• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL : studi kasus SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL : studi kasus SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta."

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP MAHASISWA PRAKTIKAN PPL

Studi Kasus pada SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta

K U R N I A T I Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ditinjau dari: 1) Jenis Kelamin, 2) Status Sosial Ekonomi Orang Tua, dan 3) Motivasi Belajar Siswa di Kelas.

Populasi dari penelitian ini sebanyak 61 orang dari siswa-siswi SMK BOPKRI 1 dan 95 orang dari siswa-siswi SMA GAMA Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan adalah 42 orang siswa-siswi SMK BOPKRI 1 dan 45 orang siswa-siswi SMA GAMA Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster Sampling. Metoda analisis data yang digunakan adalah ANOVA dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program fot Social Science) versi 12.0 dengan taraf signifikansi 0,05.

(2)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ ATTITUDE TOWARDS TEACHING PRACTICE STUDENTS A Case Study in “SMK BOKPRI 1” and “SMA GAMA” Yogyakarta

K U R N I A T I Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed at knowing the difference of students’ attitude towards teaching practice students, based on: 1) Sex, 2) Parents’ social-economic status, and 3) Motivation to study.

Population in this research was 61 students of “SMK BOPKRI 1” and 95 students of “SMA GAMA” Yogyakarta. While, samples in this research were 42 students of “SMK BOPKRI 1” and 45 students of “SMA GAMA” Yogyakarta. The data collecting techniques applied in this research were questionnaire and interviews; the data was analyzed with ANOVA using SPSS (Statistical Program for Social Science) version 12.0 with significance level of 0,05.

The results of this research suggested that (1) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching practice students based on students sex both in “SMK BOPKRI 1” (F-Prob=0,709) and “SMA GAMA” Yogyakarta (F-Prob=0,506). (2) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching practice students based on parents’ social-economic status both in “SMK BOPKRI 1” (F-Prob=0,725) and “SMA GAMA” Yogyakarta (F-Prob=0,728). (3) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching

(3)

SIKAP SISWA TERHADAP MAHASISWA

PRAKTIKAN PPL

Studi Kasus: SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun : K U R N I A T I

011334002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Sebelum kedua t elapak kaki seseorang menet ap dihari K iamat akan

dit anyakan t ent ang empat hal lebih dulu:

Pert ama

è

t ent ang U murnya, unt uk apa dihabiskan?

K edua

è

t ent ang M asa M udanya, unt uk apa digunakan?

K et iga

è

t ent ang Hart anya, dari mana I a peroleh & dibelanjakan

unt uk apa?

K eempat

è

t ent ang I lmunya, apa saja yang I a amalkan dengan

ilmunya it u?

(HR. Bukhari-Muslim)

“Pelaj arilah I lmu: barang siapa yang mempelaj arinya karena

ALLAH , itu taQwa; M enuntunnya, itu I badah;

M engulang2nya, itu T asbih; M embahasnya, itu Jihad;

M engaj arkannya kepada orang yang tidak tahu, itu Sedekah;

M emberikannya kepada Ahlinya, itu mendekatkan diri kepada

T UH AN .”

(Abusy Syaikh Ibnu Habban)

Masa lalu it u ber har ga, Tapi t idak cukup ber har ga unt uk

menghalangi masa depan.

(Kahlil Gibran)

(7)

v

PERSEM BAHAN

Dengan segala Rasa Chayankku & Rasa

Syukurku K epada AL L AH SWT, Skripsi ini

dengan Hat i yang Tulus & I khlas Spesial

kupersembahkan U nt uk:

I bunda & Ayahanda

K akak-kakakku

Adik-adikku

Ponakan-ponakanku

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Juni 2008 Penulis

(9)
(10)

viii

ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP MAHASISWA PRAKTIKAN PPL

Studi Kasus pada SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta

K U R N I A T I Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ditinjau dari: 1) Jenis Kelamin, 2) Status Sosial Ekonomi Orang Tua, dan 3) Motivasi Belajar Siswa di Kelas.

Populasi dari penelitian ini sebanyak 61 orang dari siswa-siswi SMK BOPKRI 1 dan 95 orang dari siswa-siswi SMA GAMA Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan adalah 42 orang siswa-siswi SMK BOPKRI 1 dan 45 orang siswa-siswi SMA GAMA Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster Sampling. Metoda analisis data yang digunakan adalah ANOVA dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program fot Social Science) versi 12.0 dengan taraf signifikansi 0,05.

(11)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ ATTITUDE TOWARDS TEACHING PRACTICE STUDENTS A Case Study in “SMK BOKPRI 1” and “SMA GAMA” Yogyakarta

K U R N I A T I Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed at knowing the difference of students’ attitude towards teaching practice students, based on: 1) Sex, 2) Parents’ social-economic status, and 3) Motivation to study.

Population in this research was 61 students of “SMK BOPKRI 1” and 95 students of “SMA GAMA” Yogyakarta. While, samples in this research were 42 students of “SMK BOPKRI 1” and 45 students of “SMA GAMA” Yogyakarta. The data collecting techniques applied in this research were questionnaire and interviews; the data was analyzed with ANOVA using SPSS (Statistical Program for Social Science) version 12.0 with significance level of 0,05.

The results of this research suggested that (1) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching practice students based on students sex both in “SMK BOPKRI 1” (F-Prob=0,709) and “SMA GAMA” Yogyakarta (F-Prob=0,506). (2) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching practice students based on parents’ social-economic status both in “SMK BOPKRI 1” (F-Prob=0,725) and “SMA GAMA” Yogyakarta (F-Prob=0,728). (3) There was no significant differences in students’ attitude towards teaching

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Sikap Siswa Terhadap Mahasiswa Praktikan PPL dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih Gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. ALLAH. SWT, Terima kasih telah diberikan kesehatan secara fisik maupun batin, selalu melindungiku, selalu memberikan jalan keluar disetiap masalah yang sedangku hadapi. Terima kasih atas segala Limpahan Rahmat dan Anugrah-Nya.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

xi

4. Bapak Laurentius Saptono. S.Pd, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi ya ng telah banyak membantu, memberikan masukan, memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

5. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si selaku Dosen pembimbing yang selalu memberikan banyak masukan, selalu sabar dan tak pernah lelah dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Staff Dosen Sanata Dharma khususnya Program Studi Pendidikan Akuntansi ya ng telah membimbing dan memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

7. Seluruh Karyawan Perpustakaan Unv. Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku yang di perlukan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepala Sekolah SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Siswa/i kelas II SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta yang telah membantu penulis mengisi kuesioner. Terima kasih semua.

(14)

xii

11. Kakak-kakakku tersayang, yang selalu dengan sabar memberikan dukungan serta perhatian sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

12. Adik-adikku tersayang yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk adikku cici, tetap semangat dan tetap berjuang. Good Luck for you. 13. Ponakan-ponakanku, makasih chayank atas do’anya. Canda tawa kalian selalu

ku rindu dan menambah semangat baru untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Teman-teman PAK 2001, 2002, 2003 yang sudah lulus maupun yang belum lulus, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaan serta dukungannya. Ayo yang belum lulus, tetap semangaaaatt….

15. Temen-temen KSR PMI unit VI dan KSR PMI Cabang Kota Yogyakarta, yang tidak bisa disebutin satu persatu yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan. Thanks for ALL. Jangan lupa KORSA ya.... KORSA bukan ha nya untuk CATA... Hehehe.

16. Temen-temen Asrama Putri Palem yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan serta kebersamaannya. Makasih telah di beri kesempatan kenal dengan kalian.

(15)

xiii

Semua yang berhubungan dengan skripsi ini menjadi tanggungjawab penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran penulis terima dengan senang hati, sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca umumnya dan bagi mahasiswa Sanata Dharma pada khususnya.

Penulis

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... . i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... . ii

HALAMAN PENGESAHAN ... . iii

MOTTO ... . iv

PERSEMBAHAN ... . v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... . vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... . vii

ABSTRAK ... . viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... . x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... . xviii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Batasan Masalah ... . 4

C. Rumusan Masalah ... . 4

(17)

xv

E. Manfaat penelitian ... . 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... . 6

A. Sikap ... . 6

B. Program Pengalaman Lapangan ... . 22

C. Profesi Guru ... . 30

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ... . 31

E. Penelitian Terdahulu ... . 35

F. Kerangka Berpikir ... 36

G. Hipotesis ... . 39

BAB III. METODA PENELITIAN ... . 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Obyek dan Subyek Penelitian ... . 40

C. Populasi Penelitian ... . 41

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... . 42

E. Teknik Pengumpulan data ... 51

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... . 52

G. Uji Prasyarat Analisis ... . 58

H. Pengujian Hipotesis ... . 60

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... . 62

A. SMK BOPKRI 1 Yogyakarta ... 62

(18)

xvi

2. Visi dan Misi Sekolah ... . 64

3. Struktur Organisasi sekolah ... . 65

4. Nama Perangkat Sekolah ... . 65

5. Daftar Jumlah Siswa ... 67

6. Fasilitas Belajar ... 67

B. SMA GAMA Yogyakarta ... . 69

1. Sejarah Singkat Sekolah ... . 69

2. Visi dan Misi Sekolah ... . 70

3. Struktur Organisasi sekolah ... . 71

4. Nama Perangkat Sekolah ... . 71

5. Daftar Jumlah Siswa ... . 73

6. Fasilitas Belajar ... 73

C. Kegiatan Mahasiswa PPL ... . 75

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... . 77

A. Deskripsi Data ... 77

1. Komposisi Responden ... . 78

2. Komposisi Sikap ... . 90

3. Variabel Penelitian ... . 98

B. Pengujian Analisis Prasyarat ... 102

1. Uji Normalitas ... 102

2. Uji Homogenitas ... . 105

(19)

xvii

D. Pembahasan ... 114

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... . 120

A. Kesimpulan ... . 120

B. Keterbatasan Penelitian ... 121

C. Saran ... . 121 DAFTAR PUSTAKA

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kisi-kisi koesioner ... . 44

Tabel II. Pernyataan positif dan negatif komponen sikap ... 44

Tabel 1.1 Pengujian validitas sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ... 54

Tabel 1.2 Pengujian validitas motivasi intrinsik ... . 56

Tabel 1.3 Pengujian validitas motivasi ekstrinsik ... 56

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, pendidikan menduduki peranan penting, sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi dalam pembangunan masyarakat.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (Muhibin,1995:1). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa yang menjadi komponen utama dalam kegiatan proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan adalah guru. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan mendapatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

(24)

Selanjutnya untuk menyiapkan tenaga yang handal agar dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga pendidik yang profesional maka sejak dini harus dipersiapkan tenaga pendidik yang berkualitas. Dengan demikian, untuk dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional seseorang harus mengikuti pendidikan di Perguruan Tinggi khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Mahasiswa FKIP di tuntut untuk melakukan praktik mengajar di sekolah-sekolah baik SMU maupun di SMK.

Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program dalam pendidikan pra jabatan guru, yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap untuk secara mandiri mengemban tugas sebagai guru (Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan).

Sebagai pengemban tugas profesional, seorang calon guru tidak hanya tau dan memahami tugasnya, namun jauh lebih penting daripada itu adalah mampu melaksanakan tugasnya sebagai guru. Kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai guru inilah yang dibentuk melalui PPL.

(25)

Setelah mengetahui fenomena di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui secara dekat salah satu objek sampel di SMK dan SMA yang ada di kota Yogyakarta. Bagaimanakah sebenarnya sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL, karena dari sikap siswa baik yang positif maupun negatif terhadap mahasiswa akan berpengaruh dalam diri mahasiswa itu sendiri.

Berawal dari sikap positif, siswa ikut aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas. Misal, rajin membaca dan berdiskusi, rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh mahasiswa praktikan PPL, aktif bertanya dan sikap positif lainnya yang mendukung kegiatan mengajar mahasiswa PPL. Dalam hal ini diharapkan mahasiswa PPL lebih termotivasi untuk menekuni studinya sebagai calon guru dan lebih mengembangkan kemampuan mengajarnya.

(26)

Lain halnya apabila mahasiswa praktikan PPL siap memberikan materi. Maka masalah- masalah yang timbul dapat diatasi dengan baik, sehingga proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Oleh karena persoalan-persoalan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “SIKAP SISWA TERHADAP MAHASISWA PRAKTIKAN PPL”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada mahasiswa praktikan PPL yang berasal dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini hanya meneliti apakah ada perbedaan antara sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL. Dalam hal ini, banyak faktor yang mempengaruhi sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL. Namun penelitian ini membatasi pada faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi orang tua, dan motivasi belajar siswa di kelas.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan jenis kelamin ?

2. Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan status sosial ekonomi orang tua ?

(27)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.

3. Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan motivasi belajar siswa di kelas.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan yang berguna dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi Mahasiswa Praktikan

Hasil pene litan ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih menghargai kegiatan PPL sebagai kegiatan yang penting.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk menerapkan disiplin ilmu yang diterima dan hasilnya dapat menambah wawasan serta informasi. 4. Bagi Universitas Sanata Dharma

(28)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SIKAP

1. Pengertian Sikap

Sikap manusia atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan ke dalam berbagai versi oleh para ahli. Dari berbagai devinisi tersebut pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran berikut ini:

a. Kerangka pemikir yang pertama diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), Charles Osgood, dan Berkowitz (dalam Saifuddin Azwar 2003:4) menurut mereka, sikap suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri mempormulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek ne gatif terhadap suatu objek psikologis.

(29)

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Lapierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.

c. Kelompok pemikir yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadik scheme) menurut kerangka pemikir ini suatu sikap merupakan konsentrasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berorientasi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord & Backman (1964) (dalam Saifuddin Azwar, 2003:5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.

Di samping pembagian kerangka pemikiran tradisional terurai di atas, di kalangan para ahli psikologi sosial mutakhir terdapat pula klasifikasi pemikiran tentang sikap dalam dua pendekatan seperti berikut ini:

(30)

Gambar 1:

Konsepsi skematik Rosenberg & Hovland mengenai sikap (adaptasi dari Fishbein & Ajzen, 1975:340)

Dalam skema gambar 1 terlihat bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara responsnya dan objek yang bersangkutan. Respons diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif (respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (respons syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons konatif atau perilaku (respons berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing- masing klasifikasi Variabel independen

yang dapat diukur

Variabel intervening

Variabel dependen yang dapat diukur

STIMULASI (individu, situasi, isu sosial,

kelo mpok sosial, dan objek sikap lainnya.

SIKAP

AFEKSI

KOGNISI

KONASI

• Respons syaraf simpatetik. • Pernyataan lisan tentang afek. • Respons perceptual. • Pernyataan lisan tentang keyakinan.

• Tindakan yang tampak.

(31)

respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (dalam Saifuddin Azwar, 1988)

b. Pendekatan kedua timbul karena adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi diantara ketiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan perilaku dalam membentuk sikap. Oleh karena itu pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja (single component). Definisi yang mereka ajukan mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah ‘afek atau penilaian-positif atau negatif- terhadap suatu objek’. Pengikut pendekatan ini adalah Fishbein & Ajzen (1980), Oskamp (1977), Petty & Cacioppo (1981), Brehm & Kassin (1990) (dalam Saifuddin Azwar, 2003:6).

Sedangkan menurut pendapat Ngalim Purwanto (1984:136) sikap (attitude) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu cara kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Sebagai reaksi maka sikap akan selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang atau tidak senang terhadap suatu objek, melaksanakan atau menjauhi suatu objek.

Selain itu, Ellis (dalam Ngalim Purnomo, 1984:136) mengemukakan pendapat tentang sikap sebagai berikut:

(32)

2. Fungsi Sikap

Menurut Katz (dalam Bimo Walgito, 1991:110) sikap mempunyai empat fungsi yaitu:

a. Fungsi Instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat.

Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. Maka dari itu, fungsi ini disebut sebagai fungsi manfaat (utility), yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap lingkungan sekitarnya. b. Fungsi Ego

(33)

c. Fungsi Ekspresi Nilai

Fungsi ini menunjukkan sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan dirinya, seseorang akan mendapatkan kepuasan. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan. d. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti seseorang memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.

3. Komponen Pembentukan Sikap

Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: a. Komponen kognitif (komponen konseptual), yaitu komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal- hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

(34)

merupakan hal negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (kompoenen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap sikap (Bimo Walgito, 1994:110).

Menurut Allport (dalam Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2003:96) menjelaskan tiga komponen sikap:

a. Komponen kognitif

yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap.

b. Komponen afektif

yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan rasa tidak senang.

c. Komponen konatif

yaitu komponen yang merupakan kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

(35)

a. Komponen kognitif (the cognitive component)

Komponen ini merupakan suatu sikap yang terdiri dari kepercayaan mengenai suatu objek tertentu. Kognisi yang melekat pada sistem sikap itu merupakan kepercayaan evaluatif terhadap objeknya, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan, baik atau buruk, dan lain- lain.

b. Komponen perasaan (the feeling component)

Komponen ini merupakan komponen perasaan yang menunjukkan adanya emosi dalam hubungannya dengan objek. Suatu objek dapat dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.

c. Komponen kecenderungan bertindak (the action tendency component)

Komponen ini mencakup kesiapan-kesiapan bertingkahlaku yang berkaitan dengan objek sikap. Jika seseorang bersikap positif terhadap suatu objek, maka ia cenderung mendukung objek tersebut, sebaliknya apabila ia bersikap negatif ia cenderung tidak mendukung objek tersebut.

(36)

dimanivestasikan dalam bentuk kegiatan yang sama dan dilakukan berulang-ulang (dalam Onong Uchjana Effendy, 1983:92-93).

4. Ciri-ciri Sikap

a. Sikap itu dibawa sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu terhadap suatu objek karena sikap-sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan, melainkan terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah. Meskipun sikap dapat berubah, tetapi sikap mempunyai kecenderungan yang stabil.

b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Oleh karena itu, sikap selalu terbentuk atau dapat dipelajari dalam hubungannya dengan objek tertentu, yaitu mulalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek, tetapi juga tertuju pada sekumpulan objek-objek

(37)

di dalamnya. Di sini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan objek sikap.

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Sikap ini menunjukkan kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Demikian pula sebaliknya, apabila sikap itu belum begitu mendalam ada dalam diri seseorang maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama dan akan mudah berubah.

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan), tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap suatu objek tersebut. Disamping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap juga mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek-objek yang dihadapinya (Bimo Walgito, 1994:115).

(38)

a. Sikap bukan merupakan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan terbentuk selama pekembangannya, sebagai akibat hubungannya dengan objek-bojek di lingkungannya.

b. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain, karena itu sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungan.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi dengan suatu objek. Objek tidak hanya satu jenis, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang menjadi perhatian orang tersebut.

d. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, yang berarti sikap hanya cocok untuk situasi tertentu, yang belum tentu sesuai dengan waktu lain karena itu sikap dapat berubah menurut situasi.

e. Sikap tidak dapat menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi.

f. Sikap mengandung faktor-faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sarlito W. Sarwono (1991:95) menyatakan ciri-ciri sikap sebagai berikut:

a. Dalam sikap selalu terdapat subyek dalam obyek.

(39)

c. Sikap tidak dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

d. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan.

e. Sikap tidak dapat menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi. f. Sikap dapat bermacam- macam sesuai dengan banyak objek yang menjadi

perhatian orang yang bersangkutan.

5. Terbentuknya Sikap

Seperti telah dipaparkan di atas sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi sikap dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap akan jelas diikuti pada bagan sikap berikut ini : (dalam Onong Uchjana Effendy, 1983:95)

Gambar 2: Terbentuknya sikap

Faktor internal - Fisiologis - Psikologis

SIKAP Faktor eksternal

- Pengalaman - Situasi

- Norma-norma - Hambatan - Pendorong

(40)

Dari bagan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma- norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri seseorang.

Pendapat lain menurut terbentuknya sikap yang dikemukakan oleh Elita D. Nugroho adalah (1982:13):

a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam atau pengalaman traumatik.

b. Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa sengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model, selain itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru. Peniruan ini akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif.

(41)

d. Melalui identifikasi, di sini individu meniru orang lain atau suatu badan didasari suatu kerterikatan yang emosional sifatnya. Meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Identifikasi seperti ini sering terjadi antar anak dengan ayah, antara guru dengan muridnya dan lain- lain.

6. Pembentukan Sikap

Dalam hal ini yaitu interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Saifuddin Azwar (1988:31) pembentukan sikap memiliki beberapa faktor yang sangat mempengaruhi antara lain :

a. Pengaruh pengalaman pribadi

(42)

b. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang memberikan corak pengalaman individu- individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang dianggap penting diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita. Di antara orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami dan lain-lain. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfomis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan berkeinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

d. Pengaruh media massa

(43)

memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e. Pengaruh lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisahnya antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan, maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

f. Pengaruh faktor emosional

(44)

B. Program Pengalaman Lapangan

1. Pengertian

Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program dalam pendidikan pra jabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap untuk secara mandiri mengemban tugas menjadi guru (Panduan Program Pengalaman Lapangan: 1).

Sebagai pengemban tugas profesional seorang guru dituntut tidak hanya tahu dan memahami tugasnya, namun jauh lebih penting daripada itu adalah mampu melaksanakan tugas sebagai guru. Kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai guru inilah yang dibentuk melalui PPL.

2. Tujuan PPL

Tujuan PPL adalah memberikan latihan bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan tugas sebagai guru. PPL bertujuan agar mahasiswa calon guru (Sumedi, 1992:1) :

a. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, administratif, serta akademik sosial sekolah sebagai tempat kerjanya kelak.

b. Menguasai berbagai keterampilan mengajar terbatas

(45)

d. Mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam situasi sebenarnya dengan bimbingan yang minimal atau tanpa bimbingan.

e. Mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalaman selama latihan melalui refleksi yang merupakan salah satu ciri penting pekerjaan profesional.

3. Pelaksanaan PPL

Pelaksanaan PPL bagi mahasiswa calon guru diawali dengan (Sumedi, 1992:4) :

a. Permintaan ijin kepada kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tingkat propinsi.

b. Rapat koordinasi dikomunikasikan program keseluruhan PPL agar dapat diketahui fungsi dan peran masing- masing dalam kegiatan PPL tersebut. c. Mengkomunikasikan program kepada mahasiswa. Koordinator dan

pembimbing bersama-sama dosen pembimbing mengadakan pertemuan dengan mahasiswa calon guru yang menjadi tanggung jawabnya, dikomunikasikan program latihan keseluruhan.

d. Pelaksanaan latihan. Latihan PPL dibagi menjadi empat tahap yaitu pengenalan lapangan, latihan ketrampilan mengajar, latihan terbimbing, dan latihan mandiri.

(46)

4. Kegiatan

a. Mengenal sekolah tempat latihan PPL, pengenalan lapangan (sekolah tempat praktikan melakukan PPL), merupakan tahap awal. Kegiatan pengenalan lapangan ini sebaiknya sudah dilakukan pada semester-semester sebelum kegiatan PPL secara terjadwal dimula, yaitu pada waktu mahasiswa mengikuti mata kuliah yang berkaitan langsung dengan kehidupan sekolah, seperti: perencanaan pengajaran, metodologi pengajaran, pengelolaan kelas, dan bimbingan konseling.

Aspek-aspek kehidupan sekolah yang perlu dikenali melalui wawancara dan instrumen observasi antara lain :

1. Keadaan fisik sekolah, lingkungan dan tata tertibnya. 2. Sarana, prasarana dan fasilitas, termasuk sumber belajar.

3. Jenis-jenis program ko- dan ekstra-kurikuler yang tersedia di sekolah. 4. Perangkat administrasi kelas dan sekolah.

5. Struktur organisasi dan personalia / kepegawaian sekolah.

6. Kehidupan sosial (hubungan antara siswa, guru, serta personalia lain) dalam waktu belajar dan waktu istirahat.

7. Membuat peta kerawanan kelas yang mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas yang berwenang.

(47)

kelas yang berbeda. Untuk menambah pengalaman pembelajaran, praktikan wajib mengobservasi pembelajaran oleh sesama praktikan yang berbeda dan untuk mengenali keterlibatan siswa praktikan mengobservasi aktivitas siswa di dalam kelas.

c. Melaksanakan pembelajaran sendiri. Praktikan wajib melaksanakan pembelajaran minimal delapan kali. Untuk itu praktikan wajib menyusun satuan pembelajaran (SP). Penyusunan SP wajib dikonsultasikan dengan guru pamong dan sedapat mungkin juga dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

d. Membuat alat peraga untuk kepentingan pengajaran.

e. Mengerjakan tugas administrasi atau ketatausahaan, dengan bimbingan wali kelas dan kepala sekolah atau petugas lainnya, praktikan berlatih atau berpartisipasi dalam kegiatan penyelenggaraan administrasi kepegawaian dan administrasi kelas.

f. Berlatih atau berpartisipasi dalam pemeliharaan dan pendayagunaan sarana pengajaran.

g. Berlatih atau berpartisipasi dalam pembinaan ko- dan ekstra-kurikuler antara lain pengelolaan OSIS dan kepramukaan.

(48)

i. Menghadiri pertemuan dengan dosen pembiming dan membina hubungan dengan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka persiapan dan pembekalan PPL di kampus, dan berbagai pengalaman dalam kelompok di sekolah tempat praktik, minimal empat kali dalam periode PPL. Selama PPL praktikan diharapkan mampu me mbina hubungan dengan personil sekolah.

j. Membuat laporan, praktikan wajib membuat laporan (individual).

k. Menempuh ujian lisan oleh dosen pembimbing tentang pertanggung jawaban laporan PPL.

5. Kawasan (domain) yang dilatihkan dalam PPL

Ada berbagai pandangan tentang pendidikan. Salah satunya adalah pandangan B. Bloom dan kawan-kawan, yang sedikit banyak telah mempengaruhi alam pikiran para pengembang pendidikan. Bloom dan kawan-kawan telah memperkembangkan klasifikasi hiragis atau taksnonomi tujuan-tujuan pendid ikan. Keseluruhan tujuan-tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga kawasan atau domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Kawasan yang dilatihkan dalam PPL ini identik dengan komponen-komponen pembentukan sikap.

(49)

a. Pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat kembali hal- hal yang telah dipelajari.

b. Pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal. c. Penerapan, yaitu kemampuan mempergunakan hal- hal yang telah dipelajri

untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata.

d. Analisis, yaitu kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktus organisasi dapat dipahami.

e. Sintesis, yaitu keseluruhan yang memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti.

f. Penilaian, yaitu kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atau yang ditetapkan terlebih dahulu.

Kawasan afektif mencakup lima macam kemampuan emosional yang disusun secara hiragis dari yang paling tidak mengikat diri pribadinya sampai kepada yang sangat mengikat diri pribadinya, sebagai berikut (Mudyahardjo, 1993:12) :

a. Kesadaran, yaitu kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal. b. Partisipasi, yaitu kemampuan untuk turut serta terlibat dalam sesuatu hal. c. Penghayatan nilai, yaitu kemampuan untuk menerima nilai sistem dan

terikat kepadanya.

(50)

e. Karakteristik diri, yaitu kemampuan untuk menilai pola hidup, dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya.

Kawasan psikomotor belum sempat dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawan, dan baru kemudian antara lain dikembangkan oleh Kliber, Baher, dan Mills (1970), Harrow (1970), dan Simon (1972). Dibawah ini disajikan kawasan psikomotor yang dikembangkan oleh Harrow (dalam Mudyahardjo, 1993:12) :

a. Gerakan refleks, yaitu kemampuan melakukan tindakan yang terjadi secara tidak sengaja dalam menjawab suatu perangsang.

b. Gerakan dasar, kemampuan melakukan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakan- gerakan refleks.

c. Kemampuan perseptual, yaitu kemampuan menerjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera menjadi gerakan yang cepat.

d. Kemampuan jasmani, yaitu kemampuan dan gerakan dasar yang memerlukan inti untuk mengembangkan gerakan yang terlatih.

e. Gerakan- gerakan terlatih, yaitu gerakan yang canggih dan tingkat efisiensi tertentu.

f. Komunikasi nondiskursif, yaitu kemampuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerakan badan.

6. Komponen yang dinilai dalam PPL

(51)

a. Proses pembelajaran, meliputi:

1. Kemampuan merencanakan pembelajaran a) Kemampuan merumuskan tujuan. b) Kemampuan menganalisa materi.

c) Kemampuan merancang kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

d) Kemampuan menyusun alat evaluasi. 2. Kemampuan melakukan proses pembelajaran

a) Kemampuan membuka proses pembelajaran

b) Kemampuan melakukan proses inti pembelajaran antara lain ; 1) Penguasaan materi pelajaran,

2) Kemampuan menjelaskan,

3) Kemampuan bertanya dan menjawab, 4) Kemampuan mengaktifkan siswa, 5) Kemampuan mengelola kelas, 6) Kemampuan memotivasi siswa,

7) Kemampuan memanfaatkan media dan buku, c) Kemampuan menutup proses pembelajaran

(52)

C. Profesi Guru

1. Karakteristik Profesi Guru

B.J Chandler (dalam Sehartian, 1994:27) menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang memiliki kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar dan atau ketrampilan yang menggambarkan seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia. Profesi guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mengutamakan layanan sosial, lebih dari kepentingan pribadi b. Mempunyai status sosial yang tinggi

c. Memiliki pengetahuan yang khusus (dalam hal mengajar dan mendidik) d. Memiliki kegiatan yang intelektual

e. Memiliki hal untuk memperoleh standar kualitas professional f. Memiliki kode etik yang ditentukan organisasi profesi

(53)

ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. Ketiga, lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa pendidikan dasar (basic education) untuk taraf sarjana ditambah pendidikan profesional.

2. Hakikat guru pendidik dan pengajar

Menurut pendapat Sahertian (1994:8) yang bertolak dari undang-undang No. 2 Tahun 1989 mengenai sistem pendidikan nasional mengemukakan bahwa guru adalah pembimbing, pengajar dan pelatih. Guru sebagai pengajar dan pelatih (pendidik), maksudnya sebagai guru ia menyampaikan materi pelajaran atau mengkomunikasikan pesan-pesan dan materi pelajaran. Ia tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga harus bisa menanamkan konsep berpikir melalui pelajaran yang diberikan.

Selanjutnya, guru sebagai pembimbing, maksudnya setiap subyek mempunyai pribadi yang unik. Banyak masalah psikologis ya ng dihadapi siswa banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Kesemuanya memerlukan bimbingan. Guru pada saat mengajar bertindak sebagai pembimbing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong dirinya sendiri.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap Siswa Terhadap Praktikan PPL

(54)

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin siswa yaitu siswa pria dan siswa wanita. Jenis kelamin siswa di sini adalah siswa wanita dan siswa pria. Alasan penulis meneliti perbedaan antara siswa wanita dan siswa pria karena berdasarkan perkembangan fisiologis dan psikologis ternyata antara wanita dan pria mempunyai perkembangan yang berbeda. Dari perbedaan tersebut akan berbeda pula cara berpikir, perhatian, perasaan, bakat dan pandangannya (Gilarso, 2002:2). Perbedaan yang ada pada pria dan wanita baik secara fisik maupun psikis berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

Lebih lanjut, dalam kepribadian seseorang tergantung pada arti : ada daya tarik fisik, perasaan, kedewasaan dan kesopanan, tata cara atau kata-kata lain yang sejenisya menyangkut bentuk tingkah laku atau sikap yang menimbulkan ekspresi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Aspek-aspek dari kepribadian seseorang ini akan menimbulkan suatu kekaguman ataupun perasaan tidak senang dari orang lain.

2. Motivasi belajar siswa

Motivasi belajar adalah dorongan yang mendukung siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dikategorikan menjadi beberapa kategori misalnya aktivitas belajar di sekolah, penyelesaian tugas dari guru dan kebiasaan belajar di luar sekolah.

(55)

dan mengarahkan perilakunya. Motivasi juga mencakup kondisi psikologis dan fisiologis dari diri pribadi aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Menurut W.S Winkel (1987) motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi tujuan tertentu. Motivasi terdiri dari dua, yaitu :

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan keinginan untuk bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang berasal dari dalam diri (internal) individu, oleh karena itu aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa tanpa dipengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal dari luar.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik bukanlah perasaan atau keinginan yang ada dalam diri individu untuk belajar, karena tujuan utama individu untuk melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar siswa, atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar.

(56)

Misal, motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Hal ini sudah barang tentu peran guru sangat penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa, karena untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.

3. Status sosial ekonomi orang tua

Menurut Astrid S (dalam Margareta Ika W : Skripsi, 2005:12), Status sosial adalah perbandingan peranan dalam masyarakat, status merupakan pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Lebih lanjut, status sosial ekonomi di sini menunjukkan pada kemampuan finansial orang tua siswa dan perlengkapan material yang dimiliki orang tua siswa.

Untuk mengetahui status sosial ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan:

a. Tingkat Pendapatan

Pengertian pendapatan yaitu jumlah imbalan atau keuntungan atas barang atau jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita memperthatikan lingkungan sekitar kita maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja, ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan atau imbalan.

b. Tingkat Pendidikan

(57)

berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP, SMU/SMK, D3 dan Perguruan Tinggi (PT).

c. Jenis Pekerjaan

Yang dimaksud jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan atau penghasilan antara lain guru, buruh, petani, wiraswasta, pewagai swasta, dan lain- lain.

d. Pemilikan Barang Berharga

Kekayaan yang diperoleh selama seseorang bekerja atau merupakan hasil jerih payah orang tersebut dalam mencukupi kebutuhannya seperti kebutuhan akan tempat tinggal, kendaraan, televisi, mesin cuci, lemari es dan sebagainya.

Menurut pendapat Lindgen dalam B. Musidi (1991:136), perbedaan pengalaman yang berkaitan dengan kemampuan finansial dan perlengkapan material akan mempengaruhi perbedaan nilai, sikap, keyakinan, kepribadian serta cara memandang sesuatu disekitarnya.

E. Penelitian Terdahulu

(58)

kelamin, (2) Unt uk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan pada perbedaan asal tempat tinggal, (3) Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan pada perbedaan status sosial ekonomi orang tua siswa, dan (4) Untuk mengetahui perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan pada perbedaan prestasi belajar siswa. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu: sebagian besar responden mempunyai sikap positif terhadap mahasiswa praktikan PPL, tidak ada perbedaan sikap siswa SMUK Sang Timur berdasarkan jenis kelamin, tempat tinggal, status sosial ekonomi orang tua siswa dan prestasi belajar siswa.

F. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan antara jenis kelamin dengan sikap siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL

(59)

Wanita biasanya memiliki tubuh lebih kecil dari pada pria. Wanita cenderung bersifat lembut, dalam berpikir selain rasio juga menggunakan perasaan serta lebih peduli terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga membentuk sikap wanita untuk cenderung lebih menerima dan menghargai keberadaan praktikan PPL. Sebaliknya, pria biasanya berbadan kekar, berwatak keras, cara berpikirnya banyak menggunakan rasionalitas serta kurang peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga akan cenderung bersikap kurang menghargai praktikan PPL yang baru belajar menjadi guru.

2. Perbedaan antara status sosial ekonomi orang tua dengan sikap siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri adanya perbedaan status sosial ekonomi, misalnya tampak dari sikap orang kaya terhadap orang miskin, majikan terhadap pembantu, serta atasan terhadap bawahan. Perbedaan ini nyata dalam symbol status sosial seperti mobil mewah, rumah mewah, perabot rumah tangga dan sebagainya.

(60)

Sedangkan pada keluarga yang status sosial ekonomi rendah biasanya orang tua memiliki penghasilan rendah dan fasilitas kurang sehingga terbiasa hidup bekerja keras. Hal ini akan mendorong siswa yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah untuk belajar dengan rajin dan mengikuti pengajaran yang dilakukan oleh pengajar dengan serius. Perbedaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi nilai hidup, kepribadian, serta sikap seseorang sehingga mempengeruhi pula perbedaan sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL.

3. Perbedaan antara motivasi belajar siswa di kelas dengan sikap siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL.

Motivasi belajar merupakan kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar. Keinginan untuk belajar tersebut merupakan motivasi dari dalam diri peserta didik untuk mendapatkan nilai yang baik. Siswa yang berprestasi tinggi terkadang tidak memperhatikan praktikan PPL dalam memberikan materi karena merasa lebih mampu dari pada mahasiswa praktikan, sehingga siswa cenderung bersikap kurang menghargai dan bertindak semaunya pada mahasiswa yang sedang praktik. Misal: tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh praktikan, suka mengganggu temannya belajar dan sebagainya.

(61)

mengerjakan. Perbedaan ini akan memperngaruhi sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah anggapan atau pendapat yang diterima secara tentatif untuk menjelaskan suatu fakta dan dipakai sebagai dasar suatu penelitian. Berdasarkan pada landasan teoritik di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan sikap siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL berdasarkan jenis kelamin.

2. Ada perbedaan sikap siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.

(62)

40

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan meliputi: 1. Studi Kasus

Yaitu penelitian tentang subyek tertentu, di mana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti. 2. Deskriptif

Yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan sesuatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat mengungkapkan fakta.

B. Obyek dan Subyek Penelitian

1. Obyek penelitian

(63)

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah pihak atau lembaga yang memberikan informasi. Dalam hal ini penelitian yang akan diteliti adalah siswa kelas II SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan siswa kelas II Yayasan Pendidikan SMA GAMA Yogyakarta.

C. Populasi Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil hitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu di semua anggota kumpulan (Sudjana, 1996:5). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah siswa kelas II SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan siswa kelas II Yayasan Pendidikan SMA GAMA Yogyakarta.

b. Sampel

Sampel adalah (Sugiyono,1999:73) sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 156 responden yaitu 61 responden dari SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan 95 responden dari Yayasan Pendidikan SMA GAMA Yogyakarta

c. Teknik pengambilan sampel

(64)

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 1998:99). Dalam hal ini variabel yang akan diteliti adalah :

a. Variabel bebas

1) Jenis kelamin siswa

2) Status sosial ekonomi orang tua siswa 3) Motivasi belajar siswa

b. Variabel terikat

Yaitu sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL.

2. Pengukuran variabel

Definisi dan pengukuran dari variabel yang akan diteliti adalah: a. Sikap

(65)

Sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL dibatasi oleh dua nilai yaitu sikap positif dan sikap negatif. Pengukuran sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ditunjukkan oleh skor dari kuesioner. Untuk membuat kuesioner perlu ditentukan terlebih dahulu menentukan indikator yang dapat dianggap menjadi terjemahan dari pengertian mahasiswa praktikan PPL. Adapun indikator yang dipakai oleh penulis dalam rancangan skala sikap/kuesioner terhadap mahasiswa praktikan PPL sebagai berikut :

- Aspek kemampuan belajar

- Aspek penampilan mengajar personal - Aspek praktek kegiatan non mengajar - Aspek sosial

(66)

Tabel. I Kisi kisi kuesioner

Komponen sikap Komponen objek sikap

kognitif Afektif konatif total

Aspek kemampuan

mengajar 3 3 3 9

Aspek penampilan

mengajar personal 3 3 3 9

Aspek praktek kegiatan

non mengajar 3 3 3 9

Aspek sosial 3 3 3 9

Total 12 12 12 36

Tabel I ini mengilustrasikan rancangan kisi-kisi kuesioner atau tabel spesifikasi skala sikap terhadap mahasiswa praktikan PPL yang dalam tabel I ini terbagi dalam empat aspek. Penulis berasumsi bahwa keempat aspek tersebut sama pentingnya dalam membentuk sikap responden terhadap mahasiswa praktikan PPL. Oleh karena itu, masing-masing komponen dibuat setara.

Dalam penelitian ini pernyataan positif dan pernyataan negatif responden terhadap mahasiswa praktikan PPL sebagai berikut :

Tabel. II

Pernyataan positif dan negatif komponen sikap Komponen sikap

Pernya-taan Kognitif Afektif Konatif

Positif 1, 7, 15, 19, 23, 29, 34

6, 9, 11, 14, 20, 33 3, 21, 22, 32, 35, 36 Negatif 5, 12, 17, 25, 31 2, 16, 24, 27, 28, 30 4, 8, 10, 13, 18, 26

(67)

Tidak Setuju (STS). Siswa bersedia untuk memilih salah satu alternatif jawaban tersebut. Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala pengukuran dari skala pengukuran model Likert, yaitu:

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

Alternatif jawaban tersebut memiliki skor 1-4 untuk pernyataan positif dan negatif sebagai berikut :

Positif Negatif

1. SS skor 4 SS skor 1

2. S skor 3 S skor 2

3. TS skor 2 TS skor 3

4. STS skor 1 STS skor 4 b. Jenis kelamin siswa

(68)

kelamin ini dipakai untuk membedakan sikap siswa pria dan wanita terhadap mahasiswa praktikan PPL.

c. Status sosial ekonomi orang tua

Status sosial ekonomi orang tua siswa adalah kemampuan finansial dan perlengkapan material yang dimiliki orang tua siswa.

Status sosial ekonomi yang akan diteliti oleh penulis adalah: 1. Tingkat Pendapatan Orang Tua Siswa.

Variabel ini di ukur dengan cara memberi bobot pada masing- masing tingkatan. Bobot ditentukan sesuai dengan tingkatannya. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula bobot yang diberikan. Pembobotan dilihat di bawah ini yaitu sebagai berikut:

a) Di bawah Rp 750.000,00 skor 1

b) Antara Rp 750.000,00-Rp 1.500.000,00 skor 2 c) Antara Rp 1.500.000,00-Rp 3.000.000,00 skor 3 d) Antara Rp 3.000.000,00-Rp 4.500.000,00 skor 4 e) Di atas Rp 4.500.000,00 atau lebih sokr 5 2. Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa

(69)

Kategori Tingkat Pendidikan

Tinggi Tamat Akademi / S1

Menengah Tamat SLTA / SMK

Dasar Tamat SD – SLTP

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan memberi bobot pada masing- masing jenjang pendidikan atau tingkat pendidikan paling tinggi yang berhasil diraih oleh orang tua siswa. Dengan cara memberi ketentuan pengukuran bahwa makin tinggi tingkat pendidikan orang tua makin tinggi pula bobot untuk alternatif jawaban. Tingkat yang diselesaikan oleh orang tua diberi skor sebagai berikut:

a) Tingkat pendidikan ayah terakhir :

Ø Tamat SD skor 1

Ø Tamat SLTP 2

Ø Tamat SLTA / SMK 3

Ø Tamat D3 4

Ø Tamat PT 5

b) Tingkat pendidikan ibu terakhir :

Ø Tamat SD skor 1

Ø Tamat SLTP 2

Ø Tamat SLTA / SMK 3

Ø Tamat D3 4

(70)

3. Jenis Pekerjaan Orang Tua

Untuk pengukuran variabel ini diberi ketentuan dengan cara memberi bobot yaitu sebagai berikut :

a) Pekerjaan Ayah

Ø PNS skor 5

Ø Pegawai Swasta 4

Ø Wiraswasta 3

Ø ABRI 2

Ø Lain- lain… 1

b) Pekerjaan Ibu

Ø PNS skor 5

Ø Pegawai Swasta 4

Ø Wiraswasta 3

Ø ABRI 2

Ø Lain- lain… 1

4. Fasilitas Khusus Yang Dimiliki Oleh Keluarga a) Alat Transportasi

Ø Mobil skor 5

Ø Mobil Dinas 4

Ø Sepeda Motor 3

Ø Sepeda 2

(71)

b) Peralatan Hiburan Elektronik

Ø TV Berwarna, CD, dan Tape Recorder skor 5

Ø TV Berwarna, dan tape Recorder 4

Ø TV Berwarna 3

Ø Tape Recorder 2

Ø Lain- lain… 1

c) Perkakas RumahTangga

Ø Kulkas, Mesin Cuci, dan Kompor Gas skor 4

Ø Kulkas, dan Mesin Cuci 3

Ø Kulkas 2

Ø Lain- lain… 1

d) Daya Listrik

Ø >1300 Watt skor 4

Ø 1300 Watt 3

Ø 900 Watt 2

Ø 450 Watt 1

e) Tempat tinggal

Ø Rumah Sendiri skor 4

Ø Menumpang Rumah Saudara 3

Ø Mengontrak 2

(72)

f) Dinding Rumah

Ø Bambu skor 1

Ø Papan 2

Ø Setengah Tembok 3

Ø Semua Tembok 4

Ø Lain- lain… 5

g) Lantai Rumah

Ø Tanah skor 1

Ø Semen 2

Ø Tegel 3

Ø Keramik 4

Ø Lain- lain… 5

d. Motivasi belajar siswa di kelas

(73)

Alternatif jawaban untuk kuesioner menggunakan skala pengukuran sebagai berikut:

Positif Negatif

1. SS skor 4 SS skor 1

2. S skor 3 S skor 2

3. TS skor 2 TS skor 3

4. STS skor 1 STS skor 4

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa cara pengumpulan data, yaitu :

1. Kuesioner

(74)

2. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan secara lisan dan langsung dalam memperoleh data yang di inginkan serta sifatnya hanya sebagai pelengkap kuesioner. Pertanyaan ditujukan kepada kepala sekolah untuk mengetahui tentang gambaran umum sekolah yang bersangkutan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan menggunakan catatan atau dokumen yang telah ada di sekolah yang bersangkutan. Melalui cara ini, dimaksudkan untuk memperoleh data monografi sekolah mengenai keadaan sekolah, misalnya jumlah siswa, jumlah guru, jumlah karyawan dan fasilitas yang dimiliki sekolah.

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

(75)

Rumus korelasi Product moment adalah sebagai berikut :

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = Keterangan: xy

r = Koefisien Korelasi X

∑ = Jumlah Skor Butir Y

∑ = Jumlah Skor Total

N = Jumlah Kasus atau Responden XY

∑ = Jumlah Perkalian Skor Butir dengan Skor Total

2

X

∑ = Jumlah Kuadrat Skor Butir

2

Y

∑ = Jumlah Kuadrat Skor Total

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Kemudian harga koefisien korelasi ini dibandingkan dengan harga r korelasi product moment pada tabel. Jika harga r hitung lebih besar dari r tabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid, begitu juga sebaliknya jika harga r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir soal tersebut tidak valid, pada taraf signifikansi 5 %.

(76)

Berdasarkan data yang terkumpul dari 30 responden, hasil dari perhitungan dengan menggunakan SPSS sebagai berikut:

a. Pengujian Validitas Sikap Siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL Untuk menguji validitas instrumen, penulis menggunakan korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 12.0. Koesioner disebarkan kepada 30 responden. Kriteria pengujian adalah apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka butir instrumen tidak valid. Berdasarkan uji validitas tersebut 26 butir dari 36 butir yang tidak valid, yaitu 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36 dan butir lainya dinyatakan valid. Butir instrumen yang tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang (Sugiyono 2003:116). Dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah membuang butir yang tidak valid. Hasil dari uji validitas dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel. 1.1

Sikap Siswa terhadap Mahasiswa Praktikan PPL

(77)

Untuk mengetahui nilai r tabel menggunakan rumus dk=n-2 dengan taraf nyata 5%, sehingga diperoleh r tabel (dk=30-2=28, signifikansi 5 %) sebesar 0.239. Dengan demikian item yang digunakan untuk penelitian adalah item nomor 1, 2, 3, 4, 13, 14, 15, 21, 24, dan 31.

b. Pengujian Validitas Motivasi Siswa di dalam kelas

(78)

Tabel 1.2 Motivasi Instrinsik

No. r hitung r tabel keterangan item1 0.512 0.239 Valid item5 0.428 0.239 Valid item6 0.652 0.239 Valid item7 0.349 0.239 Valid item9 0.464 0.239 Valid item10 0.446 0.239 Valid item11 0.393 0.239 Valid item12 0.446 0.239 Valid item14 0.263 0.239 Valid

Tabel 1.3 Motivasi Ekstrinsik

No. r hitung r tabel keterangan item1 0.423 0.239 Valid item2 0.274 0.239 Valid item4 0.511 0.239 Valid item8 0.282 0.239 Valid item12 0.410 0.239 valid

(79)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Suharsimi (1998:193) untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan teknik koefisien alpha dari Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

      ∑     − = y x k k

rtt 2

2

1

1 σ

σ

Keterangan:

rtt = Reliabilitas

k = Banyaknya Butir Pertanyaan atau Banyaknya Soal x

2

σ

∑ = Jumlah Varians Butir y

2

σ = Varians Total

Setelah rtt diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan r tabel denga n

jumlah n sampel pada taraf signifikansi 5 %. Instrumen handal jika rtt lebih

besar dari r tabel.

Sebagai pedoman untuk menentukan tingkat keterandalan variabel penelitian maka digunakan interpretasi keteladanan variabel yang dikemukakan oleh Suharsimi (1998:193).

(80)

pengujian reliabilitas adalah apabila r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% maka instrumen dikatakan reliabel dan handal. Sebaliknnya apabila r hitung < r tabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel dan tidak handal.

Dari hasil pengujian reliabilitas diketahui setiap masing- masing variabel menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Hasil pengujian tersebut disajikan dalam tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1

Hasil uji reliabilitas masing-masing variabel

r hitung r tabel keterangan Sikap siswa 0.744 0.60 Reliabel Motivasi intrinsik 0.756

0.60 Reliabel Motivasi ekstrinsik 0.616

0.60 Reliabel

G. Uji Prasyarat

1. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel sikap mengikuti distribusi normal. Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut, jika probabilitas > 0,05 sebaran skor dinyatakan normal, sebaliknya jika probabilitas < 0,05 sebaran skor dinyatakan tidak normal.

(81)

Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas suatu data adalah sebagai berikut :

D = maksimum |Fa (X) – Fe (X)| Keterangan :

D = Angka selisih maksimal / deviasi maksimal Fa (X) = Distribusi Frekuensi Kumulatif relatif

Fe (X1) = Distribusi Frekuensi Kumulatif teoritis (berdasarkan area kurve normal) (Djarwanto, 2003).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dari sampel tersebut homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas ini digunakan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 2000:388) :

F =

terkecil terbesar

2 2

σ σ

Harga F hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang na- 1 dan dk penyebut nc - 1 pada taraf signifikansi 5 %. Jika

harga F hitung < F tabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari sampel tersebut homogen.

(82)

H. Pengujian Hipotesis

Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varians (ANOVA), pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Analisis Varians Satu Jalan (One Way Anova). Penelitian ini menguji perbedaan rata-rata dengan jumlah sampel besar, yaitu lebih dari 30 orang dan menggunakan uji prasyarat analisis yang memenuhi asumsi penggunaan analisis varians yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Penelitian ini menggunakan analisis varians satu jalan (One Way ANOVA), karena penelitian ini hanya melibatkan satu variabel bebas dengan tiga kategori y

Gambar

Gambar 1: Konsepsi skematik Rosenberg & Hovland mengenai sikap
Gambar 2: Terbentuknya sikap
Tabel. I Kisi kisi kuesioner
Tabel. 1.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guru Dapat melakukan input pelanggaran,edit profil,melihat laporan pelanggaran persiswa,perkelas,rekap pelanggaran,melihat jadwal bimbingan kasus, melihat hasil

Sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat (Moenir, 2000 : 17 ) yang dimaksud pelayanan

Pertumbuhan jamur kemudian meluas keseluruh permukaan tubuh larva (Gambar 1). Pengamatan makroskopis dan mikroskopis jamur B.. Editor: Siti Herlinda et. Pertumbuhan

Menurut peraturan Direktorat Jendral Pajak PER-16/PJ/2016 ayat (2) Pemotong PPh pasal 21 adalah wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan, termaksud bentuk usaha

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat didefinisikan bahwa Anak Berbakat Berprestasi Kurang (AB2K) adalah anak berbakat yang menampilkan prestasi akademiknya lebih

Penelitian ini mengambil beberapa permasalahan penumpang yang akan menempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat lain di kota Jakarta. Misal penumpang akan

Jika semua data pada form data kasus telah terisi, maka sistem akan melakukan perankingan alternatif sesuai prosedur metode TOPSIS dan menampilan hasil