• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit - Fikri Abdurrochim BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit - Fikri Abdurrochim BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Menurut PERMENKES RI nomor 58 tahun 2014 tentang standar

pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis

pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan

nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan Kesehatan

Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif.

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugasnya, Rumah Sakit

mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

(2)

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit

dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit,

atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah

Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit

pendidikan. Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah

berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan.

Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga

kesehatan lainnya.

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan

organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan

perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat

yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian

pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan

dalam Rumah Sakit.

B. Tinjauan Umum Kardiovaskular pada geriatri

Walaupun tanpa adanya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah

(3)

sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung

dan kemampuan sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari

cadangan jantung dan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah

jantung, misalnya pada keadaan “exercise”. Bila gejala angina timbul pada usia lanjut, hal ini sudah terjadi pada tingkat “exercise” yang rendah dan

seringkali menandakan penyakit koroner yang cukup berat. Golongan

lanjut usia seringkali kurang merasakan nyeri dibanding usia muda dan

gejala pertama infark miokard akut seringkali adalah gagal jantung,

embolus, hipotensi atau konfusio.

Telah lama diketahui bahwa elastisitas dinding aorta pada manusia

akan menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini disertai dengan

bertambahnya kaliber aorta yang pula dapat diperhatikan in vivo pada

angiokardiografi. Perubahan ini terjadi sebagai akibat adanya perubahan

pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan

intima karena aterosklerosis yang memang sering terjadi. Secara histologi

ini disebabkan karena perubahan yang progresif pada fungsi jaringan

elastik aorta.

Pertambahan usia akan menyebabkan hipertrofi pada jantung.Pada

katup-katup jantung pun terjadi perubahan-perubahan dengan

bertambahnya usia. Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama

terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup,

penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa

katup tersebut. Daun-daun yang menjadi kaku karena

perubahan-perubahan ini dapat menjadi sebab terdengarnya bising sistolik ejeksi pada

orang-orang usia lanjut. Dengan peninggian usia terdapat penambahan

circumferensi katup aorta paling cepat sehingga pada usia sangat lanjut

menyamai katup mitral. Peninggian usia juga menyebabkan penebalan

katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan

kolagen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi

(4)

Perubahan pada katup aorta dapat terjadi pada daun atau cincin katup.

Katup dapat menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi pada

orang-orang usia lanjut (Pranarka, 2011). Perubahan-perubahan pada katup mitral

juaga menyerupai perubahan-perubahan di atas tetapi biasanya

dalamderajat yang lebih ringan. Pada katup mitral dapat ditemukan

penebalan moduler daun katup dan juga perkapuran cincin katup sehingga

dapat menyebabkan terdengarnya bising sistolik insufisiensi katup mitral,

apalagi bila daun katup posterior mengalami prolaps ke dalam atrium kiri.

Perubahan miokardium karen proses menua yang klasifik berupa

brown atrophy, penurunan berat jantung, disertai dengan dengan

akumulasi lipofusin pada serat-serat miokardium.

Pengatur irama jantung oleh simpul SA ternyata menurun dengan

naiknya umur. Denyut jantung maksimum pada excercise juga menurun

seiring bertambahnya usia. Isi semenit jantung (cardiac output) juga

menurun dengan bertambahnya umur. Ini disebabkan sebagian karena

menurunnya isi sekuncup meskipun orang usia lanjut biasanya secara

fungsional berusaha memperbaiki isi semenitnya dengan jalan menambah

frekuensi denyut jantung. (Darmojo, 2011)

C. Rekam medis

Rekam medis menurut PERMENKES No. 269/MENKES

/PER/III/2008 merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen yang

memuat, antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang

telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

(5)

D. Tinjauan Umum Adverse Drug Reaction

ADR adalah setiap respon terhadap suatu obat yang bersifat merugikan atau berbahaya dan tidak diinginkan dan terjadi pada dosis

yang biasanya digunakan pada manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau

terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologik. (BPOM RI, 2012)

Berdasarkan aksi farmakologinya, ADRs dibagi atas dua klasifikasi yaitu:

1. ADR tipe A (dapat diperkirakan) dengan ciri-ciri

a. Dapat diramalkan,

b. Tergantung dosis,

c. Morbiditas tinggi,

d. Mortalitas rendah,

e. Tingkat keparahan bervariasi tapi umumnya ringan,

f. Umumnya berhubungan dengan dosis,

g. Angka kejadian tinggi (80% dari total seluruh kejadian).

2. ADR tipe B (tidak dapat diperkirakan) dengan ciri-ciri

a. Tidak dapat diramalkan,

b. Morbiditas dan Mortalitas tinggi,

c. Tingkat keparahan bervariasi tapi kebanyakan parah,

d. Tidak hanya berhubungan dengan dosis,

e. Angka kejadian rendah (20% dari total seluruh kejadian),

f. Tidak/Jarang tergantung dosis, penanganannya dengan penghentian

penggunaan obat.

(Srinivasan et al, 2011)

E. Tinjauan Umum Geriatri

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun

(6)

usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami

penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit.

Terdapat beberapa masalah kesehatan akibat gangguan fungsi jasmani dan

rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah. Selain itu terjadi pula

perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan massa otot, peningkatan

massa dan sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak intramuscular.

Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri

yang meliputi: imobilisasi, instabilitas, inkontinensia, insomnia, depresi,

infeksi, defisiensi imun, gangguan pendengaran dan penglihatan,

gangguan intelektual, kolon irritable, impecunity, dan impotensi.

Karakteristik pasien geriatri antara lain, terdapat lebih dari satu penyakit

kronis degeneratif (multipatologi), fungsi organ berkurang akibat proses

menua (daya cadangan faali menurun), Tanda dan gejala yang tidak khas

dapat menyulitkan pengamatan penyakit yang diderita pasien (gejala dan

tanda penyakit yang tidak khas), berkurangnya kemampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari sehingga mobilisasi berkurang (penurunan

status fungsional).

Kemenkes RI (2013) mengelompokkan lansia menjadi 3 kelompok

yang meliputi :

1. Pra Lansia kelompok usia 45-59 tahun

2. Lansia antara 60-69 tahun

3. Lansia beresiko kelompok usia > 70 tahun

Martono et al (2011) berpendapat, terdapat 3 hal yang menyakut

kesehatan pada usia lanjut yaitu :

1. Status Fungsional

Yaitu interaksi antara gangguan fisik, gangguan psikis, dan

(7)

apakah seorang lansia sebagai individu masih dapat melakukan

fungsinya sehari-hari dan secara luas harus dipandang sebagai

“kesehatan secara menyeluruh”, sehingga dapat dilihat bahwa ke-3 faktor yang merupakan gambaran kesejahteraan tersebut adalah sama

dengan kesehatan lansia secara luas.

2. Sindroma Geriatri

Merupakan sindroma yang terdiri atas keluhan atau persepsi

adanya abnormalitas atas kesehatannya oleh penderita usia lanjut atau

keluarganya. Keluhan ini sangat beragam dari satu klinik ke klinik

yang lain, dan sangat memerlukan perhatian yang serius dari para

pengelola kesehatan usia lanjut karena akan menggambarkan masalah

kesehatan yang benar-benar dihadapi oleh penderita tersebut.

Sebab-sebab yang melatari keluhan dalam sindroma geriatri ini seringkali

sangat kompleks sehingga dalam geriatri keadaan akhir dari status

fungsional penderita menjadi lebih penting untuk dipertimbangkan

ketimbang penelusuran latar belakang penyakitnya.

3. Penyakit Pada Usia Lanjut

Pada Usia lanjut definisi penyakit adalah sama dengan yang kita

definisikan pada populasi lain. Yang berbeda adalah jenis penyakit

yang diderita, terutama adalah penyakit degeneratif dengan keadaan

yang berbeda dibanding pada populasi yang lebih muda. Walaupun

demikian, penyakit infeksi masih perlu ditangani dengan hati-hati,

mengingat hal ini dapat menginduksi penyakit lain, selain itu pada

infeksi yang berat angka kematiannya cukup tinggi. Walaupun

demikian, apabila berbicara mengenai pencegahan penyakit,

(8)

F. Algoritma Naranjo

Berisi 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban antara lain ya, tidak,

tidak tahu. Berfungsi untuk menentukan apakah efek yang merugikan

disebabkan oleh obat atau faktor lain. Jawaban pada tiap-tiap pertanyaan

memiliki nilai yang berbeda. Jika skor total yang didapat 9 atau lebih besar

maka disimpulkan kejadian ADR tinggi (definite). Skor total 5-8 maka kemungkinan terjadi ADR (probable). skor total 1-4 maka kemungkinan merupakan ADR (possible). Skor total 0 atau lebih kecil maka ADR

(9)

Tabel 1. Kuisioner dan Interpretasi skor Algoritma Naranjo

Pertanyaan Ya Tidak Tidak

Tahu

1. Apakah ada laporan efek samping obat yang serupa ? +1 0 0

2. Apakah efek samping obat terjadi setelah pemberian obat

yang dicurigai ? +2 -1 0

3. Apakah efek samping obat membaik setelah obat

dihentikan atau obat antagonis khusus diberikan ? +1 0 0

4. Apakah efek samping obat terjadi berulang setelah obat

diberikan kembali ? +2 -1 0

5. Apakah ada alternatif penyebab yang dapat menjelaskan

kemungkinan terjadinya efek samping obat ? -1 +2 0

6. Apakah efek samping obat muncul kembali ketika placebo

diberikan ? -1 +1 0

7. Apakah obat yang dicurigai terdeteksi di dalam darah atau

cairan tubuh lainnya dengan konsentrasi yang toksik ? +1 0 0

8. Apakah efek samping obat bertambah parah ketika dosis

obat ditingkatkan atau bertambah ringan ketika obat

diturunkan dosisnya ?

+1 0 0

9. Apakah pasien pernah mengalami efek samping obat yang

sama atau dengan obat yang mirip sebelumnya ? +1 0 0

10. Apakah efek samping obat dapat dikonfirmasi dengan

bukti yang obyektif ? +1 0 0

Total Skor

Skala Probabilitas Naranjo:

Pasti ADR / Highly probable (total skor 9+) Kemungkinan besar ADR / Probable (total skor 5-8) Kemungkinan ADR / Possible (total skor 1-4)

Gambar

Tabel 1. Kuisioner dan Interpretasi skor Algoritma Naranjo

Referensi

Dokumen terkait

Kaum muslim selalu didorong untuk menghargai alam. Islam menekankan peran manusia atas lingkungan alam dengan membuatnya bertanggungjawab terhadap lingkungan

1639/DJU/SK/OT01.1/9/2015 untuk melalukan penilaian dan penjaminan mutu pada pengadilan negeri dan pengadilan tinggi seluruh Indonesia sesuai standar sertifikasi

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, tapi saat ditanya pasien mengatakan merasa cemas tentang jenis kelamin anaknya, pasien juga mengatakan sudah 2 hari tidak BAB..

Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri

Lili Dianah, 2017 tentang “ Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Modal Sosial Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS”, sampel yang menjadi

DJHKI oleh IP Australia, biaya yang digunakan untuk partisipasi dalam RPET,.. salinan bahan pelatihan yang disediakan oleh IP Australia, akan menjadi milik

• Jumlah K/L terkait dan Pemda yang difasilitasi untuk memiliki profil gender bidang politik dan pengambilan keputusan. • Jumlah dokumen profil gender bidang politik dan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifpendekatan fenomenologis. yang berlokasi di SMP Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah