• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo

Virgin Coconut Oil (VCO) ” .

Penelitian ini merupakan salah satu tugas akhir yang merupakan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik jurusan Teknik Kimia Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam menyusun laporan penelitian ini penulis juga mendapat bantuan

dari berbagai pihak baik secara moril maupun secara materiil. Oleh karena itu,

penulis sangat berterima kasih khususnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas

Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Nur Hapsari, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian.

4. Ibu Ir. Retno Dewati, MT dan Ibu Ir. Sani, MT selaku Dosen Penguji.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan doa

dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.

6. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat

dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.

Dalam menyusun penelitian ini, kami menyadari masih memiliki

kekurangan. Diharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian untuk memicu

kami dalam penyempurnaan yang lebih baik. Semoga semua ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Surabaya, Oktober 2013

(4)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Gambar ... iv

Daftar Tabel ... v

Intisari ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penelitian ... 2

I.3. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

II.1. Konsentrat Protein ... 4

II.2. Protein ... 4

II.3. Asam Amino ... 5

II.4. Klasifikasi Asam Amino ... 6

II.5. Isoleusin ... 6

II.6. Hidrolisis ... 8

II.7. Ekstraksi ... 10

II.8. Pemilihan Pelarut ... 11

II.9. Metode Analisa KLT ... 11

II.10. Landasan Teori ... 12

II.11. Hipotesis ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

III.1. Bahan-Bahan yang Dipergunakan ... 13

III.2. Alat-Alat yang Digunakan ... 13

III.3. Gambar dan Rangkaian Alat ... 13

III.4. Variabel ... 14

III.4.1. Variabel Peubah yang Di Jalankan ... 14

III.4.1. Variabel Tetap yang Di Jalankan ... 14

III.5. Prosedur Penelitian ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

(5)

iii

IV.2. Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

IV.1. Kesimpulan ... 23

IV.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA

(6)

vi

INTISARI

Konsetrat protein blondo merupakan bagian dari protein yang berarti

produk dari protein blondo bebas lemak atau berlemak rendah yang diolah

sedemikian rupa sehingga kandungan proteinnya tinggi prinsipnya adalah

membuang sebagian dari mineralnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengambil isoleusin yang terkandung

dalam konsentrat protein blondo melalui proses hidrolisis, kemudian dilanjutkan

dengan proses ekstraksi. Selain itu juga akan dipelajari pengaruh berbagai

peubah dalam proses hidrolisis tersebut. Kondisi hidrolisis yang ditetapkan

antara lain, suhu hidrolisis 60°C, berat konsentrat protein 25 gr dan konsentrasi

NaOH 10 %. Kondisis ekstraksi yang ditetapkan antara lain, suhu ekstraksi 20°C

dan lama ekstraksi 3 jam. Blondo dihidrolisis dengan HCl di dalam labu leher tiga

dengan kondisi yang dijalankan yaitu kecepatan pengadukan 25 ; 50 ; 75 ; 100

dan 125 rpm, waktu hidrolisis 15 ; 30 ; 45 ; 60 dan 75 menit dan konsentrasi HCl

2N ; 3N ; 4N ; 5N ; 6N. Hasil hidrolisis disaring, kemudian filtratnya ditetesi

larutan NaOH sedikit demi sedikit hingga timbul endapan. Endapan yang

diperoleh di keringkan dalam oven, hasil yang sudah dikeringkan kemudian

diekstraksi dengan alkohol 80 % dan dianalisa untuk mengetahui kadar

proteinnya.

Hasil penelitian Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah kondisi operasi pada konsentrasi HCl 4 N

dengan kecepatan putaran 125 rpm dengan waktu 60 menit, kadar isoleusin

(7)

APPENDIX

Konsentrasi HCl 6 N

= 10,2575 M

N = e . M

= 1 . 10,2575

= 10,2575 N

V

1

. N

1

= V

2

. N

2

1000 . 6 = V

2

. 10,2575

= 584,94 ml

Konsentrasi HCl 4 N

V

1

. N

1

= V

2

. N

2

1000 . 4 = V

2

. 10,2575

(8)

Konsentrasi HCl 2 N

V

1

. N

1

= V

2

. N

2

1000 . 2 = V

2

. 10,2575

= 194,98 ml

Perhitungan NaOH 10 %

W = 10 g

Perhitungan Alkohol 80%

V = 83,33 ml

(9)

1

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Protein berasal dari kata Yunani “proteios” yang berarti pertama atau

kepentingan utama. Sesuai namanya, protein sangat penting sebagai penyusun

dari semua kehidupan sel dan merupakan kelompok kimia terbesar didalam

tubuh setelah air. Protein merupakan komponen esensial dari inti sel dan

protoplasma sel. Tanaman kelapa memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.

Didalam kelapa terdapat blondo yang memiliki rata – rata kandungan protein

40-60%.

Konsetrat protein blondo merupakan bagian dari protein yang berarti

produk dari protein blondo bebas lemak atau berlemak rendah yang diolah

sedemikian rupa sehingga kandungan proteinnya tinggi prinsipnya adalah

membuang sebagian dari mineralnya.

Konsentrat protein kelapa mengandung asam amino essensial. Asam

amino essensial merupakan asam amino yang tidak dapat disintesis dalam tubuh

manusia, sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Asam

amino essensial di antaranya adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin,

valin dan fenilalanin.

Isoleusine adalah salah satu asam amino esensial yang tidak dapat

dibuat oleh tubuh dan dikenal karena kemampuannya untuk membantu daya

tahan tubuh dan membantu dalam perbaikan dan pembangunan kembali otot.

Asam amino ini penting untuk pembangun tubuh karena membantu

meningkatkan energi dan membantu tubuh cepat sembuh dari pelatihan.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan

penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Hidrolisis protein konsentrat dalam blondo limbah hasil produk Virgin

Coconut Oil (VCO). Penelitian ini dilakukan oleh Nafri Firmansyah, UPN

(10)

2

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

dengan kondisi penambahan katalis HCl 6N dalam waktu hidrolisis 75

menit dan kecepatan pengaduk 250 rpm.

2. Sigi kandungan asam amino eksatrak daun benalu duku (Loranthaceae

Dendrophthoe spec.,). Penelitian ini dilakukan oleh Ratna SM, Universitas

Kedokteran UNAIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun

Benalu duku terdapat dua puluh jenis asam amino dengan rerata

kandungan 7,622% (b/b)

3. Ekstraksi protein dari buah mengkudu dengan pelarut asam. Penelitian ini

dilakukan oleh Petrus Darmawan, Universitas Setia Budi Surakarta.

Kondisi optimum proses ekstraksi protein dengan HCl 0,5 N adalah 50

menit dengan hasil yang dicapai sebesar 2,19%.

4. Pengaruh waktu dan pH ekstraksi terhadap sifat konsentrat protein dari

dedak gandum. Penelitian ini dilakukan oleh Nugraheni Dyahwarni,

Institut Pertanian Bogor. Dari hasil analisa yang dilakukan secara subjektif

diperoleh konsentrat protein terbaik dengan perlakuan pH 9,5 dan waktu

3 jam. Konsentrat protein dengan perlakuan tersebut memiliki kadar

protein sebesar 78,26%

Pada penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kadar isoleusin yang

cukup tinggi sehingga mempunyai nilai tambah yakni cuma sebagai produk

protein.

Proses yang bisa digunakan untuk pengambilan isoleusin dari blondo ini

dilakukan dengan cara hidrolisis dengan menggunakan HCldengan bervariasi

putaran pengaduk, waktu hidrolisis dan konsentrasi HCl. Setelah itu di ekstraksi

menggunakan alkohol 80 %.

I.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengambil isoleusin yang terkandung dalam konsentrat protein

blondo dengan menggunakan proses hidrolisis dan ekstraksi.

2. Untuk mempelajari pengaruh berbagai peubah dalam proses hidrolisis

(11)

3

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

I.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan data kecepatan putaran yang terbaik untuk

menghasilkan asam amino isoleusin.

2. Untuk megetahui data lama waktu hidrolisis yang digunakan.

(12)

4

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Konsentrat Protein

Konsetrat protein adalah makanan yang kaya akan sumber protein atau

sumber energi serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan

protein.

Konsentrat Protein Blondo adalah produk dari protein blondo bebas lemak

atau berlemak rendah yang diolah sedemikian rupa sehingga kandungan

proteinnya tinggi prinsipnya adalah membuang sebagian dari mineralnya.

Konsentrat protein blondo dapat diproses dari skim kelapa maupun

blondo. Skim adalah lapisan bawah yang terbentuk pada saat dilakukan

pendiaman santan untuk mendapatkan krim. Blondo adalah lapisan kaya protein

yang terbentuk ketika dilakukan proses pendiaman untuk mendapatkan (VCO)

Virgin Coconut Oil .

Karakteristik konsentrat protein blondo akan berbeda dengan perbedaan

metode preparasi yang dilakukan. Konsentrat protein krim kelapa yang dibuat

dengan cara pengasaman santan, lalu disentrifugasi memiliki kadar air 21,08%,

protein 50,90%, lemak 19,80%, abu 1,18%.

II.2. Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh.

Didalam sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar

setelah air. Diperkirakan sekitar 50% berat kering sel dalam jaringan hati dan

jaringan daging, berupa protein. ( Winarno,1992 ).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain

polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk

hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak

(13)

5

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

1838. Protein dapat rusak (terkoagulasi) karena beberapa sebab seperti panas,

pH, logam berat, alkohol, atau senyawa ionic (Johannes, 1974).

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan

basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah

larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut

lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah

etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini

disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.

Protein adalah poliamida, dan hidrolisis protein menghasilkan asam -

asam amino, reaksinya sebagai berikut :

dsb NHCHC - NHCHC

O O

R R

n

H2O , H+

Kalor H2NCHCO2H

R R

+ H2NCHCO2H

Protein Asam Amino

Gambar 2.1. Skema Molekul Protein

II.3. Asam Amino

Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus

fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia

seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon

(C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat

asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam

amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan

menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu

menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling

banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme,

(14)

6

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Menurut Lenhninger ( 1982 ) asam-asam amino bisa dibedakan menjadi

dua macam yaitu :

1. Asam amino essential adalah asam amino yang tidak bisa dibuat dalam

tubuh atau bisa dibuat tetapi jumlahnya tak mencukupi untuk keperluan

tubuh. Asam-asam itu jumlahnya ada 20 diantaranya Argine, Nistidine,

Isimecine, Lysine, Methionine, Valine, Phenylaline, Trytophan, Threonine.

Kesepuluh asam amino sangat penting bagi pembentukan protein

kebutuhan tubuh yang semua itu harus tersedia dalam ransom.

2. Asam amino non essential adalah asam amino yang bisa dibuat dalam

tubuh,dari amiden-amiden dengan asam-asam organik biasa. Termasuk

asam amino non essential ialah : Alamime, Serine, Syrocyne, Glysine,

Proline, Glycoloi, Norkucine, Tryrosin, Citruline, Asam Aspergin, dan

lain-lain.

II.4. Klasifikasi Asam Amino

Berdasarkan struktur kimia, asam amino digolongkan menjadi :

a. Kelompok asam amino Monoamino-monokarboksilat : glisin, alanin,

serin, treonin, valin, leusin, dan isoleusin.

b. Kelompok asam amino yang mengandung sulfur : metionin, sistin, dan

sistein.

c. Kelompok asam amino monoamino-dikarboksilat : asam aspartat dan

asam glutamat.

d. Kelompok asam amino dasar : lisin, arginin, hidroksiprolin, dan

histidin.

e. Kelompok asam amino aromatik : fenilalanin dan treonin.

f. Kelompok asam amino heterosiklik : triptofan, prolin, dan

hidroksiprolin.

II.5. . Isoleusin

Isoleusin adalah satu dari asam amino penyusun protein yang dikode

(15)

7

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

berbeda. Ini berakibat pada sifat yang berbeda. Isoleusin bersifat hidrofobik

(tidak larut dalam air) dan esensial bagi manusia.

Isoleusin merupakan salah satu asam amino, yang merupakan blok

bangunan protein. Protein yang berada dalam makanan dan protein yang berada

dalam tubuh semuanya mengandung jumlah variabel isoleusin. Kekurangan

isoleusin dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan hipoglikemia misalnya

defisiensi yang seseorang bisa mengalami kebingungan, mudah marah,

kelelahan, depresi, pusing, sakit kepala dll

Isoleusin dianggap sebagai asam amino esensial yang ditemukan dalam

banyak protein. Dengan kata lain, asam amino ini harus diperoleh melalui diet

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia. Isoleusin

sebenarnya merupakan isomer Leusin dan merupakan salah satu dari tiga asam

amino rantai cabang yang membentuk apa yang disebut rantai bercabang

keluarga asam amino. Faktanya tiga dari asam amino berikut (isoleusin, leusin,

dan valin) merupakan hampir 70% dari semua asam amino dalam protein tubuh.

Itulah sebabnya nilai mereka dalam tubuh manusia begitu tinggi.

Ada pula fungsi dan manfaat Isoleusin yang lainnya sebagai berikut :

1. Isoleusin ini diperlukan dalam produksi dan penyimpanan protein oleh tubuh.

2. Diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal

3. mempertahankan keseimbangan nitrogen dalam tubuh

4. membantu dalam penyembuhan dan perbaikan jaringan otot.

5. diperlukan dalam pembentukan asam amino non-esensial lainnya

6. penting untuk pembentukan hemoglobin dan menstabilkan kadar gula dalam

(16)

8

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Tabel 2.1. Klasifikasi Isoleusin

Isoleusin

Nama Sistematik Asam 2S,3S-2-amino-3-metilpentanoat

Rumus Kimia C6H13NO2

Massa Molekul 131,18 g mol-1

Titik Lebur 284 °C

Sumber : Wikipedia

II.6. Hidrolisis

Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H2O sebagai

pemecah suatu persenyawaan termasuk inversi gula, saponifikasi lemak dan

ester, pemecahan protein dan reaksi Grignard. H2O sebagai zat pereaksi dalam

pengertian luas termasuk larutan asam dan basa (dalam senyawa organik,

hidrólisis, netralisasi).

Protein dapat dihidrolisis atau diuraikan menjadi komponen unit – unitnya

oleh molekul air. Hidrolisis protein dengan asam akan menghasilkan asam amino

yang memiliki sifat optis aktif yang tetap (bentuk L) seperti terdapat di alam.

Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan alkali (misalnya BaOH dan

KOH). Hidrolisis ini tidak membentuk humin, tetapi sifat optis aktif asam amino

yang diperoleh berubah karena adanya peristiwa rasemisasi (campuran bentuk L

(17)

9

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Hasil hidrolisis kimiawi (dengan asam atau basa), beberapa asam

aminonya mengalami kerusakan dan beberapa lagi ada yang mengalami

perubahan menjadi derifatnya.

Gambar 2.2. Reaksi hidrolisis protein dengan katalis asam dan

penggumpalan protein dengan alkali

Protein dalam suasana asam akan mengalami hidrolisis, sehingga protein

dapat melarut. Fungsi NaOH dalam proses pengendapan yaitu untuk menaikkan

pH sehingga mencapai pH 9 – 10 yang akan mencapai titik isoelektrisnya. Bila

pH dinaikkan maka larutan protein pada pH tinggi akan mengalami titik

isoelektris, yaitu merupakan titik pH dimana protein akan menggumpal dan

mengendap. Terjadinya penggumpalan dan pengendapan karena adanya reaksi

penetralan gugus – gugus fungsional protein. ( Muh. Rasyaf, 1990)

Menurut Aisjah Girindra, proses hidrolisis dapat dibagi menjadi beberapa

macam, yaitu :

1. Hidrolisa Murni.

(18)

10

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

sehingga jarang digunakan dalam industri. Hanya untuk

senyawa-senyawa yang reaktif, reaksi dapat dipercepat dengan memakai uap air.

2. Hidrolisa dengan Larutan Asam.

Menggunakan larutan asam sebagai katalisator. Larutan asam

yang digunakan dapat encer atau pekat misalnya H2SO4 atau HCl. Pada

asam encer umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi

H+. Sifat ini tidaklah pada asam pekat.

3. Hidrolisa dengan Larutan Basa

Menggunakan larutan basa encer maupun pekat sebagai

katalisator. Basa yang digunakan pada umumnya adalah NaOH atau

KOH. Untuk penggunaan basa encer, bila basa yang digunakan

berlebihan, sisa basa akan bereaksi dengan asam hasil reaksi. Jadi

fungsi basa adalah sebagai katalisator dan pengikat asam.

4. Alkali Fusion.

Hidrolisa yang dapat dilakukan tanpa menggunakan air pada suhu

tinggi, misalnya menggunakan NaOH padat. Pemakaian dalam industri

biasanya untuk maksud tertentu, misalnya proses peleburan dan untuk

menghidrolisa bahan-bahan selulosa seperti tongkol jagung, serbuk kayu,

yang dilakukan suhu tinggi (± 240 oC) dengan NaOH padat, akan

menghasilkan asam oksalat dan asam acetat.

5. Hidrolisa dengan Enzim.

Dimana proses hidrolisa dilakukan dengan menggunakan enzim

sebagai katalis. Enzim yang digunakan dihasilkan dari mikroba misalnya

enzym α-amylase yang dipakai untuk hidrolisa pati menjadi glukosa dan

maltosa.

II.7. Ekstraksi

Pengambilan isoleusin dari asam amino dilakukan dengan proses

ekstraksi. Yang dimaksud ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan

dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas

dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam

(19)

11

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

dapat atau sukar dipisahkan dengan metode mekanis atau termis. Misalnya

karena komponennya saling bercampur sangat erat, peka terhadap panas, beda

sifat-sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi yang rendah.

Dalam hal ini seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat

digunakan atau mungkin paling ekonomis.

Berlawanan dengan proses reaktifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi

pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan

mula-mula hanya terjadi penggumpalan ekstrak (dalam pelarut)

II.8 . Pemilihan Pelarut

Beberapa pelarut yang terpenting adalah air, asam-asam organik dan

anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, eter, aseton, khlor, isopropanol dan etanol.

Dengan satu tahap ekstraksi tunggal yaitu mencampur bahan ekstraksi dengan

pelarut satu kali, umumnya tidak mungkin seluruh ekstrak terlarutkan. Hal ini

disebabkan adanya kesetimbangan antara ekstrak yang terlarutkan dan ekstrak

yang masih tertinggal dalam bahan ekstraksi. Bidang antarmuka untuk

perpindahan massa antara bahan ekstraksi dan pelarut harus sebesar mungkin.

Pada ekstraksi padat cair hal tersebut dapat dicapai dengan memperkecil ukuran

bahan (Lienda Handojo, 1995)

Satu bagian larut dalam 34,2 bagian air pada 20o, 1.97 bagian larut dalam

100 bagian 80% alkohol pada 25o, 0,19 bagian larut dalam 100 bagian alkohol

absolute pada 90o. (Martha Windholz, 1976)

II.9. Metode Analisa KLT

Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia atau

merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk menentukan kemurnian

senyawa yang ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak

kasar metabolit sekunder. Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi

(20)

12

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif digunakan dalam isolasi

senyawa pada percobaan ini karena jangkauan analisisnya luas, dapat

dilaksanakan dengan cepat dan biaya relatif murah serta hanya memerlukan

jumlah cuplikan yang sedikit.

II.10. Landasan Teori

Protein yang sudah dipisahkan dari blondo dapat diubah menjadi

isoleusin dengan proses hidrolisis. Hidrolisis ini dilakukan dengan menggunakan

asam sebagai katalis. Asam yang digunakan adalah HCl, namun untuk

mendapatkan isoleusin perlu dilakukan ekstraksi untuk memisahkan dari asam

amino yang lain.

Hidrolisis merupakan proses pemecahan suatu senyawa menjadi

senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan molekul air (Kirck Othmer,

1953).

Dalam proses esktraksi digunakan pelarut etanol 80%, untuk memurnikan

isoleusin dari asam amino jenis lain. Dengan reaksi sebagai berikut :

Hidrolisis Ekstraksi

Protein Asam Amino Isoleusin

II.11. Hipotesis

Proses hidrolisis pada protein menjadi asam amino, yang kemudian

dilanjutkan dengan proses ekstraksi dari konsentrat blondo dapat menghasilkan

kadar isoleusin yang tinggi dengan kondisi penambahan volume, konsentrasi

(21)

13

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bahan-Bahan yang Dipergunakan

1. Konsentrat Protein Blondo

2. HCl

3. NaOH

4. Aquadest

5. Etanol

III.2 Alat yang Dipergunakan

1. Labu leher tiga

2. Pengaduk

3. Termometer

4. Kompor pemanas

5. Kompor

6. Kondensor

7. Statif

8. Beaker glass

III.3 Gambar dan Rangkaian Alat

(22)

14

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

III.4 Variabel

III.4.1 Variabel Pengubah yang Di Jalankan

1. Putaran : 25 rpm; 50 rpm; 75 rpm; 100 rpm; 125 rpm

2. Waktu Hidrolisis : 15; 30; 45; 60 dan 75 ( menit )

3. Konsentrasi HCl : 2N; 3N; 4N; 5N; 6N

III.4.2 Variabel Tetap yang Di Jalankan

Hidrolisis

1. Suhu : 60oC

2. Berat Konsentrat Protein : 25 gr

3. Aquadest : 200 ml

4. Kadar NaOH : 10%

Ekstraksi

1. Suhu : 20oC

2. Waktu : 3 jam

III.5 Prosedur Penelitian

1. Ambil konsentrat protein sebanyak 25 gr, masukkan dalam labu leher

tiga.

2. Tambahkan 200 ml HCl dengan konsentrasi yang sudah ditetapkan dan

200 ml aquadest.

3. Hidrolisis dengan putaran dan waktu yang ditetapkan.

4. Hasil proses hidrolisis di saring, pisahkan dari residunya.

5. Kemudian filtrat, ditambah NaOH 10 % sedikit demi sedikit sampai terjadi

penggumpalan, aduk pelan-pelan.

6. Ambil padatan yang terbentuk dengan cara di saring dan kemudian di

keringkan di dalam oven dengan suhu 60 °C selama ± 30 menit

7. Hasil yang sudah dikeringkan kemudian diekstraksi dengan alkohol 80 %

(23)

15

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Skema Penelitian

Konsentrat Protein

Dimasukkan dalam Labu Leher Tiga Aquadest

200 ml

Hidrolisis Waktu ditetapkanPutaran dan

Filtrat Endapan

NaOH 10% Diaduk sampai

terjadi penggumpalan

Filtrat Endapan

Dikeringkan T = 60

Isoleusin

200 ml HCl dengan Konsentasi yang

ditetapkan

Ekstraksi Alkohol 80%

(24)

16

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

METODE ANALISA KLT

Sampel dilarutkan dengan methanol 2 mL, kemudian larutan tersebut

diteteskan pada plat KLT hingga habis. Selanjutnya plat KLT dimasukkan ke

dalam chamber yang berisi eluen, heksana, kloroform, dan methanol sebanyak

20 mL dengan perbandingan 7:2:1. Plat kemudian dikeluarkan dan dibiarkan

mengering untuk disinari dengan lampu UV. Pita noda yang terbentuk ditandai

dengan pensil, pita noda tersebut merupakan senyawa yang berhasil dipisahkan

kemudian dimurnikan serta diidentifikasi. Pita noda tersebut dikeruk dan

diletakkan pada corong yang sudah diberi kertas saring. Dan kemudian dibasahi

dengan 2 ml methanol + 1 ml heksan. Selanjutya dilakukan rekristalisasi dengan

alat hot plate magnetic stirrer. 2 ml etanol Larutan tersebut ditaruh diatas hot

plate dan diputar-putar agar Kristal terbentuk kembali. Kristal yang terbentuk

(25)

17

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Dalam penelitian pengambilan isoleusin dalam konsentrat protein blondo

virgin coconut oil, pertama blondo dipisahkan terlebih dahulu dari air kemudian di

analisa.

Tabel 4.1.

Komposisi Kimia Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil

(VCO)

KOMPOSISI KADAR (%)

Protein 50,90

Abu 1,18

Lemak 19,80

Air 21,08

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil analisa kandungan awal dari

konsentrat protein blondo memiliki kadar protein yang cukup tinggi yaitu 50,90%

berat. Kandungan abu, lemak dan air sebesar 1,18 ; 19,80% dan 21,08%.

Setelah konsentrat protein dihidrolisis dengan peubah yang dijalankan

dan peubah yang ditetapkan, kemudian dilakukan proses ekstraksi. Hasil analisa

kadar isoleusin dari konsentrat protein blondo setelah dihidrolisis dan diekstraksi

(26)

18

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Tabel 4.2. Hasil Analisa Isoleusin

HCl (N) Putaran (rpm)

Kadar Isoleusin (%) berat

15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 75 menit

2 25

24,39 38,45 45,61 49,15 54,17

50

27,56 44,7 50,6 50,94 55,59

75

26,6 46,78 49,77 54,43 59,18

100

27,2 48,36 50,96 56,62 60,97

125

28,09 51,74 52,62 58,72 62,94

3 25

29,14 30,04 52,93 55,04 55,11

50

30,64 49,86 54,66 59,91 56,29

75

31,64 52,33 56,29 61,95 58,07

100

32,77 54,51 57,28 63,63 60,23

125

58,38 61,64 66,46 61,95 65,68

4 25

32,07 49,6 54,5 58,05 57,84

50

35,07 54,06 58,26 63,58 63,37

75

35,64 56,54 60,76 65,22 64,42

100

36,85 58,36 62,22 67,15 66,55

125

38,08 61,87 65,37 69,1 68,76

5 25

38,43 52,9 56,21 57,92 57,89

50

42,01 57,44 60,83 63,4 63,36

75

42,59 59,65 62,77 64,78 64,49

100

44,09 61,44 64,51 66,81 66,55

125

45,6 64,5 67,12 68,87 68,73

6 25

54,95 56,99 57,85 57,64 57,5

50

59,73 62,02 63,39 63,02 62,83

75

61,6 63,55 64,46 63,88 63,43

100

63,47 65,49 66,55 66,14 65,8

125

(27)

19

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Pengaruh Konsentrasi HCl, Waktu Hidrolisis dan Kecepatan putaran

terhadap kadar isoleusin konsentrat protein blondo. Data tabel di atas dapat

digambarkan dalam grafik sebagai berikut :

Gambar 4.1 Hubungan antara kecepatan putaran dan waktu pada proses

hidrolisis isoleusin dengan konsentrasi HCl 2N

Gambar 4.2 Hubungan antara kecepatan putaran dan waktu pada proses

(28)

20

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Gambar 4.3 Hubungan antara kecepatan putaran dan waktu pada proses hidrolisis isoleusin dengan konsentrasi HCl 4N

Gambar 4.4 Hubungan antara kecepatan putaran dan waktu pada proses

(29)

21

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Gambar 4.5 Hubungan antara kecepatan putaran dan waktu pada proses

hidrolisis isoleusin dengan konsentrasi HCl 6N

IV.2. Pembahasan

Dari kelima gambar diatas, terlihat bahwa kadar isoleusin tertinggi

diperoleh pada konsentrasi HCl 4N dengan kecepatan putaran 125 rpm dengan

waktu 60 menit, dan diperoleh kadar isoleusin sebesar 69,10% seperti tercantum

pada gambar 4.3. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada waktu lebih dari

60 menit, kadar isoleusin mulai mengalami keadaan konstan ini membuktikan

bahwa isoleusin sudah terhidrolisis semua. Kadar isoleusin paling rendah seperti

terlihat pada gambar 4.1 yaitu sebesar 24,39 % diperoleh pada variabel

konsentrasi HCl 2N, kecepatan putaran pengadukan 25 rpm, dan waktu hidrolisis

15 menit. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut :

a. Kecepatan Pengadukan

Pada kecepatan pengadukan 125 rpm, hasil yang didapatkan lebih tinggi

karena pergerakkan partikel – partikel untuk saling kontak antara partikel

isoleusin dengan H2O besar. Maka partikel padat dan cair akan saling kontak

(30)

22

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

Program Studi S-1 Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jatim

Hal ini sesuai dengan faktor – faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis,

salah satunya adalah kecepatan pengadukan. ( Groggins, 1958 ).

b. Waktu Hidrolisis

Pada waktu hidrolisis 60 menit, hasil yang didapatkan lebih tinggi karena

isoleusin dalam konsentrat protein blondo sudah terambil secara maksimal

sehingga hasilnya tidak bertambah apabila waktu hidrolisis ditambah. Kadar

isoleusin mulai mengalami keadaan konstan ini membuktikan bahwa

isoleusin sudah terhidrolisis semua. Semakin lama waktu hidrolisis yang

dijalankan maka semakin besar hasil isoleusin yang didapat, dikarenakan

senyawa isoleusin dalam konsentrat protein blondo sangat kompleks,

sehingga untuk melarutkan dan menguraikannya membutuhkan waktu yang

cukup lama. ( Groggins, 1958 ).

c. Konsentrasi HCl

Peningkatan konsentrasi HCl akan meningkatkan laju hidrolisis karena

konstanta kecepatan reaksi hidrolisis akan berbanding lurus dengan

konsentrasi H+ pada suasana asam. Kadar isoleusin seperti yang terlihat

pada gambar 4.1 sampai gambar 4.5 terus meningkat sampai konsentrasi

HCl 4 N dan selanjutnya turun pada konsentrasi larutan 5 N. Semakin tinggi

konsentrasi asam yang dipakai dalam hidrolisis seharusnya menaikkan

kadar isoleusin yang didapat, akan tetapi dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam pada konsentrasi

larutan diatas 4 N tidak secara proporsional meningkatkan kadar isoleusin

yang diperoleh. Ini dikarenakan konsentrat protein mengalami denaturasi

protein. Denaturasi protein adalah sebuah proses dimana protein kehilangan

struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan

eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik

(31)

23

“ Pengambilan Isoleusin dalam Konsentrat Protein Blondo Virgin Coconut Oil (VCO) ”

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengambilan isoleusin dalam konsentrat protein blondo

virgin coconut oil (VCO) didapat :

1. Konsentrat protein sebelum dilakukan proses hidrolisis didapat kadar

protein sebesar 50,90%; kadar abu 1,18%; lemak 19,80%; air 21,08%.

2. Kadar isoleusin tertinggi pada hidrolisis konsentrat protein blondo dengan

perlakuan variabel konsentrasi HCl 4N, waktu hidrolisis 60 menit, dan

kecepatan putaran 125 rpm memiliki kadar isoleusin tertinggi 69,10%.

V.2 Saran

1. Dalam proses hidrolisis kita harus selalu menjaga suhu hidrolisis agar protein yang terkandung di dalam blondo tidak mengalami denaturasi.

2. Penyimpanan konsentrat protein harus benar-benar diperhatikan agar kualitasnya terjaga dan tidak terkoagulasi atau rusak.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Girindra, Aisjah, 1993., “Biokimia I”, Edisi 1, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Groggins, P.H., 1985., “Unit Process in Organic Synthesys”, 5 th edition, Tokyo :

Mc. Graw Hill – Kogakusha Co. Ltd.

http://alvinjiwono.blogspot.com/2009/05/asam-amino.html

http://azizees.wordpress.com/2008/09/26/gambaran-rinci-tingkatan-struktur-protein/

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Amino

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Klorida

http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_Hidroksida

http://id.wikipedia.org/wiki/Protein

http://maydesember.blogspot.com/2012/07/23-uraian-isolasi.html

http://tyan-allabout.blogspot.com/

http://tentangazi.blogspot.com/2011/12/analisis-isolasi-dan-pemurnian

senyawa.html

Johannes, H. 1974. Pengantar Kimia Koloid dan Kimia Permukaan. Yogyakarta

.Universitas Gadjah Mada.

Kirck Othmer, 1953, Encyclopedia of Chemical Technologi. 2nd edition Volume 10

Lehninger, 1982, “Dasar – dasar Biokimia”, Edisi 2, Jakarta : Erlangga

Lienda, Handojo. 1995. Teknologi Kimia. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Praditya

Paramita

Martha Windholz, 1976, “The Merck Index an Enclyclopedia of Chemical and

(33)

Rasyaf, Muhammad, 1990., ”Bahan Makanan Unggas di Indonesia“, Edisi 1,

Yogyakarta : Kanisius.

Sudarmadji, Slamet, 1982., “Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”, Edisi 1,

Yogyakarta : Liberty.

Winarno.F.G., 1992, ”Kimia Pangan dan Gizi”, Jakarta : P.T Gramedia Pustaka

Gambar

Gambar 2.1. Skema Molekul Protein
Tabel 2.1. Klasifikasi Isoleusin
Gambar 2.2. Reaksi hidrolisis protein dengan katalis asam dan
Gambar 3.1. Satu Set Alat Hidrolisis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Virgin Coconut Oil (VCO) yang didapat paling banyak terdapat pada kecepatan putaran sentrifugasi 1000 rpm, waktu putaran sentrifugasi 90 menit dan lama pendiaman 8 jam

perbedaan berat jenis, lapisan atas yang berupa minyak merupakan produk virgin coconut oil (VCO) dengan berat jenis yang lebih ringan dari pada air dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan proses fermentasi, enzimatis dengan menggunakan bahan bonggol nanas,

Hasil penelitian menunjukan bahwa tepung tempe dan virgin coconut oil (VCO) memberi pengaruh berbeda nyata (signifikan) terhadap kadar lemak, protein, volume

Kualitas Virgin Coconut Oil ( VCO ) Sebagai Minyak Goreng yang Dibuat dengan Metode Pengadukan dengan Adanya Penambahan Kemangi ( Ocimum sanctum L.)..

Buku panduan ini disusun mengingat bahwa masyarakat perlu adanya pedoman dalam pembuatan minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) , sehingga untuk menuntun

Penelitian  pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berorientasi inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMP kelas IX pada tema Virgin Coconut Oil (VCO) bertujuan

Strategi pengembangan agroindustri VCO Virgin Coconut Oil di Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara yang dapat di terapkan adalah stratergi agresif yaitu dengan: a Meningkatkan