• Tidak ada hasil yang ditemukan

GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24

Oleh Angga Wijaya

1017031001

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

GRUP MATHIEU M11, M12, M22, M23 DAN M24

Oleh

ANGGA WIJAYA

Grup sederhana merupakan grup yang tidak memiliki subgrup normal sejati selain

subgrup trivial. Grup Mathieu Mi(untuk i bilangan asli) merupakan subgrup dari

grup simetri Si dengan aturan sistem Steiner . Penelitian ini bertujuan

untuk membuktikan bahwa grup Mathieu M11, M12, M22, M23 dan M24 adalah grup

sederhana. Dalam pembahasan dibuktikan bahwa setiap grup aksi faithfully dan

-transitif yang stabilizer satu titiknya adalah grup sederhana, merupakan

grup sederhana atau memiliki subgrup normal reguler . Sementara itu dengan

teorema Sylow subgrup dibuktikan M11 adalah grup sederhana. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa M22 yang memiliki stabilizer satu titik , M23

yang memiliki stabilizer satu titik M22, M24 yang memiliki stabilizer satu titik M23,

M12 yang memiliki stabilizer satu titik M11 dan M11 adalah grup sederhana.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SIMBOL ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Manfaat Penelitian ... 3

1.4Batasan Masalah ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1Teori Grup ... 4

2.2Grup Permutasi ... 15

2.3Teori Grup Aksi ... 17

2.4Grup Sylow ... 19

(7)

xiii

2.6Sistem Steiner dan Grup Mathieu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.2Metode Penelitian ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1Simpulan ... 51

5.2Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Grup merupakan salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan yang

dilengkapi satu operasi biner yang memenuhi aksioma asosiatif, terdapat elemen

identitas dan setiap elemennya memiliki invers terhadap operasi biner tersebut.

Jika berlaku sifat komutatif pada suatu grup, maka grup tersebut dinamakan grup

Abel (grup komutatif). Berdasarkan banyaknya elemen di dalamnya, grup dibagi

menjadi grup tak berhingga dan grup berhingga.

Teori grup dan aplikasinya semakin berkembang setelah pertengahan abad ke-19.

Pada saat itu, ide grup masih dianggap baru. Berkaitan dengan grup berhingga,

metode sederhana yang pertama untuk mengkonstruksi grup berhingga adalah

dengan mengamati grup permutasi. Informasi dan klasifikasi tentang grup

berhingga secara khusus ditulis dalam buku Atlas of Finite Group salah satunya

adalah tulisan J. Conway ilmuwan Matematika dari Inggris. Banyak ilmuwan

Matematika yang tertarik pada penelitian tentang grup berhingga, khususnya grup

berhingga sederhana (finite simple group). Grup sederhana (simple grup) adalah

grup yang hanya memiliki subgrup normal trivial dan dirinya sendiri.

Grup berhingga sederhana diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, antara lain

(9)

2

sederhana dan 26 grup khusus yang disebut grup sporadik. Kelima grup Mathieu

yang terdiri dari dan adalah grup sporadik pertama yang

ditemukan. Mathieu menemukan grup ini saat ia sedang mengidentifikasi multi

transitivitas pada suatu grup dan sebelumnya ia tidak mengetahui bahwa grup ini

adalah grup sederhana. Penelitian dilanjutkan oleh Ernest Witt pada tahun 1930

dalam pembahasan mengenai sistem Steiner . Dari penelitian ini

diperoleh bahwa grup Mathieu terbesar merupakan automorfisme grup dari

sistem Steiner tersebut.

Berdasarkan survei mengenai grup sporadik yang ditulis oleh Luis J. Boya, bahwa

grup sporadik diklasifikasikan menjadi tiga level yaitu 5 grup Mathieu (level 1), 7

grup tipe Lie (level 2), dan 8 grup tipe Monster (level 3). Ketiga level grup

sporadik ini memiliki hubungan sebagai subkuosien dari Monster, sehingga

kumpulan grup ini disebut “The happy family” oleh Robert Griess, penemu grup

Monster. Selain grup “The happy family”, terdapat 6 grup sporadik yang tidak

memiliki hubungan subkuosien dengan Monster. Keenam grup ini disebut grup

Pariah.

Demi proses pembelajaran dan penelitian yang maksimal, penulis memilih topik

Grup Mathieu dan ” sebagai pengkajian awal tentang

grup sporadik dan klasifikasinya. Dalam penelitian ini akan diberikan bukti bahwa

(10)

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa dan

adalah grup sederhana.

1.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan mengenai grup

berhingga sederhana khususnya grup Mathieu.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah grup Mathieu dan

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung

proses penelitian.

2.1 Teori Grup

Definisi 2.1.1 Operasi Biner

Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah fungsi yang memetakan dari

ke . Untuk setiap , dinotasikan sebagai di

(Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.2

Diberikan himpunan bilangan komposit (himpunan bilangan bulat yang lebih

besar dari 1 dengan banyaknya faktor positif lebih dari 2), dilengkapi dengan

operasi pangkat dengan untuk setiap didefinisikan . Himpunan dan operasi merupakan contoh himpunan yang dilengkapi dengan operasi biner.

Bukti.

(12)

adalah bilangan prima yang berbeda, sehingga memiliki faktor

positif sebanyak , maka dengan , memiliki faktor positif sebanyak

. Akibatnya

merupakan bilangan komposit. Jadi operasi tertutup dalam ,

sehingga merupakan operasi biner dalam .

Operasi biner yang diperlengkapi pada suatu himpunan akan menjamin

ketertutupan operasi elemen – elemen dalam himpunan tersebut. Lebih lanjut jika

memenuhi aksioma – aksioma berikut, maka akan membentuk suatu struktur

aljabar yang disebut grup.

Definisi 2.1.3 Grup

Suatu grup adalah himpunan , tertutup atas operasi biner , sedemikian sehingga memenuhi aksioma – aksioma :

1. Untuk semua , berlaku

(sifat asosiatif operasi ).

2. Terdapat suatu elemen identitas sedemikian sehingga

untuk semua , berlaku

(identitas atas operasi ).

3. Untuk setiap , terdapat suatu elemen di sedemikian sehingga

(13)

6

Jika suatu himpunan dan operasi binernya hanya memenuhi aksioma 1, maka

disebut semigrup. Suatu semigrup yang memenuhi aksioma 2 disebut monoid

(Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.4

Himpunan string dengan panjang minimal 1 digit yang dibentuk dari {0,1},

dilengkapi dengan operasi biner didefinisikan sebagai gabungan dua string adalah contoh semigrup.

Bukti.

Untuk sebarang dengan dan ,

{ } dan , berlaku

dengan panjang string , sehingga sifat

tertutup operasi terpenuhi. Misalkan dengan , { }

, sehingga

.

Jadi, sifat asosiatif terpenuhi. Akibatnya, himpunan dengan operasi biner

(14)

Contoh 2.1.5

Himpunan kuasa dari himpunan , dilengkapi dengan operasi biner irisan himpunan merupakan monoid. Elemen identitas dalam monoid ini adalah .

Bukti.

Diberikan sebarang . Oleh karena itu, . Sehingga, . Akibatnya, (sifat tertutup terpenuhi). Selanjutnya,

akan ditunjukkan sifat asosiatif, yaitu . Diberikan sebarang

dan

dan

dan

sehingga . Dengan cara yang serupa, diperoleh

.

Akibatnya, (sifat asosiatif terpenuhi). Pilih , oleh karena untuk setiap , berlaku

dan maka

.

Akibatnya, merupakan elemen identitas di terhadap operasi . Jadi, himpunan kuasa dari himpunan dengan operasi irisan himpunan

(15)

8

Contoh 2.1.6

Himpunan matriks berorde dengan entri bilangan riil yang memiliki invers,

, yang dilengkapi dengan operasi biner “perkalian matriks” adalah

grup.

Bukti.

Diberikan sebarang sehingga .

Oleh karena , maka . Akibatnya, invertibel. Dengan kata lain (sifat tertutup terpenuhi). Sifat asosiatif jelas terpenuhi sebab . Jelas bahwa matriks merupakan elemen identitas dalam . Oleh karena untuk setiap

, terdapat invers dari yaitu sedemikian sehingga

, maka setiap elemen di memiliki invers di .

Jadi, membentuk grup dengan operasi biner perkalian matriks.

Operasi biner dalam grup memiliki kemungkinan bersifat komutatif, yaitu

untuk setiap berlaku . Hal ini yang mendasari didefinisikannya grup Abel sebagai berikut.

Definisi 2.1.7 Grup Abel (komutatif)

Suatu grup dikatakan grup Abel (komutatif) jika dan hanya jika operasi biner

(16)

Contoh 2.1.8

Himpunan didefinisikan sebagai himpunan matriks diagonal berorde

yang invertibel dengan entri bilangan riil, yang dilengkapi dengan operasi

biner “perkalian matriks” merupakan contoh grup Abel.

Bukti.

Diberikan sebarang dengan dan berturut – turut adalah entri matriks dan . Sehingga, untuk , diperoleh dan .

Sementara itu, untuk , diperoleh dan . Misalkan adalah entri matriks dengan .

Sehingga, untuk :

jika maka tetapi , sehingga , jika maka tetapi , sehingga , jika dan maka , sehingga .

Jadi, untuk dapat disimpulkan . Untuk :

jika dan maka dan , sehingga ,

jika dan maka , sehingga . Jadi, untuk dapat disimpulkan .

Akibatnya, (sifat tertutup terpenuhi).

(17)

10

Jelas bahwa matriks merupakan elemen identitas dalam .

Berikutnya akan ditunjukkan bahwa setiap elemen di dalam memiliki

invers. Untuk setiap , terdapat sedemikian sehingga

, dengan entri matriks adalah

. Jadi, telah

ditunjukkan bahwa adalah grup.

Selanjutnya akan ditunjukkan sifat komutatif dalam . Diberikan sebarang

dengan entri matriks dan entri matriks , dan

untuk . Misal entri matriks dan entri matriks , dengan

∑ ∑ . Sehingga, . Akibatnya berlaku

sifat komutatif pada . Jadi, dengan operasi biner perkalian matriks merupakan grup Abel.

Definisi 2.1.9 Grup Abel Dasar

Grup Abel dasar adalah grup Abel berhingga dengan setiap elemen tak nol

memiliki orde prima (Dummit, 2004).

Contoh 2.1.10

Diberikan { } dengan operasi biner * penjumlahan modulo 2, maka adalah grup Abel dasar.

Himpunan bagian dari suatu grup belum tentu memenuhi keempat aksioma –

aksioma grup. Jika himpunan bagian tersebut memenuhinya maka disebut subgrup

(18)

Definisi 2.1.11 Subgrup

Jika suatu himpunan bagian dari grup tertutup atas operasi biner dari dan

adalah grup dengan operasi biner tersebut, maka adalah subgrup dari yang

dinotasikan dengan atau (Fraleigh, 1999).

Contoh 2.1.12

Diketahui { } merupakan grup dengan operasi biner penjumlahan modulo 6. Misalkan { }. Jelas bahwa . Dengan operasi biner yang sama , akan membentuk grup sehingga .

Dalam teori himpunan telah dikenal istilah himpunan bagian sejati dan himpunan

bagian trivial. Oleh karena grup dibentuk dari suatu himpunan, maka dapat

didefinisikan subgrup sejati dan subgrup trivial sebagai berikut.

Definisi 2.1.13 Subgrup Sejati dan Trivial

Jika adalah grup, maka sendiri adalah subgrup tak sejati dari . Semua

subgrup yang lainnya dari disebut subgrup sejati. Dengan kata lain, adalah

(19)

12

Contoh 2.1.14

Diberikan adalah grup, dengan { }.

Misal { }. Dengan operasi , akan membentuk grup. Sehingga adalah subgrup dari . Karena , maka adalah subgrup sejati dari atau .

Dalam suatu grup, terdapat subgrup khusus seperti subgrup normal, karena

memiliki kriteria tertentu seperti pada definisi berikut.

Definisi 2.1.15 Subgrup Normal

Diberikan subgrup dari grup , dikatakan subgrup normal jika dan hanya jika

untuk setiap , dinotasikan (Dummit, 2004).

Contoh 2.1.16

Diberikan grup simetri . Jelas bahwa { , (1 3 2)} adalah subgrup dari . Sehingga, adalah subgrup normal dari atau .

Definisi 2.1.17 Normalizer

Diberikan suatu grup dan himpunan bagian dari , disebut normalizer dari dalam grup jika dan hanya jika { }

(Dummit,2004).

Contoh 2.1.18

(20)

Definisi 2.1.19 Centralizer

Diberikan suatu grup dan , centralizer dari elemen dalam grup adalah himpunan semua elemen yang komutatif dengan , dinotasikan .

Jadi, { }.

Diberikan subgrup dari , centralizer dari subgrup dalam grup adalah

himpunan semua elemen yang komutatif dengan semua elemen dalam

himpunan , dinotasikan . Jadi, { } (Dummit,2004).

Contoh 2.1.20

Diberikan suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bernilai riil yang

berbentuk , dengan operasi biner komposisi fungsi. Misal , maka

{ }, dengan adalah fungsi identitas dan fungsi invers dari .

Definisi 2.1.21 Center

Diberikan suatu grup, center dari grup adalah himpunan semua elemen

yang komutatif dengan semua elemen , dinotasikan .

Jadi, { }. Ekuivalen dengan irisan dari semua centralizer elemen grup (Dummit,2004).

Contoh 2.1.22

Jika suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bijektif bernilai riil, maka

{ }, dengan adalah fungsi identitas sedemikian sehingga untuk

(21)

14

Grup Mathieu merupakan grup berhingga. Dalam ruang lingkupnya, dibutuhkan

Teorema Lagrange sebagai berikut.

Teorema 2.1.23 Teorema Lagrange

Jika suatu subgrup dari grup berhingga , maka orde dari habis membagi

orde dari (Fraleigh,1999).

Definisi 2.1.24 Subgrup Maksimal

Diberikan suatu grup. subgrup sejati dari dikatakan subgrup maksimal dari

jika dan hanya jika tidak ada subgrup yang memuat .

Definisi 2.1.25 Grup Siklik dan Subgrup Siklik Jika adalah suatu grup dan , dapat dituliskan

{ }

disebut subgrup siklik dari yang dibangun oleh .

Suatu grup disebut siklik jika terdapat sedemikian sehingga , dalam hal ini elemen disebut elemen pembangun (Rotman, 2002).

Contoh 2.1.26

merupakan grup siklik dengan elemen pembangunnya adalah 1 dan -1.

Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan beberapa grup Mathieu adalah grup

(22)

Definisi 2.1.27 Grup Sederhana

Grup sederhana adalah grup yang subgrup normalnya hanya subgrup trivial dan

dirinya sendiri (Dummit,2004).

Contoh 2.1.28

Grup siklik merupakan grup sederhana, sebab tidak memiliki subgrup normal

sejati selain subgrup trivial.

2.2 Grup Permutasi

Contoh lain grup yaitu grup permutasi. Grup ini erat kaitannya dengan grup

Mathieu, sebab grup Mathieu merupakan subgrup dari grup permutasi. Akan

didefinisikan dahulu permutasi dari suatu himpunan.

Definisi 2.2.1 Permutasi

Suatu permutasi dari himpunan adalah suatu fungsi bijektif dari ke dirinya

sendiri (Rotman, 2002).

Contoh 2.2.2

Diketahui { }. Semua permutasi dari antara lain : { }, { }, { }, { }, { }, dan { }

Misalkan terdapat himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Oleh karena

permutasi merupakan fungsi bijektif, maka dua permutasi dapat dikomposisikan

menjadi suatu fungsi bijektif. Sehingga, komposisi fungsi merupakan operasi

biner pada himpunan semua permutasi dari suatu himpunan. Karena operasi

(23)

16

semigrup. Pada himpunan permutasi ini terdapat permutasi identitas yaitu fungsi

identitas yang memetakan suatu elemen ke dirinya sendiri. Akibatnya, terdapat elemen identitas pada semigrup sebelumnya. Dengan kata lain, himpunan

permutasi tersebut akan membentuk monoid. Oleh karena fungsi bijektif selalu

mempunyai invers, yang tentunya merupakan fungsi bijektif, maka terdapat

permutasi invers dalam himpunan permutasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa

himpunan semua permutasi dari suatu himpunan akan membentuk grup yang

didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.2.3 Grup Simetri

Himpunan dari semua permutasi dari himpunan , dinotasikan sebagai ,

disebut grup simetri pada . Jika { } maka dinotasikan dengan dan disebut grup simetri pada objek (Rotman, 2002).

Setelah mengetahui definisi grup permutasi, selanjutnya akan didefinisikan

tentang stabilizer.

Definisi 2.2.4 Stabilizer

Diberikan suatu grup permutasi pada himpunan dan adalah elemen .

Stabilizer dari adalah himpunan semua permutasi dalam yang menghasilkan

(24)

Contoh 2.2.5

Diberikan grup dan titik tetap . { }

{ }.

Diberikan suatu himpunan tak kosong . Sehingga, dapat dibentuk grup

simetri . Misalkan subgrup dari . Sehingga, orbit pada grup yang

dinotasikan sebagai , merupakan himpunan relasi ekuivalensi pada dengan , untuk setiap jika dan hanya jika untuk suatu

dan . Stabilizer titik pada grup merupakan himpunan semua

yang menetapkan titik . Sehingga, dapat dirumuskan Teorema

Orbit-Stabilizer sebagai berikut.

Teorema 2.2.6 Orbit-Stabilizer

Diberikan subgrup dari grup simetri , maka untuk setiap berlaku

(Mulholland, 2011).

Dari suatu grup dan suatu himpunan tak kosong, dapat dibentuk suatu fungsi yang

menghubungkan keduanya. Dengan kata lain, grup tersebut beraksi pada

himpunan. Sehingga, dapat didefinisikan grup aksi sebagai berikut.

(25)

18

2.3 Teori Grup Aksi Definisi 2.3.1 Grup Aksi

Diberikan suatu himpunan dan suatu grup. Suatu aksi dari pada adalah

pemetaan sedemikian sehingga

1. ; dan

2. , untuk setiap dan .

Dengan kondisi ini, disebut -set (Fraleigh, 1999).

Contoh 2.3.2

Diberikan adalah grup simetri orde dan himpunan , maka beraksi pada dengan fungsi permutasi.

Dalam grup aksi dikenal istilah kernel sebagai berikut.

Definisi 2.3.3 Kernel Grup Aksi

Diberikan suatu grup beraksi pada himpunan tak kosong . Kernel dari aksi ini

didefinisikan sebagai { } (Dummit,2004).

Definisi 2.3.4 Aksi faithful

Suatu aksi dari suatu grup disebut faithful jika kernelnya adalah elemen identitas

(Dummit, 2004).

Contoh 2.3.5

Diberikan adalah grup simetri orde beraksi pada himpunan tak kosong .

(26)

Definisi 2.3.6 Aksi Transitif

Diberikan grup beraksi pada himpunan tak kosong . Aksi grup pada

disebut transitif jika untuk setiap , maka terdapat sedemikian sehingga (Dummit, 2004).

Definisi 2.3.7 -admisibel

Diberikan adalah grup aksi transitif dan misalkan adalah relasi ekuivalensi pada . adalah -admisibel jika dan hanya jika untuk setiap

berakibat untuk setiap (Biggs,1979).

Definisi 2.3.8 Relasi Δ

Relasi Δ adalah relasi ekuivalensi dengan jika dan hanya jika

(Biggs, 1979).

Definisi 2.3.9 Grup Reguler

Suatu grup aksi disebut regular jika dan hanya jika stabilizer pada suatu titik

adalah subgrup trivial (Dummit, 2004).

Definisi 2.3.10 Grup Primitif

Suatu grup aksi transitif disebut grup primitif jika dan hanya jika stabilizer pada

(27)

20

2.4 Grup Sylow

Definisi 2.4.1 -grup dan -subgrup

Suatu grup adalah -grup jika setiap elemen di mempunyai orde sebesar

pangkat dari . Suatu subgrup dari grup adalah -subgrup dari jika subgrup

tersebut merupakan -grup (Fraleigh,1999).

Contoh 2.4.2

Diberikan grup , { }. Jelas bahwa . Karena setiap elemen tak nol dari memiliki orde prima , maka adalah -subgrup dari . Dengan demikian, adalah -grup.

Definisi 2.4.3 Sylow -subgrup

Suatu Sylow -subgrup dari grup adalah -subgrup maksimal dari , yaitu

-subgrup yang tidak termuat dalam -subgrup yang lebih besar (Fraleigh,1999).

Teorema 2.4.4

Diberikan dan adalah Sylow -subgrup dari grup berhingga , maka dan

adalah konjugat subgrup dari (Fraleigh, 1999).

2.5 Homomorfisme dan Isomorfisme

Dari dua grup dengan masing – masing operasi binernya, dapat dibentuk suatu

hubungan berbentuk fungsi yang sifatnya mempertahankan operasi dari grup yang

pertama pada grup yang kedua. Sehingga, dapat didefinisikan homomorfisme

(28)

Definisi 2.5.1 Homomorfisme

Suatu homomorfisme dari grup ke grup adalah pemetaan dari ke ,

sedemikian sehingga untuk semua (Grillet,2000).

Contoh 2.5.2

Diberikan grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan fungsi

dengan , untuk setiap . Sehingga, untuk setiap

berlaku . Oleh karena itu, merupakan homomorfisme.

Definisi 2.5.3 Monomorfisme dan Epimorfisme

Monomorfisme adalah suatu homomorfisme yang bersifat injektif. Epimorfisme

adalah suatu homomorfisme yang bersifat surjektif (Grillet,2000).

Contoh 2.5.4

Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan

fungsi dengan untuk setiap .

(29)

22

Contoh 2.5.5

Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan bulat modulo dengan operasi penjumlahan modulo .

Diberikan fungsi dengan , untuk setiap . Misal sebarang dengan dan , sehingga

.

Sehingga merupakan homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa

bersifat surjektif. Untuk setiap maka terdapat sedemikian sehingga dengan . Oleh karena itu, adalah suatu epimorfisme.

Definisi 2.5.6 Isomorfisme dan Isomorfik

Suatu isomorfisme grup adalah suatu homomorfisme grup yang bersifat bijektif.

Dua grup dan adalah isomorfik jika terdapat isomorfisme dari pada ,

hubungan ini dinotasikan (Grillet,2000).

Contoh 2.5.7

Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan

grup bilangan riil positif dengan operasi perkalian biasa. Didefinisikan

(30)

Misal sebarang sehingga , diperoleh adalah suatu homomorfisme. Selanjutnya, akan ditunjukkan

bersifat injektif.

Diberikan sebarang dengan , maka

Sehingga, terbukti bahwa bersifat injektif.

Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa bersifat surjektif.

Untuk setiap maka terdapat sedemikian sehingga atau

. Akibatnya, bersifat surjektif. Oleh karena itu, merupakan

isomorfisme.

Definisi 2.5.8 Endomorfisme dan Automorfisme

Suatu endomorfisme dari grup adalah suatu homomorfisme dari ke . Suatu

automorfisme dari grup adalah suatu isomorfisme dari ke (Grillet,2000).

Contoh 2.5.9

Diberikan suatu grup dengan elemen identitas . Didefinisikan fungsi dengan , untuk setiap . Misal sebarang maka

(31)

24

Contoh 2.5.10

Diberikan suatu grup dan adalah fungsi konjugasi dalam , yaitu untuk suatu elemen tetap dan untuk setiap fungsi didefinisikan dengan .

Untuk setiap , berlaku

.

Sehingga, adalah homomorfisme.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bersifat injektif. Diberikan sebarang

dengan , sehingga,

(dioperasikan dari kanan, dan dari kiri)

.

Oleh karena itu, terbukti bahwa bersifat injektif.

Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bersifat surjektif. Untuk setiap diperoleh . Sehingga, terbukti bahwa bersifat surjektif. Jadi, telah dibuktikan bahwa merupakan automorfisme.

Dalam mengkonstruksi Mathieu dan , yang merupakan subgrup dari grup simetri dengan aturan yang disebut sistem Steiner sebagai

(32)

2.6 Sistem Steiner dan Grup Mathieu Definisi 2.6.1 Sistem Steiner

Suatu sistem Steiner terdiri dari himpunan berhingga dan merupakan koleksi himpunan bagian dari yang memenuhi :

1. ,

2. setiap memiliki elemen sebanyak .

3. sebarang yang memiliki elemen sebanyak , termuat tepat satu dalam .

Elemen dari sistem Steiner disebut blok. Elemen dari himpunan berhingga

disebut titik (Nickerson,2002).

Contoh 2.6.2

Elemen – elemen dari sistem Steiner adalah {1,2,3}, {1,4,5}, {1,6,7}, {2,4,6}, {2,5,7}, {3,4,7}, dan {3,5,6}.

Definisi 2.6.3 dan

Grup Mathieu dan didefinisikan sebagai berikut.

{ untuk setiap }.

{ untuk setiap }.

{ untuk setiap }.

{ untuk setiap }.

{ untuk setiap }.

Banyaknya elemen grup sebagai berikut :

(33)

26

(Rubinstein, 2011).

Misalkan suatu himpunan matriks berukuran dengan entri – entrinya elemen dari suatu lapangan berorde . Himpunan bagian dari yang semua elemennya memiliki determinan 1 disimbolkan sebagai . Himpunan ini merupakan grup atas operasi perkalian matriks. Center dari grup ini

yang dinotasikan sebagai merupakan grup atas operasi perkalian matriks. Sehingga, dapat didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 2.6.4 atau

Diberikan adalah ruang vektor berdimensi atas lapangan berorde .

didefinisikan sebagai ) (Biggs, 1979).

Definisi 2.6.5

Diberikan adalah ruang vektor berdimensi atas lapangan berorde .

Misalkan relasi ekuivalensi pada { }, dengan jika dan hanya jika

untuk suatu { }, untuk setiap { }.

didefinisikan sebagai himpunan kelas – kelas ekuivalensi dari

(34)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang

bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Lampung.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur

yakni dengan mempelajari buku dan jurnal tentang grup khususnya grup

Mathieu.

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa teorema yang harus dibuktikan,

antara lain sebagai berikut.

Teorema 3.1

Diberikan suatu grup yang beraksi faithfully dan -transitif (k ≥ 2) pada suatu himpunan dengan . Misalkan stabilizer dari suatu elemen tunggal adalah suatu grup sederhana maka satu dari kemungkinan di bawah

ini akan terpenuhi :

1. adalah grup sederhana

2. dan adalah suatu pangkat dari bilangan prima

(35)

28

4. , bukan suatu pangkat dari 2 dan isomorfik dengan

Teorema 3.2

Diberikan suatu prima, dan diberikan suatu subgrup transitif dari .

Diberikan adalah banyaknya Sylow p-subgrup dan adalah indeks dari

Sylow -subgrup dalam normalizer-nya.

Sehingga :

1. memiliki Sylow -subgrup siklik

2.

3. adalah residu positif terkecil dari 4. Jika maka

Setelah membuktikan Teorema 3.2 maka akan dibuktikan bahwa dan

adalah grup sederhana.

Tahapan – tahapan pembuktian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membuktikan Teorema 3.1.

2. Menggunakan Teorema 3.1 untuk membuktikan grup M22, M23 dan M24

adalah grup sederhana karena masing – masing memiliki stabilizer satu

titik yang merupakan grup sederhana.

3. Membuktikan Teorema 3.2.

4. Menggunakan Teorema 3.2 untuk membuktikan grup M11 adalah grup

sederhana.

5. Menggunakan Teorema 3.1 untuk membuktikan M12 adalah grup

sederhana karena memiliki stabilizer satu titik yang merupakan grup

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa grup Mathieu

dan merupakan grup sederhana. Kelima grup ini

merupakan subgrup dari grup simetri berhingga. Sehingga, kelima grup ini adalah

grup berhingga. Lebih jauh lagi, bahwa grup berhingga yang sekaligus merupakan

grup sederhana disebut dengan grup sporadik. Kelima grup Mathieu ini adalah

grup sporadik terkecil dari 26 grup sporadik yang telah ditemukan.

5.2 Saran

Pada penelitian ini hanya membahas grup Mathieu dan yang telah terbukti merupakan grup sederhana. Pada penelitian selanjutnya,

disarankan untuk membahas grup Mathieu lain atau ekstensi grup Mathieu yang

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, N.L. 1979. Permutation Groups and Combinatorial Structures.Cambridge

University, London. 140 hlm.

Boya, Luis J. 2011. Introduction to Sporadic Groups.SIGMA.2011.009. 18 hlm.

Dummit, David S. 2004. Abstract Algebra.John Wiley and Sons Inc.United States.

932 hlm.

Fraleigh, J.B. 1999. Abstract Algebra. Addison Wesley Longman Inc. North

America. 533 hlm.

Grillet, Piere. 2000. Abstract Algebra. Springer. New Orleands. 669 hlm.

Mulholland, Jamie. 2011. Symetry and Counting I : The Orbit-Stabilizer

Theorem. Spring 2011.Math 302. 12 hlm.

Nickerson, Simon. 2002. Sporadic Simple Groups. 42 hlm.

Rotman, Joseph. 2002. The Theory of Groups. Prentice Hall. New Jersey.

342 hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian secara langsung dilapangan dapat disimpulkan bahwa sistem informasi pengolahan data yang telah dibangun dapat membantu kelancaran pengolahan pendataan

Pelaksanaan tender tersebut tidak sesuai dengan pandangan Ibnu Taimiyah yang melarang para pedagang atau pelaku usaha untuk berskonspirasi atau bekerjasama dalam menjual

Menyoroti dari sudut pandang Kitab perjnjian Lama (PL), tepatnya didalam Imamat Sebelas Ayat ketujuh “Demikian juga babi hutan, karena memang berkukuh belah, yaitu

Hasil penelitian kinerja pelayanan pemanduan di pelabuhan Tanjung Perak saat ini dinilai tidak sesuai dengan standar kinerja, terdapat sebanyak 5.883 kapal dari 8.956

Aktiviti Murid : Menyenaraikan dan menghuraikan tiga dari Rukun Iman, Membaca potongan ayat yang berkaitan.. PENILAIAN / REFLEKSI KENDIRI : Di isi oleh

Beberapa jenis kantong semar termasuk N.gracilis dikenal sebagai bahan pengobatan tradisional seperti untuk pengobatan penyakit kanker, asma, diabetes dan

Penempatan Barang pada Penyimpanan/Lokasi Penerimaan Dengan dedicated storage barang-barang ditempatkan pada lokasi penyimpanan maupun lokasi penerimaan yang ditujukan

Kegiatan peningkatan pengenalan diri terdiri dari: 1) melihat dan memperhatikan gambar atau gambar visual yang berkaitan dengan mengenal dasar-dasar emosi diri, dan emosi