• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Penderita Diaberes Mellitus Tipe 2 di Wialyah Kerja Puskesmas Pasundan Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Penderita Diaberes Mellitus Tipe 2 di Wialyah Kerja Puskesmas Pasundan Kota Bandung"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Tingkat Stres Pada Penderita Diaberes Mellitus Tipe 2 di Wialyah Kerja Puskesmas Pasundan

Kota Bandung

Elisa Apriyanti1, Tri Arayani1, Neti Sitorus3

1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

ABSTRAK

Penyakit tidak menular masalah yang sangat serius yang menyebabkan kematian di seluruh dunia, salah satunya adalah Diabetes Mellitus tipe 2, DM tipe 2 menuntut pederitanya untuk merubah pola hidup menjadi sehat, seperti: melakukan pengaturan makanan, diet, olah raga, melakukan pemeriksaan secara rutin, serta mengelola stress. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dan dukungan keluarga untuk dapat merubah pola hidup pada penderita DM dan hal ini pula yang akan membuat penderitanya menjadi stress. Tujuan penelitian ini untuk mengethaui hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja upt puskesmas pasundan. Penelitian dilakukan bulan Juli tahun 2019 dengan desain cross sectional dimana dengan jumlah sampel 36 responden pasien penderita DM tipe 2 di wilayah kerja UPT Pusekesmas Pasundan. Pengambilan data dengan kuesioner dukungan keluarga dengan skala likert dan tingkat stress dengan (DASS). Hasil uji statistik menggunakan Product Moment didapatkan bahwa terdapat terdapat hubungan antara dukungan informasi dengan tingkat stress dengan p-value (0,010), terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan tingkat stress dengan p-value (0,000), terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan tingkat stress dengan p-value (0,000), dan terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan tingkat stress dengan p-value (0,000) dengan tingkat stress penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat stress pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan. Adapun saran peneliti bagi UPT Puskesmas Pasundan diharapkan dapat meningkatkan peran dalam memfasilitasi penyelangaraan edukasi/pendidikan kesehatan mengenai manajemen stres khususnya untuk penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Kata kunci: Stres, dukungan keluarga, diabetes mellitus

ABSTRACT

The Relationship Of Family Social Support With Stress Levels In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus In The Work Area In The Pasundan Health Center

Non-communicable diseases that cause death throughout the world, one of them is type 2 diabetes mellitus, type 2 diabetes mellitus demanding sufferers to change their lifestyle to be healthy, such as:

regulating food, dieting, exercise, conducting routine checks , and managing stress. It takes a very long time and family support to be able to change the lifestyle of people with type 2 DM and also will make sufferers stress. The purpose of this study was to analyzing the relationship of family social support with stress levels in patients with type 2 diabetes mellitus in the work area in the Pasundan health center. The study was conducted in July 2019 with design in cross sectional which a sample of 36 respondents patients with type 2 diabetes mellitus in working area of the Health Center Pasundan.

Retrieval of data with family support questionnaire with Likert scale and stress levels with (DASS).

The results of statistical tests using Pearson Product Moment found that there is a relationship between information support and stress levels with p-value (0.010), there is a relationship between emotional support and stress levels with p-value (0,000), there is a relationship between assessment support and level stress with p-value (0,000), and there is a relationship between instrumental support and stress levels with p-value (0,000) with stress levels of type 2 Diabetes Mellitus patients.

It is concluded that there is a relationship between family social support and stress levels in patients type 2 diabetes mellitus in the work area of the Pasundan Health Center .

Keywords: family support; stress; diabetes mellitus

(2)

Indriyani /Jurnal Kesehatan Kartika Vol .14(1), April 2019 hal.28-37

PENDAHULUAN

Penyakit tidak menular masalah yang sangat serius yang menyebabkan 41 juta kematian di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas 71% dari semua kematian secara global (WHO, 2018). Diabetes mellitus (DM) juga ditandai sebagai penyakit tidak menular dan dapat mempengaruhi orang- orang dari segala usia dan status sosial ekonomi. Diprediksi, Penyakit tidak menular

akan terus meningkat dan penyakit tidak menular merupakan tantangan dalam dunia kesehatan (Pusdatin PTM, 2012).

World Health Organization (WHO)

memprediksi bahwa adanya peningkatan penyakit Diabetes Mellitus yang akan menjadi salah satu ancaman bagi kesehatan global. Secara global, 422 juta orang dewasa menderita diabetes. (WHO dalam WDD 2018). Adapun WHO memprediksikan kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di Indonesia 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta di tahun 2030.

Laporan ini menunjukan bahwa adanya peningkatan 2-3 kali lipat pada penyandang DM (Konsesus Perkeni, 2015).

International Diabetes Federation (IDF)

menyatakan bahwa dari sepuluh negara / teritori teratas untuk jumlah penderita diabetes (20-79 tahun) pada tahun 2017 - 2045 bahwa Indonesia menempati urutan ke 6 dengan penderita DM terbanyak dengan jumlah 10,3 juta penderita di tahun 2017 menjadi 16,7 juta di tahun 2045 dan untuk jumlah orang dengan diabetes yang tidak terdiagnosis sebelumnya Indonesia menempati urutan ke 4 dengan jumlah 7,6 juta jiwa. (IDF Atlas, 2017)

Di Indonesia sendiri prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada usia >15 tahun menurut hasil Riskesdas tahun 2018 meningkat menjadi 2,0%. Ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan prevalensi penyakit DM di Indonesia (Riskesdas 2013 dan 2018). Terkhusus di Provinsi Jawa Barat data Riskesdas tahun 2018 jumlah penderita

penyakit Diabetes Mellitus yang terdiagnosis dokter meningkat menjadi 1,8 %. (Riskesdas 2013 dan 2018).

Data statistik Profil Kesehatan Dinkes Kota Bandung memaparkan bahwa 10 penyakit terbesar penyebab kematian ialah salah satunya Diabetes Mellitus sebesar 10%. Pola 20 penyakit terbesar di puskesmas Kota Bandung pun tak hanya penyakit infeksi saja namun penyakit degenaratif seperti Diabetes Mellitus ada di dalam urutan tersebut yaitu dengan jumlah 14.065 jiwa pada tahun 2016 (Profil Kesehatan Kota Bandung 2016)

Diabetes mellitus memiliki dua jenis yaitu diabetes mellitus tipe I atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan diabetes mellitus tipe II atau noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM).

Adapun Diabetes Mellitus tipe 2 atau dikenal dengan istilah

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

merupakan jenis penyakit diabetes mellitus dimana individu mengalami penurunan sensitivitas terhadap insulin atau yang lebih dikenal dengan resistensi insulin dan kegagalan fungsi sel beta yang mengakibatkan penurunan produksi insulin.

Diabetes tipe 2 paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua, tetapi semakin banyak terlihat pada anak-anak, remaja dan orang dewasa yang lebih muda karena meningkatnya tingkat obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk. (IDF Atlas, 2017)

Diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit yang menuntut perubahan pola hidup pada penderitanya, sehingga individu yang menderita diabetes mellitus tipe II diharuskan merubah pola hidup nya menuju pola hidup sehat yang dianjurkan oleh dokter, dari mulai harus melakukan diet, menjaga pola makan, olah raga rutin, dan melakukan check up atau pemeriksaan rutin.

Tidaklah mudah merubah pola hidup pada

penderita dengan waktu yang singkat, maka

hal ini lah yang akan memebuat para

(3)

penderita merasa tertekan dan menimbulkan stress. (Syahrir, 2016)

Berdasarkan hasil penelitian Fuji, dkk., (2014). Pengaruh dukungan keluarga terhadap kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Mendapatkan hasil penelitian bahwa reflektor empati, dorongan, fasilitatif dan partisipasi mampu merefleksikan konstruk dukungan keluarga, dan dorongan merupakan reflektor yang paling merefleksikan konstruk dukungan keluarga, ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga yang digambarkan oleh reflektor dengan kualitas hidup pasien DM Tipe 2 .

Berdasarkan hasil penelitian Hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makasar tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat stress pada penderita diabetes mellitus tipe 2 baik secara informasi, emosional, penilaian maupun instrumental. (Syahrir, 2016). Penelitian Irhayani, (2012). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru tahun 2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Hasil wawancara dengan 15 orang pasien DM tipe 2 didapatkan (26,6%) orang pasien mengatakan selalu diantar keluarga atau asistennya, (6,6%) kadang-kadang dan (60%) datang sendiri. Selanjutnya dari lima belas pasien, 40% jarang keluarga menyediakan makanan sesuai diet, (26,6%) tidak pernah, dan (33,3%) disediakan makanan sesuai diet oleh keluarganya.

Kemudian (26,6%) mengatakan bahwa tidak menerima kondisi dengan DM karena ingin sehat, tak hanya itu beberapa pasien mengatakan terkadang penglihatan menjadi buram, berjalan merasa sulit atau tidak semudah sebelumnya. Dengan demikian kondisi penyakit DM tipe 2 yang di alami

pasien menimbulkan berbagai jenis masalah fisik dan psikologis yang bermuara pada pentingnya dukungan orang-orang sekitar terutama keluarga.

Berdasarkan paparan di atas dapat terlihat bahwa dukungan sosial keluarga sangat berperan penting untuk kesembuhan penderita Diabetes Mellitus. Adanya dukungan sosial keluarga membantu penderita untuk meningkatkan kemampuan dan keyakinan untuk melakukan perubahan pola hidup yang lebih sehat, seperti : melakukan pengaturan makanan, melakukan pemeriksaan secara rutin, rajin berolah raga, pengelolaan kadar glukosa serta mengelola stress. Peran keluarga khususnya dukungan dari keluarga untuk dapat merubah pola hidup pada pasien diabetes mellitus dan hal ini pula yang akan membuat penderita mengalami tekanan atau stress.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat stress pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Pasundan.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan Cross-Sectional peneliti melakukan penelitian dalam satu waktu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

Populasi penelitian ini adalah seluruh

pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang

berkunjung ke UPT Puskesmas Pasundan per

3 bulan dari mulai bulan Januari- April 2019

rata-rata pasien yang datang berjumlah 70

orang. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah accidental sampling

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Adapun total sampel yang di temui di UPT Puskesmas Pasundan pada tanggal 11 Juni 2019 dan 2

(4)

Indriyani /Jurnal Kesehatan Kartika Vol .14(1), April 2019 hal.28-37

Juli 2019 berjumlah 36 responden yang sudah sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun instrument yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen

dukungan sosial keluarga yang digunakan yaitu Hensarling Diabetes family Support

Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh

Hensarling (2009), instrument tingkat stress yang digunakan yaitu kuesioner Depression

Anxiety Stress Scale (DASS – 42) oleh

Lovibond & Lovibond (1995)

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasundan pada bulan Juni dan Juli 2019. Analisis data dilakukan untuk melihat hubungan variabel dukungan keluarga dan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan Korelasi

Pearson Product Moment pada signifikasi α

(0,05) dan nilai Odds Ratio (OR)

HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Hubungan dukungan Informasi dengan Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pasundan

Variabel Tingkat Stres Total pValue

Normal Ringan Sedang Berat f %

Sumber Informasi

0.010

Kurang 1 (12,5%) 4 (50%) 3 (37.5%) - 8 100

Cukup 1 (4.8%) 6 (28.6%) 13 (61.9%) 1(4.8%) 21 100

Baik - - 6(85.7%) 1(14.3%) 7 100

Variabel Pemeriksaan IVA Total

Normal Ringan Sedang Berat f %

Sumber Informasi

Kurang 1 (12,5%) 4 (50%) 3 (37.5%) - 8 100

Cukup 1 (4.8%) 6 (28.6%) 13 (61.9%) 1(4.8%) 21 100

Baik - - 6(85.7%) 1(14.3%) 7 100

Dukungan Keluarga

Kurang 83 66.9 30 48.4 113 19

Baik 41 33.1 32 51.6 73 81

Akses Informasi

Tidak ada 92 74.2 24 38.7 116 62.4

Ada 32 25.8 38 61.3 70 37.6

Tabel 1 menunjukkan PUS yang tidak memeriksakan IVA dan sikapnya negatif sebesar 53,2% sedangkan PUS yang memeriksakan IVA dan sikapnya negatif sebesar 35,5% di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Tahun 2018.

PUS yang tidak melakukan pemeriksaan IVA dapat dikarenakan kurang pengetahuan, rendahnya dukungan keluarga dan juga kurang mendapatkan akses informasi. Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan IVA yaitu dapat berisiko PUS mengalami infeksi atau bahkan kanker serviks. Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian Tarigan (2015) di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan

Perak Kabupaten Deliserdang menunjukan bahwa yang tidak melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat sebesar 80% dan sedikit lebih tinggi dibanding dengan hasil penelian Widiastuti (2013) di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan kunjungan pemeriksaan IVA sebesar 63,5%.

IVA adalah metode baru deteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa. Metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pap smear

(5)

yang selama ini lebih populer. IVA (inspeksi visual asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Askandar, 2014). IVA test dapat menjadi metode alternatif untuk skrining.

Pertimbangan ini berdasarkan bahwa mudah dan praktis dilaksanakan, dapat dilakukan oleh ginekologi, dokter umum, bidan praktek swasta, tenaga kesehatan lain yang terlatih, alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi dasar, biaya murah sesuai untuk pusat pelayanan sederhana, hasil langsung diketahui, dapat langsung terapi (Rasjidi, 2012).

Pemeriksaan metode IVA dapat dilakukan di puskesmas atau di tempat praktek bidan swasta karena selain praktis dan murah, metode ini juga mempunyai akurasi yang tinggi sehingga banyak wanita tertarik mengikuti pemeriksaan IVA.

Syarat pemeriksaan dengan metode ini adalah wanita yang sudah pernah menikah, dan dianjurkan untuk wanita yang berusia 30-50 tahun, karena pada usia tersebut wanita lebih rentan terkena kanker serviks (Sahrial, 2012).

Berkembangnya IVA, dapat saling membantu para wanita dari sosio-ekonomi bawah maupun menengah untuk mendeteksi kanker serviks.

Sehingga kanker tersebut akan semakin mudah diketahui, semakin cepat diobati dan semakin besar harapan hidup penderita (Kumalasari, 2011). Pentingnya melakukan pemeriksaan IVA dan masih banyaknya PUS yang tidak melakukan IVA maka pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas bekerja sama untuk mengadakan pemeriksaan IVA secara rutin di kecamatan masing-masing,

Sikap PUS terhadap pemeriksaan IVA kurang dari setengah (47,3%) bersikap negatif.

Sikap negatif dapat dikarenakan PUS belum memahami mengenai pentingnya pemeriksaan IVA dalam pencegahan kanker dan dampak dari sikap yang negatif PUS menjadi enggan untuk melakukan pemeriksaan IV kepada petugas kesehatan. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding penelitian Tarigan (2015) di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang menunjukan bahwa ibu yang bersikap negatif sebesar 40%, namun lebih rendah dibanding dengan hasil penelian Widiastuti (2013) di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga menunjukkan bahwa ibu yang bersikap negatif sebesar 55%.

Sikap merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Dengan sikap positif terhadap upaya pelayanan kesehatan

maka seseorang akan berusaha memanfaatkannya dengan baik mungkin (Mubarak, 2011). Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing- masing individu sebagai anggota masyarakat (Azwar, 2011). Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Cerminan sikap negatif yaitu lebih dari sekedar bermuka sedih, merupakan sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dan sesuatu yang menyatakan ketidakramahan, tidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri (Azwar, 2011). Masih terdapatnya PUS yang bersikap negatif akan menjadi faktor terhadap tidak dilakukannya pemeriksaan IVA oleh PUS.

Maka untuk PUS yang bersikap negatif perlu diberikan informasi oleh petugas kesehatan tentang pemeriksaan IVA agar PUS bisa memahami dengan lebih baik.

Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pemeriksaan IVA. Tabel 1 menunjukkan bahwa 67% dukungan keluarga PUS kurang dalam pemeriksaan IVA test di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka.

Dukungan keluarga yang kurang atau rendah dikarenakan keluarga tidak menyadari mengenai tujuan dan pentingnya PUS melakukan pemeriksaan IVA, dampak dari dukungan kurang yaitu PUS menjadi tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Kurniawati (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan kurang baik sebesar 46,5% dan juga lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Khotimah (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Palembang menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan keluarga kurang sebesar 56,8%.

Dukungan adalah suatu bentuk kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu

(6)

Indriyani/Jurnal Kesehatan Kartika Vol .14(1), April 2019 hal.28-

kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk (Muhlisin, 2012). Dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya (Prawirohardjo, 2012).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2011). Masih terdapatnya PUS dengan dukungan keluarga kurang, maka petugas kesehatan perlu melakukan kegiatan penyuluhan kepada PUS dan juga keluarganya sehingga keluarganya juga memahami tentang pencegahan kanker melalui metode IVA, dengan pemahaman yang baik diharapkan keluarga memberikan dukungan yang baik pula kepada PUS.

Berdasarkan data pada tabel 1, 74.2% PUS tidak mendapat akses informasi dan tidak melakukan pemeriksaan IVA test di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Informasi yang kurang dikarenakan PUS tidak aktif mencari informasi dari media atau berkonsultasi dengan petugas kesehatan, dampaknya adalah PUS menjadi tidak mengetahui dengan baik tentang pemeriksaan IVA. Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian Kusyati (2014) di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak menunjukkan bahwa ibu yang tidak mendapat informasi tentang deteksi dini kanker rahim seebsar 73% dan sedikit lebih rendah dibanding dengan hasil penelian

Widiastuti (2013) di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga menunjukkan bahwa ibu yang tidak mendapatkan informasi sebesar 65,5%.

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan.Informasi dapat direkam atau ditransmisikan (Kholid, 2012). Pengertian informasi menurut George H. Bodnar dalam Mubarak (2011) informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Sedangkan menurut McFadden dalam Mubarak (2011) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

Sumber informasi dapat dibedakan menjadi tiga sumber, yaitu (Notoatmodjo, 2012) sumber dari media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah televisi, internet dan lain sebagainya. Sumber dari media cetak adalah media massa yang berbentuk printing dimana dinikmati dengan membaca dan bentuk medianya statis. Seperi surat kabar, majalah dan lain sebagainya. Sumber dari nara sumber yaitu informasi yang dapat bersumber dari tenaga kesehatan, anggota keluarga atau tokoh masyarakat. Masih terdapatnya PUS di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka yang tidak mendapatkan informasi maka disamping petugas kesehatan melakukan konseling dan penyuluhan, juga perlu penyebaran informasi melalui radio atau surat kabar sehingga menjangkau PUS untuk mendapatkan informasi semakin luas.

Tabel 2. Hubungan antara Sikap, Dukungan keluarga, dan akses informasi dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Variabel pValue OR

Sikap 0.022 2.069 (1.104-3.879)

Dukungan Keluarga 0.015 2.159 (1.158-4.026)

Akses Informasi 0.000 4.552 (2.376-8.723)

(7)

Hasil uji statistik diperoleh bahwa seluruh variabel behubungan dengan pemeriksaan Iva yang dilakukan oleh PUS di Wilayah kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Tahun 2018. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tarigan (2015) di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang menunjukan bahwa ada hubungan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dengan hasil nilai p = 0,000 dan nilai OR diperoleh 22,87. Juga sejalan dengan hasil penelian Widiastuti (2013) di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan pemeriksaan metode IVA. Juga hasil penelitian Sukmawati (2014) di Puskesmas Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan kunjungan pemeriksaan IVA.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa Sikap dan prilaku memiliki kaitan erat, sikap akan mengarahkan perilaku.

Dalam hubngan interpersonal sikap akan berpengaruh pada pola-pola hubungan interpersonal yang dikembangkan. Sikap dapat didefinisikan terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat impersonal, akan tetapi sikap yang penting adalah sikap terhadap orang lain (Azwar, 2011).Demikian juga dengan teori Rahay (2015) bahwa pemeriksaan IVA dipengaruhi oleh sikap PUS. PUS yang memiliki sikap yang positif yang berarti bahwa pemeriksaan IVA perlu dilakukan untuk mendeteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan asam asetat (cuka) ke dalam leher rahim. Sikap yang sudah terbangun dengan baik akan mendorong PUS melakukan pemeriksaan IVA. Berdasarkan hasil penelitian ini maka untuk meningkatkan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka adalah dengan membangun sikap yang positif dan sikap akan terbangun ketika mempunyai pemahaman yang benar, maka dari itu perlu dilakukan penyuluhan dan konseling kepada PUS tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

Hasil uji statistik dukungan keluarga dan pemeriksaan IVA diperoleh  value = 0,015 (<

0,05) dan OR = 2,15 (95%CI : 1,158-4,026) yang berarti PUS yang dukungannya kurang berpeluang 2,15 kali lebih besar tidak akan memeriksakan IVA dibanding ibu yang dukungannya baik. Hasil penelitian ini

mendukung teori bahwa perilaku kunjungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh dukungan keluarga, semakin tinggi dukungan yang diberikan maka peluang untuk melakukan kunjungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi pula.

Namun berbeda pada keluarga yang tidak mendukung akan menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Wijaya, 2010). Hasil penelitian ini juga mendukung teori bahwa pemeriksaan IVA pada PUS memerlukan dukungan dari keluarga, pemberian informasi dan nasehat yang tepat kepada PUS oleh keluarganya yang sudah memahami tentang IVA dengan baik akan mendorong PUS untuk mau melakukan pemeriksaan IVA yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (Tarigan, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitan Kurniawati (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta menunjukkan bahwa dukungan keluarga terutama suami berhubungan dengan WUS dalam melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA dengan p value=0.045. Juga sejalan dengan hasil penelitian Khotimah (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Palembang menunjukkan dan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemeriksaan deteksi dini kanker rahim.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperlukan dukungan keluarga yang baik kepada PUS agar PUS mau melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Maka dari itu petugas kesehatan perlu memberikan informasi yang jelas kepada keluarga tentang IVA sehigga keluarga bisa memberikan nasihat dan dorongan kepada anggota keluarga terutama PUS untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Berdasarkan hasil uji analisis diketahui bahwa PUS yang tidak memeriksakan IVA dan tidak ada akses informasi di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Tahun 2018.

Berdasarkan nilai OR berarti PUS yang tidak ada akses informasi berpeluang 4,55 kali lebih besar tidak akan memeriksakan IVA dibanding ibu yang ada akses informasi. Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan membentuk perilaku seseorang. Informasi yang diperoleh seseorang semakin banyak dari berbagai sumber media dan kemudian diolah menjadi kumpulan informasi yang berguna bagi

(8)

Indriyani /Jurnal Kesehatan Kartika Vol .14(1), April 2019 hal.28-37

kebutuhannya maka semakin baik pula pengetahuan dan juga perilakunya (Notoadmodjo, 2012). Pelaksanaan pemeriksaan IVA dipengaruhi oleh pengetahuan PUS tentang metode deteksi dini kanker. Umumnya PUS yang melakukan pemeriskaan IVA adalah mereka yang sudah mengerti dan paham tentang metode ini, ada juga yang paham setelah diberikan konseling pada saat mau melakukan pemeriksaan IVA. Kesadaran dan pengetahuan menjadi penting sebagai dasar tindakan seseorang (Heru, 2011). Menurut Mubarak (2011), sumber media informasi kesehatan yang utama adalah dari pihak petugas kesehatan bidan, bidan desa, dokter atau petugas lainnya.

Dengan adanya informasi yang terus-menerus dan melalui berbagai media informasi dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan dalam hal kesehatan. Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusyati (2014) di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak menunjukkan bahwa ada hubungan antara dan informasi dengan dengan perilaku ibu dalam deteksi dini kanker rahim. Juga sejalan dengan hasil penelian Widiastuti (2013) di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga menunjukkan bahwa ibu informasi berhubungan dengan pemeriksaan metode IVA. Berdasarkan hasil penelitian ini maka meningkatkan informasi sangat diperlukan untuk meningkatkan partisipasi PUS di Wilayah Kerja Puskesmas UPTD Balida Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka untuk memeriksakan IVA. Maka dari itu, perlunya petugas kesehatan memberikan informasi dan konseling kepada PUS tentang pencegahan kanker rahim dengan melakukan deteksi dini menggunakan metode IVA.

KESIMPUILAN

Sikap, dukungan keluarga, dan akses informasi sangat berperan dalam pemeriksaan IVA yang dilakukan oleh PUS.

SARAN

Disarankan bagi Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan IVA dan masih banyaknya PUS yang tidak melakukan IVA maka pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas bekerja sama untuk mengadakan pemeriksaan

IVA secara rutin di kecamatan masing-masing, dan juga meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada PUS dan keluarganya sehingga dengan adanya pemahaman keluarga yang baik diharapkan keluarga memberikan dukungan yang baik pula kepada PUS. Sedangkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu perlunya mencari informasi lebih luas baik melalui surat kabar, radio atau media lainnya tentang metode IVA sehingga mempunyai pemahaman yang baik dan membangun sikap yang positif terhadap pemeriksaan IVA.

REFERENSI

Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Askandar, B. 2014. Kanker Mulut Rahim :

Deteksi Dini dan PenanganAnya. Surabaya.

Azwar, S. 2011. Sikap dan Perilaku. Dalam:

Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Dianda, D, W. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Emilia, dkk, Ed. 2014. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : Med Press.

Friedman. 2011. Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Heru, P. S. 2011. Cegah Kanker Pada Wanita.

EGC: Jakarta.

Hidayat, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika.

Irianto, K. 2014. Biologi Reproduksi. Bandung:

Alfabeta.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Khotimah. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus – Palembang Tahun 2015. Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 6 No. 2 Tahun 2015.

Kumalasari, I, dkk. 2011. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta : Salemba Medika.

(9)

Kurniawati, W. 2015. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku WUS dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Kretek Bantul Yogyakarta.

Program Studi DIV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo.

Kusyati. 2014. Hubungan Pendidikan, Pekerjaan dan Informasi dengan dengan Perilaku Ibu dalam Deteksi Dini Kanker Rahim Di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Program Study S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Semarang.

Maharsie, Lesse & Indarwati. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks Dengan Keiikutsertaan Ibu Melakukan IVA Test Di Kelurahan Jebres Surakarta.

GASTER Vol.9 No. 2 Agustus 2012.

Marmi. 2014. Kesehatan Reproduksi.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mubarak, W. I. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba medika.

Muhlisin, A. 2012. Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

_________. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo. S. 2012. Ilmu Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bisa Sarwono Prawirohardjo.

Rahayu, D. S. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

Rahma, Rina Arum & Prabandari, Fitria. 2012.

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi WUS (Wanita Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan Pulasan Asam Asetat) Di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas Kabupaten

Banyumas Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.3 No.1 Edisi Juni 2012.

Rasjidi, I. 2012. Kanker Serviks dan Penanganannya. Yogyakarta : Nuha Medika Rathi MF, et al. 2011. Deteksi Dini Kanker Serviks pada Pusat Pelayanan Primer di Lima Wilayah DKI Jakarta. J Indon Med Assoc.

Sarini, Ni Ketut Manik. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Papsmear pada Wanita Usia Subur di Desa Pucung wilayah Kerja Puskesmas Tejakula II kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali Tahun 2011. Jakarta: FKM UI.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung: Alfabeta.

Sukmawati. 2014. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kunjungan Pemeriksaan IVA di Puskesmas Kabupaten Wonogiri Tahun 2004. Tersedia digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 15 Desember 2016.

Tarigan. 2015. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Pada Wanita Usia Subur Di Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun 2015

UPTD Puskesmas Balida. 2016. Jumlah Wanita yang Melakukan Pemeriksaan IVA di UPTD Puskesmas Balida. Dawuan: UPTD Puskesmas Balida.

Widiastuti. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Metode IVA di Puskesmas Sidorejo Kidul Kota Salatiga. Tersedia www.eprints.ums.ac.id/, diakses tanggal 20 Desember 2016.

Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora.

Yayasan Kanker Serviks Indonesia. 2012. Data

Kanker Serviks.

(http://yayasankankerindonesia.org), diakses tanggal 20 Desember 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih dari itu, tingkat kepuasan pelanggan atas kualitas layanan pada suatu perguruan tinggi juga dapat dikaitkan dengan perkembangan jumlah calon mahasiswa yang masuk

Thesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak pengalaman traumatis yang dialami oleh karakter utama dalam novel Speak , Melinda Sordino, dan bagaimana dia

Berdasarkan hasil penelitian ini dengan uji (F) ditemukan bahwa Profitabilitas, Likuiditas, Aktivitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh

Daerah yang tandus dan kapur membuat etnis Madura harus merantau dan menjadi tradisi bahwa sukses adalah kembali dari rantauan membawa uang atau emas yang berlimpah, jika tidak

Peneliti berharap penelitian ini nantinya dapat memberikan gambaran tentang pendekatan pembelajaran yang di terapkan pada peserta didik serta hasil penelitian ini

Terlihat pada gambar 6, gambar 7, dan gambar 8 yaitu hubungan antara dimensi rantai dengan gaya maksimum yang diperoleh dari hasil simulasi metode elemen hingga, variasi

Pada siklus I penelitian belum berhasil karena angka keberhasilan belum mencapai 75% yakni baru 73%.Kemudian dilanjutkan pada siklus II kemampuan motorik halus

Then her face fell, and Drew realized she looked just as ill as he felt. Her skin was pale, the