• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Lingkungan III Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di Lingkungan III Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi 2.1 Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan

atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut

untuk aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat

dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,

reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto,

2006).

2.2Elemen nutrisi atau zat gizi

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat

menghasilkan 4 kilokalori (kkal) (Potter & Perry, 2005). Karbohidrat merupakan zat

gizi yang terdapat dalam makanan, pada umumnya dalam bentuk amilu. Pembentukan

amilum terjadi dalam mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum

diubah menjadi maltose, kemudian diteruskan ke dalam lambung. Dari lambung

hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pankreas yang dialirkan ke

usus dua belas jari mengandung amylase. Dengan demikian, sisa amilum yang belum

diubah menjadi maltose oleh amylase pankreas diubah seluruhnya menjadi maltose.

Maltose ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus mengeluarkan

getah pankreas hidrat arang, yaitu maltose yang bertugas mengubah maltose menjadi

dua molekul glukosa sakarosa, fruktosa dan glukosa. Laktose bertugas mengubah

laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah enzim berada dalam usus halus,

seluruhnya diubah menjadi monosakarida oleh enzim-enzim tadi.

Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan adalah 50% -

(2)

dari biji penuh dan sereal. Karbohidrat merupakan sumber utama bahan bakar untuk

otak, otot rangka selama latihan, eritrosit dan leukosit, dan medula renal (Potter &

Perry, 2005).

2. Lemak

Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi gliserol

asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, assam lemak yang teremulsi ini

mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyerapan membutuhkan tenaga, lagi

pula tidak semua lemak dapat diserap, maka penyerapan lemak dikatakan dengan cara

aktif selektif (A. Aziz Alimul H., 2006).

Metabolisme dari 1 gr hasil lipid lebih dari dua kali energi yang diberikan oleh

karbohidrat atau protein. Diet tinggi lemak dan kolesterol telah dikaitkan dengan

penyakit jantung koroner dan beberapa tipe kanker. Bagaimanapun, lemak memiliki

peranan penting pada nutrisi manusia dan asupan dibawah 10% dalam diet mengarah

kepada defisiensi (Potter & Perry, 2005).

3. Protein

Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim protease baru

terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah protein menjadi albuminosa

dan pepton.

Kemudian, tripsin dalam usus dua belas jari yang berasal dari pankreas mengubah

sisa protein yang belum sempurna menjadi albuminosa dan pepton. Dalam usus halus,

albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin menjadi asam-asam

amino yang siap untuk diserap.

Meskipun protein memberikan sumber energi (4 kkal/g), juga penting untuk

mensistensis (membangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pemeliharaan dan

perbaikan. Protein dapat digunakan untuk menyediakan energi, tetapi karena peranan

protein esensial dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan, kalori yang cukup

harus disediakan dalam diet dari sumber nonprotein. Protein dihemat sebagai sumber

energi ketika ada karbohidrat yang cukup dalam diet untuk memenuhi kebutuhan

(3)

4. Mineral

Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai katalis dalam

reaksi biokimia. Mineral diklasifikasikan sebagai makromineral ketika kebutuhan

sehari-hari adalah 100 mg atau lebih dan elemen renik ketika berkurang dari 100 mg

yang diperlukan setiap hari (Potter & Perry, 2005). Mineral tidak membutuhkan

pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk

memprosesnya. Umumnya, mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus

secara difusi pasif maupun transportasi aktif.

Mekanisme transportasi aktif penting jika kebutuhan tubuh meningkat atau

adanya diet rendah kadar mineral. Hormon adalah zat yang memegang peranan

penting dalam mengatur mekanisme aktif ini. Penyerapan dapat lebih jauh

dipengaruhi oleh isi sistem pencernaan.

5. Vitamin

Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-molekul yang

lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan vitamin

dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem transportasi aktif sangat penting

untuk memastikan pemasukan yang cukup.

Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif yang juga

membawa lemak ke seluruh tubuh, seng vitamin yang larut dalam air mempunyai

beberapa variasi mekanisme transportasi aktif. Seperti contoh, faktor dasar yang

dihasilkan oleh lambung memudahkan penyerapan bitamin B12. Tanpa faktor

tersebut, tubuh tidak mampu menyerap dengan cukup, sehingga menyebabkan

terjadinya defisiensi vitamin tersebut.

6. Air

Air merupakan zat makanan yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50%-70% air. Asupan air secara teratur sangat

penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup dibandingkan dengan pemasukan

nutrisi lain.

Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Semakin

tua umur seseorang, maka proporsi air di dalam tubuhnya akan semakin berkurang.

(4)

dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air yang masuk ke

tubuh melalui makanan lain berkisar antara 500-900 cc per hari. Air juga dapat

diperoleh melalui hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan asupan air akan semakin

meningkat jika terjadi peningkatan pengeluaran air, misalnya melalui keringat,

muntah, diare, atau adanya gejala-gejala dehidrasi.

2.3 Masalah Gizi pada Lansia

Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan

penyerapan zat gizi besi. Defisensi zat gizi termasuk zat besi pada lansia, mempunyai

dampak terhadap penurunan kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh.

Di samping itu, berbagai penelitian yang dilakukan oleh pakar menunjukkan bahwa

masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan

atau obesitas yang memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit

jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, batu empedu, gout (rematik), ginjal, sirosis

hati dan kanker. Sedangkan masalah gizi kurang juga banyak terjadi seperti Kurang

Energi Kronis (KEK), anemia, dan kekurangan zat gizi mikro lain.

1. Kegemukan atau obesitas

Keadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, terutama makan yang

banyak mengandung lemak, protein, dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan

kebutuhan. Kegemukan biasanya terjadi sejak usia muda, bahkan sejak anak-anak.

Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan

peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, maka kalori yang

berlebih akan diubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan.

Selain mengalami kegemukan secara keseluruhan, kegemukan pada bagian perut

lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan meningkatnya

resiko jantung koroner dari pada lemak di bagian lain.

Untuk menentukan apakah seseorang mengalami kegemukan atau obesitas dapat

dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung dengan rumus:

BB

IMT =

(5)

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Apabila = IMT 25-27 = Kegemukan

IMT > 27 = Obesitas

Kegemukan dan obesitas merupakan faktor pencetus berbagai penyakit seperti yang

dijelaskan dibawah ini:

a) Penyakit jantung koroner

Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan akan meningkatkan resiko

penyakit jantung koroner. Lemak jenuh dan kolesterol hanya terdapat pada bahan

makanan hewani terutama kambing, sapi, kerbau, dan ayam. Sedangkan ikan

banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Oleh karena itu, usia lanjut usia

disarankan mengkonsumsi ikan karena dapat menurunkan resiko menderita

penyakit jantung dibandingkan mengkonsumsi sumber protein hewani yang lain.

b) Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah suatu keadaan atau kelainan dimana terdapat gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak, protein yang disebabkan oleh kekurangan

insulin atau tidak berfungsinya insulin. Akibatnya gula dalam darah tertimbun

(tinggi).

Diabetes melitus ini dibagi menjadi dua jenis:

i. Diabetes melitus tipe I, yaitu Insulin Dependent DM (IDDM)

ii. Diabetes melitus tipe II, yaitu Non-Insuline Dependent DM (NIDDM)

c) Hipertensi

Apabila berat badan seseorang berlebih sudah tentu akan meningkatkan beban

kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini akan

mengakibatkan tekanan darah cenderung akan lebih tinggi. Selain itu, pembuluh

darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis, sehingga

tekanan darah akan meningkat. Bila disertai adanya plak disekitar dinding dalam

arteri, hal tersebut akan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang dapat

membuat terjadinya penyumbatan pada arteri koroner dan stroke (pecahnya

pembuluh darah), bila terjadi pada otak dapat menyebabkan kelumpuhan dan

(6)

Untuk lansia hendaknya mengurangi konsumsi natrium (garam), karena garam

yang berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah.

d) Sirosis hepatis

Sirosis hepatis disebabkan karena lemak berlebih yang tertimbun di dalam hati.

Terjadinya perlemakan pada hati akan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatis.

2. Tulang keropos (osteoporosis)

Massa tulang telah mencapai maksimum pada usia 35 tahun untuk wanita dan 45

tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama akann

timbul keropos tulang (osteoporosis). Lansia dianjurkan mengkonsumsi susu karena

merupakan sumber kalsium yang baik.

3. Anemia

Penyebab anemia pada lansia adalah kekurangan zat gizi Fe, asam folat, vitamin B12,

dan protein. Faktor lainnya seperti kemunduran proses metabolisme sel darah merah

(hemoglobin) juga terjadi. Gejala yang tampak seperti cepat lelah, lesu, otot lemah,

letih, pucat, berdebar-debar, sesak napas waktu kerja, kesemutan, mengeluh sering

pusing, mata berkunang-kunang dan mengantuk, kelopak mata, bibir dan telapak

tangan menjadi pucat, Hb < 8 gram/dl, serta kemampuan konsentrasi menurun.

Batas normal jumlah sel darah merah dalam tubuh (Hb) adalah sebagai berikut:

i. Pria dewasa : 13-18 gram/dl

ii. Wanita dewasa : 11,5-16,5 gram/dl

4. Gout

Asam urat dalam darah yang tinggi akan menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan

sendi. Pada penderita gout hendaknya mengurangi konsumsi lemak. Asam urat yang

tinggi dalam darah merupakan pencetus terjadinya batu ginjal.

5. Kurangi Energi Kronis (KEK)

Menurunnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lansia akan menyebabkan berat

badan menurun drastis. Hal ini menyebabkan jaringan ikat menjadi keriput dan

badan kurus.

Zat gizi mikro yang kurang meliputi hal-hal berikut ini:

a) Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kekeringan pada selaput

(7)

b) Kekurangan vitamin B1, asam folat, dan vitamin B12. Kekurangan vitamin

tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar homosistein sehingga

menyebabkan penebalan pembuluh darah dan resiko jantung koroner serta darah

tinggi

c) Kekurangan vitamin C menyebabkan sariawan di mulut dan perdarahan pada

gusi. Vitamin ini yang bersumber dari sayur dan buah-buahan

d) Kekurangan vitamin D menyebabkan penurunan densitas tulang yang makin

parah

e) Kekurangan vitamin E berkhasiat sebagai antioksidan

f) Kekurangan mineral Zn (seng) terjadi karena kurangnya konsumsi makanan

hewani sehingga dapat mengakibatkan kekurangan Zn yang menyebabkan

terjadinya kekurangan pada daya pengecap dan kelainan pada kulit.

(Maryam R.S, Ekasari M F, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I, 2008).

2.4 Faktor-faktor Penyebab Kurang Gizi pada Lansia

Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya gizi pada lansia adalah keterbatasan

ekonomi keluarga, penyakit-penyakit kronis, pengaruh psikologis, hilangnya gigi, adanya

gigi palsu, kesalahan dalam pola makan, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara

pengolahannya, serta menurunnya energi. Berbelanja dan penyiapan makanan menjadi

sulit karena ketidakmampuan fisik atau kekurangan transportasi. Hidup sendiri

menurunkan minat dan kesukaan menyiapkan dan makan makanan (Potter & Perry,

2005).

2.5 Pedoman Umum Gizi Seimbang untuk lansia di Indonesia

Khusus Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedoman

Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar

gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan `mempertimbangkan

pengurangan berbagai resiko penyakit degenerasi yang dihadapi para lansia.

1. Makanlah aneka ragam makanan

Mengkonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan menurunkan

(8)

2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai dengan

anjuran. Tujuannya adalah menjamin cukup serat, serta tidak bersifat refined

carbohydrate

3. Batasi konsumsi lemak dan minyak berlebihan. Gunakanlah sumber lemak nabati

seperti kacang-kacangan. Tujuannya mengurangi konsumsi lemak jenuh, trigliserida

dan kolesterol yang merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler

4. Makanlah sumber zat besi yang cukup, bergantian antara sumber hewan dan nabati,

sumber hewani ada pada daging (red meat), sumber nabati ada pada semua sayur

yang berwarna hijau pekat. Hal ini perlu ditekan karena anemia masih merupakan

masalah gizi utama di Indonesia dan terdapat di berbagai kelompok umur

5. Minumlah air yang bersih, aman, cukup jumlahnya dan telah didihkan. Anjuran ini

bersifat mendidik agar tiap orang meminum air bersih yang tidak membawa

kontaminasi baik bahan kimiawi maupun mikroorganisme

6. Kurangi konsumsi makanan, jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.

Anjuran ini diberikan untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit diabetes

melitus

7. Perbanyak frekuensi konsumsi hewani laut dalam menu harian. Lemak tak jenuh

omega 3 yang banyak pada golongan ikan telah terbukti memberikan perlindungan

terhadap atau mencegah terjadinya aterosklerosis.

8. Gunakanlah garam ber-yodium, namun batasilah penggunaan garam secara

berlebihan, atau kurangi konsumsi makanan yang diawetkan atau diolah dengan

banyak menggunakan garam, penyedap atau pengawet lainnya. Penggunaan garam

iodium masih perlu dikampanyekan mengingat Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

(GAKI) masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia dan dapat mengenai

semua golongan umur.

9. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan berwarna hijau, kuning maupun orange

karena banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A dan vitamin E yang

melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi secara dini (Darmojo &

(9)

2.9Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi

2.9.1 Pengkajian

1.1Riwayat keperawatan dan diet

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe

makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang

dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang,

dan rencana makanan untuk masa selanjutnya (A. Aziz Alimul H., 2006).

a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.

b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?

c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode

waktunya?

d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet?

e. Adakah toleransi makan atau minum tertentu? (Tarwoto, 2006).

1.2Faktor yang mempengaruhi diet

a. Status kesehatan

b. Kultur dan kepercayaan

c. Status sosial ekonomi

d. Faktor psikologis

e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet (Tarwoto, 2006).

1.3Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

kemampuan mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain

(A. Aziz Alimul H., 2006).

1.4 Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan

tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (A. Aziz Alimul H.,

2006).

1.5Nafsu makan, jumlah asupan

1.6Tingkat aktivitas

1.7Pengkonsumsian obat

(10)

a. Keadaan fisik : apatis, lesu

b. Berat badan : obesitas, kurus (underweight)

c. Otot : flaksia atau lemah, tonus kurang,

tenderness, tidak mampu bekerja

d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia,

reflek menurun

e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi,

pembesaran liver atau lien

f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/ment,

irama abnormal, tekanan darah rendah

atau tinggi

g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,

pecah atau patah-patah

h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak

disubkutan tidak ada

i. Bibir : pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,

membran mukosa pucat

j. Gusi : pendarahan, peradangan

k. Lidah : edema, hiperemis

l. Gigi : karies, nyeri, kotor

m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus,

tanda-tanda infeksi

n. Kuku : mudah patah (Tarwoto, 2006).

o. Pengukuran antropometri

Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar

lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu kurva atau grafik

sehingga dapat terlihat pola perkembangannya. Tinggi dan berat badan orang

dewasa sering dibandingkan dengan bermacam-macam peta untuk dirinya.

Pada umumnya, berat untuk pria lebih dari berat badan seorang wanita

walaupun tingginya sama. Ini disebabkan pria mempunyai persentase jaringan

(11)

yang besar dan jaringan otot yang banyak akan terlihat gemuk (over weight).

Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur besar tubuh seseorang

adalah area kulit yang berada diatas otot trisep. Pada umumnya, wanita

mempunyai lipatan kulit yang lebih tebal di daerah ini. Ini disebabkan

banyaknya jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita terlihat

lebih gemuk (A. Aziz Alimul H., 2006).

i. Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%

ii. Lingkar pergelangan tangan

iii. Lingkar lengan atas (MAC)

Nilai normal Wanita : 28,5 cm

Pria : 28,3 cm

iv. Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)

Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm

Pria : 12,5-16,5 cm

p. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit,

dan lain-lain.

i. Albumin (N:4-5,5 mg/100 ml)

ii. Transferin (N: 170-25 mg/100ml)

iii. Hb (N: 12 mg%)

iv. BUN (N: 10-20 mg/100 ml)

v. Ekskresi keratin untuk 24 jam(N: laki-laki : 0,6-1,3 mg/100 ml,

wanita:0,5-1,0 mg/100 ml) (Tarwoto, 2006).

2.9.2Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme

tubuh.

(12)

a. Efek dari pengobatan

b. Mual/muntah

c. Gangguan intake makanan

d. Radiasi/kemoterapi

e. Penyakit kronis

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. Berat badan menurun

b. Kelemahan

c. Kesulitan makan

d. Nafsu makan berkurang

e. Hipotensi

f. Ketidakseimbangan elektrolit

g. Kulit kering

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Anoreksia nervosa

b. AIDS

c. Pembedahan

d. Kehamilan

e. Kanker

f. Anemia

g. Marasmus

Tujuan yang diharapkan:

a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batas waktu

b. Peningkatan status nutrisi

Kekurangan nutrisi, berhubungan dengan:

a. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan

akibat penyakit infeksi, luka bakar ataupun kanker.

b. Disfagia akibat kelumpuhan serebral

c. Penurunan absorpsi nutrisi akibat intoleransi laktosa

(13)

e. Sekresi berlebihan, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun

pengeluaran lainnya

f. Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya

g. Kesulitan mengunyah

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

Definisi: pasien dengan resiko atau aktual mengkonsumsi makanan melebihi dari

kebutuhan metabolisme tubuh

Kemungkinan berhubungan dengan:

a. Kelebihan intake

b. Gaya hidup

c. Perubahan kultur

d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori

Kemungkinan data yang ditemukan:

a. 20% lebih berat daari badan ideal

b. Pola makan yang berlebihan

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

a. Obesitas

b. Hipotiroidesme

c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid

d. Imobilisasi yang lama

e. Chushings sysdrome

f. Bulimia

Tujuan yang diharapkan:

a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol

b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang

c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan (Tarwoto, 2006).

Kelebihan nutrisi, berhubungan dengan:

a. Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi

b. Penurunan fungsi pengecap atau penciuman

c. Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi

(14)

e. Kelebihan asupan

f. Perubahan gaya hidup

2.9.3Perencanaan Keperawatan

Tujuan:

1. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang

2. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral

Rencana Tindakan:

1. Monitor perubahaan kebutuhan yang menyebabkan terjadinya kekurangan

kebutuhan nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisinya

2. Kurangi faktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi

3. Ajarkan untuk merencanakan makanan

4. Kaji tanda vital dan bising usus

5. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin

6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya.

Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan nafsu

makan

2. Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering dengan

memerhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi

3. Manata ruangan senyaman mungkin

4. Menurunkan stres psikologis

5. Menjaga kebersihan mulut

6. Menyajikan makanan mudah dicerna

7. Hindari makanan yang mengandung gas

Tindakan pada gangguan obstruksi mekanisme secara umum dapat dilakukan dengan

(15)

1. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan minuman

bikarbonat rendah 1 kalori atau ½ atau ¼ larutan hydrogen peroksida dan air

sebagai pembersih mulut

2. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan

kepadatan seperti jus atau sop kental

3. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein

Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau di tepi tempat tidur

2. Pertahankan posisi selama 10-15 menit

3. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk

mempertahankan kepatenan esofagus

4. Mulai dari jumlah kecil

5. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam,

makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam makanan kering agar lunak

Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Hindari makanan yang mengandung lemak

2. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan

(16)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan Gerontik

I Identitas

a. Nama : Ny. A

b. Tempat/ tanggal lahir : Mandailing/ 01 Mei 1946 (67 tahun)

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Janda

e. Agama : Islam

f. Suku : Mandailing

g. Pendidikan : SD tidak tamat (kelas 3 SD)

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Gang Desa No. 59A Lingkungan III

Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan

Amplas

Komposisi Keluarga Lansia :

Ny. A adalah seorang janda yang memiliki 5 orang anak. 2 laki-laki dan 3 perempuan,

anak ketiga (perempuan) Ny. A telah meninggal dunia saat berumur 25 tahun karena

sesak nafas yang terjadi secara tiba-tiba. Suami Ny A telah meninggal dunia saat berumur

45 tahun yang disebabkan oleh badan lemas, sering hilang akal dan tiba-tiba jatuh di

(17)

I. Riwayat kesehatan keluarga/genogram

Keterangan:

Laki-laki

Perempuan

Klien

Meninggal

Serumah

II. Riwayat kesehatan saat ini

Saat ini Ny A menderita hipertensi, rematik, susah tidur (gangguan pola tidur), tidak

nafsu makan dan penglihatan berkurang yang disebabkan oleh usia. Ny A menderita

hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Saat bangun tidur, kaki Ny A terasa berat, dingin dan

kebas. Beberapa waktu yang lalu, Ny A hanya minum obat yang diberikan dokter tetapi

(18)

III. Riwayat kesehatan masa lalu

Dahulu (Ny A tidak ingat waktunya) Ny A pernah mengalami sakit jantung dan berobat

jalan di Rumah Sakit Tentara Padang Sidempuan dan selama hamil anak pertama dan

kedua, Ny A tidak makan nasi hanya memakan pisang yang dibakar selama 6 bulan

karena tidak adanya nafsu makan. Selain itu, Ny A mengalami sakit maag dan minum

obat tradisional yaitu cuka apel. Sehingga dahulu kondisi Ny A. sangat lemah.

IV. Riwayat sehari-hari

a. Persepsi lansia terhadap sehat sakit

Menurut Ny A, sakit yang ia alami saat ini adalah karena penurunan daya tubuh dan

faktor usia. Ny A tidak pernah beranggapan jika penyakit yang ia alami sekarang

disebabkan oleh diguna-gunai maupun di pelet orang.

b. Kebiasaan

Ny A memiliki kebiasaan menyuapi makan cucunya kelas 4 SD yang bernama

Manda. Selain itu, Ny A melakukan pekerjaan rumah yang ringan seperti menyuci,

memasak dan terkadang menyapu karena Ny A tak sanggup berlama-lama menyapu

karena pinggang dan punggungnya sakit. Jika ada waktu senggang, Ny A bercerita

dengan ibu-ibu tetangga rumahnya.

c. Pola nutrisi

Ny A makan 2 x sehari dengan porsi kecil bahkan terkadang Ny A makan bagi 2

dengan cucunya yang bernama Manda. Ny A mengatakan bahwa selama ini Ny A

tidak selera makan, ketidakmampuan mengunyah menjadi faktor Ny. A tidak selera

makan juga. BB awal Ny. A yaitu 42 kg dan BB sekarang 41 kg

d. Pola istrahat/ tidur

Ny A tidur tidak teratur. Terkadang Ny A tidur jam 22.00 dan terbangun jam 01.00

untuk BAK dan termenung sejenak lalu tidur lagi dan terbangun lagi jam 05.00 untuk

sholat dan setelah itu tidak dapat tidur lagi.

e. Pola eliminasi

BAK : sering tetapi sedikit, tidak ada rasa nyeri saat berkemih, warna

kekuning-kuningan, frekuensi 10x/hari dengan volume ± 5 cc tiap BAK

(19)

f. Kebiasaan olahraga

Ny A tidak memiliki kebiasaan berolahraga karena tidak ada teman untuk berolahraga

dan dipengaruhi oleh usia yang memiliki keterbatasan dalam bergerak.

g. Kemampuan melakukan aktifitas

Ny A mampu melakukan pekerjaan rumah dengan baik dan dapat bermain bersama

dengan cucunya.

h. Rekreasi

Ny A jarang keluar rumah tetapi jika ada senggang waktu, Ny A bercerita dengan

ibu-ibu tetangga rumahnya karena anaknya yang tinggal bersamanya sibuk kerja.

V. Riwayat psikologi

Beban pikiran Ny A saat ini adalah anak perempuannya belum menikah sedangkan Ny A

menginginkan anaknya menikah. Selain itu, Ny A juga kasihan melihat anaknya yang

sibuk bekerja dari pagi sampai sore berjualan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi

hal tersebut tidak membuat Ny A stres.

VI. Riwayat sosial

Setiap hari senin dan kamis Ny A mengikuti perwiritan di lingkungan Garu III atau Garu

IV bersama dengan tetangganya.

VII. Riwayat spiritual & kultural

Walaupun kondisi Ny A kurang sehat, Ny A tetap malaksanakan sholat dengan tepat

waktu dan keluarga Ny A masih mengikuti adat Mandailing jika ada acara-acara.

VIII. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Ny A sangat kooperatif, dapat diajak berbicara dengan baik, kondisi fisik Ny A baik,

wajah segar, rambut rapi tetapi penuh uban, kulit keriput dan mampu berjalan dengan

baik, BB = 41 kg, dan TB = 155 cm.

b. Tanda-tanda vital

TD : 160/80 mmHg

RR : 22 x/i

HR : 80 x/i

(20)

c. Sistem pernapasan

Ny A tidak ada mengeluh sesak nafas, ventilasi baik, RR : 22 x/i, dan bentuk dada

normal.

d. Sistem kardiovaskuler

Ny A tidak ada merasakan nyeri dada, dan HR : 80 x/i

e. Sistem gastrointestinal

Ny A memiliki riwayat penyakit maag dahulu tetapi sekarang tidak ada lagi

f. Sistem genitourinary

Ny A telah menopause

g. Sistem muskuloskletal

Gerakan ROM tangan dan kaki baik, kekuatan otot baik. Tetapi terkadang jika

bangun pada pagi hari kaki Ny A terasa kebas, berat dan tak dapat digerakkan.

h. Sistem neurologi

Ny A dapat membedakan bau, penglihatan Ny A berkurang karena faktor usia dan

tidak memakai kacamata lagi, terdapat edema pada sudut kelopak mata sebelah kiri,

pupil dapat bereaksi terhadap cahaya, pergerakan bola mata baik, Ny A dapat

merasakan rasa nyeri, rabaan, panas dingin dan getaran, Ny A dapat menggerakan

mulut dengan baik, otot wajah dapat dapat menunjukkan ekspresi, indra pengecapan

sudah agak menurun, pendengaran baik, dapat menelan dengan baik, dan dapat

berbicara dengan baik dan jelas.

IX. Pemeriksaan penunjang

Saat sakit, Ny A berobat ke klinik dokter maupun klinik bidan.

X. Riwayat terapi

(21)

2. Analisa data

No Data Etiologi Masalah

1. DS:

•Klien mengatakan nafsu makan kecil dan bagi dua

dengan cucu •Ketidakmampuan

Ny A. mengunyah

makanan karena gigi

bagian depannya

tidak ada lagi

Usia lanjut

Penurunan fungsi tubuh

Kekuatan otot menurun dan

sekresi air liur menurun

Kekuatan mengunyah

menurun

Hilangnya nafsu makan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

2. DS:

•Klien mengatakan tidak teratur tidur •Klien mengatakan

tidur jam 22.00,

bangun jam 01.00

untuk BAK dan

termenung sejenak

lalu tidur lagi dan

terbangun lagi jam

05.00 setelah itu

Usia lanjut

Insomnia

Gangguan pola tidur

(22)

tidak bisa tidur lagi

DO:

• Mata berkantung • Menguap saat siang

hari • Lemas 3. DS:

•Klien mengatakan BAK sering tapi

sedikit

•Frekuensi 10x/hari dengan volume ± 5

cc tiap BAK

DO:

•Sering minum

•Sering ke kamar mandi

Usia lanjut

Penurunan luaran urin

Retensi

Gangguan eliminasi

Gangguan eliminasi :

retensi urin

3. Rumusan masalah

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan hilangnya

nafsu makan ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, penurunan kekuatan

mengunyah, klien mengatakan tidak nafsu makan dan makan 2 x sehari dengan porsi

kecil.

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia ditandai dengan lemas, mata

berkantung, menguap pada siang hari dan klien mengatakan tidak teratur tidur.

c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan haluan urin ditandai dengan

(23)

Diagnosa Keperawatan Prioritas:

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan hilangnya

makan ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, penurunan kekuatan mengunyah, klien

mengatakan tidak nafsu makan dan makan 2 x sehari dengan porsi kecil.

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari/tanggal No.

DX Perencanaan Keperawatan

Selasa/

18 Juni 2013

I Tujuan dan Kriteria Hasil:

1.Klien akan mempertahankan massa tubuh dan berat badan

dalam batas normal

2.Klien dapat menjelaskan komponen diet bergizi adekuat

3.Klien dapat mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet

4.Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan

5.Klien dapat melaporkan tingkat energi yang kuat

Rencana Tindakan Rasional

1.Kaji kemampuan kognitif dan

fungsional yang dapat

menggangu kemampuan klien

untuk mempersiapkan

makanan dan memakan

makanan (misalnya:

kemampuan mencapai rak

makanan)

2.Kaji apakah klien dapat

membeli makanan yang cukup

3.Kaji apakah depresi menjadi

penyebab kehilangan selera

makan

4.Kaji pasien terhadap kurang

protein dan energi, yang umum

1. Untuk mengetahui

tingkat kemampuan

klien dalam

mempersiapkan

makanan

2. Untuk mengetahui

kemampuan klien

membeli makanan yang

bergizi

3. Depresi dapat

menghilangkan rasa

nafsu makan menurun

4. Mengetahui asupan

(24)

terjadi pada lansia seimbang

Hari/tanggal No.

DX Perencanaan Keperawatan

Rabu/

19 Juni 2013

II Tujuan dan Kriteria Hasil:

1. Meningkatkan tingkat kenyamanan tidur

2. Meningkatkan kualitas hidup

3. Meningkatkan pola tidur klien

Rencana Tindakan Rasional

1.Pantau pola tidur klien dan

catat hubungan faktor fisik

maupun faktor psikologis yang

dapat mengganggu pola tidur

klien

2.Jelaskan pada klien tentang

pentingnya tidur yang adekuat

3.Hindari suara keras dan

penggunaan lampu saat tidur

malam

4.Ajarkan klien untuk

menghindari makanan dan

minuman pada jam tidur yang

dapat mengganggu tidur

5.Berikan tidur siang, jika

diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan tidur

1. Untuk mengetahui

faktor-faktor yang

mengganggu pola tidur

klien

2. Memberikan informasi

kepada klien tentang

pentingnya tidur

3. Suara keras dan

hidupnya lampu pada

saat tidur dapat

mengganggu tingkat

kenyamanan tidur klien

4. Makan dan minum

sebelum tidur dapat

menghambat klien untuk

cepat tidur

5. Tidur siang dapat

mengganti jadwal tidur

(25)

Hari/tanggal No.

DX Perencanaan Keperawatan

Kamis/

20 Juni 2013

III Tujuan dan Kriteria Hasil:

1. Menunjukkan evaluasi kandung kemih

2. Bebas dari infeksi saluran kemih

3. Melaporkan penurunan spasme kandung kemih

4. Mempunyai keseimbangan asupan dan haluan dalam 24 jam

Rencana Tindakan Rasional

1.Lakukan program pelatihan

evaluasi kandung kemih

2.Bagi cairan dalam sehari

dalam menjamin asupan yang

adekuat tanpa adanya distensi

kandung kemih yang

berlebihan

3.Berikan cukup waktu untuk

mengosongkan kandung kemih

( 10 menit)

1. Latihan ini guna

menahan urin dalam

kandung kemih

2. Mengkonsumsi cairan

sesuai dengan kebutuhan

3. Melatih untuk

mengosongkan kandung

kemih untuk berlatih

menahan BAK dengan

baik

5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/tanggal No

DX Implementasi Evaluasi

Selasa/

18 Juni 2013

I 1. Menanyakan kepada klien

apakah ada kendala klien dalam

mempersiapkan makanan

maupun memakan makanan

2. Menanyakan kepada klien

apakah klien dapat membeli

makanan yang cukup

S : Klien mengatakan

nafsu makannya agak

membaik, kendala dalam

mempersiapkan makanan

maupun memakan makanan

yaitu karena klien sendiri

(26)

3. Mengkaji apakah depresi

menjadi penyebab kehilangan

selera makan

4. Memberikan informasi tentang

bahan makanan lansia yang

dapat memenuhi kebutuhan

nutrisinya dan tanpa

kontraindikasi pada penyakit

klien

sibuk kerja sehingga

menurunkan minat makan.

O : Klien tampak segar dan agak membaik

TD : 160/80 mmHg

RR : 22x/i

HR : 80x/i

Temp : 36,50 C

Makan 3 x sehari dalam

porsi kecil

A : Klien akan meningkatkan nafsu

makannya dan makan teratur

P : Intervensi dilanjutkan yaitu dengan mengkonsumsi

makanan yang bergizi

Hari/tanggal No

(27)

Rabu/

19 Juni 2013

II 1.Memantau pola tidur klien dan

catat hubungan faktor fisik

maupun faktor psikologis yang

dapat mengganggu pola tidur

klien

2.Menjelaskan pada klien tentang

pentingnya tidur yang adekuat

3.Hindari suara keras dan

penggunaan lampu saat tidur

malam

4.Mengajarkan klien untuk

menghindari makanan dan

minuman pada jam tidur yang

dapat mengganggu tidur

5.Memberikan tidur siang, jika

diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan tidur

S : Klien mengatakan

Pola tidurnya kurang teratur

dan sering terbangun tengah

malam.

O : Mata berkunang, menguap siang hari dan

lemas

A : Klien akan

meningkatkan pola tidur

P : Intervensi dilanjutkan yaitu tidur teratur

Hari/tanggal No

DX Implementasi Evaluasi

Kamis/

20 Juni 2013

III 1.Melakukan program pelatihan

evaluasi kandung kemih

2. Membagi cairan dalam sehari

dalam menjamin asupan yang

adekuat tanpa adanya distensi

kandung kemih yang

berlebihan

3.Memberikan cukup waktu

untuk mengosongkan kandung

kemih ( 10 menit)

S : Klien mengatakan

BAK dengan frekuensi

10x/hari dengan volume ± 5

cc tiap BAK

(28)

A : Klien akan melakukan latihan pengosongan

kandung kemih

P : Intervensi dilanjutkan yaitu dengan mengontrol

Referensi

Dokumen terkait

IL-10 were produced by group housed subjects. The data demonstrate that social housing condition affects immune responses. While not unidirectional, these effects generally

Menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Perseroan sejak September 2007 dan ditunjuk kembali untuk jabatan yang sama dengan masa jabatan hingga tahun 2016 oleh RUPST tahun 2013

consisting of three adjoining traditional cages 90 = 45 = 90 cm. All cages were supplied with nest boxes. At 5 months of age, the siblings were removed leaving the females

Beliau juga memegang berbagai posisi senior di Grup Jaya Konstruksi dan Grup Jaya, menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Jaya Konstruksi, tahun 2007 hingga tahun 2011, menjabat

) Corresponding author.. cant differences at any time point between the standard dose and the placebo groups in the sign vocalization. The low-dose clomipramine group produced

Luhmann (2009) carried out an investigation on the theoretical precision of the measurement of position and orientation of an object in 3D space with respect to a reference

Kata Pengantar ... Pengertian Lukisan dan Gaya Lukisan ... Tema Seni Rupa Murni ... Alat dan Bahan Berkarya Seni Lukis ... Jenis lukisan berdasarkan teknik dan bahan yang

Our approach is to parameterize each landmark in inverse depth polar coordinates w.r.t. the coordinate system of the camera at the time of its first observation. Therefore, the