PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING BERBASIS MULTIMEDIA
INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
EKSTRAPOLASI SISWA SMK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh
Kiki Puspita Sari
0902063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING BERBASIS MULTIMEDIA
INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
EKSTRAPOLASI SISWA SMK
Oleh
Kiki Puspita Sari
0902063
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Kiki Puspita Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
KIKI PUSPITA SARI
NIM. 0902063
PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING BERBASIS MULTIMEDIA
INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
EKSTRAPOLASI SISWA SMK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. H. Eka Fitrajaya Rahman, M.T. NIP. 196402141990031003
Pembimbing II,
Jajang Kusnendar, M.T. NIP. 197506012008121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
EKSTRAPOLASI SISWA SMK
Kiki Puspita Sari, 0902063, qyqyps@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui perbedaan rerata pada tingkat pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah setelah diterapkan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif, 2) Mengetahui peningkatan pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah setelah diterapkan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif, 3) Mengetahui respon siswa terhadap multimedia pembelajaran interaktif dengan menggunakan strategi scaffolding. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design dengan One Group Pretest-Postest Design. Sempel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI RPL dan XI TKJ 1 di SMK Negeri 1 Cirebon. Penelitian ini dilakukan di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Instrumen penelitian yang digunakan berupa test dan non test. Instrumen test yang digunakan berupa soal pretest dan soal posttest, sedangkan untuk instrumen non test berupa angket dan lembar observasi. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil pengolahan data pretest dan posttest yang menyatakan bahwa nilai <g> keseluruhan sebesar 0,58, yang mana perolehan nilai <g> untuk kelompok atas sebesar 0,61, untuk kelompok sedang sebesar 0,59, dan untuk kelompok bawah sebesar 0,53. Dari uji prasyarat yang mencakup uji normalitas dan uji homogenitas, didapatkan hasil yang normal dan homogen pada tiap kelompoknya. Sedangkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji anova satu jalur, didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok atas dengan kelompok bawah dan kelompok sedang dengan kelompok bawah. Data ini juga didukung dengan perolehan hasil kuesioner terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif, yang mendapat persentase tingkat kesepakatan sebesar 80,70%. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman ekstrapolasi siswa SMK.
APPLICATION OF INTERACTIVE MULTIMEDIA BASED ON SCAFFOLDING STRATEGIES TO ENHANCE UNDERSTANDING OF
THE EXTRAPOLATION OF VOCATIONAL STUDENTS
Kiki Puspita Sari, 0902063, qyqyps@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to 1) Determine the mean difference in the level of extrapolation understanding between upper group student, the medium group, and the lower group after application of interactive multimedia based on scaffolding strategy, 2) Determine the increased ability of extrapolation understanding between upper group student, the medium group, and the lower group after application of interactive multimedia based on scaffolding strategy, 3) Knowing the students response to the multimedia of interactive learning using scaffolding strategies. The method used is the Pre-Experimental Design with One Group Pretest-posttest design. Sempel used in this study were students of class XI RPL and XI TKJ 1 of SMK Negeri 1 Cirebon. This research was conducted in the first semester of the academic year 2013/2014. The research instrument used in the form of test and non-test. Test instruments used were a matter of pretest and posttest questions, while for non-test instruments such as questionnaires and observation sheets. Based on the study, obtained the data processing pretest and posttest state that <g> overall value of 0.58, which is the acquisition <g> value of 0.61 for the upper group, for the medium group of 0.59, and for the lower group of 0.53. Of the prerequisite test that includes tests of normality and homogeneity tests, showed normal and homogeneous in each group. While on hypothesis testing using one way anova, found significant differences between the upper groups with the lower group and the medium group with the lower group. This data is also supported by the results of a questionnaire on the implementation of the acquisition strategy based interactive multimedia scaffolding, which gets a percentage rate of 80.70 % agreement. Finally, it can be concluded that the application of interactive multimedia based on scaffolding strategies to enhance understanding of the extrapolation of vocational students.
Keywords: scaffolding strategy, interactive multimedia, understanding
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR DIAGRAM ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Hipotesis Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Pembelajaran... 10
B. Strategi Scaffolding ... 15
C. Pemahaman Ekstrapolasai ... 22
E. Multimedia Pembelajaran ... 29
F. Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Metode Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
D. Variabel dan Tahapan Penelitian ... 35
E. Instrument Penelitian ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Teknik Pengujian Instrument Penelitian ... 43
H. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Tahap Persiapan Penelitian ... 55
B. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 75
C. Tahap Analisis Data Hasil Penelitian ... 80
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 115
C. Rekomendasi... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 116
LAMPIRAN ... 119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dalam proses berkembangnya pemikiran seseorang ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat
Hamalik (2004:79) yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Siswa yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan memperoleh perubahan yang akan berfungsi di kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan memiliki tujuan yang perlu dicapai. Ruhimat et al (2009:24) berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan dan masyarakat. Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar kegiatan pendidikan tetapi terdapat dalam setiap proses pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hidup.
Dalam pendidikan diperlukan adanya proses pembelajaran yang berisi kegiatan belajar dan mengajar. Dimana menurut Gunawan (2007:1), dalam setiap proses pembelajaran selalu akan ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah:
1. Kurikulum, materi yang akan diajarkan. 2. Proses, bagaimana materi diajarkan. 3. Produk, hasil dari proses pembelajaran.
Ketiga aspek ini sama pentingnya, karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan pembelajaran. Dalam pembelajaran ada yang disebut
pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang akan digunakan. Hal yang juga perlu diperhatikan guru sebelum melakukan proses pengajaran yaitu melihat dan mempelajari situasi dan kondisi dalam ruang belajar termasuk memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara keseluruhan.
Dalam undang-undang RI nomer 14 tahun 2005, bab I, pasal 1, ayat 1 guru memiliki pengertian sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Gunawan (2007:165) berpendapat bahwa, dulu guru dipandang sebagai sumber informasi utama. Kini, karena sedemikian mudahnya murid mendapatkan informasi maka guru seharusnya berperan sebagai fasilitator dan katalisator dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini siswalah yang berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil pembelajaran. Karena berfungsi sebagai fasilitator, maka posisi guru dan siswa adalah sama. Sedangkan guru sebagai katalisator adalah guru membantu siswa dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Guru bertindak sebagai pembimbing, membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, emosi, serta aspek intelektual siswa.
Menurut Arikunto (2012:254), siswa memiliki kedudukan dalam kelompok atau kelasnya, maksudnya adalah letak dimana siswa berada dalam urutan tingkatan tertentu di dalam kelas. Kedudukan tersebut diperoleh berdasarkan kemampuan pemahaman siswa yang beragam. Kemampuan pemahaman siswa diasumsikan tergambar dalam sebuah kurva normal.
kemampuan pemahaman masing-masing siswa mudah diukur arah perkembangannya, apakah semakin meningkat ataukah semakin menurun.
Dalam penelitian ini, kemampuan pemahaman siswa dikhususkan kepada kemampuan pemahaman ekstrapolasi yang merupakan kemampuan siswa untuk meramalkan kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan implikasi yang sejalan dengan kondisi yang
digambarkan (Subiyanto, 1988:49). Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui suatu materi yang sifatnya hanya mengingat saja, tetapi juga mampu mengungkapkan kembali suatu materi tersebut ke dalam bentuk lainnya yang mudah dimengerti, memberi interpretasi serta mampu mengaplikasikannya. Kemampuan pemahaman ekstrapolasi perlu ditingkatkan pada siswa tingkat SMK, karena selain harus mengetahui dan memahami suatu materi, siswa SMK juga harus mampu mengaplikasikan materi yang didapatnya dalam kehidupan nyata sehari-hari, apalagi mengingat kebanyakan lulusan siswa SMK langsung terjun ke dunia kerja.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman ekstrapolasi adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan digunakan. Dalam proses pembelajaran sebaiknya dilakukan berbagai variasi dan mengikutsertakan siswa dengan cara menempatkan siswa sebagai pemeran utama dalam pembelajaran dan guru hanya membantu jika siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan cara tersebut siswa akan terhindar dari rasa bosan dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap aktif, kreatif serta inovatif dalam diri masing-masing siswa.
Einsten berpendapat bahwa “Learn from yesterday, live for today, hope
for tomorrow. The important thing is to not stop questioning” yang berarti bahwa belajarlah dari hari kemarin, lakukanlah untuk hari ini, dan
berharaplah untuk hari esok. Yang penting jangan pernah berhenti bertanya (Nurhidayat, 2005:59). Dengan kata lain, pembelajaran dapat diperoleh kapan saja dan dimana saja.
pembelajarannya. Bahkan disinyalir semakin lama semakin bertambah seiring dengan semakin cepatnya perubahan masyarakat dan meningkatnya tuntutan standar mutu. Tirtaharja dan Sulo (Rohman, 2007:3) menyebutkan ada beberapa permasalahan yang terjadi pada praktek pembelajaran di sekolah pada khususnya dan praktek penyelenggaraan sekolah pada umumnya. Masalah-masalah tersebut dapat timbul dari cara guru mengajar, cara siswa
belajar, serta kondisi saat proses pembelajaran itu berlangsung. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh seorang guru adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap seluruh siswanya. Karena pendekatan dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Bila seperti itu akibatnya, maka guru harus lebih selektif dalam memilih suatu pendekatan guna berjalannya proses belajar mengajar dengan baik.
Salah satu pendekatan dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan sebuah strategi pembelajaran. Gerlach dan Ely (Hamdani, 2011:19) mengemukakan bahwa, apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang mana prosesnya dapat meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Dengan adanya strategi menjadikan proses pembelajaran lebih terarah dan sitematis. Jika digabungkan dengan strategi, salah satu pengajaran yang cocok digunakan adalah dengan scaffolding. Menurut Thompson (2009:417) strategi scaffolding dipandang sebagai langkah yang tepat untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. Perancah telah banyak dibahas sebagai strategi pengajaran yang digunakan sebagai model untuk mengembangkan teknologi
Dalam strategi scaffolding siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. Siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru pada awal pembelajaran agar mereka lebih terarah sehingga proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan secara bertahap kepada siswa agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Strategi scaffolding yang disusun dalam penelitian ini memiliki beberapa ketentuan, dimana siswa dituntut untuk belajar mandiri secara berkelompok dengan bantuan multimedia pembelajaran interaktif. Pembelajaran secara berkelompok dengan menggunakan multimedia interaktif ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena peran guru disini hanya sebagi fasilitator saja, dimana semua kegiatan pembelajaran telah ditanamkan di dalam multimedia yang telah dibuat. Terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan belajar kooperatif dengan menggunakan multimedia antara lain :
1. Adanya ketergantungan dan tanggung jawab dari setiap anggota kelompok.
2. Adanya interaksi yang promotif dimana usaha seseorang individu akan mendukung usaha anggota kelompok lainnya.
3. Kesempatan latihan untuk bekerjasama.
4. Pengembangan dan pemeliharaan kelompok (Hooper dalam Munir, 2012:122)
Munir (2012:138) mengatakan bahwa teknologi multimedia telah menjanjikan potensi besar dalam merubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan informasi, dan sebagainya. Multimedia
penangkapan informasi. Kelengkapan media yang dimiliki teknologi multimedia meliputi seluruh indera yang memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Teknologi multimedia dapat berkemampuan untuk mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, dan emosi peserta didik ke arah yang lebih baik. Hamalik (Nurseto, 2011) menyatakan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan keinginan dan minat baru,
meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan berpengaruh secara psikologis terhadap siswa.
Adapun hasil penelitian untuk memperkuat penjelasan diatas dilakukan oleh Sumpena (2012), yang mengatakan bahwa pembelajaran TIK dengan menggunakan strategi scaffolding dengan memanfaatkan multimedia telah sesuai dengan perencanaan dan berhasil meningkatkan prestasi belajar. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2010), yang mengatakan bahwa kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan teknik scaffolding lebih baik daripada dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan pembagian kelas eksperiment dan kelas kontrol ke dalam tiga kelompok siswa berdasarkan kemampuan matematisnya, terlihat pengaruh pembelajaran teknik scaffolding terhadap representasi matematis siswa.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan rerata pada tingkat pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif?
2. Apakah terdapat peningkatan pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif?
3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif?
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran menggunakan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif.
2. Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini hanya sebatas aspek kognitif C1, C2, C3 yang diarahkan kepada pemahaman ekstrapolasi .
3. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah pemrograman web pada pokok bahasan pembuatan form dengan menggunakan bahasa HTML di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan RPL dan TKJ kelas XI.
D. Tujuan Penelitian
Dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penulis menyusun beberapa tujuan penelitian, yaitu:
2. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah setelah diterapkan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif.
3. Untuk mengetahui respon siswa setelah diterapkan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagi pihak yang terkait, diantaranya:
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini untuk peneliti sendiri agar mendapat pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang baik dan efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif khususnya pemahaman ekstrapolasi.
2. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini untuk guru yaitu sebagai bahan masukan guna memperluas pengetahuan dan wawasan guru mengenai pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif yang memungkinkan dapat diterapkan pada proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya.
3. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini siswa diharapkan mendapat pengalaman pembelajaran yang dapat memicu semangat belajar serta hasil belajar yang meningkat, khususnya pada pemahaman ekstrapolasi.
4. Bagi Peneliti Lain
Melalui penelitian ini peneliti lain diharapkan dapat mengetahui
gambaran mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan ketika
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah melakukan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan rerata pada tingkat pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan
kelompok bawah terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif.
H1 : Terdapat perbedaan rerata pada tingkat pemahaman ekstrapolasi antara siswa kelompok atas, kelompok sedang, dan kelompok bawah terhadap penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif.
G. Definisi Operasional
1. Strategi pembelajaran : Suatu rangkaian rencana kegiatan yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Strategi Scaffolding : Proses pemberian bantuan kepada peserta didik dalam ZPDnya (Zona antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial yang dimiliki anak).
3. Pemahaman Ekstrapolasi : Kemampuan yang menuntut siswa untuk meramalkan suatu data dari suatu bentuk data yang lain yang serupa, kemampuan meramalkan ini menuntut kemampuan intelektual siswa yang lebih tinggi, misalnya membuat telaahan tentang kemungkinan apa yang akan berlaku.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan bentuk “Pre-Experimental Design”. Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh dikarenakan masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, dimana tidak adanya kelas kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:109)
B. Desain Penelitian
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Postest Design. Menurut Sugiyono (2011:110), pada desain ini diberikan pretest
sebelum diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui secara akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretest-postest
Pembelajaran Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Penerapan Strategi Scaffolding Berbasis Multimedia Interaktif
Atas
X Sedang
Bawah
Keterangan:
O1 : Nilai pretest siswa (Sebelum diberi perlakuan) O2 : Nilai postest siswa (Setelah diberi perlakuan)
Pada desain ini terdapat dua kelas eksperimen yang diberikan perlakuan yang sama, yaitu dengan menerapkan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif dalam proses pembelajaran.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun populasi dan sampel penelitian sebagai berikut:
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, akan tetapi bisa berupa objek maupun benda alam lainnya yang meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek ataupun objek tersebut (Sugiyono, 2011:117).
Yang menjadi sasaran populasi penelitian adalah kelas XI Program Studi Teknik Informasi dan Komunikasi SMK Negeri 1 Kota Cirebon tahun ajaran 2013-2014.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118).
Dalam penelitian ini digunakan teknik Non Probability Sampling yang mana dalam teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dari teknik Non Probability Sampling tersebut, kemudian peneliti menggunakan Purposive Sampling yang merupakan bagian dari Non Probability Sampling.
Sampel penelitian yang akan diambil yaitu kelas XI RPL-1 dan XI
D. Variabel dan Tahapan Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel didalam penelitian ini dibedakan menjadi dua,
yaitu independent variable atau variabel bebas dan dependent variabel atau variabel terikat. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah penerapan strategi scaffolding. Variabel bebas dalam penelitian dilambangkan dengan menggunakan simbol X.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah meningkatkan pemahaman ekstrapolasi siswa SMK. Variabel terikat dalam penelitian ini dilambangkan dengan simbol Y.
Hubungan antara kedua variabel di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel X
Penerapan Strategi
Scaffolding
Peningkatan pemahaman Variabel Y ekstrapolasi
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel
2. Tahapan Penelitian
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan informasi mengenai metode dan kemampuan siswa di sekolah. Setelah ditemukan suatu masalah, kemudian peneliti menentukan solusi atas permasalahan yang terjadi dan melakukan studi literatur mengenai strategi scaffolding sebagai solusi
untuk pemecahan masalah. Setelah ditemukan solusi atas permasalahan, kemudian peneliti melakukan penyusunan instrumen. Instrumen yang dibuat antara lain adalah RPP, instrumen tes, instrumen non tes dan multimedia. Pembuatan multimedia terdiri dari beberapa fase yaitu fase analisis, fase desain, fase pengembangan, fase implementasi dan fase penilaian. Setelah seluruh instrumen selesai dibuat, dilakukan penilaian kepada para ahli apakah instrumen yang dibuat sudah layak digunakan atau perlu diperbaiki. Sebelum instrument test digunakan untuk penelitian, dilakukan uji coba terlebih dahulu dan diakhiri dengan analisa terhadap hasil dari uji coba intrumen tes yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda. Pada akhir dari tahapan perencanaan yaitu menentukan populasi dan sampel yang akan digunakan selama penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dimulai dengan pemberian pretest untuk mengukur pemahaman siswa sebelum diberikannya perlakukan. Setelah itu, siswa diberikan pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif. Selama proses pembelajaran, observer (guru mata pelajaran) melakukan observasi proses pembelajaran yang
respon siswa terhadap strategi pembelajaran serta multimedia yang digunakan.
c. Tahap Analisis
Tahapan analisis data meliputi analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan. Pada tahapan pengolahan data,
Dari tahapan di atas dapat di ambil sebuah skema penelitian sebagai berikut :
E. Instrument Penelitian
Menurut Arikunto (2010:193), secara garis besar maka alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: tes dan non test. Test merupakan bentuk evaluasi untuk memperoleh data tentang status sesuatu yang dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi adalah juga mengadakan pengukuran. Alat evaluasi
yang dipakai dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes yang digunakan oleh peneliti yaitu instrument berupa soal-soal tes. Dimana pada awal penelitian dilakukan pretest untuk mengukur kondisi awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Setelah hasil pretest didapat, selanjutnya diberikan perlakuan terhadap objek yang diteliti, kemudian diadakan evaluasi postest guna mengetahui sejauh mana peningkatan ataupun perubahan kondisi siswa setelah mendapatkan perlakuan apakah pemahaman ekstrapolasi siswa mengalami peningkatan atau tidak. Soal yang terkandung dalam pretest maupun postest mencakup soal pemahaman C1, C2, C3 pada aspek ekstrapolasi.
2. Lembar observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap objek penelitian untuk melihat kegiatan yang dilakukan.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi sistematis dimana observasi dilakukan selama pembelajaran di kelas eksperiment berlangsung dengan bantuan penilaian yang dilakukan oleh observer.
3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket yang digunakan ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan strategi scaffolding. Angket ini berisi 22 pertanyaan yang berisi 11 pertanyaan bersifat positif dan 11 pertanyaan bersifat negatif.
4. Multimedia Interaktif
Pembuatan multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan. Adapun tahapan dalam pembuatan multimedia interaktif menurut Munir (2012:101) adalah :
a. Fase analisis
Fase ini menetapkan keperluan pengembangan software dengan melibatkan tujuan pembelajaran, pelajar, pendidik, dan lingkungan. Analisis ini dilakukan dengan kerjasama di antara pendidik dengan pembuat software dalam meneliti kurikulum berasaskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Fase desain
c. Fase pengembangan
Fase ini berasaskan strategi yang disediakan dengan tujuan merealisasikan sebuah prototip software pembelajaran.
d. Fase Implementasi
Fase ini membuat pengujian unit-unit yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran dan juga prototip yang telah siap.
e. Fase penilaian
Fase ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan software yang dikembangkan sehingga dapat membuat penyesuaian dan penggambaran software yang dikembangkan untuk pembuatan software yang lebih baik.
Tahap pengembangan multimedia di atasdapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Gambar 3.3 Model Siklus Hidup Menyeluruh
(Munir, 2012:107)
F. Teknik Pengumpulan Data
dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi teknik tertulis berupa tes secara pretest dan postest, lembar angket atau kuesioner, serta lembar observasi. Dimana pengelompokan data dibagi
kedalam dua jenis data, yaitu:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari hasil pretes dan postes. Pengumpulan data–data tersebut dilakukan oleh siswa yang telah menggunakan instrumen penelitian seperti mengerjakan pretes, dan mengerjakan postes.
Penelitian dengan data kuantitatif ini dibagi kedalam 3 kelompok yaitu, kelompok 1 (atas), 2 (sedang), 3 (bawah). Pengelompokan ini berdasar kepada Arikunto (2012:294) yang menyatakan bahwa kemampuan siswa terbagi kedalam tiga golongan, yaitu siswa dengan kemampuan tinggi (kelompok atas), siswa dengan kemampuan sedang/rata-rata (kelompok sedang), dan siswa dengan kemampuan rendah (kelompok bawah). Penentuan kelompok siswa berdasarkan nilai murni ulangan harian mata pelajaran HTML pada pertemuan sebelumnya. Materi yang diulangankan tersebut berbeda dengan materi yang diberikan oleh peneliti.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari
G. Teknik Pengujian Instrument Penelitian
Dalam pengolahan data hasil coba instrumen dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari suatu instrumen test yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor
variable jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Dalam penelitian ini terdapat 60 soal pilihan ganda yang akan diujikan. Untuk mendapatkan validitas dari tiap butir soal digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut:
... (3.1)
(Guilford dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:154)
Dimana:
Untuk mengetahui tinggi rendahnya validitas suatu soal berdasarkan hasil perhitungan rumus di atas, maka digunakan tabel pedoman untuk mengetahui interpretasi koefisien korelasi yang ada pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Besarnya rxy Interpretasi
Validitas sangat tinggi (sangat baik)
Validitas tinggi (baik)
Validitas sedang (cukup)
Validitas rendah (kurang)
Validitas sangat rendah
Tidak valid
(Guilford dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:147)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:167). Untuk mengukur tingkat reabilitas suatu soal pilihan ganda yang penyekorannya 1 dan 0 yaitu digunakan menggunakan rumus Flanagan :
... (3.2)
(Suherman dan Sukjaya, 1990:182) Keterangan :
= Koefisien Realibilitas Seluruh Alat Tes. = Varians Belahan Pertama ( )
= Varians Belahan Kedua ( )
= Varians Skor Total
Skor nomor butir ganjil sebagai belahan pertama dan skor butir genap sebagai belahan kedua yang kemudian dicari variansinya.
Adapun rumus untuk menghitung varians belahan pertama dan belahan kedua yaitu :
∑ ∑
(Suherman dan Sukjaya, 1990:183) Keterangan:
= Varians ( )
X = Skor siswa pada butir soal
n = Jumlah Siswa
Untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat evaluasi dapat
digunakan tolak ukur seperti yang ada pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi
Derajat reliabilitas sangat rendah
Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang
Derajat reliabilitas tinggi
Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Guilford dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:177)
3. Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran tes adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu tes. Jika suatu tes memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut baik. Dengan kata lain, suatu tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum) 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Kontinum indeks kesukaran dapat tergambar seperti di bawah ini.
0,00 1,00
Sukar - Mudah
Gambar 3.4 Indeks kesukaran
Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dengan bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut :
(Suherman dan Sukjaya, 1990:213) Keterangan :
JBa = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas JBb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah JSa = 27% jumlah dari kelompok atas
JSb = 27% jumlah dari kelompok bawah
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat diinterpretasikan untuk menemukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan
kriteria pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran seberapa jauh kemampuan butir soal mampu tersebut mampu membedakan anak yang pandai (upper group) dengan anak yang kurang pandai (lower group) berdasarkan kriteria tertentu. Pengertian tersebut didasarkan pada asumsi Galton bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan
antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Derajat daya pembeda suatu butir soal dinyataklan dengan indeks diskriminasi yang bernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Indeks diskriminasi makin mendekati 1,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin baik, sebaliknya jika makin mendekati 0,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin buruk. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:
Atau
Keterangan :
JBa = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal benar JBb = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar JSa = Jumlah siswa kelompok atas
JSb = Jumlah siswa kelompok bawah
(Suherman dan Sukjaya, 1990:201)
Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:202) dimana:
... (3.4)
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP) Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
H. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebuah data yang akan dihitung, hal ini diperlukan untuk mengetahui uji statistik yang akan digunakan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan perhitungan dengan uji liliefors ini untuk mengetahui normalitas data dengan data yang kecil sehingga tidak perlu dikelompokan. Pengujian dilakukan menggunakan koefisien T. Setelah didapatkan hasil, T hitung akan
dikonfirmasikan dengan T tabel pada T(N)(1- ). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila T hitung < T tabel pada taraf tertentu
(Purwanto, 2010:161)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung normalitas data menggunakan uji liliefors adalah :
a) Menghitung rata-rata data. b) Menghitung standar deviasi data.
c) Menghitung Zi (setelah data diurutkan dari data terkecil ke terbesar) dengan rumus :
d) Menghitung nilai F*(X) dengan cara melihat harga tabel dari Zi yang kemudian dihitung dengan rumus :
F*(X) (apabila Zi bernilai positif)
F*(X) (apabila Zi bernilai negatif)
e) Menghitung s(X) dengan rumus :
f) Menghitung nilai T dengan rumus :
Setelah melakukan uji normalitas, maka selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas sebagai prasyarat uji parametrik. pengujian homogenitas varians dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok yang akan dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varians homogen (Purwanto, 2011:176).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan perhitungan dengan uji bartlet dilakukan apabila kelompok yang dibandingkan mempunyai jumlah sampel yang tidak sama besar. Menurut Purwanto (2011:180) homogenitas varians diuji menggunakan rumus sebagai berikut :
∑
Dimana ln 10 =2,303.
Data yang dihitung dinyatakan homogen apabila hitung < tabel
pada taraf kesalahan tertentu.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung ... (3.11)
...... (3.7)
... (3.9) ... (3.8)
a) Menghitung standar deviasi dan varians dari data yang akan diuji. b) Menghitung varians gabungan dengan rumus :
∑ ∑ c) Menghitung harga B dengan rumus :
d) Menghitung nilai dengan rumus :
∑
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan perhitungan dengan uji ANOVA. ANOVA adalah suatu cara untuk melihat perbedaan rerata melalui hasil uji variansinya.
Jenis ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ANOVA satu jalur, karena hanya memperhatikan satu peubah saja yaitu peningkatan pemahaman ekstrapolasi siswa. Perbedaan rerata dengan uji ANOVA dapat ditulis sebagai berikut :
Purwanto (2011:204) Keterangan :
RJK(AK) = Variansi antar kelompok RJK(DK) = Variansi dalam kelompok
Menurut Purwanto (2011:208), langkah - langkah untuk pengujian hipotesis menggunakan uji ANOVA satu jalur adalah :
... (3.12)
... (3.13)
... (3.14)
... (3.15)
1) Menghitung jumlah kuadrat
a) Antar Kelompok, dengan rumus : dkA = k – 1
b) Dalam Kelompok dkD = n – k
3) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK) a) Antar kelompok, dengan rumus :
b) Dalam kelompok, dengan rumus :
4) Menghitung nilai F, dengan rumus :
5) Menentukan F tabel dengan ketentuan : F(dk AK)(dk DK)(a)
6) Membuat tabel ringkasan ANOVA
Tabel ringkasan ANOVA berisi data hasil perhitungan yang meliputi sumber varians, JK (jumlah kuadrat), dk (derajat kebebasan), RJK (rata-rata jumlah kuadrat), F hitung, dan F tabel. Tabel ringkasan ANOVA dipergunakan untuk memudahkan
..... (3.25) 7) Membuat kesimpulan
Apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Adapun hipotesis untuk uji ANOVA adalah:
Ho : tidak terdapat perbedaan tingkat pemahaman ekstrapolasi siswa pada kelompok atas, tengah, dan bawah setelah diterapkan strategi scaffolding.
H1 : terdapat perbedaan tingkat pemahaman ekstrapolasi siswa pada kelompok atas, tengah, dan bawah setelah diterapkan strategi scaffolding.
c. Uji Gain
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pretes, postes, dan indeks gain. Indeks gain digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman ekstrapolasi siswa. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Hake, 1998:64) Kriteria indeks gain menurut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain
Nilai Klasifikasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > g ≥ 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
2. Data Kualitatif
a. Angket
Angket diberikan kepada siswa pada akhir penelitian setelah melakukan postest. Skala yang digunakan dalam angket tersebut ialah skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Pada skala ini tidak menggunakan opsi ragu-ragu. Setiap jawaban siswa pada angket tersebut diberi bobot,
dan pembobotan yang dipakai menurut Sugiyono (2011:135) adalah sebagai berikut:
Tabel.3.7 Kategori Jawaban Angket
Setelah pengskoran, kemudian dilakukan pengolahan dengan cara menentukan rata-rata skor siswa. Rata-rata skor pernyataan angket dengan skala likert adalah sebagai berikut :
∑ ∑
Skor ideal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Hasil presentase kemudian diintepretasikan berdasarkan skala kategori kemampuan dengan kategori sebagai berikut :
Jenis Pertanyaan
Skor
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Negatif 1 2 4 5
... (3.26)
Tabel 3.8 Rata-rata skor jawaban angket
Nilai (%) Kategori
S ≤ 20 Sangat kurang
21 ≤ S ≤ 40 Kurang
41 ≤ S ≤ 60 Cukup
61 ≤ S ≤ 80 Baik
81 ≤ S ≤ 100 Sangat Baik
Setelah diketahui presentase dari hasil angket. Secara kontinum dapat
dibuat kategori dengan interval sebagai berikut (Sugiyono, 2011:137) :
Sangat tidak setuju Kurang setuju Ragu Setuju Sangat setuju
|1/5 skor ideal| |2/5 skor ideal| |3/5 skor ideal| |4/5 skor ideal| |skor ideal|
Gambar 3.5 Interval Interprestasi Kategori Perolehan Angket
b. Lembar Observasi
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran dengan menggunakan strategi scaffolding. Hasil dari observasi tersebut menjadi bahan evaluasi dan
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang diperoleh dari nilai pretes, postes, angket, dan lembar observasi yang dilaksanakan pada saat
penelitian di SMK Negeri 1 Kota Cirebon, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Multimedia Pembelajaran Interaktif dikembangkan dengan lima tahap yaitu tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi dan tahap penilaian.
2. Dari hasil penelitian, menunjukan penerapan strategi scaffolding berbasis multimedia interaktif mampu meningkatkan pemahaman ekstrapolasi siswa SMK pada mata pelajaran pemrograman web dengan bahasa HTML. Peningkatan tiap kelas tersebut dilihat berdasarkan pada nilai gain ternormalisasi yang didapatkan. Nilai gain kelompok atas sebesar 0,61, kelompok sedang 0,59 dan kelompok bawah 0,53. Dari nilai gain
tersebut, semua kelas masuk kedalam kriteria “Sedang”. Dan
peningkatan pemahaman ekstrapolasi siswa SMK pada mata pelajaran pemrograman web dengan bahasa HTML yang paling signifikan terdapat pada siswa kelompok atas yang selanjutnya diikuti oleh siswa kelompok sedang kemudian siswa kelompok bawah.
3. Terdapat perbedaan peningkatan dalam indikator pemahaman ektrapolasi. Secara umum, soal tipe C3 memiliki peningkatan lebih baik apabila dibandingkan dengan soal tipe C1 dan soal tipe C2.
4. Hampir seluruh siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan strategi
scaffolding berbasis multimedia pembelajaran interaktif memberikan
B. Saran
Berdasarkan pengalaman dan temuan yang diperoleh selama penelitian, maka dikemukakan beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak yang bersangkutan, diantaranya :
1. Agar penyajian materi selama proses pembelajaran terkesan menarik dan tidak monoton, lebih baik mencoba menggunakan strategi pembelajaran
yang beragam dan lebih menarik minat siswa. Misalnya dengan menggunakan strategi scaffolding berbasis multimedia pembelajaran interaktif, yang telah terbukti pada penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman ekstrapolasi siswa serta mendapatkan respon yang positif dari siswa.
2. Apabila guru akan menerapkan strategi scaffolding dalam proses pembelajaran, hendaknya dapat memperhatikan waktu dengan baik, dan segala kebutuhan selama proses pembelajaran lebih baik dipersiapkan terlebih dahulu sebelum jam pembelajaran dimulai, supaya tidak mengganggu dan mengurangi jam pelajaran karena digunakan untuk mempersiapkan kebutuhan tersebut.
3. Ketika hendak mengelompokan siswa kedalam kelompok kecil untuk proses diskusi kelompok, jangan hanya melihat nilai murni siswanya saja akan tetapi lihat pula karakteristik dan gaya belajar siswa pada kelas tersebut.
C. Rekomendasi
Bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik dengan model strategi pembelajaran scaffolding hendaknya peneliti harus mampu memanagement waktu yang tersedia, supaya setiap langkah pembelajaran yang telah
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, S.S. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak Dipublikasikan.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Barnawi & Arifin, M. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
9whC2mug22a1ug&bvm=bv.51156542,d.bmk. Diakses Tanggal : 20 Agustus 2013.
Gunawan, A.W. (2007). Genius Learning Strategy Petunujk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hake, R. R. (1998). Analyzing Change/Gain Score. America Physics Journal. 66, 64-74.
Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hamdani.(2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.
Hanafiah, N. & Suhana, C. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.Refika Aditama.
Jadallah et al. (2011). Influence of a Teacher’s Scaffolding Moves During Child-Led Small-Group Discussions. American Education Research Journal. 48, (1), 194-230.
Magno, Carlo. (2010). The Effect of Scaffolding on Children’s Reading Speed, Reading Anxiety, and Reading Proficiency. [Online]. Tersedia : http://www.tesol-journal.com/PDF/A6_V3_TESOL.pdf . Tesol Journal. 3, 92-98. Diakses Tanggal : 19 Agustus 2013.
Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.
Noor, F.R. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Tidak Dipublikasikan.
Nurhidayat. (2005). Nasihat Tokoh-Tokoh Terkenal Dunia. Bandung : CV Nuansa Aulia.
Nurseto. (2012). “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”. Jurnal Ekonomi
dan Pendidikan. 8, (1), 19-35.
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rohman, A (2007). Masalah Pembelajaran dan Pemecahannya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ruhimat et al. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudrajat, Ahmad. (2013). Pengertian Pendekatan Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Teknik Pembelajaran, Taktik Pembelajaran,
dan Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR_PEND_LUAR_SEKOLAH/19701210199 8022-IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatan.pdf. Diakses Tanggal 03 Desember 2013.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.
Suherman, E. & Sukjaya, K. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.
Sumpena, Iyang. (2012). Penerapan Strategi Scaffolding Dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP/MTs Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Tidak Dipublikasikan.
Verenikina, I. (2008). “Scaffolding and learning : its role in nurturing new learners”. Papers Chapter 10.