• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PEMBELAJARAN AKHLAQ LIL BANIN DALAM PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PEMBELAJARAN AKHLAQ LIL BANIN DALAM PEMBINAAN AKHLAK MULIA SISWA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan

(di Madrasah Tsanawiyah An-Nur Tangkit Muaro Jambi)

Yudo Handoko, Universitas Jambi yudo@unja.ac.id

Agus Lestari Universitas Jambi aguslestari@unja.ac.id

Abstract: The purpose of this research was to find out the process of developing morals in learning akhlaq lil banin at MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, the factors that influence students' moral development in learning akhlaq lil banin at MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, to find out the obstacles in the process fostering student morals in learning akhlaq lil banin at MTs An-Nur Tangkit. This research used a qualitative approach from the perspective of the moral akhlaq lil banin teacher’s in educating students of MTs An- Nur Tangkit. The results of this research indicate the process of learning the book of akhlaq lil banin in fostering noble character at MTs An-Nur Tangkit through a) transinternalization and b) habituation in the dormitory. The material in learning akhlaq lil banin that is taught in schools can be directly practiced and accustomed to in everyday life in the dormitory under the supervision of caregivers and administrators. There are 3 factors that influence the

(2)

learning of akhlaq lil banin fostering noble character, namely a) intelligence factors, b) factors environment and c) disciplinary factors. While the obstacles to learning akhlaq lil banin in fostering students' noble character at MTs An-Nur Tangkit are internal obstacles and external obstacles.

Keywords: Learning of Akhlaq Lil Banin, Noble character Pendahuluan

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak mulia adalah sikap dan perilaku yang harus dimiliki setiap muslim baik terhadap Tuhan maupun ciptaan-Nya. Berkat akhlak mulia, manusia bahagia dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Karena sangat penting bagi umat manusia untuk memiliki akhlak yang mulia, Nabi SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri adalah teladan bagi kita.

Dan hal ini terdapat dalam dalam firman Allah:

ََكَّنِإَو

َ ىَلَعَل َ

َ قُلُخ َ

َ ميِظَع َ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam: 4).

Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa mempelajari ilmu akhlak memang sangatlah penting bagi para penuntut ilmu. Dengan mempelajari ilmu akhlak, para penuntut imu akan mengetahui apa yang disebut akhlak baik dan akhlak yang buruk, bagaimana cara menghindarinya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada saat sekarang ini sedang marak-maraknya kita rasakan bersama bahwa baik yang kita sebut akhlak, moral, maupun etika tersebut sedang mengalami penurunan yang sangat buruk di negara kita terutama terjadi pada peserta didik. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya kekerasan, tawuran antara sesama pelajar, pornografi, narkotika, bullying antara sesama teman dan masih banyak lagi. Ini juga terjadi dalam lingkungan pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.1 Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha agar dengan kemauannya sendiri seseorang dapat belajar dan menjadikannya

1 Ratna Fitri Astuti dkk, Profesi Kependidikan, (Madiun, Bayfa Cendekia Indonesia, 2022) hal. 121

(3)

sebagai salah satu kebutuhan hidup yang tak dapat ditinggalkan.2 Proses belajar muncul dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.3 Oleh karena itu, lingkungan harus ditata sedemikian rupa sehingga terjadi reaksi siswa terhadap perubahan perilaku yang diinginkan. Pengaturan lingkungan meliputi menganalisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa, merumuskan tujuan, mendefinisikan mata pelajaran, memilih metode yang tepat dan lingkungan belajar yang diperlukan.

Dalam Islam, mengajar merupakan profesi yang sangat mulia, karena pendidikan merupakan salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sering disebut sebagai "Pendidik Kemanusian". Seorang guru haruslah bukan hanya sekedar pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu dalam Islam, seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus teruji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi yang lebih penting adalah membentuk karakter dan kepribadian siswanya sesuai dengan akhlak dan ajaran Islam. Seorang guru tidak hanya memberikan informasi kepada murid-muridnya, tetapi dia adalah sumber pengetahuan dan moral. Sehingga membentuk seluruh kepribadian peserta didik menjadi manusia yang berkepribadian luhur.

Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang mana dalam prosesnya saling bertukar informasi maupun ilmu. Guru merupakan salah satu komponen yang utama untuk terlaksananya sebuah pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab mengantarkan manusia kearah tujuan pendidikan. Sehingga keberadaan guru dalam pendidikan sangat krusial, mengingat kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk menginternalisasikan nilai-nilai pada siswa. Sehingga guru dituntut untuk mampu menggunakan berbagai model atau metode sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Akhlaq lil Banin adalah kitab yang menerangkan tentang akhlak anak, baik akhlak terhadap diri sendiri, teman-temannya, orang tua, guru, mayarakat dan sesama manusia. Kitab akhlaq lil Banin juga menjelaskan bagaimana cara bersikap, tutur kata, dan bertingkah laku baik kepada guru, orang tua dan sesama manusia guna untuk memperbaiki akhlak yang diajarkan dalam pendidikan disekolah-sekolah dan akan diterapkan dimasa yang akan datang.

2 Buna'i, Perencanaan dan Strategi Pembelajata Pendidikan Agama Islam, (Surabaya, Jakad Media Publishing, 2021) hal. 59

3 Hani Subakti dkk, Inovasi Pembelajaran,(Jakarta, Yayasan Kita Menulis, 2021) hal. 57

(4)

Pembinaan akhlaqul karimah pada pendidikan anak merupakan titik awal anak dikenakan untuk memiliki kepribadian baik sehingga dapat menjadi anak saleh. Dalam hal ini peran dan karakter guru menjadi tonggak dalam pembentukan akhlaqul karimah peserta didik. Segala perbuatan dan tingkah laku pendidik atau guru akan ditiru oleh anak didiknya. Ibaratnya, seorang guru digugu dan ditiru segala tindakannya.

Menjadi seorang guru tidak mudah karena selain mempunyai kompetensi akademik, seperti memahami strategi pembelajaran yang tepat, juga harus memiliki kepribadian yang mulia. Karena kepribadian yang mulia tersebut merupakan salah satu persyaratan bagi seorang guru.4

Hasil pengamatan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa, guru- guru yang mengajar di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, khususnya guru akhlaq lil banin bagi siswa putra, memberikan pembelajaran serta pembinaan untuk membentuk anak yang berakhlak mulia, hanya masih ditemukan perilaku siswa yang tidak sesuai dengan pendidikan dalam kitab Al-akhlaq lil banin, misalnya ada siswa yang tidak mengucapkan salam pada gurunya ketika berpapasan, siswa yang tidur dan tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran. Berdasarkan temuan masalah tersebut, peneliti menyajikan bagaimana proses pembinaan akhlak mulia, serta apa saja hambatan dan tantangan dalam proses pembinaan akhlak mulia di MTs An-Nur Tangkit bagi siwa putra.

Dari permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Akhlaq Lil Banin Dalam Pembinaan Akhlak Mulia Siswa di Madrasah Tsanawiyah An-Nur Tangkit Muaro Jambi” Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau non statistik yang dilihat dari sudut pandang guru akhlaq lil banin dalam mendidik akhlak mulia siswa MTs An-Nur Tangkit Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tujuan penelitian ini adalalah untuk mengetahui proses pembinaan akhlak dalam pembelajaran akhlaq lil banin di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak siswa dalam pembelajaran akhlaq lil banin di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, untuk mengetahui hambatan dalam proses pembinaan akhlak siswa dalam pembelajaran akhlaq lil banin di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi.

4 Sharvina Salsabilla, Nur Karima, Layli Nur Azizah, “Efektifitas Metode Amsilati Dalam Meningkatkan Kemampuan Santri Membaca Kitan Kuning di Pondok Pesantren PPAI Annahdliyah Karang Ploso Malang”, Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 6, Nomor 2 2022 hal. 216-231

(5)

Kajian Teoritis Akhlak Mulia

Istilah akhlak telah menjadi bahasa Indonesia, yang berarti cara atau perilaku. Dalam istilah sehari-hari, “akhlak” biasanya disamakan dengan arti budi pekerti atau kesusilaan atau kesantunan. Moralitas adalah sopan santun.5 Artinya, bahwa kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Akhlak adalah sifat yang berakar pada jiwa, yang lahir tindakan sederhana tanpa refleksi dan pemikiran. Senada dengan pendapat yang diungkapkan dalam Mu'jam Al-Wasith di atas, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak itu baik atau buruk tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.6

Sedangkan menurut pengertian terminologi, Ibnu Maskawaih berpendapat akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu. Menurut Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran.7

Kedua definisi tersebut, baik yang diberikan Ibnu Maskawaih maupun al-Ghazali, sekalipun redaksionalnya berbeda, tetapi substansinya adalah sama, yaitu bahwa akhlak itu ialah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang berbuat dengan tidak melalui proses berfikir.

Jadi akhlak merupakan kehendak yang dibiasakan, dan kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang itulah dinamakan akhlak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budi pekerti adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Kalau budi pekerti dihubungkan dengan akhlak, jelas seperti yang disebutkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, kedua-duanya mengandung makna yang sama. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal tergantung pada pelaksanaan dan penerapannya melalui tingkah laku yang positif, mungkin negatif, mungkin baik mungkin buruk. Yang termasuk kedalam pengertian positif (baik) adalah segala tingkah laku tabi’at, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dan lain-lain sifat yang baik. Sedang yang termasuk dalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang buruk adalah tingkah laku, tabi’at, watak, perangai sombong, dendam, dengki, khianat dan lain-lain sifat-sifat yang buruk.

5 Abduh Zulfidar Akaha, 165 Kebiasaan Nabi SAW (Jakarta, Pustaka Kaustar, 2009) hal. 319

6 Abudin Nata, Studi Islam Komperatif (Jakarta, Kencana 2011) hal 150

7 TIM Dosen PAI STIT Muhammadiyah Berau, Bunga Rampai Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta, Depublish, 2016) hal. 162

(6)

Yang menentukan suatu perbuatan atau tingkah laku itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat.

Pembelajaran Akhlaq Lil Banin

Pembelajaran dimaknai sebagai suatu aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar murid yang kemudian disebut dengan interaksi pembelajaran. Pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.8 Pembelajaran adalah aktivitas atau kegiatan yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner centered). Kata pembelajaran digunakan untuk menggantikan kata pengajaran yang lebih berorientasi pada guru (teacher oriented).

Istilah pembelajaran, dalam teori belajar kontruktivisme difahami sebagai proses belajar yang melibatkan emosi, mental, kesadaran, penghayatan, dimana peserta didik mengambil peran yang aktif membangun pengetahuannya sendiri.9 Pembelajaran ini sangat menekankan student center approach yang menempatkan peserta didik menjadi pemilik utama kegiatan. Pembelajaran kontruktifistik merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik serta antara peserta didik yang satu dengan yang lain. Artinya, bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dirancang untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, guru harus tahu lebih dulu akan kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik, motivasinya, latar belakangnya, akademisnya, latar belakang sosial ekonominya.

Mencermati beberapa penjelasan diatas maka dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Komunikasi harus dapat diterima, dipahami, disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran, sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil, proses dan fungsi belajar bagi peserta didik.

Pembelajaran yang baik selalu menciptakan keaktifan siswa. Siswa menjadi subyek utama yang aktif dalam melakukan proses berfikir, mencari, menganalisis, menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah secara

8 Cucu Sutinah, Belajar dan Pembelajaran, (Pasuruan, Qiara Media, 2021) hal. 32

9 Toman Sony Tambunan, Inovasi Pembelajaran Era Digitalisasi, (Bandung, Media Sains Indonesia, 2022) hal.10

(7)

bertanggungjawab. Materi dipilih berdasarkan kebutuhan dan minat siswa, serta sedekat mungkin dengan kenyataan.

Akhlaq lil Banin adalah kitab yang menerangkan tentang akhlak anak, baik akhlak terhadap diri sendiri, teman-temannya, orang tua, guru, mayarakat dan sesama manusia. Kitab akhlaq lil banin juga menjelaskan bagaimana cara bersikap, tutur kata, dan bertingkah laku baik kepada guru, orang tua dan sesama manusia guna untuk memperbaiki akhlak yang diajarkan dalam pendidikan disekolah-sekolah dan akan diterapkan dimasa yang akan datang.

Sebagaimana diketahui bahwa ajaran pokok Islam adalah meliputi masalah akhlak. Akhlak berarti akhlak seseorang terhadap orang lain.

baik itu terpuji maupun tercela. Akhlak juga merupakan suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna yang mengajarkan tata cara bergaul dengan manusia. Kitab akhlaq lil banin adalah kitab yang menjelasakan tentang akhlak dalam Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Materi pembelajaran Kitab akhlaq lil banin meliputi:

Akhlak ketika dirumah, dijelaskan dalam kitab “Anak diwajibkan untuk mematuhi tata krama di dalam rumah. Karena untuk memuliakan kedua orang tuanya anak dan beberapa saudara anak lelakinya maupun saudara perempuannya dan semua orang yang di dalam rumah wajib di muliakan. Dan tidak boleh membedakan diantara mereka semua yang ada dirumah baik saudara yang laki maupun yang perempuan. Dan tidak boleh membuat sakit terhadap saudara lelaki maupun yang perempuan terutama ketika mempunyai pembantu wajib di muliakan”

Akhlak kepada ibu bapak: Akhlak terhadap ibu yaitu anak harus ingat ketika ibu mendidik anak dengan cara tata krama dan sopan santun dari kecil sampai dewasanya. Karena dengan begitu anak bisa mengerti cara berperilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Ketika ibu memerintah anak harus segera dilakukan dan tidak boleh menolak, karena itu sebab menjadikan anak sholeh dan tawadhu’ dengan ibunya. Akhlak terhadap bapak yaitu anak wajib mengikuti perintah bapak karena itu tata krama yang paling baik dan sopan. Dengan begitu itu menjadikan manfaat bagi anak untuk dikemudian hari agar mendapatkan ridho bapak dimanapun tempat.”

Akhlak terhadap saudara kandung baik perempuan maupun laki-laki, “yaitu memuliakan saudara lelakinya maupun saudara perempuannya baik didalam rumah maupun diluar rumah. Tidak boleh menyakitinya diantara keduanya, karena dengan begitu, orang tua melihat kalau sesama saudara selalu menjalin hubungan yang baik dan sopan dimanapun tempat. Ketika orang tua pergi

(8)

keluar salah satu dari mereka bisa saling membantu untuk merapikan rumah dan lain sebagainya. Dengan begitu, semuanya akan terlihat baik dan harmonis dalam rumah dan tidak akan ada kekacauan”

Akhlak terhadap kerabat, “yaitu diwajibkan memuliakan kerabat, baik kerabat yang dari bapak maupun ibuknya. Seperti kakek dan neneknya, paman dan bibi dari kedua orang tuanya. Dan ridho terhadap kerabat terhadap apa yang diminta kerabat baik itu seperti perintah dan wajib memuliakannya”

Akhlak terhadap pembantu, tetangga dan dimanapun tempat, “Akhlak terhadap pembantu yaitu memuliakannya dengan cara setiap pembantu membersihkan rumah seperti mencuci, memasak, menyapu dan lain sebagainya, wajib dimuliakan. Karena dia termasuk keluarga dirumah kita sendiri.

Akhlak terhadap tetangga yaitu wajib memuliakanya baik tetangga yang mungkin tidak suka sama kita maupun yang suka sama keluarga kita. Karena bagaimanapun dia tetangga kita dan harus kita muliakan. Akhlak dimanapun tempat yaitu akhlak ketika bertemu seseorang harus saling menyapa. Ketika ada orang membutuhkan pertolongan kita, dan kita mawib membantunya, apalagi sesama muslim”

Akhlak ketika di sekolah, “Yaitu ketika murid hendak berangkat kesekolah harus minta doa terlebih dahulu sama orang tuanya, dan setelah sampai sekolah ketika bertemu guru diperbolehkan cium tangan sama guru tersebut. Dan ketika ke sekolahnya lebih awal harus membuka pintu dengan baik dan tidak boleh sampai merusaknya. Kemudian, kalau ternyata itu jadwal piketnya, maka harus membersihkan kelas. Dan setelah selesai dan sudah memasuki waktu pelajaran, murid hendaknya mendengarkan apa yang telah disampaikan guru dan tidak boleh berbicara sendiri. Karena itu bisa membuat murid tidak paham, dan mengakibatkan tawadhu’nya murid terhadap guru berkurang. Dan sebaliknya, jika guru sudah mulai mengajar harus mengatur kelas terlebih dahulu biar kelas kondusif. Maka dengan begitu kelas akan nyaman dan murid juga bisa mengikuti mata pelajaran dengan baik”

Akhlak terhadap guru, “Yaitu murid wajib memuliakan guru. Karena dengan begitu apa yang diajarkan akan menjadi berkah. Guru mengajar dan mendidik juga tidak mudah. Maka dari itu, murid harus memiliki sopan dan santun terhadap guru, baik guru perempuan maupun lelaki dan semuanya yang ada di lembaga Sekolah tersebut”

Akhlak terhadap teman, “Yaitu memuliakan teman yang mungkin lebih tua dan lebih muda dari murid, karena itu menandakan bahwa di lingkungan sekolah tidak boleh semena-mena. Dan ketika guru mengajar wajib murid mendengarkan guru, tidak boleh berbicara dengan temannya, ketika waktu istirahat sudah dibunyikan murid bisa menyesuaikan bermain dengan temannya di luar kelas

(9)

dan tidak dalam kelas. Karena waktu istirahat sudah dibunyikan. Maka dari itu murid wajib memuliakan teman-temannya biar menjadikan keakraban yang lebih mendalam dan tidak dalam hal pertengkaran.”10

Apabila seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara akal maupun syariat, maka ini disebut dengan akhlak baik (mahmudah). Sedangkan apabila seseorang melakukan perbuatanperbuatan buruk baik secara akal maupun syariat maka ini disebut dengan akhlak tercela (mazmumah). Dalam perspektif pendidikan, siswa merupakan subjek sekaligus objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain yang disebut pendidik, untuk membantu mengarahkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.

Guru dalam Pembelajaran

Sederhananya, seorang guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada siswa. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan sebagainya.11

Menurut Noor Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya pendidikan yang dipikul dipundak para orang tua.12 Menurut Oemar Hamalik, profesi guru merupakan tugas khusus yang menuntut kompetensi guru. Meski masih ada yang beranggapan bahwa semua orang bisa menangani pekerjaan seorang guru. Tetapi, itu tidak berarti bahwa orang itu memiliki profesi keguruan, dan akan nampak nyata dalam hasil-hasil pekerjaannya.13 Oleh sebab itulah menjadi seorang guru tidak mudah karena harus memiliki kompetensi sebagai guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal.

Seorang guru sebagai pendidik profesional memiliki citra yang baik di masyarakat apabila ia dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa dirinya memang layak menjadi panutan atau panutan bagi masyarakat sekitarnya. Utamanya masyarakat melihat setiap hari seperti apa sikap dan tindakan guru tersebut, apakah itu mencontoh atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, menambah pengetahuan, membimbing dan

10 Umar Barozak, Akhlaq Lil Banin Juz Awwal (Surabaya: Perpustakaan Muhammd ibnil Ahmad Nibhan, 1372 H) hal 13-47

11 Riswandi, Kompetensi Profesional Guru (Surabaya, Uwais, 2019) hal.15

12 Moh Noor, Guru Profesional dan Berkualitas, (Semarang, Alprin, 2019) hal 7

13 Oemar Hamalik, Praktek Keguruan, (Bandung: Tarsito, 1975), hlm. 1

(10)

menyemangati siswa, bagaimana guru berpakaian dan berbicara, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan siswa, teman-temannya dan anggota masyarakat seringkali menjadi perhatian masyarakat luas.

Proses Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin dalam Membina Akhlak Mulia di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi

1. Melalui Transinternalisasi

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan pengajar sebagai pemegang peran utama.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Interaksi dalam peristiwa pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, bukan sekedar hubungan siswa dengan pendidik. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan kepada siswa melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.14

Dalam proses pembelajaran Akhlaq Lil Banin, untuk membina akhlak mulia siswa, guru menyampaikan materi terkait akhlak mulia yang tertuang dalam kitab Akhlaq lil Banin, menggunakan strategi Transinternalisasi, yaitu proses mendidik yang bukan hanya dengan menggunakan komunikasi saja, namun juga menggunakan doktrin kepribadian atau sikap kepada siswa, maka dalam hal ini, perlu diberikan contoh sikap yang baik atau akhlak mulia selama proses pembelajaran tersebut, misalnya, datang tepat waktu, berbicara dengan tutur kata yang baik, selalu mengawali dengan salam, berpakaian rapi dan sopan, mengajarkan kejujuran, misalnya pemberian dan pengerjaan tugas siswa, dan lain sebagainya.

Transinternalisasi sendiri menurut Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar ialah salah satu dari tiga proses internalisasi yang berkaitan dengan pembinaan peserta didik, yaitu 1).

Tahap Transformasi Nilai, 2) Tahap Transaksi Nilai dan 3). Tahap Tansinternalisasi. Menurutnya proses Transinternalisasi adalah tahap yang jauh lebih mendalam dari pada tahap tansaksi (transaksi nilai yang hanya dilakukan dengan komunikasi verbal). Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal saja, tapi juga sikap mental dan kepribadian yang berperan secara aktif.15

14 Yusuf Tri Herlambang, Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiperspektif, (Jakarta, Bumi Aksara, 2018) hal 74

15 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media,1996), hal. 153

(11)

Transiternalisasi yang digunakan oleh guru MTs An-Nur Tangkit dalam mendidik atau membina akhlak mulia siswa sudah tepat, karena siswa cenderung mengamati dan meniru apa yang gurunya contohkan, maka strategi ini dirasa tepat untuk mendidik akhlak mulia siswa.

Guru akhlaq lil banin di MTs An Nur Tangkit memberikan contoh yang baik, dan sesuai dengan startegi transinternalisasi yang dipakai.

Karena siswa dapat melihat tauladan yang baik dari guru, melaui cara berpakaian yang sopan dan rapi, tutur kata yang baik, dan kedisiplinan dalam waktu.

2. Melalui Pembiasaan di Asrama

Selain dari proses pembelajaran di kelas, proses pembinaan akhlak mulia siswa MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi, tidak terlepas dari pembiasaan yang dilakukan pengurus pondok pesantren A-Nur di Asrama. Selain sekolah, mereka juga tinggal di asrama selama menempuh pendidikan. Seluruh santri/siswa tidak terkecuali baik MTs ataupun MA, harus mengikuti aturan yang berlaku di Pondok Pesantren An-Nur Tangkit, jika melanggar maka akan mendapatkan sanksi dari pondok.

Peraturan-peraturan pondok pesantren dibuat sebagai pembiasaan berakhlak mulia siswa dalam kehidupan sehari-hari. Melalui peraturan dan Pendidikan yang diberikan pondok pesantren, dapat mengajarkan santri/siswa untuk disiplin. Mulai dari disiplin waktu, disiplin berprilaku, dan disiplin belajar.

Pondok Pesantren An-Nur Tangkit menerapkan peraturan- peraturan yang mengatur kegiatan santri di asrama maupun di sekolah.

Sehingga materi dalam pembelajaran Akhlaq lil Banin yang diajarkan di sekolah bisa langsung dipraktekkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari di asrama dalam pengawasaan pengasuh dan pengurus.

Proses pembiasaan dalam pembinaan akhlak mulia siswa MTs An- Nur Tangkit sangat besar. Terbukti siswa lebih banyak bertemu dengan pengurus-pengurus atau guru-guru pondok pesantren dari pada dengan guru Akhlaq Lil Banin ketika di sekolah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Akhlaq Lil Banin dalam Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Di Mts An-Nur Tangkit Muaro Jambi

Dalam kegiatan pembelajaran, tidak semua siswa mampu berkonsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Maka tidak hanya proses pembelajaran saja yang dapat mempengaruhi pembinaan akhlak mulia siswa, namun dari berbagai macam faktor. Pengaruh ini juga tidak hanya dapat berdampak baik bagi akhlak siswa, namun juga dapat berdampak buruk bagi akhlaknya. Berdasarkan penelitian, terdapat 3

(12)

faktor yang memperngaruhi pembelajaran Akhlaq Lil Banin dalam pembinaan akhlak mulia yaitu:

1. Faktor kecerdasan

Faktor kecerdasan atau daya tangkap siswa berpengaruh pada pembinaan akhlak mulia siswa, karena daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan bermacam-macam, ada yang cepat dan ada yang lambat. Waktu dan metode yang bervariasi dibutuhkan untuk dapat menyesuaikan cepat atau lambatnya daya serap siswa yang berbeda-beda tersebut, sehingga didapatkan hasil yang maksimal.

Ada beberapa siswa yang cepat paham, dan ada pula yang lambat memahami, belum lagi siswa yang tidur dan berbicara sendiri. Maka perlu adanya metode yang bervariasi sehingga dapat menanggulangi siswa- siswa tersebut, agar dapat menerima materi yang diajarkan.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling kuat yang mempengaruhi lancar atau tidaknya pembinaan akhlak mulia siswa.

Lingkungan tersebut bisa dari orang tua, saudara, teman dan lain-lain.

Setelah sekolah, siswa tidak pulang ke rumahnya masing-masing, melainkan kembali ke asrama pondok pesantren. Di asrama sudah ada pengurus yang menjadi perpanjangan tangan guru-guru ataupun pengasuhan santri, untuk mengawasi tingkah laku santri selama di lingkungan pondok pesantren. Peraturan-peraturan pondok yang sudah dibuat sedemikian rupa, dimaksudkan untuk mendukung proses pembinaan akhlak mulia siswa selama menempuh pendidikan. Hal ini sekaligus menjadi solusi bagi guru akhlak dalam memudahkan proses pembinaan akhlak mulia siswa.

3. Faktor kedisiplinan

Pentingnya disiplin dalam setiap hal menjadikan pribadi yang bertanggung jawab, dan berakhlak mulia, misalnya saja disiplin dalam hal waktu. Ketika jam pelajaran sudah berbunyi maka setiap siswa harus dibiasakan disiplin masuk tepat waktu. Begitupula guru yang mengajar pada jam tersebut, terutama guru akhlak. Ketika siswa terbiasa disiplin masuk tepat waktu, maka waktu untuk dia mendapatkan materi pelajaran oleh guru tidak terpotong, artinya siswa secara penuh memiliki kesempatan untuk mendapatkan materi yang disampaikan oleh gurunya.

Pendidikan tentang kedisiplinan sudah diterapkan Pondok Pesantren An-Nur Tangkit, yang otomatis juga diberlakukan pada siswa MTs An-Nur Tangkit. Namun berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis masih mendapati siswa MTs An-Nur Tangkit yang tidak disiplin, yaitu masuk tidak tepat waktu, akibatnya ia terlambat mengikuti pelajaran, dan ini menjadi kerugian tersendiri bagi siswa karena ia tidak mendapatkan kesempatan secara penuh untuk mendapatkan materi yang

(13)

disampaikan oleh guru. Maka kedisiplinan merupakan faktor yang penting terhadap proses pembinaan akhlak mulia siswa.

Hambatan Pembelajaran Akhlaq Lil Banin dalam Pembinaan Akhlak Mulia Siswa di MTs An-Nur Tangkit

Hambatan paling berpengaruh terhadap pembentukan pada diri seseorang adalah faktor internal, yaitu pembawaan si anak dan faktor eksternal yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.16

Hambatan dalam Pembelajaran akhlaq lil banin dalam pembinaan ahklak mulia siswa di MTs An-Nur Tangkit menjadi 2 macam, yaitu hambatan yang terjadi karna faktor internal dan yang kedua hambatan yang terjadi karna faktor eksternal.

1. Hambatan Internal

Adapun hambatan internal yang mempengaruhi pembinaan akhlak mulia peserta didik di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi yaitu faktor pembawaan siswa. Selain itu, sikap bawaan siswa itu sendiri juga dipengarui oleh minimnya pengawasan orang tua pada siswa sebelum siswa masuk ke MTs An-Nur Tangkit, kemudian kurang maksimalnya pengurus dan guru untuk mengawasi satu persatu siswa yang kurang disiplin, alokasi waktu pembelajaran akidah akhlak yang hanya dua jam pelajaran dalam seminggu, sehingga perlu tindak lanjut oleh lembaga pendidikan supaya ketuntasan materi pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.

Menurut Hendrianti Agustini, usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, yaitu individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri-sendiri sebagai individu yang unik. Usia 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan ditandai dengan kemampuan berfikir yang baru. Sedangkan usia 18-22 tahun adalah masa remaja akhir yaitu remaja berusaha memantapkan tujuan vaksional dan mengembangkan sence of personal identity.17

Jika dilihat dari pendapat tersebut, siswa kelas IX MTs berada pada usia 15-16 tahun, yang di mana kecondongan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi individu atau seorang yang unik, disertai kemapuan berfikir yang baru, mendorong siswa-siswa tersebut untuk banyak mencoba hal-hal baru sekalipun hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik,

16 Sri Astuti & Samad A, Horison Pendidikan Islam Teori, Konsep dan Implementasinya dalam Pembelajaran, (Aceh, Ar-Raniry Press, 2020) hal. 117

17 Hendrianti Agustini, Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja), (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009), hal. 9

(14)

ataupun hanya sekedar untuk menarik perhatian orang lain agar terlihat berbeda. Hal ini yang menjadi penting untuk diawasi oleh guru di sekolah dan orang tua ketika di rumah.

2. Hambatan Eksternal

Faktor hambatan yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor eksternal atau dari luar yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik maka baiklah anak tersebut. Demikian pula sebaliknya jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu buruk maka buruklah anak itu. Aliran ini lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.18

Adapun faktor eksternal yang menghambat proses pembinaan akhlak mulia siswa MTs An-Nur Tangkit beberapanya yaitu, pengaruh lingkungan, misalnya respon terhadap perkembangan teknologi. Fitur- fitur dan aplikasi smartphone saat ini sangat banyak, bahkan beberapa yang paling laris, justru kurang mendidik akhlak mulia dan moral siswa, misalnya game online ataupun akun-akun yang menawarkan streaming game online yang kerap kali mencontohkan pribadi yang kurang baik, seperti pakaian yang kurang sopan, tutur kata yang kasar, maupun cara-cara bergaul yang tidak tepat untuk dilihat siswa seusia mereka (kelas IX).

Walaupun siswa MTs An-Nur Tangkit yang juga santri Pondok Pesantren An-Nur Tangkit dilarang keras untuk membawa smartphone, kerap kali ketika wali murid berkunjung, siswa diberikan waktu yang cukup lama untuk memainkan smartphone-nya. Apalagi ketika masa liburan telah tiba, hari libur seakan menjadi ajang balas dendam siswa karena selama hari aktif sekolah mereka tidak diperkenankan membawa HP atau smartphone. Maka perlu adanya pembatasan waktu dan pengawasan pihak sekolah terhadap siswa-siswa yang dikunjungi oleh walinya.

Penghambat yang selanjutnya yaitu, kurang maksimalnya penanganan khusus bagi siswa-siswa yang bermasalah atau memiliki akhlak yang kurang baik, sehingga siswa-siswa tersebut dapat menularkan akhlak tercelanya kepada siswa lain. Maka perlu adanya pembaharuan metode penanganan bagi siswa-siswa yang berakhlak kurang baik tersebut, dengan cara pembimbingan yang lebih khusus dan penindakan secara tegas jika diperlukan.

18 Sri Astuti & Samad A, Horison Pendidikan Islam Teori, Konsep dan Implementasinya dalam Pembelajaran, (Aceh, Ar-Raniry Press, 2020) hal. 117

(15)

Peningkatan mutu/kualitas guru merupakan solusi yang sangat penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk upgrading guru dalam mendidik siswa yang beraneka ragam wataknya. Agar guru mampu memberikan warna dalam metode pembelajarannya dan lebih menguasai materi yang akan disampaikan, sehingga mudah untuk memahamkan siswa yang memiliki daya serap yang berbeda-beda, dan prilaku yang berbeda-beda pula. Akhirnya output-nya adalah, siswa dapat mengaplikasikan materi pendidikan atau pembinaan akhlak mulia secara bertahap di dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Penutup

Dari keseluruhan uraian dan pembahasan mengenai Pembelajaran Akhlaq Lil Banin dalam Pembinaan Akhlak Mulia, secara singkat hasil penelitian ini dapat penulis simpulkan bahwa proses pembelajaran kitab akhlaq lil banin dalam membina akhlak mulia di MTs An-Nur Tangkit Muaro Jambi melalui a) transinternalisasi yaitu proses mendidik yang bukan hanya dengan menggunakan komunikasi saja, namun juga menggunakan doktrin kepribadian atau sikap kepada siswa, maka dalam hal ini, perlu diberikan contoh sikap yang baik atau akhlak mulia selama proses pembelajaran tersebut, misalnya, guru datang tepat waktu, berbicara dengan tutur kata yang baik, selalu mengawali dengan salam, berpakaian rapi dan sopan, mengajarkan kejujuran, misalnya pemberian dan pengerjaan tugas siswa, dan lain sebagainya dan melalui b) pembiasaan di asrama. materi dalam pembelajaran akhlaq lil banin yang diajarkan di sekolah bisa langsung dipraktekkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari di asrama dalam pengawasaan pengasuh dan pengurus.

Terdapat 3 faktor yang memperngaruhi pembelajaran akhlaq lil banin dalam pembinaan akhlak mulia yaitu a) faktor kecerdasan, b) faktor lingkungan dan c) faktor kedisiplinan. Sedangkan hambatan pembelajaran akhlaq lil banin dalam pembinaan akhlak mulia siswa di MTs An-Nur Tangkit adalah hamabatan internal dan hambatan eksternal.

(16)

Daftar Pustaka

Abduh Zulfidar Akaha, 165 Kebiasaan Nabi SAW, Jakarta: Pustaka Kaustar, 2009

Abudin Nata, Studi Islam Komperatif, Jakarta: Kencana, 2011

Buna'i, Perencanaan dan Strategi Pembelajata Pendidikan Agama Islam, Surabaya: Jakad Media Publishing, 2021

Cucu Sutinah, Belajar dan Pembelajaran, Pasuruan: Qiara Media, 2021 Hani Subakti dkk, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Yayasan Kita Menulis,

2021

Hendrianti Agustini, Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja Bandung: PT Rafika Aditama, 2009

Moh Noor, Guru Profesional dan Berkualitas, Semarang: Alprin, 2019 Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media,1996 Oemar Hamalik, Praktek Keguruan, Bandung: Tarsito, 1975

Ratna Fitri Astuti dkk, Profesi Kependidikan, Madiun: Bayfa Cendekia Indonesia, 2022

Riswandi, Kompetensi Profesional Guru Surabaya: Uwais, 2019

Sharvina Salsabilla, Nur Karima, Layli Nur Azizah, “Efektifitas Metode Amsilati Dalam Meningkatkan Kemampuan Santri Membaca Kitan Kuning di Pondok Pesantren PPAI Annahdliyah Karang Ploso Malang”, Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 6, Nomor 2 2022 hal. 216-231

Sri Astuti & Samad A, Horison Pendidikan Islam Teori, Konsep dan Implementasinya dalam Pembelajaran, Aceh: Ar-Raniry Press, 2020 TIM Dosen PAI STIT Muhammadiyah Berau, Bunga Rampai Penelitian

dalam Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Depublish, 2016 Toman Sony Tambunan, Inovasi Pembelajaran Era Digitalisasi, Bandung:

Media Sains Indonesia, 2022

Umar Barozak, Akhlaq Lil Banin Juz Awwal Surabaya: Perpustakaan Muhammd ibnil Ahmad Nibhan, 1372 H

Yusuf Tri Herlambang, Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiperspektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2018

Referensi

Dokumen terkait

Informan yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sembilan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang menjalin hubungan pertemanan dengan mahasiswa

Iklim sekolah dasar penye- lenggara inklusi dikondisikan bahwa se- mua siswa dalam kondisi apapun berhak mengembangkan potensi unik yang dimi- liki, di antara siswa

Setiap peusahaan atau organisasi pasti selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal, untuk mencapai tujuan utama tersebut dibutuhkan

Gaya komunikasi yang digunakan oleh seorang pemimpin disini menggambarkan kombinasi perilaku antara gaya yang telah menjadi kepribadiannya dan gaya seorang pemimpin yang memiliki

Penelitian ini adalah untuk melihatkadar ekstrak kulit kayu manis (1%, 2% dan 3%) yang dapat memberikan karakteristik fisik dan akseptabilitas yang optimal dengan

Pada kelompok K2 yang merupakan kelompok hewan coba yang diberikan boraks 20mg, berdasarkan gambar 4.2 tikus yang mendapatkan pemberian boraks 20mg selama 1 hari, terlihat sel

Berdasarkan hasil pembandingan operasi OLAP, didapat bahwa perbedaan waktu terbesar terjadi pada operasi OLAP yang melibatkan proses query yang kompleks, sebagai contoh pada operasi

❖ Saling diskusi dan tukar informasi tentang (Hots): Pengertian Akuntansi dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya