• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Tahun Pelajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Tahun Pelajaran 2014/2015."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Berpijak pada firman Allah SWT yang berbunyi:



























































Artinya: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi ”. Mereka berkata:” mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di muka bumi itu orang-orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau”.Tuhan berfirman:”sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ”1

Sejalan dengan ayat di atas, posisi manusia yang menjabat sebagai kholifah Allah di muka bumi ini, diharapkan mampu menjadi manejer yang baik dalam mengelola bumi. Oleh karena itu, pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia. Optimalisasi proses pendidikan akan mampu mencetak manusia yang selaras dengan tujuan pendidikan yang berbunyi:

“ Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

1Al-Quran, 2:30.

(2)

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Sedangkan perspektif Islam, tujuan pendidikan berbanding lurus dengan hakikat penciptaan manusia, sebagaiman firman Allah SWT:















Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”3

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di atas, tidaklah mutlak hanya dilimpahkan pada lingkungan keluarga, meski lingkungan keluarga merupakan wadah pendidikan utama. Atau bahkan, hanya diserahkan pada lingkungan masyarakat. Namun lebih jauh bahwa lingkungan sekolah memiliki andil yang sangat berperan. Dan bagaimana sekolah mampu menghadirkan tenaga pengajar yang profesional dan ahli di bidang kependidikan.

Pendidikan adalah “suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi secara dekat dalam kehidupan masyarakat”

4Jika guru memahami perannya dan difungsikan secara baik, maka lembaga pendidikan akan dapat menghasilkan manusia akademis yang siap menjadi

2UU RI, Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakkarta : Laksana 2012 ), 15

3Al-Quran, 51:56

4Oemar Hamalik, Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), 79

(3)

kader-kader bangsa yang berkarakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Sekolah merupakan pendidikan lanjutan setelah pendidikan keluarga dan guru sebagai pendidik kedua setelah orang tua. Guru sebagai pendidik di sekolah tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan tetapi lebih dari itu, seorang guru juga bertugas sebagai motivator dituntut untuk mampu meningkatkan kedisiplinan dalam diri siswa.

Kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dikembangkan kepada peserta didik di sekolah. Karena dengan kedisiplinan maka proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dapat berjalan lancar dan tertib serta tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Dengan pembiasaan kedisiplinan di sekolah bukan mustahil dapat menjadikan anak kita menjadi generasi yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kedisiplinan yang akhirnya akan membekas dan menghasilkan disiplin diri.

Akan tetapi fungsi guru sebagai pembentuk nilai dan norma dalam diri peserta didik sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Indikasi adanya tantangan tersebut dapat dilihat dengan munculnya kenakalan peserta didik atau pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik terhadap aturan dan tata tertib sekolah, seperti banyaknya siswa tidak mengerjakan tugas, merokok, membuang sampah sembarangan, datang terlambat, usil, mengoda lawan jenis, parkir tidak pada tempatnya, dan kurangnya kepedulian terhadap diri sendiri. Yang merupakan salah satu unsur penghambat terhadap

(4)

keberhasilan belajar peserta didik khususnya dalam pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya.

Dan agar pelaksanaan disiplin siswa di sekolah bisa maksimal, guru harus bisa memberikan motivasi baik dengan memberikan bimbingan, contoh tauladan, pengawasan, maupun memberikan hukuman bahkan ganjaran.

Tetapi lebih dari usaha-usaha tersebut, pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peran seorang guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebatas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kepada peserta didik namun seorang guru dituntut untuk mentransfer nilai-nilai yang bersifat kedisiplinan yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari misalnya sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, taat dan patuh pada tatanan yang ada serta berbakti kepada orang tua.

Dengan berdasar uraian di atas peran seorang guru untuk membentuk kedisiplinan siswa sangat penting, sehingga sangat menarik dikaji lebih mendalam lagi dan diteliti secara spesifik dengan mengangkat judul

“ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Tahun Pelajaran 2014/2015”.

(5)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan dengan latar belakang tersebut masalah dalam penilitian kulitatif disebut dengan istilah fokus penelitian.5 Adapun fokus penelitian, peneliti merumuskan sebagai berikut : Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.?

1. Fokus Penelitian

a. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pengajar Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

b. Bagaimana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembimbing Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

5STAIN, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Stain Jember: Press 2013 ),72 .

(6)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pengajar Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

b. Untuk mendeskripsikan Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembimbing Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Jember Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi ilmu dan wawasan baru tentang peran guru PAI Dalam Membentuk kedisiplinan siswa di Sekolah

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti menembah wawasan dan pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah, baik secara teori maupun praktek khususnya bagi peneliti

b. Bagi SMP Negeri 2 Jenggawah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan sejauh mana peran guru pendidikan Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa

c. Bagi masyarakat dan orang tua dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan landasan berpijak bagi pengembangan pendidikan

(7)

dalam upaya pembentukan kedesiplinan siswa dirumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah adalah penegasan judul dan menjelaskan istilah agar tidak terjadi kesalah pahaman yang menimbulkan penafsiran yang berbeda. Adapun istilah yang dimaksud dengan Peranan Guru pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Islam

Secara historis guru mengandung makna pelayanan yang luhur yang berfungsi melayani subjek didik dan didalamnya terkandung noblest vocation ( jabatan yang mulia).6

Guru Pendidikan Agama Islam adalah seorang yang diangkat menjadi pendidik profesional dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat menyampaikan, menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam sehingga siswa diharapkan dapat menerima, mempelajari, menghayati, dan mengamalkan terhadap nilai-nilai agama Islam yang telah diajarkan.

2. Kedisiplin Siswa

Disiplin adalah ketaatan atau perilaku yang sesuai ( behavior in accordance with rules of conduct )7

6Piet A Sahartian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Education, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1992 ) , Cet. II, 16.

7Cipto Ginting , Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, ( Jakarta: Grasindo, 2003), 120.

(8)

Pengertian disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.8

Dari penjelasan-penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk Kedisiplinan Siswa adalah profesi yang mempunyai fungsi dan kedudukan guru dalam rangka mengajar membina, membimbing dan mengarahkan peserta didik agar senatiasa memahami dan menghayati ajaran Islam sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam menuju insan kamil dengan menmbentuk kedisiplinan siswa dalam menjalankan kepatuhan dan ketaatan ibadah menuju kebahagian dunia akhirat.

F. Sistematik Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara isi proposal ini yang bertujuan untuk, mengerti secara global dari seluruh pembahasan yang ada. Untuk lebih mudahnya maka di bawah ini akan di- kemukakan gambaran umum secara singkat dari pembahasan ini.

Bab satu : Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi istilah dan, sistematika pembahasan.

Bab dua : Kajian Kepustakaan. Bab ini berisi tentang penelitian kajian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang di lakukan

8Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta: Rineka Cipta, t.t), 115.

(9)

sekarang. Sajian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan secara teoritik terhadap masalah yang disajikan.

Bab tiga : Metode Penelitian, Dalam bab ini dikemukakan tentang pendekkatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, keabsahan data, dan tahap-tahap peneltian.

Bab empat : Penyajian dan Analisis data. Tersusun dari gambaran obyek penelitian, penyajian dan analisi data, serta pembahsan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan.

Bab lima : Penutup, Bab akhir dari penulisan ini akan mendeskripsikan mengenai kesimpulan dan saran-saran, dari sekripsi ini, kesimpulan ini berisi tentang berbagai temuan hasil analisa dari bab-bab sebelumnya.

Sedangkan saran-saran merupakan tindak lanjut dan bersifat konstruktif.

Selanjutnya sekripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran sebagai pendukung di dalam pemenuhan kelengkapan data sekripsi.

(10)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Dalam kaitannya dengan upaya penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha menelusuri pembahasan-pembahasan yang terkait dengan objek masalah yang penulis kemukakan berkaitan dengan peran guru dan disiplin belajar. Sepanjang telaah yang penulis lakukan, memang telah ada pembahasan suatu masalah yang berkaitan dengan peran guru dalam pembentukan disiplin belajar Pendidikan Agama Islam, namun dalam pembahasan tersebut mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan penulis ajukan.

Adapun pembahasan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini antara lain:

1. Noor Khasanah fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, penelitian skripsi yang berjudul Peran Guru Agama Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Di SMP 4 Singocandi Kota Kudus Tahun 2006. Yang menyebutkan bahwa peran guru agama dalam meningkatkan motivasi belajar PAI di SMP 4 Singocandi Kudus itu angka dalam bentuk kompetensi dan hadiah, memberi angka atau penilaian, partisipasi aktif siswa, dan memberikan perhatian.

2. Abdurrozak, fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, penelitian skripsi yang berjudul Persepsi Siswa Tentang Peran Guru dalam Pembelajaran Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas 1

(11)

MA Yaspia Ngoto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2005.

Menurut Abdurrozak persepsi siswa tentang peran guru dalam pembelajaran dan hasil belajar di sekolah tersebut dalam ranah afektif, psikomotor yang terwakili oleh 14 anggota sampel menunjukkan hasil yang signifikan, kecuali pada ranah kognitif.

Sehingga peran guru itu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah disiplin dalam belajar. Dan dalam menjalankan disiplin belajar tentunya guru sangat berperan dalam pembentukan disiplin belajar siswa. Sehingga penelitian yang diteliti saudara Abdurrozak ada kaitannya dengan penelitian yang penulis teliti.

3. Mohamad Malik, judul “ Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Kebribadian Siswa di Sekolah Menengah Pertama Salafiyah Miftahul Huda Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2012/2013 ” Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Kebribadian Siswa di Sekolah Menengah Pertama Salafiyah Miftahul Huda Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sangat penting karena dalam pendidikan guru merupakan pemegang peranan utama, setiap hari guru bergaul dengan siswanya untuk memberi santapan jiwa dengan ilmu Pendidikan Agama Islam sedemikian rupa untuk menuju kepada terjadinya suatu peristiwa yang diinginkan yaitu kualitas kepribadian siswa yang meliputi keseluruhan sifat-sifat yang baik dan merupakan watak siswa sebagai

(12)

perseorangan di mana sifat-sifat tersebut mencerminkan suatu pengabdian manusia kepada Tuhan secara penuh sebagai penganut ajaran agama Islam.

Jadi dari penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa judul diatas mempunyai persamaan dan perbedaan dengan peneliti yang pertama persamaannya adalah sama sama meneliti peranan guru agama islam dan perbedaanya terdapat pada penakanan kepbribadian siswa dan motivasi siswa sedangkan peneliti penekanannya pada kedisiplinan siswa.

B. Kejian Teori Tentang Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa

1. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam a. Definisi

Peranan ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri- ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu.1

Guru adalah orang yang pekerjaannya ( Mata pencahariannya, profesinya ) mengajar.2 Sedangkan dalam UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.3

Sedangkan Safruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman berpendapat bahwa “ Seorang guru bukan hanya sekedar pemberi

1Oumar Hamalik, Proses Belajar dan Mengajar,( Jakarta : Bumi Aksara. 2002 ), 33.

2Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka 2002 ), 854.

3UU RI No 14 2005, Tentang guru dan dose, ( Jakarta : Sinar Grafika 2012 ), 3.

(13)

ilmu pengetahuan kepada muridnya akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi”.4

Yang dimaksud guru PAI adalah seorang yang diangkat menjadi pendidik profesional dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat menyampaikan, menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam sehingga siswa diharapkan dapat menerima, menghayati, dan mengamalkan terhadap nilai-nilai agama Islam yang telah diajarkan.

b. Kedudukan dan Syarat Guru 1. Kedudukan guru

Guru merupakan panutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat. Yakni didepan member suri tauladan, ditengah-tengah membangun, dan dibelakang memberikan dorongan serta motivasi. Ing ngarso

4Syafruddin Nurdin dan M Basyiruddin usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, ( Jakarta: Ciputat Press cet 111, 2003 ), 8.

(14)

sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wurihandayani.5 Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dalam kehidupan masyarakat. Kewibawaannya yang menyebabkan guru dihormati. Sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

Ajaran Islam pun memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul.6 Hal ini disebabkan karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.

Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi apabila orang tersebut mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Sebagai mana menurut Imam Al Ghozali bahwa barang siapa mengetahui, mengamalkan, dan mengajarkan maka orang itu seperti matahari Yang menerangi kepada selainnya dan ia menerangi pada dirinya.

Dan seperti minyak kasturi yang mengharumi lainnya sedangkan

5Moh Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, Cet.IX 1998 ),8.

6Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, Cet.1998 ), 76.

(15)

ia sendiri harum.7

Sedangkan orang yang mengetahui, akan tetapi tidak mengamalkannya, seperti buku yang memberi faidah kepada yang lainnya padahal ia sendiri kosong dari ilmu. Seperti batu pengasah menajamkan lainnya dan tidak memotong. Dan seperti jarum yang memberikan pakaian kepada lainnya sedangkan ia telanjang. Dan seperti sumbu yang menerangi sedangkan ia terbakar.8

Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, sedangkan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang mengajar adalah guru. Maka pasti Islam memuliakan guru. Karena tidak dapat dibayangkan apabila ada belajar tanpa adanya guru.

2. Syarat Guru

Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah salah satu atribut yang diberikan masyarakat selama ini. Karena dengan kemuliaan dan kewibawaannya, guru rela mengabdikan diri meskipun disuatu desa terpencil. Bahkan dengan segala kekurangan yang ada, guru berusaha membimbing dan membina anak didik supaya menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsanya.

7Imam Al Ghozali, Ihya Ulumiddin Alih Bahasa Moh Zuhri , ( Semarang: CV Asy Syifa’, t.t), 170.8

Ibid hlm, 170.

(16)

Sehingga pekerjaan sebagai guru lebih-lebih guru agama merupakan pekerjaan yang luhur dan mulia baik dipandang dari sudut masyarakat, negara, maupun agama. Karena guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru maka untuk dapat melaksanakan tugas dan melakukan peranannya, guru memerlukan syarat- syarat tertentu. Syarat diartikan sebagai sifat guru yang pokok yang dapat dibuktikan secara empiris tatkala menerima tenaga guru.9

Dalam Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki guru adalah:

1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian 3. Kompetensi sosial

4. Kompetensi profesional10

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

9Ahmad tafsir,op.cit, hlm. 82

10UU RI Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen, ( Bandung: Citra Umbara, 2005 ), 9.

(17)

berbagai potensi yang dimilikinya.11

Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa, sehingga pekerjaan ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat terjadi begitu saja tanpa adanya persiapan rencana pengajaran sebelumnya.

Kompetensi kepribadian adalah ciri hakiki dari kepribadian guru untuk menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.12

Kepribadian guru merupakan faktor terpenting dalam proses belajar pembelajaran. Sebagaimana H. Mustaqim mengungkapkan:

“Kompetensi kepribadian penting bagi guru, kepribadian itu yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atu a penghancur bagi hari esok anak didiknya terutama bagi siswa yang sangat masih muda dan mereka yang sedang mengalami masa goncang, remaja sebab mereka belum mampu melihat dan memilih nilai, mereka baru mampu melihat pendukung nilai. Saat-saat seperti ini proses imitasi dan identifikasi sedang berjalan.”13

Sehingga guru Pendidikan Agama Islam seyogyanya mempunyai kepribadian yang harmonis atau keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan yang nyata dan dapat dijadikan teladan bagi

11Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan, ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 ), 85.

12Deedi Supriyadi, Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, ( Yogyakarta: Adi Cita karya Nusa, CetII 1999),. 98.

13Mustaqim, Psikologi Pendidikan, ( Semarang: Pustaka Pelajar 2001 ), 93.

(18)

siswa didiknya.

Kompetensi Sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat, ia bekerja baiksecara formal maupun non formal.14

Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki ketrampilan, membina kelompok kerja, serta mampu kerjasama dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan kepentingan pengajaran sehingga tujuan pendidikan dapat terealisasi dengan baik.

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan subtansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi ke ilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.15

Dengan demikian Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas hanya pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus dapat membentuk kompetensi Kedisiplinan dan pribadi siswa. Oleh karena itu guru harus senantiasa mengawasi perilaku siswa terutama pada jam-jam sekolah, supaya tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Terkait dengan hal di atas, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam terbagi menjadi dua yakni sebagai Pengajar dan pembimbing.

14Piet A Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education, ( Jakarta: Rineka Cipta, CetII, 1992 ), 16.

15Muhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Misaka Galiza 2003 ), 79.

(19)

a. Sebagai Pengajar

Tugas guru sebagai pengajar merupakan tugas yang lebih sulit untuk dapat dideskripsikan dan diteorikan mengingat bahwa dalam menjalankan tugasnya, di satu pihak guru harus menerima anak sebagai mana adanya serta mampu menyelami pikiran, kemampuan, kemauan, dan perasaan anak.

Menurut Djamarah mengajar adalah suatu usaha yang di sengaja untuk membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif-kreatif, dan mandiri.16

Dengan pengajaran dan menanamkan nilai-nilai yang

terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh- contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, di- harapkan anak didik dapat menghayati dan kemudian menjadikan miliknya, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental.17

Peran guru sebagai pengajar dapat dijelaskan lebih jauh lagi sebagai berikut:

1) Perencana pengajaran

Sebagai perencana pengajaran, seorang guru di- harapkan mampu untuk mrencanakan kegiatan belajar mengajar ecara efektif.

Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang

16Syaiful Bahri, Djamarah, 2002, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka 2002), 74.

17Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001), 136

(20)

prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar.18

Menurut Suryo Subroto perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya.19

2) Pengarah

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.20

3) Pengawas

Menurut Purwanto “guru sebagai pengawas hendaklah konsekuen, apa yang di larang hendaknya selalu di jaga jangan sampai di langgar dan apa yang telah di perintahkan jangan sampai diingkari”.21

Pengawasan ini perlu sekali untuk menjaga bila mana ada bahaya-bahaya yang dapat menugikan perkembangan anak baik jasmani maupun rohani.

Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya, anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari, dan

18Ahmadi, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka Cipta 2004 ), 106.

19Subroto, Suryo, Proses Belajar Mengajar di sekolah, ( Jakarta : Rineka Cipta 2002 ), 28.

20Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001),

21143.

Purwanto, (1997:179).

(21)

mana yang boleh dan harus di laksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak.

Anak yang di biarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, akan menjadi manusia yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah tujuan hidup yang sebenarnya.

4) Motivator

Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat menjadi sumber motivasi belajar siswa. Hal ini penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.

Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

Jika peran guru sebagai motivator dapat dilaksanakan secara baik maka siswa akan dapat tertarik dan menyenagi materi yang akan di ajarkan dan kerasan dalam suasana kegiatan belajar yang diciptakan dalam kelas . Belajar tanpa disertai motivasi tidak akan pernah mendapatkan hasil yang optimal.

Ada 4 hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi yaitu:

1) Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

(22)

2) Menjelaskan secara konkret kepada siswa apa yang dapat di lakukan pada akhir pengajaran.

3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang di capai sehingga dapat merangsang untuk mencapai perstasi yang lebih baik di kemudian hari.

4) Membentuk Kebiasaan belajar yang baik.22

b. Sebagai Pembimbing

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan penagarahan diri yang di butuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat.23

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya”.24Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

Kekurang maupun anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa ketergantungan

22Ahmadi, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka Cipta 2004 ), 106.

23Oemar, Hamalik, Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta : Bumi Aksara 2002), 33.

24Nana, Sudjana, Dasar-Dasar proses Belajar Mengajar ( Bandung :Sinar Baru Algesindo 2000 ), 15.

(23)

anak didik semakin berkurang. Jadi bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat di perlukan saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).25

1) Membina Hubungan dengan Peserta Didik

Hubungan guru dengan anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.

Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang di berikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang di pergunakan, namun jika hubungan guru – siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu keluaran yang tidak di inginkan.26

Karena proses pembelajaran adalah proses transaksional maka membina hubungan dengan peserta didik mutlak di perlukan.

Upaya ini dapat di lakukan dengan cara selalu bersikap terbuka dalam sistem pembelajaran yang di gunakan, menanggapi setiap pertanyaan dengan bijak, menunjukkan sikap kepemimpinan yang mantap serta berusaha untuk selalu melibatkan anak dalam proses belajar mengajar.

2) Membantu Mengatasi Kesulitan Murid dalam Belajar

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga

25Syaful Bahri, Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta 2000), 46.

26Sardiman, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001), 145.

(24)

sebagai penyebabnya. Karena itu., mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan efisien.

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu di- tempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik dapat di lakukan melalui 6 tahap yaitu pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatmant, dan evaluasi.27

a) Pengumpulan data

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu di adakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah.Tehnik interview ataupun dokumentasi dapat di pakai untuk mengumpulkan data. Baik tehnik observasi dan interview maupun dokumentasi, ketiganya saling melengkapi dalam rangka keakuratan data.

b) Pengolahan data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak di olah secara cermat. Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat di ketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum di analisis seksama. Langkah-langkah dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:

(1) Identifikasi kasus.

(2) Membandingkan antar kasus.

(3) Membandingkan dengan hasil tes.

(4) Menarik kesimpulan.

c) Diagnosis

Adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu.

d) Prognosis

Keputusan yang diambil hasildiagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosisdi lakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai

27Syaful Bahri, Djamarah, Pesikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta 2002 ), 216

(25)

bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.

e) Treatment

Adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis.

f) Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.28

3) Mengevaluasi Keberhasilan

Seorang guru sebagai evaluator dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh pada aspek kepribadian anak didik yakni aspek nilai (values).

Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan, dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks terutama yang menyangkut prilaku dan values yang ada pada masing-masing mata pelajaran.

Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih di utamakan dari pada penilaian terhadap jawaban anak didik ketika

28Syaful Bahri, Djamarah, Pesikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta 2002), 216-220.

(26)

diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik belum tentu memilki kepribadian yang baik.

Jadi penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kedisiplinan anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap.29

Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feed back) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

2. Kedisiplinan Siswa a. definisi

Kata disiplin secara etimologis yang dalam bahasa Inggris discipline, berasal dari akar bahasa Latin yang sama (discipulus) dengan kata disciple dan mempunyai makna yang sama yaitu mengajari atau mengikuti pemimpin yang dihormati.30 Istilah bahasaInggris lainnya adalah disciple yang mempunyai makna seorang yang belajar secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.31

Sedangkan secara terminologis banyak pakar yang mendefinisikan disiplin sebagai berikut:

a. Laura M Ramirez, disiplin didefinisikan sebagai praktik melatih orang untuk mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk

29Syaful Bahri, Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta 2000), 48.

30Jane Elizabeth Allend, Disiplin Positif, ( Jakarta : Anak Prestasi Pustaka, 2005 ), 24.

31Meitasari, Perkembangan Anak terj Child Development Sixth Edition, ( Jakarta: Erlangga, 2004), 82.

(27)

memperbaiki ketidakpatuhan.32

b. Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.33

c. Tarmizi Taher mengemukakan disiplin adalah suatu sikap manusia yang bersedia mentaatidan mematuhi peraturan dan tata tertib,sekaligusdapat mengendalikandiri dan mengawasi tingkah laku sendiri, serta sadar akan tanggung jawab dan kewajiban.34

d. Suharsimi Arikunto mengemukakan pengertian disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.35

Dari berbagai definisi menurut para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi, dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai, serta kaidah yang berlaku dalam kedisiplinan siswa antara lain:

1. Kedisiplinan Belajar Siswa

Pada dasarnya Allah SWT dalam menciptakan alam semesta ini disusun atas dasar keteraturan dan kecermatan. Salah

32Laura M Ramirez, Mengasuh Anak Dengan Visi, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2004 ),

33121.

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PTAsdi Mahasatya,2002 ),12.

34Tarmizi Taher, Menjadi Muslim Moderat, ( Jakarta:hikmah,2004 ), Cet.I,.118.

35Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta: RinekaCipta, t.t), Cet.2,115.

(28)

satu bukti bahwa Allah menciptakan alam ini secara teratur dan cermat adalah selama ini kita dapat merasakan adanya siang dan malam yang datang silih berganti sesuai dengan waktunya.

Kita dapat membayangkannya apabila sehari saja matahari terbit selama dua puluh empat jam atau dalam kehidupan ini Allah tidak menciptakan matahari, tentu akan terjadi bencana karena matahari tidak lagi beredar pada garis edarnya. Begitu juga perilaku atau sikap seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan harus sesuai dengan norma hukum atau peraturan yang berlaku.

Tujuannya adalah agar proses pekerjaan yang dilaksanakan baik secara individu maupun kelompok berjalan sesuai yang diharapkan, tidak menyebabkan dampak negative atau terganggunya pihak lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah .

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya ) dan dia sebarkan dibumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh ( terdapat ) tanda-tanda ( keesaan dan kebesaran Allah )”.36

Disiplin tidak hanya dilakukan pada saat mengerjakan sholat saja, namun dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan sehari- hari kita juga dituntut untuk disiplin, termasuk disiplin dalam belajar. Karena dengan adanya disiplin dalam belajar akan memudahkan kelancaran belajar. Dengan adanya disiplin dalam

36Departemen Agama RI, op.cit,31

(29)

belajar maka rasa segan, rasa malas, rasa menentang dapat dengan mudah diatasi, seolah- olah tidak ada rintangan maupun hambatan lainnya yang menghalangi kelancaran bertindak. Inti dari disiplin belajar adalah untuk mengajari seseorang yang mengikuti ajaran dari seorang pemimpin supaya patuh dan taat dalam kegiatan belajar mengajar.

Tujuan jangka pendek dari disiplin belajar adalah untuk membuat siswa terlatih dan terkontrol dalam belajar.

Sedangkan tujuan jangka panjang disiplin belajar adalah perkembangan dari pengendalian diri dan pengarahan diri sendiri ( self-control and self-direction ) yaitu dalam hal mana siswa dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar.37

Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan pedoman norma-norma yang jelas dan aturan- aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri. Oleh karena itu guru harus lah secara kontinyu atau terus menerus untuk memainkan peranannya dalam pembentukan disiplin belajar siswa

Guru yang bijak akan selalu menampakkan suatu disiplin dalam semua hal terhadap kegiatan siswanya, baik yang mengenai kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan formal yaitu

37Charles Schaefar, Bagaimana Mendidik Anak dan Mendisiplinkan Anak, ( Medan: IKIP Press,1997), 9.

(30)

disiplin dalam belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas yang berkaitan dengan sekolah maupun disiplin yang berkaitan dengan di rumah.

Disiplin sekolah atau lebih khusus disiplin belajar meliputi:

a. Kedisiplinan belajar siswa terhadap tata tertib sekolah maksudnya bagaimana siswa mematuhi dan mentaati tata tertib sekolah.

b. Kedisiplinan siswa dalam memperhatikan pelajaran, maksunya siswa dalam proses belajar mengajar apakah selalu memperhatikan pelajaran yang diajarkan atau tidak.

c. Kedisiplinan waktu belajar siswa maksudnya ketaatan dalam menggunakan waktu belajar.

d. Kedisiplinan belajar siswa dalam mengerjakan tugas maksudnya bagaimana sikap dan tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas.38

Langkah-langkah kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar harus dilakukan dengan konsekuen dan penuh disiplin serta luwes dalam penyesuaiannya. Usaha guru dalam pembentukan disiplin belajar antara lain:

1. Mengawasi belajar secara ketat

2. Memantau belajar secara terus menerus

3. Mengembalikan tugas-tugas belajar tepat pada waktunya

38Charles Schaefar, Bagaimana Mendidik Anak dan Mendisiplinkan Anak, ( Medan: IKIP Press,1997),12.

(31)

4. Memberi ganjaran kepada siwa yang berprestasi tinggi 5. Memberi hukuman kepada siswa yang salah

6. Menyelenggrakan rapat guru untuk membahas kedisiplinan 7. Menampilkan keteladanan.39

2. Kedisiplinan Ibadah Sholat Siswa

Menurut Ash Shiddieqy40 salat dalam pengartian bahasa ialah “do’a memohon kebajikan dan pujian”. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56:





























Artinya: “ Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ”.41

Menurut ar-Rahbawi42 salat menurut istilah adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut Zuhdi43 salat mengandung arti suatu ibadah yang mengandung beberapa ucapan

39Slameto, Op Cit,17.

40Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra 2001), 39

41Depag RI, Alqur’an dan Terjamahan, (Jakarta: Depag RI 1990), 678

42Abdul Qadir, Ar-Rahbawi, Shalat Empat Madzhab, (Jakarta: PT. Intermasa 1995), 169

43Masjfuk, Zuhdi, Studi Islam, (Jakarta: PT. Rajawali Pers 1992), 13

(32)

dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Dari beberapa pengertian salat maka kami dapat menyimpulkan ibadah salat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai wujud penghambaan ibadah diri yang diwajibkan kepada tiap orang, baik laki-laki maupun perempuan berupa perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syara-syarat dan rukun-rukun tertentu, didalamnya kita memohon kebaikan, mensucikan-Nya, dan bermunajat kepada-Nya.

Dari pengertian tersebut, nyatalah bahwa kedisiplinan ibadah salat mengandung makna peraturan yang harus ditaati waktu mendirikan salat yang ditetapkan. Adapun disiplin salat tersebut meliputi:

a. Istiqamah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia44 istiqamah yaitu sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.Jadi yang dimaksud dengan istiqamah didalam salat yaitu selalu melaksanakan, membiasakan, dan tidak pernah meninggalkan salat.

Kebiasaan,pelaksanaan ini dilakukan dengan baik dan teratur, sebagaimana diterangkan oleh As Shiddieqy45 Pangkal pokok yang pertama dari cara belajar yang baik adalah keteraturan.

44Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT. Balai Pustaka 1998 ), 341

45Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra 2001), 98

(33)

Pengetahuan mengenai cara belajar yang efesien pada umumnya berupa rumus-rumus untuk bekerja secara teratur. Hanya dengan bekerja teratur seseorang akan memperoleh hasil yang baik”.

b. Tepat Waktu

Masing-masing salat fardlu mempunyai batas-batas waktu tertentu, yang harus digunakan untuk mengerjakan atau dengan kata lain setiap salat fardlu harus dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan oleh syara’, Rosulullah SAW. Menerangkan dalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Nasaa-I46“Menunaikan shalat pada waktunya yang ditentukan adalah perbuatan yang paling utama, karena yang demikian itu mengamalkan firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 103:

 …..

















Artinya: “…sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”47

Shalat pada waktunya membiasakan tertib, teratur, menghormati perjanjian, ingat kepada Allah, berdiri dari Haribaan-Nya serta bermunajat atau berdialog dengan Dia lima kali sehari semalam.

Menurut Asy Syekh Muhammad bin Qasim Al – Gazy48 Shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan

46Abdullah, Sonhadji, ,Akhlak Rosulullah SAW, ( Semarang : CV. Wica 1989), 152

47Depag RI, 1990. Alqur’an dan Terjamahan, (Jakarta: Depag RI 1990),138

(34)

ucapan takbir dan di akhiri dengan ucapan salam, hal mana dikerjakan dengan memenuhi syarat – syarat yang telah ditentukan yaitu subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya’. Salat mempunyai beberapa syarat wajib, syarat sah, dan rukun.

3. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membetuk Kedisiplinan Siswa

Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kedisiplinan siswa mempunyai pengertian terciptanya serangkaian tingkah laku berkaitan aktifitas kegiatan sehari hari yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.49Menurut Mulyasa peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain.50

Jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para siswanya sangatlah besar. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kedisiplinan anak guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia ( SDM ) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa. Hal ini sesuai hadis nabi dibawah ini.

Dari Abu Hurairah ketika Nabi Muhammad SAW sedang berbicara dalam majlis muncul seorang Arab Badui dan bertanya

48Asy Syekh Muhammad, Terjemahan fathul qorib, (Surabaya : Al – Hidayah 1991), 112

49Moh Uzer Usman, op.cit,.4

50Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2005 ), 140.

(35)

“ Kapankah datangnya hari kiamat ? Nabi SAW menjawab apabila sesuatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.51

Apabila guru merupakan seseorang yang tidak mempunyai kemampuan dalam mengajar, atau seseorang yang tidak layak untuk menjadi guru maka yang akan hancur adalah siswanya karena tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu guru harus membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin.

Sebagaimana yang telah dikemukakan, perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranannya. Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan guru.52

Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa antara lain: guru sebagai pengajar, guru sebagai pendidik, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai pembaharu (innovator ), guru sebagai pendorong kreativitas, guru sebagai pembangkit pandangan, guru sebagai pekerja rutin, guru sebagai

51Imam Abi Abdillah Muhammad, Shohih Bukhori, ( tt,Darul Fikr),.21.

52Moh Uzer Usman, op.cit, 9

(36)

pemindah kemah, guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai aktor, guru sebagai emansipator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengawet, dan guru sebagai kulminator.53

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas hanya pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi siswa. Oleh karena itu guru harus senantiasa mengawasi perilaku siswa terutama pada jam-jam sekolah, supaya tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Guru harus mampu mengendalikan seluruh perilaku siswa disekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam menggunakan hadiah maupun hukuman terhadap siswa.54

Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing siswa menjadi manusia yang dewasa, susila, yang cakap. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Sehingga guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan ( journey ) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran

53Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Rosdakarya, 2005 ), 37-65

54Ibid, hlm 173

(37)

perjalanan itu.55

Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan.

Sehingga dalam perjalanan ini tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional,kreatifitas, moral, spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan perilaku siswa kearah yang positif dan menunjang pembelajaran.

Setiap perjalanan tentunya mempunyai suatu tujuan, kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Begitu juga guru sebagai pembimbing dalam pembentukan disiplin belajar PAI guru harus dapat merumuskan tujuan yang jelas, menetapkan waktu, menetapkan metode, menggunakan petunjuk dan menilai kelancarannya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.

Dalam Al-Qur’an terdapat firman Allah yang mengandung metode bimbingan dan penyuluhan yaitu QS Yunus ayat 57.





























٥٦

“ Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran ( Al- Qur’an dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam

55Ibid,hlm.40

56Departemen Agama, op cit,hlm. 288

(38)

dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”

Al Qur’an diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat, serta bebas dari segala konflik kejiwaan. Dengan bimbingan dalam pembentukan disiplin belajar diharapkan siswa akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dihadapi.

Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya.57 Kata belajar dalam pengertian kata sifat “mempelajari” berarti memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan mempersepsikan secara langsung dengan indra. Adapun kata sifat “ pengetahuan “ adalah untuk memiliki pemahaman praktis melalui pengalaman dengan suatu hal.58

Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar tidak hanya melibatkan penguasaan suatu kemampuan atau masalah akademik baru, tetapi juga perkembangan emosi, interaksi sosial dan perkembangan kepribadian.

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

57Syaful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (tt.p, Alfabeta, 2006 ),.11.

58Muhaimin, et.al, Paradikma Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002 ), Cet.2, 75.

(39)

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.59 Bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum meliputi lima unsur pokok yaitu Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih, dan tarikh yang berfungsi untuk:

1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama supaya bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.

5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai

59Netty Hartati, ,Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grasindo, 2004 ), 54.

(40)

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.60

Seluruh cabang ilmu agama Islam tersebut sumbernya adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad ( dalil naqli ) disamping itu materi PAI juga diperkaya dengan hasil-hasil istimbath atau ijtihat ( dalil aqli ) para ulama sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetail.

Siswa yang disiplin belajar berarti siswa yang taat atau patuh terhadap peraturan sekolah, peraturan belajar , serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Disiplin merupakan kunci sukses. Sebab dengan disiplin orang menjadi berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat. Memang seseorang yang baru memulai untuk melaksanakan disiplin akan merasakan bahwa disiplin itu pahit, namun apabila sudah diterapkan akan menjadi manis. Disiplin adalah seperangkat alat dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah hidup.61

Dalam mencapai suatu tujuan, timbulnya masalah tentunya hal yang biasa. Akan tetapi dengan menghadapi dan memecahkan masalah, hidup menjadi berarti. Kemajuan dapat diperoleh. Orang yang selalu menghindari masalah tidak akan dapat membuat kemajuan. Hal ini berlaku baik masyarakat umum maupun bagi pelajar.

Seorang pelajar, biasanya mempunyai masalah dalam belajarnya.

60Departemen Agama RI, op cit, 4-5.

61Cipto Ginting, Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, ( Jakarta: Grasindo, 2003 ), 120.

(41)

Salah satunya adalah belajar Pendidikan Agama Islam. Siswa sekarang enggan untuk belajar karena mereka menganggap pelajaran identik dengan hafalan-hafalan yang membosankan. Itulah kesan yang mengapung kepermukaan selama ini. Padahal belajar merupakan nafas kehidupan bagi pelajar. Siklus waktu siang dan malam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak ada istilah waktu kosong dalam kamus kehidupan para pelajar. Karena belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami siswa sendiri.

Karena berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu disekolah maupun dilingkungan keluarganya sendiri. Sehingga sikap kedisiplinan belajar dalam mendidik siswa sangat diperlukan agar siswa dengan mudah:

a) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain.

b) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan.

c) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.

d) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman..

e) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Teknik dalam berdisiplin itu kadang-kadang sulit untuk diterapkan,

(42)

tergantung pada kasusnya. Dalam pelaksanaan disiplin ini dapat diukur apakah siswa sangat disiplin atau lemah. Sikap seseorang sangat menentukan keberhasilannya dalam disiplin. Sikap disiplin akan terwujud apabila ditanamkan disiplin secara serentak disemua lingkungan kehidupan masyarakat termasuk dalam lingkungan pendidikan.62

Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan belajar adalah:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang datang dari siswa sendiri, faktor ini meliputi:

1. Minat

Apabila siswa memiliki daya tarik dalam belajar, maka ia akan senang dalam belajar. Sebaliknya apabila ia tidak ada daya tarik dalam belajar,maka ia akan menjadi segan dalam belajar.63 Setiap siswa sebenarnya dapat mengatur waktu untuk disiplin dalam belajar, akan tetapi persoalannya terletak pada kemauan mereka sendiri.

2. Emosi

Emosi sangat menentukan kedisiplinan belajar.

Karena kadang-kadang ada siswa yang tidak begitu stabil

62Cipto Ginting, op.cit, 123.

63M Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta; Rineka Cipta, 1997 ), 235.

(43)

emosinya, sehingga dapat mengganggu belajarnya. Dalam keadaan emosi yang tidak stabil, tentu belajarnya mengalami hambatan. Siswa semacam ini membutuhkan situasi yang cukup tenang dan penuh perhatian agar belajarnya lancar.

3. Semangat

Semangat dapat memupuk hasrat yang tinggi dalam melakukan suatu perbuatan. Bagi pelajar, semangat untuk disiplin dalam belajar perlu ditumbuhkan, dipupuk, dan dipertahankan. Karena apabila seseorang telah mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, maka otomatis ia akan dapat mengusir atau menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, lesu, bosan, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa itu. Faktor eksternal ini meliputi:

1. Pendidik

Tumbuhnya sikap disiplin dalam belajar, bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi seketika.

Disiplin belajar pada diri siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Kebiasaan disiplin dalam belajar yang ditanamkan oleh pendidik akan terbawa oleh siswa dan sekaligus akan memberikan warna terhadap perilaku

(44)

kedisiplinannya kelak.

2. Sanksi dan hukuman

Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan itu karena takut akan dikenakan sanksi hukuman akibat pelanggaran terhadap peraturan.

Menurut Kartini Kartono, hukuman adalah perbuatan yang secara intensional diberikan sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin diarahkan untuk membuka hati nurani penyadaran sipenderita akan kesalahannya.64

Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaknya:

a. Senantiasa merupakan jawaban atas pelanggaran b. Sedikit banyak selalu bersifat tidak menyenangkan c. Selalu bertujuan kearah perbaikan, tujuannya hendaknya

diberikan untuk kepentingan anak tersebut.65 3. Lingkungan

Dengan bertambahnya lingkungan siswa yang semula hanya lingkungan keluarga dan setelah mereka memasuki sekolah, lalu bertambah dengan lingkungan baru yaitu lingkungan sekolah akan bertambah pula butir-butir kedisiplinan lain. Disekolah pada umumnya peraturan- peraturan yang harus ditaati oleh siswa dituliskan dan

64Kartini kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, ( Bandung: Mandar Maju, 1992 ), 261.

65M Ngalim Purwanto, op.cit, 186.

(45)

diundangkan disertai sanksi dan hukuman bagi setiap pelanggarnya. Pembentukan sikap kedisiplinan yang dibawa dari lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakatpun sangat mempengaruhi kedisiplinan dalam belajar siswa misalnya: mass-media, teman bergaul, adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, dan corak kehidupan tetangga.

(46)

Metode merupakan salah satu komponen penting dalam suatu penelitian. Dengan menggunakan metode yang tepat maka penelitian bisa dilakukan dengan mudah dan lebih terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.1

Dalam penelitian ini yang dilakukan adalah untuk mencari titik temu antara apa yang tertuang dalam bentuk teori dengan realitas peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk kedisiplinan siswa.

Oleh karena itu digunakan suatu pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.

Dalam hal ini diungkapkan oleh Kirk dan Miller yang dikutip oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya2.

1Margono, Metodelogi Penelitian (Jakarta :Rineka Cipta 2003), 36.

2J. Lexy. Moleong,.Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya 2002 ), 2.

(47)

Penelitian ini bertujuan menggambarkan realitas empiris sesuai fenomena secara rinci dan tuntas, serta untuk mengungkapkan gejala secara holistis konstektul melaui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri sebagai instrument kunci.

B. Lokasi Penelitian

Adapuan lokasi dalam penelitian ini, adalah SMP Negeri 2 Jenggawah Kabupaten Jember yang beralamat di Jl. Flamboyant Kertonegoro No 77. Dengan bidang kajian utama peranan guru agama Islam dalam membentuk kedisiplinan siswa.

C. Subyek Penelitian

Adapun subyek yang akan dijadikan sumber penelitian adalah : 1. Kepala SMPN 2 Jenggawah

2. Guru BK 3. Guru PAI

4. Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah 5. Wali siswa

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai macam data yang diperlukan adalah:

a. Observasi

Menurut Hadi bahwa observasi adalah“ pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap fenomena yang diselidiki baik

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Atas kehadiran serta do’a restu Bapak/Saudara kami mengucapkan terima kasih..

“Analisis Balanced Scorecard dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan pada PT BA Bangunan “.. Latar

Ga_.,.ut denqan hal ini jelas. bahrva kineria dosen p.IKR dalam bidang jenelitian sebagaimana terungkap dan hasii penelitian memang cukup merisaukan apabila dikaitkan

Pada penelitian sejenis terdahulu yang mengandung kekerasan dilakukan oleh “Muhammad Ihsan” dengan tujuan untuk mengetahui bentuk kekerasan dan prosentase kekerasan yang

[r]

The complimentary close and the signature are aligned and placed near the center of the letter, two spaces below the last paragraph.. Modifed

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 254/12/L2/POKJA- BLPBJ.MKS/X/2017 tanggal 27 Oktober 2017, Pokja VIII Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat

Baik kelompok minoritas dan mayoritas haruslah sama-sama memiliki bangunan kesadaran bahwa model kerukunan yang telah dipraktikkan di NTT adalah model terbaik yang