• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebocoran di sub zona Kerjo PDAM Karanganyar 198

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebocoran di sub zona Kerjo PDAM Karanganyar 198"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBOCORAN DI SUB ZONA KERJO PDAM KARANGANYAR

Diajukan Oleh :

NUR PUJI EKAWATI I 8706037

PROGRAM DIPLOMA III INFRASTRUKTUR PERKOTAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan, setiap makhluk hidup membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan lainnya. Begitu pentingnya peranan air bagi manusia, membuat pengadaannya harus memenuhi beberapa syarat yaitu sesuai dengan standart kualitas air bersih. Air dikatakan bersih bila memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Jernih/tidak berwarna. b. Tidak berbau.

c. Tidak berasa.

Standart kualitas air bersih tersebut merupakan standart mutlak yang harus dipenuhi bagi instansi penyedia jasa layanan air bersih seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

(3)

Di lain pihak, PDAM memiliki kendala dalam melayani banyaknya pelanggan dengan sumber air yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang belum mendapatkan layanan PDAM, tetapi ada juga yang memang tidak menggunakan layanan PDAM karena mempunyai sumber air sendiri seperti sumur dangkal, atau menggunakan sumber lain untuk keperluan setiap harinya. Padahal belum tentu air yang digunakan tersebut layak untuk dikonsumsi dan memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Dengan keterbatasan sumber-sumber air, sungguh keliru kalau orang mengeksploitasi air secara berlebih. Mereka memanfaatkan air seolah-olah air berlimpah dan merupakan "barang bebas". Padahal semakin terbatas jumlahnya, berlakulah hukum ekonomi, bahwa air merupakan benda ekonomis. Buktinya, kini orang rela bersusah payah dan berani membayar mahal untuk membeli air ketika terjadi krisis air. Masyarakat desa di negara tropis, seperti Indonesia, harus berjalan puluhan kilometer untuk mencari sumber air di musim kemarau. Sementara masyarakat perkotaan belum semuanya mendapatkan pelayanan air bersih, baik kualitas maupun kuantitas. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan industri yang melaju dengan pesat, kebutuhan air bersih terus meningkat di Indonesia.

(4)

1.1.1 Kondisi Pelayanan Air Minum di Indonesia Saat Ini

Jangkauan Pelayanan

1. Penyediaan air minum perpipaan diselenggarakan oleh ± 318 PDAM 2. Sistem tersebut hanya melayani 33 juta jiwa (39%) penduduk perkotaan

dan 9 juta jiwa (8%) penduduk pedesaan

3. Masyarakat lainnya (yang belum terlayani) memperoleh air minum dari mata air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan dan penjaja air (water vendor) yang tidak terjamin kualitasnya

4. Masyarakat miskin yang tidak terlayani dengan sistem perpipaan membeli air dengan harga yang jauh lebih mahal.

Kualitas Pelayanan

1. Air yang diterima masyarakat belum memenuhi standart kualitas air minum

2. Jumlah air yang dapat dikonsumsi masyarakat masih rendah yaitu 14 liter/ hari / rumah tangga dengan standart minimal konsumsi air sebesar 30 liter/hari/rumah tangga

3. Berkurangnya jumlah air yang dapat dikonsumsi masyarakat dikarenakan oleh tingkat kebocoran air yang terjadi cukup tinggi

Di Kabupaten Karanganyar terdapat 25 sumber air yang terdiri dari sumber air asli berupa mata air dan sumur dalam, yang nantinya menjadi potensi sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan air dimasyarakat sekitar, agar penyaluran air bersih dapat memenuhi kebutuhan air standart nasional sebesar 80%.

(5)

Dalam kenyataan, distribusi air ke sejumlah pelanggan belum terlaksana secara maksimal.Hal ini dikarenakan terjadi kendala dalam proses pendistr ibusian yaitu proses pendistribusian mengalami kebocoran.Tingkat kebocoran yang terjadi dari data kebocoran produksi dan kebocoran distribusi diperkirakan sebesar 23%. Pada penelitian ini penulis melakukan analisis tingkat kebocoran di PDAM Karanganyar Unit Kerjo.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar tingkat kebocoran air PDAM Karanganyar unit Kerjo dan langkah apa saja yang mungkin dilakukan untuk mengurangi tingkat kebocoran di PDAM Unit Kerjo.

2. Berapa harga kerugian PDAM Karanganyar Unit Kerjo akibat kehilangan air dan keuntungan PDAM Karanganyar Unit Kerjo berdasarkan tarif progresif.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini masalah dan pembahasannya terbatas pada: 1. Produksi, distribusi, air terjual, tingkat kebocoran air PDAM Karanganyar

Unit Kerjo dan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kebocoran tersebut.

(6)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat produksi, distribusi dan tingkat kebocoran air di PDAM Kabupaten Karanganyar Unit Kerjo sehingga dapat menentukan langkah-langkah untuk menekan angka kebocoran air.

2. Mengetahui berapa besar kerugian akibat kehilangan air dan keuntungan PDAM Karanganyar Unit Kerjo berdasarkan tarif progresif.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperolah dari penelitian ini adalah:

1. Aspek teoritis

Menguasai penerapan teori hidrolika yang diperoleh di bangku kuliah untuk diterapkan dalam praktek dilapangan

2. Aspek praktis

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air

Air adalah zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Semua air biasanya tidak bersih sempurna, selalu mengandung senyawa pencemar. Bahkan tetes air hujan mengandung debu dan karbondioksida waktu jatuh ke bumi. Keberadaan air berhubungan dengan siklus hidrologi. Air yang bergerak dengan siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan baku atau senyawa lain, sehingga tidak ada air yang benar-benar murni.

Air tanah yang mengalir ke permukaan tanah membawa zat padat terlarut, air hujan yang mengalir melalui permukaan tanah membawa zat-zat penyebab kekeruhan dan zat organik, seperti juga bakteri patogen. Pada air permukaan partikel-partikel mineral air yang terlarut akan tetap tidak berubah, tetapi zat organik diuraikan secara kimia dan mikrobiologi, pengendapan di danau atau sungai-sungai yang mempunyai kecepatan rendah menyebabkan hilangnya zat padat yang melayang dan bakteri patogen akan mati karena kurangnya makanan, walaupun demikian kontaminasi baru terhadap air permukaan akan terjadi akibat adanya air buangan dan pertumbuhan alga yang menjadi sumber makanan untuk organisme.

(8)

2.2. Kebutuhan Air

Kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga, industri, dan lain-lain. Prioritas kebutuhan air meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum. (Moegijantor o, 1996)

Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pemakaian air. (PERPAMSI, 1994)

Untuk merumuskan penggunaan air oleh masing-masing komponen (kelompok per Sambungan Rumah) secara pasti sulit dilakukan sehingga dalam perencanaan dan perhitungan digunakan asumsi-asumsi atau pendekatan-pendekatan berdasarkan kategori kota seperti pada Tabel 2.2

(9)

Tabel 2.1. Kebutuhan Air Non Domestik

No. Sarana dan Prasarana Unit Kebutuhan Konsumsi Air (liter/hari)

1 Masjid 30 untuk 100 orang 2 Gereja 10 untuk 100 orang

3 Toko 10 untuk 20 orang

4 Pasar 10 untuk 20 orang

5 Hotel 25 untuk 300 tempat tidur 6 Rumah makan 2000 untuk 1 rumah makan 7 Industri 2000 untuk 1 industri 8 Rumah sakit 240 untuk 300 9 Puskesmas 25 untuk 10 orang 10 Apotik 10 untuk 20 orang 11 Sekolah 25 untuk 250 orang 12 Kantor 30 untuk 25 orang

(10)

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Domestik

No

. Uraian

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( ribuan jiwa) >1.000

2 Konsumsi unit hidran

umum (liter/hari) 30 30 30 30 30 9 Sisa tekan jaringan

distribusi (bar) 10 10 10 10 10 *) : tergantung survei sosial ekonomi

**) : 60% perpipaan, 30% non perpipaan ***) : 25% perpipaan, 45% non perpipaan

(11)

2.3. Sistem Distribusi Air Minum

Komponen sistem distribusi air terdiri atas berbagai komponen yaitu komponen sistem penyediaan air minum, sistem sumber air bersih, sistem distribusi air bersih dan tekanan air dalam sistem jaringan distribusi dijelaskan selengkapnya pada pernyataan dibawah ini:

1. Komponen sistem penyediaan air minum

Dilihat dari bentuk dan tekniknya, dapat dibedakan menjadi 2 macam sistem antara lain:

a. Penyediaan air minum individual (Individual Water Supply System) adalah sistem penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sistem bentuk ini pada umumnya sangat sederhana mulai dari sistem yang hanya terdiri dari satu sumber saja sebagai sistem, seperti halnya sumur yang digunakan dalam rumah tangga.

b. Penyediaan air minum komunitas/perkotaan (Public Water Supply System) adalah suatu sistem komunitas, dan untuk pelayanan yang menyeluruh berikut keperluan domestik, perkotaan maupun industri.

(12)

2.4. Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih terbagi atas reservoir dan sistem perpipaan distribusi dijelaskan selengkapnya pada pernyataan dibawah ini:

a. Reservoir

Reservoir adalah tangki yang terletak pada permukaan tanah maupun diatas permukaan tanah yang berupa tower air baik untuk sistem gravitasi ataupun pemompaan yang mempunyai 3 fungsi, yaitu:

1) Penyimpanan, berfungsi untuk:

a) Melayani fluktuasi pemakaian per jam b) Cadangan air untuk pemadam kebakaran

c) Pelayanan dalam keadaan darurat, diakibatkan oleh terputusnya sumber pada transmisi, ataupun terjadinya kerusakan atau gangguan pada suatu bangunan pengolahan air.

2) Pemerataan aliran dan tekanan akibat variasi pemakaian di dalam daerah distribusi.

3) Sebagai distributor pusat atau sumber pelayanan dalam daerah distribusi.

(13)

Gambar 2.1. dibawah ini memperlihatkan bak penampung air yang terletak diatas permukaan tanah yang kemudian didistribusikan kependuduk.

Gambar 2.1. Bak Penampung Air

b. Sistem perpipaan distribusi

(14)

Perpipaan distribusi menyampaikan air ke masyarakat konsumen. Ada beberapa pola sistem jaringan distribusi, yaitu:

1. Sistem cabang (br anch),

Merupakan system sirip cabang pohon. Sistem perpipaan ada akhirnya (bagian ujung). Tapping untuk suplai ke bangunan dapat diperoleh dari cabang utama kecil (sub-mains) yang dihubungkan oleh pipa mains (secondar y feeder s). Pipa mains dihubungkan ke pipa utama (tr unk lines/pr imar y feeder s). Aliran dalam perpipaan cabang selalu sama.

Keuntungan:

a) Pendistribusian sangat sederhana b) Perencanaan pipa mudah

c) Ukuran pipa merupakan ukuran yang ekonomis

Kerugian:

a) Endapan dapat berkumpul karena aliran diam bila flushing tidak dilakukan, sehingga dapat menimbulkan bau dan rasa.

b) Bila ada bagian yang diperbaiki, bagian bawahnya tidak akan mendapat air. c) Tekanan berkurang bila area pelayanan bertambah.

2) Sistem loop/grid, tidak ada ujungnya. Air mengalir lebih dari satu arah. Keuntungan:

a) Air mengalir dengan arah bebas, tidak ada aliran diam.

b) Perbaikan pipa tidak akan menyebabkan daerah lain tidak kebagian air, karena ada aliran dari arah lain.

c) Pengaruh karena variasi/fluktuasi pemakaian air dapat dikurangi (minimal).

Kerugian:

a) Perhitungan perpipaan lebih kompleks

(15)

Tekanan air dalam sistem jaringan distribusi

Tekanan air dalam suatu sistem jaringan distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Kecepatan aliran b. Diameter pipa

c. Perbedaan ketinggian pipa d. Jenis dan umur pipa e. Panjang pipa

Dalam pendistribusian air bersih tekanan air juga bisa mengalami penurunan. Penyebab terjadinya penurunan tekanan adalah:

a. Terjadinya gesekan antara aliran air dengan dinding pipa b. Jangkauan pelayanan.

c. Kebocoran pipa

d. Konsumen menggunakan mesin hisap (pompa)

2.5. Debit Aliran

Debit aliran air pada pengaliran dalam pipa dianggap konstan karena air dianggap fluida yang tidak dimampatkan. Oleh sebab itu berlaku persamaan kontinuitas : Q = A.V = konstan

Q1 = Q2 = Q3 = Qn ...( 2.1.a )

Atau A1.V1 = A2.V2 = A3.V3 = An.Vn …………...( 2.1.b )

Dimana : Q = debit aliran (m3/det)

A = luas penampang aliran atau pipa (m2) V = kecepatan aliran (m/det)

Kecepatan aliran di dalam pipa pada suatu penampang adalah sama, sehingga berlaku persamaan:

(16)

Gambar 2.3. Penampang Aliran dalam Pipa

Pada fluida riil, kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah tidak sama karena adanya gesekan dengan dinding pipa (lihat Gambar 2.3.). Oleh sebab itu anggapan penggunaan kecepatan rata-rata ini akan menyebabkan kesalahan dalam menghitung tinggi energi. Oleh sebab itu, untuk mengoreksi kesalahan ini perlu diberikan suatu koefisien koreksi energi yang biasa disimbolkan dengan  , sehingga tinggi energi pada persamaan Bernoulli menjadi

g V

2

2

. Koefisien ini dalam praktek diambil  = 1.

Alat ukur debit pada mata air Sumbergede, seluruh BPT dan Resevoir adalah alat ukur debit Thomson (lihat Gambar 2.4.).

(17)

Dari Gambar 2.4. lebar muka air adalah :

Sedangkan untuk menghitung debit aliran melalui peluap menggunakan persamaan berikut:

(18)

Gambar 2.5. Meteran Air

2.6. Kehilangan Air

(19)

Kewajiban manajemen hanya mengontrol kehilangan air secara fisik Kehilangan air dibagi menjadi kehilangan air secara manajemen dan kehilangan air secara fisik. Golongan tersebut terakhir terjadi di sarana berupa sambungan-sambungan pipa, dan pipa distribusi dalam kondisi operasional yang normal. Kehilangan air secara manajemen atau secara komersial adalah kehilangan air yang disebabkan oleh hal-hal lain, dan ini bisa sangat berbeda. Tetapi kebanyakan penyebab itu sangat berkaitan dengan kesalahan prosedural manajemen atau kegagalan melaksanakan prosedur manajemen secara ketat.

Jenis-jenis penyebab kehilangan air secara manajemen pada umumnya:

1. Pendaftaran pengguna air terlambat atas sejumlah pelanggan baru, ataupun yang dikategorikan sebagai pelanggan yang berganti yang menyebabkan perusahaan air minum tak dapat menagih rekening tepat pada waktunya atau berdasarkan penggolongan tarif yang tepat

2. Jenis meter air tidak cocok, tingkat akurasinya rendah, atau kalibrasi, pemeliharaan dan pergantian meter air tidak terlaksana sebagaimana mestinya 3. Pembaca meter main taksir, atau pelanggan tidak membayar rekening tepat

waktu

4. Penggunaan air di perkantoran pemerintah lokal, penyiraman kebun atau industri pemadam kebakaran tidak ditakar dengan meter air, atau tidak dibayar sejalan dengan prosedur yang berlaku

(20)

Penyebab-penyebab kehilangan air secara fisik:

1. Kebocoran pada sambungan pipa, hidran dan valve karena penyambungan dan pemeliharaan yang sembarangan

2. Pipa atau tangki air bocor karena terbuat dari bahan yang tidak bermutu, pipa dan peralatan yang tua atau karena tekanan yang berlebihan

3. Penggunaan air pada penggelontoran pipa dengan prosedur yang tidak normal 4. Kebocoran karena tekanan yang terlalu tinggi pada jaringan perpipaan dan

tekanan yang muncul secara tak wajar.

Penanggulangan kehilangan air yang dilakukan ada yang bersifat penanggulangan darurat (emer gency) maupun mengarah ke sifat analisis untuk membentuk suatu metoda pemeliharaan yang berkesinambungan.

Tabel 2.3. Tingkat Kehilangan Air Di Indonesia ( dinyatakan dalam liter/ sambungan / hari )

Liter/samb/hari % PDAM

Volume Air ( m3/tahun)

(21)

2.7. Identifikasi Kebocoran

Identifikasi Kebocoran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Telah diketahui terjadinya kebocoran pipa

2. Kehilangan air dapat dihitung dengan rumus :

%

2.8. Macam-Macam Kebocoran Air

1. Kebocoran Secara Teknis

Jumlah kehilangan air untuk suatu sistem penyediaan air bersih biasanya dinyatakan dalam persen total produksi air. Menurut lembaga afiliasi penelitian dan industri-industri Teknologi Bandung (2000), kehilangan air sebesar 12% diyakini sebagai kehilangan air teknis yang tidak mungkin bisa dikurangi karena kebocoran sebesar itu merupakan kebocoran akibat sambungan pipa, tetesan air pada kran, meter air, dan sebagainya.

(22)

Kebocoran pada pipa distribusi juga bisa terjadi karena pencurian air, malah biasa dikatakan sepertiga dari kehilangan air terjadi karena pencurian. Penyambungan secara illegal juga dilakukan oleh para pelanggan air dengan menyambungkan pipa sebelum meter agar pemakaian air tidak tercatat meter. Begitu juga dengan kasus-kasus pencurian air yang dilakukan pelanggan dengan cara memanipulasi meteran air, baik pelanggan kecil atau pelanggan besar.

Akibat dari kebocoran dan penyambungan illegal adalah berkurangnya tekanan air dalam pipa distribusi. Akibatnya aliran air yang mestinya berjalan lancar menjadi terganggu. Penyambungan liar yang dilakukan dengan melubangi pipa distribusi selain menyebabkan banyak air terbuang juga mempengaruhi kualitas air dalam pipa distribusi. Kerugian lainnya adalah meningkatnya beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan penyedia air bersih dan oleh para pelanggan resmi. Kehilangan air dalam sistem penyedia air bersih baik karena kebocoran atau penyambungan ilegal terus di pantau secara sistematis, akan tetapi peran serta masyarakat amat dibutuhkan. Laporan-laporan masyarakat tentang adanya kebocoran dan sambungan liar amat dibutuhkan.

2. Kebocoran Distribusi

Kebocoran distribusi adalah kebocoran dari reservoir ke pelanggan.

3. Kebocoran Produksi

(23)

Tabel 2.4. Diagram Kebocoran Air Konsumsi Tercatat (tagihan) Non

Volumetrik

Konsumsi Air Resmi Tidak

Tercatat

Konsumsi Tidak Tercatat Volumetrik (meter air)

Non Revenue

Water (NRW) Konsumsi Tidak Tercatat (tagihan)

Non Volumetrik

Kesalahan Membaca Meteran Air

Kebocoran Terukur

Kebocoran Di Instalasi, Resevoar, Overflow, Operasional

Kebocoran di Pipa Transmisi, Distribusi

Kebocoran di Pipa Service

Sumber : IWA Standar d Water Balance

Ada beberapa prinsip kerja untuk mengetahui kebocoran pipa air bawah tanah (under gr ound) yang alatnya sudah tersedia di pasar, antara lain :

A. Ultrasonik

Metode ultrasonik dalam mendeteksi kebocoran pipa air yang paling sering digunakan. Seperti namanya, alat ultrasonik pendeteksi kebocoran mendeteksi suara ultrasonik suatu kebocoran. Selain kebocoran besar yang dapat terdengar, kebocoran kecil juga mengeluarkan suara, walaupun frekuensinya terlalu tinggi untuk telinga kita untuk mendeteksinya. Alat deteksi kebocoran ultrasonik merubah desis suara ultrasonik menjadi suara yang dapat didengar oleh manusia, yang dapat mengarahkan ke sumber kebocoran.

Informasi lainnya tentang alat deteksi kebocoran ultrasonik adalah: 1. Jarak dan arah

(24)

2. Tekanan

Tekanan tinggi dari kebocoran tidak diperlukan. Ultrasonik dapat mendekteksi kebocoran selubang jarum dengan tekanan serendah 1 Psi. Walaupun begitu, adanya tekanan yang lebih besar akan lebih memudahkan untuk mengetahui lokasi kebocoran.

3. Sensitivitas terhadap suara

Alat ultrasonik pendeteksi kebocoran sangat sensitif terhadap suara. Alat ultrasonik pendeteksi kebocoran yang baik dapat secara aktual memungkinkan manusia mendengar kedipan mata manusia. Tes kebocoran dapat juga dilakukan didalam ruang tertutup yang jenuh dengan bahan pendingin. Alat pendeteksi ultrasonik yang baik menggunakan proses elektronik yang disebut “heter odyning ” yang mengubah suara frekuensi tinggi kebocoran menjadi suara rendah dimana suara desis dari kebocoran dapat didengarkan melalui peralatan headphones, sehingga sumber suara dapat ditelusuri. Setiap gas yang turbulen akan mengeluarkan suara ultra bila terjadi kebocoran, sehingga tidak menjadi masalah untuk mengetes semua jenis bahan pendingin. Alat pendeteksi kebocoran, bahkan akan mendeteksi udara masuk kedalam sistem vakum.

4. Latar belakang suara

(25)

5. Pemilihan alat pendeteksi kebocoran

Sebaiknya dipertimbangkan kemampuan dan keterbatasan penggunaan metode pendeteksi kebocoran. Oleh karena itu sangat penting mempertimbangkan

Gambar 2.6. Alat Ultasonik Tipe Ultra Feat FD400

tidak hanya sensitivitasnya secara laboratorium atau kondisi tes bila memilih alat pendeteksi kebocoran. Sebagai contoh, alat pendeteksi kebocoran bermerk “sniffer”, jenis yang sangat sensitif untuk menpendeteksi sebuah kebocoran 0,25 oz dari refrigran pertahun di laboratorium yang dikontrol kondisinya, tetapi alat pendeteksi ini akan memberikanhasil yang berbeda ketika digunakan pada tempat berangin dan atap yang kotor.

Cara mengoperasikan alat pendeteksi kebocoran ultrasonik:

(26)

b. Tanpa adanya injeksi sinyal ultrasonic di upstream. Tekanan fluida didalam pipa tentunya diharapkan relatif besar (>4 bar), sehingga jika terjadi kebocoran, maka pada titik lubang kebocoran tersebut akan timbul gelombamg suara. Semakin besar bocornya akan semakin tinggi amplitudo gelombangnya. Alat portable digunakan untuk mendeteksi gelombang suara yang timbul sepanjang pipa.

Gambar 2.7. Cara Kerja Alat Ultasonik

B. Resistivity/Conductivity

(27)

Gambar 2.8. Conductivity Meter

C. Kelembaban

Tanah sekitar titik bocor akan basah oleh liquid yang bocor yang akan meningkatkan level kelembaban di area tanah tersebut. Nilai kelembaban ini yang selanjutnya diukur dengan Water Cop Leak Detection Systems atau Grain Moisture Meter.

(28)

Gambar 2.10. Grain Moisture Meter

D. Infra Red

Infra Red survey intinya mendeteksi temperatur tanah pada suatu area tertentu. Dengan digital foto imaging, tanah yang basah oleh kebocoran liquid akan terdeteksi mempunyai temperature berbeda (misal warna biru) dengan tanah lainnya yang kering (misal warna coklat). Tentunya tidak semua alat itu bisa digunakan untuk mendeteksi bocornya

(29)

Terkait dengan kebocoran pipa, setelah pekerjaan konstruksi pemasangan perpipaan distribusi, harus dilakukan test kebocoran. Jika pemasangan pipa dilakukan di daerah terpencil, kontraktor kerap mengeluh kesulitan dalam hal melakukan test tersebut karena ketiadaan alat (walaupun mungkin kontraktor memang belum pernah melakukan pekerjaan pengetesan kebocoran pipa).

Sebenarnya alatnya mudah dan bisa diadakan sendiri (bagi kontraktor yang memiliki unit alat pengetesan pipa tentu memberi nilai tambah tersendiri). Yang dibutuhkan adalah :

1. Tangki sesuai kebutuhan, 2 m3 sudah mencukupi, sehingga bisa dibawa-bawa dengan mobil pick-up

2. Kompressor kecil, biasanya suka digunakan oleh tukang perawatan AC 3. Alat Ukur Tekanan, bisa di beli di toko alat ukur, yang 10 bar (kg/cm2) itu

sudah cukup.

4. Kunci inggris, kuci pas, ember, dan juga penghitung waktu

Gambar 2.12. Alat Ukur Tekanan

(30)

Adapun syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan test adalah :

1. Semua katub (valve), sambungan (joint) sudah terpasang pada trhust blok yang sudah ”matang” alias sudah lebih dari 7 hari

2. Katub (valve), sumbat, harus dalam keadaan tertutup

3. Sebaiknya pengujian dilakukan perbagian pipa setiap panjang 500 meter (tidak seluruh panjang pipa)

4. Pipa yang akan diuji harus dibilas dengan air bersih, dan kemudian diisi air perlahan-lahan agar tidak meninggalkan udara.

5. Akan lebih mudah sebelum dilakuakan pengetesan, pipa tidak diurug terlebih dahulu (agar lebih mudah mencari sumber kebocorannya)

Gambar 2.13. Petugas yang Sedang Melakukan Test Kebocoran

Prinsip dari pengujian ini adalah :

1. Uji tekanan : jaringan pipa dapat menerima tekanan sebesar 1.5 kali besarnya tekanan kerja, atau lebih besar lagi, asal tidak melebihi tekanan yang diijinkan untuk katub/valve, dan dilaksanakan sedikitnya 2 Jam.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif analisis kehilangan air di mata air Sumbergede PDAM Karanganyar Unit Kerjo.

3.2.

Data yang Diperlukan

Data yang dimaksud disini adalah data sekunder di PDAM Karanganyar dan instansi terkait.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah debit produksi mata air Sumbergede, debit konsumsi pelanggan atau sambungan, dan jumlah pelanggan aktif PDAM Karanganyar Unit Kerjo.

3.3.

Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Tahap Persiapan

(32)

3.3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur serta menggunakan data yang dimiliki oleh instansi-instansi terkait dalam hal ini adalah PDAM Karanganyar Unit Kerjo. Adapun data tersebut adalah:

1. Data debit produksi air PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009. 2. Data jumlah pemakaian air terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjodari tahun

2006-2009.

3. Data jumlah pelanggan aktif PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009.

3.4.

Analisa Data

(33)

3.5.

Analisa Data

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

mata air Sumbergede

Data debit reservoir Sumbergede pertahun

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Jaringan Pipa Transmisi Sumbergede Sampai Reservoir Kerjo

Sebagai jaringan pipa transmisi yang mengalirkan air dari Sumbergede ke Reservoir Kerjo sangat menentukan bagi kelancaran air yang dikonsumsi masyarakat Kerjo dan sekitarnya, sehingga sepanjang jalur pipa ini tidak boleh ada kebocoran atau tapping di suatu tempat.Panjang jaringan transmisi total 10.400 m (10,4 km) dengan dilengkapi 3 buah BPT untuk mengurangi tekanan air. Pada sambungan antara pipa ke BPT dan Reservoir sering kali terjadi kebocoran yang dikarenakan sudah tuanya klem dan gate valve, selain itu meluapnya air pada masing-masing BPT yang dikarenakan kurang besarnya dimensi BPT atau kurang tepatnya penjaga dalam mengatur pintu air yang terpasang pada bangunan Sumbergede.

Jenis pipa yang digunakan untuk jaringan transmisi PDAM Karanganyar Unit Kejo ada 2 macam yaitu:

1. Dari Sumbergede ke BPT 1 memakai pipa galvanis medium dengan diameter 150 mm yang dipasang ke atas permukaan tanah dengan dilengkapi tiang-tiang penyangga dari beton bertulang dan klem pipa dari baja. Sistem sambungannya memakai plandes dengan mur baut dan packing.

(35)

elastis. Pipa ini dipasang tertanam di dalam tanah dengan kedalaman rata-rata 140 cm dari muka tanah asli.

Mata air Sumbergede terletak pada elevasi 996,751m sedangkan Reservoirnya direncanakan pada elevasi 383,950m sehingga jaringan pipa transmisi PDAM Karanganyar Unit Kerjo dibangun pada medan yang menurun dan termasuk jenis jaringan pipa transmisi yang tergantung seluruhnya pada gravitasi bumi dengan elevasi antara mata air Sumbergede ke BPT serta BPT ke Reservoir cukup besar, sehingga jaringan tidak perlu menggunakan pompa pada daerah tertentu. Selain itu karena jaringan pipa transmisi tersebut tidak menggunakan pompa maka dalam pembangunanya dapat efisien.

Tabel 4.1. Elevasi Permukaan Air

No Tempat yang diukur Ketinggian air dari dasar bak (m) Data Elevasi

1 Mata air Sumbergede Outlet = 0,465 996,751

2 BPT 1 Inlet = 2,190

Outlet = 2,190

795,942 795,942

3 BPT 2 Inlet = 1,35

Outlet = 0,93

667,904 667,484

4 BPT 3 Inlet = 1,30

Outlet = 0,82

521,159 520,679

5 Reservoir Inlet = 3,67 383,950

(36)

Gambar 4.1. Skema Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Sumbergede

Gambar 4.2. Jaringan Distribusi ke Sambungan Rumah Keterangan:

(37)

4.2.

Pengadaan Air Bersih PDAM Karanganyar Unit Kerjo

4.2.1. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo tahun 2006-2009

Pengambilan air yang dilakukan PDAM adalah untuk air bersih dan perlu sarana yang memenuhi syarat. Disamping debit air yang memenuhi kebutuhan pelanggan akan air bersih dan kualitas air yang terjaga, selain itu juga harus menjamin kelestarian lingkungan disekitar mata air. Hal itu sangat penting mengingat kebutuhan akan air bersih dari tahun ketahun semakin meningkat sehingga diharapkan debit mata air Sumbergede dapat memproduksi air bersih secara terus menerus dan tidak terjadi penurunan debit yang signifikan.

(38)

Gambar 4.3. Alat Ukur Debit Thomson di Sumbergede

b = 2h Cd = 0,60 α = 900 g = 9,81 m/det2 h = 0,2637 m

Oleh sebab itu debit Sumbergede pada saat itu sebesar :

2 5

417 ,

1 h

Q

1,4170,263752

= 0,0506 m3/det = 50,6 l/det

Jadi hasil pengukuran debit pada Mata Air Sumbergede sebesar 50,6 l/dt

(39)

Tabel 4.2. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006

Tabel 4.3. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007

Bulan Debit

Tabel 4.4. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008

Bulan Debit

Tabel 4.5. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009

Bulan Debit

(40)

30,000

Grafik 4.1. Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006-2009

Jumlah total produksi air PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009 adalah 2.679.517 m3, sehingga dapat diketahui rata-rata produksinya adalah sebesar 669879,25 m3 .

(41)

4.2.2. Distribusi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo tahun 2006-2009

Sistem distribusi air yang dilakukan PDAM Karanganyar Unit Kerjo pada dasarnya sama dengan sistem distribusi air pada PDAM di unit lain maupun PDAM di kota lain yaitu dengan menggunakan reservoir untuk mempertahankan debit pada jam-jam puncak pemakaian pelanggan. Reservoir akan menyimpan air pada saat air mengalami surplus di waktu pelanggan tidak mengkonsumsi air ataupun mengkonsumsi air dengan debit yang kecil, sehingga air yang surplus tidak terbuang percuma dan nilai kebocoran dari sistem distribusi air dapat diminimalisir.

Reservoir kemudian disalurkan kepada pelanggan dengan menggunakan pipa-pipa PVC yang dilengkapi dengan valve, klem dan accesor ies lainnya. Pada reservoir dipasang alat ukur debit Thomson untuk mencatat debit air yang disalurkan pada pelanggan.

(42)

Hasil pengumpulan data di Subag Distibusi PDAM Karanganyar ditemukan bahwa data air yang didistribusikan ke pelanggan oleh PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006 Bulan Debit (m3) Debit s/d bulan

Tabel 4.7. Distribusi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007 Bulan Debit (m3) Debit s/d bulan

(43)

Tabel 4.9. Distribusi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009

Sumber : Bagian Distr ibusii PDAM Kar anganyar

35,000

Grafik 4.2. Distribusi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006-2009

(44)

4.2.3. Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo tahun 2006-2009

Jaringan distribusi air PDAM Karanganyar Unit Kerjo dituntut agar pelanggan dapat mengkonsumsi air bersih dengan kualitas dan kuantitas yang baik. PDAM Karanganyar Subag Produksi yang menangani seluruhnya tentang produksi air bersih dan mengetes kualitasnya berdasarkan standar yang diijinkan. PDAM Karanganyar Subag Distribusi menangani seluruh masalah yang terkait dengan distribusi air bersih sehingga pelanggan dapat mengkonsumsi air bersih dengan kuantitas yang baik ditandai dengan debit air yang cukup besar pada saat jam-jam dimana seluruh pelanggan mengkonsumsi air bersih atau yang sering disebut dengan ”jam kering”.

Setiap sambungan (rumah, industri, dan tempat sosial yang mengunakan jasa PDAM) dipasang dengan meteran air untuk mencatat banyaknya debit yang telah dikonsumsi oleh pelanggan. Biasanya meteran akan dicatat oleh petugas setiap bulan sekali dan setelah itu hasilnya akan diolah oleh Subag Pengolahan Data PDAM Karanganyar yang hasilnya berupa rekening air. Tiap bulan sekali pula pada awal bulan pelanggan harus membayar banyaknya debit yang telah dikonsumsi atau rekening air.

Hasil pengumpulan data di Subag Pelanggan PDAM Karanganyar ditemukan bahwa data air yang terjual ke pelanggan oleh PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(45)

Tabel 4.11. Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007

Tabel 4.12. Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008 Bulan Debit (m3) Debit s/d bulan

Tabel 4.13. Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009 Bulan Debit (m3) Debit s/d bulan

(46)

30,000

Grafik 4.3. Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006-2009

Jumlah total air terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo dari tahun 2006-2009 adalah 2.139.908 m3, sehingga dapat diketahui rata-rata distribusinya adalah sebesar

534.977 m3 .

4.3.

Kebocoran Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo

(47)

harus dibayar berdasarkan hasil bacaan meter air. Pemerintah kota diwajibkan memberikan kompensasi yang sewajarnya atas pemakaian air kelompok masyarakat tertentu. Maka apa yang disebut sebagai air tak berekening itu dapat dianggap tidak ada alias nihil dan air yang tak tertagih dimasukkan sebagai kehilangan air.

Kewajiban manajemen hanya mengontrol kehilangan air secara fisik Kehilangan air dibagi menjadi kehilangan air secara manajemen dan kehilangan air secara fisik. Golongan tersebut terakhir terjadi di sarana berupa sambungan-sambungan pipa, dan pipa distribusi dalam kondisi operasional yang normal. Kehilangan air secara manajemen atau secara komersial adalah kehilangan air yang disebabkan oleh hal-hal lain, dan ini bisa sangat berbeda. Tetapi kebanyakan penyebab itu sangat berkaitan dengan kesalahan prosedural manajemen atau kegagalan melaksanakan prosedur manajemen secara ketat.

Jenis-jenis penyebab kehilangan air secara manajemen pada umumnya:

1. Pendaftaran pengguna air terlambat atas sejumlah pelanggan baru, ataupun yang dikategorikan sebagai pelanggan yang berganti yang menyebabkan perusahaan air minum tak dapat menagih rekening tepat pada waktunya atau berdasarkan penggolongan tarif yang tepat

2. Jenis meter air tidak cocok, tingkat akurasinya rendah, atau kalibrasi, pemeliharaan dan pergantian meter air tidak terlaksana sebagaimana mestinya 3. Pembaca meter main taksir, atau pelanggan tidak membayar rekening tepat waktu 4. Penggunaan air di perkantoran pemerintah lokal, penyiraman kebun atau industri pemadam kebakaran tidak ditakar dengan meter air, atau tidak dibayar sejalan dengan prosedur yang berlaku

(48)

Penyebab-penyebab kehilangan air secara fisik:

1. Kebocoran pada sambungan pipa, hidran dan valve karena penyambungan dan pemeliharaan yang sembarangan

2. Pipa atau tangki air bocor karena terbuat dari bahan yang tidak bermutu, pipa dan peralatan yang tua atau karena tekanan yang berlebihan

3. Penggunaan air pada penggelontoran pipa dengan prosedur yang tidak normal 4. Kebocoran karena tekanan yang terlalu tinggi pada jaringan perpipaan dan

tekanan yang muncul secara tak wajar.

4.3.1. Kebocoran Produksi PDAM Karanganyar Unit Kerjo

Tabel 4.14. Kebocoran Produksi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006

Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran

Produksi Distribusi Kebocoran Kebocoran s/d

Bulan ini

Jan 44.194 43.751 443 443 1,002

Feb 43.062 42.755 307 750 0,713

Mar 42.854 42.372 482 1.232 1,125

Apr 47.952 47.603 349 1.581 0,728

Mei 45.533 44.923 610 2.191 1,340

Jun 45.360 44.910 450 2.641 0,992

Jul 45.533 44.953 580 3.221 1,274

Agt 57.586 56.883 703 3.924 1,221

Sep 55.728 55.069 659 4.583 1,183

Okt 64.282 63.829 453 5.036 0,705

Nov 67.392 67.104 288 5.324 0,427

Des 52.229 51.237 992 6.316 1,899

(49)

Tabel 4.15. Kebocoran Produksi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007 Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran

Produksi Distribusi Kebocoran Kebocoran s/d

Bulan ini

Tabel 4.16. Kebocoran Produksi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008 Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran

Produksi Distribusi Kebocoran Kebocoran s/d

(50)

Tabel 4.17. Kebocoran Produksi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009

4.3.2. Kebocoran Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo

Tabel 4.18. Kebocoran Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006

Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran Distribusi Air Terjual Kebocoran

Kebocoran s/d Bulan ini

(51)

Tabel 4.19. Kebocoran Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007 Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran Distribusi Air Terjual Kebocoran

Kebocoran s/d Bulan ini

Jan 57.074 46.581 10.493 10.493 18,385

Tabel 4.20. Kebocoran Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008 Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran Distribusi Air Terjual Kebocoran

Kebocoran s/d Bulan ini

(52)

Tabel 4.21. Kebocoran Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009 Bulan

Debit (m3)

% Kebocoran Distribusi Air Terjual Kebocoran

Kebocoran s/d Bulan ini

Jan 62.401 49.086 13.315 13.315 21,338

Feb 47.983 38.553 9.430 22.745 19,653

Mar 45.203 35.298 9.905 32.650 21,912

Apr 49.747 39.488 10.259 42.909 20,622

Mei 49.747 39.488 10.259 53.168 20,622

Jun 49.273 39.085 10.188 63.356 20,677

Jul 49.485 39.266 10.219 73.575 20,651

Agt 49.181 38.758 10.423 83.998 21,193

Sep 53.173 41.751 11.422 95.420 21,481

Okt 55.348 43.309 12.039 107.459 21,751

Nov 63.529 50.992 12.537 119.996 19,734

Des 58.901 48.427 10.474 130.470 17,782

(53)

4.3.3. Kebocoran Total PDAM Karanganyar Unit Kerjo

Kebocoran Total PDAM Karanganyar Unit Kerjo merupakan penjumlahan dari kebocoran produksi dan kebocoran distribusi.

450,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

Grafik 4.4. Kebocoran Produksi dan Distribusi PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006-2009

Tabel 4.22. Hasil Analisis Kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo

Tahun

Total Debit (m3) Kebocoran

Produksi Distribusi Terjual

Produksi Distribusi Total

Debit

(54)

Dari Grafik 4.4 dan Tabel 4.22. dapat diketahui debit kebocoran produksi lebih kecil dibandingkan dengan debit kebocoran distribusi. Hal itu dikarenakan sistem jaringan pipa transmisi PDAM Karanganyar Unit Kerjo bisa dikatakan masih baru sehingga kualitas dari perlengkapan dari jaringan masih dalam kondisi yang baik, tidak banyak karat dan kebocoran pada sambungan. Selain itu jaringan pipa transmisi PDAM Karanganyar Unit Kerjo dapat dipantau oleh petugas dengan mudah sehingga jika terjadi suatu kebocoran dapat langsung ditangani. Sedangkan kebocoran distribusi sangat tinggi disebabkan jaringan pipa yang menyebar dan ditanam didalam tanah sehingga untuk mengetahui kebocoran sedini mungkin sulit untuk dilakukan.

Dengan angka kebocoran rata-rat sebesar 22,436% maka PDAM Karanganyar Unit Kerjo bisa dikatakan Unit yang kurang sehat karena standar kebocoran yang layak adalah maksimal 20 % (Dirjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum). Namun bila dibandingkan dengan Unit PDAM di kota lain yang angka kebocorannya mencapai 40% lebih maka kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo relatif kecil. Akan tetapi alangkah baiknya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka tingkat kebocoran yang sudah terjadi dapat diminimalisir lagi. Dengan minimnya tingkat kebocoran maka daerah pelayanan dapat diperluas lagi.

4.4. Kerugian PDAM Karanganyar Unit Kerjo Akibat Kebocoran

Air

(55)

Untuk mengetahui berapa rupiah kerugian PDAM akibat hilangnya air, terlebih dahulu harus mengetahui berapa m3 kebocoran produksi dan distribusi kemudian dikonversikan dalam rupiah berdasarkan tarif air per m3.

Harga air per m3 didasarkan pada golongan pelanggan Rumah Tangga 1 (R.1) atau Rumah Tangga A (R.A) dengan anggapan bahwa golongan tersebut mengkonsumsi air terbanyak. Sedangkan golongan dibawahnya yaitu golongan pelanggan sosial baik itu Sosial Umum 1 (S.1) dan Sosial Umum 2 (S.2) mendapatkan subsidi dari golongan diatasnya yaitu golongan Sekolah/Instansi Pemerintah (P), Niaga (N), dan Industri (I).

Hasil analisis kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.23. Perhitungan Harga Kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006

No Bulan Kebocoran Produksi Kebocoran Distribusi Kebocoran Total

m3 Rp m3 Rp m3 Rp

Jumlah 6.316 5.052.800 107.932 86.345.600 114.248 91.398.400

(56)

Tabel 4.24. Perhitungan Harga Kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2007

No Bulan Kebocoran Produksi Kebocoran Distribusi Kebocoran Total

m3 Rp m3 Rp m3 Rp

Jumlah 6.653 5.987.700 178.631 160.767.900 185.284 166.755.600

Catatan : Harga air per m3 = Rp 900,-

Tabel 4.25. Perhitungan Harga Kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008

No Bulan Kebocoran Produksi Kebocoran Distribusi Kebocoran Total

m3 Rp m3 Rp m3 Rp

Jumlah 6.162 6.162.000 159.765 159.765.000 165.927 165.927.000

(57)

Tabel 4.26. Perhitungan Harga Kebocoran PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2009

No Bulan Kebocoran Produksi Kebocoran Distribusi Kebocoran Total

m3 Rp m3 Rp m3 Rp

1 Januari 541 595.100 13.315 14.646.500 13.856 15.241.600

2 Febuari 401 441.100 9.430 10.373.000 9.831 10.814.100

3 Maret 330 363.000 9.905 10.895.500 10.235 11.258.500

4 April 279 306.900 10.259 11.284.900 10.538 11.591.800

5 Mei 279 306.900 10.259 11.284.900 10.538 11.591.800

6 Juni 277 304.700 10.188 11.206.800 10.465 11.511.500

7 Juli 281 309.100 10.219 11.240.900 10.500 11.550.000

8 Agustus 369 405.900 10.423 11.465.300 10.792 11.871.200

9 September 395 434.500 11.422 12.564.200 11.817 12.998.700

10 Oktober 639 702.900 12.039 13.242.900 12.678 13.945.800

11 November 753 828.300 12.537 13.790.700 13.290 14.619.000

12 Desember 715 786.500 10.474 11.521.400 11.189 12.307.900

Jumlah 5.260 5.784.900 130.47 143.517.000 135.729 149.301.900

Catatan : Harga air per m3 = Rp 1.100,-

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa PDAM Karanganyar Unit Kerjo mengalami kerugian karena kehilangan air sebagai berikut:

Tahun 2006: Rp. 91.398.400,- Tahun 2007: Rp. 166.755.600,- Tahun 2008: Rp. 165.927.000,- Tahun 2009: Rp. 149.301.900,- + Jumlah : Rp. 573.382.900,-

(58)

Untuk menutupi kerugian yang begitu besar, maka PDAM Karanganyar Unit Kerjo memberlakukan tarif air secara progresif berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 dan Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 57 Tahun 2009. Pemberlakuan tarif tersebut didasarkan pada golongan pelanggan dan banyaknya debit air yang dikonsumsi dalam skala tertentu (lihat Tabel 4.27).

Tabel 4.27. Tarip Juli 2009 s/d Juni 2010 PDAM Karanganyar Unit Kerjo

No Golongan Pelanggan

Tarip Progresif Berdasarkan Klasifikasi Konsumsi Air/m3 (Rp)

Rumah Tangga II (R.2)

Rumah Tangga III (R.3)

1.100

(59)

Berikut adalah perhitungan harga air terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo berdasarkan tarif progresif:

(60)
(61)

Tabel 4.32. Perhitungan Harga Air Terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun

Jadi harga air terjual PDAM Karanganyar Unit Kerjo adalah sebagai berikut: Tahun 2006 : Rp. 653.442.025,-

Tahun 2007 : Rp. 816.513.808,- Tahun 2008 : Rp. 915.083.476,-

Tahun 2009 : Rp.1.117.141.399,- +

(62)

Sedangkan keuntungan PDAM Karanganyar Unit Kerjo untuk menutupi kerugian akibat kebocoran air terlebih dahulu menghitung nilai rupiah produksi air, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.33. Perhitungan Harga Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2006-2007

No Bulan

Tahun

2006 2007

Jumlah m3 (Rek) Harga Air

(Rp) Jumlah m

3

(Rek) Harga Air (Rp)

1 Januari 44.194 35.355.200 57.318 51.586.200

2 Febuari 43.062 34.449.600 51.771 46.593.900

3 Maret 42.854 34.283.200 44.461 40.014.900

4 April 47.952 38.361.600 50.890 45.801.000

5 Mei 45.533 36.426.400 49.550 44.595.000

6 Juni 45.360 36.288.000 50.544 45.489.600

7 Juli 45.533 36.426.400 53.568 48.211.200

8 Agustus 57.586 46.068.800 57.586 51.827.400

9 September 55.728 44.582.400 68.378 61.540.200

10 Oktober 64.282 51.425.600 65.621 59.058.900

11 November 67.392 53.913.600 76.464 68.817.600

12 Desember 52.229 41.783.200 57.586 51.827.400

Jumlah 611.705 489.364.000 683.737 615.363.300

(63)

Tabel 4.34. Perhitungan Harga Produksi Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo Tahun 2008-2009

No Bulan

Tahun

2006 2007

Jumlah m3 (Rek) Harga Air (Rp) Jumlah m3 (Rek) Harga Air (Rp)

1 Januari 57.586 57,586.000 62.942 69.236.200

2 Febuari 53.870 53,870.000 48.384 53.222.400

3 Maret 50.890 50,890.000 45.533 50.086.300

4 April 54.432 54,432.000 50.026 55.028.600

5 Mei 56.246 56,246.000 50.026 55.028.600

6 Juni 60.912 60,912.000 49.550 54.505.000

7 Juli 61.068 61,068.000 49.766 54.742.600

8 Agustus 68.567 68,567.000 49.550 54.505.000

9 September 66.355 66,355.000 53.568 58.924.800

10 Oktober 83.030 83,030.000 55.987 61.585.700

11 November 68.947 68,947.000 64.282 70.710.200

12 Desember 62.942 62,942.000 59.616 65.577.600

Jumlah 744.845 744,845.000 639.230 703.153.000

Catatan : Harga air per m3 Tahun 2008 = Rp 1000,- ;Tahun 2009 = Rp 1.100,-

Jadi harga produksi air PDAM Karanganyar Unit Kerjo adalah sebagai berikut: Tahun 2006 : Rp. 489.364.000,-

Tahun 2007 : Rp. 615.363.300,- Tahun 2008 : Rp. 744,845.000,-

Tahun 2009 : Rp. 703,153.000,- +

(64)

Keuntungan PDAM Karanganyar Unit KerjoTahun 2006-2009 berdasarkan tarif progresif adalah: Rp.3.502.180.708 - Rp.2.552.725.300 = Rp. 949.455.408,-

Sedangkan kerugian PDAM Karanganyar Unit Kerjo akibat kehilangan air Tahun 2006-2009 adalah Rp. 573.382.900,-

Maka kerugian akibat kehilangan air dapat tertutupi oleh air terjual berdasarkan tarif progresif dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 949.455.408 - Rp. 573.382.900 = Rp. 376.072.508,-

4.5.

Usulan Penanggulangan Kebocoran Air PDAM Karanganyar

Unit Kerjo

1. Secara Manajemen

a. Petugas pencatat meteran air diwajibkan untuk membaca meteran air secara teliti dan diadakannya rotasi lokasi pembacaan meteran air secara acak.

b. Penggunaan air di perkantoran pemerintah lokal, penyiraman kebun atau industri pemadam kebakaran ditakar dengan meter air dan penggunaan air dibayar sejalan dengan prosedur yang berlaku.

(65)

2. Secara Fisik

a. Mengganti pipa-pipa yang retak atau bocor dengan pipa yang baru berstandar mutu tinggi sehingga dapat menahan tekanan dalam pipa. b. Mengganti klem, valve, atau acessor ise yang sudah tua.

c. Mengganti meteran air secara bertahap dengan jenis meteran air yang mempunyai tingkat akurasi tinggi atau mengkalibrasi ulang meteran lama, selain itu juga dilakukan pemeliharaan rutin.

d. Membentuk sistem jaringan distribusi berdasarkan blok dengan induk meter per blok sehingga mudah dalam mengetahui kebocoran air serta dalam penanggulangannya.

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1. Kebocoran Air PDAM Karanganyar Unit Kerjo

1. Tingkat produksi dan distribusi air di PDAM Karanganyar Unit Kerjo rata-rata Tahun 2006-2009 adalah 669879,25 m3 dan 663784,25 m3

2. Tingkat kebocoran rata-rata di PDAM Karanganyar Unit Kerjo rata-rata Tahun 2006-2009 adalah 22,436%.

3. Usulan penanggulangan kebocoran dilakukan secara teknis dan non teknis.

5.1.2. Kerugian PDAM Karanganyar Unit Kerjo Akibat Kebocoran

1. Kerugian PDAM Karanganyar Unit Kerjo akibat kehilangan air Tahun 2006-2009 adalah Rp. 573.382.900,-

2. Keuntungan PDAM Karanganyar Unit KerjoTahun 2006-2009 berdasarkan tarif progresif adalah Rp. 949.455.408,-

(67)

5.2. Saran

1. Untuk penelitian lebih lanjut diperlukan pemeriksaan data lapangan tentang kebocoran agar bisa dilakukan analisis dan dapat menentukan upaya-upaya penanggulangan kebocoran secara cepat dan tepat.

Gambar

Gambar 2.13. Petugas yang Sedang Melakukan Test Kebocoran
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
Gambar 4.2. Jaringan Distribusi ke Sambungan Rumah
Gambar  4.3. Alat Ukur Debit Thomson di Sumbergede
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

memiliki keterkaitan dalam menjalankan tugasnya. Jadi keduanya tidak berjalan sendiri-sendiri dan membutuhkan kerja sama yang baik di antara keduanya. Pengalaman yang dimiliki

Meneliti ekstrak lidah buaya ( Aloe vera ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) sebagai obat penyembuhan luka terhadap mencit yang dapat lebih efisien mana dari keduanya

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

Saat J berhenti menggunakan narkoba, J merasa ada bagian yang hilang dari dirinya, namun setelah J bekerja di Rumah Singgah PEKA dan bisa membantu orang lain, J

going concern pada perusahaan yang diragukan kelangsungan hidupnya oleh.. KAP First Tier , KAP Second Tier dan KAP Third

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji besarnya biaya operasi kendaraan yang dikeluarkan oleh kendaraan golongan I, IIA dan IIB yang melalui jalan Arteri Selatan

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ekstraksi gelatin dari kulit dan tulang kaki ayam serta penentuan bahan yang paling baik dari beberapa bahan pentaut silang