• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh format laporan Ptk matematika problem based learning (PBL) PBL BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "contoh format laporan Ptk matematika problem based learning (PBL) PBL BAB 1"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi selain itu juga matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains dan teknologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, para siswa dituntut untuk menguasai matematika.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini sejalan dengan banyaknya usaha yang dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan matematika disekolah namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari prestasi belajar siswanya.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna dengan hasil prestasi siswa yang tinggi, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencampaian kompentensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa.

Pada pembelajaran matematika di sekolah, sebagian besar guru masih mendominasi proses mengajar belajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konvensional dan metode utama. Pada umumnya guru memulai pembelajaran , langsung pada pemaparan materi, kemudian pemberian contoh guru dan selanjutnya mengevaluasi siswa melalui latihan soal. Siswa menerima pelajaran matematika secara pasif dan bahkan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami makna dan manfaat dari apa yang dipelajari.

(2)

Akibatnya prestasi belajar matematika di sekolah masih relativ rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti.

Seiring diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan guru dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada pelajaran matematika dengan berkreasi dan berinovasi menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang berkembang saat ini

Kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Operasi hitung bilangan pecahan. Hal ini disebabkan pada saat siswa belajar di kelas kurang aktif, kurang kreatif dan enggan untuk bertanya walaupun ada yang mereka tidak mengerti. Sering juga ditemui siswa lebih senang bertanya kepada temannya dari pada kepada gurunya karena siswa merasa enggan atau malu. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa pada pokok bahasan Operasi hitung bilangan pecahan masih rendah.

Untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak di butuhkan aktifitas dan kreatifitas yang tinggi dari siswa. Oleh sebab itu pembelajaran harus di arahkan agar dapat membangkitkan kreatifitas siswa tersebut salah satunya adalah belajar dengan teman sendiri. Sehingga siswa dapat berdiskusi satu sama lain, siswa dapat bertukar informasi dan siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang pintar.

Untuk itu pemecahan masalah hendaknya mempertimbangkan strategi pembelajaran yang tepat, dengan tetap mempertimbangkan kondisi-kondisi dalam kelas. Semuanya dimaksudkan untuk memperoleh pendekatan pembelajaran yang tepat bagi seluruh siswa.

(3)

akademik dan kompetensi guru. Secara garis besar permen tersebut berisi 4 kompetensi inti guru yaitu: kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Pada kompetensi profesional untuk guru SD mengandung tuntutan diantaranya adalah menerapkan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif. Pada kompetensi pedagogik mengandung tuntutan diantaranya pada pembelajaran matematika guru SD mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata, dan mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Hal tersebut diperkuat dengan Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika di SD guru diharapkan dapat menerapkan pendekatan yang mendidik secara kreatif, yaitu diantaranya dapat menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah atau mengajukan masalah riil atau nyata, yaitu pembelajaran yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika dengan melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

(4)

guru SD sebagai agen pembaharuan, dituntut untuk memiliki kemampuan membelajarkan kemampuan memecahkan masalah pada para siswanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mencoba mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam arti luas.

Dari uraian di atas perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif. Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa Kelas IV SDN Kluwih II”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas IV SDN Kluwih II”

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa siswa kelas IV SDN Kluwih II. Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN Kluwih II?

(5)

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN Kluwih II dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama pada siswa kelas IV SDN Kluwih II dengan

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru

- Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini guru dapat sedikit demi sedikit mengetahui pendekatan pembelajaran yang dapat

memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.

- Guru akan terbiasa untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan merancang model-model atau pendekatan pembelajaran yang baru guna meningkatkan hasil belajar siswanya.

- Menambah wawasan guru dalam merumuskan media pembelajaran. - Meningkatkan profesionalisme guru.

- Mengembangkan gagasan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai.

2. Bagi siswa

-Dengan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat mengurangi kejenuhan belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa .

-Menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. -Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan masing-masing.

-Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.

(6)

kemampuan bersosialisasi siswa.

3. Bagi sekolah

-Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.

-Dengan adanya kegiatan pembelajaran dengan metode tutor sebaya maka diharapkan dapat meningkatkan kwalitas out put / lulusan.

BAB II

(7)

A. PENGERTIAN BELAJAR

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri siswa. Perubahan yang merupakan hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (Winkel, dalam Syaiful Rahman : 2007). Belajar juga menghasilkan suatu perubahan tingkah laku keterampilan, kemapuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri siswa yang melakukan kegiatan belajar.

Syaiful juga mengutip pendapat Grendler bahwa belajar adalah sikap proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai suatu hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selain itu belajar juga merupakan proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami orang tersebut yang tampak pada tingkah lakunya. Jadi pengalaman belajar yang diperoleh seseorang akan membekas dan meresap dalam jiwa sehingga akibat apa yang diperolehnya itu dapat bermanfaat bagi dirinya dan tingkah lakunya akan mengalami perubahan.

B. PRESTASI BELAJAR

Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang

(8)

telah dicapai. Dengan demikian, bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktifitas tertentu. Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.

C. OBYEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Karakteristik Matematika memiliki ciri-ciri penting, yaitu obyek yang abstrak, pola pikir dedukatif, dan konsisten. Obyek Matematika dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu fakta, konsep, prinsip dan operasi (skill).

Fakta dalam Matematika adalah sembarang semufakatan dalam Matematika seperti istilah-istilah (nama), notasi (lambang) dan semufakatan/ konfensi lain.

Konsep dalam Matematika adalah pengertian (ide) abstrak yang memungkinkan seseorang menggolong-golongkan obyek atau kejadian. Sebagai contoh misalnya bilangan prima, pemetaan, segitiga dan lain-lain.

Sedangkan prinsip dalam Matematika adalah rangkaian konsep-konsep beserta hubungannya dan umumnya prinsip berupa pernyataan. Contoh dua segitiga kongruen, jika dua sisinya sama panjang dan sepasang sudut yang diapit kedua sisi itu sama besar.

Sementara itu skill (operasi/prosedur) dalam Matematika adalah pengerjaan dan langkah-langkah kerjasama dalam Matematika.

Sesuai dengan obyek pelajaran tersebut, maka jenis-jenis pembelajaran masing-masing obyek memiliki kekhususan.

1. Jenis Pengenalan

(9)

mengartikannya, teknik pembelajarannya adalah pengenalan baik, melalui penjelasan maupun peragaan.

2. Jenis Pemahaman

Ini digunakan untuk memahami suatu konsep. Siswa dikatakan berhasil belajar konsep bila ia dapat memberi contoh sebuah konsep dan akhirnya

menguraikan atau mendefinisikan ciri-ciri penting dari konsep itu. Teknik pembelajarannya adalah membangun pemahaman melalui program, pertanyaan, penjelasan sehingga siswa menangkap ide/pengertian dari contoh-contoh yang disajikan. Proses belajar tersebut adalah abstraksi yaitu proses melenyapkan hal-hal yang kongkrit, hanya menangkap ciri-ciri pentingnya sehingga obyek tersebut menjadi abstrak.

3. Jenis Penalaran

Ini digunakan untuk membuktikan prinsip. Siswa dikatakan telah belajar prinsip bila ia dapat menjelaskan atau meyakinkan orang lain tentang

kebenaran prinsip tersebut. Teknik pembelajarannya adalah proses penemuan atau pembuktian melalui pendekatan dedukatif, tapi mengingat

perkembangan intelektual siswa pendekatan induktif dapat pula digunakan. 4. Jenis Pelatihan

Ini digunakan melancarkan skill, menambah pemahaman dan membentuk ketrampilan. Siswa dikatakan berhasil belajar skill, bila ia lancar dan tepat dalam menggunakan prosedur pengerjaan Matematika. Teknik

pembelajarannya adalah drill/penugasan atau kerja praktik.

Dengan mengenal obyek dan bentuk pembelajaran yang sesuai dengan obyeknya tersebut maka diharapkan siswa akan termotivasi untuk menyenangi Matematika sehingga hasil belajar mereka meningkat.

D. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(10)

bertujuan merangsang terjadinya proses berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah. Lebih lanjut dikemukakan PBL utamanya dikembangkan untuk membantu siswa sebagai berikut.

a. Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Menurut Lauren Resnick (dalam Arends, 2007) berfikir tingkat tinggi

mempunyai ciri-ciri: (1) non algoritmik yang artinya alur tindakan berfikir tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya, (2) cenderung kompleks, artinya keseluruhan alur berfikir tidak dapat diamati dari satu sudut pandang saja, (3) menghasilkan banyak solusi, (4) melibatkan pertimbangan dan interpretasi, (5) melibatkan penerapan banyak kriteria, yang kadang-kadang satu dan lainnya bertentangan, (6) sering melibatkan ketidakpastian, dalam arti tidak segala sesuatu terkait dengan tugas yang telah diketahui, (7) melibatkan pengaturan diri dalam proses berfikir, yang berarti bahwa dalam proses menemukan penyelesaian masalah, tidak diijinkan adanya bantuan orang lain pada setiap tahapan berfikir, (8) melibatkan pencarian makna, dalam arti menemukan struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur, (9) menuntut dilakukannya kerja keras, dalam arti diperlukan pengerahan kerja mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.

b. Belajar berbagai peran orang dewasa.

Dengan melibatkan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa

c. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.

Pelajar yang otonom dan mandiri ini dalam arti tidak sangat tergantung pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, guru secara berulang-ulang

(11)

Kemampuan untuk menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kemampuan belajar secara autodidak dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat yang merupakan bekal penting bagi siswa dalam mengarungi kehidupan pribadi, sosial maupun dunia kerja selanjutnya.

Satyasa (2008:2) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. Sementara itu Moffit (dalam Supinah, 2008: 62) mendifinisikan pembelajaran berbasis masalah, sebagai suatu pendekatan yang melibatkan siswa dalam penyelidikan dalam pemecahan masalah yang memadukan ketrampilan dan konsep dari berbagai kandungan area.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka penulis mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah yang selanjutnya disebut ’PBL’, sebagai pendekatan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa.

Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Menurut Krajcik et.al, dan Slavin et.al, dalam Wardhani (2006: 8), ciri-ciri khusus dari PBL adalah sebagai berikut.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

(12)

c. Penyelidikan autentik.

Penyelidikan autentik, berarti siswa dituntut untuk menganalisis dan

mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari.

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.

Siswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak.

Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

(13)

Keadaan sosial ekonomi rata-rata orang tua siswa adalah menengah ke bawah. Umumnya mereka bekerja sebagai petani. Sebagian bekerja sebagai pedagang dan tukang kayu.

Tempat tinggal siswa berasal dari sekitar sekolah yang letaknya sedikit terpelosok dari jalan raya. Mereka pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.

Fasilitas yang dimiliki SDN Kluwih II cukup memadai untuk ukuran sekolah di desa. SDN Kluwih II sudah memiliki ruang perpustakaan dengan koleksi buku yang lumayan banyak untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Keadaan pergedungan di SDN Kluwih II juga sudah memadai, kondisi masih baru, ruang kelas yang cukup luas dan nyaman. Suasana sekitar sekolah juga sangat tenteram dan tidak bising.

Staf pengajar di SDN Kluwih II juga cukup, 90 persen tenaga pengajarnya berijazah sarjana yang relevan di bidangnya.

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek yang diteliti adalah siswa kelas IV SDN Kluwih II Semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 19 siswa terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Secara umum kemampuan rata-rata siswa adalah sedang. Prestasi belajar matematika juga masih rendah.

Mata pelajaran dalam penelitian ini adalah Matematika dengan pokok bahasan Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama.

C. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian kualitatif antara lain: (1) berlatar belakang alamiah; (2) manusia sebagai alat atau instrumen yaitu peneliti dengan bantuan orang lain akan menjadi alat pengumpul data; (3) lebih mementingkan proses dari pada hasil, disebabkan hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

(14)

Sedangkan jenis penelitiannya adalah tindakan kelas kolaboratif, karena dalam penelitian ini ada tindakan pembelajaran di dalam kelas yang bekerja sama guru dengan peneliti.

D. DATA DAN SUMBER DATA

Data penelitian ini diperoleh dari hasil tes, wawancara, hasil catatan lapangan, sehingga data yang terkumpul berupa: (1) jawaban tertulis dari tes siswa, (2) kumpulan kata atau pernyataan verbal dari siswa saat wawancara, (3) hasil catatan lapangan dari tim peneliti selama proses penelitian.

Kegiatan awal dari penelitian ini adalah mengadakan tes awal (pretest) yang diikuti oleh 19 siswa kelas IV SDN Kluwih II, yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama. Setelah mempelajari hasil tes awal dari semua siswa, diketahui ada lebih dari 6 siswa yang melakukan banyak kesalahan dalam mengerjakan tes, sementara siswa lainnya dapat mengerjakan tes meskipun belum mendapatkan hasil yang memuaskan.

Dari hasil wawancara dengan 6 siswa tersebut diperoleh informasi tentang penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan tes yaitu (1) tidak menguasai dalam menyamakan penyebut, (2) tidak bisa mengenali pecahan yang bernilai sama, dan (3) tidak mengetahui langkah-langkah dalam melakukan penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama.

E. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

(15)

memberikan contoh permasalahan sehari-hari yang terjadi di sekitar siswa untuk dipecahkan bersama melalui kegiatan diskusi dengan kelompoknya.

Siklus 2 merupakan tindakan 2 yang merupakan perbaikan dari siklus 1. Guru memberikan lembar permasalahan yang memiliki tingkat kesukaran setingkat lebih tinggi dibanding pada siklus 1.

Pada siklus 2 kegiatan berulang karena hasil belajar yang dicapai subyek dalam pembelajaran masih belum mencapai ketentuan yang ditetapkan.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui: 1) tes awal, 2) penilaian unjuk kerja, 3) penilaian afektif dalam diskusi kelompok, (4) tes akhir dan (5) wawancara.

1. Tes awal

Tes awal bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal perkalian susun ke bawah dengan cara pendek. Tes awal ini harus dijawab siswa secara terurai, agar guru peneliti dapat mendeteksi langkah-langkah jawaban siswa.

2. Penilaian unjuk kerja

Penilaian unjuk kerja dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa

melakukan tugas-tugas tertentu yang diberikan, yakni persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.

3. Penilaian afektif dalam diskusi kelompok

(16)

kedisiplinan dan kesopanan.

4. Tes setelah pembelajaran

Tes ini jawabannya berbentuk uraian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang subyek setelah memperoleh pembelajaran tindakan. Hasil dari tes ini, terutama kesalahan-kesalahan dari siswa dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan wawancara, untuk menentukan pembelajaran berikutnya.

5. Wawancara

Bertujuan untuk memperoleh data yang jelas tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal. Wawancara ini juga bermanfaat untuk mengetahui perasaan dan kemajuan siswa saat pembelajaran.

G. ANALISIS DATA

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat mengambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

H. INDIKATOR KINERJA

Kriteria keberhasilan penelitian mencerminkan efektifitas penerapan metode dan strategi pembelajaran yang ditandai dengan adanya peningkatan kwalitas siswa yang dapat diamati berdasarkan kreteria sebagi berikut : 1. Peningkatan nilai tes hasil belajar.

2. Bertambahnya kegairahan dan keseriusan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Peningkatan kesenangan dan partisipasi siswa dapat diamati dari minat siswa.

Standarisasi Keberhasilan tindakan, penulis tentukan sebagai berikut: (1) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar > 26,31%,

(17)

perencanaan untuk diulang pada siklus ke II.

(2) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar < 26,31%, dan nilai rata-rata kelas dari 60 maka tindakan tidak perlu diulang pada siklus berikutnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(18)

SIKLUS I

Observasi

Refleksi

Rencana tindakan

Pelaksanaan tindakan

Observasi

Refleksi

Rencana tindakan

Pelaksanaan tindakan

SIKLUS II

19 Januari 2013. Materi yang dibahas adalah penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama.

Tahapan tindakan yang diterapkan oleh peneliti selalu mengacu pada langkah-langkah penting dalam PTK yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating) dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap siklus.

Hubungan dari keempat komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas

A. Refleksi Awal

Refleksi awal dilakukan dengan cara menganalisa hasil pretes yang dilakukan kepada siswa kelas IV pada pembelajaran MATEMATIKA. Hasil pretes menunjukkan ada 8 siswa dari 19 siswa yang tidak mengalami peningkatan prestasi belajar. Prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar 42.10% > 26,31%. Dan perolehan nilai rata-rata kelas

(19)

sebesar 56.84. Perolehan nilai rata-rata ini masih di bawah standar minimal yang ditetapkan peneliti yaitu 60.00.

B. SIKLUS PERTAMA 1 . Perencanaan

Perencanaan pada siklus pertama meliputi :

1. Membuat RPP tentang Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama.

2. Menyiapkan alat-alat dan media yang akan digunakan. 3. Menyusun instrumen observasi, tes tulis.

2 . Tindakan

Guru mengajar berpatokan pada skenario sesuai RPP sedang mitra kolaborator mengamati kegiatan pembelajaran hingga tuntas.

Kegiatan Awal

Kegiatan awal dilakukan tanya jawab untuk mengingatkan kembali tentang pecahan. Pecahan dan lambangnya, istilah pembilang dan penyebut, pecahan senilai, serta pengenalan penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama.

Kegiatan Inti

 Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dengan cara siswa mengambil secara acak guntingan kertas kecil yang telah disiapkan yang bertuliskan angka 1 sampai 5. Kemudian setiap siswa yang mendapat angka yang sama bergabung menjadi satu kelompok.

(20)

 Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan/penyelesaian masalah dan alas an atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok lain menanggapi atau mengkomunikasikan hasil kerja kelompok yang mendapat tugas.

 Hasil kerja kelompok di pasang pada papan pajang kelas.

Kegiatan Akhir

 Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan cara menentukan hasil penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama.

 Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.  Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru.

 Pemberian tugas PR.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh mitra kolaborasi dengan hasil sebagai berikut:  Pada kegiatan awal siswa ramai dan tidak teratur karena mereka

berebut untuk memilih anggota kelompok sesuai keinginan.

 Untuk mengatasinya guru membuat guntingan kertas yang ditulis angka 1 sampai 5 sesuai jumlah kelompok yang akan dibentuk. Sehingga siswa dapat menerima masing-masing anggota kelompok dengan baik.

 Pada kegiatan kelompok terlihat siswa yang pandai lebih aktif dan siswa yang kurang pandai hanya menjadi pendengar dan penonton saja atau hanya bermain sendiri.

 Pada saat presentasi hasil kelompok, masih ada siswa yang tidak berani untuk mewakili kelompoknya.

(21)

4 . Refleksi

 Pada kegiatan kelompok keaktifan siswa perlu ditingkatkan dengan cara memberi penguatan kepada anggota kelompok yang masih kesulitan di dalam mengerjakan tugas kelompok.

 Siswa yang masih pemalu dan kurang berani untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya perlu diberi motifasi, latihan dan penguatan sehingga mereka dapat berubah.

 Untuk memaksimalkan pelayanaan kepada siswa maka, setiap kelompok diberi waktu untuk mempresentasikan hasil kerjanya supaya ditanggapi dan disempurnakan.

5 . Analisa Data

Analisa data berdasarkan nilai hasil tes pada siklus 1 diperoleh data bahwa nilai rata-rata dicapai adalah sebesar 59.47. Sedangkan siswa yang tidak mengalami peningkatan masih ada 6 siswa atau 31.57%. Perolehan nilai ini masih di bawah standart yang ditetapkan.

Diagram Perbandingan Nilai Pretest dan Nilai Evaluasi Siklus I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

PRETEST SIKLUS I

(22)

PRETEST SIKLUS I 55.50

56.00 56.50 57.00 57.50 58.00 58.50 59.00 59.50 60.00

56.84

59.47

Dari diagram di atas dapat kita lihat dari 19 siswa yang diadakan PTK, 6 orang tidak mengalami peningkatan dengan prosentase 31.57 %. Sedangkan nilai rata-rata dicapai adalah sebesar 59.47. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I berkaitan dengan proses pembelajaran serta perolehan hasil tes pada siklus I, maka disepakati untuk dilakukan perbaikan perencanaan dan tindakan untuk dilakukan pada siklus II.

C . SIKLUS KEDUA 1 . Perencanaan

Perencanaan pada siklus kedua meliputi :

1. Menyempurnakan RPP siklus I, yaitu dengan (1) memberikan 1 permasalahan yang sama untuk dikerjakan semua kelompok, (2) memberikan alokasi waktu lebih banyak kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

2. Menyiapkan alat-alat dan media yang akan digunakan seperti pada siklus I.

3. Menyiapkan instrumen observasi.

4. Menyiapkan jenis tes yang akan digunakan.

(23)

Guru mengajar dengan berpedoman pada skenario yang merupakan penyempurnaan RPP siklus I, sedang mitra kolaborator merekam peristiwa yang terjadi di kelas menggunakan instrumen observasi . Gambaran kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan Awal

Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompoknya yang telah dibentuk pada Siklus I. Sehingga tidak terjadi kegaduhan saling memilih anggota kelompok. Guru mengulas kembali pelajaran yang telah lalu, baru setelah itu guru memulai pelajaran yang akan disampaikan hari ini. Sebagai pemanasan guru menuliskan 2 soal di papan ditulis dan menunjuk 2 orang siswa secara acak untuk mengerjakannya.

Kegiatan Inti

 Secara berkelompok siswa permasalahan yang dibagikan oleh guru.  Guru memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk berfikir dan bertindak menurut cara masing-msing dan guru berperan sebagai fasilitator. Berkeliling mengamati kegiatan siswa, memotivasi, memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan.  Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan/penyelesaian masalah dan alas an atas jawaban permasalahan di depan kelas. Kelompok lain menanggapi atau mengkomunikasikan hasil kerja kelompok yang mendapat tugas. Pada kegiatan ini guru menunjuk langsung salah satu wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Penunjukan secara langsung ini untuk menghindari kegaduhan siswa yang saling tunjuk temannya untuk maju ke depan kelas seperti pada siklus ke I. Pada tahap ini terjadi interaksi multi arah antar kelompok, mereka menanggapi hasil kerja kelompok lain. Tanggapan dan saran dari kelompok lain dan klarifikasi yang diberikan guru di siklus II ini, dijadikan bahan untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok.

(24)

Kegiatan Akhir

 Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan cara menentukan hasil penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama.

 Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.  Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru.

 Pemberian tugas PR.

3 . Observasi

Observasi dilakukan oleh mitra kolaborasi dengan hasil sebagai berikut:  Pada kegiatan awal siswa nampak tertib dan tenang, karena anggota

kelompok sudah ditentukan pada Siklus I.

 Pada kegiatan di kelompok, siswa lebih aktif. Beberapa anak bahkan membagi tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sehingga pekerjaan lebih cepat selesai.

 Pada saat presentasi hasil kelompok, suasana kelas lebih hidup dibanding suasana pada siklus I dan mereka berani tampil untuk mewakili kelompoknya.

 Terjadi perbedaan pendapat antar kelompok, sehingga guru perlu meluruskan permasalahan agar tidak melenceng dari pokok bahasan.

4 . Refleksi :

 Kegiatan awal tertib, kondisi dan suasana seperti itu perlu dipertahankan

(25)

 Masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

 Sebagai pasilitator sekaligus manajer kelas, guru harus mampu mengarahkan siswa agar kegiatan pembelajaran berjalan baik dan semua siswa aktif mengikuti pelajaran dan tidak ada yang bermain-main.

5 . Analisa Data

Dari kegiatan pada Siklus II diperoleh data-data yang dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Diagram Perbandingan Nilai Pretest, Siklus I dan Siklus II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0

20 40 60 80 100 120

PRETEST SIKLUS I SIKLUS II

(26)

PRETEST SIKLUS I SIKLUS II 0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Analisa data berdasarkan perolehan hasil tes pada siklus II, diperoleh data bahwa rata-rata nilai yang dicapai oleh siswa adalah sebesar 68.95. Perolehan nilai ini melampaui standart yang ditetapkan yaitu 60.00.

Sementara dari 19 siswa yang di PTK hanya ada 4 siswa yang tidak mengalami peningkatan, itupun 3 diantaranya dialami oleh siswa yang sebelumnya mendapat nilai 60 dan 70 dan pada siklus II masih tetap mendapat 60 dan 70. Jadi hanya ada 21.05% siswa yang tidak mengalami peningkatan pada Siklus II.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti tentang “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Siswa Kelas IV SDN Kluwih II” diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SDN Kluwih II.

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Penjumlahan Dua Pecahan berpenyebut tidak sama pada siswa kelas IV SDN Kluwih II

B. SARAN

Akhirnya dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA di SD penulis dapat merekomendasikan sebagai berikut :

1. Untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar yang bernilai edukatif, yang pembelajarannya berpusat pada siswa aktif maka diperlukan strategi pembelajaran yang bervariatif.

(28)

3. Dalam mengajar guru bisa merubah gaya mengajar

4. Menciptakan lingkungan belajar yang yang membuat siswa tidak takut salah

5. Memberikan jaminan belajar yang positif secara emosional.

6. memvisualisasikan penjumlahan pecahan dengan menggunakan dengan menggunakan benda konkret yang mudah digunakan siswa misalnya dengan menggunakan gambar yang cukup besarnya (tidak terlalu kecil) sehingga mudah dilihat oleh siswa dalam satu kelas.

7. melatih siswa untuk menentukan hasil penjumlahan 2 pecahan dengan penyebut tidak sama dengan menentukan KPK.

8. selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan gagasannya.

9. selalu memberikan perhatian dan motivasi belajar, sesuai dengan kebutuhan secara individual.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Asmawi, Zainul, dan Maulana,Agus (2005). Tes dan Assessment di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Buku Workshop di Batu Malang, 2005. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas Pendidikan dan kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Fajar Shadiq. 2003. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matemátika, (Yogyakarta: PPPG Matemátika). I Wayan Santyasa. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Dan

Pembelajaran Kooperatif, (Nusa Penida: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha).

Mulyasa, E. (2005), Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosda

Purwantoro, Eko. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas II-C SMP Negeri 22 Semarang. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES

(30)

Sri Wardhani. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Berbasis Masalah (Problem Based Instruction), (Yogyakarta: PPPPTK matemátika).

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni : Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada

Tehnik pemeriksaan validitas data dilakukan dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari indikator-indikator: (1) Mengidentifikasi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning berbasis

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah proses pembelajaran matematika dengan.. strategi pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah permainan matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika pokok bahasan perkalian

Penggunaan model pembelajaran T l pembelajaran TGT GT (Team Games Tournament) (Team Games Tournament) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika pada pokok bahasan

Untuk mengetahui kesulitan belajar pada siswa, berikut ini beberapa gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar (Abin Syamsuddin, 2007:309). a) Prestasi belajar yang

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah ”Apakah penerapan m-learning berbasis J2ME dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada pokok bahasan gaya bagi