• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012079 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012079 Full text"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR

PADA SISWA KELAS X DAN XI SMA

KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

OLEH

JULIA VERONICA SUBAN 802012079

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Julia Veronica Suban Nim : 802012079

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Satya Wacana hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, Universitas Kristen Satya Wacana berhak menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 30 Agustus 2016 Yang menyatakan,

Julia Veronica Suban

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Julia Veronica Suban Nim : 802012079

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

Yang dibimbing oleh:

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 30 Agustus 2016 Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI

SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

Oleh

Julia Veronica Suban 802012079

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016ptemb2015

Oleh:

Pembimbing,

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih MS.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh, Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR

PADA SISWA KELAS X DAN XI SMA

KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON

Julia Veronica Suban Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara kecerdasan emosional

dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus

Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Partisipan pada penelitian ini

adalah 110 siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon. Skala pertama yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional berdasarakan teori

Goleman (1995) yang disusun oleh Klau (2007) dan Career Decision-making Difficulties

Questionnaire (CDDQ) disusun Gati (2011). Analisis data menggunakan teknik uji korelasi

Pearson Product Moment dengan r = 0,398 dan nilai signifikansi sebesar 0,0000 (<0,05). Hal

ini menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dan

pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon.

(9)

ii

Abstract

The purpose of this research was to describe the correlation between emotional intelligence

and career decision-making of SMA Kristen 2 Binsus Tomohon students grade X and XI. This

study uses a quantitative method. Participants in this research were 110 of SMA Kristen 2

Binsus Tomohon students grade X and XI. The first scale used Goleman (1995) emotional

intelligence scale compiled by Klau (2007) and Career Decision-making Difficulties

Questionnaire (CDDQ) arranged by Gati (2011). Data were analyzed using Pearson Product

Moment Correlation test with r = 0.398 (39.8%) and the significant value 0.0000 (<0.05). It

showed a positive significant corellation between emotional intelligence and career

decision-making of SMA Kristen 2 Binsus Tomohon students grade X and XI.

(10)

1

PENDAHULUAN

Alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan sumber daya manusia

yang berkualitas di antaranya adalah sekolah berasrama (Zakiyah, Hidayat, Setiawan 2010).

Sekolah berasrama (boarding school) menurut Bamford (dalam Rasyid, 2013) adalah sekolah

yang di dalamnya terdapat berbagai fasilitas penginapan yang disediakan untuk siswanya dan

fasilitas tersebut dalam lokasi yang berdekatan dengan fasilitas sekolah. Sebagian orang tua

memilih melanjutkan pendidikan ke sekolah berasrama yang memadukan kurikulum umum

dan kurikulum keagamaan karena keinginan membekali anak dengan pendidikan agama

sehingga anak memiliki kesiapan menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang

(Maslihah, 2011).

Menurut Bamford (dalam Rasyid, 2013) di sekolah berasrama, siswa-siswi tidur,

makan dan bekerja atau melakukan aktivitas dekat dengan lingkungan sekolah. Sehingga

sekolah berasrama dianggap aman karena siswa berasrama tidak tinggal terlalu jauh dari

sekolahnya. Kehadiran sekolah berasrama memiliki beberapa manfaat. Berdasarkan hasil

survei yang dilakukan tim boarding school review tahun 2007 (Rasyid, 2013) sekolah

berasrama dapat memudahkan guru-guru untuk mengawasi dan berhubungan dengan siswa,

siswa belajar untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung-jawab pada dirinya sendiri,

belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya, memiliki pola persahabatan yang lebih erat,

memiliki jangkauan teman yang lebih luas dari berbagai daerah, dan saat lulus siswa merasa

bangga karena menjadi bagian dari komunitas yang langka.

Siswa yang masuk sekolah berasrama dihadapkan pada situasi perpisahan dengan

orang tua. Kemudian diperhadapkan pada transisi lingkungan dan peraturan-peraturan di

sekolah dan asrama. Bertemu dengan orang-orang baru baik sesama siswa, guru-guru,

(11)

2

dan berada pada tahap perkembangan remaja. Masa remaja merupakan masa bagi individu

untuk mulai membuat keputusan karir (Bardick, Bernes, Magnusson, & Witko, 2006; Creed,

Patto, & Pridaux, 2006). Fokus utama dari tahapan eksplorasi adalah menggali berbagai

informasi diri serta bidang karir sebagai dasar menentukan pilihan karir tertentu. Eksplorasi

karir yang dimaksud termasuk memilih sekolah lanjutan yang sejalan dengan karir yang akan

ditekuni individu (Super dalam Savickas, 2002). Masa eksplorasi karir ini dapat menjadi

masa yang sulit bagi sejumlah remaja. Tidak semua remaja dapat mengambil keputusan

dengan mudah (Creed dkk 2006; Argyropoulou, Sidiropoulou-Dimakakao, & Besevegis,

2007; Hirschi & Lage, 2007).

Data konseling tim konselor detection pada bulan September-Oktober 2013

menunjukkan bahwa 164 siswa kelas XII dari berbagai SMA di Yogyakarta mengalami

kebimbangan dan kesulitan dalam menetapkan pilihan program studi yang sesuai dengan diri

mereka. Salah satu penyebabnya adalah siswa merasa belum yakin dengan pilihannya.

Temuan ini menjadi indikasi awal adanya permasalahan karir pada siswa SMA. Hasil

wawancara terhadap 15 siswa kelas XII menunjukkan bahwa 10 orang dari mereka merasa

ragu dalam menentukan pilihan program studi. Akibatnya, mereka belum dapat memutuskan

program studi yang akan ditempuh. Dalam survei terhadap 157 siswa kelas XI dari tiga SMA

wilayah Yogyakarta pada tanggal 24-28 Februari 2014. Hasilnya, terdapat 43% siswa yang

belum yakin dan masih bingung dengan pilihan program studi di perguruan tinggi.

Selanjutnya wawancara kepada 2 siswa kelas XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon pada

tanggal 13 Juni 2016 mengatakan bahwa mereka telah memiliki beberapa pilihan namun

masih bingung dalam memilih dan ragu apakah akan diterima di jurusan yang mereka pilih.

Wawancara kepada seorang siswa kelas X mengatakan bahwa belum menentukan pilihan

sama sekali karena masih memikirkan akan masuk jurusan ilmu alam atau ilmu sosial saat

(12)

3

pengambian keputusan karir dalam hal ini sekolah lanjutan yang sejalan dengan karir yang

akan ditekuni siswa kelas XI dan XII dalam memilih program studi perguruan tinggi

(Ardiyanti, Alsa 2015).

Super (dalam Tuti, Tjahjono dan Kartika, 2006) menyatakan bahwa pengambilan

keputusan karir adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pikirannya untuk

membuat perencanaan karir. Peter M. Blau (dalam Sukardi, 1987) mengungkapkan bahwa

pembuatan atau pengambilan keputusan karir pada intinya merupakan penentuan pilihan.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan putusan terhadap

pilihan karir studi yaitu fakor dari dalam individu dan faktor dari luar individu, antara lain:

(a) Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, yaitu: kemampuan intelegensi,

kepribadian, prestasi, aspirasi dan pengetahuan sekolah, serta pengetahuan tentang dunia

kerja; (b) Faktor-faktor sosial, yaitu: jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua, pendidikan

tertinggi orang tua, status sosial ekonomi keluarga, harapan orang tua terhadap pendidikan

anak, pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orangtua terhadap anaknya (Sukardi,

1987). Selain itu pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh emosi (Di Fabio, 2012;

Emmerling & Cherniss, 2003).

Menurut Young, Valach dan Collin (1996) peran emosi dalam konstruksi karir

dipahami dengan mengingat pendekatan teori tindakan yang menyatakan bahwa karir

dibangun melalui tindakan sehari-hari. Di Fabio (2012) berpendapat bahwa emosi terkait

dengan tujuan, proyek dan kebutuhan setiap individu. Kaitan emosi yang sesuai dengan

alasan pendukung pentingnya emosi dalam konstruksi karir yaitu emosi memotivasi tindakan,

mengatur dan mengizinkan akses untuk mengembangkan narasi tentang jalur karir yang

dipilih (Young dkk 1996). Young dan Valach (1996) berpendapat bahwa pengembangan karir

berkaitan dengan emosi untuk itu kesadaran emosi seseorang adalah penting untuk

(13)

4

keputusan karir Cooper (1997) berpendapat bahwa mereka yang percaya pada perasaan dan

mereka yang dipandu oleh perasaan memiliki jalur karir yang lebih sukses. Menurut Di Fabio

(2012) kecerdasan emosi merupakan variabel penting dalam pengambilan keputusan karir.

Menurut Goleman (2009), kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Orang dengan kecerdasan

emosional yang tinggi umunya memiliki kapasitas yang lebih besar untuk mengintegrasikan

pengalaman emosional dengan pikiran dan tindakan mereka (Emmerling & Cherniss, 2003).

Emmerling dan Cherniss menekankan peran kunci kecerdasan emosional dalam proses

eksplorasi karir dan pengambilan keputusan karir. Brown (2003) menyatakan bahwa individu

dengan kecerdasan emosional yang lebih tinggi dipercaya memiliki kemampuan untuk

menghadai tugas-tugas yang berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Emmerling

dan Cherniss (2003) berpendapat bahwa orang-orang dengan kecerdasan emosional tinggi

lebih menyadari kepentingan mereka sendiri dan nilai-nilai profesional dan mereka dapat

menyampaikan hal ini dalam konseling karir. Di Fabio (2012) percaya bahwa orang-orang

tersebut lebih mampu mengelola respon emosional mereka sendiri untuk pengambilan

keputusan karir. Emmerling dan Cherniss (2003) menyimpulkan bahwa orang-orang yang

lebih mampu memahami dan mengelola emosi mereka sendiri mungkin juga akan lebih

mampu memprediksi konsekuensi emosional dari pilihan karir yang potensial dan

menghindari pekerjaan yang sepertinya tidak menyenangkan. Sebaliknya, mereka akan

memilih karir yang akan membawa mereka bekerja lebih baik dan mendapat kepuasan hidup.

Oleh karena itu kecerdasan emosional adalah variabel yang sangat menjanjikan untuk

(14)

5

Dalam penelitian yang dilakukan Afzal, Atta dan Sultan (2013) menyatakan bahwa

ada hubungan postitif antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada

mahasiswa Pakistan yang belum lulus. Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Di Fabio

dan Kenny (2012) tentang hubungan kecerdasan emosional dan gaya pengambilan keputusan

karir menyatakan kecerdasan emosional berdasarkan alat ukur ability-based tidak memiliki

hubungan dengan pengambilan keputusan karir.

Berdasaran paparan yang telah diuraikan penulis tertarik meneliti hubungan

kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada karakteristik subjek yang

berbeda yaitu siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon yang merupakan

sekolah berasrama. Siswa di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon dari tahun pertama sampai

tahun ketiga diwajibkan tinggal di asrama. Dengan berbagai peraturan yang ditetapkan mulai

dari rutinitas tiap hari, teman dalam kamar tidur di asrama, potongan rambut dan busana.

Siswa di sekolah ini juga ditanamkan nilai-nilai agama yang kuat.

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif antara

kecerdasan emosional dan pengambilan keputuan karir pada siswa berasrama. Tujuan

penelitian untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan

keputusan karir pada siswa berasrama. Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dari hasil

penelitian ini dapat memberikan masukkan yang bermanfaat dan memberikan pengetahuan

baru tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada

siswa. Secara praktis diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para siswa tentang

pentingnya pengambilan keputusan karir dalam hal ini memilih jurusan di perguruan tinggi.

Juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru maupun orang tua tentang pentingnya

(15)

6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengambilan Keputusan Karir

Menurut Conger (1991) pengambilan keputusan karir adalah usaha menemukan dan

melakukan pilihan diantara berbagai kemungkinan yang timbul dalam proses pemilihan karir.

Menurut Conger (1991) aspek-aspek pengambilan keputusan karir yaitu : (a)

pengetahuan mengenai karir, sejauh mana pengetahuan seseorang tentang dunia kerja

meliputi juga pengetahuan mengenai tren dunia kerja, sikap maupun kesempatan kerja. (b)

Pemahaman diri, kemampuan seseorang tersebut dalam menilai kekuatan dan kelemahan

yang ada dalam dirinya, kemampuan seseorang tersebut dalam menilai kekuatan dan

kelemahan yang ada dalam dirinya unuk mencapai pengambilan keputusan karir. (c)

Kecocokan pilihan karir dengan diri, kemampuan seseorang dalam membuat pilihan

pekerjaan yang paling sesuai dan terbaik bagi dirinya. (d) Minat, pengambilan keputusan

keinginan dalam memilih karir untuk mengembangkan hidup di masa depan. (e) Proses

membuat keputusan, perubahan yang diambil untuk menghasilkan dan menetukan

pengambilan keputusan karir. (d) Masalah interpersonal, seseorang harus memiliki

kemampuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan karir yang dalam hal ini adalah pekerjaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir menurut Basori

(2004), terdiri dari dua faktor yakni faktor pribadi dan faktor lingkungan. Faktor pribadi,

antara lain tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang menonjol, bakat atau kemampuan bidang

akademis, bakat atau kemampuan bidang non akademis, minat terhadap suatu

jabatan/pekerjaan, nilai kehidupan pribadi, hobi dan kesenangan. Faktor lingkungan, antara

lain nilai-nilai kehidupan masyarakat, keadaan ekonomi keluarga/orang tua,

kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait, kesempatan mendapatkan peluang suatu

(16)

7

penelitiannya bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan

karir. Dikemukakan juga oleh Selain itu pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh emosi

(Di Fabio, 2012; Emmerling & Cherniss, 2003). Penelitian Brown dkk menunjukkan bahwa

kecerdasan emosional adalah prediktor kuat dari pengambilan keputusan karir ( Brown dkk,

2003;. Di Fabio & Saklofske 2014; Jiang, 2014), sebagai elemen inti pengambilan keputusan

karir dan proses konseling (Bullock-Yowell, Andrews, McConnell, & Campbell, 2012; B. Y.

Choi dkk, 2013.; Lent, Brown, & Hackett, 1994).

B. Kecerdasan Emosi

Goleman (2009) mendefinisikan kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi

yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika

menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu

mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah

kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial

yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang

lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan

akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. .

Goleman (2009) merinci aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu pertama mengenali

emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu

ke waktu dan mencermati perasaan yang muncul. Kedua mengelola emosi, yaitu kemampuan

untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan

akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Ketiga memotivasi diri

sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

(17)

8

kemampuan ini disebut empati, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri

emosional, kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial.

Cooper (Bakumawa, 2012) menyebutkan bahwa orang dengan tingkat kecerdasan

emosional yang tinggi lebih berhasil dalam karir, dapat membangun hubungan personal yang

lebih baik, memimpin lebih efektif, dapat menikmati kesehatan yang lebih baik dan dapat

memotivasi diri sendiri dan orang lain. Selanjutnya Cooper menjelaskan bahwa orang yang

memiliki kecerdasan emosi tinggi dapat meningkatkan kekuatan intuisi, senantiasa

memercayai dan dipercayai oleh orang lain, memiliki integritas, dapat memecahkan solusi

dalam keadaan yang darurat dan dapat melakukan kepemimpinan yang efektif.

Menurut Gunawan (Ekowati dan Yenni, 2013) beberapa manfaat kecerdasan emosi bagi

pengembangan diri yaitu lebih dapat berprestasi dan berkembang, menjadi pribadi yang

menyenangkan, dapat memperbaiki prilaku, dapat mengendalikan diri, dapat meminimalisasi

pikiran negatif, menjadi rileks dan sukses dalam kehidupan.

C. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Pengambilan Keputusan Karir pada Siswa Berasrama

Kecerdasan emosional dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi pengambilan

keputusan karir karena orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung menggunakan

pengalaman emosional untuk memandu pikiran dan tindakan mereka dalam perencanaan

karir (Di Fabio, Palazzeschi, Asulin-Peretz, & Gati, 2013). Emmerling dan Cherniss (2003)

mengatakan bahwa, orang dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mampu untuk

mencocokkan kepentingan profesional dan nilai-nilai yang mereka pegang dengan karir ideal

mereka. Mereka lebih mungkin untuk memprediksi dan secara emosional lebih siap untuk

berbagai pilihan karir. Dengan demikian, kecerdasan emosional tinggi berkorelasi dengan

kecenderungan kenyamanan dalam proses pengambilan keputusan karir (Di Fabio,

(18)

9

misalnya kecerdasan emosional meningkatkan kesediaan individu untuk terlibat dalam

eksplorasi karir dan komitmen mereka untuk pilihan karir yang menarik, mengurangi

kebingungan, kecemasan, dan konflik dalam pengambilan keputusan karir (Brown dkk, 2003;

Dahl, Austin, Wagner, & Lukas, 2008). Di Fabio dan koleganya (Mis, Di Fabio & Kenny,

2011; Di Fabio dkk, 2012, 2013; Di Fabio & Saklofske, 2014) telah secara konsisten

menemukan bahwa orang dengan kecerdasan emosional tinggi mengalami sedikit kesulitan

dalam pengambilan keputusan karir dan sedikit keraguan dalam menentukan pilihan karir.

Penelitian Brown dkk menunjukkan bahwa kecerdasan emosional adalah prediktor kuat

dari pengambilan keputusan karir ( Brown dkk, 2003;. Di Fabio & Saklofske 2014; Jiang,

2014), sebagai elemen inti pengambilan keputusan karir dan proses konseling

(Bullock-Yowell, Andrews, McConnell, & Campbell, 2012; B. Y. Choi dkk, 2013.; Lent, Brown, &

Hackett, 1994). Pengambilan keputusan karir mengacu pada keyakinan individu bahwa

mereka dapat berhasil melakukan tugas pengambilan keputusan, seperti penilaian diri, pilihan

tujuan, pengumpulan informasi karir, pemecahan masalah, dan perencanaan untuk masa

depan (Betz & Luzzo, 1996). Individu dengan pengambilan keputusan karir rendah

cenderung menjadi lebih cemas dengan tugas pengambilan keputusan karir dibandingkan

dengan mereka yang memiliki pengambilan keputusan karir tinggi, dan mereka dapat

menghindari tugas-tugas yang sulit (Bandura, 1977; Brown dkk., 2003). Kecerdasan

emosional dapat meningkatkan pengambilan keputusan karir karena kemampuan emosional

dapat mengontrol dan mengatur harapan dan mengurangi kekhawatiran dan ketakutan terkait

pilihan karir (Emmerling & Cherniss, 2003; Jiang, 2014) dan dapat memperkuat kemampuan

individu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan karir (Brown dkk.,

2003; Di Fabio, 2012).

Meskipun diketahui bahwa pengambilan keputusan karir dan pengambilan keputusan

(19)

10

(1995), perjalanan pengembangan karir yang disertai serangkaian tujuan, dan kesuksesan

karir biasanya membutuhkan pencapaian yang bersifat kontinu. Demikian pula, Lent dkk

(1994) berpendapat tujuan itu adalah komponen utuh dalam teori pengambilan keputusan

karir, rencana karir, aspirasi, dan pilihan tersebut penting dalam mekanisme mencapai

tujuan. Orang yang mampu menetapkan tujuan, dapat mengatur dan mengarahkan perilaku

mereka sendiri, untuk memotivasi diri, dan meningkatkan kemungkinan mencapai hasil yang

diinginkan dalam keputusan karir. Dengan demikian, sikap pribadi mencapai tujuan telah

terbukti berkaitan erat dengan kemampuan emosional (Barrick, Gunung, & Strauss, 1993).

D. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir

pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon. Semakin baik kecerdasan

emosional maka makin baik pula pengambilan keputusan karir dan sebaliknya.

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu yang

menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

(Azwar, 2007) pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk menganalisis hubungan

antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan

XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang dugunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat : Pengambilan Keputusan Karir

(20)

11

C. Partisipan

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI Kristen 2

Binsus Tomohon yang merupakan sekolah berasrama dan seluruh siswa di sekolah ini

diwajibkan tinggal di asrama dari tahun pertama hingga tahun ketiga.

D. Alat Ukur Penelitian

Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Dalam penelitian ini

digunakan dua alat ukur yaitu kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir.

a. Kecerdasan Emosional

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala berdasarkan aspek kecerdasan

emosional menurut Goleman (1995) yang disusun oleh Klau (2007) dan kemudian

dimodifikasi kembali oleh penulis sesuai tujuan penelitian. Aspek kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi

diri, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, membina hubungan dengan

orang lain. Skala ini terdiri dari 40 item dengan 31 item favorable dan 9 item

unfavorable. Item dalam skala ini diukur mengguanakan skala Likert yang terdiri 5

kategori jawaban yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (Netral), TS (tidak sesuai),

dan STS (sangat tidak sesuai). Untuk item favorable, jawaban SS diberi skor 5, S =

4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Dan skor untuk unfavorable sebaliknya.

b. Pengambilan keputusan karir

Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala yang diadaptasi dari item-item

dalam Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ) disusun Gati

(2011) dalam bentuk bahasa Indonesia yang dimodifikasi sesuai kebutuhan

(21)

12

permohonan kepada pihak pembuat alat ukur. Dalam teknik penilaian atau

scoring, dimodifikasi dengan menggunakan skala likert dengan lima pilihan

jawaban yang berkisar dari sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, netral dan sangat

tidak sesuai. Career Decision-making Difficulties Questionnaire (CDDQ)

berjumlah 34 item unfavorabel karena bentuk pernyataan dalam setiap item ini

adalah kalimat negatif. Nilai item unfavorabel ini akan diberi skor 1 untuk jawaban

sangat sesuai (SS), 2 atas jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban netral (N), 4 atas

jawaban tidak sesuai (TS), dan 5 atas jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sehingga

ketika partisipan menjawab sangat tidak sesuai diberi skor 5 dengan asumsi

pernyataan tersebut tidak sesuai dengan keadaan mereka yaitu berupa pernyataan

negatif tentang kesulitan dalam pengambilan keputusan karir dan begitu juga

sebaliknya.

E. Teknik Analisis Data

Penghitungan penelitian ini menggunakan bantuan program statistik komputer

IBM SPSS versi 20. Sebelumnya dilakukan uji coba alat ukur melalui analisis item

menggunakan Azwar (2014) r > 0,30 dan dapat diturunkan hingga 0,25. Sedangkan

untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach.

Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, untuk

uji linearitas digunakan ANOVA table of linearity, sedangkan pengujian hipotesisnya

dan korelasi antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir

(22)

13

HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum pengambilan sampel dilakukan, peneliti melakukan uji coba

bahasa terlebih dahulu kepada 5 orang responden yang memiliki kriteria yang

sama seperti partisipan dari penelitian ini. Setelah uji coba bahasa selesai

dilakukan, peneliti memperbaiki kalimat-kalimat dari item pada skala psikologi

yang akan digunakan pada penelitian ini sesuai dari saran kelima responden pada

saat uji coba bahasa dilakukan. Setelah persiapan penelitian selesai dipersiapkan

seperti skala psikologi yang akan digunakan, peneliti mengajukan permohonan

ijin penelitian kepada Fakultas Psikologi UKSW dan peneliti mendapatkan surat

pengantar yang telah disetujui oleh pembimbing dan kaprogdi Fakultas Psikologi

bernomor 069/PU-F.Psi/VI/2016 tanggal 08 Juni 2016. Setelah mendapat surat

pengantar dari Fakultas Psikologi kemudian peneliti mengirim surat dalam bentuk

e-mail kepada pihak sekolah. Peneliti kemudian menyebar angket yang berisikan

skala psikologi kepada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

pada hari Senin tanggal 13 Juni 2016 sebanyak jumlah sampel yaitu 110 siswa.

Pengambilan sampel dilakukan selama 1 hari. Cara pemilihan sampel dalam

penelitian ini adalah siswa yang mengisi angket dipilih oleh pihak sekolah

melalui wakil ketua OSIS. Siswa yang dipilih adalah siswa yang pada saat itu

tidak memiliki kegiatan di sekolah karena ujian kenaikan kelas telah selesai dan

sementara menunggu guru-guru mengolah nilai.

2. Analisis item

a. Skala Kecerdasan Emosional

Berdasarkan skala variabel kecerdasan emosional dengan jumlah item

(23)

14

uji daya diskriminasi terdapat 8 item yang dinyatakan tidak memenuhi syarat

karena karena sesuai dengan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan

bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan memenuhi syarat apabila

≥0,30 dan bisa diturunkan hingga ≥0,25. Item yang dinyatakan tidak

memenuhi syarat yaitu item nomor 2, 9, 14, 16, 21, 26, 29 dan 32 sedangkan

32 item lainya dinyatakan memenuhi syarat.

b. Skala Pengambilan Keputusan Karir

Berdasarkan skala Career Decision-making Difficulties Questionnaire

(CDDQ) dengan jumlah item soal 34 yang terdiri dari 34 item unfavorable

didapatkan hasil uji daya diskrimanasi terdapat 3 item yang dinyatakan tidak

memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan dari Azwar (2012) yang

menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan memenuhi

syarat apabila ≥0,30 dan bisa diturunkan hingga ≥0,25. Item yang dinyatakan

tidak memenuhi syarat yaitu item nomor 7,10,11 sedangkan 31 item lainnya

dinyatakan memenuhi syarat.

3. Hasil

A. Hasil Analisis Deskriptif a. Kecerdasan Emosional

Variabel kecerdasan emosional memiliki 32 item valid dengan

jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor hipotetik tertinggi

dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 160

Skor terendah : 32

Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat

(24)

15

dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor

terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.

i = 25,6

Berdasar hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori

pengambilan keputusan karir sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data

kecerdasan emosional sebagai berikut :

Tabel 1.1

Kriteria Skor Kecerdasan Emosional No. Interval Kategori

Freku-ensi Persentase Mean

Berdasarkan hasil kategori tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar (60%) siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon cenderung memiliki

(25)

16

b. Pengambilan Keputusan Karir

Variabel pengambilan keputusan karir memiliki 31 item valid dengan

jenjang skor antara 1 sampai dengan 5. Pembagian skor hipotetik tertinggi

dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 155

Skor terendah : 31

Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval

dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor

terendah dan membaginya dengan jumlah jumlah kategori.

i = 24,8

Berdasar hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori

pengambilan keputusan sebagai berikut :

Sangat Tinggi : 130,2 ≤ x ≤ 155

Tinggi : 105,4 ≤ x < 130,2

Sedang : 80,6 ≤ x < 105,4

Rendah : 55,8 ≤ x < 80,6

Sangat rendah : 31 ≤ x < 55,8

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka kategorisasi

pengambilan keputusan karir siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon adalah

(26)

17

Tabel 1.2

Kriteria Pengambilan Keputusan Karir No. Interval Kategori Freku-ensi

Persen-tase Mean

Berdasarkan hasil kategori pada tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar (56,36%) siswa SMA Kristen 2 Binsus Tomohon cenderung

memiliki pengambilan keputusan karir yang masuk pada kategori sedang.

B. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov

Smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0, 05

yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS IBM versi 20.

Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :

(27)

18

Pada variabel kecerdasan emosional diperoleh hasil skor sebesar 0,557

dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,916 (p>0,05). Sedangkan

pada variabel pengambilan keputusan karir memiliki nilai K-S-Z sebesar

0,643 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,803 (p>0,05).

Dengan demikian kedua variabel berdistribusi normal.

C. Uji Linearitas

Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakah dua variable

yang sudah ditetapkan, dalam hal ini satu variabel independen, dan satu

variabel dependen memiliki hubungan yang linear atau tidak secara

signifikan. Kedua variabel dapat dikatakan linier bila memiliki nilai

signifikansi >0,05. Pengujian liniaritas kedua variabel tertera pada tabel di

(28)

19

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,758 dengan

signifikansi = 0,320 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara

kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan karir adalah linear.

D. Uji Korelasi

Pearson Correlation 1 ,389**

Sig. (1-tailed) ,000

N 110 110

Pengambilan Keputusan

Karir

Pearson Correlation ,389** 1

Sig. (1-tailed) ,000

N 110 110

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan pengambilan

keputusan karir sebesar 0,398 nilai Sig. (1-tailed) 0,000 < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan positif sigifikan antara kecerdasan emosional

dengan pengambilan keputusan karir dengan kontribusi kecerdasan emosional

terhadap pengambilan keputusan karir sebesar 15,84% (0,3982 x 100%). Adanya

hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan

karir diasumsikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik mampu

(29)

20

PEMBAHASAN

Hasil perhitungan dengan menggunakan IBM SPSS versi 20 dengan uji korelasi

Pearson Product Moment dengan r = 0,398 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 (<0,05)

dan kontribusi kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan karir sebesar 15,84%

(0,3982 x 100%), menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2

Binsus Tomohon.

Adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan pengambilan

keputusan karir diasumsikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik

mampu mengambil keputusan karirnya dengan baik pula. Sebaliknya orang yang memiliki

kecerdasan emosi kurang baik memiliki ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan

karir.

Dalam hasil penelitian Jiang (2016) peningkatan kecerdasan emosional diIakalangan

mahasiswa dapat meningkatkan pengambilan keputusan karir mereka. Penelitian ini

menegaskan peran emosi dalam pengambilan keputusan karir dengan cara melakukan

penilaian kecerdasan emosional. Hal ini didukung pendapat Di Fabio (2012) tentang

kecerdasan emosional merupakan variabel yang inovatif untuk menjelaskan pengambilan

keputusan karir dan menunjukkan bahwa peran kecerdasan emosional dalam konstruksi karir

dapat digunakan dalam berbagai konteks. Kecerdasan emosional dapat membantu individu

menggunakan emosi untuk mengarahkan diri mereka sendiri dalam mencapai tujuan (Mayer

& Salovey, 1997; Wong & Law, 2002). Secara khusus, hasil penelitian Blustein, Ellis, &

Devenis (1989) menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung

memiliki kepastian dan kepercayaan diri yang tinggi dalam membuat keputusan tentang

karir masa depan mereka. Alasannya mungkin bahwa individu dengan kecerdasan emosional

(30)

21

dari keputusan dalam memilih jurusan dan mengambil langkah-langkah preventif untuk

menghindari profesi yang tidak diinginkan (Emmerling & Cherniss, 2003; Jiang, 2014). Dari

perspektif ini, mereka lebih cenderung untuk menunjukkan antusiasme dalam profesi yang

mereka pilih dan berkomitmen untuk itu. Mereka menjadi sangat berkomitmen untuk profesi

dapat mendorong mereka untuk membentuk orientasi karir yang jelas dan tegas, dan juga

untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk terus menerus mengembangan karir

(Vandenberghe & Ok, 2013) dengan demikian, mereka akan lebih mungkin untuk

mengungkapkan kesiapan dan keyakinan dalam pengambilan keputusan karir (Brown dkk

2003).

Dari uraian diatas membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional

yang ada pada diri siswa makin tinggi pula kemampuan siswa dalam menghadapi tugas

perkembangannya yaitu mengambil keputusan karir. Hal tersebut karena siswa sudah

memiliki keyakinan dalam dirinya untuk mengambil keputusan karir dalam hal ini memilih

jurusan perkuliahan yang cocok dengan karir yang mereka harapkan beberapa tahun yang

akan datang walaupun saat ini mereka masih duduk di kelas XI dan X saat penelitian ini

dilakukan.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian diatas bahwa kecerdasan emosional dan

pengambilan keputusan karir memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil

analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa kecerdasan emosional siswa

dominan pada kategori tinggi dengan presentase 60% dan pengambilan keputusan karir siswa

dominan pada kategori sedang dengan presentase 56,36%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya hipotesis dari

penelitian ini telah dibuktikan dengan hasil bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara

(31)

22

Kristen 2 Binsus Tomohon dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,398 dengan nilai signifikasi

sebesar 0,000. Hasil kecerdasan emosional partisipan berada pada kategori tinggi dengan

presentase 60% dan hasil pengambilan keputusan karir partisipan berada pada kategori

sedang dengan presentasi sebesar 56,36%. Hasil ini menunjukan kecerdasan emosional

memiliki kontribusi terhadap pengambilan keputusan karir siswa kelas X dan XI SMA

Kristen 2 Binsus Tomohon dengan presentase sebesar 15,84%. Hasil pengujian juga

menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula

pengambilan keputusan karir yang dimiliki siswa kelas X dan XI SMA Kristen 2 Binsus

Tomohon dan sebaliknya.

SARAN

a. Bagi partisipan :

 Meyakinkan diri dengan keputusan karir yang telah diputuskan dengan

melibatkan pertimbangan internal maupun eksternal.

 Mengikuti training pengambilan keputusan karir yang bisa difasilitasi

pihak sekolah maupun orang-tua.

b. Bagi peneliti selanjutnya :

 Mempertimbangkan untuk memperluas pastisipan tidak hanya pada satu

institusi/sekolah tapi pada beberapa institusi/sekolah lainnya.

 Memperbaiki alat ukur dan mengontrol variabel sekunder seperti penggunaan

bahasa yang mudah dipahami dan tidak faking good.

 Mengembangkan peneletian ini dengan menggali lebih dalam menggunakan

metode kualitatif.

 Apabila akan menggunakan topik dan partisipan yang sama dapat melakukan

(32)

23

 Melaksanakan teknik sampling sesuai dengan perencanaan awal.

 Melakukan pemeriksaan detail dalam memilih alat ukur yang akan dtigunakan

(33)

24

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, A., Atta, M., & Shujja, S. (2013). Emotional intelligence as predictor of career decision making among university undergraduates. Journal of Behavioural Sciences, 23(1)

Ardiyanti , D., & Alsa, A. (2015). Pelatihan "plans" untuk meningkatkan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Gajah Mada Journal of Professional Psychology,1(1), 1-17.

Argyropoulou, E. S.–D. (2007). Generalized self-efficacy, coping career indecision and vocational choice of senior high school students in Greece : implication for career guidance practitioners. Journal of Career Development, 23(4),316-337.

Artha, N. M., & Supriyadi. (2013). Hubungan antara kecerdasan emosi dan self efficacy dalam pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal. Jurnal Psikoligi Udayana, 1(1), 190-202.

Bakumawa, O. D. (2012). Kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual sebagai prediktor servant leadership pendeta di gereja kristen sulawesi tengah. Thesis.

Bardick, A. D. (2006). Junior high school student's plans for the future. Journal of Career Development, 32 (3), 250-271.

Barrick, N. E., Mount, M. K., & Strauss, J. P. (1993). Conscientiousness and performance of sales representatives Test of the mediating effects of goal setting. Journal of applied psychology, 78, 715–722.

Basori, M. (2004). Paket Bimbingan Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Karir Bagi Siswa SMU. Malang: Universitas Negeri Malang.

Brown, C., George, C. R., & Smith, M. L. (2003). The role of emotional intelligence in the career commitmend and decision making process. Journal of Career Assessment, 11

no. 4 379-392.

Bullock-Yowell, E., Andrews, L., McConnel, A., & Campbell, M. (2012). Unemployed adults career thoughts, career self-efficacy and interest : any similarity to college students? journal of mployment counceling, 49, 18-30.

Choi , B. Y., Kim, B., Jang, S. H., Jung, S. H., Ahn, S. S., Lee, S. M., dkk. (2013). Work values in career development. Journal of employment counseling, 50, 154-165. Conger, J. J., & Petersen, A. (1984). Adolescence and Youth : Psychological Development in

a Changing World, Third Edition. New York: Harper & Row.

Creed, P. P. (2006). Causal relationship between career indecision and career making self-efficacy. Journal of Career Development, 33,47-65.

(34)

25

Dahl, A. D., Austin, R. K., Wagner, B. D., & Lukas, A. (2008). The relationship between negative career thoughts and emotional intelligence. Canadian Journal of Career Development, 7, 4-10.

Di Fabio, A. (2012). Emotional Intelligence : A New Variable in Career Decision-Making. Dalam A. Di Fabio, Emotional Intelligence - New Perspectives and Applications (hal. 51-60). Italy: InTech.

Di Fabio, A., & Kenny, M. E. (2011). Promoting emotional intelligence and career decision making among Italian high school students. Journal of Career Assessment, 19, 21–34. .

Di Fabio, A., & Saklofske, D. H. (2014). Comparing Ability and self-report trait emotional intelligence, fluid intelligence and personality traits in career decision. Personlity and Individual Differences, 64, 174-178.

Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Asulin-Peretz, L., & Gati, I. (2013). Career indecision versus indecisiveness associations with personality traits and emotional inteligence. Journal of CareerAssessment, 21, 42-56.

Ekowati, Y. (2013). Hubungan Antara kecerdasan emosional dengan stres kerja pada guru sd di kecamatan kedungjati grobogan. Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP-UKSW. Skripsi.

Emmerling, R. J. (2003). Emotional intelligence and the career choice process. Journal of career assessment, 11, 153–167.

Farida, A., Ardajaya, I. L., & Sukarman. (2014). Hubungan kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan karir di smkn 1 batulayar kabupaten lombok barat tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Bimbingan dan Konselling FIP IKIP Mataram.

Ichsan, B. (2013). Hubungan kecerdasan emosi dengan penyesuain diri peserta didik di SMP negeri 20 Padang. Jurnal Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Sumatera Barat.

Iffah, F. N. (2012). Pelatihan efikasi diri untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa sma. Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Irzia, y. m., Hardjono, & Nugraha , A. K. (2010). Hubungan antara perilakiu asertif dengan

penyesuaian diri pada siswa kelas X asrama SMA MTA Surakarta. Jurnal Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2(3), 13-21.

Jiang, Z. (2014). Emotional Intelligence and career decision-making sel-efficacy : national and gender differences. Journal of employment counseling, 51, 112-124.

Lent, R. W., Brown, S. D., & Hackett, G. (1996). Toward a unifying social cognitive theory of career and academic interest, choice and performance. Journal of Career

Assessment, 45, 79–122. .

(35)

26

Maslihah, S. (2011). Studi tentang Hubungan dukungan sosial, penyesuaian sosial di lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Universitas Diponegor, 10 (12), 103-114.

Mayer, J. D. (1997). What is Emotional intelligenece? in P. Salovey & D. Shryter. New York: Basic Books.

Rasyid, M. (2013). Hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi remaja yang menjadi siswa di boarding school SMA Negeri 10. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 1 22-28.

Ridwan , S. (2010). Hubungan Kecerdasan emosi dengan kemampuan coping adaptif. Jurnal Psikologi, 37, (1) 13-22.

Salami, S. O. (2010). Gender as a moderator of relation emotional intelligence and career development. Journal of US-China Education Review. 7(1).

Setio, M. B. (2014). Pengaruh kontrol diri terhadap pengambilan keputusan pada pelajar Kelas XII SMA Negeri 1 Tenggarong . Skripsi

Sukardi, D. K. (1987). Pendekatan Konseling Karir dalam Bimbingan Karir (suatu pedahuluan). Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tuti, Tjahyono, & Kartika. (2006). Pola pengabilan putusan perencanaan karir siswa berbakat intelektual. Anima Indonesian Psychological Journal, 22,( 1), 58-7358-73.

Vandenberghe, C. &. (2013). Career Commtment, proactive personality, and work outcomes A cross-lagged study. Career Development International, 18, 652–672.

Wong, C. S. (2002). The effect of leader and follower emotional intelligence on performance and attitude: An exploratory study. The Leadership Quarterly, 13, 243–274.

Gambar

Tabel 1.1 Kriteria Skor Kecerdasan Emosional
Tabel 1.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 1.4 ANOVA Table
Tabel 1.5 Correlations variabel

Referensi

Dokumen terkait

janganlah tergila-gila karena uang. Dan janganlah sia-siakan waktu untuk keluarga dan orang lain karena mencari uang. sebuah sapaan yang khas dari seorang ustadz

Maka berdasarkan pengujian black box yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sistem informasi pemetaan strata desa siaga aktif dengan metode AHP telah

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan PHILLIP MONEY MARKET FUND yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

buku teks Kimia untuk SMA/MA Kelas XII oleh penulis A, penerbit B pada materi. benzena dan

Asma adalah merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya inflamasi kronis saluran napas dengan tanda klins adanya gejala berupa batuk, sesak napas, dada

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan mahasiswa kategori baik yaitu 54 responden (52,4%), dan praktik pengisian

Pada Pokok Bahasan ini terdiri dari :  Menjalankan Software AutoCAD  Lingkungan Aplikasi AutoCAD 2002  Menampilkan

Hal tersebut juga disampaikan oleh Kiger yang menyatakan bahwa laki–laki dan perempuan berbeda dalam dunia berkarier, karena perempuan pada umumnya masih menghadapi