Metabolic Syndrome and Diabetic Vascular Disease
Tri Hanggono Achmad
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran – Universitas Padjadjaran
Abstrak
Adanya peningkatan terhadap penanganan penyakit kardiovaskular pada dua dekade terakhir ini telah berbuah pada penurunan mortalitasnya. Namun, belakangan ini terlihat adanya kecenderungan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular yang kembali meningkat, bukan saja di negara-negara barat, namun juga di kawasan Eropa timur, negara-negara pecahan Uni Soviet, serta banyak negara sedang berkembang di kawasan Asia. Alasan yang paling rasional untuk menjelaskan perubahan fenomena epidemiologi dari penyakit kardiovaskular ini adalah adanya peningkatan keadaan yang dikenal sebagai sindroma metabolik, yaitu suatu kumpulan gangguan metabolisme dan klinis yang ditandai oleh adanya penurunan HDL-kolesterol, peningkatan trigliserida, gula darah yang tinggi, resistensi insulin, obesitas, dan hipertensi.
Metabolic Syndrome and Diabetic Vascular Disease
Tri Hanggono Achmad
Department of Biochemistry, Faculty of Medicine – Universitas Padjadjaran
Abstract
Following a marked improvement in the management of cardiovascular disease in the last two decades, mortality was found to be reduced. However, recent observations show that the decrease in cardiovascular mortality has reached plateu and is even increasing, not only in western countries, but also in Eastern Europa, former Russia, and many developing countries in Asia. The prominent rasional reason for this change in epidemiology of cardiovascular disease is the tremendious increase of condition known as the metabolic syndrome, a cluster of metabolic and clinical disorders characterized by low HDL-cholesterol, elevated triglycerides, elevated blood glucose, insulin resistance, overweight, and elevated blood pressure.
The reduced level of HDL-cholesterol may increase the risk for cardiovascular disease because HDL may protect directly against atherogenesis, a low HDL level may indicate the presence of increase atherogenic apo B-containing lipoproteins, and a low HDL commonly associates with the non lipid risk factors of the metabolic syndrome. Non-insulin dependent diabetes melitus results from failure on the part of the pancreatic β-cell to compensate adequately for the defect in insulin action in insulin-resistant persons. The ability to maintain the degree of compensatory hyperinsulinemia necessary to prevent loss of glucose tolerance in insulin-resistant persons does not represent an unqualified homeostatic action. Combination of insulin resistance and compensatory hyperinsulinemia predisposes to the development of coronary heart disease.
Metabolic syndrome results from an interaction of genes and lifestyle, and is expressed when genetically susceptible people gain weight. The risk of cardiovascular events confered by the presence of the metabolic syndrome was greater than the risk associated with any of the individual components. It seems reasonable to suggest that the various facets of Metabolic syndrome are involved to a substantial degree in the cause and clincial course of cardiovascular events in diabetic persons/
Pendahuluan
Penjelasan yang dianggap paling rasional terhadap pola epidemik baru dari penyakit kardiovaskular ini adalah adanya peningkatan keadaan yang dikenal sebagai sindroma metabolik (metabolic syndrome - MetS). Sindroma ini dikenal dengan adanya gambaran seperti rendahnya HDL-kolesterol, tingginya trigliserida, meningkatnya gula darah, adanya tanda-tanda resistensi insulin, ditemukannya overweight (yang ditandai dengan peningkatan lingkar pinggang atau indeks massa tubuh), dan peningkatan tekanan darah. Dapat dipastikan bahwa kombinasi dari berbagai gangguan metabolik atau klinik tersebut jauh lebih berperan menimbulkan penyakit kardiovaskular ketimbang masing-masing gangguan berdiri sendiri. Diagram dibawah ini menunjukkan pengaruh gejala atau gambaran kelainan metabolik atau klinik terhadap risiko kelainan kardiovaskular.
Gambar 1. Odds ratio untuk infark miokardium dan stroke.
Jadi MetS merupakan kelompok faktor-faktor risiko metabolik yang ditemukan pada seorang individu dan telah diketahui merupakan faktor risiko multidimensional untuk penyakit kardiovaskular. MetS juga berhubungan dengan adanya peningkatan risiko terjadinya diabetes tipe2, yang pada gilirannya juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Sesuai dengan judulnya, tulisan ini akan menitikberatkan pembahasan pada hubungan antara metabolic syndrome dengan resistensi insulin, dislipidemia serta perannya pada terjadinya gangguan kardiovaskuler pada diabetes.
Metabolic syndrome
Metabolic syndrome (MetS) telah dikenal di Amerika serikat sejak 1988. Kumpulan
faktor risiko penyakit kardiovaskular ini, seperti hipertensi, intoleransi glukosa,
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Met s dan komponen MetS
Odds ratio MI dan/atau stroke
MetS
Tryglycerides Hipertensi HDL
-C
Resistensi
-Insul
in
peningkatan trigliserida, dan rendahnya HDL-kolesterol, pada dekade tahun delapan puluhan pertama kali dikenal sebagai syndroma X. Disamping itu, beberapa gangguan metabolik lainnya juga berhubungan dengan sindroma ini, diantaranya termasuk obesitas, micro-albuminuria, dan abnormalitas pada proses fibrinolisis dan koagulasi. Resistensi insulin dianggap sebagai denominator umum dari MetS. Kenyataannya, resistensi insulin ditemukan pada obesitas, diabetes tipe-2, dan banyak kejadian hipertensi, hipertrigliseridemia dengan kadar HDL-kolesterol yang rendah.
MetS ditandai oleh adanya obesitas (khususnya obesitas sentral), dislipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi secara bersamaan. Sindroma ini banyak ditemukan, mengenai sekitar 40% masyarakat usia diatas 50 di Amerika Serikat, dan hampir 30% di Eropa. Prevalensi MetS meningkat sejalan dengan penambahan usia, dan mengenai lebih dari 40% mereka dengan usia diatas 60 tahun. Berbagai penelitian terakhir menunjukkan hubungan MetS dengan peningkatan faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner, infark jantung dan stroke. Peningkatan risiko terhadap morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular akibat MetS ini tidak berhubungan dengan faktor risiko lainnya yang dikenal signifikan berperan, seperti merokok, kadar LDL-kolesterol atau konsumsi alkohol.
Secara definitif, dikenal 2 macam kelompok kriteria yang diajukan oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III), sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Ketentuan WHO :
Adanya impaired fasting glucose atau impaired glucose tolerance atau diabetes disertai 2 (dua) atau lebih kriteria berikut :
- Ratio pinggang : pinggul > 0,85 (wanita)
> 0,9 (pria) dan atau BMI > 30 kg/m2 - Trigliserida ≥ 150 mg/dl dan atau HDL-kolesterol < 40 mg/dl
- Tekanan darah ≥ 140/90 mm Hg
- Microalbuminuria : laju ekskresi albumin urin ≥ 20 g/min atau ratio albumin :creatinin ≥ 30 mg/g Ketentuan NCEP ATP III :
Ditemukannya 3 (tiga) atau lebih kriteria berikut : - Obesitas abdominal > 102 cm untuk pria - Lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita - Trigliserida ≥ 150 mg/dl
- HDL-kolesterol < 40 mg/dl untuk pria < 50 mg/dl untuk wanita - Tekanan darah ≥ 130/85 mm Hg
- Gula darah puasa ≥ 110 mg/dl
MetS-obesitas dan resistensi insulin
Metabolic syndrome merupakan hasil interaksi antara gaya hidup dan kelainan bawaan (genetik), dan terekspresikan pada saat individu yang memiliki kelainan atau kecenderungan genetik terhadap penyakit ini mengalami peningkatan berat badan atau obesitas. Sekitar 20-40% atau bahkan lebih masyarakat di berbagai negara dikatakan memiliki kecenderungan genetik memperoleh gangguan MetS. Bersamaan dengan meningkatnya angka overweight di masyarakat sejalan dengan perubahan gaya hidup akibat diit yang tidak terkendali, maka meningkat pula kejadian MetS. Pertanyaannya adalah, bagaimana obesitas berkaitan dengan faktor risiko metabolik, atau apakah obesitas merupakan faktor risiko yang mendasari terjadinya MetS? Melihat adanya kenyataan bahwa tidak semua individu dengan overweight atau obesitas mengalami MetS, maka perlu diperhatikan adanya dua faktor lain yang berperan yaitu kecenderungan genetik dan resistensi insulin. Hal sejalan dengan gambaran MetS yang sangat bervariasi antar individu di masyarakat, yang mendukung peran kecenderungan genetik pada pola MetS yang ditemukan. Bukti lainnya adalah adanya perbedaan kecenderungan terhadap faktor risiko metabolik dan bentuk kelainannya pada kelompok etnik yang berbeda. Pada beberapa populasi seperti di Asia selatan, ditemukan tingginya prevalensi MetS kendati dengan obesitas yang ringan, yang menunjukkan tingginya peran kecenderungan genetik. Kompleksnya pengaturan jalur metabolisme memberikan alasan besarnya peran kecenderungan genetik pada variasi bentuk MetS yang ada. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika variasi genetik memiliki hubungan yang erat dengan obesitas dalam menentukan bentuk MetS. Apabila demikian, maka patogenesis dari MetS tidak akan dapat dijelaskan secara menyeluruh sebelum dasar variasi genetiknya dapat terungkap. Peran insulin sebagai pengatur utama pada berbagai jalur metabolisme, seperti karbohidrat, lipid, dan protein, akan memberikan konsekuensi pada adanya gangguan metabolisme akibat gangguan fungsi insulin. Kebanyakan individu dengan MetS mengalami resistensi insulin, yang berakibat mereka mengalami gangguan metabolisme berbagai nutrien. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika beberapa peneliti menyebut MetS sebagai sindroma resistensi insulin. Pada banyak individu dengan obesitas umum ditemukan gangguan fungsi insulin pada otot skelet. Meskipun obesitas sendiri dapat menyebabkan resistensi insulin, apakah derajat resistensi insulin seperti ini cukup untuk menimbulkan MetS? Tampaknya peran kecenderungan genetik akan menentukan kekuatan resistensi insulin untuk berat-ringannya MetS. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah semua faktor risiko metabolik berakar pda adanya resistensi insulin? Belum cukupnya bukti, walaupun sebagian besar dapat diterangkan, menyebabkan banyak pihak tetap menyebutkan kumpulan faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular ini sebagai MetS. Meskipun demikian, sejumlah ilmuwan diabetes dan ahli endokrin berpendapat bahwa MetS patut disebut sebagai sindroma resistensi insulin.
menunjukkan bahwa kemampuan untuk mempertahankan derajat kompensasi hiperinsulinemia, yang penting untuk mencegah intoleransi glukosa pada individu dengan resistensi insulin merupakan proses homeostasis yang penting. Kenyataanya, kemampuan kompensasi terhadap hiperinsulinemia pada penderita dengan resistensi insulin lebih banyak tidak cukup adekuat untuk mencegah berkembangnya penyakit jantung koroner. Dengan kata lain, terlepas dari derajat kemampuan kompensasi dari sel -pankreas, semakin seseorang mengalami resistensi insulin, akan memiliki prognosis yang semakin buruk. Selama seorang dengan resistensi insulin masih mampu responsiv untuk meningkatkan sekresi insulinnya, dekompensasi yang nyata terhadap homeostasis glukosa masih dapat dicegah. Pada saat respon sekresi insulin telah menurun sampai suatu titik dimana kadar asam lemak bebas (free fatty acid – FFA) plasma meningkat secara bermakna, konsentrasi glukosa plasma akan meningkat dengan segera, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya produksi glukosa hati yang tidak bisa ditekan lagi. Keadaan ini menggambarkan eratnya hubungan antara resistensi insulin dengan metabolisme lipid pada penderita diabetes. Peningkatan kadar insulin sebagai kompensasi dari resistensi insulin juga akan mendorong hepar meningkatkan produksi very low density lipoprotein (VLDL) yang kaya akan trigliserida, keadaan yang dapat menyebabkan hipertrigliseridemia. Pada individu dengan fungsi sekresi insulin yang masih bertahan, khususnya individu non-diabetik, terdapat hubungan yang relatif linier antara tingkat resistensi insulin dengan konsentrasi insulin plasma, yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin kuat hiperinsulinemianya.
MetS dan dislipidemia.
Bentuk dislipidemia pada MetS meliputi tingginya trigliserida, apolipoprotein-B (apo-B), dan small dense LDL, serta rendahnya HDL-kolesterol. Hubungan antara dislipidemia yang aterogenik pada MetS lebih kompleks dibanding peran LDL-kolesterol; abnormalitas dislipidemia yang beragam pada MetS menjadikannya sukar untuk diidentifikasi secara menyendiri dalam kontribusinya sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hal ini berkait pula dengan timbulnya dislipidemia ini yang juga saling terkait atau sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dislipidemia yang beragam ini sudah dapat dipastikan akan memberikan kontribusi yang bermakna terhadap timbulnya aterosklerosis. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa peningkatan apo-B total dapat tumpang tindih dengan LDL-kolesterol. Pada individu normal, apo-B terutama ditemukan pada LDL, dimana hanya sedikit terdapat pada VLDL. Jika didapatkan peningkatan trigliserida, maka jumlah yang lebih besar dari apo-B akan didapatkan pada VLDL. Dengan adanya dislipidemia pada MetS ini, kadar LDL-kolesterol pada fraksi LDL menurunkan peran jumlah partikel LDL yang ada, karena partikel-partikel ini sudah mengalami pengurangan kolesterol. Pada MetS, dislipidemia sering disertai peningkatan apo-B yang abnormal. Banyak bukti menunjukkan bahwa lipoprotein yang mengandung apo-B bersifat aterogenik. Apakah jenis lipoprotein pembawa apo-B yang berbeda memiliki potensi aterogenitas yang berbeda, sampai saat ini belum dapat dipastikan.
bagaimana mekanismenya? Setidaknya ada tiga kemungkinan. Pertama, HDL dapat secara langsung mencegah berkembangnya aterosklerosis. Kedua, rendahnya kadar HDL menunjukkan adanya peningkatan lipoprotein yang mengandung apo-B yang bersifat aterogenik. Ketiga, rendahnya HDL biasanya berhubungan dengan adanya faktor non-lipid lainnya yang ditemukan pada MetS. Keadaan ini menjadikan HDL sebagai marka faktor risiko yang kuat.
MetS dan Penyakit kardiovaskular
Banyak studi prospektif menunjukkan bahwa obesitas akan meningkatkan risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Hubungan ini terbentuk tampaknya diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan metabolisme yang terjadi. Obesitas akan mempengaruhi metabolisme lipid dan glukosa, pengaturan tekanan darah, pengaturan proses trombosis dan fibrinolisis, serta reaksi inflamasi. Berbagai kerusakan terjadi pada masing-masing sistem tersebut. Perlu disadari bahwa obesitas sendiri tidak akan cukup untuk menimbulkan MetS, atau dengan kata lain, obesitas berperan namun tidak cukup kuat untuk menyebabkan MetS. Hal ini menunjukkan perlunya faktor lain, seperti pengaruh genetik dan aging. Untuk itu sangatlah sukar menentukan semua faktor-faktor patogenik yang menghubungkan obesitas dengan risiko penyakit kardiovaskular. Kesulitan ini meningkat dengan adanya kenyataan bahwa aterogenesis merupakan proses yang menahun, dimana perubahan dinding vaskular terjadi secara perlahan. Dengan demikian sangatlah tidak bermanfaat menilai secara individual potensi aterogenik dari masing-masing komponen risiko MetS.
Diagram dibawah ini menunjukkan kelompok kelainan yang ditemukan pada MetS serta pengaruhnya terhadap terbentuknya penyakit kardiovaskular.
Gambar 2. Hubungan komponen MetS dengan penyakit kardiovaskular
Genetik
Insulin
Lingkungan
hyperinsulinemia
a
Intoleransi
glukosa
triglycerida
HDL-kolesterol
Tekanan drh
Small dense
LDL
Uric Acid
PAI-1
Dari diagram di atas terlihat resistensi insulin dan hiperinsulinemia sebagai kompensasinyalah yang menjadi pusat kelainan. Toleransi glukosa yang normal atau mendekati normal dapat dipertahankan jika seorang dengan resistensi insulin mampu mempertahankan keadaan hiperinsulinemia kronis, yang merupakan hasil upaya kompensasi dari sel -pankreas. Namun sayangnya, upaya mempertahankan homeostasis glukosa ini diikuti oleh dampak lainnya seperti abnormalitas metabolisme lipid, meningkatnya tekanan darah, dan peningkatan aktifitas PAI-1, hiperuricemia, yang semuanya bersifat aterogenik sehingga mendorong terbentuknya penyakit kardiovaskular. Berdasarkan hal tersebut, wajarlah untuk dimengerti bahwa berbagai faset dari MetS terlibat pada berbagai tingkat sebab dan perjalanan terbentuknya penyakit kardiovaskular.
Daftar Bacaan.
1. Barter P., The metabolic syndrome: A major public health issue. MetS insights, No.1, 2003:4
2. Grundy S.M., What is the contribution of obesity to the metabolic syndrome? Endocrinology and Metabolism Clinics, Vol.33, No.2, 2004.
3. Reaven G.M., Insulin resistance and its consequences: Non-insulin-dependent diabetes mellitus and Coronary heart disease. In: LeRoith D., Taylor S.I., and Olefsky J.M., eds: Diabetes Mellitus: A fundamental and clinical text. Lippincott-Raven. 1996:509-519.
4. Klein S. and Romijn J.A., Obesity. In: Larsen P.R., Kronenberg H.M., Melmed S., and Polonsky K.S. eds: Williams Textbook of Endocrinology. Saunders. 2003:1625-1626.
Metabolic Syndrome
and
Diabetic Vascular Disease
Tri Hanggono Achmad
Department of Biochemistry
Faculty of Medicine – Universitas Padjadjaran
T&t Multimedia
Atherosclerosis:
- disease of muscular arteries
- thickened inner layer (fatty deposits & fibrous tissue)
--> hardening of the arteries
- involves coronary & cerebral vessels
--> myocardial infarctions & strokes
--> majority of deaths in industrialized countries
T&t Multimedia
Atherosclerosis:
significant progress in health impact
--> death IHD - 50 %, strokes - 70%
--> increase life expectancy 5 years
due to :
- prevention :- change habits
- smoking
- diet (cholesterol, saturated fat)
- control hypertension
T&t Multimedia
Table 1. RISK FACTORS FOR ATHE
ROSCLEROSIS
Major
Lesser,
Uncertain,
or
Non-quantitated
Non-modifiable
Increasing age
Male gender
Family history
Genetic abnormalities
Potential Controllable
Hyperlipidemia
Hypertension
Cigarette smoking
Diabetes
Obesity
Physical inactive
Stress (type A personality)
Homocysteine
Postmenopausal estrogen defici
ency
High carbohydrate intake
Alcohol
Lipoprotein(a)
T&t Multimedia
400420 440 460 480 500 520
1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998
Males
Females
Global prevalence of type 2 diabetes estimates and projection
T&t Multimedia
0 0.5 1 1.5 2 2.5Mets dan komponen Met S
T&t Multimedia
Definitions of the metabolic syndrome according to world health organization (WHO) and
National Cholesterol Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) criteria
Risk factors
Defining level
NCEP ATP III definition: 3 or more of the following criteria
Abdominal obesity
> 102 cm, Men
Waist circumference
>88 cm, Women
Triglycerides
150 mg/dL
HDL-cholesterol
< 40 mg/dL, Men
< 50 mg/dL, Women
Blood pressure
130/85 mm Hg
Fasting glucose
110 mg/dL
WHO definition
Impaired fasting glucose or impaired glucose tolerance or diabetes plus 2 or more of:
Waist-to-hip ratio
> 0.85 (women) or
> 0.9 (men) and/or BMI > 30 kg/m
2Triglycerides
150 mg/dL
and/or HDL-cholesterol < 40 mg/dL
Blood pressure
140/90 mm Hg
Microalbuminuria
urinary albumin excretion rate
20
µ
g/min
T&t Multimedia
Ca++
DiAcyl Glyserol
Protein Kinase-C
Activated
Protein Phosphorylation
Insulin Secretion
Protein Kinase-A
Activated
Organelles
Calmodulin
C-AMP
Adenyl
Cyclase
Phospholipase
IP3
Ca++ Ca++
D-Glucose
Glucose
Gq
Protein
Gq
Protein
Ca++ K+ Ca++
Glucose
Glucose-6-P
ATP
Glycolysis
T&t Multimedia
Protein
synthesis
Glycogen
synthesis
Ras SOS Grb 2 SHCGlucose
P
P
P
P
P
-Tyr
Lipid
Synthesis
MEK MAPKRaf
Nuclear protein Phosphorylation Activation of Glycogen synthesis P70-S6 kinase S6 PhosphorylationP90-kinase
T&t Multimedia
Chronology of Insulin Action
SECONDS
Binding to the insulin receptor
Receptor autophosporylation
Activity of the receptor protein tyrosine kinase
MINUTES
Activation of hexose transport
Alterations intracelullar enzymatic activities
Change in gene regulation
Insulin-induced receptor internalization and
down-regulation
Phosporylation of the insulin receptor by other protein
kinases
HOURS
Induction of DNA, RNA, protein, and lipid synthesis
Cell growth
T&t Multimedia
Insulin bound to receptor sites
Target protein
Tyr Tyr Tyr
Tyr Tyr P P Tyr p60 p110 p85 P Tyr Translocation of GLUT-4Tyrosine kinase domains
ATP Carbonil-terminal domains ADP P Tyr P GLUT-4 P Tyr Glicogen synthesis Protein synthesisDNA synthesis
Kinase activation
Transcription factor phosphorilation
Lipid metabolism Amino acid uptake
Ion transport
IP3-kinase
IRS-1
T&t Multimedia
GENETIC CLASSIFICATION OF NIDDM
I. Genetically characterized forms of NIDDM
A. Maturity-onset diabetes of the young (MODY)
1. MODY1-linked to chromosome 20q
2. MODY2-linked to glucokinase (7p13-15)
3. MODY3-linked to chromosome 12q
4. Others
B. Defects in the insulin gene (11p15)
1. Familial hyperproinsulinemia
2. Mutant insulin molecules
C. Defects in the insulin receptor (10p13)
1. Leprechaunism
2. Type A syndrome of insulin resistance
3. Rabson-Mendenhall syndrome
D. Mutation in mitochondrial gene for tRNA
Lev1. Maternally inherited diabetes with neurosensory deafness
2. MELAS syndrome
T&t Multimedia
GENETIC CLASSIFICATION OF NIDDM
II. Genes involved in ordinary NIDDM
A. Genes with some evidence for involvement
1. HLA locus-DR4 (6p21-23)-in elderly persons with NIDDM
only
2. Glucagon receptor gene (17q25)
3. Insulin receptor substrate-1 (2q76)
4. Glucogen synthase (19q 13)
5. Intestinal fatty acid-binding proteins (4q)
6. RAD (2q3637)
B. Genes for which significant involvement has been ruled out
1. Insulin gene (11p15)
2. MODY genes (20q, 7p, 12q)
3. ATP-sensitive K
+channel (21q22)
4. Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) receptor (6p21)
5. GLUT2 (3q36)
6. GLUT4 (17p13)
T&t Multimedia
Atherogenic dislipidemia in MetS
-High triglyceride
-High apolipoprotein-B
-High small dense LDL
-Low HDL-cholesterol
difficult to identify solely role
Low HDL-cholesterol --- CVD
-HDL prevent atherogenesis
-Low HDL-cholesterol
increase apo-B containing lipoprotein (atherogenic)
-Low HDL-cholesterol
T&t Multimedia
Fasting glucose
110 mg/dL HDL O < 40 mg/dL HDL O < 50 mg/dL
Cardiovascular events
Metabolic
Syndrome
Triglycerides HDL-C
Glycemia
Blood pressure
Waist circumference
Occurrence x 3
Lifestyle
Environment
Genetic
3 or more criteria
Type 2 diabetes
Dyslipidemia
Hypertension
Obesity
TG 150 mg/dL BP 130/85 mmHg
Waist O > 102 cm
O > 88 cm Fasting glucose
110 mg/dL HDL O < 40 mg/dL HDL O < 50 mg/dL
T&t Multimedia
Genetic influence
Insulin resistance
Environmental
influence
hyperinsulinemia
Glucose
intolerance
Increased
triglyceride
Decreased
HDL-cholesterol
Increased
Blood pressure
Small, Dense
LDL
Uric Acid
PAI-1
T&t Multimedia
Importance appreciated many years &clear pathological hallmarks
--> mechanism elusive & incompletely understood
--> progress insidiously many years before symptoms develop
--> difficult to track early development
--> difficult relate severity w/ lesions type
--> risk factor identification depend on clinical symptom, not to
severity of lesions
Research area:- identification risk factors
- morphologic characterization
- chemical composition analysis
- explore molecular & cellular component
- development & progression of plaque
All interconnected
T&t Multimedia
Atherogenesis:
response to injury hypothesis
specialized protective form
inflammatory fibro-proliferative
response to repeated insult
T&t Multimedia
Endothelial Injury/Dysfunction
Hyperlipidemia, Hypertension, Smoking,
Toxins, Hemodynamic, factors, Immune reactions, Viruses
Lumen Endothelium Intima Internal elastic membrane Media Monocyte
Monocyteadhesion andadhesion and emigran
emigraninto into intimaintima
Normal Vessel Progressive development ofArtherosclerotic plaque Macrophage Lipid uptake Foam cells Cytokines/Growth Factors
Smooth muscle cells
Extracellular matrix system Proliferation of smooth muscle cells Extracellular lipids and necrotic cells Migration of smooth muscle cells LDL Cytokines (e.g.,IL-1,MCP-1) + Oxidized LDL
Cholesterol efflux via HDL
LDL
T&t Multimedia
Powered by:
MIR Center FK
UNPAD
Powered by: