• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUBLIKASI KARYA ILMIAH Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUBLIKASI KARYA ILMIAH Hubungan Lama Pemberian Asi Eksklusif Dan Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN

JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi

Disusun Oleh:

ABDURRAKHMAN

J310110036

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

1

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 36-59 BULAN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

Abdurrakhman

Pembimbing : Dr. Mutalazimah, SKM., M. Kes Muwakhidah, SKM., M. Kes

Program studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta

Email: ramagizi@gmail.com ABSTRACT

CORRELATIONS BETWEEN THE DURATION OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AND THE SELECTION OF STREET SNACKS, AND STUNTING IN 36-59 MONTH-OLD CHILDREN AT SOCIETY HEALTH CENTER OF GILINGAN, SURAKARTA

Introduction: Stunting is defined whenthe index ofthe height-for-ageless than negative 2 of standard deviation or below average. Parenting is one of factors affecting stunting. Exclusive breastfeeding and the selection of street snacks are parts of parenting. Based on an initial survey conducted at Society Health Center of Gilingan Surakarta, it was found that the prevalence of stunting was high which was 15.8% and the implementation of exclusive breastfeedingwas still low.

Purpose: This research aimed to find the correlations between the duration of exclusive breastfeeding, the selection of street snacks and stunting in children of 36-59 month-old at Society Health Center of Gilingan, Surakarta.

Research Method: This research used cross-sectional design and had 47 children and mothers as respondents. The variable used in this research was the duration of breastfeeding which the data were obtained through cross-check questionnaire on exclusive breastfeeding. The selection of street snacks measured by conducting interview using20 question-questionnaire.Stunting which was the dependent variable, the data ware obtained through anthropometry measurements. Product moment correlations tests were used to asses the correlations.

Result: There was 23.4% children who were stunting. The average of exclusive breastfeeding duration was 3.19 months. The number of children who were exclusively breastfeeding was 19.1%. The results of product moment correlations showed stunting had no relations with exclusive breastfeeding duration (p=0,229) and street snacks (p=0,928). Conclusion: Based on the results of the research, there was no correlations between the duration of exclusive breastfeeding, the selection of street snacks, and stunting in 36-59 month-oldchildren at Society Health Center.of Gilingan, Surakarta.

(4)

PENDAHULUAN

Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya (Unicef, 2012). Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) atau dibawah rata-rata standar yang ada (Chaggan, 2009).Kejadian stunting merupakan gangguan gizi yang bersifat kronis. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya akibat gangguan pertumbuhan dalam kandungan, kurang asupan gizi mikro, intake energi yang kurang dan infeksi (Bhutta et al, 2008).

Faktor pola pengasuhan erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Anak usia 12-59 bulan (balita) adalah masa anak-anak yang masih tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Masa dimana anak masih membutuhkan asupan makanan dan gizi yang mencukupi (Santoso, 2009). Pola pemberian makanan dan pemberian ASI eksklusif merupakan pola pengasuhan ibu pada balita.

Pemberian ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama dapat menghasilkan pertumbuhan tinggi badan yang optimal. Durasi pemberian ASI yang tidak cukup menjadi salah satu faktor resiko yang menyebabkan defisiensi makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini (Manary dan Solomons, 2009).

Pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi angka kematian bayi (AKB) karena ASI dapat meningkatkan dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh pada bayi sehingga tidak mudah terserang penyakit infeksi. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun 2007 bahwa angka kematian bayi mengalami penurunan dari 39,5% pada tahun 2002 menjadi 32,4%. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI secara eksklusif yang sudah semakin baik (Kemenkes RI, 2010).

Faktor pola pengasuhan ibu selain pemberian ASI eksklusif meliputi praktek pemberian makanan yang salah

satunya adalah pemilihan makanan jajanan. Adair (2005) menjelaskan bahwa makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang dijual dan disediakan oleh pedagang yang berada di jalanan dan di tempat umum lainnya yang secara langsung dibeli, dimakan dan dikonsumsi dengan tidak dilakukannya pengolahan lebih lanjut.Menurut Sihadi (2004) menjelaskan bahwa perilaku jajan anak dalam memilih makanan yang dibelinya memiliki dampak yang positif dan negatif bagi kesehatannya.

Dampaknya dari segi kesehatan perilaku anak dalam memilih makanan jajanan akan positif bila anak memilh makanan jajanan yang cukup nilai gizinya dan akan menjadi negatif bila makanan jajanan dapat menimbulkan kerugian contohnya timbulnya penyakit infeksi. Menurut penelitian Suiraoka (2011) menyatakan bahwa kaitannya infeksi terhadap penyakit dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang dapat mempermudah terkena penyakit infeksi yang mengakibatkan penurunan nafsu makan, penyerapan pada saluran pencernaan terganggu atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit sehingga kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi dan mengakibatkan malnutrisi.

Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 angka prevalensi pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 35,6% dan 2007 sebesar 36,8%. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi stunting sebesar 33,9% yang terdiri dari 16,9% sangat pendek dan 17% pendek (Depkes RI 2013).

(5)

3

cukup tinggi menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional, dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan yang terdiri dari Keluarahan Gilingan, Kelurahan Punggawan dan Kelurahan Kestalan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2015. Subyek penelitian ini adalah ibu dan balita usia 36-59 bulan dengan sampel sebesar 47 orang. Variabel yang diteliti adalah lama pemberian ASI eksklusif, perilaku ibu dalam pemilihan makanan jajanan dan stunting. Data-data yang dikumpulkan adalah tinggi badan balita dengan pengukuran antropometri. Data lama pemberian ASI eksklusif dan perilaku ibu dalam pemilihan makanan jajanan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel, sedangkan analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu lama pemberian ASI eksklusif dan pemilihan makanan jajanan terhadap ejadian stunting pada balita. Analisis dilakukan dengan uji korelasi product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Balita

Variabel Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Tabel 1 menunjukkan sebagian besar balita berjenis kelamin laki-laki

(63,8%), sedangkan umur balita sebagian besar berumur ≤48 bulan (61,7%).

Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita

Variabel Frekuensi Persentase Pekerjaan Ibu bekerja sehingga pendapatan kelaurga hanya berasal dari suami. Pedapatan keluarga dapat ditingkatkan dengan ibu yang memiliki penghasilan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pangan, kualitas diet anak dan pelayanan kesehatan (Willey, 2009).

Berdasarkan data pendidikan terakhir ibu mayoritas memiliki pendidikan terakhir SLTA yaitu sebesar 48,9%. Pendidikan ibu balita sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu. Pendidikan yang tinggi lebih memudahkan ibu dalam menerima informasi gizi dan kesehatan (Hastuningtyas, 2014).

Status Gizi Balita

Tabel 3 Distribusi z-skor indeks TB/U Balita Usia 36-59 Bulan

Indeks TB/U

Rata-rata -1,19 Maksimal 0,83 Minimal -3,71 Standar Deviasi 1,05

(6)

dikarenakan nilai TB/U ≥-2 SD. Nilai minimum TB/U adalah -3,71 yang dapat diartikan sebagai more stunting karena nilai z-skor TB/U ≥-3 SD. Nilai maksimum untuk z-skor TB/U pada balita adalah 0,83 sehingga dapat diartikan memiliki status normal karena ≥-2 SD. Standar deviasi dari status gizi balita usia 36-59 bulan adalah 1,05. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmatun (2014) di Klaten yang menunjukkan bahwa rata-rata TB/U pada balita adalah -1,83 dan nilai minimum TB/U adalah -3,62 yang artinya lebih besar daripada penelitian ini.

Menurut Gibson (2005), indikator TB/U merupakan ukuran yang menggambarkan pertumbuhan linier dan dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui status gizi atau status kesehatan pada masa lampau. Nilai TB/U yang rendah sering diartikan sebagai “pendek”, hal tersebut merupakan salah satu akibat dari gagal tumbuh yang terjadi pada anak-anak.

Tabel 4Distribusi Balita Berdasarkan Kategori Z-Skor TB/U

Z-skor TB/U Frekuensi Persentase

Normal 36 76,6%

Stunting 11 23,4%

Jumlah 47 100

Tabel 13 menunjukkan sebagian besar balita (76,6%) adalah normal, sedangkan balita yang mengalami stunting sebesar 23,4%. Angka ini merupakan angka yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan target Milenium Development Goald (MDGs) yaitu 15% balita stunting (Depkes, 2013).

Lama Pemberian ASI Eksklusif

Lama pemberian ASI didefinisikan jangka waktu ketika ibu hanya memberikan ASI saja kepada balita tanpa makanan pendamping apapun. Rata-rata lama pemberian ASI pada balita usia 36-59 bulan adalah 3,19 bulan. Distribusi lama pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 5 Distribusi Lama Pemberian ASI

Lama sehingga sebagian besar bayi tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Data pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6 Distribusi ASI Eksklusif Pada balita yang diberikan ASI eksklusif sebesar 19,1%, sedangkan balita yang diberikan ASI tidak eksklusif sebesar 80,9%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui jumlah seluruh balita yang mendapat ASI eksklusif adalah sebanyak 9 balita dari 47 balita yang menjadi responden penelitian.Angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan oleh penelitian Purnawati (2012) tentang lama pemberian ASI di Kelurahan Kartasura Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 22,8%.

Pemilihan Makanan Jajanan

(7)

5

Standar Deviasi 5,83

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor kuesioner pemilihan makanan jajanan pada ibu balita adalah 49,18. Nilai skor minimum kuesioner pemilihan makanan jajanan adalah 34,62. Nilai skor maksimal kuesioner pemilihan makanan jajanan adalah 58,30. Nilai standar deviasi dari skor kuesioner pemilihan makanan jajanan adalah 5,83. Kategori perilaku ibu dalam memilih makanan jajanan didapat melalui interpretasi skor menurut Azwar (2006) yang menginterpretasikan skor kuesioner. Interpretasi perilaku ibu ini

adalah kurang, sedang dan baik. Berikut ini distribusi perilaku ibu dalam memilih makanan jajanan:

Tabel 8 Distribusi Perilaku Ibu Dalam Memilih Makanan Jajanan

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang 0 0%

Sedang 23 48,94%

Baik 24 51,06%

Tabel 8 menjelaskan bahwa ibu balita yang memiliki perilaku yang sedang dalam pemilihan makanan jajanan adalah 48,94%, sedangkan ibu balita yang memiliki perilaku yang baik dalam pemilihan makanan jajanan adalah 51,06% dan tidak didapatkan perilaku ibu yang kurang dalam memilih makanan jajanan.

Tabel 9 Distribusi Lama Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting

ASI Eksklusif

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 38 balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebagian besar memiliki indeks z-skor TB/U normal (78,9%) sedangkan dari 9 balita yang yang mendapatkan ASI eksklusif sebagian besar memiliki indeks TB/U normal (66,7%). Berdasarkan analisis bivariat menghasilkan p>0,05 yang berarti tidak ada hubungan atau tidak bermakna. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Potutu (2014) di Puskesmas Tuminting Kota Manado yang sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting dengan nilai p 0.203. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Anugraheni (2012) di Kabupaten Pati

yaitu dimana tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting dengan nilai p> 0,05. Selain itu, Syarif (2008) mengemukakan bahwa kejadian stunting pada anak disebabkan karena pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6 bulan. Selain itu, asupan yang kurang adekuat juga mempengaruhi stunting.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2013) di Kota Banda Aceh yang menunjukkan bahwa kejadian stunting pada balita disebabkan oleh pemberian ASI yang tidak eksklusif (p=0,002; OR=4,2). Penelitian tersebut sependapat dengan penelitian Rohmatun (2014) di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

(8)

makanan dan minuman pendamping sebelum waktunya. Sebagian besar makanan dan minuman yang diberikan kepada balita usia 0-6 bulan adalah susu formula, madu dan air putih. Pemberian susu formula dapat diberikan kepada bayi dengan alasan bahwa susu formula dapat menggantikan ASI. Selain itu, ASI yang tidak keluar dari payudara ibu atau ASI yang keluar kurang kuantitasnya menjadi alasan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memberikan madu memiliki persepsi bahwa madu dapat menurunkan suhu tubuh anak ketika demam dan dapat menghilangkan sariawan pada bayi. Air putih yang diberikan pada bayi sebelum usia 6 bulan

digunakan sebagai minuman pendamping ketika bayi mengkonsumsi obat. Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini diberikan dengan alasan agar bayi tidak rewel karena lapar. Jenis-jenis MP-ASI yang digunakan masih dalam bentuk bubur instant seperti bubur bayi (nestle, sun, bubur biskuit). Menurut Prasetyono (2009) menjelaskan bahwa rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI.

Tabel 10 Distribusi Pemilihan Makanan Jajanan dengan Kejadian Stunting

Pemilihan ibu yang berperilaku baik dalam pemilihan makanan jajanan sebagian besar memiliki balita yang normal (70,8%), sedangkan dari 23 ibu yang berperilaku sedang dalam pemilihan makanan jajanan sebagian besar memiliki balita yang normal (76,6%). Berdasarkan analisis bivariat menghasilkan p>0,05 dengan nilai signifikasi 0,928 yang berarti tidak ada hubungan antara pemilihan makanan jajanan dengan kejadian stunting pada usia 36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Hal ini disebabkan karena sikap dan pengetahuan ibu tentang makanan jajanan sudah baik di Puskesmas Gilingan Surakarta. Hasil penelitian yang dilakukan Ranie (2015) menunjukkan bahwa persepsi ibu mengenai gizi seimbang di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta sebagian besar cukup baik.

Pada item pertanyaan nomor 10 dan 11 pada kuesioner pemilihan makanan jajanan yang menjelaskan perilaku ibu mengenai jenis asupan makanan yang sering dikonsumsi anak balita berupa susu, sayur dan

buah-buahan. Sebanyak >78,7% ibu selalu dan sering memberikan asupan berupa buah, sayur dan susu. Hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku ibu sudah memberikan makanan jajanan dengan baik. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Candra dkk (2013) yang menunjukkan bahwa pemberian makanan jajanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap status gizi.

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Prakoso dkk (2011) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku ibu dalam pemberian makan pada anak dengan status gizi balita. Selain itu, penelitian yang dilakukan Metz (2002) juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian makan terhadap indeks masa tubuh.

(9)

7

dibekali snacksebagai makanan atau cemilan ketika waktu istirahat.

KESIMPULAN

Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Balita yang mengalami stunting sebanyak 11 orang (23,4%) dan balita yang normal sebanyak 36 orang (76,6%) di Puskesmas Gilingan Surakarta.

2. Rata-rata lama pemberian ASI eksklusif adalah 3,19 bulan. Balita yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 9 orang (19,1%) dan balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 38 orang (80,9%). Balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dan mengalami stunting sebanyak 8 orang (21,1%).

3. Perilaku ibu yang sedang dalam pemilihan makanan jajanan sebanyak 23 orang (47,91%), perilaku ibu yang baik dalam pemilihan makanan jajanan sebanyak 24 orang (51,06%), dan tidak ada ibu yang berperilaku kurang baik dalam pemilihan makanan jajanan.

4. Tidak ada hubungan antara lama pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting di Puskesmas Gilingan Surakarta (p>0.05).

5. Tidak ada hubungan antara pemilihan makanan jajanan dengan kejadian stunting di Puskesmas Gilingan Surakarta (p>0.05)

6. Pemberian air susu ibu hingga usia dua tahun, makan yang halal dan thayyiban serta senantiasa menjaga kesehatannya sudah ada didalam Al-Qur’an dan sabda Rasullulah.

SARAN

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan data tentang pemberian ASI eksklusif dan pemilihan makanan jajanan. selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan dalam evaluasi program keluarga pendamping ibu (KP-ibu) yang harus sering dilakukan

karena ibu balita masih belum paham mengenai ASI eksklusif sehingga cenderung tidak menerapkan ASI eksklusif dan program KP-ibu masih dikatakan gagal.

2. Bagi Masyarakat

Ibu balita diharapkan mampu menerapkan ASI eksklusif dan dapat lebih selektif lagi dalam memilih makanan jajanan untuk balitanya sehingga balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam masa pertumbuhannya.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas lokasi penelitian sehingga jumlah responden lebih banyak. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti mengenai jenis makanan jajanan yang dikonsumsi balita, frekuensi ibu dalam mengeluarkan ASI dengan status gizi dan sikap ibu dalam memilih makanan jajanan.

REFERENSI

Addair L.S dan Popkin B.M. 2005. Are child eating patterns being transformed globally?. Obes Res. Jul; 13(7): p. 1281-99

Azwar, S. 2004.

Pengukuran Skala

Psikologi.

Pustaka

Pelajar:

Yogyakarta

Bhutta, Z.A., Ahmed, T., Black, RE., Cousens, S., Dewey, K., Giugliani, E. Haider, B.A., Kirkwood, B., Marris, S.S., Sachdev, H.P.S., and Shekar, M. 2008. Mathernal and Child Undernutrition 3. What works? Interventions for Mathernal and Child Undernutrition and Survival: www.thelancet.com; [diakses 23 juni 2014].

(10)

Chaggan, M.K., Broeck, J.V.D., Luabeya, K.K.A., Mpontshane, N., Tucker, K.L., Bennish M.L. 2009. Effect f Micronutrient Supplementation on diarrhoeal disease amng stunted children in rural South Africa. European Journal of Clinical Nutrition (2009) 63, 850–857

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Gibson. 2005. Principle of Nutrition Assesment. Oxford University: New York

Hadi, A., Al-Rahmad, A.H., Miko, A. 2013. Kajian Stunting Pada Anak Balita Ditinjau Dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi Dan Karakteristik Keluarga Di Kota Banda Aceh. Politeknik Kesehatan Aceh

Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta

Manary, M. J & Solomons, N. W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Metz, D.S., Lindquist, C.H., Birch, L.L., Fisher, J.O., Goran, M.I. 2002. Relation between mothers’ child -feeding practice and children adiposity. Am J Clin Nutr 2002;75:581. American Society for Clinical Nutrition.

Potutu, M., Malonda, N.S.H., Rattu, A.J.M., 2014. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 13-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. FKM Universitas Sam Ratulangi Manado.

Purnawati, R. 2012. Perbedaan Lama Pemberian ASI dan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Antara Yang Memiliki Balita Stunting dan Non Stunting Di Keluarahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skirpsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rohmatun, N.Y., 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosaro Kabupaten Klaten. FIK Universitas Muhammadiyah Surakarta

Santoso, S., Ranti, A.L. 2009. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta: Jakarta

Sihadi. 2004. Makanan jajanan Bagi Anak Sekolah. Jurnal kedokteran. Yarsi. 12(2):91-95

Syarif, I. 2008. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 2-3 Tahun di Seluma Provinsi Bengkulu. Tesis: Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

Unicef. 2012. Ringkasan Kajian: Gizi Ibu dan Anak.

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dalam karya tari Driasmara karya Sunarno yang didalamnya mengandung makna nilai kehidupan rohani pada seseorang yang sedang dilanda cinta seperti yang ditulis

Apabila Tertanggung tidak meninggal dunia akan tetapi mengalami Cacat Tetap Seluruhnya atau Sebagian, maka Penanggung akan membayarkan manfaat asuransi sebesar persentase dari

Berita Acara Evaluasi nomor : BA/07/XI/2013/PBJ-Polda Sumsel tanggal 23 Nopember 2013 tentang hasil evaluasi dokumen kualifikasi terhadap calon Pengadaan Jasa

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa, pada tingkat provinsi kebijakan yang diutamakan adalah 1) pelaksanaan koordinasi, 2) penyediaan infrastruktur/sarana prasarana, dan

Nationals of the Republic of Indonesia , who are in possession of valid diplomatic or service passports and are assigned as members of diplomatic or consular mission in

The principal supervision is controlled by the head of Educational Service of Central Magelang, supervisor, and the leader of school board; (2) the academic supervision

Pengaruh Tunggal Perlakuan Jenis Eksplan dan Media dengan Media terhadap Rasio Jumlah Tunas Terhadap Eksplan Citrus maxima (Burm.) Merr.. Nilai rataan rasio jumlah tunas yang

Simpulan penelitian ini adalah dengan penerapan pembelajaran bola gantung dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya menggantung pada siswa kelas X-IPA 3SMA N 1 Teras