3.5 Prosedur penelitian ……….. 41

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan ……… 42

4.1 Hasil analisa ……….…… 42

4.2 Hasil perhitungan ………. 43

4.3 Grafik dan pembahasan ……….…... 50

BAB V Kesimpulan dan saran ………..…. 55

5.1 Kesimpulan ……… 55

5.2 Saran ……….. 55

(7)

Tabel 1.1 Data virgin coconut oil dari peneliti terdahulu ………..…….. 2

Tabel 1.2 Data standar mutu virgin coconut oil menurut SNI 2008 ………...…. 3

Tabel 1.3 Perbandingan jenis modul membran ……….. .. 4

Tabel 2.1 Komposisi kimia dalam santan ………. 7

Tabel 2.2 Perbandingan proses membran berdasarkan gaya dorong tekanan ... 20

Tabel 2.3 Bahan membran komersil yang tersedia dipasaran ... 24

Tabel 4.1 Pengaruh waktu terhadap kadar protein retentat pada berbagai variasi tekanan ... 42

Tabel 4.2 Pengaruh waktu terhadap kadar air retentat pada berbagai variasi tekanan ... 42

Tabel 4.3 Pengaruh waktu terhadap kadar asam laurat pada berbagai variasi tekanan ... 42

Tabel 4.4 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.403 atm ………...………...….… 43

Tabel 4.5 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.456 atm …………..………... 43

Tabel 4.6 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.534 atm …………...………...….. 43

(8)

1.711 atm ………..……….. 44

Tabel 4.9 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan

1.403 atm …………..………..… 44

Tabel 4.10 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan

1.456 atm ………..……….... 45

Tabel 4.11 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan

1.534 atm ………...………... 45

Tabel 4.12 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan

1.635 atm ………..……… 45

Tabel 4.13 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan

1.711 atm ………..……… 46

Tabel 4.14 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan

1.403 atm ………..………..……….. 46

Tabel 4.15 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan

1.456 atm ………..………...………. 46

Tabel 4.16 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan

(9)

1.635 atm ……….. 47

Tabel 4.18 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan

1.711 atm ………...………47

Tabel 4.19 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan

1.403 atm ………...……….. 48

Tabel 4.20 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan

1.456 atm ………. 48

Tabel 4.21 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan

1.534 atm ………...…….. 48

Tabel 4.22 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan

1.635 atm ……….. 49

Tabel 4.23 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeks pada tekanan

(10)

Gambar 2.1 Struktur Protein ……….………. 12

Gambar 2.2 Skema Pemisahan Oleh Membran ………. 16

Gambar 2.3 Jenis Membran Berdasarkan stuktur dan prinsip pemisahan ………. 18

Gambar 2.4 Modul membrane turbular ………. 21

Gambar 2.5 Modul membran spiral wound ………..… 22

Gambar 2.6 Modul membran hollow fiber ………... 23

Gambar 2.7 Modul membran plate and frame ………... 24

Gambar 3.1 Rangkaian alat membran ultrafiltrasi ……….…… 40

(11)

Grafik 4.1 Hubungan antara tekanan dan waktu terhadap fluks pada berbagai variasi waktu ….... 50

Grafik 4.2 Hubungan tekanan terhadap kadar protein pada berbagai variasi waktu ………….……... 51

Grafik 4.3 Hubungan tekanan terhadap kadar asam laurat pada berbagai variasi waktu ……... 52

Grafik 4.4 Hubungan tekanan terhadap kadar air pada berbagai variasi waktu ……….…...…53

Grafik 4.5 Hubungan tekanan terhadap % rejeksi (protein retentat) pada berbagai variasi waktu ….. 54

(12)
(13)

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar.

Pada umumnya pembuatan VCO dilakukan dengan cara pemanasan dan diproduksi dengan

jumlah sedikit. VCO diproduksi dalam jumlah sedikit disebabkan karena daya simpan VCO

tidak bisa terlalu lama, sekitar 1-2 bulan. Pada riset ini kami melanjutkan penelitian VCO

yang terdahulu masih terdapat protein yang membuat VCO tidak berahan lama. VCO tersebut

kami pisahkan menggunakan teknologi membran sehingga memenuhi ketentuan SNI.

Membran ialah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran memiliki

ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis serta ada yang homogen

dan ada juga ada heterogen. Ditinjau dari bahannya membran terdiri dari bahan alami dan

bahan sintetis. Bahan alami adalah bahan yang berasal dari alam misalnya pulp dan kapas,

sedangkan bahan sintetis dibuat dari bahan kimia, misalnya polimer. Membran berfungsi

memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, menahan komponen dari

umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori-pori membran dan melewatkan

komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.

VCO yang dihasilkan dari peneliti yang terdahulu tersebut, dilewatkan membran

sehingga menghasilkan permeat dan retentat. Permeat yaitu VCO yang sudah mengandung

sedikit protein sedangkan retentat yaitu Protein yang tersaring dari membran yang

mengandung sedikit VCO. Bahan membrane yang digunakan untuk menyaring VCO adalah

selulosa nitrat dengan modul membran plate and frame. Kadar VCO sebelum melalui

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Virgin Coconut Oil atau VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan

tidak melalui penambahan bahan kimia atau pun proses yang melibatkan

panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO mempunyai

asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti pada minyak kelapa biasa. VCO

menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Hal ini

disebabkan VCO mengandung banyak asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid/MCFA). Sifat MCFA yang mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme tubuh. Penambahan energi yang

dihasilkan oleh metabolisme itu menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh

tubuh manusia sehingga meningkatkan tingkat energi yang dihasilkan. MCFA

yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam laurat (lauric acid). Pada umumnya pembuatan VCO dilakukan dengan cara

pemanasan dan diproduksi dengan jumlah sedikit. VCO diproduksi dalam

jumlah sedikit disebabkan karena daya simpan VCO tidak bisa terlalu lama,

sekitar 1-2 bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pemanasan dan

proses pemisahan yang kurang sempurna. Di atas suhu 80°C saat proses

(16)

hampir semua jenis protein mengalami denaturasi. Oleh karenanya, minyak

kelapa mudah teroksidasi sehingga menyebabkan ketengikan.

Pada riset ini kami melanjutkan penelitian yang terdahulu yaitu

Pembuatan VCO dengan Metode Centrifugasi. Dari penelitian tersebut kami

memperoleh data VCO sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Virgin Coconut Oil (VCO) dari peneliti terdahulu

Berdasarkan data VCO di atas, terlihat bahwa VCO yang diproduksi dengan Metode Centrifugasi masih mengandung protein yang

cukup tinggi yaitu 0,247%. Oleh karena itu dalam riset ini, kami mengurangi

kadar protein yang masih terkandung dalam Virgin Coconut Oil (VCO) yang

telah diproduksi oleh peneliti terdahulu. Selain untuk mengurangi kadar

protein yang terkandung dalam VCO, kami juga mengambil protein dari

VCO karena protein dari VCO dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan

ikan, bahan kosmetik, dan bahan tambahan gizi pada produk pangan.

Kandungan VCO Kadar (%)

Kadar protein 0,247

Kadar air 4,17

Kadar asam laurat 36,67

Bau Khas kelapa

(17)

Tabel 1.2 Data Standar Mutu Virgin Coconut Oil menurut SNI 2008

Berdasarkan tabel SNI untuk VCO diatas, kualitas VCO yang baik

itu adalah mempunyai bau khas kelapa dan tidak tengik. Pada riset kami,

VCO akan dipisahkan dari protein. Hal ini disebabkan karena protein yang

masih terkandung dalam VCO dapat menyebabkan VCO cepat berbau tengik.

Hal ini perlu ditekankan pada proses penyaringan, agar tidak ada protein

yang terikut dalam VCO. Semakin sedikit kadar protein yang terkandung

dalam VCO, semakin tinggi kualitas VCO.

Pada proses penyaringan VCO ini, kami menggunakan teknologi

membran karena membran mempunyai ukuran pori yang cukup rapat

sehingga dapat memisahkan protein dengan baik.

Pada teknologi membran ini perlu dilakukan pemilihan jenis modul

membran yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk efisiensi biaya. Berikut

adalah tabel perbandingan berbagai jenis modul membran.

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1.

Air dan senyawa yang menguap Bilangan iod

Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)

% g iod/100 g

%

Khas kelapa segar,tidak tengik Normal, khas minyak kelapa Tidak berwarna hingga kuning pucat

(18)

Tabel 1.3 Perbandingan Jenis Modul Membran

Jenis modul Keuntungan Kerugian

Tubular • Mudah dibersihkan

dengan bahan kimia

• Dibutuhkan volume yang tinggi untuk per unit area membran (secara relatif)

• Relatif mahal

Spiral Wound • Padat, permukaan

membran yang bagus/

Hollow Fiber • Padat, permukaan

membran yang sangat Plate and frame • Permukaan membran

yang bagus/ rasio volume.

• Perlengkapan yang bagus

• Gampang

dimasukkan pada aliran dengan titik semu.

• Sulit dibersihkan. • Mahal.

Dalam riset ini kami menggunakan modul membran plate and

frame. Hal ini karena modul membran plate and frame mempunyai

keunggulan relative cukup resistan terhadap penyumbatan karena

permukaan saluran masuk yang cukup luas, selain itu relative lebih mudah

(19)

telah rusak, mudah dalam pembersihan dan laju alirnya medium sehingga

tidak membutuhkan tekanan yang terlalu besar.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO)

dengan teknologi membran ultrafiltrasi ini bertujuan untuk memanfaatkan

protein dan mengurangi kadar protein dalam VCO yang telah diproduksi

dengan Metode Sentrifugasi dengan proses pemisahan menggunakan

teknologi membran ultrafiltrasi agar dapat memenuhi Standart Nasional

Indonesia (SNI).

1.3 Manfaat Penelitian

1. Dengan menggunakan teknologi membran ultrafiltrasi ini dapat dimanfaatkan

untuk memisahkan protein dalam VCO.

2. Teknologi membran ultrafiltrasi dapat menurunkan kadar Protein dalam

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) adalah buah kelapa (Cocos nucifera) yang berumur 11 – 12 bulan

dengan kulit sabut berwarna cokelat. Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari

keluarga Arecaceae. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan

pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah

pohon ini yang berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohon kelapa

biasanya tumbuh di pinggir pantai.

Jenis buah kelapa yang digunakan berasal dari jenis kelapa dalam

dengan varietas berdaging tebal atau jenis hibrida lokal. Varietas ini memiliki

kadar air yang lebih sedikit dibanding varietas buah kelapa lainnya serta

menghasilkan minyak lebih banyak. Ketuaan serta varietas kelapa harus

diperhatikan karena berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit luar (epicarp), sabut

(mesocarp), tempurung (endocarp), kulit daging buah (testa), daging buah (endosperm), air kelapa dan lembaga. Bagian yang menghasilkan VCO adalah

daging buahnya. Selain daging buah, bagian kelapa yang lainnya berguna

untuk hal yang lain. Contoh, ampas daging buah yang sudah diambil

minyaknya berguna sebagai bahan baku pembuatan makanan (untuk kue, dan

(21)

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Dalam Santan Kelapa

(S.Kataren, 2005).

2.1.1 Karakteristik Produk

Virgin Coconut Oil (VCO) sering disebut juga sebagai minyak kelapa murni. Penyebutan nama pada minyak kelapa jenis ini dengan penambahan

atribut “murni” mengindikasikan terdapatnya beberapa perbedaan pada

penampakan, sifat fisik, dan prinsip proses pengolahannya terhadap jenis

minyak kelapa biasa. Warna minyak kelapa murni ini relatif lebih bening

dan tak berwarna apabila dibandingkan dengan minyak kelapa biasa. Kadar

air dalam minyak kelapa murni yang rendah menyebabkan minyak ini tidak

mudah berbau tengik. Kandungan kimiawi yang berbeda dengan minyak

kelapa biasa, menyebabkan sifat khas dari minyak kelapa murni. Hal ini

disebabkan kandungan asam lemak jenuh (rantai pendek dan medium) yang

tinggi. Asam lemak jenuh ini memiliki potensi kegunaan yang sangat besar

baik bagi dunia kesehatan, industri farmasi, kosmetika maupun sebagai

pendukung industri pangan. Karena tidak menggunakan pemanasan yang

tinggi, maka kandungan asam lemak trans menjadi tidak ada, sedangkan

kandungan asam laurat yang tinggi menyebabkan VCO bersifat anti Macam zat Santan kelapa (%)

Air 86

Zat padat 13 - 14

Lemak 4 – 5

Karbohidrat 4 – 5

Protein 3 – 4

(22)

bakteri. Komoditas VCO masih belum terpublikasikan secara luas sehingga

standar produknya masih belum dikenal

Sifat Kimia Fisika VCO

Berikut ini adalah sifat-sifat kimia dan fisika dari minyak kelapa: • Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum.

• Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah harum caramel.

• Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol

(1:1).

• Berat jenis : 0,883 pada suhu 20 oC.

• Ph : tidak terukur karena tidak larut dalam air, namun

karena termasuk dalam senyawa asam maka

dipastikan memiliki pH dibawah 7. • Presentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21 oC (0%). • Titik cair : 20-25 oC.

• Titik didih : 225 oC.

(Winarno,2006)

2.1.2 Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Prinsip Pengolahan

Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut,

yaitu:

a. Pengasaman e. Fermentasi

b. Pengaraman f. Cara pres

c. Pancingan g. Cara ekstraksi pelarut

(23)

a. Pengasaman

Prinsip cara pengasaman adalah asam ditambahkan kedalam

krim santan untuk memecahkan emulsi krim sehingga didapatkan

minyak dan protein kelapa.

Cara ini memiliki keunggulan antara lain minyak yang

dihasilkan memiliki warna jernih sangat menarik, aroma sedap dan

harum serta rasa yang enak jika digunakan untuk menggoreng.

Disamping itu cara ini memiliki kelemahan yaitu limbahnya

menimbulkan pencemeran karena Ph yang terlalu rendah.

b. Penggaraman

Prinsip cara penggaraman adalah menambahkan garam – garam

tertentu kedalam krim santan sehingga krim tersebut setelah beberapa

hari waktu keluar minyak dan proteinnya. Cara ini memiliki kekurangan

limbahnya juga menimbulkan pencemaran karena pH karena yang

tinggi .

c. Pancingan

Cara ini lebih aman dari kedua cara diatas karena tidak ada asam

dan garam yang digunakan sehingga limbahnya tidak mencemari

lingkungan. Prinsip cara pancingan adalah menambahkan minyak ke

dalam krim santan dan menunggu krim santan tersebut samapai keluar

minyaknya. Menurut Berlina Rindengan, campuran tersebut didiamkan

selama 12 jam sehingga terbentuk tiga lapisan yaitu : minyak, blondo,

(24)

d. Centrifugasi

Daging buah kelapa yang telah diparut diberi air, kemudian

diperas dan disaring sehingga menghasilkan santan. Santan ditampung

dalam tempat atau wadah, proses selanjutnya santan dicentrifugasi

sehingga diperoleh 3 (tiga) lapisan, yaitu lapisan protein, air , dan

minyak . Ketiga lapisan tersebut tersebut merupakan komposisi di

dalam santan yang terpisah karena perbedaan berat jenis. Lapisan paling

atas yang berupa minyak merupakan produk Virgin Coconut Oil

(VCO).

e. Fermentasi

Pengolahan awalnya sama seperti pengolahan seperti

sentrifugasi, hanya berbeda pada teknik pengambilan minyaknya.

Setelah dihasilkan santan, Kemudian ditampung didalam suatu wadah

atau tempat yang transparan lalu ditutup dan didiamkan. Satu jam

berselang krim yang terbentuk pada santan dipisahkan dari air. Air

dibuang, sementara krim ditambah dengan mikroba dan diaduk secara

merata. Mikroba berfungsi untuk membantu pengumpalan protein agar

terpisah dengan minyak . Setelah itu krim didiamkan selama 10 jam

sehingga diperoleh minyak.

f. Cara Pres

Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra).

Proses ini memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat

(25)

g. Cara Ekstraksi Pelarut

Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut

saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik

didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan

minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup

sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal.

(Jonh M deman,1997)

2.1.3 Pengertian Protein

Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi

yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang

dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein

mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur

serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel

makhluk hidup dan virus.

Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis

protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya

protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat

dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam

bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga

(26)

sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk

asam amino tersebut (heterotrof).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain

polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama

makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang

paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob

Berzelius pada tahun 1838.

Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode

genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan

sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik.

Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki

fungsi penuh secara biologi.

2.1.3.1 Struktur Protein

Gambar 2.1 struktur protein

Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur

(27)

dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein

(nomor 1EDH).

Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa

struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat

tiga), dan kuartener (tingkat empat).[4] Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan

melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder

protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian

asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.

Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:

alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai

asam-asam amino berbentuk seperti spiral;

beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran

lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling

terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);

beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan

gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]

2.1.3.2 Kekurangan Protein

Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh

kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh,

proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya

(28)

protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan

atlet-atlet.

Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:

• Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97100% dari Protein

-Keratin)

• Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor,

penyakit kekurangan protein.[6] Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung

lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah

sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali

adalah:

o hipotonus

o gangguan pertumbuhan

o hati lemak

• Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan

berkibat kematian.

2.1.3.3 Keuntungan Protein

• Sumber energi

• Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan

• Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi

• Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel

(29)

2.1.4 Pengertian Membran

Membran ialah sebuah penghalang selektif antara dua fasa.

Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada

juga yang tipis serta ada yang homogen dan ada juga ada heterogen. Ditinjau

dari bahannya membran terdiri dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan

alami adalah bahan yang berasal dari alam misalnya pulp dan kapas,

sedangkan bahan sintetis dibuat dari bahan kimia, misalnya polimer.

Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk

molekul, menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih

besar dari pori-pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai

ukuran yang lebih kecil. Larutan yang mengandung komponen yang tertahan

disebut konsentrat dan larutan yang mengalir disebut permeat. Filtrasi

dengan menggunakan membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan

juga berfungsi sebagai sarana pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan

yang dilewatkan pada membran tersebut.

Teknik pemisahan dengan membran umumnya berdasarkan ukuran

partikel dan berat molekul dengan gaya dorong berupa beda tekan, medan

listrik dan beda konsentrasi. Proses pemisahan dengan membran yang

memakai gaya dorong berupa beda tekan umumnya dikelompokkan menjadi

empat jenis diantaranya mikromembran, ultramembran, nanomembran dan

reverse osmosis. Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan proses lain, antara lain :

(30)

• Proses membran dapat mudah digabungkan dengan proses

pemisahan lainnya ( hybrid processing)

• Pemisahan dapat dilakukan dalam kondisi yang mudah diciptakan

• Mudah dalam scale up

• Tidak perlu adanya bahan tambahan

• Material membrane bervariasi sehingga mudah diadaptasikan

pemakaiannya.

Kekurangan teknologi membran antara lain : fluks dan selektifitas

karena pada proses membran umumnya terjadi fenomena fluks berbanding terbalik dengan selektifitas. Semakin tinggi fluks seringkali berakibat

menurunnya selektifitas dan sebaliknya. Sedangkan hal yang diinginkan

dalam proses berbasiskan membran adalah mempertinggi fluks dan

selektifitas.

Gambar 2.2

(31)

2.1.4.1 Jenis membran berdasarkan struktur dan prinsip pemisahan Terdapat tiga golongan membran berdasarkan struktur dan

prinsip pemisahan. Membran berpori, yaitu membran dengan prinsip

pemisahan didasarkan pada perbedaan ukuran pertikel dengan

ukuran pori membran. Selektivitas pemisahan ditentukan oleh

ukuran pori dan hubungannya dengan ukuran pertikel yang akan

dipisahkan. Membran jenis ini biasanya digunakan untuk proses

mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.

Definisi pori ada 3 jenis yaitu :

a. makropori > 50 nm

b. mesopori 2 < ukuran pori >50

c. mikropori < 2 nm

Dari data di atas maka membran mikrofiltrasi termasuk

makropori sedangkan membran ultrafiltrasi termasuk makropori dan

mesopori.

Membran tak berpori, yaitu membran yang mampu

memisahkan molekul – molekul yang memiliki ukuran sangat kecil

dan tidak dapat dipisahkan dengan membran berpori. Prinsip

pemisahannya berdasarkan perbedaan kelarutan dan atau

kemampuan berdifusi. Sifat intrinsik bahan polimer membran

menentukan tingkat selektivitas dan permeabilitas. Metode sederhana

untuk karakteristik membran nonpori adalah menentukan

(32)

Membran cair, yaitu membran yang memisahkannya tidak

ditentukan oleh membrannya ataupun behan pembentuk membran

tersebut., tetapi oleh sifat molekul pembawa yang sangat spesifik.

Media pembawa merupakan cairan yang terdapat dalam pori – pori

membran berpori. Permeselektivitas terhadap suatu komponen

tergantung terutama pada kespesifikan molekul pembawa.

Secara skematik jenis membran tersebut digambarkan pada

gambar 2 berikut :

Gambar 2.3

Jenis membran berdasarkan struktur dan prinsip pemisahan

Membran yang dipergunakan pada proses ED adalah

membran jenis tidak berpori yang prinsip pemisahannya berdasarkan

perbedaan kelarutan dan kemampuan berdiffusi.

2.1.4.2 Jenis Membran Berdasarkan Sistem Penyusunan

Berdasarkan penyusunannya membran terbagi atas tiga bagian,yaitu :

- Batch / Sekali Proses

Membran dengan sekali proses, dimana selama proses

(33)

- Continuous / Proses Berkelanjutan

Membran dengan proses bekelanjutan, dimana selama

proses berlangsung terdapat input dan output.

- Tapered Casde / Proses Berkelanjutan Dengan Katub

Membran dengan proses berkelanjutan / Continuous dengan

dilengkapi katub, yang berguna apabila concentrate masih

bisa digunakan dan dapat dikembalikan dengan tanpa

mengulang atau mengembalikannya dari awal. Denagn cara

menutup katub keluaran sehingga concentrate dapat di

recycle lagi.

2.1.4.3 Jenis Membran Berdasarkan Tekanan

Operasi membran menggunakan tekanan sebagai driving

force dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Mikrofiltrasi (MF)

Membran mikrofitrasi memiliki ukuran pori antara

0,05 sampai 10 µm. Mikrofiltrasi digunakan pada berbagai

macam aplikasi di industri, terutama untuk pemisahan partikel

berukuran > 0,1 µm dari larutannya. Tekanan operasinya sekitar

0,5 – 5 atm.

2. Utrafiltrasi (UF)

Dalam pengolahan air, ultrafiltrasi dapat

didefinisikan sebagai operasi penjernihan dan disinfeksi dengan

(34)

seperti virus dan bakteri, dan segala macam partikel. Tekanan

operasinya sekitar 1 – 10 atm dan memiliki ukuran pori 5 – 20 µm.

3. Nanofiltrasi (NF)

Nanofiltrasi selektivitas membrannya terletak

antrara reverse osmosis dan mikrofiltrasi, dan dapat merejeksi

kuat ion – ion dwivalen (Ca dan Mg) dalam operasi pelunakan

(softening). Nanofiltrasi merupakan reverse osmosis dengan

tekanan rendah. Tekanan yang biasa digunakan adalah 7 – 30

atm dan memiliki ukuran pori sekitar 2 – 5 µm.

4. Reverse Osmosis (RO)

Reverse osmosis adalah operasi membran dengan

tekanan yang besar untuk memisahkan zat terlarut yang

memiliki berat molekul rendah seperti garam anorganik atau

molekul organik kecil dari larutannya. Membran hanya dilalui

pelarut, sedangkan zatnya akan ditolak (rejeksi).

Tabel 2.2 Perbandingan Proses Membran Berdasarkan Gaya Dorong Tekanan

(35)

2.1.4.4 Modul Membran

Unit terkecil membran yang memiliki luas tertentu

dinamakan modul membran. Modul membran merupakan bagian inti

dari suatu instalasi membran. Dekade terakhir pengembangan

membran dan modul telah mengurang, akibat kontak fisik secara

langsung dan telah membawa modul spiral keempat dapar beroperasi

pada tekanan keluaran sebesar 800 psig (55,2 bar).

¤ Turbular

Modul turbular merupakan membran – membran lurus yang

dikelilingi oleh lapisan pendukung ( porous sublayer ) dan tube

penyangga. Umpan mengalir di bagian dalam sepanjang tube dan

permeat melalui membran ke dalam lapisan pendukung berpori

(porous support tube) dan lubang – lubang pada porous support

tube. Diameter dalam tube ini berkisar antara 0,63 – 3,8 cm. Tube

– tube ini ditempatkan dalam suatu rumahan berbentuk silinder

(cylindrical housing) yang terbuat dari PVC atau stainless stell

sebanyak 3 – 151 tube tiap rumahan.

Gambar 2.4

(36)

¤ Spiral Wound

Modul spiral wound merupakan hasil pengembangan dari

modul plate and frame. Modul ini pertama kali dikembangkan pada

pertengahan 1960-an oleh Gulf General Atomics untuk

diaplikasikan pada proses desalinasi. Desain modul ini menyerupai

susunan sandwich yangterdiri dari beberapa membran datar (flat

sheet), spacer dan material berpori yang dililitkan mengelilingi

suatu saluran pengumpul permeat (pemeat colleting tube). Larutan

umpan mengalir sepanjang modul dalam celah yang berbentuk

antara spacer dan membran atau masuk pada permukaan silindris

dari elemen dan keluar secara aksial. Diameter elemen bisa

mencapai 300 mm dan panjangnya bisa mencapai 1,5 m. Packing

density modul spiral wound sekitar 300 – 1000 m2/m3, lebih besar dibandingkan dengan modul plate and frame.

Gambar 2.5

Modul Membran Spiral Wound

¤ Hollow Fiber

Modul hollow fibber merupakan konfigurasi modul yang

(37)

m2/m3. Modul ini terdiri dari susunan yang sangat halus yang disusun menjadi suatu bundle dalam suatu shell silindris dimana

dalam suatu bandle terdapat 5 – 10000 serat. Diameter suatu serat

berada dalam kisaran 80 – 200 µm dan diameter dalam 1.100 µm

(high fouling application) atau 500 µm (low fouling application).

Gambar 2.6

Modul Membran Hollow Fiber

¤ Plate and frame

Skema modul plate and frame dan bingkai (atau sering

disebut flat frame). Desain modul ini memiliki konfigurasi yang

mirip dengan lilitan spiral, yang banyak digunakan di laboratorium.

Modul plate and frame terdiri atas plat penyangga/support plate,

membran dan spacer (separotor). Membran dan plat segel dengan

menggunakan gasket atau dapat juga direkatkan langsung dengan

dengan heating seal (menggnakan panas) atau perekat tertentu

(38)

stack/tumpukan dan membentuk suatu modul yang lengkap.

Saluran umpan biasanya memiliki tinggi 0,03 – 1,1 cm. Sedangkan

besar system plate and frame menggunakan elemen berbentuk

segiempat. Dalam perancangannya, dua lembar membran datar

disusun menyerupai sandwich dengan sisi umpan yang saling

berhadapan. Modul plate and frame mempunyai densitas pejejelan

sekitar 100 – 400 m2/m3.

Gambar 2.7

Modul Membran Plate and frame

2.1.4.5 Jenis Bahan Membran

Bahan yang secara komersil tersedia dipasaran, dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 2.3 Bahan membran komersil yang tersedia dipasaran

No Proses Membran Material

1 Reverse Osmosis Cellulosa acetat, Polyamide, Thin film Composite

2 Nanofiltrasi Cellulosa acetat, Polyamide, Thin film Composite

3 Ultrafiltrasi

Cellulosa acetat, Regenerated cellulosa, Polyamide, Poly acrilonitril, polysulfon, Polyvinilideneflouride, Thin film composite.

(39)

1. Membran Selulosa Asetat

Selulosa asetat adalah suatu senyawa kimia buatan yang

digunakan dalam film fotografi dan merupakan komponen dalam

bahan perekat,serta sebagai serat sintetik.Secara kimia, selulosa

asetat adalah ester dari asam asetat dan selulosa. Senyawa ini

pertama kali dibuat pada tahun 1865. Selulosa asetat atau acetate

rayon fiber (1924) merupakan salah satu serat sintetik yang

pertama diproduksi berdasarkan pada cotton or tree pulp cellulose

("biopolymers"). Selulosa asetat merupakan serat dengan kualitas

bagus yang diproduksi dengan biaya rendah (murah).Sifatnya

halus, lembut, kering, ulet, rendah ketahanannya terhadap abrasi,

tidak menimbulkan alergi,tidak tahan panas, serta bersifat

hidrofilik (suka terhadap air), tahan terhadap pembentukan

fouling.

2. Membran Selulosa Nitrat

Selain selulosa asetat salah satu bahan membran yang lain

adalah selulosa nitrat. Selulosa nitrat merupakan komponen yang

sangat mudah sekali terbakar dan terbentuk dari nitrasi cellulose

(melalui ekspose untuk asam nitric). Kompenen ini digunakan

sebagai propellant atau bahan peledak rendah. Membran ini

mempunyai ukuran pori sama dengan membran selulosa asetat

(40)

2.1.4.6 Operasi proses ultrafiltrasi dan reverse osmosis

Operasi membran dapat diartikan sebagai proses pemisahan

dua atau lebih komponen dari aliran fluida melalui suatu membran.

Membran berfungsi sebagai penghalang (Barrier) tipis yang sangat

selektif diantara dua fasa, hanya dapat melewatkan komponen

tertentu dan menahan komponen lain dari suatu aliran fluida yang

dilewatkan melalui membran.

Proses membran melibatkan umpan (cair dan gas), dan gaya

dorong (driving force) akibat perbedaan tekanan (P), perbedaan

konsentrasi (C) dan perbedaan energi (.E). Berkembangnya

teknologi membran memberikan alternatif proses lain pada produksi

VCO. Dengan memanfaatkan besar molekul, kendala pemisahan,

diantaranya waktu yang lama serta kemurnian produk pada proses

lain, dapat dihindari.

Proses produksi VCO dengan memakai teknologi membran

yang diusulkan adalah sebagai berikut:

a. Pemisahan daging buah dan tempurung.

Buah kelapa yang digunakan hendaknya cukup tua. Daging

buah kelapa dipisahkan dari tempurungnya dengan menggunakan

linggis.

b. Pemarutan

Pemarutan ini berfungsi untuk memperkecil ukuran dan

merusak sel-sel daging buah kelapa agar minyaknya mudah

(41)

c. Pemerasan

Parutan kelapa diperas untuk mendapatkan santannya.

Minyak dapat dikeluarkan dari buah kelapa dengan membentuk

emulsi santan dengan air

d. Penyaringan

Untuk memisahkan santan yang dihasilkan dengan cake

(parutan kelapa yang sudah diperas).

e. Pemisahan

Dilakukan secara dua tahap yaitu:

a. Ultrafiltrasi, untuk memisahkan protein dari air dan minyak

b. Reverse osmosis, untuk memisahkan minyak dari air VCO

yang dihasilkan dengan melibatkan teknologi membran ini

diharapkan dapat mempermudah produksi VCO dengan

spesifikasi produksi yang berkualitas sangat tinggi.

2.1.4.7Kendala-kendala yang dihadapi 1. Fouling

Fouling merupakan perubahan irreversible pada membrane

yang terjadi melalui mekanisme adsorbsi pore blocking atau

pembentukan lapisan gel. Parameter yang akan digunakan untuk

mengukur fouling adalah membrane filtration index (MFI).

Untuk produksi VCO ini, beberapa metode yang digunakan

(42)

Ø Umpan sebelum masuk unit ultafiltrasi sudah dilakukan

pretreatment

Ø Dengan adanya unit filtrasi, untuk menahan parutan kelapa

Ø Unit ultrafiltrasi sebagai pretreatment sebelum memasuki unit

reverse

Ø Osmosis

Ø Properties membran disesuaikan dengan kondisi umpan

Ø Dilakukan cleaning dengan hydraulic dan mechanical cleaning

Ø Kondisi proses dilakukan agar polarisasi konsentrasinya

rendah.

2. Polarisasi konsentrasi

Polarisasi konsentrasi terjadi karena konsentrasi di

sekitar permukaan membrane naik yang disebabkan tertahannya

solute oleh membran. Akan tetapi hal ini dapat diimbangi

dengan perpindahan solute dari permukaan membran menuju ke

arah umpan masuk. Sehingga pada pengimplementasiannya,

konsentrasi protein pada ultrafiltrasi dan konsentrasi VCO pada

reverse osmosis yang tertinggi ada didekat permukaan membran

sesuai dengan fenomena polarisasi konsentrasi yang umum

terjadi pada membran. Konsekuensi dari peristiwa polarisasi

konsentrasi tersebut antara lain:

» Penyerapan akan lebih rendah, merupakan kasus yang umum

(43)

» Penyerapan akan lebih tinggi, terjadi pada campuran

makromolekul solute ketika polarisasi konsentrasi dapat

mempengaruhi selektivitas,

» Fluks akan lebih rendah, fluks sebanding dengan driving

force, karena polarisasi konsentrasi

» menaikkan resistance yang menyebabkan driving force turun,

maka fluks akan menurun.

Polarisasi konsentrasi dapat dikendalikan dengan

meningkatkan turbulensi (kecepatan aliran) dan dengan

pemasangan baffle.

2.1.4.8 Pemeliharaan membran :

Pemeliharaan yang harus dilakukan untuk proses

ultrafiltrasi dan reverse osmosis ini, yaitu:

» Pembersihan membran dengan mechanical dan hydraulical

cleaning

» Penggantian membran

Penggantian membran pada reverse osmosis akan sering

terjadi disebabkan bahan membran yang digunakan adalah

cellulose acetate yang tidak tahan lama.

(44)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Proses Ultrafiltrasi

Proses membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan upaya

pemisahan dengan membran yang menggunakan gaya dorong beda

tekanan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi pori membran.

Proses pemisahan terjadi pada partikel-partikel dalam rentang ukuran

koloid. Terjadinya perpindahan disebabkan adanya driving force.

Proses perpindahan karena adanya driving force berupa beda potensial

kimia, lebih spesifik lagi disebabkan oleh faktor tekanan.

Sistem aliran yang digunakan adalah sistem aliran dead-end.

Sistem ini dipilih mengingat kemudahan dalam pembuatan alat dan

operasinya. Selain itu mengingat kontaminan yang akan dipisahkan

terdapat dalam konsentrasi yang relatif rendah, maka sistem dead-end

akan lebih menguntungkan dibanding sistem aliran cross-flow.Sistem

operasi yang dipilih adalah kontinyu sinngel pass. Pemakaian sistem

operasi single pass pada ultrafiltrasi disebabkan oleh kemudahan

pemisahan protein yang berbentuk Suspended Solid dari larutan, selain

itu tidak diperlukan spesifikasi tertentu untuk produknya .Waktu yang

diperlukan pada ultrafiltrasi sangat singkat karena memakai sistem single

pass.

2.2.2 Parameter kinerja membran:

Karakteristik kinerja membran digambarkan oleh retention dan

(45)

tiga aliran utama yaitu umpan, permeate dan retentate. Konsentrasi

umpan akan lebih kecil dari permeate atau retentate nya. Berdasarkan

fenomena tersebut maka ada beberapa parameter proses yang dapat

membedakan proses satu dengan proses lainnya Baik pada proses

ultrafiltrasi maupun reverse osmosis produksi VCO, diharapkan rejeksi

dan selektifitas yang tinggi, untuk menghasilkan produk yang diinginkan

Sistem yang memakai resirkulasi adalah pada bagian reverse osmosis

yang bertujuan untuk mencapai spesifikasi produk.

2.2.3 Karakteristik Membran

Karakteristik membran dilakukan untuk mengetahui sifat –

sifat membran yang dihasilkan. Dengan karakteristik ini akan

memberikan sejauh mana efisiensi dan efektifitas yang dapat

diperoleh dari membran yang telah dibuat. Ada beberapa macam

teknik yang bisa digunakan untuk mengetahui karakteristik

membran, namun dalam penelitian ini hanya digunakan 2 teknik

yang umum, yaitu permeabilitas dan permeselektifitas.

A. Permeabilitas

Permeabilitas menyatakan ukuran kecepatan suatu

spesi tertentu untuk melewati membran. Membran yang baik

adalah membran yang mempunyai permeabilitas yang besar.

Metode permeabilitas digunakan dengan asumsi daya kapilaritas

(46)

yang melalui membran pada temperatur konstan dengan

menggunakan persamaan :

Hagen Poiseuille :

Dimana j adalah fluks fluida melalui membran dengan driving

force ∆P/∆X, ∆P merupakan perbedaan tekanan (N/m

²

) dan ∆X

adalah ketebalan membran (m). Faktor pembanding terdiri dari jari

– jari r (m), viscositas cairan η (pa.s), polaritas permukaan

membran є (= n π r

² /

luas permukaan) dan faktor tortuosity τ.

Metode ini sangat mudah, fluks fluida melalui membran dihitung

sebagai fungsi tekanan. Pada saat tekanan minimum, pori terbesar

menjadi permeable, pori yang lebih kecil masih bersifat

impermiable. Tekanan minimum sangat bergantung pada tipe

material membran (sudut kontak), tipe permeat (tegangan

permukaan) dan ukuran pori. Persamaan yang cukup sederhana

untuk menyatakan permeabilitas adalah :

V J =

A . t

Dimana :

V = adalah volume permeat (Liter)

t = adalah selang waktu pengambilan permeat (jam)

A = adalah luas permukaan membran (m³) Єr² ∆P J =

(47)

B. Permeselektivitas

Permeselektivitas Adalah kemampuan membran untuk

menahan atau melewatkan suatu spesi tertentu. Untuk membran

berpori Permeselektivitas ditentukan oleh batas berat molekul yang

dapat ditahan.

Pada proses ultrafiltrasi kemampuan membran dinyatakan

dengan kemampuan untuk menahan molekul yang mempunyai

ukuran spesifik. Hal ini diukur dengan rejeksi (R) yang dapat

ditulis :

% R = [1 – Cp/Cf] x 100%

Dimana :

Cp adalah konsentrasi permeat

Cr adalah konsentrasi feed

2.2.4 Karakteristik Membran yang digunakan: Pada tahap ultrafiltrasi

Proses membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan upaya pemisahan

dengan membran yang menggunakan gaya dorong beda tekanan sangat

dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi pori membran. Proses pemisahan

terjadi pada partikel-partikel dalam rentang ukuran koloid. Membran ini

beroperasi pada tekanan antara 1-5 bar dan batasan permeabilitasnya

(48)

Spesifikasi ultrafiltrasi yang akan digunakan untuk pemisahan

protein dari air dan minyak dalam produksi VCO, adalah sebagai

berikut:

Modul : plate and frame

Modul plate and frame yang digunakan pada proses ultrafiltrasi

memiliki kelebihan pada kemampuan menampung suspended solid (SS).

Kemampuan menampung suspended solid menjadi pertimbamngan

utama pada pemilihan ultrafiltrasi untuk memproduksi VCO, karena

protein yang akan dipisahkan berbentuk suspended solid.

Keuntungan menggunakan modul plate and frame :

- Sangat kompak (rapat).

- Biaya rendah untuk penggantian membran.

Kelemahan menggunakan modul plate and frame :

- Memerlukan filtrasi awal

- Penggantian membran agak sukar.

Spesifikasi Ultrafiltrasi

Spesifikasi ultrafiltrasi yang akan digunakan untuk pemisahan

protein dari air dan minyak dalam produksi VCO, adalah sebagai

berikut:

Jenis : Ultrafiltrasi

Ketebalan : 150 µm

Ukuran pori : 1-100 nm

(49)

Prinsip pemisahan : mekanisme penyaringan

Aplikasi utama : dairy (susu, whey, pembuatan keju), pengolahan

air, metalurgi (emulsi minyak-air, elektropaint

recovery).

2.2.5. Pemisahan VCO menggunakan membran selulosa nitrat

Direkomendasikan untuk sebagian besar aplikasi rutin, membran

ini diproduksi di bawah kondisi yang dikontrol ketat. Pengguna akan

mendapatkan keuntungan dari peningkatan kinerja yang sekarang

tersedia di membran filter Whatman, termasuk distribusi ukuran pori

yang sangat sempit dan rendahnya tingkat extractables.

2.2.5.1 Kekuatan dan fleksibilitas yang lebih tinggi

Kebanyakan membran dasarnya rapuh dan sulit untuk

menangani, tidak jarang untuk penyaring untuk rusak selama

pembebanan ke pemegang atau saat digunakan. Whatman filter

membran selulosa nitrat memiliki fleksibilitas terasa lebih baik

dan dibuat untuk mentolerir penyalahgunaan selama penanganan,

pemuatan dan autoclaving tanpa mengorbankan integritas.

Selaput ini adalah salah satu jenis terkuat mereka tersedia, yang

diukur dan dibandingkan dengan tes tekanan meledak.

2.2.5.2 Terekstrak rendah tingkat

Tingkat extractables di filter membran telah menjadi lebih

(50)

jaringan dan melacak aplikasi analisis dapat terpengaruh oleh

tingkat terekstrak tinggi. Whatman filter membran selulosa nitrat

memiliki tingkat rendah extractables, umumnya di bawah

membran lainnya yang sejenis.

2.2.5.3Persempit distribusi ukuran pori

Salah satu ciri utama dari membran filter Whatman adalah

distribusi ukuran pori sempit. Ukuran pori membran dinilai dari

sistem dikendalikan erat karena lanjutan pembuatan kontrol dan.

Sebagai tambahan,-to-batch batch variasi diminimalkan

memberikan hasil yang lebih konsisten laboratorium.

2.2.5.4 Peningkatan stabilitas suhu

Membran filter biasanya diautoklaf pada 121°C tanpa

kehilangan integritas. membran Selulosa nitrat diberikan sebagai

lingkaran, lembaran atau gulungan.

2.2.5.5 Fitur dan manfaat

Persempit distribusi ukuran pori-pori untuk menangkap

permukaan diperbaiki dan analisis

2.2.6 Spesifikasi Membran Selulosa Nitrat Selulosa Nitrat

Ketebalan : 105-140 μm

Berat : 3,6-5,5 mg / cm 2

Maksimum suhu layanan : 80 º C

(51)

2.2.7. Pengertian Protein Nabati

Makanan nabati tidak mengandung kolesterol yang bisa

menaikkan kadar kolesterol darah yang membawa risiko terhadap

jantung.

Disamping itu daging juga tidak mengandung serat makanan.

Sumber serat adalah makanan nabati, terutama buah, sayur, dan

kacang-kacangan. Dimana serat makanan memiliki peran penting yang

dibutuhkan tubuh untuk memperlancar proses pengeluaran sisa-sisa

makanan dari usus.

Selain serat, makanan nabati juga mengandung banyak zat-zat

nongizi seperti ratusan jenis karotin, khlorofil dan zat makanan minor

yang berfungsi antioksidan, antitumor, antikanker.

2.2.8 Protein yang terdapat pada Blondo

Blondo adalah protein kelapa yang berkualitas tinggi yang

mengandung asam amino esensial dan dapat dimanfaatkan sebagai

bahan tambahan atau alternatif makanan bergizi tinggi serta harganya

relatif lebih murah. Blondo dapat diperoleh sebagai hasil samping

pembuatan minyak kelapa dengan proses basah yakni proses ekstraksi

minyak kelapa dari bahan santan kelapa. Proses ekstraksi teknik basah

ini ini cukup bervariasi antara lain proses pengasaman, enzimatik,

pancingan, mekanik, thermal dan lain sebagainya. Metode pancingan

(52)

yakni minyak yang diolah tanpa perlakuan panas berlebihan atau tanpa

penggunaan bahan kimia tambahan. Proses ini dilakukan hanya dengan

menempatkan sejumlah minyak pemancing di atas permukaan krim

santan pada perbandingan volume 1:3. Blondo dari hasil samping

pembuatan minyak kelapa dengan metode pancingan memiliki kualitas

baik sebagai sumber bahan pangan dengan pertimbangan blondo yang

diperoleh terbebas dari penambahan zat-zat lain dari luar serta tidak

menghasilkan perubahan karakteriisik (warna dan bau) yang berarti.

2.3 Hipotesa

Membran ultrafiltrasi dengan menggunakan material sellulosa

(53)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Minyak kelapa yang tidak mengalami hidrogenasi disebut minyak kelapa

virgin (murni) dan bebas dari lemak trans. Minyak kelapa murni (Virgin Coconut

oil) kaya dengan asam laurat, asam lemak rantai medium. Pembuatan Virgin Coconut Oil serta pemurniannya menggunakan bahan, alat, peubah, dan prosedur

pelaksanaan sebagai berikut :

3.1 Bahan yang digunakan:

Bahan utama yang kita gunakan adalah Virgin Coconut Oil (VCO)

yang telah diproduksi dengan menggunakan metode sentrifugasi. VCO ini

kita peroleh dari peneliti yang terdahulu. VCO tersebut masih mengandung

protein sehingga belum memenuhi SNI.

3.2 Alat yang digunakan:

Alat utama yang kita gunakan dalam pengambilan protein dalam

VCO ini adalah satu set alat membran ultrafiltrasi dengan menggunakan

bahan membran selulose nitrat. Sedangkan alat – alat bantu lainnya seperti

(54)

3.3 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1

Rangkaian Alat Membran Ultrafiltrasi

3.4 Variabel – Variabel Penelitian : 3.4.1 Variabel Tetap

a. Jenis membran : Ultrafiltrasi

b. Modul membran : Plate and frame

c. Bahan membran : Nitrocellulose

d. Volume umpan : 1 liter

3.4.2 Variabel Berubah

a. Tekanan operasi (∆P) : 1.403; 1.456; 1.534; 1.635; 1.711 (atm)

(55)

3.5 Prosedur Penelitian

Gambar 3.2

Skema Pengambilan Protein VCO dengan Membran Ultrafiltrasi

Dengan susunan peralatan seperti pada gambar di atas, VCO

yang digunakan sebagai umpan membran dengan volume sebanyak 1

liter dimasukkan dalam tangki umpan, kemudian dialirkan ke modul

membran dengan menggunakan pompa dengan tekanan yang telah

ditentukan. Sistem dioperasikan 30 menit untuk menstabilkan kondisi

proses, dimana retentat akan ditampung untuk dianalisa sesuai dengan

variabel yang dijalankan, sedangkan permeat akan di ditampung.

Diulangi dengan cara yang sama untuk tekanan operasi dan waktu

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

Tabel 4.1 Pengaruh waktu terhadap kadar protein retentat pada berbagai variasi tekanan

Tabel 4.2 Pengaruh waktu terhadap kadar air retentat pada berbagai variasi tekanan

Bahan Yang di

Tabel 4.3 Pengaruh waktu terhadap kadar asam laurat retentat pada berbagai variasi tekanan

(57)

IV.2 Hasil perhitungan a. Protein retentat

Tabel 4.4 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.403 atm

Tabel 4.5 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.456 atm

(58)

Tabel 4.7 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.635 atm

Tabel 4.8 Pengaruh antara waktu dan volume protein retentat terhadap fluks pada tekanan 1.711 atm

b. Asam laurat Retentat

(59)

Tabel 4.10 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan 1.456 atm

Tabel 4.11 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks pada tekanan 1.534 atm

(60)

Tabel 4.13 Pengaruh antara waktu dan volume asam laurat retentat terhadap fluks

Tabel 4.14 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan 1.403 atm

(61)

Tabel 4.16 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan 1.534 atm

Tabel 4.17 Pengaruh antara waktu dan volume air retentat terhadap fluks pada tekanan 1.635 atm

(62)

d. % rejeksi protein pada permeat

Tabel 4.19 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan 1.403 atm

Tabel 4.20 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan 1.456 atm

(63)

Tabel 4.22 Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan 1.635 atm

(64)

4.2 Grafik dan Pembahasan

a. Grafik Fluks

Grafik 4.1

Hubungan antara tekanan dan waktu terhadap fluks pada berbagai variasi waktu

Pemabahasan :

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan operasi, nilai fluks yang

dihasilkan semakin turun tetapi tidak begitu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan

membran masih dalam keadaan baik karena belum terjadi fouling pada grafik di atas juga

menunjukkan bahwa semakin lama waktu operasi, semakin turun nilai fluks yang dihasilkan.

hal ini menunjukkan bahwa keadaan membran sudah tidak baik, karena telah terjadi fouling.

Hal ini ditunjukkan dalam persamaan :

(65)

b. Kadar Protein Retentat

Grafik 4.2

Hubungan tekanan terhadap kadar protein pada berbagai variasi waktu

Pembahasan :

Pada grafik di atas terlihat bahwa semakin tinggi tekanan operasi, semakin tinggi

kadar protein yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena protein banyak yang

tidak dapat melewati membran atau banyak yang tertahan oleh membran,

sehingga kadar protein di retentat bertambah. Hal ini terlihat bahwa ukuran

protein lebih besar dari ukuran pori dari membran sehingga protein tertahan oleh

(66)

c. Kadar Asam Laurat Retentat

Grafik 4.3

Hubungan tekanan terhadap kadar asam laurat pada berbagai variasi waktu

Pembahasan :

pada grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar tekanan, kadar asam laurat semakin turun.

Penurunan kadar asam laurat tersebut, disebabkan karena pada proses pemisahan menggunakan

membran, asam laurat tersaring sebagai permeat sehingga kadar asam laurat yang ada di dalam

retentat semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena banyaknya kadar air yang tidak bisa melewati

(67)

d. Kadar Air Retentat

Grafik 4.4

Hubungan tekanan terhadap kadar air pada berbagai variasi waktu

Pembahasan :

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar tekanan operasi, kadar air pada

retentat semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada waktu penyaringan, banyak

asam laurat yang dapat lolos pada membran sehingga kadar air di dalam retentat semakin

(68)

e. % Rejeksi Protein

Grafik 4.5

Hubungan tekanan terhadap % rejeksi (protein retentat) pada berbagai variasi waktu

Pembahasan :

Pada grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar tekanan operasi, semakin

besar pula % rejeksi yang dihasilkan dan semakin lama waktu operasi, nilai %

rejeksi yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa banyak protein

(blondo) yang tertahan pada permukaan membran sehingga membran terjadi fouling

(penyumbatan). Hal ini terlihat bahwa membran dapat menyaring protein dalam VCO

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian Pengambilan Protein Dalam Virgin

Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi dapat

disimpulkan bahwa : hasil terbaik pada tekanan 1.403 atm dan waktu

operasi 150 menit yaitu mendapatkan kadar protein sebesar 0,128%.

2. Dari hasil yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa membran

ultrafiltrasi dapat digunakan untuk memisahkan perotein dari VCO.

5.2 Saran

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan kembali oleh peneliti berikutnya

dengan menggunakan variabel-variabel lain : Terutama tekanan yang lebih besar

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F.G., 1995,“Enzim Pangan“. PT. Gramedia Pustaka Utama :Jakarta. Jonh M deman,1997, Kimia Makanan, edisi kedua, penerbit ITB, Bandung.

Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Univesitas Indonesia : Jakarta

Mulder, M. 1991. Basic Prinsiples of Membran Technology. Kluwer Academic Publisher : Netherlands

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=oai:www.digilib.br awijaya.ac.id:JIUBRA020000652&q=Kesehatan

Gambar

Tabel 4.20  Pengaruh antara waktu dan volume protein permeat terhadap %rejeksi pada tekanan
Grafik  4.5  Hubungan tekanan terhadap % rejeksi (protein retentat) pada berbagai variasi waktu ….
Tabel 1.3 Perbandingan Jenis Modul Membran
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Dalam Santan Kelapa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang digunakan yaitu Analisis kadar asam lemak bebas dengan menggunakan metode titrasi yang hasil analisis untuk VCO 0.39% dan untuk RBD.CNO 0.03%.. Analisis kadar

cereviceae dan lama fermentasi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap asam lemak bebas, pengaruh yang tidak nyata terhadap rendemen minyak, kadar air, kadar asam laurat

Menurut Christie (1993) bahwa metode esterifikasi yang baik untuk asam- asam lemak rantai pendek adalah pemanasan dengan bahan reaksi dan keterlibatan air dalam

perbedaan berat jenis, lapisan atas yang berupa minyak merupakan produk virgin coconut oil (VCO) dengan berat jenis yang lebih ringan dari pada air dengan

Menurut Christie (1993) bahwa metode esterifikasi yang baik untuk asam- asam lemak rantai pendek adalah pemanasan dengan bahan reaksi dan keterlibatan air dalam

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui metode pembuatan VCO mana yang menghasilkan kadar minyak paling tinggi serta kadar air, asam lemak bebas dan bilangan

Hasil penelitian Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) adalah kondisi operasi pada konsentrasi HCl 4 N dengan kecepatan

Hasil penelitian menunjukkan metode isolasi pengocokan dengan mixer menghasilkan rendemen tertinggi, kadar air, dan asam lemak bebas yang memenuhi standar SNI, sehingga