• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “RASHOMON GATE” KARYA INGGRID .J. PARKER DILIHAT DARI

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

SHAKAIGAKUTEKI NI YORU INGGRID .J. PARKER NO SAKUHIN NO RASHOMON GATE NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO

SEIKATSU NO BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :

AYU ERVIANA SIREGAR NIM : 090708013

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “RASHOMON GATE” KARYA INGGRID .J. PARKER DILIHAT DARI

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

SHAKAIGAKUTEKI NI YORU INGGRID .J. PARKER NO SAKUHIN NO RASHOMON GATE NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO

SEIKATSU NO BUNSEKI SKRIPSI

Skipsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh :

AYU ERVIANA SIREGAR NIM : 090708013

Pembimbing I : Pembimbing II :

Zulnaidi S.S,M.Hum Drs. Nandi. S NIP :19670807 2005 01 1 001 NIP : 19600822 1988 03 1 002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sastra Jepang Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP : 19600919 1988 03 1001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang diberikan-Nya kepada kita semua.

Atas berkat dan rahmat-Nya lah, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “RASHOMON GATE” KARYA INGGRID .J. PARKER ”, yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A, Selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulnaidi, SS. ,M.Hum, selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya membaca serta mengoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Drs. Nandi S. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk dapat mengoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai. 5. Dosen-dosen dan staf-staf Fakultas Ilmu Budaya, khusunya dosen-dosen

(5)

6. Untuk keluarga dan famili yang telah banyak memberi dukungan dan semangat buat saya.

7. Buat teman-teman saya Sastra Jepang’09 dan teman-teman yang lainnya yang juga telah membantu saya.

8. Senpai-senpai dan kohai-kohai di Sastra Jepang.

9. Semua pihak yang turut membantu dan mendukung saya selama ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan teman-teman yang tertarik dengan hal mengenai Jepang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan, 15 Januari 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka danKerangka Teori ... 9

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Metode Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA 2.1 Defenisi Novel ··· 13

2.1.1. Unsur-Unsur Pembangun Novel ··· 14

2.1.2. Klasifikasi Novel ··· 17

2.2 Setting Novel Rashomon Gate ··· 20

2.2.1 Latar Tempat ··· 21

2.2.2 Latar Waktu ··· 21

2.2.3 Latar Sosial Budaya ··· 23

2.3 Biografi Pengarang ··· 25

(7)

BAB III. ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RASHOMON GATE

3.1 Sinopsis Cerita ··· 28

3.2 Analisis Kehidupan Tokoh Utama Dalam Novel Rashomon Gate ··· 32

3.2.1 Di Lingkungan Universitas ··· 32

3.2.2 Di Lingkungan Pekerjaan ··· 38

3.2.3 Di Lingkungan Masyarakat ··· 39

3.2.4 Di Lingkungan keluarga ...40

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ··· 42

4.1. Kesimpulan ··· 45

4.2. Saran... 46

(8)

ABSTRAK

ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA NOVEL “RASHOMON GATE” KARYA INGGRID .J. PARKER DILIHAT DARI PENDEKATAN

SOSIOLOGIS

Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. Antara lain seperti perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sehingga mampu membangkitkan kekaguman. Karya sastra tersebut dibedakan atas puisi, drama, dan prosa. Prosa rakyat dapat dibedakan atas mite, dongeng, legenda. Sastra prosa juga mempunyai ragam seperti cerpen, roman, dan novel.

Novel merupakan karya sastra yang imajinatif dan merupakan hasil pemikiran pengarang mengenai suatu fenomena yang cerita-cerita didalamnya adalah sebuah gambaran hidup manusia yang dituangkan dalam tulisan dan dirangkai serta diolah sedemikian rupa sehingga memiliki jalan cerita tentang lika-liku perjalanan hidup manusia.

Salah satu hasil karya sastra berupa novel adalah novel yang berjudul Rashomon Gate karya Inggrid .J. Parker. Novel ini menceritakan tentang

(9)

Sosiologi berasal dari akar kata sosio/socius (Yunani) yang berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang sukses yaitu karya sastra yang dapat merefleksikan zamannya.

Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai ilusi atau khayalan dari kenyataan.

Tidak lupa latar budaya sosialnya sungguh sangat menarik untuk dapat di ketahui karena latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial, konflik sosial yang terjadi pada masyarakat.

(10)

dan strata sosial yang ada di jepang pada abad ke-11 yang membawa kita seakan-akan hidup di Zaman Heian. Cerita ini mengisahkan seorang pemuda Akitada yang berasal dari keluarga bangsawan, yang dari kecil sudah di tinggal oleh ayahnya.

Adapun interaksi sosial dalam novel Rashomon Gate adalah di lingkungan universitas ialah para dosen tidak mementingkan kinerja pengajaran mereka kepada mahasiswa sebab para dosen lebih mementingkan jabatan dan kepentingan pribadi mereka dari pada menjaga nama baik universitas.

Di lingkungan pekerjaan kehidupan Akitada di pekerjaan sungguh sangat membosankan, dimana Akitada hanya bisa melihat tumpukan berkas-berkas berdebu. Sungguh sangat menjemukan bagi Akitada duduk dan mengerjakan berkas yang ada di depan matanya seolah-olah Akitada ingin terbebas dari pekerjaannya.

Di lingkungan keluarga Interaksi tercipta antara ibu Akitada dengan Hirata bersifat negatif dan kaku, karena pada umumnya hasil interaksinya menggambarkan sebuah pertentangan, persaingan dan perlawanan, hal ini dikarenakan ibu Akitada tidak menyetujui hubungannya dengan putri Hirata yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda.

(11)

要旨

(12)

社 会 学 的

プロ 見 Ingrid J Parker  作 品 ショ ン ゲ

小 説 う 主 人 公 う 生 活 い 析  文 学 作 活 動 う 表 現 う 関 係 い あ 芸 術 い 作 品 あ 表 現 う 関 係 い あ 文 学 作 品 非 常 う 人 類 い 要素 う 多 含 例 え 感 情 う 勇気 う 信 用 う 確 実 あ 関 心 持 上 あ う 文 学 作 品 詩歌 い 散 文 区別 社 会 散 文 い テ 物 語 伝 説 区別 文 学 散 文 種 類 い あ 例 え 短 編 ロ ン 小 説 う あ   小 説 う 想 像 う う 作 品 現 象 う い 作家 考 え 語 中 人 間 人 生 い 旅 紆 余 曲 折 う い ス 持 い 書い 包 処理 人 間 人 生 い 画 え あ   小 説 う

一 文 学 作 品 Ingrid J. Parker  作 品Rashomon Gate

いう 小 説 う 題 名 い い あ 小 説 う 日本 京 都 う

南 あ Rashomon 

Gate いう 大 門 い

い 話 筆 者 社 会 学

プロ

(13)

Rashomon Gate 小 説 う 中 特 大 学 い 環 境 う 仕事 社 会 い 家族 い 主 人 公 う 析   社 会 学 い

sociologie 希 臘 あ

言葉 socius   社 会 い

いう意味

(14)

社 会 生 活 い い 手 わ 習 慣 う 慣 習 う 伝 統 う 信 念 生 い 方 考 え 方 振 舞い あ 社 会 的 背 景 い い い 社 会 い 地位 い 社 会 い 起 紛 争 う 関 連  

“Rashomon  Gate” 小 説

う 主 人 公 う 生 活 い 中 様 々 体 験 い 経 験 い 場所 時間 範 い あ ”

“Rashomon Gate”小 説 う 中 含 い 事件 日本 起 日本 11世紀 い あ 社会地位 い い 文 化 的 背 景 い い 小 説 う 平 安 時 代 いあ い 住 い う 私 わ 小 説 う 貴族 子供 頃 父 親 残 キ あ いう 若 者 わ 語  

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melodi musik, lukisan ataupun karya lingkungan (arsitektur). Dapat dikatakan juga bahwa karya satra merupakan karya imajinatif dari seorang yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni dan juga memberikan gambaran kehidupan sebagai mana yang diinginkan oleh pengarangnya sekaligus menunjukan sosok manusia sebagai insan seni (Aminuddin, 2000: 112).

(17)

lisan (sastra oral). Disini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan

pengalaman atau pemikiran tertentu. Jadi, yang termasuk kedalam kategori sastra adalah novel, cerpen, komik, syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Dalam makalah ini, penulis mengambil novel yang merupakan salah satu karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembahasan.

Novel merupakan karya sastra yang imajinatif dan merupakan hasil pemikiran pengarang mengenai salah satu atau lebih dan cerita-cerita didalamnya adalah sebuah gambaran hidup manusia yang dituangkan dalam tulisan dan dirangkai sedemikian juga diolah sedemikian rupa sehingga memiliki jalan cerita dan lika-liku perjalanan hidup manusia.

Novel juga cerita yang berbentuk prosa yang mempunyai arti luas dengan adanya plot, tema yang kompleks ceritanya beragam. Berdasarkan kutipan diatas dapat dinyatakan bahwa dalam sebuah novel hanya terdapat salah satu unsur yang menguasai jalanya sebuah novel.

(18)

tentang kisah nyata tentang kejeniusan dan ketelitian sang detektif Akitada, dalam memecahkan kasus-kasus yang terjadi di Universitas Kekaisaran.

Dengan menyamar sebagai asisten profesor, Akitada dibantu oleh Seimei dan Tora memulai menyelidiki kasus-kasus yang terjadi mulai dari surat kaleng yang ditujukan kepada Hirata, dalam pembunuhan beruntun. Ketika Akitada berusaha untuk menyelidiki orang-orang yang terlibat didalamnya, terjadilah pembunuhan beruntun yang bersamaan dengan itu, saksi-saksi penting dalam kasus tersebut menghilang secara misterius.

Atas dasar hal itulah penulis tertarik untuk dapat membahas tentang kehidupan Akitada lebih mendalam melalui skripsi yang berjudul “ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “RASHOMON GATE” KARYA INGRID .J. PARKER DILIHAT DARI PENDEKATAN SOSIOLOGIS”.

1.2. Perumusan Masalah

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencapai hasil yang digunakan dan untuk mengetahui kebenaran dan atau ketidak benaran suatu objek. Pada dasarnya suatu penelitian dilakukan bertujuan untuk memecahkan permasalahan. Permasalahan adalah rintangan yang dihadapi dan memerlukan pemecahan, begitu juga dengan karya sastra berupa novel Rashomon Gate karya Inggrid .J. Parker banyak permasalahan yang harus dipecahkan.

(19)

walaupun di putra seorang bangsawan Akitda hanya bekerja sebagai pejabat kecil di Kementerian Kehakiman.

Kode yang ketat dan struktur sosial yang kuno membuat ia harus berfikir dua kali untuk bertindak agar tidak ada yang tersinggung. Selama penyelidikan Akitada di bantu oleh Tora adalah yang kebetulan rakyat biasa yang mampu melakukan penyelidikan yang tak mungkin di datangi oleh Akitada. Selain itu masih ada Seimei yang bertindak sebagai asisten pribadinya. Seimei mengenal Akitada sejak kecil, yang berkat kegigihannya serta dorongan dari ayah akitada karirnya menanjak menjadi pelayan dan asisten pribadi ayahnya yang sekarang menjadi asisten pribadi Akitada. Sikap Seimei kepatuhan yang patuh akan adat istiadat kadang sering membuat Akitada jengkel.

(20)

tersebut. Akitada harus melangkah dengan hati-hati saat mengumpulkan petunjuk dalam memecahkan kasus yang terjadi di Universitas Kekaisaran dan sekitarnya. Hampir semua orang yang ditemui di Universitas adalah tersangka dalam kasus skandal dan pembunuhan tersebut.

Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

“ Bagaimana interaksi sosial Akitada (tokoh utama) dalam novel Rashomon Gate di lingkungan Universitas, pekerjaan, masyarakat dan keluarga pada saat memecahkan kasus pembunuhan dan surat kaleng.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan.Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada interaksi sosial kehidupan Akitada sebagai tokoh utama baik di lingkungan keluarga, masyarakat ataupun lingkungan universitas. Dan juga penulis akan mengungkapkan apa saja nilai-nilai sosial yang dapat diambil dari cerita kehidupan tokoh utama. Judul novel : Rashomon Gate Halaman novel : 572 halaman

(21)

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan,teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi menurut Nyoman (2003:1) sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evousi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.

Menurut Soekanto ( dalam Aisyah, 2005:8) bahwa objek sosiologi adalah masyrakat yang dilihat dari sudut pandang antar manusia, proses yang timbal-balik dari hubungan manusia didalam masyarakat. Jika dilihat dari tingkat struktur sosial ini bersifat abstrak, perhatiannya atau analisanya ditujukan kepada pola-pola tindakan, jaringan-jaringan yang teratur dan seragam dalam waktu dan ruang, posisi sosial dan peranan-peranan sosial.

(22)

Menurut Culler (1977:264), karya sastra dianggap sebagai salah satu cara penafsiran dan pemberian makna yang terpenting dalam kehidupan bermasyarakat, sebab karya sastra berusaha untuk memahami dan mengindentifikasi orang-orang lain, yaitu dalam kerangka intersubjektif.

Menurut Pradopo (1994 : 59), karya sastra adalah karya seni, suatu karya yang menghendaki kreativitas. Karya sastra digunakan oleh pengaranguntuk menyampaikan pikirannya tentang suatu yang ada dalam realitas yang dihadapi ataupun yang pernah dihadapinya. Realitas itu merupakan faktorpenyebab pengarang menciptakan sebuah karya di samping unsur imajinasi.

Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi dua macam. Karya sastra yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, essai, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa puisi, drama dan lagu. Dalam kajian penelitian ini penulis mengkaji sebuah novel. Menurut Nursisto (2000:168) mengatakan bahwa novel adalah media menuangkan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan di sekitarnya.

(23)

Dengan mempertimbangkan kapasitas intrinsik karya sastra, Robert Stanton (1965:11-36) membedakan unsur-unsur fiksi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Tema

2. Alat-alat penceritaan

3. fakta-fakta cerita

Alat-alat penceritaan terdiri atas: sudut pandang, konflik, ironi, simbolisme, dan gaya. Sedangkan fakta-fakta cerita terdiri atas: plot, latar dan tokoh. Tokoh menurut Aminudin (2000:79) adalah para pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi,tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seorang pengarang. Jadi pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya.

Membahas tentang sosiologi tokoh utama dalam suatu karya sastra, maka hal ini tidak lepas dari unsur ekstrinsik dari sebuah karya sastra. Sosiologi dalam karya sastra merupakan unsur yang tidak berada di dalam suatu karya sastra tetapi mempengaruhi jalan cerita di dalamnya. Sosiologi tokoh dalam suatu karya sastra

(24)

2. Kerangka Teori

Dalam meneliti suatu karya sastra diperlukan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai titik tolak atau acuan penulis dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan semiotik dan sosiologi. Menurut Peirce dalam antoni (2010:12) tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni : sastra, lukis, patung, film, tari, musik, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Atau secara general semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda Eco dalam Faruk (1999:44).

Menurut Pradopo (2002:270) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda, ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensasi-konvensasi yang memungkinkan tanda-tandatersebut mempunyai arti. Selanjutnya penulis melakukan analisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

(25)

Oleh karenanya, analisis sosiologi memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu. Penelaah unsur sosiologi sastra juga dikaitkan dengan sistem kemasyarakatan.

karena dalam sistem ini terjadi interaksi sosial yang cenderung menghasilkan suatu kebudayaan. Dimana di dalamnya mengatur cara hidup manusia hidup berkelompok, dan berinteraksi dalam jalinan hidup bermasyarakat.

Menurut Joseph B. Gittler (1952:1) interaksi sosial merupakan interaksi yang paling penting bagi pembentukan personalitas individu. Interaksi sosial melibatkan makna, nilai, tujuan, dan sistem simbolik. Interaksi sosial memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas terhadap wilayah sosiologi sastra.

1. 5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian maka harus diketahui dulu apa itu tujuan penelitian. Hal ini dikarenakan supaya tidak mengalami kesulitan untuk meneliti sebuah masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

(26)

2. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah :

Penelitian ini sekiranya nanti diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pihak tertentu, antara lain yaitu :

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai makna yang terkandung dalam novel Rashomon, khususnya makna sosiologis.

2. Bagi masyarakat luas pada umumnya dan para pelajar bahasa Jepang khususnya diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

1.6 Metode Penelitian

Di dalam melakukan sebuah penelitian, tentulah dibutuhkan sebuahmetode sebagai bahan penunjang dalam penulisan untuk mencapai tujuan. Joko Subagyo (1997:1) mengatakan bahwa metode merupakan jalan yangberkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yangdiperlukan bagi penggunaannya, sehingga dapat memahami objek sasaran yangdikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

(27)

Penulis menggunakan teknik studi kepustakaan (library research), dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku yang berhubungan dengan karya sastra, kritik sastra, serta buku-buku lainnya sebagai literatur tambahan.

(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL

DAN SOSIOLOGI SASTRA

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. Dalam bahasa Jerman novel disebut novella dan dalam bahasa Inggris disebut dengan novel, istilah inilah yang kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia.

Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nugiyantoro, 1995:2). Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa dan tempat yang bersifat imajiner.

(29)

2.1.1 Unsur-Unsur Pembangun Novel

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu panduan bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian atau unsur yang berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan. Sehingga dengan unsur-unsur tersebut keterpaduan sebuah novel akan terwujud.

Secara garis besar unsur-unsur pembangun sebuah novel antara lain:

1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika orang-orang membaca sebuah karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur inilah yang membuat sebuah novel berwujud.

Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, alur atau plot, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, amanat dan lain-lain.

a. Tema

(30)

pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema pembaca harus terlebih dahulu memahami unsure signifikan yang membangun suatu cerita, menyimpulkan makna, yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.

b. Alur atau Plot

Plot atau alur merupakan urutan kejadian dalam sebuah cerita, tiap kejadian tersebut dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lainnya.

Alur terbagi dua bagian, yaitu alur maju yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

c. Penokohan

(31)

d. Latar

Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat terwujud dekor (tempat), dan juga terwujud waktu-waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif.

e. Sudut Pandang

Menurut Aminuddin (2000 : 90) sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkanya. Cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, Teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa dalam membuat karyanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang berbeda satu sama lain. hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang.

g. Amanat

(32)

2.Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra tersebut. Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra. Unsur ekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita yang dihasilkan.

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur intrinsik juga memiliki beberapa unsur diantaranya subjektifitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik merupakan segala faktor yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra, yang merupakan milik subjektif pengarang yang berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang.

Unsur-unsur ekstrinsik meliputi tradisi dan nilai-nilai, struktur kehidupan sosial, keyakinan dan pandangan hidup, suasana politik, lingkungan hidup, agama dan sebagainya.

2.1.2 Klasifikasi Novel

(33)

Menurut Jacob Sumardjo dalam Suroto (1989:27), novel terdiri dari dua jenis yaitu novel pop (novel populer) dan novel serius.

1. Novel populer

Novel popular adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah yang aktual dan menzaman , namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius.

Ciri-ciri novel populer yaitu :

1. Temanya selalu menceritakan kisah asmara belaka tanpa masalah lain yang lebih serius.

2. Novel populer terlalu menekankan plot cerita sehingga mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-unsur novel lainnya.

3. Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional, cerita disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal tanpa pendalaman.

(34)

5. Karena cerita ditulis untuk konsumsi massa, maka pengarang rata-rata tunduk pada hukum konvensional.

6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa aktual, yang hidup dikalangan muda-mudi kontemporer, dan Indonesia pengaruh gaya berbicara serta bahasa sehari-hari Jakarta sangat berpengaruh dalam novel jenis populer ini.

2. Novel Serius (novel sastra)

Novel serius atau novel sastra harus sanggup memberikan serba kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal.

Ciri-ciri novel serius yaitu :

1. Dalam tema : karya sastra tidak hanya berputar-putar dalam masalah cerita asmara muda-mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam karya sastra kadang hanya penting untuk menyusun plot cerita, sedang masalah yang sebenarnya berkembang diluar itu.

(35)

3. Karya sastra tidak hanya berhenti di gejala permukaan saja, tetapi selalu mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah.

4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa dialami atau sudah dialami dan akan terus dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra membicarakan hal-hal yang universal dan nyata, bukan kejadian yang artifisial dan bersifat kebetulan.

5. Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti pada konvensialisme. Penuh inovasi.

6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar, dan bukan slang atau mode sesaat.

Dilihat dari penggolongannya, maka penulis memasukkan novel “Rashomon Gate” ini kedalam novel serius karena dalam novel ini menceritakan tentang kehidupan nyata pada masa di zaman Heian-kyo Jepang.

2.2 Setting Novel Rashomon Gate

(36)

Dengan paparan di atas, berlaku juga dalam cerita fiksi karena peristiwa-peristiwa dalam cerita fiksi juga dilatarbelakangi oleh tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Akan tetapi dalam karya fiksi, setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis. Ia juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting pun mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya (Aminuddin, 2000:67). Jadi dengan demikian setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan psikologis.

Unsur-unsur setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

2.2.1 Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi . unsur tempat yang digunakan mungkin berupa nama tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Dalam novel ‘Rashomon Gate’ mengambil latar tempat berada di beberapa tempat di Kyoto- Jepang. Peristiwa– yang peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di universitas, kantor , rumah , kuil dan lain-lain.

2.2.2. Latar Waktu

(37)

waktu maka dalam novel ‘Rashomon Gate’ mengakat cerita pada abad ke-11 yang pada zaman itu masih banyak tradisi , takhayul dan lain-lain.

2.2.3. Latar Sosial Budaya

Latar sosial menyaran kepada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial, konflik sosial yang terjadi pada masyarakat.

(38)

Dengan kondisi demikian Hal ini juga membuat keadaan masyarakat jepang semakin kacau dan banyak terjadinya pembunuhan dan kasus- kasus lainnya.

2.3 Biografi Pengarang

Iggrid .J. Parker adalah salah satu penulis yang paling dihormati di Virginia. Dia lahir di Jerman 1958. Inggrid merupakan peraih shamus award pada untuk cerita pendek” Akitada’s First Case”dan novel The Dragon Scroll, Rashomon Gate dan Hell screen. Dan saat ini ia tinggal di Virginia beach, Virginia. Inggrid .J. Parker seorang penulis yang tidak begitu ingin kehidupan pribadinya diekspos karena bagi beliau tulisan-tulisan nyag lebih penting di ekspos dari pada kehidupan pribadinya.

2.4 Sosiologi dalam Kajian Sastra

(39)

Sesungguhnya kedua ilmu tersebut yaitu sosiologi dan sastra memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meskipun demikian , hakikat sosiologi dan sastra berbeda, bahkan bertentangan secara diametral. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang sastra sosiologi merupakan perbedaan hakikat, sebagai perbedaan ciri-ciri, sebagaimana ditunjukkan melalui perbedaan antara rekaan dan kenyataan, fiksi dan fakta (Nyoman, 2003:2).

Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain:

1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasayarakatannya.

2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.

3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakangi.

4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah antara sastra dengan masyarakat, dan

(40)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra sebagai objek yang dibicarakan. Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan moral. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang sukses yaitu karya sastra yang dapat merefleksikan zamannya.

Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekedar copy kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan jiplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi halus dan estetis.

(41)

Bahasa yang umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsive sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris. Oleh karena itu lah, menurut Nyoman (2004:336) karya sastra lebih jelas mewakili ciri-ciri zamannya. Seperti pada novel ‘’Rashomon Gate” yang menunjukkan kehidupan masyarakat Jepang pada zaman Heian pada abad ke-11 mencerita kan tentang strata sosial yang berbeda di Jepang yang membawa kita seakan-akan hidup di zaman tersebut.

Cara-cara penyajian yang berbeda dibandingkan sengan ilmu sosial dan humaniora jelas membawa ciri-ciri tersendiri terhadap sastra. Penyajian secara tidak langsung, dengan menggunakan bahasa metaforis konotatif, memungkinkan untuk menanamkan secara lebih intern masalah-masalah kehidupan terhadap pembaca. Artinya ada kesejajaran antara ciri-ciri karya satra dengan hakikat yaitu imajinasi dan kreativitas adalah kemampuannya dalam menampilkan dunia kehidupan yang lain yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Inilah aspek-aspek sosial karya sastra.

Dimana karya sastra diberikan kemungkinan yang luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecendrungan yang tidak mungkin tercapai dalam kehidupan sehari-hari. selama pembaca karya sastra pembaca secara bebas menjadi raja, dewa, perampok, dan berbagai sublimasi lain.

(42)

dalam penelitian sosiologi sastra adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu-ilmu yang lain berfungsi sebagai pembantu.

Dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dilakukan menurut Nyoman (2004:339-340) meliputi tiga macam, yaitu:

1. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung didalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek intrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi.

2. Sama dengan diatas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialetika.

3. Menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu , dilakukan dengan disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan karya sastra sebagai gejala kedua.

(43)

BAB III

ANALISIS KEHIDUPAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RASHOMON GATE KARYA INGGRID .J. PARKER DILIHAT DARI

PENDEKATAN SOSIOLOGIS

3.1 Sinopsis Cerita

Rashomon Gate adalah pintu gerbang besar di selatan ibukota Kyoto-Jepang.

Pada saat itu semua orang tahu bahwa kalangan miskin disana yang tidak sanggup mengupayakan pemakaman meninggalkan mayat disana. Dan pihak berwenang akan mengumpulkannya untuk kemudian membakarnya bersama mayat-mayat yang lain. Oleh karena itu selain penjahat, tidak ada seorang pun yang datang setelah malam.

Cerita ini mengisahkan seorang pemuda Akitada yang berasal dari keluarga bangsawan, yang dari kecil sudah ditinggal oleh ayahnya. Namun walaupun dia putra seorang bangsawan Akitada hanya bekerja sebagai pejabat kecil di Kementerian Kehakiman. Kode yang ketat dan struktur sosial yang kuno membuat ia harus berfikir dua kali untuk bertindak agar tidak ada yang tersinggung.

(44)

ambilkan sekarang berkas kasus kuil Ise yang melawan Lord Tomo? Tanyanya antusias.

Seimei mengenal Akitada sejak kecil, yang berkat kegigihannya serta dorongan dari ayah Akitada karirnya menanjak menjadi pelayan dan asisten pribadi ayahnya yang sekarang menjadi asisten pribadi Akitada. Sikap Seimei kepatuhan yang patuh akan adat istiadat kadang sering membuat Akitada jengkel.

“Haruskah sekarang? “ Akitada mengerang “Terlalu lama aku terkurung dengan dokumen ini, Rasanya semenit pun aku tidak sanggup lagi. “ Jalan tugas itu dekat, tetapi manusia mencarinya ditempat yang jauh, “ujar Seimei santun. Seimei suka sekali mengucapkan singkat namun bermakna, melihat wajah Akitada yang letih Seimei menjadi kasihan. “ kau perlu beristirahatlah aku akan membuatkan teh herbal untukmu ujar Seimei.

Tiba-tiba terdengar suara pertengakaran di luar. Kedengaran seperti Tora!’’ Di halaman ada dua orang pria saling berhadapan dan mengancam. Pria pertama bertubuh kecil berusia dua puluh tahun dan mengenakan baju sutera serta tutup kepala resmi pejabat istana. Pria kedua tidak lebih tua, tinggi kekar memakai kemeja katun biasa dan celana panjang. “ ada apa Tora?” Akitada bertanya kepada pelayannya.

(45)

terluka ?”. Ajaibnya aku tidak terluka. Aku menuntut kau menghukum orang ini segera dan melarangnya memasuki wilayah kekaisaran.

Karena dia jelas tidak mampu mengenali orang yang lebih tinggi kedudukannya. “ Bukankah dia sudah meminta maaf ?” Akitada bertanya. Apa gunanya meminta maaf kalau tidak melakukan apa yang kuminta, aku akan memanggil penjaga dari gerbang depan.” Barang kali kau tertarik untuk membicarakan maslah ini lebih lanjut. Kenalkan, namaku sugawara Akitada. Boleh aku tau namamu?.

Aku Okura Yoshifuro. Sekretaris pada Biro Kepangkatan, Kementerian Upacara. Akitada mengangkat alis lebatnya. Wajah tirus yang biasa menyenangkan kini menyuguhkan raut wajah yang angkuh. Kalau begitu ada baiknya kita membicarakan masalah ini dengan Konselor Fujiwara Motosuke, anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Dia adalah teman baik Tora dan aku dan akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan Konselor.” Anak muda ini sudah minta maaf sebagaimana kau ingatkan. Orang berpangkat tinggi harus perlu memahami perasaan orang biasa. Senang berkenalan denganmu, Tuan.

(46)

membutuhkan saranku” Aku di undang untuk makan malam memang seharusnya aku kesana. Sejak ayahku meninggal aku tidak pernah lagi menjengguk mereka profesor dan Tamako. Ibu Akitada sangat menyetujui ikatan apapun dengan keluarga Hirata.

Bermula dari permintaan Hirata Untuk membantu menyelidiki sebuah kasus Salah satu kolega Profesor mengalami pemerasan tanpa sengaja Profesor menemukan surat berisi pemerasan yang jika diketahui banyak orang dapat memalukan nama baik Universitas Kekaisaran. Ini adalah selingan bagi Akitada dari pekerjaannya yang menjemukan.

Guna menyelidiki kasus tersebut Akitada harus menyamar sebagai asisten Profesor Hirata di Universitas Kekaisaran. Ternyata dunia gosip dan persaingan kecil antar sesama pengajar. Tanpa bisa menolak perintah dari mantan Profesor nya Akitada terseret dalam arus persaingan tersebut.

Masalah tidak sesederhana yang Akitada kira. Kasus awal yang dirasa sepele ternyata kian berkembang seiring dengan ditemukannya seorang wanita muda yang semula adalah murid salah satu dosen. Perhatian Akitada beralih dari kasus pemerasan menjadi pembunuhan. Akitada dengan sabar dan penuh semangat untuk memecahkan kasus tersebut.

(47)

Untuk membalas budi sang Profesor, Akitda rela untuk memilih kasus yang berbahaya ini dan meninggalkan pekerjaannya dari departemen kehakiman dan sedikit mengabaikan ibu dan adik-adiknya.

Novel ini tidak hanya berisi kasus-kasus pembunuhan yang coba ia pecahkan tetapi juga romansa cinta antara Akitada dengan anak Profesornya Tamako yang buat novel ini semakin seru dan menarik. Dan seperti novel-novel lain novel ini juga yang mengisahkan akhir cerita bahagia.

3.2 Analisis Sosiologis Tokoh Utama Dalam Novel Rashomon Gate

3.2.1 Di Lingkungan Universitas Kekaisaran

Cuplikan 1( hal. 26)

“ Akitada datang lebih awal supaya sempat melihat-lihat kesekeliling dan mungkin akan ketemu dengan beberapa rekan barunya. Akitada menelan gumpalan kepanikan ala remaja. Terlihat sekelompok pemuda di akhir belasan, berseragam katun berwarna gelap, riuh rendah melewatinya tanpa memberi salam. Bukan salah mereka, para siswa tidak mengetahui bahwa Akitada seorang dosen tamu baru di Universitas tersebut.

Analis

Cuplikan di atas menunjukan ketika Akitada ingin mengetahui situasi universitas dan bertemu dengan rekan-rekan barunya, Akitada harus datang lebih awal agar dapat berinteraksi dengan rekan- rekan dan mahasiswa yang ada di universitas . Akitada datang lebih awal supaya sempat melihat-lihat kesekeliling dan mungkin akan ketemu dengan beberapa rekan barunya Dan ketika memasuki

lingkungan universitas, Akitada merasa bahwa mahasiswa disana tidak bisa

(48)

Akitada dan berlalu begitu saja. Pada Hal ini terlihat bahwa rasa senioritas masih

melekat pada Akitada, karena dia merasa bagian dari universitas, terlintas di benak Akitada “seharusnya yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Tetapi Akitada sadar bahwa dia hanya alumni yang sudah lama tidak pernah terlihat dikampus kemungkinan besar mahasiswa disana tidak mengenalinya.

Cuplikan 2 ( hal.32)

Disini baru dia menemukan tanda-tanda kegiatan akakdemis.Beberapa murid junior dengan mengenakan pakaian yang tidak tidak terlalu gelap berlalu lalang menuju kelas mereka. Akitada bertemu dengan seorang murid senior, dengan mengenakan seragam gelapnya, muncul dari gerbang samping menuju departemen Cina klasik. Akitada memanggil pemuda itu, “Selamat pagi!”Apakah perkuliahan sudah dimulai?” Anak muda itu berhenti, menoleh dan menjawab pendek, “Belum”, lalu melanjutkan langkahnya.

Analisis

Akitada merasakan ketidaksopanan dari seorang mahasiswa, dia berfikir apa gerangan yang terjadi di universitas sehingga mahasiswa berlaku seperti demikian. terlihat jelas pada cuplikan “Selamat pagi! Apakah perkuliahan sudah dimulai? Anak muda itu berhenti, menoleh dan menjawab pendek, Belum, lalu melanjutkan

langkahnya. Akitada berfikir seharusnya mahasiswa senior maupun junior lebih

(49)

pakaian yang lebih terang namun walaupun demikian tidak ada diantara senior maupun junior yang dapat menghargai orang lain.

Cuplikan 3 (hal.35)

Ono menoleh dan berkata kepada Akitada.” Profesor memiliki cita rasa yang sangat halus, tidak seperti orang lain di universitas ini. Ono sering memberitahunya bahwa dia tersia-siakan diantara orang-orang udik yang mengikuti kelasnya.” Bukannya tersanjung oleh ucapan Ono, Oe malah menghardik, “ Jangan bodoh! Banyak siswaku yang berasal dari keluarga terhormat. Ada cucu pangeran Yoakira, Lord Minamoto, dan seorang keponakan Perdana menteri, keduanya dengan darah kekaisaran mengalir di urat nadinya. Berani-beraninya kau mengatakan aku mengajari orang udik!” Akitada berusaha mengalihkan amarah Oe dari si malang Ono dengan cepat menyela,” Baru saja aku bertemu dengan seorang pemuda tampan di aula utama. Mahasiswa senior.

” Itu Ishikawa dia adalah bukan siapa-siapa dia hanya mahasiswa pascasarjana pintar, tetapi berasal dari keluarga miskin yang berkat beasiswa dia bisa kuliah disini.

Analisis

Pada cuplikan di atas terlihat bahwa di universitas kekaisaran ini lebih mengutamakan mahasiswa dari keluarga yang bangsawan dibanding mahasiswa pintar tetapi miskin. Gelar bangsawan yang melekat pada beberapa mahasiswa yang ada di universitas ini membuat para pengajar lebih mengutamakan mereka. Ketidakadilan ini terjadi setelah Akitada sudah selesai dari universitas. Situasi Ini terlihat dari ucapan oe yang mengatakan “Banyak siswaku yang berasal dari keluarga terhormat. Ada cucu pangeran Yoakira, Lord Minamoto, dan seorang

keponakan Perdana menteri, keduanya dengan darah kekaisaran mengalir di urat

(50)

lebih mengutamakan mahasiswa yang terlahir dari keluarga bangsawan dari pada mahasiswa yang pintar dan terlahir dari keluarga miskin. Seharusnya para pengajar memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswanya bukan malah mendeskriminasi mahasiwa yang miskin dapat dilihat pada perkatan Oe,

‘’Ishikawa dia adalah bukan siapa-siapa dia hanya mahasiswa pascasarjana

pintar, tetapi berasal dari keluarga miskin yang berkat beasiswa dia bisa kuliah

disini..

Cuplikan 4 ( hal. 201)

“ Akitada menceritakan orang-orang disekitarnya. Tentang Cara kerja semua dosen yang ada di universitas ternama tersebut. Ada dosen yang bukannya mengerjakan tugasnya malah mabuk, ada dosen yang menjatuhkan reputasi dosen lain, ada juga dosen yang dapat mendapat suap dari para petinggi istana untuk meluluskan anak-anak mereka dari ujian dan dosen yang menerima suap tersebut akan diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Analisis

(51)

termasuk mendapatkan prestasi. Dan kelihatanya universitas lebih mengutamakan bangsawan dari pada mahasiswa berprestasi padah bukan universitasnya yang berbuat demikian akan tetapi para dosenlah yang berbuat hal demikian dengan mementingkan kepentingan pribadi para dosen tidak lagi mementingankan nama baik universitas.

3.2.2 Di Lingkungan Pekerjaan

Cuplikan 1 (hal.4)

Okura Yosifuro berkata “karena dia jelas tidak mampu mengenali orang yang lebih tinggi kedudukannya. “ Bukankah Tora sudah meminta maaf ?” Akitada bertanya. Apa gunanya meminta maaf kalau tidak melakukan apa yang kuminta, aku akan memanggil penjaga dari gerbang depan.” Barang kali kau tertarik untuk membicarakan maslah ini lebih lanjut. Kenalkan, namaku sugawara Akitada. Boleh aku tau namamu?.

Aku Okura Yoshifuro. Sekretaris pada Biro Kepangkatan, Kementerian Upacara. Akitada mengangkat alis lebatnya. Wajah tirus yang biasa menyenangkan kini menyuguhkan raut wajah yang angkuh. Kalau begitu ada baiknya kita membicarakan masalah ini dengan Konselor Fujiwara Motosuke, anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Fujiwara adalah teman baik Tora dan aku, Fujiwara akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan Konselor.

(52)

Analisis

Pada cuplikan diatas menunjukan tentang keangkuhan seorang pejabat tinggi, dimana pejabat itu merasa karena kedudukannya lebih tinggi dia bisa merendahkan orang biasa. Mereka menganggap orang biasa adalah budak yang bisa mereka maki semau mereka. Dan ketika lawan bicaranya memberitahu siapa orang yang akan menyelesaikan masalah yang ada, dan ternyata orang tersebut adalah orang yang memiliki jabatan lebih tinggi dari dirinya Okura takut urusan sebelumnya kecil menjadi besar maka dari itu kesalahan yang ada menjadi tidak ada. Inilah realita yang terjadi pada saat itu. Hal ini terlihat pada Fujiwara adalah teman baik Tora dan aku, dia akan menjamin kami. Rona wajah lawan bicara

sirna. “ Tentu saja aku tidak ingin mengganggu seorang yang berkedudukan

Konselor.”Anak muda ini sudah minta maaf sebagaimana kau ingatkan. Orang

berpangkat tinggi harus perlu memahami perasaan orang biasa. Senang

berkenalan denganmu, Tuan.

Cuplikan 2 (hal. 7)

(53)

Analisis

Pada cuplikan di atas terlihat bahwa Akitada sangat jenuh dengan pekerjaannya. Ia merasa terkurung di antara tumpukan dokumen dan arsip yang berdebu yang membuat hari-harinya membosankan namun Seimei tetap memberikan dukungan agar Akitada beristirahat sejenak. Akan tetepi dia tetap merasa jenuh dengan pekerjaan yang tekuninnya sekarang. Akitada ingin sekali terbebas dari pekerjaannya dan menghirup udara segar bukan terpaku oleh tumpukan kertas di kantornya.

Hal ini terlihat pada “ Akitada mengerang “Terlalu lama aku terkurung dengan dokumen juga arsip yang berdebu ini, Rasanya semenit pun aku tidak

sanggup lagi.

Cuplikan 3 (hal.27)

“Akitada berusaha memantapkan hati untuk memilih untuk membantu Hirata, Akitada mencoba mengambil cuti dari pekerjaannya dan menemui Menteri Kehakiman Tuan Soga. Pada saat Akitada meminta untuk mengambil cuti dengan alasan ingin membantu Hirata di universitas, Soga malah menatapnya dengan dingin dan mengatakan bahwa kehadiran Akitada di universitas lebih penting dari pada di tempat kerjanya sekarang. Bahkan kementerian bisa berjalan bahkan sampai Akitada cuti untuk selamanya.

Analisis

(54)

universitas lebih penting dari pada di tempat kerjanya sekarang. Bahkan kementerian bisa berjalan bahkan sampai Akitada cuti untuk selamanya.” Secara tidak langsung kementerian kehakiman menyuruh diuntuk cuti selamanya dari pekerjaannya dan meyuruh untuk mengabdi kepada universitasnya.

3.2.3 Di Lingkungan Masyarakat Cuplikan 1 (hal.106)

Tiba-tiba terdengar jeritan yang diikuti sumpah serapah, lalu teriakan Tora, “ Hei kemarilah dan lihat ini. Akitada memasuki semak-semak itu dengan lebih waspada. Ternyata Tora menemukan mayat seorang gadis ditaman kota yang mati dibunuh degan cara dicekik. Akitada melangkah dengan hati-hati mengitari mayat gadis tersebut. “Seorang bajingan mencekiknya hingga mati, ujar Tora. Akitada berusaha menanyakan kepada penjaga taman kota siapa yang baru saja masuk. Dengan tegas penjaga mengatakan “ Seharian aku berjaga disini tapi aku tidak melihat ada orang yang masuk ke taman ini.

Akitada berteriak kepada penjaga “ bagaimana kau tidak mengetahui ada orang yang masuk sementara ada mayat seorang gadis didalam dan pebunuhannya baru saja terjadi. Tapi aku benar-benar yakin tidak ada seorang pun hari ini yang masuk ke taman ini, ujar si penjaga. Akitada curiga dengan penjaga taman kemungkinan besar penjaga taman takut akan ancaman si pembunuh. Sekilas Akitada beralih dari kasus surat kaleng ke kasus pembunuhan gadis di taman kota tersebut.

Analisis

(55)

memilih untuk bungkam dari pada mengatakan yang sebenarnya. Akitada berusaha menanyakan kepada penjaga taman kota siapa yang baru saja masuk. Lalu dengan tegas tegas mengatakan “ seharian aku berjaga disini tapi aku tidak melihat seorang pun yang masuk kedalam taman ini. Dengan penjelasan penjaga yang seperti ini Akitada semangkin curiga bahwa penjaga ikut terkait akan pembunuhan tersebut atau bisa jadi penjaga takut akan ancaman pembunuh dengan demikian penjaga tidak berani untuk mengatakannya.

Cuplikan 2 ( hal. 379)

Akitada tersengat tuduhan itu dan berkata “ jujur saja setelah kau gagal memecahkan kasus itu aku tidak yakin dengan metodemu lagi’ ujar Akitada terhadap seorang polisi yang bernama Kobe. Kobe mengatakan dengan suara tegas “ metodeku satu satunya yang mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Dimana masyarakat pada awalnya bungkam, akhirnya mengatakan siapa pelaku pembunuhan yang sebenarnya. Akitada dengan nada suara tidak suka akan metode tersebut mengatakan “Akan tetapi metode mu yang membuat aku menjadi tersengat tuduhan pembunuhan gadis itu. Kobe menjawab dengan tegas” tapi inilah cara satu-satunya dan mendapatkan bukti yang baik. Sebaiknya kau serahkan pekerjaanmu kepada polisi. Akitada Aku tidak menyangka dengan sikap seperti itu kau bisa mendapatkan dari warga yang jujur.

Analisis

Dengan metode yang dilakukan polisi Kobe dengan mengaitkan Akitada tersebut membuat Akitada marah dan berkata dengan metodemu ini membuat aku menjadi tersengat tuduhan gadis itu.

(56)

melakukan pembunuhan gadis itu. Walaupun dengan cara metode yang tidak cukup baik Akitada dan Kobe menemukan jawaban yang jujur dari warga. Akan tetapi Akitada tidak menyukai cara Kobe yang membuat di Akitada seolah-olah dirinya tersangkut akan masalah pembunuhan tersebut.

3.2.4 Di Lingkungan Keluarga

Cuplikan 1( hal. 48)

“ Keesokan harinya, pagi-pagi Akitada menjumpai Seimei dan Tora. Untunglah ibunya masih belum mengetahui pekerjaan barunya. Akitada berharap lolos sebelum ibunya memanggil karena ibunya belum mengetahui bahwa dia sedang membantu dosennya untuk menjadi asisisten di universitas. Akitada berkata kepada Tora. “ Ibuku tampaknya sangat menyayangimu.

Tora berkata dengan menawarkan memperbaiki terasnya adalah langkah jitu untuk menjadi dekat denganya. Akitada berkata kepada Tora Aku tidak bisa memperhatikan ibuku seperti kau memperhatikan ibuku, aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku di universitas.

Analisis

Cuplikan di atas menujukkan bahwa Akitada berusaha untuk menemui kedua rekannya untuk menanyakan kepada Tora dan Seimei apakah ibunya sudah mengetahui tentang pekerjaan barunya terlihat pada hal Untunglah ibunya masih belum mengetahui pekerjaan barunya , dan Akitada berharap lolos sebelum

ibunya memanggil. Akitada sangat takut ibunya marah karena Ia keluar dari

(57)

biasa. Dan dia sedikit menyesal akibat kesibukannya dia tidak dapat memperhatikan ibunya, ada sedikit kecemburuan pada Tora karena Tora dapat membuat ibunya menyayanginya dengan perhatian dengan cara memperbaiki terasnya. Terlihat pada hal “ Ibuku tampaknya sangat menyayangimu, Akitada berkata kepada Tora.” Menawarkan memperbaiki terasnya adalah langkah jitu.”

Aku tidak bisa memperhatikan ibuku seperti kau memperhatikan ibuku, aku

terlalu sibuk dengan pekerjaanku di universitas.

Cuplikan 2 (hal. 96)

Akitada menanyakan keadaan ibunya, suasana agak kaku Akitada berkata,” Kuharap Ibunda dapat memberi saran mulia kepada putramu ini. “ Ibunya mengangguk. “ Katakanlah”. Ibu masih ingat kebaikan hati mantan dosenku Profesor Hirata, kepadaku?”. Ibu Akitada langsung membuang muka “ ingatlah kau seorang bangsawan akan tetapi kau kira Tuan Hirata adalah orang yang terhormat.

(58)

Analisis

Dari cuplikan interaksi diatas dapat dilihat bahwa akibat jarangnya ada komunikasi antara ibu dan anak ini mengakibatkan interaksi saat berbicara menjadi kaku dan menjadi formal dapat di lihat pada hal Akitada menanyakan keadaan ibunya, suasana agak kaku Akitada berkata,” Kuharap Ibunda dapat

memberi saran mulia kepada putramu ini. “ Ibunya mengangguk. “ Katakanlah”.

Dan ketika Akitada menyampaikan maksud dan tujuannya kepada ibunya bukan mendapat reaksi yang baik malah ibunya membuang muka dan melarang Akitada untuk tidak mempunyai hubungan lebih kepada putri Hirata karena memiliki strata sosial yang berbeda dengan mereka dan malah ibunya berniat untuk menjodohkan Akitada dengan yang lebih baik dari kalangan bangsawan. Akitada sadar bahwa komunikasi serta perhatiannya ke ibunya tidak ada akhirnya ia menerima perjodohan dari ibunya.

Terlihat Ibu Akitada langsung membuang muka “ingatlah kau seorang bangsawan akan tetapi kau kira Tuan Hirata adalah orang yang terhormat.”

Akitada memberitahu baahwa Hirata memiliki anak yang cantik dan berbakat.

Dengan penuh harap Akitada berkata “ Aku sudah mengundang Hirata dan anaknya Tamako Untuk datang makan malam bersama, bagaimana menurut ibu.”

(59)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Novel Rashomon Gate adalah novel karya Inggrid .J. Paker yang menceritakan kehidupan pemuda yang bernama Akitada yang berasal dari keluarga bangsawan, yang dari kecil sudah di tinggal oleh ayahnya. Namun walaupun di putra seorang bangsawan Akitada hanya bekerja sebagai pejabat kecil di Kementerian Kehakiman. Kode yang ketat dan struktur sosial yang kuno membuat ia harus berfikir dua kali untuk bertindak agar tidak ada yang tersinggung

(60)

3. Pada Novel Rashomon Gate ini menggambarkan bahwa kehidupan universitas pada saat itu sangat memalukan karena pada saat itu banyak para dosen-dosen di universitas tidak melakukan pekerjaannya dengan baik bahkan ada yang sampai menerima suap dari para pejabat agar anak - anak mereka dapat lulus dari ujian dan sebagai imbalannya para pejabat tinggi menaikkan jabatan mereka dan terjadi ketidak adilan bagi siswa berprestasi mereka harus susah payah agar dapat bisa bertahan di universitas . Di dalam novel ini juga kita temui para dosen tidak mementingkan kinerja pengajaran mereka kepada mahasiswa sebab para dosen lebih mementingkan jabatan dan kepentingan pribadi mereka dari pada menjaga nama baik universitas

4. Pada novel Rashomon Gate ini mengambarkan kehidupan Akitada di pekerjaan sungguh sangat membosankan, dimana Akitada hanya bisa melihat tumpukan berkas-berkas berdebu. Sungguh sangat menjemukan bagi Akitada duduk dan mengerjakan berkas yang ada di depan matanya seolah-olah Akitada ingin terbebas dari pekerjaannya. 5. Pada interaksi di masyarakat bersifat negatif dan kaku, karena pada

(61)

6. Novel Rashomon Gate merupakan novel yang benar-benar menggambarkan kehidupan nyata masyarakat jepang pada saat itu, khusunya pada abad ke sebelas terlihat strata sosial dan latar budaya yang sangat berbeda.

4.2 Saran

1. Untuk menganalisis sebuah karya sastra, sebaiknya dikumpulkan terlebih dahulu referensi yang nantinya akan digunakan dalam menganalisis, khususnya menganalisis sosiologi sastra yang pertama membaca novelnya terlebih dahulu, dan memahami tentang teori-teori sosiologi yang bersangkutan dengan yang dianalisis.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2005. Analisis Sosiologi Tokoh Utama Dalam Novel “Samurai ‘kastel awan burung gereja” Karya TakashiMatsuoka. Skripsi. Medan: USU.

Aminuddin. 2000. Pengantar apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Antoni, Febri. 2010. Analisis Sosiologis Terhadap Tokoh Utama Dalam Novel “SKANDAL” Karya Shusaka Endo. Skripsi. Medan: USU

Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Strukturalism Linguistics and the Study of Literature. Routledge & Kegan Paul: London

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Keliat, Sry Indah. 2012. Analisis Sosiologis Sastra Tokoh Utama Dalam Novel “The Last Shogun” Karya Ryoutaro Shiba Skripsi. Medan: USU.

Koenjaraingrat,1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta

Ratna, Nyoman kuta. 2003. Teori, Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

2004. Teori, Metode dan Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursisto. 2000. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Parker,Inggrid. J .2002. Rhasomon Gate. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri abadi.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1994. Prinsip - Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta

(63)

Staton,Robert.1965. Teori Fiksi Robert Staton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia. Bandung IKAP

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2005. Analisis Sosiologi Tokoh Utama Dalam Novel “Samurai ‘kastel awan burung gereja” Karya TakashiMatsuoka. Skripsi. Medan: USU.

Aminuddin. 2000. Pengantar apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Antoni, Febri. 2010. Analisis Sosiologis Terhadap Tokoh Utama Dalam Novel “SKANDAL” Karya Shusaka Endo. Skripsi. Medan: USU

Culler, Jonathan. 1977. Structuralist Poetics: Strukturalism Linguistics and the Study of Literature. Routledge & Kegan Paul: London

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Keliat, Sry Indah. 2012. Analisis Sosiologis Sastra Tokoh Utama Dalam Novel “The Last Shogun” Karya Ryoutaro Shiba Skripsi. Medan: USU.

Koenjaraingrat,1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta

Ratna, Nyoman kuta. 2003. Teori, Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

2004. Teori, Metode dan Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nursisto. 2000. Ikhtiar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Parker,Inggrid. J .2002. Rhasomon Gate. Jakarta: PT.Ikrar Mandiri abadi.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1994. Prinsip - Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta

(65)

Staton,Robert.1965. Teori Fiksi Robert Staton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia. Bandung IKAP

Referensi

Dokumen terkait

Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada cerita yang menggambarkan bentuk kesetiaan tokoh Kaze pada tuannya dan

apalagi jika harus membunuh, ia selalu memandang segala sesuatu dengan cara yang baru. Dengan kata lain, tidak berlaku seperti binatang yang tak memiliki hati nurani dan tidak.

masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam..