1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan keluarga (Nukman dalam Eva, 2016). Pernikahan usia muda ini rupanya banyak terjadi di Indonesia. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia muda cukup tinggi (rangking 37 dari 63 negara berkembang yang tergabung dalam UNICEF), sedangkan dari 158 negara dengan usia legal minimum menikah adalah 18 tahun ke atas, Indonesia masih di luar legal minimum tersebut.
menunjukkan bahwa, banyak pasangan usia muda yang memutuskan untuk menikah. Adapun faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda tersebut, diantaranya: faktor pengetahuan, faktor pendidikan, faktor pergaulan bebas, serta faktor budaya (Fitra dalam Astuty, 2013). Pada umumnya pernikahan usia muda banyak terjadi di kalangan pelajar sekolah baik SMP, SMA, maupun mahasiswa atau mahasiswi yang semestinya fokus menuntut ilmu dan mengembangkan bakat (BKKBN, 2012).
BKKBN (2012) sendiri menetapkan usia sehat dalam pernikahan adalah usia 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk perempuan. Hal ini ditetapkan dengan tujuan adanya kesiapan mental untuk menjadi istri ataupun suami, serta menghindari dampak dari pernikahan usia muda bagi kesehatan reproduksi wanita, akibat belum siapnya alat reproduksi dalam menghadapi kehamilan, sehingga beresiko membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Namun pada kenyataanya, di sebagaian besar masyarakat Indonesia masih memandang hal yang wajar jika pernikahan dilakukan pada usia remaja (BKKBN, 2012).
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, dengan harapan dapat menghindari hal-hal yang dilarang baik asas agama maupun sosial (Departemen Agama RI dalam Hairi, 2009).
Batasan usia tersebut, berdampak pada semakin banyaknya pertumbuhan penduduk. Menurut survei Data Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan jumlah remaja melahirkan sebanyak 48 per 1.000 remaja putri. Sehingga diperlukan adanya kebijakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, antara lain melalui program Keluarga Berencana (KB) yang diwujudkan melalui pemakaian alat kontrasepsi.
menggunakannya. Selain itu tidak ada alat kontrasepsi yang selalu cocok bagi semua orang karena situasi dan kondisi tubuh dari setiap individu selalu berbeda, sehingga berdasarkan alasan-alasan tersebut diperlukan pengetahuan yang luas dan tepat mengenai pemilihan alat kontrasepsi (Trisnawarman dalam Sari, 2010).
melepas dan menggunakan kembali alat kontrasepsi tersebut, sehingga terjadi kehamilan tanpa direncanakan. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan kajian latar belakang di atas, terkait dengan banyaknya pernikahan usia muda yang mengalami beberapa permasalahan dalam penggunaan alat kontrasepsi seperti lalai kapan seharusnya melepas dan memasang kembali alat kontrasepsi tersebut, sehingga terjadi kehamilan tanpa direncanakan di Krajan Regunung, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, maka fokus yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi atau pandangan, identifikasi pertimbangan, serta masalah atau gangguan yang terjadi dalam penggunaan alat kontrasepsi bagi pasangan muda.
1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian
mendiskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda dikalangan remaja dan untuk mendiskripsikan bentuk- bentuk pola asuh keluarga pasangan usia muda. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Bahar, (2014) mengenai “Identifikasi Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dengan Metode Analisis Faktor” dalam penelitian ini mengungkap tentang faktor pendorong pernikahan usia muda. Kemudian oleh Sari (2010) dalam penelitiannya mengenai
“Hubungan Konseling Keluarga Berencana (KB) Dengan
Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi” penelitian ini mengungkapkan
ada tidaknya hubungan konseling KB dengan pengambilan keputusan PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi. Kemudian
penelitian mengenai “Persepsi Istri Terhadap Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD di Kabupaten Klaten” oleh Astuti (2012),
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi istri terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD di Kabupaten Klaten.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, banyak peneliti telah membahas permasalahan pernikahan usia muda atau permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan alat kontrasepsi saja. Sehingga saat ini, peneliti ingin menggabungkan penelitian tersebut ke dalam “Persepsi
dimana belum ada peneliti sebelumnya yang meneliti masalah tersebut, serta adanya fenomena di suatu daerah yang mendukung penelitian.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan secara umum penelitian ini adalah mendeskripsikan persepsi pasangan usia muda terhadap penggunaan alat kontrasepsi di Desa Krajan Regunung, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.
1.4.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui karakteristik partisipan penelitian di Desa Krajan Regunung, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
2. Mengetahui persepsi atau pandangan pasangan usia muda terkait alat kontrasepsi
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1.5.1 Teoritis
1. Ilmu Keperawatan
Menambah ilmu khususnya dalam mata ajar keperawatan maternitas dan juga dapat memberikan evaluasi pembelajaran pada mahasiswa keperawatan yang pada kelanjutannya dapat dijadikan dasar kebijakan dalam bimbingan terhadap mahasiswa. 2. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menjadi pengalaman penelitian dan belajar mengenai persepsi pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi serta meningkatkan pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang keperawatan maternitas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
1.5.2 Praktis
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan maupun pengalaman terhadap masyarakat pada umumnya, dan pasangan muda pada khususnya mengenai persepsi pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi.
2. Bagi Layanan Kesehatan
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi tenaga profesional kesehatan, dalam hal ini perawat maupun tenaga kesehatan lainnya dapat menambah referensi dalam meningkatkan pelayanan terhadap pasien di komunitas. Seperti dalam serangkaian kegiatan promosi, pencegahan terhadap masalah yang mungkin terjadi, maupun memberikan manfaat dalam penggunaan alat kontrasepsi.