• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu subsektor dalam pertanian yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi adalah subsektor hortikultura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Salah satu subsektor dalam pertanian yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi adalah subsektor hortikultura"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia memiliki banyak peluang dan prospek yang cerah. Meskipun pada masa sekarang sektor industri lebih diutamakan, perkembangan sektor pertanian tidak lepas sebagai pendukung yang kokoh, sehingga harus ada kerjasama antar bidang-bidang yang berkaitan (Lika et al., 2018). Sektor pertanian terdiri dari 5 sub sektor yaitu sub sektor pangan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, dan subsektor peternakan.

Salah satu subsektor dalam pertanian yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi adalah subsektor hortikultura.

Sub sektor hortikultura merupakan kelompok komoditas pertanian yang memiliki banyak ragam. Komoditas hortikultura telah berkembang yang memiliki peranan penting serta cukup diminati di pasar. Kontribusi sub sektor hortikultura tidak hanya sebagai pembangunan ekonomi nasional, tetapi juga mempunyai kontribusi dalam aspek kesehatan, estetika, dan lingkungan. Jenis-jenis produk sub sektor hortikultura di Indonesia yang secara komersial dan luas dikembangkan terdiri dari tanaman buah–buahan, tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Salah satu komoditas hortikultura unggulan nasional adalah buah jeruk (Dirjen Pertanian, 2014).

Jeruk merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki gizi yang cukup tinggi yang mengandung kaya Vitamin C yang berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga buah jeruk ini berperan penting sebagai sumber penghasilan. Di samping itu, buah jeruk

(2)

digunakan sebagai bahan makanan tambahan yang digemari oleh masyarakat.

(Joesoef, 1986).

Banyak spesies-spesies jeruk dengan keragaman yang berbeda-beda beredar namun ada salah satu jenis jeruk yang populer yaitu jeruk Siam. Jeruk Siam (Citrus nobilis) merupakan buah yang populer di masyarakat karena jeruk jenis ini mudah

ditemukan di daerah pasar dan beredar di berbagai daerah. Karakteristik yang mencolok pada jeruk Siam adalah rasa yang manis, kulit tipis dan mudah dikupas.

(Balitjestro LitBang Kementerian Pertanian, 2019).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang membudidayakan jeruk Siam dan termasuk lima komoditas tanaman buah–buahan unggulan. Pada Tahun 2020, jeruk Siam merupakan buah–buahan unggulan ketiga setelah buah nanas dan buah pisang berdasarkan jumlah produksi setiap lima komoditas tanaman buah- buahan unggulan di Provinsi Jambi yaitu, nanas 149.592 Ton , pisang 72.751 Ton, jeruk Siam 33.498 Ton, duku 20.186 Ton, dan nangka 16.636 Ton (lampiran 1).

Tanaman jeruk Siam yang terdapat setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi memiliki potensi dalam berproduksi jeruk Siam. Terdapat 11 Kabupaten dan 2 Kota yang berkontribusi dalam produksi jeruk Siam, namun jumlah produksi jeruk Siam yang terbanyak adalah Kabupaten Kerinci 21.505 Ton, Kabupaten Sarolangun 3.299 Ton, dan Kabupaten Muaro Jambi 1.744 Ton. Berikut ini adalah jumlah tanaman yang menghasilkan, produksi dan produktivitas jeruk Siam berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi pada Tabel 1.

(3)

Salah satu komoditi unggulan yang berada di Kabupaten Kerinci yang telah menjadi primadona untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah tanaman hortikultura. Kabupaten Kerinci dan Kabupaten lainnya masih didominasi oleh kegiatan pertanian(Edison & Ulma, 2018). Kabupaten Kerinci merupakan salah satu sentra penghasil jeruk Siam yang paling banyak di Provinsi Jambi. Kabupaten Kerinci berada di posisi paling tinggi dalam jumlah produksi jeruk Siam dibandingkan Kabupaten lainnya karena sebagian besar jumlah produksi jeruk Siam Provinsi Jambi berasal dari Kabupaten Kerinci. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada Tahun 2020 Kabupaten Kerinci memiliki luas panen 461 Ha, jumlah produksi sebesar 21.505 Ton, dan produktivitas 46,7 Ton/Ha.

Jeruk Siam sangat mudah dibudidayakan di Kabupaten Kerinci dikarenakan syarat tumbuh jeruk Siam yaitu memiliki iklim basah dengan curah hujan yang cukup tinggi dan dapat bertahan hidup di dataran tinggi. Hal ini sesuai dengan keadaan iklim dan geografis pada Kabupaten Kerinci sehingga jeruk Siam dapat berproduksi secara terus-menerus. Adapun perkembangan luas panen, produksi, Kabupaten di Provinsi Jambi Tahun 2020

Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Kerinci 461 21.505 46,7

Merangin 53 1.503 28,2

Sarolangun 126 3.299 26,2

Batanghari 15 409 27,2

Muaro Jambi 92 1.744 18,9

Tanjung Jabung Timur 35 1.355 38,6

Tanjung Jabung Barat 264 1.672 6,3

Tebo 68 577 8,5

Bungo 30 968 32,7

Kota Jambi 1 9 6,9

Kota Sungai Penuh 17 457 26,5

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2021

(4)

dan produktivitas jeruk Siam di Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jeruk Siam di Kabupaten Kerinci Tahun 2016 - 2020

Tahun Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2016 216 5.917 27,4

2017 109 9.439 86,6

2018 393 11.210 28,5

2019 487 15.776 32,4

2020 461 21.505 46,7

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2021

Berdasarkan pada Tabel 2, produksi jeruk Siam di Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan dari 2016 hingga 2020 sebesar 29,4 % yang dimana pada tahun 2016 jumlah produksi jeruk Siam mencapai 5.917 Ton hingga tahun 2020 jumlah produksi jeruk Siam mencapai 21.505 Ton. Pada Tahun 2020 merupakan jumlah produksi tertinggi selama lima tahun terakhir di Kabupaten Kerinci .

Kabupaten Kerinci terdapat 13 Kecamatan yang membudidayakan jeruk Siam yang juga berkontribusi dalam berproduksi jeruk Siam. Adapun lima Kecamatan yang unggul dalam produksi jeruk Siam secara berturut-turut yaitu Kecamatan Keliling Danau 12.233 Ton, Kecamatan Gunung Raya 5.710 Ton , Kecamatan Bukit Kerman 2.407 Ton, Kecamatan Air Hangat Timur 331 Ton, dan Kecamatan Siulak Mukai 188 Ton. Berikut ini adalah luas panen, produksi, dan produktivitas jeruk Siam berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kerinci yang dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan produktivitas Jeruk Siam Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Kerinci Tahun 2020

Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Gunung Raya 56,0 5.710 102,0

Bukit Kerman 94,0 2.407 25,6

Keliling Danau 300,9 12.233 40,7

Danau Kerinci 0,5 80 160,0

Sitinjau Laut 0,4 40 100,0

Air Hangat Timur 0,8 331 413,1

Depati VII 0,4 21,2 53,0

Air Hangat Barat 2,2 96,8 43,4

Gunung Kerinci 1,0 158 151,7

Siulak 1,8 148 81,7

Siulak Mukai 0,6 188 292,1

Kayu Aro 0,5 21 45,9

Kayu Aro Barat 1,8 72 40,6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, 2021

Berdasarkan pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pada tahun 2020 Kecamatan Keliling Danau merupakan salah satu sentra penghasil jeruk Siam dengan jumlah produksi dan luas panen tertinggi dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kabupaten Kerinci dengan jumlah produksi 122.33 Ton, 300,9 Ha, dan produktivitas 40,7 Ton/Ha.

Kecamatan Keliling Danau di Kabupaten Kerinci terdapat 18 Desa yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian ± 70 % yang dimana Desa yang membudidayakan jeruk Siam sebanyak 16 Desa. Varietas jeruk Siam yang dibudidayakan petani di Kecamatan Keliling Danau yaitu jeruk Siam madu. Jeruk Siam madu disebut juga jeruk madu dikarenakan rasa buah yang seperti manis madu. Jeruk Siam madu dibudidayakan seluruh Desa terkhususnya yaitu Desa Jujun dengan rata-rata produktivitas jeruk Siam madu di Desa Jujun yaitu 30 – 40 kg/pohon/tahun dengan umur tanaman jeruk Siam madu yang menghasilkan sekitar

(6)

3 – 5 tahun. Mayoritas masyarakat petani di Kecamatan Keliling Danau budidaya dan melakukan usahatani jeruk Siam madu dikarenakan masa panen jeruk Siam madu berlangsung cepat dengan waktu panen sebanyak 1 kali sampai 2 kali panen (BPP Kecamatan Keliling Danau, 2021). Berikut ini adalah luas panen, produksi, dan produktivitas jeruk Siam madu berdasarkan Desa di Kecamatan Keliling Danau yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2021, Desa Jujun merupakan Ibukota Kecamatan Keliling Danau yang sebagai salah satu daerah penghasil Jeruk Siam madu yang memiliki luas panen 15,80 Ha, produksi 625,6 Ton, dan produktivitas 39,6 Ton/Ha. Petani jeruk Siam madu di Desa Jujun mengalami panen raya pada bulan Juni-Juli yang dimana produksi jeruk Siam madu paling banyak dibandingkan dengan Desa lainnya.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jeruk Siam Madu Berdasarkan Desa di Kecamatan Keliling Danau Tahun 2021

Desa Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

Tanjung Batu 0,24 7,6 31,7

Pidung 0,40 13,2 33,0

Keluru 14,04 550 39,2

Talang Lindung 4,46 156,1 35,0

Koto Agung Jujun 13,58 543,2 40,0

Koto Baru Jujun 4,12 144,2 35,0

Pasar Jujun 6,06 224 37,0

Jujun 15,80 625,6 39,6

Benik 5,86 205,1 35,0

Telago 9,40 366,6 39,0

Limok Manaih 3,54 120,4 34,0

Koto Dian 0,90 29,7 33,0

Koto Tuo 0,13 4,2 32,0

Pulau Tengah 3,76 127,8 34,0

Jembatan Merah 0,40 13,2 33,0

Sumber: BPP Kecamatan Keliling Danau, 2022

(7)

Lahan yang digunakan untuk budidaya jeruk Siam madu di Desa Jujun merupakan hasil dari alih fungsi sebagian lahan perkebunan menjadi lahan jeruk Siam madu. Petani jeruk Siam madu di Desa Jujun banyak melakukan alih fungsi sebagian lahan dari perkebunan kayu manis menjadi lahan untuk budidaya jeruk Siam madu dikarenakan petani dapat memperoleh keuntungan lebih cepat dari jeruk Siam madu yang masa panen nya 2 kali dalam setahun daripada kayu manis yang masa panennya relatif lama yaitu bertahun-tahun. Mayoritas petani di Desa Jujun mulai berusahatani jeruk Siam madu pada tahun 2018-2020 yang kemudian panen raya produksi jeruk Siam madu dimulai terjadi pada tahun 2021 yang dimana dilakukan pertama kali kegiatan pemasaran jeruk Siam madu. Oleh karena itu, pengalaman petani dalam melakukan usahatani maupun pemasaran tergolong masih rendah.

Petani jeruk Siam madu di Desa Jujun melakukan usahatani dan pemasaran dilakukan secara mandiri yang dimana dari modal yang digunakan untuk input usahatani, pemeliharaan jeruk Siam madu yang dilakukan dan akses pasar yang digunakan untuk memasarkan jeruk Siam madu tanpa adanya peranan dari kelembagaan petani baik itu Kelompok Tani, Balai Penyuluhan Pertanian, dan BUMDes. Dalam memasarkan jeruk Siam madu, petani menjual hasil panennya ke konsumen tanpa adanya kerja sama sesama petani jeruk Siam madu yang dapat menyebabkan banyaknya pola saluran pemasaran yang akan terbentuk pada kegiatan pemasaran jeruk Siam madu di Desa Jujun.

Petani di Desa Jujun menjadikan jeruk Siam madu sebagai mata pencaharian utama dan sekaligus melakukan pekerjaan seperti aparat sipil, berdagang, dan nelayan atau usahatani lainnya seperti padi sawah, cabai merah, kulit manis, dan

(8)

lain-lain untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan petani dalam berusahatani jeruk Siam madu diperoleh dari hasil kegiatan pasca panen yaitu pemasaran. Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran petani akan membuat keputusan dalam menjual hasil pertaniannya yaitu dengan melakukan distribusi jeruk Siam madu sampai ke konsumen yang disebut juga dengan saluran pemasaran.

Menurut Suriaatmaja (2015), petani mempunyai beberapa pilihan saluran pemasaran. Petani dapat menjual hasil tanamannya kepada para pedagang yang ada di pasar terdekat, atau menjual kepada para tengkulak dengan tujuan untuk menghindari masalah panen, transportasi, dan mencari pembeli, serta untuk menjaga dari risiko kerusakan tanaman hortikultura.

Petani jeruk Siam madu di Desa Jujun mayoritas memilih saluran pemasaran dalam menjual jeruk Siam madu ke konsumen yaitu tengkulak sebagai perantara untuk memasarkan jeruk Siam madu ke konsumen akhir. Tengkulak merupakan pelanggan tetap bagi petani jeruk Siam madu. Petani menjual hasil produksinya ke tengkulak karena pada saat jumlah produksi melimpah, buah jeruk tersebut bisa dijual dalam volume yang besar dan memperoleh keuntungan secara cepat serta menghindari tanggungan biaya yang besar dalam menyalurkan buah jeruk seperti pengangkutan, pengemasan, penyimpanan dan risiko kerusakan buah. Petani tidak memasarkan jeruk Siam madu langsung ke pasar atau ke konsumen akhir dikarenakan kurangnya informasi pasar yang luas mengenai mekanisme pasar dalam memasarkan jeruk Siam madu sehingga petani hanya memasarkan jeruk Siam madu ke tengkulak.

(9)

Jeruk Siam madu yang dipasarkan dari petani dilihat berdasarkan kualitas jeruk Siam madu terkhususnya dari ukuran yaitu grade A dan grade B. Kedua grade ini memiliki persamaan yaitu memiliki warna buah orange dan rasa yang manis.

Kemudian perbedaan kedua grade jeruk Siam madu tidak hanya dari ukuran akan tetapi juga dari kandungan air, berat buah dan diameter buah. Grade A memiliki memiliki kandungan air yang terasa lebih banyak dan ukuran buah yang lebih besar daripada Grade B. Grade A memiliki berat buah + 129 gr dan diameter + 65,7 mm dan grade B memiliki berat buah + 86 gr dan diameter + 59,5 mm.

Penetapan harga produsen jeruk Siam madu ditentukan oleh lembaga pemasaran berdasarkan jumlah produksi jeruk Siam madu dan jarak tempuh ke tujuan pasar. Hal ini bisa diketahui apabila jumlah produksi jeruk Siam madu melimpah maka harga jeruk mengalami penurunan dan apabila jarak tempuh tengkulak ke tujuan pasar semakin jauh, maka harga jeruk mengalami kenaikan dan sebaliknya. Pada Tahun 2021, perkembangan harga jeruk Siam madu di tingkat produsen ke tengkulak mengalami fluktuasi yang dimana harga jeruk Siam madu tertinggi berkisar antara Rp.10.000/kg –Rp.13.000/kg dan harga jeruk Siam madu terendah berkisar Rp.6.000/kg–Rp.8.000/kg (Lampiran 2).

Menurut Sumarni (2021), fluktuasi harga yang tinggi menyebabkan marjin pemasaran ikut menjadi tinggi, sementara marjin pemasaran memiliki hubungan negatif dengan farmer’s share yang dimana apabila marjin pemasaran yang tinggi akan berdampak pada farmer’s share yang rendah sehingga mengakibatkan petani memperoleh keuntungan yang rendah.

(10)

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan jeruk Siam madu dari Desa Jujun ke tujuan pasar mengeluarkan biaya-biaya dalam kegiatan pemasaran seperti biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya angkut, biaya pengemasan, dan biaya penyimpanan. Besarnya biaya pemasaran lembaga pemasaran tergantung dari jarak antara gudang ke tujuan pasar. Berdasarkan informasi dari pedagang besar bahwa jeruk Siam madu lebih dominan disalurkan ke tujuan pasar diluar Kabupaten Kerinci dikarenakan terdapat banyak permintaan jeruk Siam madu sehingga menjadikan akses pasar untuk menyalurkan jeruk Siam madu hanya diluar Kabupaten Kerinci. Oleh karena itu, semakin jauh jarak dari produsen ke tujuan pasar maka biaya pemasaran semakin besar. Tujuan pasar yang jauh dari produsen mengakibatkan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat sehingga panjangnya saluran pemasaran yang terjadi dalam memasarkan jeruk Siam madu dari produsen hingga sampai ke konsumen akhir.

Jarak antara produsen dengan tujuan pasar mempengaruhi kualitas buah jeruk Siam madu yang dijual pedagang jeruk memiliki bentuk fisik dan tingkat rasa buah yang bervariasi. Perbedaan kualitas jeruk Siam madu dilihat dari rasa dan bentuk buah jeruk Siam madu lebih segar yang diperoleh langsung dari produsen atau pengecer di pasar yang dekat dengan posisi produsen daripada pengecer yang jauh dari posisi produsen. Jeruk Siam madu dipasarkan ke Kota Sungai Penuh, Muara Bungo, Kota Bangko (Kab. Merangin), Muara Bulian, dan Kota Jambi (BPP Kecamatan Keliling Danau, 2021).

(11)

Jarak tujuan pasar jeruk Siam madu dari Desa Jujun ke Kota Sungai Penuh sekitar + 24,7 Km, Muara Bungo +116 Km, Kota Bangko (Kab. Merangin) + 95,5 Km, Muara Bulian + 216 Km, dan Kota Jambi + 235 Km. Jarak antara sentra produksi jeruk Siam madu dengan tujuan pasar berdampak pada panjang atau pendeknya saluran pemasaran yang dapat mempengaruhi mutu dan kualitas buah jeruk Siam madu yang dipasarkan yang dimana pada jarak terjauh dari Jujun ke Kota Jambi terdapat bentuk fisik jeruk Siam madu dengan kulit berwarna kuning dan sedikit rusak dibandingkan ke Kota Sungai Penuh yang dimana jeruk berwarna kuning kehijauan dan masih segar.

Berdasarkan observasi awal, mutu dan kualitas jeruk Siam madu yang dijual pada eceran mempengaruhi harga jual buah berdasarkan ukuran buah dan kondisi fisik jeruk Siam madu. Jeruk Siam madu di Kota Sungai Penuh, penetapan harga jual berdasarkan ukuran buah yang dimana ukuran yang besar atau grade A = Rp.20.000/Kg dan grade B = Rp.15.000/Kg dengan kondisi fisik jeruk yang bagus dan segar. Sedangkan di Kota Jambi penetapan harga jual berdasarkan ukuran buah yang dimana ukuran grade A = Rp.18.000/kg-Rp.20.000/Kg, grade B Rp.12.000/Kg-Rp 15.000/kg dan grade C atau koral = Rp.10.000/Kg.

Perbedaan harga jeruk Siam madu pada kawasan pasar yang berbeda menjadikan lembaga pemasaran dapat memainkan harga sesuai pasaran dikarenakan lembaga pemasaran menguasai informasi pasar. Hal ini menyebabkan panjangnya saluran pemasaran yang dimana terdapat tingginya marjin pemasaran dan rendahnya bagian yang terima petani sehingga keuntungan yang diperoleh petani lebih sedikit dibandingkan dengan lembaga pemasaran. Oleh karena itu, kemungkinan saluran pemasaran jeruk Siam madu yang terjadi tidak efisien.

(12)

Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam saluran pemasaran jeruk Siam madu mendorong peneliti untuk meneliti perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir, persentase bagian yang diterima petani, keuntungan setiap lembaga pemasaran dan efisiensi atau tidaknya saluran pemasaran yang terjadi sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Saluran Pemasaran Jeruk Siam Madu di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci”.

1.2. Rumusan Masalah

Jeruk Siam madu merupakan salah satu komoditas buah-buahan unggulan dan memiliki potensi yang terus dikembangkan di Provinsi Jambi. Jeruk Siam madu dibudidayakan secara merata di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Desa Jujun merupakan salah satu daerah penghasil jeruk Siam madu dan berkontribusi dalam memproduksi jeruk Siam madu di Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, dan Provinsi Jambi.

Petani jeruk Siam madu di Desa Jujun memiliki pengalaman baik dalam berusahatani maupun pemasaran jeruk Siam madu yang rendah sehingga kurangnya informasi pasar untuk memasarkan jeruk Siam madu yang lebih luas. Kemudian petani jeruk Siam madu dalam memilih saluran pemasarannya mayoritas menjual hasil panen ke lembaga pemasaran yaitu tengkulak. Hal ini dikarenakan tengkulak dapat menerima jeruk Siam madu dalam volume yang besar dan penanggunan risiko menyalurkan buah yang kecil. Dalam posisi transaksi, petani tidak dapat menentukan harga jual buah jeruk ke tengkulak dikarenakan minimnya informasi harga sehingga petani tidak dapat melakukan tawar-menawar dalam melakukan penjualan hasil panen. Oleh karena itu, masalah dalam keputusan petani dalam

(13)

memilih saluran pemasarannya yaitu ketergantungan petani dengan lembaga pemasaran.

Permasalahan lainnya dalam saluran pemasaran jeruk Siam madu di Desa Jujun yang diketahui adalah standar harga tidak stabil atau terjadinya fluktuasi harga dalam penjualan jeruk Siam madu di tingkat petani. Melimpahnya jumlah produksi jeruk Siam madu tidak seimbang dengan kemampuan pasar dalam menyerap produksi jeruk Siam madu sehingga terjadinya penurunan harga jeruk Siam madu. Fluktuasi harga jeruk Siam madu dapat mempengaruhi marjin pemasaran yang memilki hubungan positif yang dimana semakin tinggi fluktuasi harga maka marjin permasaran ikut menjadi tinggi.

Jarak antara produsen dengan tujuan pasar atau konsumen akhir yang relatif jauh mengakibatkan panjangnya saluran pemasaran dan mengakibatkan kesenjangan harga ditingkat petani dan harga ditingkat konsumen akhir relatif jauh.

Panjangnya saluran pemasaran tidak hanya diakibatkan jarak produsen dengan tujuan pasar yang jauh namun melibatkan banyaknya lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran jeruk Siam madu.

Kesenjangan antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat konsumen akhir atau marjin pemasaran mempengaruhi bagian yang terima petani/farmer’s share. Apabila marjin pemasaran tinggi maka bagian yang diterima petani rendah yang artinya petani memasarkan jeruk Siam madu memperoleh keuntungan yang relatif kecil.

(14)

Biaya pemasaran yang besar menjadi kendala pada lembaga pemasaran atau perantara dalam saluran pemasaran buah jeruk Siam madu dari produsen ke tujuan pasar yang dimana lembaga pemasaran menyalurkan buah jeruk ke tujuan pasar yang jauh untuk menghindari persaingan pasar yang besar antara para pedagang dengan pedagang lainnya yang dimana tujuan pasar terdekat terdapat banyak pedagang yang menjual buah jeruk di tempat yang sama. Besarnya biaya pemasaran akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran. Biaya pemasaran dan keuntungan memiliki hubungan negatif yang dimana semakin besar biaya pemasaran yang dikeluarkan maka keuntungan yang diperoleh semakin kecil.

Panjang atau pendeknya saluran pemasaran yang terjadi akan mengakibatkan perbedaan mutu dan kualitas jeruk Siam madu sehingga terjadinya penentuan harga yang berbeda-beda. Berdasarkan informasi dari pedagang eceran buah-buahan di dalam Kabupaten Kerinci seperti Kota Sungai Penuh dan di luar Kabupaten Kerinci yang terjauh seperti Kota Jambi, penentuan harga jual jeruk Siam madu apabila semakin besar ukuran buah maka harga jual semakin naik dengan kondisi fisik jeruk yang bagus dan sebaliknya.

Keputusan petani dalam memilih saluran pemasaran dan tujuan pasar yang dituju oleh lembaga pemasaran mempengaruhi efisiensi pemasaran yang akan berdampak pada keuntungan petani maupun lembaga pemasaran. Saluran pemasaran menjadi tidak efektif mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani dalam memasarkan jeruk Siam madu relatif kecil dikarenakan tingginya marjin pemasaran dan rendahnya farmer’s share. Tidak efisiennya saluran pemasaran dikarenakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran mengakibatkan keuntungan lembaga pemasaran relatif rendah.

(15)

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana saluran pemasaran jeruk Siam madu yang terjadi di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

2. Bagaimana marjin pemasaran dan persentase farmer’s share setiap saluran pemasaran jeruk Siam madu di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

3. Bagaimana rasio keuntungan dengan biaya pemasaran setiap saluran pemasaran di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

4. Bagaimana efisiensi pemasaran setiap saluran-saluran pemasaran jeruk di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan saluran pemasaran jeruk Siam madu yang terjadi di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

2. Menganalisis marjin pemasaran dan persentase farmer’s share setiap saluran pemasaran jeruk Siam madu di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

3. Menganalisis rasio keuntungan dengan biaya pemasaran setiap saluran pemasaran di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

4. Menganalisis efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran jeruk Siam madu di Desa Jujun Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci.

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan diperoleh pada penelitian ini yaitu, secara akademis dan praktis :

• Secara Akademis

1. Bagi Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) di Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan untuk menambah kemampuan dan pengetahuan terkait topik penelitian.

2. Bagi pembaca, untuk menjadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan terkait penelitian saluran pemasaran dan menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

• Secara Praktis

1. Bagi Petani, untuk memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai saluran pemasaran yang diambil agar memperoleh keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya.

2. Bagi pedagang/lembaga pemasaran, untuk memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam risiko yang diambil dalam mendistribusikan produk agar dapat meminimalisir biaya dan memperoleh keuntungan yang besar.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan pengaruh keberadaan

Bagi guru, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran seni yang menyenangkan sesuai dengan perkembangan dan

Kunci dari pelaksanaan Kurikulum 2013 terletak pada guru, sehingga guru perlu diberikan pembekalan yang cukup dalam bentuk bimbingan teknis (Bimtek) dan

Kesepuluh dasar dialog tersebut adalah; (1) bahwa tujuan awal proses dialog adalah untuk berubah, dan tumbuh dalam persepsi yang benar tentang kenyataan dan selanjutnya

1) Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukanya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan

Media kartu kata gambar menyajikan gambar yang dapat dilengkapi kata, pada setiap gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran tersendiri, dapat memperlancar dan

Berkaitan dengan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti sebuah metode belajar tari yang sebenarnya dari dulu sudah digunakan dalam proses belajar