• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI PETANI MILENIAL TERHADAP SUMBER MODAL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PREFERENSI PETANI MILENIAL TERHADAP SUMBER MODAL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT "

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PETANI MILENIAL TERHADAP SUMBER MODAL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

AHMAD BAIHAQI 020118001

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(2)

PREFERENSI PETANI MILENIAL TERHADAP SUMBER MODAL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT

AHMAD BAIHAQI 020118001

Laporan Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan gelar profesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(3)

i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

(4)

ii

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

(5)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur tiada hilir saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat, keberkahan, kekuatan dan kesempatan dalam menjalankan kegiatan Tugas Akhir ini hingga selesai. Alhamdulillah penulis dapat melewati tahapan demi tahapan Tugas Akhir ini, semoga menjadi amal ibadah dan berguna untuk kedepannya baik instansi, masyarakat, bangsa dan negara. Ayat yang merupakan sumber kekuatan saya, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Asy-Syarh: 6)”, yang menjadi acuan dan pegangan kala diri mulai kehilangan arah.

Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari uluran tangan banyak pihak, untuk itu melalui ini saya persembahkan Karya ini terutama untuk kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat dan kasih tanpa jeda, yang selalu mengerti kondisi putranya dan memberikan ruang kebebasan untuk berkarya dan berinovasi. Terimakasih juga untuk dosen pembimbing bapak Dr. Drs. Lukman Effendy, M.Si dan bapak Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si yang selalu tak lupa untuk menanyakan kabar mahasiswa dan mahasiswinya. pula untuk uluran tangan dan rasa peduli setiap orang-orang baik yang selama ini selalu membantu tanpa syarat, kalian begitu berharga. Tidak lupa, terimakasih untuk semua insan baik yang saya senantiasa temui di Kecamatan Lembang, Semua bantuan dan kesedian Bapak/Ibu akan terus saya ingat. Semoga Allah membalas kebaikan yang telah engkau berikan.

Pasang surut semangat dalam menyelesaikan pendidikan di kampus Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor hingga penyelesaian laporan ini bisa dihitung lebih dari jumlah jari namun berkat teman-teman Colocasia Esculenta dan teman kelas A “Suka, Duka, Ceria, Bersama, Menyesuaikan” yang telah tumbuh dan berkembang bersama yang telah menerima kelebihan dan kekurangan dalam diri saya. Saya ucapkan teriama kasih yang tiada tara kepada Konselor bapak Lukman Effendy “Bahagia” yang telah membimbing, mengarahkan dan menegur selama menempuh pendidikan di kampus Polbangtan Bogor. Pula

(6)

iv

kepada teman-teman seasrama terutama yang sekamar Indra Septian, Jaya Sri A.M, dan Joko Wibowo yang mana selama menempuh pendidikan yang tiada bosan menerima kelakukan dan tidak sopan dalam keseharian selama bersama kalian.

Terimakasih yang luar biasa kepada BP3K Lembang yang telah memberi pelayan yang sangat baik dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini dan teman-teman kelompok Tugas Akhir kepada Deni Efriansyah, Ayu Komalasari, Melani dwi yanti, Astri Gustiani dewi, dan Maulia Agustiani yang banyak membantu dalam menyelesaikan kegiatan Tugas Akhir ini baik dalam keseharian maupun penyusunan laporan, pula kepada Alfirian Adi Sastra, Aldi Prahasta, Fadillah Safitri Yusuf, Nabila Febianti yang menemani dalam penyusunan laporan Tugas Akhir serta kepada fahra ahrarine yang membantu penulisan ilmiah dan komalawati khususnya, semoga amal ibadah dan kebaikan kalian diterima oleh Allah Swt.

Terakhir di penghujung ucapan terimakasih ini, saya memohon maaf atas segala kekhilafan, atas setiap perkataan ataupun sikap yang kurang berkenan.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih yang terdalam.

(7)

v

SURAT PERNYATAAN

(8)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada tanggal 25 November 1999 dari pasangan orang tua Bapak Saidil Husli dan Ibu Wirdayati sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SDN No.33/V Parit Pudin Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2012, kemudian sekolah di Wustha Pondok Pesantren Isti’dadul Mu’allimien Desa Parit Pudin Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi dan lulus pada tahun 2015, dan Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Negeri Jambi lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Sarjana Terapan (D-IV) Beasiswa Kementerian Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan (PPB) Jurusan Pertanian. Organisasi. Selama mengikuti pendidikan di kampus, penulis aktif bergerak di organisasi Resimen mahasiswa (MENWA) Mahawarman Jawa Barat periode 2019-2022, menjadi pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al- Muta’llim di bidang Dana Usaha periode 2018-2019, di bidang Syiar dan Dakwah periode 2019-2020, dan koordinator Bidang Syiar dan Dakwah pada periode 2020-2021, mengikuti UKM Drumband sebagai Mayoret. Diluar organisasi kampus penulis juga tergabung dalam organisasi Forum Rohis Polbangtan Pepi (FRPPI) di bidang sosial periode 2020-2021 dan Himpunan Mahasiswa jambi (HMKJ) pada koordinator Pengembangan periode 2020-2021. Selain aktif di beberapa organisasi juga pernah menjadi delegasi Olimpiade Perguruan tinggi Kedinasan (OPTK) Indonesia cabang renang dan menjadi delegasi Forum Kerjasama Rohani Islam (FOKRI) Games ke VII 2021 cabang kaligrafi.

(9)

vii

ABSTRAK

AHMAD BAIHAQI. Preferensi Petani Milenial terhadap Sumber Modal Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat. Dibimbing LUKMAN EFFENDY dan DETIA TRI YUNANDAR.

Kecenderungan petani milenial di Kecamatan Lembang masih diragukan melihat pesatnya kemajuan teknologi pertanian serta banyak tersedia sumber modal yang dapat diakses. Perkembangan sektor pertanian tidak mungkin terjadi tanpa akumulasi modal. Perubahan teknologi pertanian sebagai pemacu pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan modal (Mudlak ,1988). Tujuan penelitian 1) Mendeskripsikan preferensi petani milenial terhadap sumber modal 2) Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap preferensi petani milenial terhadap sumber modal dan, 3) Menentukan strategi yang dapat meningkatkan preferensi petani milenial terhadap sumber modal. Kegiatan penelitian dilaksanakan dibulan Maret - Juni 2022 berlokasi di Kecamatan Lembang, Penetapan sampel menggunakan rumus

“Slovin” dengan taraf signifikansi yang digunakan 93 persen atau error 7 persen.

Populasi responden 115 orang dari 3 desa yang ditetapkan, setelah perhitungan ditarik 75 orang sampel. Data dihimpun melalui wawancara menggunakan kuesioner, Menggunakan analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian variabel Preferensi terdiri dari indikator kemudahan, ekonomis dan ekspektasi masih belum memenuhi harapan (Sedang) sedangkan indikator kesederhanaan telah memenuhi darapan(Tinggi). Variabel persepsi terhadap sumber modal dan faktor-faktor pendukung mempengaruhi preferensi petani milenial dengan kontribusi sebesar 84,8 persen, dengan variabel X2 dan X3

berpengaruh nyata (P<0,001). Strategi untuk meningkatkan preferensi petani milenial adalah melakukan penyuluhan pada persepsi terhadap sumber modal serta dengan memfungsikan lembaga-lembaga yang ada guna mendukung peningkatan preferensi petani milenial terhadap sumber modal.

Kata kunci : preferensi, sayuran dataran tinggi, sumber modal, usahatani,

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul dari laporan ini adalah Preferensi Petani Milenial terhadap Sumber Modal Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat yang akan dilaksanakan pada tahun 2022.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drs. Lukman Effendy, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga serta seluruh rekan seperjuangan, atas doa dan dukungan materil.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih adanya kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dalam menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai pegangan dalam melaksanakan Tugas Akhir.

Bogor, Juli 2022 Penulis

Ahmad Baihaqi

(11)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Rumusan masalah... 3

Tujuan... 3

Manfaat... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Preferensi Petani Milenial...5

Sumber Modal Usaha Tani... 9

Sayuran Dataran Tinggi... 12

Karakteristik Petani... 13

Persepsi Terhadap Sumber Modal... 16

Faktor-Faktor Pendukung Preferensi... 18

Penyuluhan Pertanian... 19

Kerangka Berpikir... 20

METODE PELAKSANAN ... 24

Pendekatan dan Jenis Penelitian... 24

Waktu dan Tampat... 24

Popolasi dan Sampel... 25

Data dan Pengumpulan Data... 27

Instrumen... 28

Uji Validitas dan Reliabilitas... 30

Analisis Data...30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Hasil... 33

Keragaan Wilayah ... 33

Petani Milenial ... 36

Analisis Deskriptif... 37

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi ... 46

(12)

x

Pembahasan... 52

Preferensi Petani Milenial ... 52

Pengaruh Independen (X) Terhadap Dependen (Y) ... 53

Pengaruh Variabel Krakteristik terhadap Preferensi Petani Milenial 55 Pengaruh Variabel Persepsi Terhadap Sumber Modal ... 57

terhadap Preferensi Petani Milenial ... 57

Pengaruh Variabel Fkator-Faktor Pendukung Preferensi Terhadap Preferensi Petani Milenial ... 61

Strategi Peningkatan Preferensi ... 66

Pelaksanaan Penyuluhan ... 69

SIMPULAN DAN SARAN ... 72

Simpulan ...72

Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 79

(13)

xi

DAFTAR TABEL

1 Data Jumlah Kelompok Tani... 25

2 Sampel Kelompok Tani setiap Kelompok... 27

3 Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran Instrumen... 29

4 Luas lahan dan potensi lahan pertanian. ... 34

5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur... 35

6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Keluarga Tani dan Non Tani... 35

7 Status Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan...35

8 Kelembagaan Petani dan usahatani Gabungan kelompok tani (gapoktan)... 35

9 Pengurus kelembagaan... 36

10 Pengalaman Usaha Tani... 37

11 Luas Garapan... ... 38

13 Status penguasaan lahan... 40

14 Keragaan Persepsi terhadap sumber modal... 41

15 Keragaan faktor-faktor pendukung... 43

16 Keragaan preferensi Petani Milenial... 45

17 Keragaan Uji Kolmogorov-Smirnov... 46

18 Keragaan variabel terhadap uji multikolinearitas... 47

19 Variabel karekteristik petani... 48

20 Variabel persepsi terhadap sumber modal... 48

21 Variabel faktor-faktor Pendukung...49

22 Hasil analisis regresi metode Stepwise variabel terikat preferensi... 50

23 Koefisien determinan variabel terikat Preferensi... 50

24 Hasil Uji Keseluruhan (Uji F) Varian terikat Preferensi... 51

25 Hasil Uji keseluruhan (Uji T) Variabel terikat Preferensi... 51

26 Perangkingan pada variabel persepsi terhadap sumbe rmodal... 68

27 Kegiatan penyuluhan...70

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka berpikir preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani

sayuran dataran tinggi di kecamatan Lembang... 22

2 Peta wilayah Penelitian... 34

3 Lama usaha tani... 37

4 Luas Garapan... 39

5 Pendapatan... 40

6 Status penguasaan lahan... 41

7 Persepsi tyerhadap sumber modal... 42

8 Faktor-faktor pendukung... 43

9 Preferensi petani milenial... 45

10 Uji Heteroskedastisitas... 48

11 Tingkat preferensi petani milenial... 52

12 Pengaruh Independen (X) Terhadap Dependen (Y)... 53

13 Pengaruh Variabel Krakteristik Terhadap Preferensi Petani Milenial... 55

14 Pengaruh Variabel Persepsi Terhadap Sumber Modal... 57

15 Pengaruh Persepsi kemudahan terhadap preferensi petani milenial... 58

16 Pengaruh indikator persepsi ekonomis terhadap preferensi petani milenial... 59

17 Pengaruh indikator persepsi kesederhanaan terhadap preferensi... 60

18 Variabel pendukung terhadap preferensi petani milenial... 61

19 Pengaruh Indikator dukungan kelembagaan terhadap preferensi... 62

20 Pengaruh Indikator akses informasi terhadap preferensi petani milenial... 63

21 Pengaruh Indikator peran penyuluh terhadap preferensi petani milenial... 64

22 Pengaruh Indikator pimpinan informal terhadap preferensi petani milenial... 65

23 Model Strategi Peningkatan Preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani terhadap sayuran dataran tinggi... 67

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal Palang Tugas Akhir...80

2 Kuesioner... 81

4 Uji Reliabilitas... 94

5 Tabulasi Data Penelitian... 98

6 Data Interval... 114

7 Uji Asumsi Klasil... 123

8 Regresi Linear Berganda... 127

9 Jurnal Harian... 128

10 Sinopsis Materi 1...132

11 Lembar Persiapan Penyuluhan I...133

12 Media Penyuluhan I... 134

13 Daftar Hadir I... 135

14 Sinopsis Materi II... 136

15 Lembar Persiapan Penyuluhan II... 137

16 Media Penyuluhan II... 138

17 Daftar Hadir II... 139

18 Sinopsis Materi III...140

19 Lembar Persiapan Penyuluhan III... 141

20 Media Penyuluhan III...142

21 Daftar Hadir III... 143

22 Lampiran Dokumentasi Kegiatan... 144

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Modal merupakan hal yang utama dalam menjalankan suatu usaha, modal yang digunakan dapat bersumber dari modal sendiri, namun bila ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah dengan modal pinjaman (Sayudi Prawirosentono, 2001). Sumber modal pinjaman dapat berasal dari lembaga keuangan formal dan pinjaman dari lembaga informal. (Brigham, 2011). Modal ialah suatu alat yang berguna untuk proses selanjutnya (Alma dan Buchari 2015).

Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya (uang, barang dan sebagainya) yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan (Nugraha, dan Alamsyah, 2019).

Menurut Mudlak (1988), perkembangan sektor pertanian tidak mungkin terjadi tanpa akumulasi modal. Perubahan teknologi pertanian sebagai pemacu pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan modal. Pada umumnya masalah yang dihadapi sebagian besar petani (terutama petani kecil) adalah tidak sanggup membiayai usaha taninya dengan biaya sendiri. Sehingga diperlukan sumber modal lain diluar dana pribadi berupa pinjaman atau kredit (Mubyarto, 1977), Berbicara mengenai masalah permodalan dalam pertanian tidak bisa lepas dari masalah kredit, karena kredit tidak lain adalah modal pertanian yang diperoleh dari pinjaman (Mubyarto, 1977).

Pada periode pandemi dua di tahun lalu, mencatat bahwa kenaikan pembiayaan ke sektor pertanian. Jika pada 2019, kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan Bank Mandiri mencapai Rp 83,9 triliun, maka volumenya bertambah 9,3% secara yoy menjadi Rp91,7 triliun pada akhir 2020.

Khusus untuk sektor Pertanian sebesar Rp3,8 triliun pada akhir 2020 (Ropesta Sitorus, 2021). Untuk menutupi kekurangan modal, petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, baik formal maupun informal (Ashari, 2009).Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sumber permodalan usahatani padi secara signifikan adalah luas lahan garapan dan status lahan. Semakin luas lahan yang digarap oleh petani, maka semakin besar upaya

(17)

2

petani untuk memanfaatkan sumber permodalan yang tersedia. (Tian Mulyaqin et al. 2015).

Wilayah kecamatan lembang menjadi salah satu wilayah dengan yang banyak bergerak dalam lingkungan pertanian dapat dilihat bahwasanya kecamatan lembang memiliki jumlah luasan 95.650km2 yang mana hampir dari wilayah tersebut dipenuhi dengan kegiatan pertanian. Berdasarkan dari BPS kecamatan lembang petani dari 16 desa yang ada memiliki kegiatan pertanian. Selain itu juga lembang memiliki Balai Pengkajian Tanaman Sayuran. Dari balai tersebut para petani dapat melihat secara langsung bagaimana teknik budidaya yang baik dan benar, sehingga petani milenial banyak dijumpai di Kecamatan Lembang tersebut.

untuk memulai usaha pertanian biasanya ada pihak tertentu yang menawarkan untuk sumber permodalan baik dari pemerintah maupun dari swasta.

Mengingat fakta yang ada di lapangan maka banyak pihak-pihak yang terlibat dalam sumber permodalan seperti dari pihak pemerintah maupun dari pihak swasta. Seiring berkembangnya teknologi maka sumber-sumber permodalan semakin banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti adanya sumber pendanaan yang berasal dari fintech. Perkembangan ini akan membuat petani selalu berpikir dan memutuskan untuk memilih salah satu sumber permodalan yang dijadikan sebagai sumber modal bagi petani milenial.

Berdasarkan dari survey lokasi dan di Kecamatan Lembang dan hasil diskusi bersama koordinator BPP kecamatan lembang yang mana ada banyak sumber-sumber permodalan yang masuk dan berkembang di Kecamatan Lembang Atas uraian yang disampaikan tersebut penting mengetahui preferensi terhadap sumber modal dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat preferensi. Maka penulis mengambil judul penelitian”Preferensi Petani Milenial Terhadap Sumber Modal Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat”.

(18)

3

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dari itu dalam penelitianini rumusan masalah yang diangkat adalah:

1. Sejauh mana Preferensi petani milenial petani milenial terhadap sumber modal sebagai usahatani sayuran dataran tinggi di kecamatan Lembang?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Preferensi petani milenial terhadap sumber modal sebagai usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang?

3. Bagaimana strategi dalam meningkatkan Preferensi petani milenial terhadap sumber modal sebagai usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang?

Tujuan

Sebagaimana rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin di capai melalui penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan sejauh mana Preferensi petani milenial terhadap sumber modal sebagai usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang

2. Menganalisis faktor-fakor yang mempengaruhi Preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang

3. Menentukan strategi dan melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan Preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut:

1. Bagi petani, dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan Preferensi terhadap Sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang.

(19)

4

2. Bagi mahasiswa, pengkajian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang

3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi institusi/lembaga terkait dan sebagai pertimbangan bagi penentu kebijakan sehingga dapat digunakan untuk perbaikan kegiatan penyuluhan kedepannya

(20)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Preferensi Petani Milenial Preferensi

Simamora (2003) menyebutkan bahwa, preferensi itu diambil dari kata prefer, artinya yang paling disukai atau dapat juga disebut ketetapan individu dalam memutuskan pilihan terhadap suatu objek. Preferensi secara umum, bisa diartikan sebagai suatu pilihan seseorang apakah suka atau tidak terhadap suatu produk barang atau jasa. (Kotler et al. 2012) mendefinisikan preferensi sebagai suatu kesukaan seseorang atas berbagai jenis produk atau jasa.

Secara umum, preferensi diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang digunakan. Menurut Kotler et al. (2012) preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk jasa yang ada. Kotler menyatakan bahwa preferensi digambarkan sebagai sikap konsumen terhadap produk dan jasa sebagai evaluasi dari sifat kognitif seseorang, perasaan emosional dan kecenderungan bertindak melalui objek atau ide. Sikap adalah ekspresi perasaan (inner feeling) yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang dan setuju atau tidak setuju terhadap obyek. Dalam konsep perilaku konsumen, persepsi dari suatu obyek tersebut melalui perasaan dari penglihatan, pendengaran penciuman, sentuhan dan rasa. Pada akhirnya persepsi yang sudah mengendap dan melekat akan menjadi preferensi.

Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai dari pada yang lain. Nursusandhari (2009) preferensi merupakan bagian dari komponen pembuatan keputusan dari seseorang individu. Secara lengkap komponen-komponen tersebut adalah persepsi, sikap, nilai dan kecenderungan.

Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Nursusandhari (2009) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses secara sadar dari stimulus. Lebih lanjut diungkapkan bahwa persepsi kita tergantung dari kemampuan psikologis serta kekuatan melihat, merasakan, mencium, mendengar dan meraba. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan

(21)

6

dengan hal-hal yang ditangkap panca indera pada proses melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasakan. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial yang kemudian menjadi respon dalam bentuk tindakan.

Jadi preferensi dapat diartikan sebagai kecenderungan dimana menunjukkan pilihan yang paling digemari atau paling disukai oleh kebanyakan masyarakat, dengan mempertimbangkan kemudahan, kebermanfaatan, dan efektivitas sesuatu dalam menjalankan aktivitasnya khususnya bagi petani dalam kegiatan usaha taninya. Preferensi merupakan motivasi yang mendorong orang untuk melakukan yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Setiap ada dorongan akan memuaskan suatu kebutuhan. Dalam melakukan fungsinya kehendak itu berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Pikiran mempunyai kecenderungan bergerak dalam sektor rasional analis, sedangkan perasaan yang bersifat halus atau tajam lebih mendambakan kebutuhan. Sedangkan akal berfungsi sebagai pengingat pikiran dan perasaan itu dalam koordinasi yang harmonis, agar kehendak bisa diatur sebaik-baiknya.

Preferensi dapat mengetahui kecenderungan petani terhadap suatu teknologi baru yang akan dipilihnya adapun pengukuran preferensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemudahan

Menurut Jogiyanto dalam Sarinah (2021) Kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana seorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Kemudahan penggunaan adalah mudah dipelajari, mudah dipahami, simple dan mudah pengoprasiannya

2. Ekonomis

Ekonomis itu adalah suatu tindakan/perilaku dimana kita dapat memperoleh input (barang atau jasa) yang mempunyai kualitas terbaik dengan tingkat harga yang sekecil mungkin. (Pangaribuan, A. B. M, 2012).

3. Kesederhanaan

Kesederhanaan adalah properti, kondisi, atau kualitas ketika segalanya dapat dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan biasanya berhubungan dengan beban yang diletakkan sesuatu pada seseorang yang mencoba untuk menjelaskan atau memahaminya Craig, E.Ed. (1998)

(22)

7 4. Ekspektasi

Ekspektasi dapat diartikan harapan yang besar dan bebankan terhadap sesuatu yang akan memberikan dampak yang baik atau lebih baik. Lebih sederhananya ekspektasi adalah harapan atau sesuatu yang diinginkan terjadi.

Muhammad Irfan Al-Amin ( 2022) Petani Milenial

Teori generasi (Codrington & Penguin, 2004) membedakan 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, (2) Generasi X, (3) Generasi Y, sering disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet) dan (5) Generasi Alpha (google kids). Karakteristik setiap generasi sangat berbeda, khususnya dalam penguasaan teknologi informasi, perilaku dan cara berpikir (digital thinking).

Generasi millenials (Y) dan iGeneration (Z) merupakan generasi yang sangat menguasai teknologi digital dan sangat bergantung perangkat teknologi (smart phone, internet, media sosial, mobile banking, e-marketing dan lain- lainnya). Secara ringkas, karakteristik milenial dan digital ini antara lain adalah :

1. Mahir menggunakan teknologi informasi (tech-savvy, web savvy and techno reliant),

2. Pola pikir (mindset) digital dan sangat bergantung pada perangkat teknologi (virtual assistant),

3. Bekerja cepat dan inovatif,

4. Dapat mengakses berbagai teknologi produksi, pengolahan dan pemasaran dengan cepat,

5. Bekerja simultan (multitasking or multi screen)

6. Berkomunikasi dan berinteraksi memanfaatkan sosial (medsos) dengan semua orang,

7. Memanfaatkan uang digital dan transaksi online atau virtual trading , dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, peran generasi milenial dan digital di bidang pertanian sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian (Simarmata, 2019).

(23)

8

Arti milenial adalah kelompok demografi, dimana tak ada batasan waktu yang pasti baik itu untuk awal maupun akhir dari kelompok tersebut. Pada dasarnya karakteristik milenial khususnya di Indonesia berbeda-beda, berdasarkan wilayah maupun kondisi sosial ekonomi. Tetapi demikian, generasi tersebut biasanya ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan serta keakraban dengan komunikasi, media, juga teknologi digital.

Generasi milenial atau Generasi Y adalah orang-orang yang dilahir di era digital antara tahun 1981 – 1997, bahkan beberapa sumber menyebutkan yang lahir antara 1980 – 2000, dengan demikian saat ini mileni-mileni tersebut berumur antara 23 – 38 tahun. Para milenius tersebut terbiasa dengan teknologi digital apalagi di era revolusi industri 4.0 (Effendy, 2020). Petani milenial adalah petani yang berusia sekitar 19-39 tahun dengan kelompok demografi yang biasanya ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan serta keakraban dengan komunikasi, media, juga teknologi digital (Savira et al. 2020).

Generasi milenial yang disebut juga generasi Y adalah penduduk yang lahir pada rentang waktu 1080-2000. Meskipun waktu lahir menjadi variabel utama, kesamaan situasi sosial merupakan variabel yang mendasari pembagian waktu tersebut. Situasi sosial pada generasi baby boom (lahir 1946‒1960) dan generasi X (lahir 1961‒1980) ditentukan oleh perubahan tingkat kelahiran, sementara pada generasi milenial dan pasca milenial ditentukan oleh perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi (Yofa et al, 2020).

Generasi milenial tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi informasi. Pada saat generasi milenial berada pada usia remaja, teknologi informasi berkembang sangat pesat. Dengan latar situasi teknologi seperti itu, generasi milenial memiliki ciri kreatif, inovatif, memiliki passion, dan produktif.

Generasi ini melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, generasi milenial sangat dinamis dan ingin serba cepat dalam merealisasikan sesuatu, di sisi lain, generasi ini juga terbuka terhadap pemikiran baru (open minded), kritis, dan berani, Oleh karena itu, generasi milenial dapat menciptakan peluang baru seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin mutakhir (Yofa et al. 2020).

(24)

9

Petani milenial adalah petani yang berusia sekitar 19-39 tahun dengan kelompok demografi yang biasanya ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan serta keakraban dengan komunikasi, media, juga teknologi digital.

Dengan adanya petani milenial, maka akan meningkatkan inovasi masyarakat, terutama pada bidang lapangan pekerjaan dan menghasilkan wirausahawan tanpa mengenal usia tua dan muda. Sektor pertanian pun diharapkan dapat beradaptasi di bidang teknologi dan informasi sehingga peran petani milenial tersebut yang akan menjadi pemrakarsa di masa yang akan datang (Savira et al. 2020).

Sumber Modal Usaha Tani Sumber Modal

Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat dalam mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung pada proses produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu mendorong kenaikan produktivitas dan output (Umar Husein, 2000). Menurut Bambang Riyanto (2010:18) mendefinisikan modal sebagai uang. Modal dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha, mulai dari biaya prainvestasi, pengurusan izin, biaya investasi untuk pembelian aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sementara modal keahlian diperlukan untuk mengelola atau menjalankan usaha tersebut (Kasmir 2016)

Menurut Bambang Riyanto (2010) modal adalah sebagai kolektivitas dari barang-barang modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, yang dimaksud dengan barang-barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktivitasnya untuk membentuk pendapatan.

Sumber modal yang berkembang di masyarakat ada banyak jenis dan macamnya sehingga perlu adanya pembatasan adapun Pada penelitian ini penulis mengambil tiga sumber modal yang sudah cukup dikenal masyarakat yaitu : 1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan atau

(25)

10

kelompok usaha yang produktif namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup (Permentan No 12 2020). Adapun tujuan KUR yaitu untuk meningkatkan dan memperluas penyaluran kredit kepada usaha produktif; untuk meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil dan menengah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (Huda 2019). Adapun Bank yang Menyediakan KUR adalah Bank Mandiri, BNI, BTN, BCA, BRI dan Bank-Bank lainnya.

2. Koprasi

Koperasi merupakan suatu badan yang dibentuk dan dijalankan oleh satu orang atau lebih dengan tujuan untuk kepentingan bersama dengan asas kekeluargaan yang berdasarkan pada prinsip gerakan ekonomi rakyat Hasanah, H., dan Hanifah, A. (2020). Pada pasal 4 pada UU perkoperasian no. 25 tahun 1992, menjelaskan bahwa koperasi berfungsi dan berperan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi untuk anggota dan masyarakat. Selain itu untuk memperbaiki kualitas hidup manusia, mempererat perekonomian rakyat, mengembangkan perekonomian yang ada di Indonesia serta mengembangkan kreativitas dan jiwa berorganisasi. Koperasi simpan pinjam merupakan lembaga keuangan bukan Bank yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik itu berupa pinjaman uang ataupun berupa tempat penyimpanan uang untuk masyarakat. Hasanah, H., & Hanifah, A. (2020).

3) Fintech

Fintech atau financial technology adalah penggabungan dari pengelolaan keuangan menggunakan sistem technology. Fintech didefinisikan sebagai langkah inovasi terhadap layanan keuangan menurut National Digital Research Centre (NDRC). Dalam arti layanan keuangan bahwa Fintech merupakan inovasi di sektor keuangan yang dipadukan dengan sentuhan teknologi-teknologi modern.

Sebagai contoh Transaksi layanan Fintech meliputi berbagai macam transaksi seperti pembayaran, investasi, kredit online, transfer dan rencana keuangan Winarto, WWA (2020).

(26)

11

Modal Menurut Sumbernya. Menurut Alma Buchari (2012) adapun sumber modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu terdiri dari:

1) Permodalan Sendiri/Kekayaan Bersih/Sumber Intern. Sumber ini berasal dari para pemilik perusahaan atau bersumber dari dalam perusahaan, misalnya penjualan saham, simpanan anggota pada bentuk usaha koperasi, cadangan.

Kekayaan sendiri ini mempunyai ciri, yaitu terikat secara permanen dalam perusahaan.

2) Permodalan Asing/Kekayaan Asing/Sumber Ekstern. Sumber ini berasal dari pihak luar perusahaan, yaitu berupa pinjaman jangka panjang atau jangka pendek. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman yang jangka waktunya maksimum satu tahun. Sedangkan pinjaman yang jangka waktunya lebih dari satu tahun, disebut kredit jangka panjang. Ciri dari kekayaan asing ini adalah tidak terikat secara permanen, atau hanya terikat sementara, yang sewaktu- waktu akan dikembalikan lagi kepada yang meminjamkan.

Usahatani

Usaha tani merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri atas tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuanya dan aspirasinya Reijntjes et al. 2006 dalam Gupito, R. W.,et al.

(2014). Selain itu faktor-faktor yang bekerja dalam usaha tani adalah faktor alam, tanah dan modal. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya seperti ketersediaan air, suhu dan lain-lain.

1) Faktor Iklim

Faktor iklim sangat penting terkait dengan komoditas yang diusahakan dalam usaha tani.

2) Faktor Tanah

Tanah marupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usaha tani secara keseluruhan.

3) Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang bergantung kepada musim. Kelangkaan tenaga kerja dapat berakibat

(27)

12

mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk.

4) Modal

Tahun serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, (Suratiyah, 2006).

Sayuran Dataran Tinggi

Menurut Kebun Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Margahayu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa Lembang, Bandung Barat 40391. adapun jenis Jenis tanaman sayuran yang dikembangkan di wilayah lembang ialah sayuran dataran tinggi seperti (Cabai, Tomat, Bawang Merah, Bayam, Kacang panjang, Buncis, Wortel, Brokoli, Kangkung, Gambas, Paria, Seledri, Kapri, Selada, Sawi, Bawang Putih, Kentang).

Dikarenakan kondisi agroekologi yang spesifik di Indonesia, sayuran dataran tinggi dapat memenuhi preferensi masyarakat Indonesia maupun dunia karena memiliki rasa yang khas dan performance yang menarik. Hal ini terbukti dengan tingginya permintaan sayuran dataran tinggi di Indonesia dan ekspor komoditas dari 224 Memperkuat Daya Saing Produksi Pertanian Sayuran Dataran Tinggi: Alternatif Pengungkit Daya Saing Indonesia beberapa sentra produksi.

Namun demikian, meskipun neraca perdagangan komoditas sayuran dataran tinggi masih mengalami surplus (BPS, 2014), terdapat kecenderungan penurunan ekspor dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi akibat pertanaman sayuran dataran tinggi yang cenderung high input dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang cukup besar. Penurunan produksi juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya dapat memfasilitasi ekspor komoditas sayuran dataran tinggi (Arsanti, 2008). Di mana masih banyak terdapat celah permasalahan kebijakan sistem agribisnis sayuran dataran tinggi, dimulai dari subsistem permodalan dan input, subsistem usahatani, subsistem panen dan pasca panen serta subsistem pemasaran (Arsanti, 2012).

(28)

13

Komoditas sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang baik, namun faktanya masih sulit bersaing untuk memasuki pasar ekspor karena masalah kualitas dan kontinuitas pasokan. Hal ini sangat terkait dengan belum adanya perencanaan pengaturan produksi yang disesuaikan dengan permintaan pasar, sistem panen dan penanganan pasca panen yang prima, serta sistem distribusi yang menimbulkan resiko kerusakan fisik yang tinggi (Saptana, 2001). Konsumsi sayuran di Indonesia relatif stabil, namun demikian konsumsi di beberapa negara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di negara-negara tersebut.(Arsanti 2012)

Pada kajian ini penulis membatasi tentang jenis tanaman sayuran tinggi.

Adapun jenis sayuran tinggi yang dipilih penulis pada kajian ini adalah adalah tanaman Brokoli, Tomat, Selada dan Sawi karena melihat dari potensi wilayah lembang sendiri komoditas tersebut banyak diusahakan oleh para petani.

Karakteristik Petani Pengalaman Berusahatani

Menurut Ira Manyamsari dan Mujiburrahmad (2014) Pengalaman usaha adalah jumlah tahun berupa pengalaman yang dilalui petani lahan sempit sebagai bagian dari proses belajar dalam kegiatan budidaya, produksi dan seluk beluk usaha dan pemasaran hasil panen dalam rangka memperoleh penghasilan.

Pengalaman usaha tani diklasifikasikan dalam kategori: (1) pengalaman baru adalah kurang dari 10 tahun, (2) pengalaman sedang berkisar antara 10 sampai dengan 20 tahun, dan (3) pengalaman lama lebih dari 20 tahun.

Menurut Tahitu (2013) Semakin lama seorang petani melakukan usahatani, penguasaannya terhadap usahatani semakin tinggi, apalagi usahatani yang dilakukannya cenderung tidak berubah. Dalam kondisi seperti itu, petani tidak terlalu membutuhkan kehadiran penyuluh dengan metode yang lebih bervariasi karena pada kenyataannya penyuluh juga kurang membawa hal-hal yang inovatif bagi para petani.

Dengan semakin lama pengalaman yang petani miliki maka petani semakin mengetahui komoditas usaha tani yang dijalankan serta kendala dan solusinya.

(29)

14

Disisi lain petani juga sulit untuk meninggalkan cara lama dan enggan menerima penyuluhan serta menerapkan teknologi baru. Petani memiliki standar mereka sendiri dalam melakukan kegiatan usaha tani dan cenderung sulit dalam mengadopsi teknologi yang belum familiar dengan mereka.

Luas lahan Garapan

Menurut Ngatiningrum (2007) Luas lahan garapan dapat diartikan sebagai berapa luas lahan garapan yang dimiliki ataupun dikerjakan, disewa oleh petani.

Adapun pengukurannya yang digunakan diukur dengan satuan hektar (ha). Lahan garapan tersebut dibagi menjadi tiga antara lain:

a. Tanah sendiri yaitu, petani memiliki tanah sendiri dan dikerjakan oleh petani itu.

b. Tanah orang lain dengan sewa yaitu, petani karena tidak memiliki lahan garapan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dia menyewa tanah dari orang lain. Sistem sewa adalah penyerahan sementara hak penguasaan tanah kepada orang lain, sesuai dengan perjanjian yang dibuat bersama oleh pemilik dan penyewa.

c. Tanah orang lain dengan menyakap, yaitu sakap menyakap lebih dikenal dengan istilah maro (hasil dibagi dua), martelu (hasil dibagi tiga), atau mrapat (hasil dibagi empat). Si pemilik menyediakan tanah, si penyakap menyediakan tenaga, sarana produksi didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak.

Sumber lain menyebutkan bahwa luas penguasaan lahan garapan terdiri dari hak milik sendiri atau milik orang lain (menyewa atau menyakap), dan dapat pula milik orang lain seluruhnya (Ngatiningrum 2007).

Luas lahan usaha tani dalam penelitian ini adalah luas hamparan tanah yang digunakan untuk melakukan usahatani. Luas lahan dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu: (1) sempit adalah luas lahan yang dikelola kurang dari 1000 meter, (2) sedang adalah luas lahan yang dikelola untuk usaha tani antara 1000 sampai dengan 2000 meter, (3) luas adalah luas lahan yang dikelola untuk usaha tani lebih dari 2000 meter. Dapat diartikan bahwa luasan lahan dapat diartikan sebagai status kepemilikan lahan dari petani mulai dari kepemilikan sendiri dan sewa untuk dikerjakan dalam kegiatan usaha taninya.

(30)

15 Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga petani, Mosher dalam Nugraha dan Alamsyah (2019). Pendapatan rumah tangga akan berbanding lurus dengan kesejahteraan keluarga sehingga pendapatan menjadi faktor pembatas bagi kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang besar akan dapat memenuhi kebutuhan keluarga, sedangkan yang memiliki pendapatan yang rendah akan menyesuaikan dengan pengeluaran keluarga.

Status Penguasaan Lahan

Penggunaan lahan dapat diartikan sebagai gambaran perilaku manusia dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Lahan yang luas dapat memperbesar harapan petani untuk hidup layak. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, keberadaan lahan terutama lahan pertanian menjadi semakin terancam karena desakan kebutuhan lahan yang lebih banyak. Sementara jumlah lahan yang tersedia terbatas (Manatar, et al. 2017).

Ada beberapa akibat yang bisa muncul diantaranya: (a) semakin terbatasnya ketersediaan tenaga bidang pertanian. Hal yang demikian sebenarnya bisa diatasi secara mekanis, namun tidak semua aktivitas budidaya tanaman pangan maupun tanaman lainnya bisa diatasi secara mekanis dalam pengelolaannya. (b) Rendahnya daya saing sektor pertanian dengan sektor di luar pertanian. (c) Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh sebagian besar petani sehingga bagi petani yang berlahan sempit dalam mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya, maka perluasan penguasaan lahan perlu dilakukan, baik dengan cara menyewa, menggarap, menggadai maupun dengan cara numpang.

Status penguasaan lahan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pemilik penggarap (owner operator), penyewa (cash tenant) dan bagi hasil (share tenant) (Ngatiningrum 2007). Status penguasaan lahan yang berbeda secara teoritis akan menentukan tingkat keragaman usaha tani yang berbeda pula, dalam hal ini dapat meliputi tingkat produktivitas lahan, pendapatan dan pengeluaran yang berlainan.

Perbedaan status penguasaan lahan akan menentukan akses petani terhadap modal. Hal tersebut selanjutnya akan mempengaruhi faktor-faktor produksi yang

(31)

16

digunakan dan pada akhirnya akan mempengaruhi produksi. Selain itu tingkat pendapatan dan tingkat efisiensi pada usahatani mereka akan berbeda pula

Persepsi Terhadap Sumber Modal

Menurut Effendy L (2014) persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penghayatan.

Dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu: (1) seleksi terhadap stimulus yang datang dari luar; (2) interpretasi, yaitu proses pengorgainisasian informasi;

(3) reaksi, untuk tingkah laku akibat interpretasi.

Persepsi Kemudahan

Menurut Amijaya (2012) di dalam Shomad, et al. (2012) persepsi kemudahan ini akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi. Kusuma dan Susilowati (2007) di dalam Shomad,et al. (2012) mengungkapkan bahwa intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna dengan sistem juga dapat menunjukan kemudahan penggunaan.

Suatu sistem yang sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan, dan lebih mudah digunakan oleh penggunannya. Sun dan Zhang (2011) dalam wibowo, et al. (2015) mengidentifikasi dimensi dari persepsi kemudahan yaitu, ease to learn (mudah untuk dipelajari), ease to use (mudah digunakan), clear and understandable (jelas dan mudah dimengerti), dan become skillful (menjadi terampil).

Persepsi Ekonomis

Ekonomis itu adalah suatu tindakan/perilaku dimana kita dapat memperoleh input (barang atau jasa) yang mempunyai kualitas terbaik dengan tingkat harga yang sekecil mungkin (Pangaribuan 2012). persepsi ekonomis dalam penggunaan modal usaha yaitu dimana Persepsi kegunaan (perceived usefulness) merupakan

(32)

17

suatu keadaan yang mana individu percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan kinerjanya Wibowo (2008:10-20) menjelaskan bahwa persepsi kegunaan merupakan persepsi terhadap kemanfaatan yang didefinisikan sebagai suatu ukuran yang mana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Pengukuran konstruk kegunaan (usefulness) menurut Davis (1989) terdiri dari: 1). Menjadikan pekerjaan lebih cepat (work more quickly), 2). Bermanfaat (useful), 3). Menambah produktivitas (increase productivity), 4). Meningkatkan efektivitas (enhance efectiveness), dan 5). Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance).

Persepsi Kesederhanaan

Kesederhanaan adalah properti, kondisi, atau kualitas ketika segalanya dapat dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan biasanya berhubungan dengan beban yang diletakkan sesuatu pada seseorang yang mencoba untuk menjelaskan atau memahaminya Craig, E.Ed. (1998). Adapun dimensi persepsi kesederhanaan adalah anggapan bahwa kesederhanaan suatu sistem dapat diterima dan dimiliki tanpa memiliki beban yang berhubungan dengan kemanfaatan.

Wibowo, et al. (2015). Mengartikan kemanfaatan sebagai probabilitas subyektif dari pengguna potensial yang menggunakan suatu aplikasi tertentu untuk mempermudah kinerja atas pekerjaannya. Kinerja yang dipermudah ini dapat menghasilkan keuntungan yang lebih baik dari segi fisik maupun non fisik, seperti hasil yang diperoleh akan lebih cepat dan dengan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan dengan tidak menggunakan produk dengan teknologi baru tersebut Wibowo, et al. (2015).

(33)

18

Faktor-Faktor Pendukung Preferensi

Dukungan kelembagaan

Menurut Tedjaningsih et al. (2018), pembangunan kelembagaan pertanian sebagai penunjang keberhasilan usahatani diperlukan karena: (1) Proses pertanian memerlukan sumberdaya tangguh yang didukung oleh infrastruktur, peralatan dan kredit, (2) Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada manajemen sumberdaya alam karena memerlukan faktor pendukung dan unit-unit produksi, (3) Kegiatan pertanian mencakup rangkaian penyiapan input, mengubah input menjadi produk dengan tenaga kerja dan manajemen dan menempatkan output menjadi lebih berharga, (4) Kegiatan pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan dan kelembagaan dari pusat dan lokal, (5) Kompleksitas pertanian yang meliputi unit usaha dan kelembagaan sulit mencapai optimal.

Suatu lembaga dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga lembaga mempunyai fungsi, selain itu lembaga merupakan suatu konsep yang terpadu dengan struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.

Akses Informasi

Berdasarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (2011), akses informasi adalah kemudahan yang diberikan kepada seseorang atau masyarakat untuk memperoleh informasi publik yang dibutuhkan. Salah satu cara untuk memperoleh informasi dengan menggunakan alat berupa telekomunikasi dan melalui saluran atau media. Akses informasi dapat dikatakan sebagai jembatan yang menghubungkan sumber informasi sehingga informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu dapat terpenuhi.

Peran Penyuluh Pertanian

Penyuluh lapang berperan penting dalam memperkenalkan inovasi teknologi pertanian kepada petani. Peran penyuluh pada dasarnya tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi kepada petani, melainkan juga meningkatkan

(34)

19

kapasitas petani agar mampu secara mandiri dalam menjalankan usahanya (Fatchiya et al. 2016).

Pemimpin Informal

Pemimpin informal merupakan pemimpin yang mempunyai batas-batas tertentu dalam kepemimpinannya, seorang yang karena latar belakang pribadi yang kuat mewarnai dirinya, memiliki kualitas subyektif atau obyektif yang memungkinkannya tampil dalam kedudukan di luar struktur organisasi resmi namun ia dapat mempengaruhi kelakuan dan tindakan suatu kelompok masyarakat, baik dalam arti positif maupun negatif. Dalam usahatani pemimpin informal diantaranya ulama, tokoh organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat yang diantaranya mencakup peranan ketua kelompoktani dan gabungan kelompoktani (Walgito, 2003).

Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluh pertanian adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik penyuluh PNS, penyuluh swasta, maupun penyuluh swadaya. (Peraturan Menteri Pertanian No. 82 Tahun 2013).

Pertanian Berkelanjutan

Sejak awal 1980 an bertepatan dengan dikeluarkannya dokumen Strategi Konservasi Bumi (World Conservation Strategy) oleh IUCN (international Union for the Conservation of Nature), telah banyak dimunculkan berbagai definisi tentang pembangunan berkelanjutan oleh para pakar maupun organisasi keilmuan.

(35)

20

Narnun, definisi yang secara umum diterima oleh masyarakat internasional adalah definisi yang disusun oleh Brundtland Commission, yakni: Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987).

Pembangunan pertanian dikatakan berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan (Serageldin, 1996).

Berkelanjutan secara ekonomis berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital (capital maintenance) dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien.

Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan termaksuk harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity).

Keberlanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan.

Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran ini merupakan bentuk dari gambaran seberapa banyak faktor yang berpengaruh pada Preferensi petani milenial pada akses sumber modal, kajian ini memuat pemikiran yang bertujuan untuk menemukan strategi penyuluhan yang akan digunakan untuk meningkatkan Preferensi petani milenial yang terbilang rendah agar dapat meningkatkan pengetahuan sikap serta keterampilan, sehingga pada output nya petani muda mampu meningkatkan produktivitas dari usahatani yang dijalankannya. Pola penyusunan kerangka berpikir yang digunakan berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada Dalam Penelitian Syifa Widia Utami (2021) menyatakan Karekteristik Petani, Ekspektasi Terhadap Kinerja Kemitraan Usahatani dan Pendukung mempengaruhi Preferensi Petani Milenial adalah yaitu: 1) karekteristik individu sebagai variable (X1) meliputi Pengalaman Berusahatani , Luas Garapan. Pendapatan dan Status

(36)

21

Penguasaan Lahan ; 2) Persepsi Terhadap Sumber Modal (X2) Persepsi Kemudahan, Persepsi Ekonomis dan Persepsi Kesederhanaan ;3) Pendukung (X3) Dukungan kelembagaan, Akses Informasi , Peran Penyuluh Pertanian dan Pemimpin Informal. Sedangkan sebagai variable (Y) meliputi Kemudahan, Ekonomis, Kesederhanaan, Ekspektasi Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai berikut:

(37)

22

Gambar 1. Kerangka berpikir preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi di kecamatan Lembang X1 Karakteristik Petani

X1.1 Pengalaman Berusahatani X1.2 Luas Garapan

X1.3 Pendapatan

X1.4 Status Penguasaan Lahan

X3 Faktor-faktor Pendukung Preferensi

X3.1 Dukungan kelembagaan X3.2 Akses Informasi

X3.3 Peran Penyuluh Pertanian X3.4 Pemimpin Informal

X2 Persepsi Terhadap Sumber Modal

X2.1 Persepsi Kemudahan X2.2 Persepsi Ekonomis X2.3 Persepsi Kesederhanaan

Preferensi Petani Terhadap Sumber Modal Usahatani Sayuran Dataran

Tinggi

Y Prefensi Petani Milenial Y1 Kemudahan

Y2 Ekonomis Y3 Kesederhanaan Y4 Ekpektasi

Rendah Sedang Tinggi

Penyuluh

(38)

23

Pada penelitian ini diasumsikan bahwa variabel bebas yaitu karakteristik individu, persepsi terhadap sumber modal, dan faktor-faktor pendukung akan mempengaruhi variabel terikat yaitu pereferensi petani milenial terhadap sumber modal pada usahatani sayuran dataran tinggi. Pada variabel pereferensi itu terdapat empat indikator diantaranya kemudahan, ekonomis, kesederhanaan dan ekspektasi. karakteristik individu sebagai variabel terdiri dari pengalaman berusahatani, Luas garapan, pendapatan dan status penguasaan lahan. Persepsi terhadap sumber modal terdiri dari persepsi kemudahan, persepsi kegunaan dan persepsi manfaat dan yang terakhir faktor-faktor pendukung terdiri dari dukungan kelembagaan, akses informasi, peran penyuluh pertanian dan pemimpin informal

Jika didapat preferensi petani milenial terhadap sumber modal pada usahatani sayuran dataran tinggi rendah dan sedang, maka diperlukan adanya peningkatan Preferensi melalui kegiatan penyuluhan serta peran penyuluh agar terjadi peningkatan Preferensi petani milenial. Jika didapat preferensi petani milenial tinggi makan dapat dikatakan petani milenial ber preferensi terhadap sumber modal pada usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Lembang.

(39)

24

METODE PELAKSANAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode pendekatan pengkajian yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah pendekatan kuantitatif (sosial) yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang diterapkan pada tugas akhir ini berupa survey (penyebaran kuesioner). Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan pada responden dalam bentuk sampel dari sebuah populasi.

Pengumpulan data bisa diambil dengan cara penyebaran kuesioner ataupun wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Sebagai contoh untuk mengetahui Preferensi petani dalam berusahatani, peneliti harus membuat instrument untuk perhitungan dan pengukuran, kemudian mencari seberapa besar pengaruhnya (terukur) dengan analisis regresi, sehingga dihasilkan sebuah gambaran fenomena yang kongkrit yang mampu diinterpretasikan, apakah menerima atau menolak hipotesis yang sebelumnya diajukan (Hermawan, 2018).

Menurut Nugrahani (2014) metode penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Meskipun datanya dapat dihitung dan disampaikan dalam bentuk angka-angka sebagaimana dalam sensus, analisis data bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif merujuk pada analisis data non-matematis. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh melalui data-data yang dikumpulkan dengan berbagai sarana, antara lain wawancara, pengamatan, dokumen atau arsip, dan tes.

Waktu dan Tampat

Kegiatan pengkajian mengenai preferensi petani milenial terhadap sumber modal usahatani sayuran dataran tinggi ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2022 sampai Juni 2022 yang berlokasi di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

(40)

25

Popolasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam kajian ini merupakan Petani Milenial mengenai faktor- faktor penentu preferensi petani milenial terhadap sumber modal di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah yang termasuk ke dalam kriteria petani milenial yang berasal dari tiga desa yang berbeda yaitu Desa Jayagiri, Desa Sukajaya dan Desa Cibodas. (a) Banyu Hurip dan Sawargi Mukti untuk desa Wangunsari (b) Putra Barokah dan Setia Kawan untuk desa Sukajaya dan (c) Macakal dan Agronative Farm untuk desa Cibodas Dari setiap kelompok tani diambil populasi dengan kriteria petani milenial. Untuk penjelasan lebih rinci disajikan pada Table 1.

Tabel 1. Data Jumlah Kelompok Tani

No. Desa Nama Poktan Jumlah Petani Milenial

1 Jayagiri Mukhti Tani

Melati Jaya Giri

20 15 2 Sukajaya Baru Nagri Farm

Tani Maju

18 15

3 Cibodas Macakal

Agronative Farm

22 25

Jumlah 115

Sumber: Programa Kecamatan Lembang Sampel

Penetapan sampel sebagai responden ditetapkan menggunakan pendekatan dengan rumus “slovin”, sebagai berikut:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah anggota populasi

e = Toleransi terjadinya galat atau taraf signifikansi (^2 = dipangkatkan) Berdasarkan rumus tersebut, besaran sampel yang didapat sesuai dengan jumlah populasi dan taraf signifikansi yang digunakan adalah 93 persen atau error 7 persen.

= 73,71

(41)

26

Hasil dari perhitungan tersebut menunjukan angka 73,71 maka jumlah tersebut dibulatkan menjadi sejumlah 74 orang. Untuk memudahkan perhitungan maka jumlah sampel pada kajian ini ditetapkan sebanyak 75 orang dari 115 orang.

Besaran sampel yang didapat sesuai dengan jumlah populasi dan taraf signifikansi yang digunakan adalah 93 persen atau error 7 persen. Tingkat kekeliruan dalam pengambilan sampel yang digunakan sebesar 7 persen dikarenakan keterbatasan peneliti dengan pertimbangan lokasi petani yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum serta untuk mengurangi pertemuan secara langsung dengan banyak petani di mada pandemik. Tidak semua petani milenial sebagai populasi benar-benar fokus pada kegiatan berusahatani, Sebagian dari mereka lebih memilih pekerjaan luar sektor pertanian dan merantau sehingga sebagian dari mereka sulit untuk ditemui dan jarang mengikuti kegiatan kelompok tani juga kegiatan penyuluhan pertanian.

Teknik penentuan jumlah sampel pada masing-masing Kelompok Tani menggunakan pendekatan teknik secara “proporsional” dengan rumusan Luck and Rubin sebagai berikut:

ni =

x n

Keterangan:

ni : Jumlah petani sampel dari masing-masing kelompok

Nk : Jumlah petani dari masing-masing kelompok yang memenuhi syarat sebagai sampel

N : Jumlah total petani dari semua kelompok

n : Jumlah petani yang akan diambil dalam penelitian

Adapun jumlah sampel per kelompok tani berdasarkan rumus diatas yaitu diantaranya ditunjukkan pada tabel 2.

(42)

27

Tabel 2. Sampel Kelompok Tani setiap Kelompok No. Desa Nama Poktan

Jumlah Petani Milenial

Perhitungan Jumlah Sampel 1 Jayagiri Mukhti Tani

Melati Jaya Giri

20 15

20/115x75=13.04 15/115x75=9,78

13 10 2 Sukajaya Baru Nagri Farm

Tani Maju

18 15

18/115x75=11,79 15/115x75=9,78

12 10 3 Cibodas Macakal

Agronative Farm

22 25

22/115x75=14.34 25/115x75=16,30

14 16

Jumlah 115 75

Sumber: Diolah pada Tahun 2022

Data dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan persepsi responden terhadap variabel yang digunakan. Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada enumerator, sedangkan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada enumerator, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka data primer yang diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada petani responden. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui instansi atau lembaga yang berkaitan dengan pengkajian ini.

Teknik pengumpulan data pada pelaksanaan kajian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek pengkajian.

2. Penyebaran dan pengisian kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis berkaitan dengan masalah kajian yang diberikan kepada petani yang menjadi sampel dalam kajian.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan petani yang menjadi sampel dalam kajian.

(43)

28

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik wawancara terstruktur, dimana petani dalam pengisian kuesioner dibimbing langsung oleh enumerator sehingga petani tidak mengalami kesulitan dan ketidakpahaman dalam pengisian kuesioner.

Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa kuesioner jenis tertutup yang telah pilihan jawabannya, sehingga responden langsung memilih salah satu jawaban yang tersedia. Instrumen yang digunakan berisi daftar pertanyaan dan/atau pernyataan yang berhubungan dengan peubah dan indikator yang diteliti. skala pengukuran menggunakan skala Likert yang dimodifikasi dengan skor penilaian jawaban terendah sampai jawaban tertinggi (1,2,3,4), hal ini diperlukan untuk menghindari kecenderungan petani memberikan jawaban netral, yang terbagi dalam 4 kategori, yaitu:

1. Nilai 4 : Sangat berperan/sangat menerapkan/sangat menguntungkan/

sangat sesuai/sangat mudah/sangat bisa dicoba/sangat bisa diamati/sangat tahu/sangat setuju/sangat menerima/pernah mencoba diatas 2 kali/sangat menerapkan.

2. Nilai 3 : Berperan/menerapkan/menguntungkan/sesuai/mudah/bisa dicoba/bisa diamati/tahu/setuju/menerima/pernah mencoba 2 kali/menerapkan.

3. Nilai 2 : Kurang berperan/kurang menguntungkan/kurang sesuai/ kurang mudah/kurang bisa dicoba/kurang bisa diamati/kurang

tahu/kurang setuju/kurang menerima/pernah mencoba 1 kali/kurang menerapkan.

4. Nilai 1 : Tidak berperan/tidak menguntungkan/tidak sesuai/tidak mudah/tidak bisa dicoba/tidak bisa diamati/tidak tahu/tidak setuju/tidak menerima/belum pernah mencoba/tidak

menerapkan secara rinci.

(44)

29

Tabel 3. Variabel, Indikator, Parameter dan Skala Pengukuran Instrumen.

Variabel Indikator Parameter

Skala Pengukuran

Karekteristi

Pengalaman Berusahatani

Jumlah tahun sejak usahatani

1= skor terendah 4= skor tertinggi Luas Garapan Luas lahan yang dimiliki

Pendapatan Pendapatan yang diterima Status

penguasaan lahan

Status lahan yang digarap

Persepsi Terhadap

Sumber Modal

Persepsi Kemudahan

Anggapan terhadap kemudahan pada sumber modal

1= skor terendah 4= skor tertinggi Persepsi

ekonomis

Seberapa jauh tingkat ekonomis sumber modal bagi petani Persepsi

Kesederhanaan

Seberapa sederhana sumber modal bagi petani

faktor-faktor Pendukung

Dukungan kelembagaan

Kesediaan lembaga dalam mendampingi kemitraan Kemudahan dalam akses kemitraan

1= skor terendah 4= skor tertinggi Akses

Informasi

Kemudahan anggota

kelompoktani dalam mengakses informasi mengenai kemitraan usahatani cabai baik melalui penyuluhan atau sosialisasi, internet dan sesama anggota kelompok tani

Peran Penyuluh Pertanian

Peran penyuluh dalam

membantu sosialisasi program kemitraan dengan

menggunakan metode penyuluhan yang tepat Pemimpin

Informal

Peran ketua kelompok tani maupun tokoh masyarakat

Preferensi Petani milenial

Kemudahan Mudah untuk mengambil dan mendapatkan Sumber Modal

1= skor terendah 4= skor tertinggi Ekonomis Dapat mengetahui sumber

modal yang menguntungkan bagi petani

Kesederhanaan Persyaratan yang harus dipenuhi sederhana serta pencairan sumber Modal yang cepat

Ekspektasi Adanya harapan yang seuai dengan yang dibayangkan petani

Sumber: Analisis data primer diolah penulis, 2022

Referensi

Dokumen terkait

1) Media yang dikembangkan masih ada kekurangan terutama bahan kaca yang terlalu berat dan tidak praktis, jadi dibutuhkan pengembangan lanjutan untuk membuat media

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara keseluruhan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa

[r]

energi ketika ada karbohidrat yang cukup dalam diet untuk memenuhi kebutuhan.. energi tubuh (Potter &amp;

Untuk mengetahui pengaruh pengaplikasian bahan organik dalam berbagai jenis berupa pupuk kandang, kompos jerami, dan biochar sekam padi terhadap peningkatan C-

10Base5, which is part of the IEEE 802.3 baseband physical layer specification, has a distance limit of 1640 feet - 500 meters - per

[r]

Kata Kunci : Strategi Pembelajaran SAVI, dan Hasil Belajar Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui. 1) hasil belajar siswa sebelum menggunakan strategi